Anda di halaman 1dari 4

BAB 2

Sejarah Perkembangan Ilmu

A.LANDASAN ILMU PADA ZAMAN YUNANI

Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban manusia karena
pada waktu ini terjadi perubahan pola piker manusia dari mitosentris menjadi ogosentris. Pola pikir
mitosentris adalah pola piker masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena
alam, seperti gempa bumi dan pelangi. Perubahan pola pikir tersebut kelihatannya sederhana, tetapi
impilkasinya tidak sederhana karena selama ini alam ditakuti dan dijauhi kemudian didekati bahkan
dieksploitasi. Manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan
kreatif, sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian. Dari proses inilah kemudian ilmu
berkembang dari Rahim filsafat, yang akhirnya kita nikmati dalam bentuk teknologi.

Untuk memahami filsafat Yunani, perlu dijelaskan terlebih dahulu asal kata filsafat. Sekitar abad IX
SM atau paling tidak tahun 700 SM, di Yunani, Sophia diberi arti kebijaksanaan, Sophia juga berarti
kecakapan. Kata philosophos mula-mula dikemukakan dan dipergunakan oleh Heraklitos (540-480 SM).
Sementara orang orang ada yang mengatakan bahwa kata tersebut mula-mula dipakai oleh Pythagoras
(580-500 SM). Namun, pendapat yang lebih tepat adalah pendapat uanh mengatakan bahwa Heraklitoslah
yang pertama menggunakan istilah tersebut. Orang Yunani awalnya sangat percaya pada dongeng dan
takhyul, tetapi lama kelamaan, terutama setelah mereka maampu keluar dari lingkungan mitologi dan
mendapatkan dasar pengetahuan. Inilah titik awal manusia menggunakan rasio untuk meneliti dan
sekaligus mempertanyakan dirinya dan alam jagad raya.

Karena manusia selalu berhadapan dengan alam yang begittu luas dan penuh misteri, timbul rasa ingin
mengetahui rahasia alam itu. Sehingga diebentuklah oleh kalangan Yunani para filosof alam. Filosof alam
pertama yang mengkaji tentang asal usul alam adalah Thales (624-546 SM). Ia digelari Bapak Filsafat
karena dialah orang yang bermula-mula berfilsafat dan mempertanyakan “Apa sebenarnya asal usul alam
semesta ini?” pertanyaan ini sangat mendasar, terlepas, apapun jawabannya. Namun, yang penting adalah
pertanyaan itu dijawabnya dengan pendekatan rasional, bukan dengan pendekatan mitos atau
kepercayaan. Ia mengatakan asal alam adalah air karena air unsur penting bagi setiap makhluk hidup, air
dapat berubah menjadi benda gas, seperti uap dan benda padat, seperti es, dan bumi ini juga berada diatas
air. Setelah Thales, muncul Anaximandros (610-540 SM). Anaximandros mencoba menjelaskan bahwa
substansi pertama itu bersifat kekal, tidak terbatas, dan meliputi segalanya. Unsur utama alam harus yang
mencakup segalanya dan diatas segalanya, yang dinamakan apeiron (air). Berbeda dengan Thales dan
Anaximandros, Heraklitos (540-480 SM) melihat alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah, sesuatu
yang dingin berubah menjadi panas, yang panas berubah menjadi dingin. Ungkapan yang terkenal dari
Heraklitos dalam menggambarkan perubahan ini adalah panta rhei uden menei (semuanya mengalir dan
tidak ada sesuatu pun yang tinggal mantap). Menurut Parmenides, gerak dan perubahan tidak mungkin
terjadi. Dia menegaskan bahwa yang ada itu ada. Inilah kebenarannya.
Setelah berakhirnya masa para filosof alam, maka muncul masa transisi, yakni penelitian terhadap
alam tidak menjadi focus utama, tetapi sudah mulai menjurus pada penyelidikan pada manusia. Filosof
alam ternyata tidak memberikan jawaban yang memuaskan, sehingga timbullah kaum “Sofis”. Kaum
Sofis ini memulai kajian tentang manusia dan menyatakan bahwa manusia adalah ukuran kebenaran.
Tokoh utamanya adalah Protagoras (481-411 SM). Ia menyatakan bahwa “manusia” adalah ukura
kebenaran. Pernyatan ini merupakan cikal bakal humanisme. Akibatnya, tidak akan ada ukuran yang
absolut dalam etika, metafisika, maupun agama.

