Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH WAWASAN ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN SOSIAL

“PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

SAKHNA NURRAMADHANI (J011221001)

DWINOV FATIKHALINA ZALSABILA (J011221006)

ST. FADILA MUTMAINNAH (J011221008)

DWIYANA (J011221015)

NURUL AFIFAH NASIR (J011221033)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2023
A. SEJARAH ILMU PENGETAHUAN

Secara etimologi, kata sejarah berasal dari bahasa Arab syajârat yang berarti “pohon”,
sedangkan istilah kata history yang lebih populer digunakan saat ini, berasal dari bahasa
Yunani istoria yang berarti pengetahuan tentang gejala-gejala alam, termasuk gejala-
gejala manusia yang bersifat kronologis. (Arif Al Anang. 2019:98)

Ilmu pengetahuan berkembang dalam rangka memperoleh kebenaran yang bisa


diterima serta diterapkan oleh masyarakat. Ilmu pengetahuan dikembangkan dengan
berlandaskan tiga hal yaitu yaitu apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) serta untuk apa
(aksiologi). (Issundari, 2017)

Menurut AF Calmer, ilmu pengetahuan adalah kegiatan intelektual yang meliputi:


mengamati, memilah-milah atau membedakan, memilih, melakukan percobaan dan
mengembangkan (AF Calmer). Ilmu pengetahuan berawal dari kegiatan manusia
mengamati berbagai macam gejala alam berupa persoalan yang dihadapi kemudian
memilih-milih, membedakan sekaligus memilah indikator-indikator yang dibutuhkan
untuk penyelesaian masalah. Setelah memiliki data yang cukup kemudian melakukan
percobaan serta mengembangkan temuannya dalam konteks ilmu pengetahuan.
Kemampuan manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan disebabkan karena dua
hal: pertama, manusia memiliki bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan
jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut serta kedua, manusia mempunyai
kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu (Jujun S Suriatmaja,
1994: 40). Hal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya karena
manusia memiliki nalar yang menuntun cara berpikir manusia secara sistematis.
(Issundari, 2017)

Dalam pandangan Islam, ilmu pengetahuan lahir sejak diciptakannya manusia


pertama yaitu Adam kemudian berkembang menjadi sebuah ilmu atau ilmu pengetahuan.
Pada hakikatnya ilmu pengetahuan lahir karena hasrat ingin tahu dalam diri manusia.
Hasrat ingin tahu ini timbul oleh karena tuntutan dan kebutuhan dalam kehidupan yang
terus berkembang.

1
Dorongan ingin tahu (curiosity) sebagai hasrat alamiah manusia merupakan entry
point bagi lahirnya segala ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, kelahiran ilmu
pengetahuan akan selalu diawali oleh rasa keingintahuan manusia akan segala sesuatu.
Apa yang diketahui manusia disebut pengetahuan. (Mariyah, 2021)

Adapun sejarah ilmu pengetahuan dapat kita klasifikasikan berdasarkan masing-


masing teori dari para ahli. Kalau pengetahuan lahir sejak manusia pertama diciptakan,
maka perkembangannya sejak jaman purba. Secara garis besar, Amsal Bakhtiar membagi
periodisasi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan menjadi empat periode: pada zaman
Yunani kuno, pada zaman Islam, pada zaman renaisans dan modern, dan pada zaman
kontemporer. Sedangkan George J. Mouly membagi perkembangan ilmu menjadi tiga (3)
tahap yaitu animisme, ilmu empiris dan ilmu teoritis. (Abdul Karim. 2014:275)

Selain itu, perkembangan sejarah ilmu pengetahuan menurut Amsal Bakhtiar, dibagi
menjadi empat periode yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Periode Yunani Kuno

Pada masa periode yunani kuno banyak dihubungkan dengan filsafat


yang merupakan induk dari ilmu pengetahuan. Padahal filsafat dalam
pengertian yang sederhana sudah berkembang jauh sebelum para filosof
klasik Yunani menekuni dan mengembangkannya. Filsafat di tangan
mereka menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi perkembangan ilmu
pengetahuan pada generasi-generasi setelahnya. Zaman ini berlangsung

2
dari abad 6 SM sampai dengan sekitar abad 6 M. Yunani mencapai puncak
kejayaannya atau zaman keemasannya disebabkan oleh filsafat tumbuh
dengan subur dan banyak ilmuwan yang terkemuka yang bermunculan. Di
antaranya adalah:

a. Thales (624-545 SM)

b. Phytagoras (580 SM–500 SM)

c. Socrates (469 SM-399 SM)

d. Plato (427 SM-347 SM)

e. Aristoteles (384 SM- 322 SM)

