Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dimasa modern ini adalah hasil dari berbagai macam
pemikiran-pemikiran filosofi dari pemikir atau biasa disebut dengan filsuf. Hasil
buah karya pikir mereka ini pun ada dihampir semua lini atau bidang-bidang
pengetahuan masa kini. Bila kita coba runut, rentetan sejarah yang membentuk
suatu ilmu pengetahuan manusia dari basis rasionalisme,empirisme hingga
mencapai kebenaran yang mendekati validitas atau biasa disebut metode ilmiah, tak
lepas dari peranan filsuf-filsuf tersebut.
Secara historis, hubungan antara filsafat dan sains saling berkaitan. Sains
bermula dari perenungan manusia akan pengetahuan yang diamati. Manusia
mempunyai metodologi sendiri untuk mengawali sudut pandang filsafat. Filsafat
adalah ilmu pengetahuan pokok,dasar,pangkal segala ilmu pengetahuam masa kini.
Menurut filsafat Copernicus, pemikiran tidak akan berjalan mulus atau tanpa
regresi dari autoritas gereja katolik (Vatikan), hingga puncaknya pada tahun 1616,
pihak gereja melarang semua buku yang ditulis Copernicus. Hal ini mempengaruhi
pemikir-pemikir dan ilmuan-ilmuan lainnya,seperti Galilieo, Kepler, Newton dan
lain-lainnya untuk melakukan revolusi atau yang lebih dikenal dengan revolusi
reinnance.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian & pertumbuhan sains Islam?
2. Bagaimana Awal mula munculnya teori Revolusi Copernicus?
3. Apa saja bukti-bukti kebenaran revolusi copernicus menurut sains islam?
1
BAB II
PEMBAHASAN
Sains islam bisa dipahami sebagai disiplin ilmu yang mengkaji perumusan ulang
gagasan ‘Pengislaman Ilmu’ ( Islamization of Knowledge ) sebagai suatu proyek
penelitian ( research program ) jangka panjang yang bersifat tajribi ( eksperimental ),
amali ( practical ), dan inderawi (empirical) yang bertujuan melaksanakan tata nilai
ilmu dan tata nilai adab islami dalam semua kegiatan sains dan teknologi masa kini.
(Hamid dkk, 2016 : 43)
Secara umum, istilah sains islam boleh dikatakan mempunyai tiga pengertian
sebagai berikut : [1] pertama, sebagai disiplin ilmu yang mengkaji sejarah
perkembangan sains dan teknologi di dunia Barat. [2] Pengertian kedua adalah Sains
Islam sebagai disiplin ilmu dalam bidang filsafat sains dan filsafat islam yang
merumuskan konsep, filsafat, dan metodologi sains yang telah, sedang atau semestinya
memandu kegiatan sains dalam peradaban islam. [3] Pengertian ketiga adalah Sains
islam sebagai disiplin ilmu yang mengkaji perumusan kembali sains islam sebagai
proyek penelitian (research program) jangka panjang yang bersifat tajribi
(experimental), amali (practical), dan inderawi (empirical) yang bertujuan
melaksanakan tata nilai ilmu dan tata nilai adab islami dalam semua kegiatan sains dan
teknologi masa kini. (Hamid dkk, 2016 : 44-48)
Nasr membagi para pemikir muslim menjadi dua kelompok utama, yaitu :
1) Kaum modernis, yang pada dasarnya sangat apologis (setidak-tidaknya dalam kasus
ini). Pendukung aliran ini menganggap sains adalah hal yang niscaya karena
memberi kekuatan dan memperkuat otoritas sebuah negara dan tidak menemukan
adanya kesalahan serius dalam sains barat. Pendukung kelompok ini bahkan
menganggap sains barat sebagai warisan peradaban islam. Beberapa tokoh utama
dalam kelompok ini antara lain : Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan
Muhammad Abdus Salam serta para pengikut tokoh-tokoh tersebut.