Pengaruh posotif gerakan kaum Sofis cukup terasa karena mereka membangkitkan semnagat
berfilsafat. Mereka mengingatkan filosof bahwa persoalan pokok dalam filsafat bukanlah alam melainkan
manusia. Mereka tidak memberikan jawaban final tentang etika, agama, dan metafisika. Ini membuka
peluang bagi para filosof untuk lebih kreatif lagi berpikir. Dalam filsafat ilmu, pandangan relative tentang
kebenaran menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses mencari ilmu. Karena itu, ilmu itu terbatas,
tetapi proses mencari ilmu itu tidak terbatas.

Namun, para filosof setelah kaum Sofis tidak setuju dengan pandangan tersebut, seperti Socrates,
Plato, dan Aristoteles. Mereka menolak relativisme kaum Sofis. Menurut mereka, ada kebenaran objektif
yang bergantung kepada manusia. Socrates membuktikan adanya kebenaran objektif itu dengan
menggunakan metode yang bersifat praktis dan dijalankan melalui percakapan-percakapan, sehingga
metode yang digunakannya biasanya disebut metode dialog karena dialog mempunyai peranan penting
dalam menggali kebenaran yang objektif. Socrates berpendapat bahwa ajaran dan kehidupan adalah satu
dan tak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, dasar dari segala penelitian dan
pembahasan adalah pengujian diri sendiri. Semboyan yang paling digemarinya adalah apa yang tertera
pada Kuil Delphi, yaitu “kenalilah dirimu sendiri”.

Periode setekah Socrates disebut dengan zaman keemasan filsafat Yunani karena pada zaman ini
kajian-kajian yang muncul adalah perpaduan antara filsafat alam dan filsafat tentang manusia. Tokoh
yang sangat menonjol adalah Plato (429-347 SM), menurutnya esensi itu mempunyai realitas dan
realitasnya ada di alam idea. Plato menggambarkan kebenaran umum adalah rujukan bagi alam empiris,
contohnya kuda yang di alam empiris bermacam-macam warna dan bentuk serta jenisnya, tetapi kuda
secara umum memiliki unsur umum yang membedakannya dengan sapi dan kambing. Unsur umum inilah
yang ada di alam idea dan bersifat universal. Puncak kejayaan filsafat Yunani terjadi pada masa
Aristoteles (348-322 SM). Seorang filosof yang berhasil menemukan pemecahan persoalan-persoalan
besar filsafat yang dipersatukannya dalam satu system: logika, matematika, fisika, dan metafisika. Logika
Aristoteles berdasrakan pada analisis bahsa yang diesbut silogisme. Pada dasarnya silogisme terdiri dari 3
premis:

- Semua manusia akan mati (premis mayor)


- Socrates seorang manusia (premis minor)
- Socrates akan mati (konklusi)

Logika Aristoteles ini juga disebut dengan logika deduktif, yang mengukur valid atau tidaknya sebuah
pemikiran. Aristoteles yang pertama kali membagi filsafat pada hal yang teoretis dan praktis. Yang
teoretis mencakup logika, metafisika, dan fisika, sedangkan yang praktis mencakup etika, ekonomi, dan
politik. Aristoteles dianggap bapak ilmu karena dia mampu meletakkan dasar-dasar dan metode ilmiah
secara sistematis. Filsafat Yunani yang rasional itu boleh dikatakan berakhir setelah Aristoteles
menuangkan pemikirannya. Akan tetapi sifat rasional itu masih digunakan selama berabad-abad
sesudahnya samapi sebelum filsafat benar-benar memasuki dan tenggelam dalam abad pertengahan.
Tepatnya pada ujung zaman Helenisme, yaitu pada ujung sebelum Masehi menjelang Neo Platonisme,
filsafat benar-benar mengalami kemunduran.