2. Periode Islam

Tidak terbantahkan bahwa Islam sesungguhnya adalah ajaran yang


sangat cinta terhadap ilmu pengetahuan, hal ini sudah terlihat dari pesan
yang terkandung dalam al-Qur’an yang diwahyukan pertama kali kepada
Nabi Muhammad, yaitu surat al-‘Alaq dengan diawali kata perintah iqra
yang berarti “bacalah”. Gairah intelektualitas di dunia Islam ini
berkembang pada saat Eropa dan Barat mengalami titik kegelapan,
Sebagaimana dikatakan oleh Josep Schumpeter dalam buku magnum
opusnya yang menyatakan adanya great gap dalam sejarah pemikiran
ekonomi selama 500 tahun, yaitu masa yang dikenal sebagai dark ages.
Masa kegelapan Barat itu sebenarnya merupakan masa kegemilangan umat
Islam, suatu hal yang berusaha disembunyikan oleh Barat karena
pemikiran ekonom Muslim pada masa inilah yang kemudian banyak dicuri
oleh para ekonom Barat. (Fikrah, 2014)

3
Menurut Harun Nasution, keilmuan berkembang pada zaman Islam
klasik (650-1250 M). Keilmuan ini dipengaruhi oleh persepsi tentang
bagaimana tingginya kedudukan akal seperti yang terdapat dalam al-
Qur`an dan hadis. Persepsi ini bertemu dengan persepsi yang sama dari
Yunani melalui filsafat dan sains Yunani yang berada di kota-kota pusat
peradaban Yunani di Dunia Islam Zaman Klasik, seperti Alexandria
(Mesir), Jundisyapur (Irak), Antakia (Syiria), dan Bactra (Persia). (Fikrah,
2014)

Sekitar abad ke 6-7 Masehi obor kemajuan ilmu pengetahuan berada di


pangkuan peradaban Islam. Dalam lapangan kedokteran muncul buku-
buku terkenal seperti: Al-Hawi karya al-Razi (850-923) merupakan sebuah
ensiklopedi mengenai seluruh perkembangan ilmu kedokteran sampai
masanya. Rhazas mengarang suatu Encyclopedia ilmu kedokteran dengan
judul Continens, Ibnu Sina (980-1037) menulis buku-buku kedokteran (al-
Qonun) yang menjadi standar dalam ilmu kedokteran di Eropa. Al-
Khawarizmi (Algorismus atau Alghoarismus) menyusun buku Aljabar
pada tahun 825 M, yang menjadi buku standar beberapa abad di Eropa. Ia
juga menulis perhitungan biasa (aritmatika), yang menjadi pembuka jalan
penggunaan cara desimal di Eropa untuk menggantikan tulisan Romawi.
Ibnu Rushd (1126-1198) seorang filsuf yang menterjemahkan dan
mengomentari karyakarya Aristoteles. Al Idris (1100-1166) telah membuat
70 peta dari daerah yang dikenal pada masa itu untuk disampaikan kepada
Raja Boger II dari kerajaan Sicilia. (Fikrah, 2014)

Pada saat itulah di Timur terutama di wilayah kekuasaan Islam terjadi


perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat. Di saat Eropa pada zaman
Pertengahan lebih berkutat pada isu-isu keagamaan, maka peradaban dunia
Islam melakukan penterjemahan besar-besaran terhadap karya-karya
filosof Yunani, dan berbagai temuan di lapangan ilmiah lainnya. (Fikrah,
2014)

4
3. Periode Renaisans dan Modern

Michelet, sejarawan terkenal, adalah orang pertama yang


menggunakan istilah renaisans. Para sejarawan biasanya menggunakan
istilah ini untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual,
khususnya di Eropa, dan lebih khusus lagi di Italia sepanjang abad ke-15
dan ke-16.

Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan


perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Ciri utama
renaisans yaitu humanisme, individualisme, sekulerisme, empirisme, dan
rasionalisme. Sains berkembang karena semangat dan hasil empirisme,
sementara Kristen semakin ditinggalkan karena semangat humanisme.
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung
sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali
(renaisance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya
pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah melalui terjemahan-terjemahan
Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali ke dalam
bahasa latin. Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan
cara yang sangat kejam, tetapi ia telah membidani gerakan-gerakan
penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan kembali
kebudayaan Yunani klasik (renaisance) pada abad ke-14 M, rasionalisme
pada abad ke-17 M, dan pencerahan (aufklarung) pada abad ke-18 M.
(Fikrah, 2014)