2
2) Kaum etnis (ethicist), yang menolak berbagai kecacatan etika dalam sains barat dan
menyerukan Islamisasi sains. Sebagian diantara para pendukung utama kelompok
ini adalah Isma’il Raji Al-Faruqi dan Ziauddin Sardar. (Guessoum, 2011 : 198)
Sejauh ini kita telah meninjau betapa sains islam beserta aktivitas intelektual
lainnya berakar pada peradaban Hellenistik yang pusat utamanya berada di Iskandariah,
dan bahwa peradaban itu pada gilirannya dihidupkan pula oleh kebudayaan terdahulu
dari Timur Jauh dan Laut Tengah. Kita juga telah melihat betapa aktivitas ilmiah
didukung oleh santunan dan semangat dari pihak penguasa yang peduli dan orang-orang
kaya, dan juga mengenai didirikannya berbagai institusi seperti akademi, sekolah,
perpustakaan, dan observatorium yang menyediakan sarana lengkap bagi para ilmuan
untuk melakukan penelitian dan mengajarkan ilmunya. Tak luput pula kita perhatikan
bahwa sains islam baru benar-benar dimulai setelah abad ke-3, hampir 200 tahun setelah
kelahiran islam sendiri.
Penyebab adanya selang waktu yang demikian panjang tidaklah terlalu sulit
untuk diketahui. Selama dua abad pertama, pikiran dan energi orang islam tercurah pada
usaha pendirian negara-negara islam. Baru sekitar tahun 100 H/728 M batas wilayah
islam meluas hingga mencapai tanjung iberia dan Asia tengah. Seiring dengan
penaklukan daerah-daerah lain dimulailah periode konsolidasi dan pada masa itu pula
keimanan islam makin meluas dan sedikit demi sedikit bahasa arab mulai menggantikan
bahasa daerah setempat. Kemudian muncul kebutuhan akan sistem hukum baru dan
merupakan tugas utama pada masa itu untuk mengatur kebijakan fiskal yang ada agar
sesuai dengan aturan islam. Mendekati akhir abad ke-2 H dan awal abad ke-3 H
beberapa ilmuan brilian seperti Abu Zaid, Abu Ubaydah dan Al-Asma’i bekerja di
Basrah untuk menyelesaikan kodifikasi bahasa. Mereka juga menyusun sejumlah rumus
dan aturan tata bahasa untuk mengekspresikan gagasan-gagasan ilmiah dan
kesusastraan. Selama 7 abad kemudian, sains islam berkembang di segala tempat dan
waktu setelah kondisinya memungkinkan.
3
Banyak bukti yang menunjukkan hal ini, paling tidak melalui karya tulis para ilmuan itu
sendiri. Tentu saja seorang ilmuan besar dapat memprakarsai alur penelitian tertentu
yang kemudian diikuti oleh penerusnya, namun cara seperi ini sudah merupakan ciri
umum semua karya keilmuan yang baik dan tidak dibatasi oleh waktu atau tempat.
Misalnya metode penelitian astronomi yang dipakai oleh Nasir Al-Din Al-Thusi di
Maragha pada abad ke 7 H ( ke 13 M ) disempurnakan oleh Ibn Al-Syatir di Damaskus
seratus tahun kemudian. Pekerjaan yang dilakukan oleh Al-Biruni mengenai berat jenis
pada abad ke-5 H (ke 11 M) di Ghazna diteruskan oleh Al-Khazini di Marwah satu abad
kemudian. Masih banyak lagi contoh lain yang memperlihatkan kesinambungan seperti
itu. (Al-Hassan & D.R.Hill, 1193 : 47-49)
4
1. Teori Heliosentris
Tidak ada kepastian sejak kapan disiplin sains fisika berdiri. Apa yang dapat
ditelusuri dalam sejarah tentang awal mula ilmu pengetahuan fisika yang tampak
nyata, khususnya tentang astrofisika/kosmologi ini adalah di masa Yunani kuno yang
saat itu masih berupa ilmu filsafat yang spekulatif dan hampir tanpa ada pembuktian
eksperimental yang mendukungnya. Para filosof saat itu telah banyak memikirkan
berbagai hakikat dalam kehidupan dunia ini yang diantaranya tentang alam semesta
dan gerak bintang-bintang di dalamnya sebagaimana yang tampak di langit luas oleh
mata telanjang saat itu. Dari berbagai macam pemikiran dan pendapat tentang gerak
bumi dan matahari, muncullah dua pendapat yang paling terkenal meskipun dalam
masa yang berbeda, yaitu Teori Heliosentris dan Teori Geosentris.
