Anda di halaman 1dari 8

Sejarah Peradaban Islam

Humaniora
Unsur, Karakteristik dan Substansinya
Definisi Peradaban Islam

Peradaban diderivasi dari kata "adab" yaitu akhlaq. Ditambah imbuhan


per-an, sehingga bermakna kemajuan fisik dan moral.

Ada beberapa istilah yang merujuk kepada makna peradaban, diantaranya:


hadlarah, umran, tamaddun, civilization.

Peradaban Islam yaitu kemajuan yang diraih umat Islam dalam suatu masa
yang berupa kemajuan fisik, ilmu pengetahuan dan moral sesuai dengan
worldview Islam.

Unsur-unsur Peradaban Islam


Unsur-unsur peradaban secara umum antara lain: sumber ekonomi, tatanan
politik, tradisi moral, khazanah ilmu dan seni
Menurut Malik bin Nabi, Unsur-unsur pembentuk peradaban adalah
manusia, waktu dan tanah, sedangkan unsur utama peradaban Islam adalah
tauhid atau keimanan dalam diri manusia.
Karakteristik peradaban Islam
Karakteristik peradaban Islam : universal, tauhid, adil dan moderat,
sentuhan akhlaq dan moral
Substansi terpenting peradaban adl ilmu pengetahuan (ibn Khaldun)
Tradisi Intelektual Islam
Islam dan Pandangan Baru tentang Ilmu

Sebelum Islam, telah ada peradaban-peradaban lainnya, diantaranya


peradaban Yunani, Romawi, Persia, Mesir, China, dll. Peradaban-

peradaban tersebut dikenal hingga masa kini karena telah mewariskan ilmu
pengetahuan bagi dunia.

Ilmu pengetahuan, adalah salah satu keunggulan peradaban Islam.

Wahyu al-Quran yang pertama kali turun adalah lima ayat yang
membicarakan tentang kaidah ilmu. (QS. Al-alaq: 1-5)

Kedatangan Islam di tanah Arab yang berada dalam era jahiliyah


(kebodohan) memberikan revolusi besar melalui ilmu pengetahuan yang
menghapuskan jahalah tersebut.

Ilmu disebut lebih dari 779 kali dalam al-Quran.

Posisi Ilmuwan dalam Islam

Ilmuwan dalam Islam mendapatkan kehormatan dan sanjungan dari Allah


SWT. (Al-Mujadilah: 11)

Rasulullah SAW mewasiatkan kepada Muslim atau Muslimah untuk


menuntut ilmu

Sebagai perbandingan, posisi ilmuwan di peradaban Romawi Kristen tidak


diakui bahkan diasingkan dan dianggap telah melakukan heresy (bidah).
Kristen sejak awal Masehi beranggapan bahwa ilmu pengetahuan adalah
jalan menuju kesesatan dan keduniawian semata.

Tindakan gereja Kristen tersebut menggiring masyarakat Romawi pada


masa itu menuju masa kegelapan (The Dark Ages)

Diantara ilmuwan Kristen yang diasingkan adalah Copernicus dan Galileo,


seorang yang menyatakan bahwa bumi adalah bulat dan mengelilingi
matahari.

Ilmu pengetahuan, Sains, Tidak bertentangan dengan Agama

Gereja Kristen menganggap bahwa ilmu pengetahuan yang didapatkan


melalui observasi, maupun eksperimen dan tidak datang melalui doktrin

Gereja adalah sesat. Dengan tidak langsung Sains bertentangan dengan


Agama.

Selama 10 abad Gereja membasmi para ilmuwan-ilmuwan yang dianggap


sesat. Melalui institusi yang disebut Inkuisisi.

Di lain pihak, peradaban Islam, justru memberikan ruang yang luas bagi
tumbuh dan berkembangnya sains.

Melalui persentuhan antara peradaban Islam dan Barat di Spanyol,


Peradaban Islam menunjukkan kepada Barat bahwa Sains tidak
bertentangan dengan agama.

Ilmu untuk setiap Individu

Islam yang datang dengan seruan untuk menuntut ilmu, telah menciptakan
revolusi super dahsyat bagi peradaban dunia yang kala itu diliputi oleh
kebodohan.

Tradisi intelektual Islam yang kuat dibuktikan dalam beberapa fakta.


Diantaranya adalah:
1. Perpustakaan Umum. Untuk memfasilitasi budaya ilmu dalam Islam,
Muslimin mendirikan perpustakaan di berbagai kota kekuasaannya,
yang mempersilahkan siapa saja untuk membaca dan meluaskan
wawasannya. Diantaranya: Baghdad, Cordoba, Sevilla, Kairo, Quds,
Damaskus, Tripoli, Madinah, Sana (Yaman), Waqas, Qairwan.
2. Majelis-majelis ilmu yang besar. Halaqah ilmiyah dalam Islam dapat
dihadiri sampai 100.000 orang perhari. Diantaranya adalah halaqah
Ibnu Jauzi, Hasan al-bashri, Asy-SyafiI dll.
3. Infak untuk ilmu sebagai sadaqah dan sarana taqarrub pada Allah.