B.PERKEMBANGAN ILMU ZAMAN ISLAM

Jibril memerintahkan Muhammad dengan bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang
menciptakan. Perintah ini tidak hanya sekali diucapkan Jibril ttapi berulang-ulang sampai Nabi
dapat menerima wahyu tersebut. Dari kata Iqra’ inilah kemudian lahir aneka makna seperti
menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu dan membaca teks.

Alquran dan Hadis kemudian dijadikan sebagai sumber ilmu yang dikembangkan oleh umat
islam dalam spectrum yang seluas-luasnya. Keduanya juga memiliki peran ganda dalam
penciptaan dan pengembanga ilmu-ilmu. Untuk memudahkan pemahaman, penulis mencoba
membagi sejarah perekembangan ilmu dalam Islam dalam beberapa zaman, seperti uraian
berikut ini.

1. Penyampaian Ilmu dan Filsafat Yunani ke Dunia Islam

Usaha-usaha mereka pada gilirannya menjadi alat dalam penyebaran filsafat dan
penetrasinya ke dalam studi-studi keislaman lainnya, dan tak diragukan lagi upaya
rekonsiliasi oleh para filosof Muslim ini menghasilkan afinitas dan ikatan yang kuat antar
filsafat Arab dan filsafat Yunani. Pada masa ini juga didapati pusat-pusat ilmu
pengetahuan seperti Ariokh, Ephesus, dan Iskandariah. Islam tidak hanya mendukung
adanya kebebasan intelektual, tetapi juga membuktikan kecintaan umat islam terhadap
ilmu pengetahuan dan sikap hormat mereka kepada ilmuan, tanpa memandang agama
mereka.

2. Perkembangan Ilmu pada Masa Islam Klasik

Sebagaimana ditekankan sebelumnya islam sangat mementingkan ilmu pengetahuan,


mulai masa Nabi sampai dengan Khulafa al-Rasyidun, pertumbuhan dan perkembangan
ilmu berjalan dengan pesat seiring dengan tantangan zaman. Sejak awal islam kajian-
kajian dalam bidang teologi sudah berkembang, meskipun masih berbentuk emrio. Emrio
inilah yang pada masa kemudian menemukan bentuknya yang lebih sistematis dalam
kajian-kajian teologis dalam islam. Dapat ditarik hipotesis sementara bahwa pada awal
islam pengaruh Hellenisme dan juga filsafat Yunani terhadap tradisi keilmuan Islam
sudah sedemikian kental, sehingga pada saat selanjutnya pengaruh itu pun terus mewarnai
perkembangan ilmu pada masa-masa berikutnya.
3. Perkembangan Ilmu pada Masa Kejayaan Islam

Pada masa kejayaan kekuasaan islam, khususnya pada masa pemerintahan Dinasti
Umayyah dan Dinasti Abbasiyah, Ilmu berkembang sangat maju dan pesat. Kemajuan ini
membawa islam pada masa keemasannyam di mana pada saat yang sama wilayah-
wilayah yang jauh diluar kekuasaan Islam masih berada pada masa kegelapan peradabam
(Dark Age).

4. Masa Keruntuhn Tradisi Keilmuan dalam Islam

Abad ke-18 dalam sejarah Islam adalah abad yang paling menyedihkan bagi umat
Islam dan memperoleh catatan buruk bagi peradaban Islam secara universal. Seperi yang
diungkapkan oleh Lothrop Stoddard, bahwa menjelang abad ke-18, dunia Islam telah
merosot ke tingkat yang terendah. Islam tampaknya sudah mati, dan yang tertinggal
hanyalah cangkangnya yang kering kerontang berupa ritual tanpa jiwa dan takhayul yang
merendahkan martabat umatnya. Ia menyatkan seandainya Muhammad bisa kembali hidup,
dia pasti akan mengutuk para pengikutnya sebagai kaum murtad dan musyrik.

Anda mungkin juga menyukai