Istilah Heliosentris berasal dari bahasa Yunani yaitu Helios yang artinya
matahari dan Kentron yang artinya pusat. Pada abad 9-8 SM ditemukan teks tertulis
dalam Vedic Sanskrit (bahasa sansekerta) di India Kuno oleh Yajnavalkya yang
menyatakan bahwa teori Heliosentris adalah bumi bergerak dan matahari adalah pusat
tata surya sebagaimana yang dijelaskan dalam Vedas pada saat itu. Shatapatha
Brahmana dalam teksnya menyatakan, “Matahari berada dalam keadaan diam
sepanjang waktu dan di tengah hari. Matahari berada di satu tempat yang sama tidak
berubah dan tidak berpindah.”
2. Revolusi Copernicus
5
mengelilingi matahari pada orbitnya. Dengan kata lain bahwa matahari berada di pusat
tata surya (solar sistem). Menurut sejarah, munculnya teori Heliosentris ini sebagai
lawan dari teori Geosentris yang menyatakan bahwa bumi berada di pusat. Pendapat
ini kemudian dikuatkan oleh muridnya Philolaus (450 SM) yang juga pegangan Plato
(427-347 SM). (Abdullah, 2011)
Teori Heliosentris Nicolas Copernicus ini juga mendapat perhatian besar dari
para filosof sesudahnya. Setelah melakukan pengamatan dan penelitian yang panjang
dan mendalam, mereka membenarkan, mendukung dan menyempurnakan teori
Heliosentris milik Nicolas Copernicus tersebut. Mereka di antaranya adalah Isaac
Newton (1642-1727 M), Galileo Galilei (1564-1642 M) dan Johannes Kepler (1571-
1630 M). Nicolas Copernicus disanjung oleh banyak orang dan diberi julukan sebagai
Bapak Astronomi Modern, bahkan seorang astrofisikawan Owen Gingerich
menyatakan bahwa, "Copernicus-lah yang dengan karyanya memperlihatkan kepada
kita bagaimana rapuhnya konsep ilmiah yang sudah diterima untuk waktu yang lama".
Melalui pengamatan, penelitian, dan matematika, Copernicus menjungkirbalikkan
konsep ilmiah dan agama yang berurat berakar tetapi keliru. Dalam pemikiran
manusia, ia juga "menghentikan matahari dan menggerakkan bumi. (Hambali, 2013)
6
a) Matahari berada dalam keadaan diam
b) Planet-planet termasuk bumi bergerak mengelilingi matahari
c) Matahari dinyatakan sebagai pusat tata surya (solar system)
d) Matahari dinyatakan sebagai pusat alam semesta (universe)
Pandangan teori di atas seperti yang sudah dijelaskan pada saat itu masih dalam
bingkai pemikiran dan hipotesa yang bersifat spekulatif karena masa itu belum ada
pembuktian empiris melalui eksperimen meskipun hanya pengamatan dengan alat
teropong bintang atau teleskop. Kemudian sekitar 12 abad berikutnya, karya besar
Nicolas Copernicus yang berjudul "De Revolutionibus Orbium Coelestium" (Tentang
Revolusi Bulatan Benda-Benda Langit) menghidupkan kembali gagasan teori
Heliosentris di atas. Dia mengemukakan beberapa hal berikut:
a) Matahari adalah pusat tata surya, yang mana bumi sebagai salah satu
planetnya beredar mengelilingi matahari bersama planet-planet lainnya.
b) Bulan beredar mengelilingi bumi dan bersama bumi mengelilingi
matahari.
c) Bumi berputar pada porosnya dari barat ke timur yang mengakibatkan
adanya siang dan malam dan pandangan gerakan bintang-bintang serta
matahari selalu bergerak ke arah barat.