Islam dan Reformasi Pemikiran Ulama

Setelah

pembahasan

mengenai

ulumuddin

kokoh,

masuknya

intelektual Islam kepada ilmu pengetahuan sekunder, yaitu yang

didapatkan

melalui

penterjemahan

karya

ilmuwan

peradaban

sebelumnya.
Ilmuwan Islam tidak hanya menukil teori sains dari ilmuwan
terdahulu, tetapi melakukan reformasi dalam bentuk eksperimen.

Sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh ilmuwan pendahulunya.


Teori-teori tersebut dibuktikan dalam berbagai eksperimen. Diantara
ilmuwan Islam yang melakukannya adalah Jabir bin Hayyan (kimia),
Al-Khawarizmi (Matematika), Hasan bin Haitsam (sains, opticteleskop-mikroskop), Ibnu Nafis (Paru-paru-jantung-peredaran darah),

Imam Ar-Razi (Kedokteran, obat-obatan).


Teori yang benar, baik secara worldview Islam atau secara empiris,
diterima. Sedangkan yang batil, ditolak.

Islam dan Ilmu yang Aplikatif

Jika sains pada masa sebelum Islam adalah kumpulan teori yang tidak
dibuktikan dan diaplikasikan kecuali hanya tertulis diatas kertas dalam
museum, maka sains Islam, selain diuji melalui eksperimen adalah

merupakan sains yang aplikatif, diterapkan, dipraktekkan.


Teori sains dalam Islam digunakan untuk memenuhi kebutuhan

kebaikan bagi manusia.


Contohnya adalah Musa bin Syakir (arsitek) yang membuat jam dan
alat pengangkat air menuju ketinggian gunung, sebagai aplikasi dari

teori sains.
Az-Zahrawi (ahli bedah)menciptakan alat suntik sederhana sebagai
aplikasi dari teori bahwa obat yang bercampur darah memberikan

reaksi lebih cepat.


Jabir bin Hayyan, menciptakan kertas anti api untuk menuliskan
pengetahuan yang amat penting.

Spesifikasi Ilmiah dalam Islam

Ilmuwan Islam, setelah menamatkan studi Ulumuddin, menkhususkan


diri atau melakukan spesifikasi bidang keilmuan untuk mendapatkan

profesionalisme.
Spesifikasi ini menjadi asas bagi keilmuan kontemporer.

Sebagai contoh, adalah Musa As-Syakir. Ia dan beberapa muridnya


membuat sebuah buku berjudul al-Hiil, di dalamnya ada karya
Muhammad Mahir dalam bidang arsitektur, Hasan (Mekanik), Ahmad
Mahir (Ilmu Falak), dll.

Hak Kekayaan Intelektua

Ilmuwan Muslim sangat menghargai Hak Kekayaan Intelektual


(HAKI) atau dikenal sekarang dengan nama hak paten. Ilmuwan
Muslim tidak akan menisbatkan penemuan ilmuwan lain kepada

dirinya, karena itu adalah tindak pencurian penemuan.


Kasus pencurian atau pembajakan ini, banyak terjadi beberapa abad

setelah Barat memasuki Renasains.


Contohnya, penemuan siklus peredaran sel-sel darah kecil oleh Ibnu
Nafis, diklaim sebagai penemuan Dr. William Harvey, 3 abad setelah

Ibnu Nafis.
Ilmu Sosiologi dinisbatkan kepada Durkheim, Yahudi Perancis,

padahal penemu sebenarnya adalah Ibnu Khaldun.


Ilmu hukum gravitasi, yang pernah disampaikan oleh Ibnu Sina dan
Ibnu Malka justru dinisbatkan pada Isaac Newton.

Metode (Adab) Ilmuwan Muslim

Jika ilmuwan Islam menukil suatu ilmu dari penemu sebelumnya, akan

disertakan nama penemu tersebut tanpa ada nama yg ditutupi.


Dalam metode penulisan karya ilmiah modern, pencantuman
penulis/penemu asli kerap disertakan dalam footnote, in-note, atau

body-note.
Metode ini diterapkan sejak dahulu oleh para Ilmuwan Islam, untuk
menghindari plagiasi, dan mengapresiasi atau menghargai penemu

sebelumnya.
Metode dalam Adab Ilmuwan Islam ini, sering disebut dengan istilah

Amanah Ilmiah.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa Ilmuwan Islam, tidak hanya
pandai, tetapi juga berakhlaq mulia (jujur dan bertanggungjawab).

