Anda di halaman 1dari 5

Tugas Filsafat Ilmu & Logika

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu & Logika yang diampu oleh:

Dosen: Dr. Rismawaty, S.Sos,M.Si

Disusun Oleh:

Sarah Sadila Lysandra - IK 3 - 41820086

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

2021
PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU
1. Zaman Pra Sejarah
Perkembangan zaman ini ditandai dengan pengetahun dan bagaimana (knowhow) yang diperoleh manusia
melalui:

 Kemampuan mengamati
 Kemampuan memilih
 Kemampuan membeda-bedakan
 Kemampuan melakukan percobaan berdasarkan prinsip trial dan error

2. Masa Sejarah
Perkembangan zaman ini manusia mulai memiliki kemampuan membaca, menulis, dan berhitung.
Manusia sebagai makhluk yang berpikir atau bernalar (Homo Sapiens). Ciri kemampuan masa ini antara
lain:
 Fungsi control dan pengendalian alam
 Fungsi imajinasi sebagai realisasi daya kreasi manusia
 Sikap mental dan penalaran yang reseptif dan empiris

3. Zaman Logam
Zaman logam merupakan masa dimana kehidupan masyarakatnya sudah semakin maju dan mengenal
teknik-teknik pengolahan logam. Mereka sudah mampu membuat alat-alat dari logam dan menjadi sangat
terampil. Perkembangan ini tentunya menunjukkan bahwa taraf kehidupan sudah meningkat. Ciri zaman
logam:
 Mahir dalam pengolahan logam, hal itu dapat dilihat dari peninggalan- peninggalan berbahan
dasar logam seperti cincin, kalung, anting, gelang
 Kebudayaan sudah semakin tinggi dan maju
 Kemajuan juga dirasakan dalam bidang pertanian yang sudah menggunakan sistem persawahan
yang lebih efektif dari sistem ladang.

4. Zaman Yunani
Pada zaman ini, para pemikir memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide atau pendapatnya. Para
pemikir pada peridisasi ini diantaranya:
 Thales (640-546 SM)
Filsafat alam kosmologi: mempertanyakan asal mula, sifat dasar dan komposisi dari alam
semesta. Thales berpendapat bahwa semua berasal dari air dan kembali menjadi air.
 Phytagoras (547-495 SM)
Dikenal sebagai bapak bilangan, berpendapat bahwa segalanya adalah bilangan. Filsafat
matematika, yang kemudian menjadi metafisika.
 Socrates (470-399 SM)
Metode dialektis atau elenchus. Metode ini terwujud kedalam suatu bentuk Tanya jawab atau
dialog sebagai upaya untuk meraih kebenaran dan pengetahuan.
 Plato (427-347 SM)
Seluruh filsafat Plato bertumpu pada ajarannya tentang ide. Menurutnya realitas seluruhnya
seakan-akan terjadi dari luar dunia, dunia yang mencakup jasmani dan dunia yang terdiri atas ide-
ide.
 Aristoteles (382-322 SM)
Aristoteles adalah pelapor utama logika deduktif yang memberatkan pada rasionalitas. Menurut
Aristoteles setiap benda memiliki 2 unsur yang tidak dapat dipisahkan yaitu materi dan bentuk.

Zaman Romawi
Perkembangan Romawi dipengaruhi oleh kondisi geografisnya yang berada di wilayah strategis, yaitu di
kawasan Laut Tengah, sehingga cocok untuk perdagangan. Selain itu, lokasinya yang dikelilingi tujuh
bukit membuatnya aman dari serbuan bangsa asing. Selain itu, peradaban Romawi mempunyai andil
besar dalam perkembangan bahasa, agama, tata kemasyarakatan, teknologi, hukum, politik, kesenian, dan
masih banyak lainnya.

5. Zaman India
ZamanIndia: pada hakekatnya, filsafat India itu bersifat kejiwaan/kerohanian (spiritual). Dan yang
memungkinkan India sampai dapat bertahan terhadap serbuan-serbuan sepanjang waktu dan terhadap
kejadian-kejadian diluar perhitungan sejarah, adalah keteguhan jiwa/ rohaninya. Filsafat India berpangkal
pada keyakinan bahwa ada kesatuan fundamental antara manusia dan alam, harmoni antara individu dan
kosmos. Seorang anak di India harus belajar bahwa ia karib dengan semua benda, bahwa ia harus
menyambut air yang mengalir di sungai, dan matahari yang tebit.

