Anda di halaman 1dari 11

TUGAS SEJARAH PEMIKIRAN MODERN

KELOMPOK 4

1. ARNI KRISTIN WARUWU


2. DESI BUDIATI
3. ADISTY SALSABILA
4. IRVANDI AHMAD RIZAL
1. Faktor-Faktor yang Mendorong Lahirnya Filsafat di Yunani

 Bangsa yunani yang kaya akan mitos (dongeng), dimana mitos dianggap sebagai awal dari upaya
orang untuk mengetahui atau mengerti. Mitos-mitos tersebut kemudian disusun secara sistematis
yang untuk sementara kelihatan rasional sehingga muncul mitos selektif dan rasional, seperti
salah satunya syair karya Homerus yang juga menjadi faktor pendorong lahirnya filsafat di
Yunani dengan menjadikan hal tersebut sebagai pedoman hidup orang-orang Yunani yang di
dalamnya mengandung nilai-nilai edukatif. Selain itu, pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang
berasal dari Babylonia (ilmu astronomi) dan juga Mesir (Ilmu hitung), kemudian berkat
kemampuan dan kecakapannya ilmu-ilmu tersebut dikembangkan sehingga mereka
mempelajarinya secara rasional. Dimana kedudukan mitos digeser oleh logos (akal), sehingga
setelah pergeseran tersebut lahirlah filsafat.

Note:  Kedua karya puisi Homeros yang masing-masing berjudul Ilias dan Odyssea mempunyai
kedudukan istimewa dalam kesusasteraan Yunani. Syair-syair dalam karya tersebut lama sekali
digunakan sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat Yunani. Pada dialog yang bernama Foliteia,
Plato mengatakan Homeros telah mendidik seluruh Hellas. Karena puisi Homeros pun sangat digemari
oleh rakyat untuk mengisi waktu terluang dan serentak juga mempunyai nilai edukatif.

2. Uraikan Periodisasi Filsafat Barat Mulai Dari Zaman Kuno Sampai Masa Kini

1. ZAMAN YUNANI KUNO

 Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang
memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu
dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena Bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi
mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman yang
didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan
sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap
belakangan inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap kritis
inilah menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir terkenal sepanjang masa. Beberapa
filsuf pada masa itu antara lain Thales (625-545 SM), Phytagoras (580-500 SM), Socrates (469-
399 SM), Plato (427-347 SM), hingga Aristoteles (384-322 SM)

2. ZAMAN KEEMASAN FILSAFAT YUNANI


 Dimana para kaum sofis mengajarkan pengetahuan kepada kaum muda. Yang menjadi objek
penyelidikannya bukan lagi alam tetapi manusia, sebagaimana yang dikatakan oleh Prothagoras,
manusia adalah ukuran untuk segala-galanya. Hal ini ditentang oleh Sokrates dengan mengatakan
bahwa yang benar dan yang baik harus dipandang sebagai nilai-nilai objektif yang dijunjung
tinggi oleh semua orang. Akibat ucapannya tersebut Socrates dihukum mati

Plato adalah murid Socrates yang meneruskan tradisi filsafat. Hasil pemikiran Socrates dapat
ditemukan pada muridnya yaitu Plato. Dalam filsafatnya Plato mengatakan: Realitas seluruhnya
terbagi atas dua dunia yang hanya terbuka bagi pancaindera dan dunia yang hanya terbuka bagi
rasio kita. Dunia yang pertama adalah dunia jasmani dan dunia yan kedua adalah dunia ide.
Pendapat tersebut dikritik oleh Aristoteles dengan mengatakan bahwa yang ada itu adalah
manusia-manusia yang konkrit. Dan ide manusia tidak terdapat dalam kenyataan.

3. MASA HELINITIS DAN ROMAWI


 Munculnya kebudayaan Hellinistis, karena kekuasaan Romawi dengan ekspansi yang luas
membawa kebudayaan Yunani tidak terbatas lagi pada kota-kota Yunani saja, tetapi mencakup
juga seluruh wilayah yang ditaklukkan Alexander Agung pada saat itu.
Jika akhirnya ekspansi Romawi meluas sampai ke wilayah Yunani, itu tidak berarti kesudahan
kebudayaan dan filsafat Yunani, karena kekaisaran Romawi pun pintu di buka lebar untuk
menerima warisan kultural Yunani.