Pada saat itu Nicolas Copernicus mendapat tantangan keras dari banyak
kalangan, di antaranya kaum Lutheran yang merupakan pihak pertama yang menyebut
buku De Revolutionibus Orbium Coelestium itu "tidak masuk akal". Bahkan Martin
Luther mengatakan, “Copernicus sudah gila dan teorinya dianggap melawan Injil serta
tidak dapat diterima”. Gereja Katholik meski pada mulanya tidak menyatakan
kecaman, mereka telah memutuskan bahwa buku De Revolutionibus Orbium
Coelestium itu bertentangan dengan doktrin-doktrin resminya dan pada tahun 1616 M
kemudian mereka mencantumkan karya Nicolas Copernicus ke dalam buku-buku
terlarang, kemudian dicabut dari daftar terlarang baru pada tahun 1828 M. Selain itu,
ketika al-Qur’an diwahyukan kepada Rasulullah SAW pada abad ke-7 M, paham
Geosentris masih tertanam kuat dalam wawasan pengetahuan manusia pada masa itu.
Bahkan pada era Khulafā’ al-Rāshidīn, Bani ‘Umayyah, dan Bani ‘Abbāsiyyah
kepercayaan itu tetap dianut kebanyakan orang. (Hambali, 2013)
Aktivitas penerjemahan kitab-kitab bahasa Arab karya para ilmuwan muslim
yang berhaluan teori Heliosentris semakin digalakkan untuk mempengaruhi
masyarakat Barat agar ikut menentang sikap diktator kekuasaan Gereja Katolik
Ortodoks. Hingga pada tahun 1540-an, Nicolas Copernicus dijatuhi hukum vonis mati
karena mempertahankan teori Heliosentrisnya. Menyusul kemudian setelah kematian
Copernicus adalah Giordano Bruno ikut memasyarakatkan teori ini hingga akhirnya
dijatuhi hukum mati dengan dibakar di hadapan publik oleh kekuasaan Gereja Katolik.
(Hambali, 2013)
Pemikiran Copernicus di dukung lagi oleh Galileo Galilei (1564 - 1642 M),
yang termasuk salah satu ilmuwan pertama yang mendukung secara terbuka gagasan
7
Nicolas Copernicus bahwa bumi berputar mengelilingi matahari. Akibatnya pada usia
69 tahun dalam keadaan jompo, ia diadili atas tuduhan mengada-ada lalu dipaksa
mengakui bahwa pendapatnya salah disertai ancaman siksa dan dikenai tahanan rumah
selama sisa hidupnya. (Hambali, 2013)
Teori ini diperkuat lagi oleh seorang astronom Jerman Johannes Kepler yang
telah menapaki uji eksperimen empiris melalui pengamatan teleskop reflaktor dan
perhitungan matematisnya. Pada tahun 1609, ia juga menerbitkan buku “Astronomia
Nova” dengan menyatakan hukum gerak planet:
a) Setiap planet bergerak dalam orbit berbentuk elips mengelilingi matahari,
dengan matahari berada di salah satu titik fokus elips.
b) Kelajuan gerak planet-planet pada orbitnya bertambah besar ketika
mendekati matahari dan bertambah kecil ketika menjauhi matahari.
c) Planet-planet bukan hanya beredar dalam elliptical (orbit bujur)
mengelilingi matahari, akan tetapi mereka juga bergerak rotasi pada
porosnya dengan kelajuan yang tidak menentu.
Garis lurus antara matahari dengan planet menyapu luasan yang sama untuk
waktu yang sama.