Zaman Cina
Peradaban tiongkok telah kita ketahui sangat maju. Terbukti dari banyakmya masyarakat Cina yang
memiliki banyak ahli ilmu astronomi, keahlian bertani dan berperang, dan sudah mengenal tulisan gambar
sejak dulu. Selain itu juga kemajuan dalam pembuatan benda-benda seni yang terbuat dari keramik
misalnya, dan juga perkembangan teknologinya.

6. Filsafat Ilmu pada masa Islam


Secara historis, perkembangan filsafat dalam Islam dapat dikatakan dimulai oleh pengaruh kebudayaan
Hellenis, yang terjadi akibat bertemunya kebudayaan Timur (Persia) dan kebudayaan Barat (Yunani).
Pengaruh ini dimulai ketika Iskandar Agung (Alexander the Great) yang merupakan salah satu murid dari
Aristoteles berhasil menduduki wilayah Persia pada 331 SM. Alkulturasi kebudayaan ini mengakibatkan
munculnya benih-benih kajian filsafat dalam masyarakat Muslim di kemudian hari. Penerjemahan
literatur-literatur keilmuan dari Yunani dan budaya lainnya ke dalam bahasa Arab secara besar-besaran di
era Bani Abbasiyah (750-1250an M) dapat dikatakan memberi pengaruh terbesar terhadap kemunculan
dan perkembangan kajian filsafat Islam klasik. Peristiwa tersebut kemudian menjadikan periode ini
sebagai zaman keemasan dalam peradaban Islam. Ini sekaligus menunjukan keterbukaan umat Muslim
terhadap berbagai pandangan yang berkembang saat itu, baik dari para penganut keyakinan monoteis
lainnya, seperti kaum Yahudi yang mendapat posisi penting saat itu di negeri-negeri Islam (Ravertz,
2004: 20), hingga kaum Pagan, yang terlihat dari ketertarikan umat Muslim terhadap literatur bangsa
Yunani Kuno yang mana sering diidentikan dengan ritual-ritual Paganisme. Keterbukaan dan ketertarikan
umat Islam terhadap literatur-literatur ilmu pengetahuan dari budaya lain diyakini telah membawa
pengaruh besar terhadap perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan, terutama terhadap perkembangan
filsafat dan ilmu pengetahuan yang di kemudian hari berkembang lebih lanjut pada Abad Pencerahan di
Eropa.

7. Filsafat Ilmu pada abad Kegelapan


Filsafat barat Abad Pertengahan (479-1492 M) juga dapat dikatakan sebagai “Abad Gelap”, karena
pendapat ini didasarkan pada pendekatan sejarah gereja. Masa abad pertengahan ini juga dapat dikatakan
sebagai suatu masa yang penuh dengan upaya menggiring manusia kedalam kehidupan atau sistem
kepercayaan yang fanatik, dengan menerima ajaran gereja secara membabi buta. Karena itu
perkembangan ilmu pengatahuan terhambat. Dalam sejarah filsafat ada saat-saat yang dianggap penting
sebagai patokan suatu era (zaman),karena selain memiliki zaman atau khas, yaitu suatu aliran filsafat bisa
meniggalkan pengaruh yang sangat bersejarah pada peradaban manusia. Pada awal abad ke-6 filsafat
berhenti untuk waktu yang lama. Segala perkembangan ilmu pada waktu itu terhambat. Hal ini
disebabkankarena abad ke-6 dan ke-7 adalah abad-abad yang kacau. Pada perkembangan peradaban yang
kacau ini, mungkin ada yang berkembang pada peradaban yang baru di bawah pemerintahan Karel Agung
(742 — 814), yang memerintah pada awal abad pertengahan, di Eropa mungkin ada ketenangan di bidang
politik. Pada waktu itulahkebudayaan mulai bangkit, dan bangkitlah ilmu pengetahuan dan kesenian. Juga
filsafat mulai di perhatikan.Filsafat abad pertengahan adalah suatu arah pemikiran yang berbeda sekali
dengan pemikiran dunia kuno. Filsafat abad pertengahan menggambarkan suatu zaman yang baru di
tengah-tengah suatu perkumpulan bangsa yang baru, yaitu bangsa Eropa Barat. Filsafat yang baru ini
disebut skolastik.Abad pertengahan selalu dibahas sebagai zaman yang khas akan pemikiran eropa yang
berkembang pada abad tersebut, dan menjadikan suatu kendala yang disesuaikan dengan ajaran agama.