Asas-Asas Pengajaran

Peradaban Islam telah meletakkan dasar-dasar mahad, madrasah,


Universitas, teropong (observatorium), perpustakaan megah dan
berbagai fasilitas lainnya yang mendukung aktif segala aktivitas

ilmiah.
Institusi pendidikan dini dalam peradaban Islam adalah Kuttab.
Pendidikan Kuttab menekankan pada kemampuan baca-tulis dan
menghafal Al-Quran. Kuttab diberi nama sesuai Syaikh yang

mendirikannya, contoh: Kuttab Ibnu Hauqal.


Para pemimpin dan masyarakat memuliakan Ulama. Ilmu tidak

mendatangi, melainkan didatangi.


Setelah Kuttab, atau setara dengannya, anak-anak belajar di Madrasah.
Madrasah dimulai ketika matahari terbit hingga lengsernya (waktu

ashar).
Materi ajar anak-anak yg pertama adalah Al-Quran, kemudian
menulis dan khath.

Masjid dan Pendidikan Islam

Masjid merupakan sentral peradaban Islam. Pendidikan Islam sangat

erat kaitannya dengan Masjid.


Ulama membentuk halaqah di Masjid, di dalam halaqah tersebut
dibicarakan tentang keutamaan Al-Quran dan hadist-hadist Nabi

Muhammad SAW.
Dalam satu Masjid di Baghdad, dapat dijumpai lebih dari 40 halaqah.
Pembahasan dalam halaqah dapat berbeda-beda, tergantung dengan

Ulama yang menjadi pemimpin halaqah.


Halaqah di Masjid melembaga hingga terbentuk badan wakaf yang
mendanai keberangkatan, tempat tinggal, hingga kebutuhan pelajar

yang datang dari berbagai penjuru.


Masjid-masjid tersebut diantaranya: Masjid Al-Umawi (Damaskus),
Masjid Amr bin Ash, (Fusthath, Mesir), Masjid Al-Azhar (Mesir),
Masjid Zaituniyah (Tunisia), Masjid Qarawain (Fez, Maroko).

Sekolah dan Universitas Islam

Banyaknya halaqah ilmiyah di Masjid, memicu didirikannya Sekolah


di sekitar Masjid, yaitu untuk memfasilitasi jumlah pelajar yang

semakin banyak dan melampaui kapasitas Masjid.


Pelajar-pelajar tersebut, tidak hanya datang dari semenanjung Arab dan

Afrika, akan tetapi banyak pula pelajar dari Eropa.


Sekolah-sekolah itu terus berkembang hingga menjadi Universitas.
Diantara Masjid yang dikelilingi oleh gedung Universitas saat ini

adalah Al-Azhar dan Qarawain (Qarawiyyin).


Umat Islam memandang bahwa ilmu merupakan asas setiap kemajuan,
sehingga peradaban Islam berdiri kokoh dengan nilai perkembangan
ilmu dalam beberapa decade.

Perpustakaan dalam Peradaban Islam

Perpustakaan Akademi. Salah satunya adalah Baitul Hikmah


(Baghdad). Di dalam Baitul Hikmah, tidak hanya ditemukan rak-rak
buku, akan tetapi juga ruangan pusat penerjemahan, pusat kajian dan

karangan, Observatorium Astronomi, Sekolah, serta Kantor Pengelola.


Perpustakaan Khusus. Yaitu perpustakaan yang dimiliki oleh seorang
ahlul ilm, misalnya perpustakaan Ibnu Amid, perpustakaan Khalifah

Al-Muntashir, dll.
Perpustakaan Umum. Perpustakaan ini merupakan tempat disimpannya
peninggalan

keilmuan

dari

berbagai

peradaban,

Negara

pemerintahan. Contohnya perpustakaan Cordova.


Perpustakaan Sekolah.
Perpustakaan Masjid dan Universitas. Contohnya

dan

Maktabah

Universitas Al-Azhar dan Al-Qarawiyyin.


Organisasi Ilmuwan Islam

Menuntut ilmu adalah suatu keharusan bagi Muslim maupun


Muslimah. Umat Islam senang menuntut ilmu dan mencatat apa yang
ia ketahui. Catatan inilah yang akan mengunci agar ilmu tidak mudah

dilupakan.
Muslimin mengutamakan pendidikan anak-anaknya dan tidak segansegan menginfakkan hartanya untuk ilmu.

Penguasa senang menuntut ilmu dan memuliakan Ulama. Mereka


berusaha memberikan fasilitas yang mendukung berkembangnya ilmu

pengetahuan dan menjamin kesejahteraan para Ulama.


Ulama memberikan ijazah (pengakuan/akreditas) kepada muridnya
yang dianggap telah layak (lulus) untuk mengajarkan ilmu yang

didapatkannya.
Ijazah diberikan kepada pelajar di berbagai ilmu pengetahuan, baik
ulumuddin, maupun sains.

Anda mungkin juga menyukai