Pengaruh Ilmu Pengetahuan yang pada waktu itu sudah terdapat di Timur
Kuno. Orang Yunani tentu berutang budi kepada bangsa-bangsa lain
dalam menerima beberapa unsur ilmu pengetahuan dari mereka.
Demikianlah ilmu ukur dan ilmu hitung sebagian berasal dari Mesir dan
Babylonia pasti ada pengaruhnya dalam perkembangan ilmu astronomi di
negeri Yunani. Namun, andil dari bangsa-bangsa lain dalam
perkembangan ilmu pengetahuan Yunani tidak boleh dilebih-lebihkan.
Orang Yunani telah mengolah unsur-unsur tadi atas cara yang tidak
pernah disangka-sangka oleh bangsa Mesir dan Babylonia. Baru pada
bangsa Yunani ilmu pengetahuan mendapat corak yang sungguh-sungguh
ilmiah.
Pada waktu Athena dipimpin oleh Perikles kegiatan politik dan filsafat
dapat berkembang dengan baik. Ada segolongan kaum yang pandai
berpidato (rethorika) dinamakan kaum sofis. Kegiatan mereka adalah
mengajarkan pengetahuan pada kaum muda. Yang menjadi objek
penyelidikannya bukan lagi alam tetapi manusia, sebagaimana yang
dikatakan oleh Prothagoras, Manusia adalah ukuran untuk segala-
galanya. Hal ini ditentang oleh Socrates dengan mengatakan bahwa yang
benar dan yang baik harus dipandang sebagai nilai-nilai objektif yang
dijunjung tinggi oleh semua orang. Akibat ucapannya tersebut Socrates
dihukum mati.
Teori Aristoteles yang cukup terkenal adalah tentang materi dan bentuk.
Keduanya ini merupakan prinsip-prinsip metafisis, Materi adal.ah prinsip
yaug tidak ditentukan, sedangkan bentuk adalah prinsip yang
menentukan. Teori ini terkenal dengan sebutan Hylemorfisyme.
Pada zaman Alexander Agung (359-323 SM) sebagai kaisar Romawi dari
Macedonia dengan kekuatan militer yang besar menguasai Yunani, Mesir,
Hingga Syria. Pada masa itu berkembang sebuah kebudayaan trans
nasional yang disebut kebudayaan Hellinistis, karena kekuasaan Romawi
dengan ekspansi yang luas membawa kebudayaan Yunani tidak terbatas
lagi pada kota-kota Yunani saja, tetapi mencakup juga seluruh wilayah
yang ditaklukkan Alexander Agung. Bidang filsafat, di Athena tetap
merupakan suatu pusat yang penting, tetapi berkembang pula pusat-
pusat intelektual lain, terutama kota Alexandria. Jika akhirnya ekspansi
Romawi meluas sampai ke wilayah Yunani, itu tidak berarti kesudahan
kebudayaan dan filsafat Yunani, karena kekaisaran Romawi pun pintu di
buka lebar untuk menerima warisan kultural Yunani.
Dalam bidang filsafat tetap berkembang, namun pada saat itu tidak ada
filsuf yang sungguh-sungguh besar kecuali Plotinus. Pada masa ini muncul
beberapa aliran berikut:
Pertama, Sinisme. Menurut paham ini jagat raya ditentukan oleh kuasa-
kuasa yang disebut Logos. Oleh karena itu, segala kejadian berlangsung
menurut ketetapan yang tidak dapat dihindari. Aliran Sinisme merupakan
pengembangan dari aliran Stoik.
ZAMAN RENAISSANCE
ZAMAN MODERN
Di antara ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf, bidang fisika
menempati kedudukan yang paling tiggi. Menurut Traut fisika dipandang
sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya mengandung
unsur-unsur fundamental yang mernbentuk alam semesta juga
menunjukkan bahwa secara historis hubungan antara fisika dengan flsafat
terliht dalam dua cara. Pertama, persuasi filosafis mengenai metode
fisika, dan dalam interaksi antara pandangan subtasional tentang fisika
(misalnya: tentang materi, kuasa, konsep ruang, dan waktu). Kedua,
ajaran filsafat tradisional yang menjawab fenornena tentang materi,
kuasa, ruang, dan waktu. Dengan demikian, sejak semula sudah ada
hubungan yang erat antara filsafat dan fisika.
Fisikawan abad ke-21 adalah Albert Einstain menyatakan bahwa alam itu
tidak terhingga besarnya dan tidak terbatas, tetapi juga tidak berubah
status totalitasnya atau bersifat statis dari waktu ke waktu. Einstein
percaya akan kekekalan materi. Ini berarti bahwa alam semesta itu
bersifat kekal, atau dengan kata lain tidak mengakui adanya penciptaan
alam. Di samping teori mengenai fisika, teori alam semesta, dan lain-lain,
Zaman Kantemporer ini ditandai dengan penemuan berbagai teknologi
canggih. Teknologi komunikasi dan informasi termasuk salah satu yang
rrrengalami kemaj uan sangat pesat. Mulai dari penemuan komputer,
berbagai satelit komunikasi, internet, dan sebagainya. Bidang ilmu lain
juga mengalami kemajuan pesat, sehingga terjadi spesialisasi ilmu yang
semakin tajam. Ilmuwan kantemporer mengetahui hal yang sedikit, tetapi
secara rnendalam. Ilmnu kedokteran semakin menajam dalam spesialis
dan subspesialis atau super-spesialis, demikian pula bidang ilmu lain. Di
samping kecenderungan ke arah spesialisasi, kecenderungan lain adalah
sintesis antara bidang ilmu satu dengan lainya, sehingga dihadirkannya
bidang ilmu baru seperti bioteknologi yang dewasa ini dikenal dengan
teknolagi kloning.