8. Filsafat Ilmu pada abad ke 16


Filsafat abad ke-16 umumnya dianggap sebagai bagian lanjutan dari Filsafat Renaisans.
Filsafat abad ke-16 awal sering disebut Renaisans Puncak dan dianggap menggantikan era Filsafat
Renaisans dan mengawali Zaman Rasionalisme. Filsuf terkenal dari zaman ini adalah Desiderius
Erasmus, Thomas More, Niccolò Machiavelli, Samuel von Pufendorf, Nicolaus Copernicus, dan Michel
de Montaigne. Karakteristik filsafat abad ke-16 adalah adanya kombinasi antara tradisi humanis dan
skolastik. Terjadi perkembangan penting dalam kosakata, yaitu diperkenalkannya kata „psikologi‟
(diciptakan oleh Marko Marulic) dan „antropologi‟ (pertama kali digunakan oleh Magnus Helt).
„Psikologi‟ dalam konteks abad ke-16 merujuk pada diskusi-diskusi mengenai asal-usul jiwa/roh manusia.
„Antropologi‟ digunakan dalam konteks yang lebih sempit daripada yang kita gunakan saat ini, secara
kaku merujuk pada hubungan antara jiwa dan anatomi manusia karena keduanya membentuk natur
manusia.

Abad ke 17
Filsafat abad ke-17 di dunia Barat umumnya dianggap sebagai awal dari filsafat modern dan
keberangkatan dari pendekatan abad pertengahan, terutama Skolastisisme. Tokoh yang dikenal sebagai
bapak filsafat modern adalah Rene Descarter (1598-1650) dan Isaac Newton (1643-1727). Mereka telah
mewariskan suatu metode berpikir yang menjadi landasan berpikir dalam ilmu pengetahuan modern, yaitu
:
 Tidak menerima apapun sebagai hal yang benar, kecuali kalau diyakini sendir bahwa itu memang
benar.

 Memilah-milah masalah menjadi bagian-bagian terkecil untuk mempermudah penyelesaian


(analisis).

 Berpikir runtut dengan mulai dari hal yang sederana sedikit demi sedikit untuk sampai ke hal
yang rumit.

 Perincian yang lengkap dan pemeriksaan menyeluruh diperlukan supaya tidak ada yang
terlupakan.
Ungkapan Rene Descartes yang terkenal adalah “Cogito Ergo Sum” yang berarti aku berpikir maka aku
ada.

9. Abad ke 18
Pada abad ke 18 merupakan dimulainya babak baru yang berakar dari masa renaissance serta yang
menolarkan buah pahit dari rasionalisme dan emipirsme. Abad ini di sebut zaman penyerahan (aufklarung
atau enlightenment ), baligh yang disebabkan karena kesalahan manusia pada penafian penggunaan
akalnya. Gerakan abad ini mengarah kepada emansipasi spritualitas manusia dari pemikiran reflektif
kepada pemikiran penyelesaian masalah filosafis dengan memberikan alasan-alasan (resaons). Oleh
karenanya, abad ini merupakan sebuah gerakan kritis dengan gerakan konsep pemikiran rasional yang
menjadi aturan absolute (absolute ruler) dalam kehidupan manusia. Oleh karenanya abad ini juga dikenal
sebagai age of reason. Istilah yang dipergunakan dalam kesehariannya,acap kali berubah-ubah (inter-
changeble) antara aufklarung dan enlightenment.

Abad ke 19
Pada abad ke-19, filosofi Zaman Pencerahan mulai memiliki efek dramatis, karya-karya terkenal para
filsuf seperti Immanuel Kant dan Jean-Jacques Rousseau mempengaruhi generasi pemikir baru. Pada
akhir abad ke-18 sebuah gerakan yang dikenal sebagai Romantisisme dimulai, aliran ini adalah emosi
yang kuat sebagai pengalaman autentik yang bukan dari estetika, menempatkan penekanan baru pada
emosi seperti rasa takut, ngeri dan teror serta kekaguman. Ide-ide kunci yang memicu perubahan dalam
filsafat adalah kemajuan sains yang cepat: evolusi, sebagaimana didalilkan oleh Vanini, Diderot, Lord
Monboddo, Erasmus Darwin, Lamarck, Goethe, dan Charles Darwin, dan apa yang sekarang disebut
urutan emergent, seperti pasar bebas yang dikatakan Adam Smith di dalam suatu negara. Tekanan
egalitarianisme, dan perubahan yang lebih cepat memuncak pada periode revolusi dan turbulensi yang
menyaksikan filosofi juga berubah.

Anda mungkin juga menyukai