Kemudian pada tahun 1615, Kepler menemukan hukum gerak terkait periode
dan jarak matahari dengan planet. Dalam bukunya yang berjudul “Keseimbangan
Dunia” dia menuliskan “kuadrat periode revolusi planet sebanding dengan pangkat
tiga jarak rata-rata antara matahari dengan planet” (Abdullah, 2011)
Tepat awal kematian Galileo Galilei, muncul ilmuwan asal Inggris yang
bernama Sir Issac Newton yang meletakkan dasar-dasar fisika dengan tiga hukum
gerak dan hukum gravitasinya. Dalam perseturuan antara teori Heliosentris dan
Geosentris, Newton mendukung teori Heliosentris dengan berpandangan bahwa bumi
mengelilingi matahari akibat gaya tarik gravitasi antara kedua massanya. Karena
massa matahari lebih besar dari pada bumi, maka bumi mengelilingi matahari. Hal ini
sebagaimana bulan yang massanya lebih kecil dari pada bumi tertarik oleh gaya
gravitasi bumi, akibatnya bulan mengelilingi bumi. Hukum interaksi gravitasi ini
sebanding dengan massa kedua benda dan berbanding terbalik kuadrat dengan jarak
keduanya. (Hambali, 2013)
8
C. Pandangan Sains Islam terhadap Revolusi Copernicus
Fenomena di jagad raya akibat adanya gravitasi pada gerakan bumi dan bulan
terhadap matahari sebagai pusat tata surya (model heliosentris), dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Gerakan Bumi
Bumi mempunyai dua macam gerakan, yaitu rotasi dan revolusi. Akibat rotasi
dan revolusi bumi tersebut mengakibatkan beberapa peristiwa.
a) Gerak Rotasi Bumi
1) Pergantian siang dan malam serta perbedaan waktu;
2) Pembelokan arah arus laut;
3) Perubahan angin
b) Revolusi Bumi
1) Gerak semu matahari;
2) Perbedaan lama waktu siang dan malam;
3) Pergantian musim;
4) Tarikh matahari (kalender matahari)
2. Gerakan Bulan
Bulan memiliki dua macam gerakan, yaitu rotasi dan revolusi. Akibat yang
ditimbulkan oleh rotasi dan revolusi bulan antara lain sebagai berikut.
a) Rotasi Bulan
Perputaran bulan pada porosnya disebut rotasi bulan. Untuk satu kali rotasi,
bulan membutuhkan waktu sebulan ( 29 hari). Rotasi bulan tidak memberikan
pengaruh apapun terhadap kehidupan di bumi.
b) Revolusi Bulan
1) Pasang surut air laut
2) Tarikh bulan (kalender bulan)
3. Gerakan Bumi dan Bulan
Pengaruh gerakan bumi dan bulan, di antaranya adalah :
a) Gerhana bulan
b) Gerhana matahari
Adapun konsep mengenal Tuhan menjelaskan bahwa matahari, bumi dan bulan
masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu. Al-Qur’an sebagai
wahyu Allah yang bersumber langsung dari Allah telah memberikan informasi-
9
informasi tentang alam semesta, khususnya yang berhubungan dengan matahari, bulan
dan bumi. Allah berfirman :
(٣٣) َﺶ َو ا ْﻟﻘَ َﻤ ۖ َﺮ ﻛُ ﱞﻞ ﻓِﻰ ﻓَﻠَﻚٍ َﯾ ْﺴﺒَ ُﺤ ْﻮن َ َوھ َُﻮ اﻟﱠﺬِى َﺧﻠَﻖَ اﻟﱠ ْﯿ َﻞ َو اﻟﻨﱠ َﮭ
ﺎر َو اﻟ ﱠ
َ ﺸ ْﻤ
“ Dan Dialah yang telah ,menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan
masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya” (QS. Al-Anbiya’(2)
: 33)
Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing dari semua itu) lafal Kullun ini tanwinnya merupakan pergantian