Selasa, 30 Oktober 2012
PERKEMBANGAN FILSAFAT SEJAK ZAMAN YUNANI KUNO SAMPAI
SEKARANG
Sebelum filsafat lahir dan berkembang pesat, di Yunani telah berkembang mitos-
mitos. Bahkan kalau di pikirkan secara seksama lagi, ternyata filsafat sendiri dilahirkan dan
dikembangkan melalui jalan mitologis. mitos-mitos yang berkembang sendiri merupakan
metode yang dilakukan untuk memahami segala sesuatu yang ada, karena ketidaktahuan dan
penasarannya manusia terhadap alam semesta ini dan pada saat itu jawabannya hanya ada
didalam mitos sehingga muncul anggapan bahwa bumi ini bisa gelap karena ada raksasa yang
menggemgam bumi ini, dan menjadi terang kembali setelah raksasa melepas genggamannya.
Khayalan-khayalan itu menjadi keyakinan yang selanjutnya membentuk pemahaman
normatif tentang setiap keberadaan dan kekuatan yang ada didalamnya. Kemudian setelah
berkembang jaman manusia pun mulai mencari kebenaran yang bisa dibuktikan secara
rasional yang melahirkan sebuah ilmu pengetahuan, mereka berhasil mengubah masyarakat
yang mitos menjadi logos yang sekarang dikenal dengan filsafat.
Filsafat sebagai induk pemikiran ilmiah selalu berada dibelakang kemajuan suatu
peradaban. Langkah ini dimulai dengan cara coba-coba (trial and error). Cara ini
membimbing manusia pada kemampuan menemukan pengetahuan ilmiah yang melibatkan
observasi dan eksperimen.
Lambat laun perkembangan ilmu filsafat pun semakin pesat,menurut saya
perkembangan filsafat terdiri dari 5 periode yaitu: 1) periode yunani 2) periode Helenitas dan
Romawi 3) periode Patristik 4) periode ISLAM 5) periode Skolastik 6) periode abad
pertengahan 7) periode modern 8) periode baru.
Pada zaman yunani kuno terdapat 3 masa perkembangan yaitu masa awal, masa kaum
sofis serta masa keemasan. Pada masa awal ini, filsafat hanya membahas tentang alam dan
kejadian alamiah terutama dalam hubungannya dalam perubahan-perubahan yang terjadi.
Namun mereka yakin bahwa perubahan-perubahan ini terdapat suatu unsur yang menentukan,
tapi mereka punya perbedaan pendapat tentang perbedaan unsur-unsur tersebut. Seperti
Thales menyebutnya unsur air, Anaximandros dengan unsur yang tidak terbatas (to apeiron),
Anaximenes dengan unsur udara. Anaximandros dan anaximenes adalah kedua murid Thales
namun berbeda pendapat dalam pemahamannya tentang unsur-unsur tersebut. Selanjutnya
Heraklitos mengatakan unsur tersebut adalah api, menurutnya api adalah lambang perubahan.
Karena tidak ada didunia yang tetap, definitf dan sempurna, tetapi berubah. Segala sesuatu
berada dalam status menjadi kemudian berubah.
Pemikiran Phytaghoras berbeda dengan filosof pada masanya kecuali Anaximandros
dalam memahami unsur tersebut. Menurutnya unsur tersebut tidak dapat ditentukan dengan
pengenalan indrawi, melainkan dapat diterangkan dengan perbandingan dasar antar bilangan,
karena Phytaghoras terkenal sebagai pengembang ilmu pasti dengan dalil terkenalnya yaitu
dalil Phyitaghoras. Perminides dari Elea mengemukakan unsure metafisika, yaitu
mempersoalkan ada yang berkembang menjadi yang ada, sejauh ada (being as being,
being as such). Dari yang ada, ada,dan yang tak ada, mempunyai arti bahwa prulalitas itu
tidak ada.
Filosof berikutnya kembali kepada pengalaman indrawi, antara lain Demokritos dan
Leucippus yang bersama-sama memuat teori atomisme. Mereka berpendapat bahwa segala
sesuatu yang ada terdiri atas bagian-bagian kecil yang tidak bisa dibagi-bagi lagi, meskipun
bentuk atom itu sendiri sangat kecil dan tidak Nampak oleh indra namun atom selalu
bergerak membentuk realitas yang tampak oleh indra manusia.
Di lanjutkan pada masa kaum sofis, yaitu kaum yang pandai berpidato yang tidak lagi
menaruh perhatian utama kepada alam, tetapi menjadikan manusia sebagai pusat perhatian
studinya. Tokohnya adalah Protagoras, dia memperlihatkan sifat-sifat relativisme (kebenaran
bersifat relative), tidak ada kebenaran yang tetap, umiversal dan definitif. Benar, baik dan
bagus selalu berhubungan dengan manusia, tidak manidiri sebagai kebenaran mutlak.
Selanjutnya adalah masa keemasan filsafat di Yunani yang dintadi dengan Socrates
(470SM-399SM) yang menentang kaum sofis yang mengatak bahwa kebenaran adalah
sifatnya relative dan tidak mutlak. Namun menurut Socrates, kebenaran itu sifatnya mutlak,
universal dan obyektif yang harus dijunjung tinggi oleh semua orang. Metode yang
digunakan olehnya adalah dengan bertanya secara radikal dan kritis kepada orang yang
bersangkutran sampai orang yang ditanya dapat menemukan apa yan baik dan benar didalam
dirinya sendiri. Keberanian, kejujuran dan keteguhannya dalam bersifat harus dibayar mahal
olehnya dengan meminum racun sebagai hukuman mati karena dia dianggap menyebarkan
kesesatan dan merusak moral pemuda dan masyarakat saat itu.
Dari caranya bersifat, ia mengembangkan secara de facto menjadi suatu metode yang
dikenal dengan metode Induktif. Dalam metode ini dikumpulkan contoh dari peristiwa
khusus yang diambil cirri-ciri khususnya kemudian dicari cirri-ciri umumnya hingga
memperoleh suatu definisi terhadap sesuatu.