Periode Hellenistik atau era Hellenistik adalah masa yang berlangsung setelah penaklukan
Aleksander Agung . Istilah ini dikemukakan oleh sejarawan J. G. Droysen. Pada masa ini, pengaruh
budaya dan kekuasaan Yunani mencapai pada puncaknya di Eropa dan Asia . Masa ini kadang disebut
masa transisi, atau bahkan disebut masa kemunduran.

4. ZAMAN ABAD PERTENGAHAN


 Abad Pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Para
ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait
dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancilla
theologia atau abdi agama. Namun demikian harus diakui bahwa banyak juga temuan dalam
bidang ilmu yang terjadi pada masa ini.

Pada zaman ini kebesaran kerajaan Romawi runtuh, begitu pula dengan peradaban yang
didasakan oleh logika ditutup oleh gereja dan digantikan dengan logika keagamaan.
Adanya perbedaan antara ajaran agama Kristen yang menganut tentang wahyu Tuhanlah yang
merupakan kebenaran sejati dengan pandangan Yunani kuno yang mengutamakan kemampuan
akal.

5. ZAMAN MODERN
 Masa modern menjadi identitas di dalam filsafat Modern. Pada masa
ini rasionalisme semakin dipikirkan. Tidak gampang untuk menentukan mulai dari kapan Abad
Pertengahan berhenti. Namun, dapat dikatakan bahwa Abad Pertengahan itu berakhir pada abad
15 dan 16 atau pada akhir masa Renaisans.

Pada masa Modern terjadi perkembangan yang pesat pada bidang ekonomi. Hal ini terlihat dari
kota-kota yang berkembang menjadi pusat perdagangan, pertukaran barang, kegiatan ekonomi
monoter, dan perbankan. Kaum kelas menengah melakukan upaya untuk bangkit dari
keterpurukan dengan mengembangkan suatu kebebasan tertentu. Kebebasan ini berkaitan dengan
syarat-syarat dasar kehidupan. Segala macam barang kebutuhan bisa dibeli dengan
uang. Makanisme pasar pun sudah mulai mengambil peranan penting untuk menuntut manusia
untuk rajin, cerdik, dan cerdas. Dari sudut pandang sosio-ekonomi menjelaskan bahwa individu
berhadapan dengan tuntutan-tuntutan baru dan praktis yang harus dijawab berdasarkan
kemampuan akal budi yang mereka miliki.
6. MASA KINI
 Di antara ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf, bidang fisika menempati kedudukan
yang paling tiggi. Menurut Traut fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek
materinya mengandung unsur-unsur fundamental yang mernbentuk alam semesta juga
menunjukkan bahwa secara historis hubungan antara fisika dengan flsafat terliht dalam dua cara.
Pertama, persuasi filosafis mengenai metode fisika, dan dalam interaksi antara pandangan
subtasional tentang fisika (misalnya: tentang materi, kuasa, konsep ruang, dan waktu). Kedua,
ajaran filsafat tradisional yang menjawab fenornena tentang materi, kuasa, ruang, dan waktu.
Dengan demikian, sejak semula sudah ada hubungan yang erat antara filsafat dan fisika.

Fisikawan abad ke-21 adalah Albert Einstain menyatakan bahwa alam itu tidak terhingga
besarnya dan tidak terbatas, tetapi juga tidak berubah status totalitasnya atau bersifat statis dari
waktu ke waktu. Einstein percaya akan kekekalan materi. Ini berarti bahwa alam semesta itu
bersifat kekal, atau dengan kata lain tidak mengakui adanya penciptaan alam. Di samping teori
mengenai fisika, teori alam semesta, dan lain-lain, Zaman Kantemporer ini ditandai dengan
penemuan berbagai teknologi canggih. Teknologi komunikasi dan informasi termasuk salah satu
yangrrrengalamikemajuan sangat pesat.

Mulai dari penemuan komputer, berbagai satelit komunikasi, internet, dan sebagainya. Bidang
ilmu lain juga mengalami kemajuan pesat, sehingga terjadi spesialisasi ilmu yang semakin tajam.
Ilmuwan kantemporer mengetahui hal yang sedikit, tetapi secara rnendalam. Ilmnu kedokteran
semakin menajam dalam spesialis dan subspesialis atau super-spesialis, demikian pula bidang
ilmu lain. Di samping kecenderungan ke arah spesialisasi, kecenderungan lain adalah sintesis
antara bidang ilmu satu dengan lainya, sehingga dihadirkannya bidang ilmu baru seperti
bioteknologi yang dewasa ini dikenal dengan teknolagi kloning.