5
4. Periode Kontemporer

Zaman ini bermula dari abad 20 M dan masih berlangsung hingga saat
ini. Zaman ini ditandai dengan adanya teknologi-teknologi canggih, dan
spesialisasi ilmu-ilmu yang semakin tajam dan mendalam. Pada zaman ini
bidang fisika menempati kedudukan paling tinggi dan banyak dibicarakan
oleh para filsuf. Sebagian besar aplikasi ilmu dan teknologi di abad 21
merupakan hasil penemuan mutakhir di abad 20. Pada zaman ini, ilmuwan
yang menonjol dan banyak dibicarakan adalah fisikawan. Bidang fisika
menjadi titik pusat perkembangan ilmu pada masa ini. Fisikawan yang
paling terkenal pada abad ke-20 adalah Albert Einstein. Dia
mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi
pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistik, dan kosmolog.
(Fikrah, 2014)

B. RUANG LINGKUP PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

Ilmu pengetahuan di sini, mencakup seluruh aspek wawasan yang mendukung


peradaban (civilization) manusia semakin berkembang dan mutakhir. Mulai kemahiran
dalam bercakap yang disimbolkan dengan karya sastra, kemampuan mendiagnosa
terhadap suatu penyakit, sampai pada puncaknya pengetahuan ilmu hitung bangun ruang
atau yang lebih dikenal dengan ilmu eksak. Sehingga demikian ini mampu mengantarkan
kehidupan umat manusia kearah yang lebih sosial dan bermasyarakat atau meminjam
istilah Koentowijoyo, sebagai manusia yang berperadaban (insan madani). (Kuntowijoyo,
2021).

6
Hal ini karena tradisi intelektual menyatakan bahwa apa yang disebut ilmu
pengetahuan (science) harus memenuhi enam syarat sebagai berikut:

1. Mempunyai objek tertentu yang akan dijadikan sasaran penyelidikan (objek


material) dan yang akan dipandang (objek formal). Perbedaan satu ilmu
pengetahuan dengan yang lainnya terletak pada sudut pandang (objek formal)
yang digunakannya. Objek ini dipertanyakan terus-menerus tanpa mengenal titik
henti.
2. Mempunyai metode tertentu sebagai sarana untuk menemukan, mengkaji dan
menyusun data.
3. Responsible artinya, apa yang dipikirkan dan dihasilkannya dapat
dipertanggungjawabkan dengan penalaran yang runtut. Dengan syarat ini, ilmu
pengetahuan selalu dapat memberikan penjelasan lebih baik dan objektif.
4. Segala sesuatu yang merupakan jawaban dari proses itu diletakkan dan disusun
kembali dalam sebuah sistem.
5. Setiap ilmu pengetahuan selalu membuka diri untuk kondisi falsifikasi yang
bersifat generalisasi. Tidak ada kebenaran mutlak, kebenaran yang ada hanyalah
relatif dan tentatif.
6. Ilmu pengetahuan memiliki paradigma ilmu yang dapat diterima semua kalangan.
Paradigma ini sepatutnya dapat menjawab krisis dan anomali. (Poedjawijatna,
1991)

C. PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

Menurut KBBI, “pengembangan” berasal dari kata kembang yang artinya proses atau
perbuatan mengembangkan, sedangkan “ilmu pengetahuan" yang dimaksud mencakup
seluruh aspek wawasan yang mendukung peradaban (civilization) manusia semakin
berkembang dan mutakhir. Mulai dari kemahiran dalam bercakap yang disimbolkan

7
dengan karya sastra, kemampuan mendiagnosis terhadap suatu penyakit, sampai pada
puncaknya pengetahuan ilmu hitung bangun ruang atau yang lebih dikenal dengan ilmu
eksak. (Anang, 2019:99)

Sepanjang sejarah, peradaban Islam memiliki kemajuan yang mencakup ilmu, iman,
dan akal. Kekayaan intelektual yang dimiliki oleh cendikiawan muslim pada masa lalu
dapat memberikan inspirasi dan semangat bagi ilmuwan modern untuk mengembangkan
berbagai ilmu yang dapat diterapkan di kehidupan. Termasuk di Kota Andalusia Spanyol
yang menjadi kota peradaban ilmu pada zamannya, ribuan pelajar dari seluruh negara
bahkan Eropa ingin mengambil ilmu pengetahuan di sana.