Jasa Socrates yang paling besar adalah mengembalikan tradisi filsafat yunani yang
semapt digoyahkan oleh kaum sofis. Socrates mempunyai murid dari kalangan bangsawan
yunani bernama Plato (427SM-347SM). Plato mendirikan sekolah filsafat yang disebut
Akademia. Dia mengubah metode Socrates menjadi teori Idea. Menurutnya idea adalah
bentuk mula jadi atau model yang bersifat umum dan sempurna yang disebut prototypa,
sedangkan benda individual dunia hanya merupakan bentuk tiruan yang tidak
sempurna/kekal. Oleh karena itu dalam filsafatnya plato menentang realisme karena yang
dianggap benar menurut realisme adalah yang dapat diindra dan ada begitu saja, tapi kata
plato obyek tersebut sebenarnya sudah ada di dalam idea yang nyata sedangkan objek
duniawi hanyalah tiruan dari dunia idea saja. Gagasan plato ini banyak memberikan dasar
pada perkembangan logika.
Namun demikian logika ilmiah sesungguhnya baru saja terwujud oleh muridnya yaitu
Aristoteles (384SM-322SM), karena dia lebih sistematis dalam berfilsafat. Dalam berfilsafat
dia menggarap masalah kategori, struktur bahasa, hokum formal konsistensi proposisi,
silogisme kategoris, pembuktian ilmiah, perbedaan atribut hakiki dengan bukan hakiki,
kesatuan pemikiran, metode berdebat, kesalahan berpikir sampai menyentuh bentuk-bentuk
dasar simbolisme.
2) Periode Helenitas-Romawi
Masa ini tidak lepas dari peranan Raja Alexander Agung, uang membuat kebudayaan
yunani menjadi kebudayaan Helenitas. Diera ini dibuka juga sekolah-sekolah baru
mengalahkan Akademia plato dan Lykeion aristoteles, sehingga memunculkan banyak aliran-
aliran baru seperti stoisisme, epikurisme, skeptisisme, ekletisisme, dan neoplatoisme.
Stoisme adalah mazhab yang didirikan oleh Zeno dari kition di Athena sekitar 300 SM.
Nama stoa mengacu dari serambi bertiang empat tempat Zeno mengajar. Menurut stoisme
jagat raya di ditentukan oleh logos yang berarti rasio dengan begitu seluruh kejadian jagat
raya ini telah ditentukan dan tidak bisa dielakan dan jiwa manusia merupakan bagian dari
logos sehingga mampu mengenali jagat raya. Manusia dapat hidup bahagia dan bijaksana jika
menggunakan rasionya dalam mengendalikan diri nafsu-nafsunya secara sempurna. Mati dan
hidup merupakan kejadian yang sudah ditentukan dan sifatnya mutlak.
Epikurisme dibangun epikueros (341SM-270SM) yang kembali memunculkan
Atomisme demokritos bahwa segala hal terdiri atas atom yang senantiasa bergerak dan
bertabrakan secara kebetulan sehingga terciptanya segala sesuatu. Dalam ajarannya terhadap
manusia, dia berpendapat manusia bisa bahagia jika mengakui susunan dunia ini dan tidak
ditakut-takuti oleh dewa. Dengan begini manusia bebas dalam berkehendak untuk mencari
kesenangan sepuas-puasnya tanpa harus memperdulikan dewa. Namun jika kesenangan yang
manusia dapat terlalu banyak maka ia akn gelisah dan tidak tenang, oleh karena itu yang
manusia itu sendiri harus bisa membatasi diri dalam mencari kesenangan itu sendiri agar
memperoleh kesenangan yang hakiki yaitu kesenangan rohani.
Skeptisisme dipelopori oleh Pyrrho (365SM-275SM), aliran ini mengajarkan keragu-
raguan dan kesangsian terhadap sesuatu yang ada, walaupun sesuatu itu nyata adanya. Karena
mereka menyakini bahwa kemampuan manusia tidak akan sampai bisa menemukan
kebenaran yang mutlak.
Ekletisisme, Cicero (106SM-43SM). Aliran ini hanya sebagai penengah berbagai aliran
filsafat bagi masyarakat dalam menghadapi berbagai permasalahan namun tidak sampai
menggabungkan segala aliran filsafat itu kedalam satu pemikiran namun hanya menggunakan
aliran-aliran tertentu pada kondisi tertentu dan tidak memihak kepada aliran apapun.
Neoplatoisme,sesuai dengan namanya aliran ini mencoba menghidupkan kembali filsafat
Plato, tetapi dipengaruhi juga oleh aliran filsafat setelahnya seperti Aristoteles dan Stoa, oleh
karena itu tidak lah heran jika aliran ini mensintesiskan semua aliran filsafat saat itu. Tokoh
nya adalah Plotinos, aliran ini mengajarkan tentang hakikat adanya yang satu ayitu Allah.
Artinya semuanya berasal dan kembali kepada yang satu sehingga menimbulkan gerakan
dari atas kebawah dan dari bawah keatas. Pada gerakan dari atas kebawah, artinya taraf yang
paling tinggi yaitu Allah mengelurkan taraf-taraf yang ada dibawahnya melalui jalan emanasi
yang berarti tidak merubah dan mengurangi kesempurnaan yang satu. Prosesnya adalah
seperti ini, dari yang satu dikeluarkan akal budi sesuai dgn gagasan plato. Didalam akal budi
ada dualitas yaitu yang memikirkan dan yang dipikirkan. Dari akal budi melahirkan jiwa
dunia (psyche) dan darinya dikeluarkan materi (hyle) bersama dengan psykhe terciptalaj jagat
raya. Sebagai taraf terendah, materi yang palin tidak sempurna dan merupakan pusat
kejahatan.
Pada gerakan dari bawah keatas, setiap taraf-taraf yang dikeluarkan yang satu akan
kembali menuju Allah, karena manusia memilii tiga taraf(akal budi, psyche, dan hyle) maka
hanya manusialah yang mampu kembali pada yang satu. Cara kembalinya ada tiga cara yaitu:
penyucian manusia dari materi ketika bertapa, penyatuan manusia dengan tuhan melebihi
pengetahuan dan eksistensi.