.
3. Apa yang Dimaksud Dengan Kebudayaan Helenistis, Uraikan Aliran-Aliran Pemikiran yang
Muncul pada Zaman Itu.

 Kebudayaan Hellenisme adalah kebudayaan athena yang berkembang pada masa Pericles


(pericles age) sekitar  abad ke-6 dan ke-5 SM. Meliputi wilayah yang sangat luas yang pernah
dikuasai oleh Iskandar Zulkarnaen. Kebudayaan ini berlangsung kira - kira 6 abad lamanya,
dengan pusatnya adalah kota Iskandariyah.
 Helenistis sendiri adalah istilah teknis untuk menggambarkan proses perubahan kultural
yang terjadi sekitar Abad ke-2 SM hingga paruh Abad Pertama Masehi, dimana pengaruh
kebudayaan Yunani (termasuk dalam hal cara hidup) sangat dominan. Dominasi
kebudayaan Yunani ini tidak dapat dilepaskan dari perluasan kekuasaan Yunani di bawah
pimpinan Aleksander Agung pada Abad ke-3 SM. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa
abad hellenistik adalah masa hellenisasi atau men-Yunani-kan rnasyarakat di luar Yunani.

A. Stoisisme, menurut paham ini jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut Logos. Oleh karena
itu, segala kejadian berlangsung menurut ketetapan yang tidak dapat dihindari. Aliran Sinisme merupakan
pengembangan dari aliran Stoik.
 
B. Skeptisme yang menyatakan penyangkalannya adanya “Ruh” dan “Materi” . Mengatakan bahwa
pemandangan adalah kriteria setinggi-tingginya untuk mencapai kebenaran.

C. Epikurime yaitu filosof yang memuja kesenangan hidup, ia menafikan dan menihilkan peran Tuhan di
dunia. Menurutnya Tuhan hanya menjadi penghalang untuk menikmati kesenangan hidup di dunia.
Karena itu, Epikuros adalah salah satu filosof yang beraliran atheis.

D. Neo Platonisme. Paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat Plato. Tokohnya adalah Plotinus.
Seluruh filsafatnya berkisar pada Allah sebagai yang satu. Segala sesuatu berasal dari yang satu dan ingin
kembali kepadanya.

E. Ekletisme yang merupakan situasi dimana tidak ada pencapaian suatu pemikiran yang sungguh-
sungguh meskipun telah mengambil banyak unsur filsafat dari aliran-aliran lain

4. Jelaskan Apa yang Dimaksud Dengan Abad Pertengahan dan Kaitannya Dengan
Turunnya Agama Kristen, Sehingga Abad Ini Menjadi Kisah Tersendiri Dalam Perjalanan
Sejarah Pemikiran Barat

 Sejarah Kekristenan tidak bisa dipisahkan dari Sejarah gereja Kristen yang membawa ajaran


agama Kristen, mengayomi penganutnya dan menjadi saksi perkembangan pekerjaan yang telah
dijalankan sepanjang dua ribu tahun, sejak abad pertama Masehi, mulai dari tanah Israel hingga
ke Eropa, Amerika, dan seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sejarah gereja sangat menarik untuk
dicermati, dipengaruhi oleh tokoh-tokoh gereja yang tidak terbilang banyaknya, dan juga
menimbulkan kejadian-kejadian yang mengubah alur sejarah dunia. Tanggal-tanggal terpenting
dalam sejarah gereja dan kekristenan dapat dilihat pada sub bagian artikel ini.

Kekristenan menjadi umum bagi seluruh Eropa pada Abad Pertengahan dan mengembang ke


seluruh dunia selama Masa Eksplorasi negara-negara Eropa dari zaman Renaissance sampai
menjadi agama terbesar di dunia. Sekarang terdapat lebih dari 2 miliar orang Kristen, yaitu
sepertiga jumlah manusia di dunia. Kekristenan terbagi menjadi Gereja Katolik Roma dan Gereja
Ortodoks Timur pada Skisma Timur-Barat atau Skisma Besar pada tahun 1054. Reformasi
Protestan memecah Gereja Katolik Roma menjadi berbagai denominasi Kristen.