daripada Mudhaf ilaih, maksudnya masing-masing daripada matahari, bulan dan
bintang-bintang lainnya (di dalam garis edarnya) pada garis edarnya yang bulat di
angkasa bagaikan bundaran batu penggilingan gandum (beredar) maksudnya semua
berjalan dengan cepat sebagaimana berenang di atas air. Disebabkan ungkapan ini
memakai Tasybih, maka didatangkanlah Dhamir bagi orang-orang yang berakal; yakni
keadaan semua yang beredar pada garis edarnya itu bagaikan orang-orang yang
berenang di dalam air. (Departemen Agama Republik Indonesia, 2004)
Fenomena lain, dari gerakan bumi, bulan terhadap matahari (gerakan pada garis
edar) adalah terjadinya siang dan malam serta pergantian musim. Allah berfirman :
Fenomena lain dari gerakan benda-benda yang ada di alam semesta adalah
pembelokan arus laut dan perubahan arah angin, serta pasang surut air laut. Allah
berfirman :
ِ ِﺼﯿْﻦَ ﻟَﮫُ اﻟ ِﺪّ ﯾْﻦَ ﻓَﻠَ ﱠﻤﺎ ﻧَ ﱣﺠ ُﮭ ْﻢ ِإﻟَﻰ ْاﻟﺒَ ِ ّﺮ ﻓَﻤِ ْﻨ ُﮭ ْﻢ ُﻣ ْﻘﺘ
َﺼﺪٌ ۚ َو َﻣﺎ ج َﻛﺎ ﱡ
ِ ﻟﻈﻠَ ِﻞ دَ َﻋ ُﻮاْ ﱣ َ ُﻣ ْﺨﻠ ٌ َو ِإذَا َﻏ ِﺸﯿَ ُﮭ ْﻢ ﱠﻣ ْﻮ
(٣٢) ﺎر َﻛﻔُ ْﻮ ٍر ٍ َﯾﺠْ َﺤﺪُ ِﺑﺌ َﺎ ٰﯾَ ِﺘﻨَﺂ ِإﻻﱠ ﻛُ ﱡﻞ َﺧﺘ ﱠ
10
“Dan apabila mereka digulung ombak yang besar seperti gunung, mereka
menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Maka tatkala Allah
menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh
jalan yang lurus dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang
yang tidak setia lagi ingkar” (QS. Al-Luqman (31) : 32) (Bisri, t.t)
Isi kandungan surat Al-luqman : 32 yaitu mereka orang kafir dihadapkan pada
ombak yang sebesar gunung berdoa hanya kepada-Nya semoga dia selamat dari amukan
gelombang hingga sampai ketepi atau daratan. Kemudian setelah tiba didaratan mereka
dihadapkan pada pertengahan antara ingkar dan iman, kemudian diantara mereka masih
tetap pada kekafirannya dan tidak mempercayai ayat atau tanda-tanda-Nya yang sudag
diperlihatkan. Maka orang bagian itulah yang dianggap sebagai penghianat.
Tidak ada tanda yang jelas yang berkaitan dengan penjelasan secara ilmu
pengetahuan, hanya digaris bawahi pada air yang bergelombang itu bisa berupa ombak
yang menandakan pasang air laut atau bisa dimungkinkan ombak tersebut menandakan
cuaca buruk sehingga ombak itu menyerupai bukit-bukit yang besar. Ini bisa dipahami
bahwa Al-qur’an bukan sebagai buku atau kitab yang merupakan penjelasan ilmiah tapi
sebagai petunjuk agar kita bisa mempelajari atau meneliti ayat yang bisa dijelaskan
secara ilmiah. (Bisri,t.t)
Penjelasan ayat 48 surat Ar-Rum ini dapat dipahami bahwa kandungan ayat
tersebut menjelaskan tentang siklus atau proses terjadinya hujan. Pada kalimat ّ اﻟﱠ ِﺬ ى
اﻟﺮﯾَﺎ َح ﻓَﺘ ُ ِﺴﯿ ُْﺮ َﺳﻌَﺎﺑًﺎ
ّ ِ ﯾ ُْﺮ ِﺳ ُﻞmempunya arti “Dialah (Allah) yang mengirim angin, lalu angin
itu menggerakkan awan”. Awan yang dimaksudkan di sini ialah awan yang terbentuk
dari air (laut) yang menguap karena panas matahari lalu uap air itu menjadi padat