3) Periode Patristik
Istilah patristic berasal dari kata latin patres yg berarti bapak dalam lingkungan gereja.
Dalam era ini, filsafat mulai disusupi oleh teologi kristiani, bahkan terjadi pertentangan juga
dikalangan para pemuka agama Kristen ini dalam menanggapi filsafat. Ada tiga pendapat
para bapak gereja dalam menanggapinya, pertama,setelah adanya wahyu ilahi melalui roh
kudus seharusnya pemikiran filsafat di stop bahkan dihilangkan sama sekali karena dianggap
menyalahi alkitab dan dianggap kafir. Kedua, berusaha untuk menengahi dan
menggabungkan kedua pemikiran tersebut. Ketiga, filsafat merupakan langkah awal menuju
pemahaman agama yang harus diterima dan dikembangkan.
Tokoh utama dalam filsafat ini adalah augustinus, ia mengatakan bahwa pemikiran
merupakan integrasi dari teologi Kristen dan pemikiran filsafatnya dan filsafat itu sendiri
tidak bisa lepas dari iman Kristen. Inti dari filsafat ini hanya membahas 2 aspek yaitu tuhan
dan manusia. Oleh karena itu maka pembahasannya mencakup hal-hal yg berhubungan
dengan manusia, kepribadian, kesusilaan dan sifat-sifat tuhan. Menurutnya manusia tidak
akan sanggup mencapai kebenaran tanpa terang (lumens) dari Allah, meskipun demikian
dalam diri manusia sendiri sudah tertanam benih kebenaran yang merupakan pantulan terang
allah sendiri yaitu hati nurani.
Sebenarnya para bapak gereja menggunakan pemikiran filsafat adalah guna memudahkan
agama Kristen diterima oleh manusia dan mengembangkan agama Kristen irtu sendiri.
Namun pada pelaksanaannya agama Kristen itu sendiri yang mengurung dan mengekang pola
pikir manusia dalam berfilsafat karena jika ada pemikiran yang ridak sesuai dengan alkitab
maka akan langsung dihukum. Dari situlah nantinya akan muncul sekulerisme dikalangan
eropa pada abad pertengahan yang memisahkan antara agama dan filsafat bahkan mereka
melawan ajaran-ajaran Kristen dan menjadikan akal sebagai tuhan.
4) Periode ISLAM
Filsafat islam muncul akibat imbas dari gerakan penerjemahan besar-besaran buku-buku
peradaban yunani dan peradaban lainnya pada masa Daulat Abasiah dimana pemerintah
memberikan sokongan penuh terhadap gerakan penerjemahan kedalam bahasa arab ini, dan
prestasi yang paling spektakuler adalah ulama berhasil menerjemahkan ilmu filsafat sebagai
mascot peradaban yunani saat itu, baik Socrates, plato, aristoteles maupun lainnya.
Namun filsafat islam bukanlah filsafat aristoteles atau plato yang di bahasa arabkan, akan
tetapi independen yang memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan filsafat yunani.
Hal ini dibuktikannya dari upaya para ahli ilmu kalam antara mutazilah dengan asyariah
yang menjelaskan bahwa agama islam adalah agama yang rasional sehingga mereka
membungkus filsafat dalam baju keagamaan. Dan adanya batasan filsafat masuk ke dalam
agama yaitu filsafat tidak boleh dan haram hukumnya mengobrak-abrik akidah agama islam,
namun hanya boleh menguatkan akidah dengan cara memikirkan makhluknya saja dan tidak
boleh memikirkan tentang dzatnya ALLAH SWT.
Tokoh-tokoh filosof ini adalah ibnu taimiyah, ibnu rusyd (averros), ibnu sina (Avicenna),
dan al-farabi. Imbas filsafat masuk ke lngkungan islam adalah munculnya ilmu-ilmu
pengatahuan baru seperti ilmu falak, astronomi, pengobatan bahkan para ulama ahli dalam
bidang tersebut berhasil membuat karya yang sangat berguna bagi manusia sampai saat ini.
Bahkan inu sina dan ibnu rusyd terkenal di barat sana namanya.
5) Periode skolastik
Filsafat ini mempunyai corak semata-mata agama yang mengabdi kepada teologi yang
mencoba mensintesa kan antara kepercayaan dan akal. Berbeda dengan patristic, skolastik
hanya mengkaji teologi dan menggunakan filsafat sebagai pembuktiannya.
Tokohnya adalah Thomas Aquinas (1225-1274M), menurutnya pengetahuan didapat
melalui indra dan diolah akal tapi akal tidak mampu mencapai relitas tertinggi yang ada pada
daerah tuhan. Nah, filsafat inilah yang bisa memperkuat dalil-dali agama guna lebih
mengabdi kepada tuhan.
Pembuktian Aquinas tentang adanya tuhan, pertama, dari sifat ala mini yang selalu
bergerak dengan teratur membuktikan bahwa ada yang mengatur semua ini yaitu tuhan.
Kedua, allah itu maha besar, sehingga tidak terpikirkan sesuatu yang lebih besar lagi. Ketiga,
hal yang terbesar tentulah berada dalam kenyataan karena apa yang ada dalam pikiran saja
tidak mungkin lebih besar. Keempat, allah tidak hanya berada dalam pikiran tetapi dalam
kenyataan juga, jadi Allah benar-benar ada.
Pandangan etika Aquinas menekankan superioritas kebaikan keagamaan. dasar kebaikan
adalah kemurahan hati yang lebih dari sekedar kedermawanan dan belas kasih melainkan
terdapat didalam jiwa yang penuh cinta. Cinta kepada tuhan yang harus diutamakan baru
cinta kepada sesama manusia.
6) Periode abad pertengahan
Pada abad pertengahan ini, masyarakat terutama di eropa mulai bosan dengan pembatasan
pemikiran mereka terhadap sesuatu oleh gereja. Karena setiap ada suatu pendapat atau
pemikiran yang tidak sesuai dengan paham gereja makan akan di kenakan hukuman dan di
cap sebagai kafir oleh gereja.