Abad Pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Para
ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan
aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancilla theologia
atau abdi agama. Namun demikian harus diakui bahwa banyak juga temuan dalam bidang ilmu
yang terjadi pada masa ini. Adanya perbedaan antara ajaran agama Kristen yang menganut
tentang wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati dengan pandangan Yunani kuno yang
mengutamakan kemampuan akal.

The Confessions dan De Civitas Dei merupakan dua karya yang mencerminkan tentang kuatnya
pengaruh Kristen dalam melakukan analisa terhadap peristiwa-peristiwa sejarah. Santa Agustinus
dengan sadar menjadikan karya sejarah sebagai media untuk menyebarkan keyakinan iman
Kristen sehingga tidaklah mengherankan apabila kitab injil menjadi sumber utama dalam menulis
karya sejarah. Dalam karya sejarah, ia menetapkan Tuhan sebagai penentu sejarah, sedangkan
manusia hanyalah sebagai pelaksana dari pola rencana Allah ( Providentia=Penyelenggaraan
ilahi). Meski Tuhan ikut mengambil bagian dalam sejarah kehidupan umat manusia, tetapi
keterlibatannya Nerada diluar manusia dan rencananya tidak dapat diketahui oleh akal manusia.

5. Jelaskan Perkembangan Pemikiran Pada Zaman Abad Pertengahan Ini Terutama yang
Berkaitan Dengan Periode Patristik dan Periode Skolastik

a. Periode Patristik >> Zaman ini muncul pada abad ke-2 sampai abad ke-7, dicirikan
dengan usaha keras para Bapa Gereja untuk mengartikulasikan, menata, dan memperkuat
isi ajaran Kristen serta membelanya dari serangan kaum kafir dan bid’ah kaum Gnosis.
Bagi para Bapa Gereja, ajaran Kristen adalah filsafat yang sejati dan wahyu sekaligus.
Sikap para Bapa Gereja terhadap filsafat yunani berkisar antara sikap menerima dan sikap
penolakan. Penganiayaan keji atas umat Kristen dan karangan-karangan yang menyerang
ajaran Kristen  membuat para bapa gereja awal memberikan reaksi pembelaan (apologia)
atas iman Kristen dengan mempelajari serta menggunakan paham-paham filosofis.
Akibatnya, dalam perjalanan waktu, terjadilah reaksi timbal balik, kristenisasi helenisme
dan helenisasi kristianisme. Maksudnya, untuk menjelaskan dan membela ajaran iman
Kristen, para Bapa Gereja memakai filsafat Yunani sebagai sarana (helenisme”di
kristenkan”). Namun, dengan demikian, unsur-unsur pemikran kebudayaan helenisme,
terutama filsafat Yunani, bisa masuk dan berperan dalam bidang ajaran iman Kristen dan
ikut membentuknya (ajaran Kristen “di Yunanikan” lewat gaya dan pola argumentasi
filsafat yunani).

b. Periode Skolastik >> Zaman Skolastik dimulai sejak abad ke-9. Kalau tokoh masa
Patristik adalah pribadi-pribadi yang lewat tulisannya memberikan bentuk pada
pemikiran filsafat dan teologi pada zamannya, para tokoh zaman Skolastik adalah para
pelajar dari lingkungan sekolah-kerajaan dan sekolah-katedral yang didirikan oleh Raja
Karel Agung (742-814) dan kelak juga dari lingkungan universitas dan ordo-ordo
biarawan. Dengan demikian, kata “skolastik” menunjuk kepada suatu periode di Abad
Pertengahan ketika banyak sekolah didirikan dan banyak pengajar ulung bermunculan.
Namun, dalam arti yang lebih khusus, kata “skolastik” menunjuk kepada suatu metode
tertentu, yakni “metode skolastik”.