kemudian awan itu dihembus-hembuskan oleh angina. Selanjutnya kalimat ﻄﮫُ ﻓِﻰ ُ ﺴ
ُ ﻓَﯿَ ْﺒ
ﺴﺎء َ ﺴ َﻤﺎءِ َﻛﯿ
َ َْﻒ ﯾ اﻟ ﱠyang diartikan “dan Allah membentangkannya dilangit menurut yang
dikehendaki-Nya”. Mempunyai penjelasan awan yang terbentuk kecil, dibentangkan
supaya menjadi luas. Secara sains, hal ini ada pada proses kondensasi yakni pemadatan
uap air menjadi embun, dan embun akan menjadi padat karena suhu diudara tinggi, ini
11
yang memungkinkan pandangan kita menerima tanda atau informasi jika saat udara
memanas dapat diprediksi hujan akan datang, kemudian ditandai dengan awan yang
menggumpal-gumpal yang bergerak ketempat tertentu hingga suhu menjadi turun
dengan tanda warna awan menjadi kelabu. Awan yang menggumpal itu sesuai dengan
kalimat ﺴﻔًﺎ َ َوﯾَﺠْ ﻌَ َﻠﮫُ ِﻛyang artinya “menjadikannya (awan)menggumpal”. Lalu pada
kalimat ﻓَﺘ ََﺮى ْاﻟ َﻮ ْدقَ ﯾَ ْﺨ ُﺮ ُج ﻣِ ْﻦ ﺧِ َﻼ ِﻟ ِﮫyang memiliki arti “Lalu kamu lihat hujan keluar dari
celah-celahnya”. Pada kalimat ini, berakhirlah proses terjadinya hujan, yaitu turunnya
hujan dengan air-air yang turun dari langit membasahi daerah yang Allah kehendaki.
Ayat ini yang menjadikan dasar mengapa air hujan dapat turun sebelum para ilmuan
meneliti proses terjadinya hujan walaupun hanya merupakan penjelasan secara umum.
(Bisri, t.t)
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penggunaan istilah sains Islam dimunculkan oleh Hossein Nasr melalui pendekatan
yang digunakan melalui pengkelompokan para pemikir Islam dan menjadikannya
menjadi dua kelompok yang berbeda pendapat tentang sains Islam yakni kaum
modernis seperti Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh dan kaum etnis
seperti Isma’il Raji Al-Faruqi. Dari beberapa pemikir Islam serta banyaknya
ilmuwan-ilmuwan Islam menandakan bahwa sains Islam tumbuh berkembang. Para
ilmuwan yang menyumbangkan ilmunya ke berbagai akademik maupun badan
pendidikan yang menjadi contoh bukti sains Islam itu tumbuh.
2. Nicolas Copernicus yang lahir di negara Polandia pada tanggal 19 Februari 1473
adalah seorang astronom pengembang teori Heliosentris juga menjadi anggota atau
pegawai rahib gereja Katholik. Atas kesuksesannya dalam ke agamaanya
menjadikan dia mendapat gelar doktor hukum gereja di Universitas Bologna, Italia.
Selama di Italia, dia melakukan pengamatan astronomi hingga menciptakan buku
yang berjudul “De Revolutionibus Orbium Colestium”. Buku yang menjadikan
dasar dimulainya pertentangan antara teori Heliosentris dengan teori Geosentris.
3. Pertentangan antara teori Heliosentris yang diangkat oleh Copernicus dengan teori
Geosentris yang sudah menjadi ketetapan oleh pemerintahan (gereja katholik)
menimbulkan gejolak perlawanan dengan dihukumnya Copernicus. Beberapa
ilmuwan seperti Galileo Galilei yang sependapat dengan teori Heliosentris
menyatakan dukungan dengan menyatakan revolusi atau yang dikenal dengan
revolusi Copernicus.
13
DAFTAR PUSTAKA
Guessoum,N. 2014. Islam dan Sains Modern. Bandung : PT. Mizan Media Pustaka
14