Akhirnya manusia mulai mencoba memisahkan hubungan antara agama dan ilmu
pengetahuan. Disini mulai adanya pencarahan dan kebebasan berpikir manusia dalam
mencari suatu kebenaran. Namun dimasa ini filsafat masih jatuh bangun dari hasrat
radikalisasi pemikirannya. Karena pada saat ini manusia masih mebutukan agama dan
bimbingan gereja untuk menjalani hidup yang damai dan memperoleh ketenangan yang
hakiki.
7) Periode modern
Setelah hampir sepuluh abad eropa diselimuti paham teologis yang memanipulasi
kebenaran dan mematikan pemikiran bebas. Akhirnya munculnya suatu gerakan cultural yang
bertujuan menggulingkan paham gereja yang selama ini mengekang mereka dalam mencari
kebenaran dan berpikir bebas, gerakan ini disebut renaisans yang artinya kelahiran
kembali. Semangat renaisans ini menimbulkan rasa kepercayaan pada otonomi manusia
dalam mencari kebenaran. Ilmu pengetahuan yang tadinya tidak berkembang akibat dominasi
gereja mulai berkembang dengan pesatnya dimasa renaisans.
Kebenaran tidak lagi bersumber dari alkitab tetapi pada pengalaman empiris dan
perumusan hipotesis yang rasional. Oleh karena itu, sumber pengetahuan hanya apa yang
secara alamiah dapat dipakai oleh manusia yaitu, akal (rasio) dan pengalaman (empiris).
Maka pada abad ini muncul dua aliran yang saling bertentangan yaitu antara aliran
rasionalisme dan aliran empirisme. Perdebatan antara kedua aliran ini terus berlangsung dan
mempengaruhi pemikiran filsafat setelahnya.
Tokoh dari aliran rasionalisme adalah Rene Descartes (1596-1650), aliran ini menyatakan
bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi dan dapat dipercaya adalah rasio, hanya
pengetahuan yang diperoleh akalah yang memenuhi syarat untuk dijadikan sumber
pengetahuan. Pengalaman inderawi selalu diragukan, selalu berubah dan tidak pasti. Bisa saja
kursi yang kita duduki adalah tidak nyata dan hanya mimpi belaka. Bahkan dia sendiri
meragukan akan kebenaran adanya dirinya sendiri. Makanya munculah karena saya
berpikir maka saya ada. Kaum rasionalis selalu meragukan segala sesuatu dan tidak
percaya akan pengalamannya sendiri. Pengalaman hanya bisa dipakai untuk meneguhkan
pengetahuan yang telah didapatkan oleh akal. Akal tidak memerlukan pengalaman, karena
akal mampu menurunkan kebenaran dari akal sendiri. Dan metode yang digunakan adalah
deduktif. Namun meskipun begitu, Descartes tidak menafikan tentang adanya tuhan karena
menurut dia tuhan adalah matematikawan agung yang begitu rasional dalam menciptakan
dunia ini secara terstruktur dan wajib ditemukan oleh akal manusia dalam penciptaannya itu.
Aliran empirisme dengan tokohnya adalah David Hume (1711-1776) mengatakan bahwa,
pengalamanlah yang menjadi sumber ilmu pengetahuan baik pengalaman batiniah maupun
lahiriah. Akal hanyalah mengolah bahan-bahan pengalaman yang diperoleh inderawi. Karena
tidak ada satupun ada dalam pemikiran yang tidak terlebih dahulu terdapat pada data-data
inderawi. Contohnya, kita tidak akan mengetahui bahwa api itu panas jika kita sendiri belum
mencoba dan membuktikannya bahwa api itu panas. Oleh akal lalu disimpilkan bahwa api itu
panas. Lalu munculah pengetahua baru berdasarkan pengalaman. Metode yang digunakan
adalah induktif.
Filsafat adalah proses berfikir secara radikal, sistemika, dan universal terhadap segala
yang ada dan yang ada. Dengan kata lain berfilsafat berarti berpikir secara radikal (mendasar,
mendalam, sampai ke arah akar-akarnya), sistematika (teratur, runtut, logis, dan tidak
serampangan) untuk mencapai kebenaran universal (umum, terintegral, dan tidak khusus serta
tidak persial). Dan yang di kaji dalam filsafat adalah segala sesuatu yang ada secara
keseluruhan meliputi objek material dan objek formal. Objek material filsafat ialah segala
sesuatu yang menjadi masalah, segala sesuatu yang dimasalahkan oleh filsafat. Objek formal
ialah usaha untuk mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya, sampai ke akarnya)
tentang objek material filsafat. Sedangkan fungsi filsafat ialah memenuhi harapan-harapan
manusia semaksimal mungkin dengan pemikiran manusia itu sendiri. Untuk manusia yang
berfilsafat memiliki ciri seperti berpikir radikal, mancari asa, memburu kebenaran, mencari
Munculnya pemikiran berfilsafat tidak lepas dari peradaban Yunani. Pasalnya di negeri
itulah filsafat lahir dan berkembang pesat sampai sekarang. Untuk filsuf pertama yang
muncul di Yunani adalah Thales. Sedangkan faktor yang mempengaruhi munculnya filsafat
ialah mitos bangsa Yunani, kesusastraan Yunani, dan pengaruh ilmu pengetahuan. Untuk
membedakan aliran atau memetakan filsafat maka filsafat membagi masa atau zaman
Filsafat alam muncul pada periode awal filsafat Yunani. Hal yang dikaji pada filsafat
alam yaitu mengenai unsur induk atau arche yang dianggap merupakan asal dari segala yang
ada termasuk terjadinya alam semesta ini. Pandangan filsuf pada waktu itu melahirkan satu
kenyataan yang fundamental, yang disebut monisme. Kenyataan tersebut dapat berupa jiwa,
materi, Tuhan atau subtansi lainnya yang tidak dapat diketahui. Diantara tokoh-tokohnya
dan masih banyak yang lain. Dalam tokoh-tokoh tersebut timbullah kenyataan-kenyataan
yang merupakan awal dari segala yang ada. Seperti Thales yang mengungkapkan bahwa
dasar semua kehidupan adalah air. Air merupakan awal dari segalanya dan juga merupkan
akir dari segalanya. Untuk muridnya, Anaximender berpendapat bahwa yang asal memang
satu namun itu bukan air melainkan apeiron yaitu suatu yang tanpa batas (tidak dapat
ditentukan dan tidak memiliki persamaan dengan salah satu benda yang ada dalm dunia).