Dengan metode ini, berbagai masalah dan pertanyaan diuji secara tajam dan rasional,
ditentukan pro-contra-nya untuk kemudian ditemukan pemecahannya. Tuntutan
kemasukakalan dan pengkajian yang teliti dan kritis atas pengetahuan yang diwariskan
merupakan ciri filsafat Skolastik.
Sesudah agustinus: keruntuhan. Satu-satunya pemukir yang tampil kemuka ialah: Skotus
Erigena (810-877). Kemudian: Skolastik, disebut demikian karena filsafat diajarkan pada
universitas-universitas (sekolah) pada waktu itu. Persoalan-persoalan: tentang 
pengertian-pengertian umum (pengaruh plato). Filsafat mengabdi pada theologi. Yang
terkenal: Anselmus (1033-1100), Abaelardus (1079-1142).

6. Buatlah Peta Konsep Filsafat Zaman Modern dan Tokoh-Tokohnya

RASIONALISME EMPERISME

( Descartes ) ( John Locke )

FENOMENALISME

( Immanuel Kant )

MATERIALISME POSITIVISME

( Fichte ) ( August Comte)


7. Buatlah Uraian Sederhana Tentang Pemikiran dan Tokoh-Tokoh Filsafat Masa Kini

a. Positivisme perintisnya adalah seorang ahli filsafat dari Prancis yang bernama Auguste
Comte. A. Comte (sosiolog pertama) menyatakan bahwa pemikiran setiap manusia,
pemikiran setiap ilmu dan pemikiran suku bangsa manusia pada umumnya melewati tiga
tahap, yaitu;
1. Tahap teologis ( Adanya kepercayaan animism, politeisme, dan berlanjut
kepada monoteisme)
2. Tahap metafisis ( Tergantinya adikrorat dengan ilmu metafisika. Kodrat
dan penyebab)
3. Tahap ‘positif-ilmiah (Munculnya ilmu pengetahuna dalam arti yang
sebenarnya, dimana manusia sudah tidak lagi mencari sebab akubat atas
sesuatu.)

b. Marxisme (Karl Marx) adalah sebuah paham yang berdasar pada pandangan-
pandangan Karl Marx. Marx menyusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan
sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem politik Pengikut teori ini disebut sebagai Marxis.
Marxisme mencakup materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya
pada kehidupan sosial.

c. Eksistensialisme (S. Kierkegaard) adalah pemikiran filsafat bermula dengan subyek


manusia bukan hanya subyek manusia yang berpikir, tetapi juga individu manusia yang
melakukan, yang merasa, dan yang hidup.

d. Fenomenologi (E. Husseri) adalah suatu aliran yang membicarakan segala fenomena
atau segala sesuatu yang tampak, dimana Fenomenologi juga mengacu pada kehidupan
sehari-sehari melalui sudut pandang orang yang mengalaminya. Komunikasi dan
berdialog menjadi media yang sangat utama untuk berbagi pengalaman dalam aliran ini.

e. Pragmatisme (W. James ) dimana orang-orang dapat memahami sesuatu pemahaman


dalam logika untuk membuat ide tertentu menjadi jelas dan terang untuk kemudian
menjadi berarti, atau juga sebagai metode untuk menterjemahkan makna dari  ide-ide.

f. Neo-Kantianisme dan Neo-Tomisme (E. Cassier, H Rickert, H Vaihinger) yang dianggap


sebagai epistemologi .
Sejarah Pemikiran Plato : Zaman Klasik Yunani menjadi salah satu zaman yang menjadi titik
keemasan filsafat Yunani khususnya. Plato yang hidup di awal abad ke 4 S.M., adalah seorang
filsuf earliest (paling awal/paling tua) yang tulisan-tulisannya masih ada. Ia merupakan seorang
propagandis matematika yang sangat berpengaruh. Dalam Republik ia berargumen bahwa
geometri mempersiapkan pikiran untuk perbincangan dialektis tentang ide-ide yang nyata (the
real ideas), yang mana benda-benda inderawi tak lain daripada bayang-bayangnya, dan dari sana
menuju kebijaksanaan dan penerangan (illumination). Karyanya Timaeus merupakan karya yang
lebih berpengaruh di zaman-zaman yang lebih awal, dalam karya ini ia membuat garis besar suatu
penyelidikan teori-teori fisika dan fisiologi yang diterima pada waktu itu.