Di era ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu pesat dan cepat.
Banyak penemuan atau ciptaan yang terjadi terus-menerus. Hanya dari sebuah pertanyaan
menjadi sebuah ciptaan yang luar biasa yang terus dikembangkan. Dan tentunya dalam
hal ini diperlukan sikap analitis yang mendalam mengenai eksperimentasi penemuan.
Dalam hal ini juga, contohnya ilmu komunikasi yang dulunya orang-orang hanya dapat
berkomunikasi dengan surat-menyurat hingga menjadi telepon-menelepon, lalu menjadi
aplikasi ke aplikasi. (Santosa dkk., 2005:35)

Tentunya, tidak semua bidang ilmu pengetahuan yang maju, ada juga beberapa yang
mungkin semakin mundur. Namun, yang paling dibutuhkan dan bermanfaat di masa
depan (Santosa dkk., 2005:36-38), mencakup:

1. Ilmu nuklir

Ilmu yang mempelajari fisi dan fusi dari atom-atom yang mampu
melepaskan tenaga yang besar yang dikenal dengan senjata. Namun, juga
mengakibatkan dampak buruk, yaitu menghasilkan zat radioaktif yang
berbahaya bagi makhluk hidup dan lingkungan

2. Ilmu kimia

Ilmu yang mempelajari segala hal terkait, atom, zat-zat kimia, larutan,
dan sebagainya. Tidak hanya, dari ilmu nuklir maupun ilmu lainnya, tetapi
juga bidang farmasi yang sangat dibutuhkan di masa depan. Namun, akibat

8
dari pengembangan terus-menerus dari ilmu ini dapat membawa dampak yang
merugikan bagi manusia itu sendiri jika tidak terkontrol dengan baik.

3. Bioteknologi

Ilmu yang mempelajari mekanisme penggabungan biologi dan


teknologi yang dapat memanipulasi gen maupun memperbaiki kualitas
makhluk hidup, mulai dari tumbuhan, hewan, hingga manusia yang dapat
memudahkan manusia dalam menjalani hidupnya. Bioteknologi yang dijumpai
sekarang dan masih dikembangkan, antara lain kultur jaringan, IVF (in vitro
fertilization), kloning, dan lainnya. Banyak hal yang menjadi kontradiksi dari
pengembangan setiap bidang ilmu pada bioteknologi, bahkan hingga konflik
agama yang mencakup kloning. Maka dari itu, banyak saintis yang ingin
meneliti lebih lanjut mengenai berbagai macam bidang bioteknologi ini.

4. Mikroelektronik

Ilmu ini sangat bermanfaat dalam bidang elektronik dan alat-alat yang
memudahkan manusia di masa sekarang, utamanya gadget. Bidang ilmu ini
yang paling pesat perkembangannya di masa sekarang dan tentunya pekerjaan
dalam bidang ini sangat dibutuhkan di masa depan. Dikarenakan, semua
bidang ilmu pengetahuan yang lain pastinya melibatkan ilmu ini dalam
pengembangannya. Mulai dari ilmu komunikasi, farmakologi, kesehatan,
bisnis, perdagangan, dan masih banyak lagi.

5. Ilmu kedokteran dan kesehatan

Dinamika ilmu kedokteran terus tumbuh, tidak hanya tokoh-tokoh


berpengaruh yang muncul tetapi ilmu-ilmu yang merupakan cabang ilmu
kedokteran seperti farmasi, mata, dan bedah juga berkembang. Pada masa
peradaban keemasan Islam dokter diwajibkan menempuh ujian dan rumah
sakit didirikan di mana-mana. Sejalan dengan hal itu, bidang kedokteran pun
mulai bercabang-cabang dan memiliki fokus masing-masing. Tentunya, di era
sekarang semakin berkembang dan melibatkan teknologi canggih. Bahkan,
hingga dunia ortodonti dalam kedokteran gigi yang terus berkembang hingga
masa sekarang. (Miadani dan Tuhlifi, 2020:12-3)

9
DAFTAR PUSTAKA

Anang, AA.. 2019. “Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dalam Islam”. Jurnal Fajar
Historia, 3(2):98-99.

Issundari, S.. 2017. “Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Pengaruhnya terhadap Pergeseran
Paradigma Diplomasi dalam Studi Hubungan Internasional”. Jurnal Interpendence,
5(1):30-1.

Karim A. 2014. "Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan". Fikrah, 2(1):274-287

Mariyah, S., A. Syukri, dan Badarussyamsi. 2021. “Filsafat dan Sejarah Ilmu Perkembangan
Ilmu”. Jurnal Filsafat Indonesia, 4(3):244-245.

Miadani dan N. Tuhlifi. 2020. “Sejarah Ilmu Kedokteran Gigi pada Dinasti Abbasiyah (750
1258 M”. Skripsi Universitas Islam Sultan Agung Surabaya. Surabaya: Universitas
Islam Sultan Agung.

Santosa, dkk. 2005. Wawasan Ipteks. Makassar: Universitas Hasanuddin.

10

Anda mungkin juga menyukai