Selain itu dalam pemikirannya tak mungkin yang asal itu sama dengan substansi yang telah
ada. Karena substansi memiliki sifat yang berkebalikan dengan substansi lain sehingga jika
yang asali itu salah satu dari substansi itu maka substansi yang lain akan musnah. Filosof
Anaximenes berkeyakinan bahwa yang menjadi sebab segala yang hidup adalah udara. Kalau
udara menjadi jarang maka terjadilah api, kalau udara menjadi rapat terjadilah angin dan
awan, bertambah padat sedikit lagi turun hujan dari awan itu. Dari air tersebut terjadi tanah
dan dari tanah yang sangat padat akan terbentuk batu. Ketiga tokoh diatas merupakan filosof
yang berasal dari miletus, sehingga mereka disebut pemilik mahzab milesian. Miletus sendiri
adalah sebuah kota niaga yang makmur pada waktu itu. Pemikiran para filsuf dari miletus
Selain ketiga tokoh tesebut terdapat Pythagoras yang berkeyakinan yang induk dari
semua ini adalah bilangan dan segala sesuatu di dunia berhubungan dengan bilangan.
Sehingga orang yang tahu betul tentang bilangan, dia yang akan tahu segalanya. Selain itu
semuanya juga dapat diprediksi dan diukur dalam siklus beritme. Pythagoras juga merupakan
seorang yang beragama atau berkepercayaan, dengan keyakinannya bahwa jiwa itu adalah
penjelmaan dari Tuhan yang jatuh kedunia karena dosa. Dan ia akan kembali ke langit ke
dalam lingkungan Tuhan bermula apabila sudah habis dicuci dosanya. Ada lagi tokoh yang
bernama Hereklitos dan Parmenides. Herekllitos berkeyakinan bahwa yang asal itu satu yaitu
api, dan segala sesuatu yang ada di dunia ini pasti berubah, tidak ada yang tetap. Selain itu
pendapat yang lain adalah tidak ada sesuatu apapun yang betul-betul berada, karena
bersifat tetap dan tidak berubah, serta hanya ada satu dan sesuatu yang ada itu ada.
Dalam filsafat alam kejadian benda yang ada di bumi dan di langit bemula dari uap air
yang menyelimuti bumi. Uap air yang basah menjadi kering karena perputaran bumi dan uap
air yang masih basah akan menjadi laut pada bumi. Jadi, mulanya bumi ini adalah sebuah
lautan. Lalu atas pengaruh Yang Panas terjadilah dari uap air yang basah makhluk yang
bertingkat-tingkat. Untuk benda yang ada di langit bermula dari uap yang naik dari bumi ke
atas, yang jernih nantinya akan menimbulkan api lalu dari situlah terjadi bintang-bintang.
Filsafat klasik
Pada masa ini filsafat lebih bercorak Antroposentris, artinya para filsuf dalam periode
ini menjadikan manusia sebagai objek pemikiran filsafat mereka. Mereka berupaya mencari
jawaban tentang masalah etika (filsafat tingkaah laku) dan juga tentang hakikat manusia.
Tokoh-tokoh yang tersohor dalam filsafat klasik adalah Socrates, Plato, dan Aristoteles.
Manusia ada karena untuk mencapai suatu tujuan yang di inginkan, dan salah-benar
lingkungan dan sesamanya. Pandangan itu sejalan dengan yang dikemukakan oleh Socrates.
Selain itu Socrates juga percaya bahwa kebaikan berasal dari pengetahuan diri. Dan manusia
pada dasarnya adalah jujur sedangkan kejahatan merupakan suatu upaya akibat salah
pengarahan yang membebani kondisi seseorang. Pepatah yang terkenal yang diucapkan oleh
Socrates adalah kenalilah dirimu. Sedangkan doktrin politik Socrates ialah kebijakan
adalah pengetahuan.
Dunia yang ada ini adalah dunia yang penuh dengan pengalaman yang selalu berubah-
ubah warna-warni. Semuanya adalah bayangan dari dunia idea atau tiruan saja. Barang-
barang yang ada di dunia ini semua adalah contoh dari yang ideal di dunia idea sana.
Keadaan idea sendiri bertingkat-tingkat, tingkat idea yang tertinggi adalah idea kebaikan,
dibawahnya idea jiwa dunia yang menggerakkan dunia. Berikutnya idea keindahan yang
menimbulkan seni, ilmu, pendidikan, dan politik. Dalam realitas terdapat juga dunia bayang-
bayang atau jasmani sselain dunia idea. Dunia ide merupakan dunia kodrati, bersifat kekal
dan abadi. Namun dunia bayang-bayang merupakan penampakan, cerminan, copy, bayangan
dari dunia ide. Dunia ide bersifat abadi sedangkan dunia bayang-bayang dapat mengalami
dikemukakan Plato. Mengenai pemikiran politik Plato, Plato berpendapat bahwa peraturan
yang menjadi dasar untuk mengurus kepentingan umum tidak boleh di putus oleh kemauan
atau pendapat rang seorang atau oeh rakyat seluruhnya. Melainkan ditentukan oleh suatu
ajaran yang berdasarkan pengetahuan dengan pengertian. Oleh karena itu pemerintah harus
Segalanya itu berubah dan manjadi, bermacam-macam bentuknya, yang semuanya itu
berada di dunia pengalaman sebagai realitas yang sesungguhnya. Itu sedikit pandangan
realisme filsafat aristoteles. Sedangkan filsafat tentang etika sejatinya adalah sarana untuk
mencapai kebahagiaan. Sebagai barang yang tertinggi dalam kehidupan etika dapat mendidik
manusia supaya memiliki sikap yang pantas dalam segala perbuatan. Etika yang baik atau
paham yang baik akan membuat hidup manusia bermutu. Sedangkan kehidupan manusia
yang bermutu harus dicari dengan bertolak dari relitas manusia sendiri.