 Pragmatisme oleh W james : melihat konsep Pragmatisme William James, maka agama bagi
manusia itu berguna, yakni membuat manusia lebih baik dalam hal moral (humanisme) kalau
tidak demikian, tinggalkan saja. Sehingga baginya adanya banyak agama atau keyakinan itu
bukanlah sesuatu yang membuat masalah karena manusia memiliki kebutuhan yang berbeda,
ilmu pengetahuan dan latar belakang yang berbeda sehingga harus ada banyak bentuk dalam
mengungkapkan kepercayaan mereka. Hal ini disebabkan kaum pragmatis menolak kebenaran
umum yang ada adalah kebenaran itu banyak (relatif). Untuk itu tidak ada monopoli kebenaran
agama sehingga di saat inilah seluruh agama di Indonesia harus kembali kepada norma-norma
agamanya masing-masing yang tentunnya mengajak manusia untuk meraih kedamaian,
ketentraman, dan keadalian antar sesama. Dengan suasana inilah bangsa Indonesia akan bisa
menyatukan visi dan misinya untuk kembali membangun masyarakat Indonesia sehingga cita-cita
luhur bangsa Indonesia yang tertuang dalam butir-butir Pancasila.

Contoh dari pragmatisme : terus menerus untuk meyakinkan kepada diri kalian sendiri bahwa kalian tidak
pandai bersosialisasi untuk mencciptakan kecemasan yang bermain di dalam pikiran kalian pada saat
kalian berbicara dengan seseorang. Kalian kemudian focus pada kata kecemasan,dan semuanya menjadi
satu siklus yang besar akan terwujud sendiri. Jika kalian gugup atau cemas,orang lain juga akan bisa tau
dan mereka pun akan makan energy kecemasan kalian.Sehingga menciptakan lebih banyak kecemasan
tersebut.

Epistemologi adalah cabang dari filsafat yang berkaitan dengan teori


pengetahuan. Epistemologi mempelajari tentang hakikat dari pengetahuan, justifikasi, dan rasionalitas
keyakinan. Epistemologi juga memiliki fungsi yang berperan penting dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari, yaitu sebagai landasan dalam bertindak sehari-hari juga sebagai pengembangan dalam
berpengetahuan.  Dan objek dari ilmu pengetahuan sendiri adalah manusia. 
 Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa
kebenaran haruslah ditentukan atau didapatkan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang
berdasarkan fakta, bukan berasal dari pengalaman inderawi.

Immanuel Kant menganggap bahwa kesalahan terbesar dari filsafat


empirisme dan rasionalisme adalah tidak menyelidiki terlebih dahulu sejauh
mana kekuatan sekaligus batasan kemampuan akal manusia dalam
memperoleh pengetahuan, yang selanjutnya begitu saja dijadikan sebagai
konsep ilmu yang diyakini kebenarannya.

Kant mengajukan pertanyaan filosofis yang membuatnya menciptakan filsafat


fenomenalisme, dan menjadikannya sebagai seorang filsuf yang berpengaruh.
Pertanyaan Kant tersebut berbunyi, “Apakah yang dapat kita ketahui? Apakah
batas-batas pengetahuan manusia?”

Kant mendamaikan paham rasionalisme yang mengutamakan akal, dan


paham empirisme yang mengutamakan panca indra (pengalaman). Bagi Kant,
antara akal dan panca indra memiliki peran setara dan justru berkolaborasi
ketika mengonstruksi sebuah ilmu pengetahuan.

Paham fenomenalisme berpandangan bahwa manusia hanya mengetahui


segala suatu berdasarkan yang tampak (fenomena). Apa yang seseorang
ketahui tergantung kepada─atau ‘dibatasi’ oleh ‘kegiatan kesadaran’ yang
dipengaruhi realitas lahiriah dari suatu objek, pengamatan, pengalaman,
keadaan mental, dan pencerapan seseorang.

Pengetahuan merupakan kesan yang diberikan oleh segala sesuatu kepada


kita, yang merupakan realitas subjektif. Sedangkan realitas objektif, yakni
hakikat asli dari segala sesuatu itu sendiri tidak dapat diketahui.

Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan
berasal dari pengalaman manusia

Materialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan


benar-benar ada adalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua
fenomena adalah hasil interaksi material. Materi adalah satu-satunya substansi. Sebagai
teori, materialisme termasuk paham ontologi monistik.
Positivisme secara etimologi berasal dari kata positive, yang dalam bahasa filsafat bermakna
sebagai suatu peristiwa yang benar-benar terjadi, yang dapat dialami sebagai suatu realitas.

Anda mungkin juga menyukai