Untuk mengetahui makna hakiki sikap sesuatu, Aristoteles mengembangkan suatu teori
pengetahuan dengan menempuh jalan atau metode abstraksi. Dengan membagi pengetahuan
menjadi dua yaitu pengetahua indra dan pengetahuan budi. Pengetahuan indra bertujuan
mencapai pengenalan pada hal-hal yang konkrit, yang bermacam-macam dan serba berubah.
Sedangkan pengetahuan budi bertujuan mencapai pengetahuan abstrak, umum, dan tetap.
Pengetahuan budi inilah yang disebut sebagai ilmu pengetahuan. Untuk filsafat politik
Aristoteles berpikiran bahwa negara yang sempurna adalah negara yang dipimpin oleh
seorang, sejumlah kecil orang, dan banyak orang (monarki, aristokrasi dan politia),
sedangkan pemerintahan yang benar terwujud jika ketiga model pemimpin tersebut
Pada masa ini filsafat lebih bercorak theosentris, artinya para filsuf dalam periode ini
menjadikan filsafat sebagai abdi agama atau filsafat diarahkan pada masalah ketuhanan.
Suatu karya filsafat dinilai benar sejauh tidak menyimpang dari ajaran agama. Oleh karena itu
filsafat barat abad pertengahan ini dapat disebut sebagai abad gelap, dengan menrima ajaran
gereja secara membabi buta. Karena itu perkembangan ilmu pengetahuan terhambat. Filsafat
pertengahan ini juga sering disebut filsafat skolastik, dan dalam filsafat skolastik terdapat dua
periode skolastik. Yaitu periode skolastik Islam dan periode skolastik kristen.
Filsafat dikalangan kaum muslim baru di mulai pada awal abad ke-8. Dalam khazanah
islam sendiri, istilah skolastik Islam jarang dipakai. Yang sering dipakai adalah Ilmu Kalam
atau filsafat Islam. Namun dalam pembahasannya kedua ilmu tersebut dibedakan. Periode
filsafat, aliran yang paling menonjol adalah Mutazilah yang dimotori oleh Wasil Bin Atha
ajarannya berkenaan dengan masalah Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan, yaitu :
Periode ini ditandai dengan munculnya ilmuan dan ahli-ahli dalam berbagai bidang
yang menaruh perhatian terhadap filsafat Aristoteles. Filsuf-filsuf yang muncul di kawasan
timur seperti Al-Kindi (806-873 M), Al-Razi (865-925 M), Al-Farabi (870-950 M), dan Ibnu
Sina (980-1037 M). Beberapa pemikiran filsuf-filsuf tersebut seperti falsafah yang paling
mulia adalah falsafah tentang ketuhanan, falsafah tidak boleh diajarkan kepada orang awam
kepada kebenaran. Semua yang ada berasal dari pemancaran Tuhan yang menjadi akal
Periode ini dimulai dengan munculnya tokoh-tokoh kalam seperti Al-Ghazali dan Al-Asyari.
sebagaian menganggap bahwa filsafat Aristoteles adalah benar, plato dan Al-Quran adalah
benar, mereka mengadakan perpaduan dan sinkretisme antara agama dan filsafat.
Masa ini merupakan kebangkitan pemikiran filsafat pada abad pertengahan. Pada saat
itu persoalan pemikiran yang ditonjolkan adalah hubungan antara rasio dengan wahyu.
Hubungan antara keduanya dirumuskan dengan semboyan saya percaya supaya mengerti.
Maksudnya adalah bahwa orang yang mempunyai kepercayaan agama akan lebih mengerti
segala sesuatunya. Jadi agamalah yang diutamakan dalam filsafatnya, tapi tidak mengingkari
kemampuan rasio.
Tokoh pada masa ini yang paling terkenal adalah Albertus Magnus dan Thomas
Aquinus. Ada beberapa faktor yang menyebabkan masa skolastik mencapai keemasan, yaitu :
Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusd, Ibnu Sina sehingga sejak abad ke-12 hingga
gabungan dari beberapa sekolah. Almamater ini sebagai embrio berdirinya universitas di
Berdirinya ordo-ordo kaena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan. Hal
peranan di bidang filsafat dan teologi. Tokoh-tokoh kritiani seperti Magnus dan Thomas
Rusd sengaja menghilangkan unsur-unsur atau selipan dari Ibnu Rusd karena mereka
muncul tokoh yang terkenal pada masa itu yaitu Nicolous Cusanus. Menurutnya ada tiga cara
untuk mengenal sesuatu yaitu lewat indra, akal, dan intuisi. Dengan indra kita akan
dengan akal kita mendapat bentuk-bentuk pengertian yang abstrak, dalam intuisi kita
mendapat pengetahuan yang lebih tinggi. Hanya dengan intuisi inilah kita akan dapat
mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Dengan intuisi inilah
diharapkan akan sampai pada kenyataan dimana segala sesuatu menjadi larut, yaitu Tuhan.
A. Filsafat modern
Dalam filsafat madern, para fisuf menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari
kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri.
Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran rasionalisme
beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio, kebenaran pasti berasal dari rasio.
Sebaliknya, aliran empirisme meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang
batin maupun yang indrawi. Lalu muncu aliran kritusme yang mencoba memadukan kedua
pendapat berbeda itu. Dalam filsafat modern ini terdapat banyak aliran diantaranya adalah
banyak yang lain. Tokoh-tokohnya diantaranya thomas hobbes, john locke, karl marx, da
BAB I
PENDAHULUAN
Berbincang mengenai filsafat baru mulai merebak di abad awal 20, namun france bacon
dengan metode induksi yang ditampilkannya pada abad 19 dapat dikatakan sebagai peletak
dasar filsafat ilmu khasanah bidang filsafat secara umum. Sebagian ahli filsafat berpandangan
bahwa perhatian yang besar terhadap peran dan fungsi filsafat ilmu mulai mengedepan tatkala
ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dalam hal
ini, ada semacam ke khawatiran yang muncul pada kalangan ilmuan dan filsuf, termasuk juga
kalanagan agamawan, bahwa kemajuan iptek dapat mengancam eksistensi umat manusia,
bahkan alam dan beserta isinya.
Para filsuf terutama melihat ancaman tersebut muncul lantaran pengembangan iptek berjalan
terlepas dari asumsi-asumsi dasar filosofisnya seperti landasan ontology, epistemologis dan
aksiologis yang cenderung berjalan sendiri-sendiri. Untuk memahami gerak perkembangan
iptek yang sedemikian itulah, maka kehadiran filsafat ilmu sebagai upaya meletakkan
kembali peran dan fungsi iptek sesuai dengan tujuan semula, yakni mendasarkan diri dan
concern terhadap kebahagian umat manusia, sangat di perlukan, inilah beberapa pokok
bahasan utama dalam pengenalan terhadap filsafat ilmu, disamping objek dan pengertian
filsafat ilmu yang kan dijelaskan terlebih dahulu.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat Ilmu
Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat
ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat ilmu [1].
1. Robert Ackermann: Filsafat ilmu adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat
ilmiah dewasa ini yang dibandingkan dengan pendapat-pendapat terdahulu yang telah
dibuktikan.
2. Lewis White Beck: Filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran
ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu
keseluruhan.
3. Cornelius Benjamin: filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafat ilmui yang
menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya, konsep-konsepnya dan
praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang
pengetahuan intelektual.
4. May Brodbeck: filsafat ilmu itu sebagai analisis yang netral secara etis dan filsafat ilmui,
pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.
Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan
telaah kefilsafat ilmuan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang
ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat
ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat ilmu pengetahuan) yang secara spesifik
mengakaji hakikat ilmu, seperti :
Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut?
Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan
pengetahuan ? (Landasan ontologis)
Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?
Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendapatkan
pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah
kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan
yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara
penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang
ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang
merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ?
(Landasan aksiologis)[2].
Bidang garapan Filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi
tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang
inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat ilmu tentang apa
dan bagaimana (yang) Ada itu (being Sein, het zijn). Paham monisme yang terpecah
menjadi idealisme atau spiritualisme, Paham dualisme, pluralisme dengan berbagai
nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada akhimya menentukan pendapat bahkan
keyakinan kita masing-masing mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana
manifestasi kebenaran yang kita cari.
Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk
mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik akan dengan
sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal
(Verstand), akal budi (Vernunft) pengalaman, atau komunikasi antara akal dan pengalaman,
intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal adanya
model-model epistemologik seperti: rasionalisme, empirisme, kritisisme atau rasionalisme
kritis, positivisme, fenomenologi dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana
kelebihan dan kelemahan sesuatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi
pengetahuan (ilmiah) itu seped teori koherensi, korespondesi, pragmatis, dan teori
intersubjektif.
Akslologi llmu meliputi nilal-nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna
terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang
menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun
fisik-material. Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu
conditio sine qua non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan
penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu.
Objek Material filsafat ilmu Yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu
disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak.
Menurut Dardiri (2000) bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada
dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu yang
ada itu di bagi dua, yaitu :
1. Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada
umumnya.
2. Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak (theodicae) dan tidak
mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi metafisik) dan alam (kosmologi).
Objek Formal filsafat ilmu yaitu sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian
atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu di sorot. Contoh :
Objek materialnya adalah manusia dan manusia ini di tinjau dari sudut pandangan yang
berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia di antaranya psikologi,
antropologi, sosiologi dan lain sebagainya.
Di mana posisi filsafat ilmu ketika dihadapkan dengan Islamisasi ilmu pengetahuan. Pada
dasarnya filsafat ilmu bertugas memberi landasan filosofi untuk minimal memahami berbagai
konsep dan teori suatu disiplin ilmu, sampai membekalkan kemampuan untuk membangun
teori ilmiah. Secara substantif fungsi pengembangan tersebut memperoleh pembekalan dan
disiplin ilmu masing-masing agar dapat menampilkan teori subtantif. Selanjutnya secara
teknis dihadapkan dengan bentuk metodologi, pengembangan ilmu dapat mengoprasionalkan
pengembangan konsep tesis, dan teori ilmiah dari disiplin ilmu masing-masing.
Sedangkan kajiaan yang dibahas dalam filsafat ilmu adalah meliputi hakekat (esensi)
pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem-problem
mendasar ilmu pengetahuan seperti; ontologi ilmu, epistimologi ilmu dan aksiologi ilmu.
Dari ketiga landasan tersebut bila dikaitkan dengan Islamisasi ilmu pengetahuan maka letak
filsafat ilmu itu terletak pada ontologi dan epistimologinya. Ontologi disini titik tolaknya
pada penelaahan ilmu pengetahuan yang didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang
dimiliki seorang ilmuwan, jadi landasan ontologi ilmu pengetahuan sangat tergantung pada
cara pandang ilmuwan terhadap realitas.
Manakala realitas yang dimaksud adalah materi, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu empiris.
Manakala realitas yang dimaksud adalah spirit atau roh, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu
humanoria. Sedangkan epistimologi titik tolaknya pada penelaahan ilmu pengetahuan yang di
dasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran.
Pemikiran filsafat ilmu banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Namun pada dasarnya filsafat
ilmu baik dibarat, india dan Cina muncul dari yang sifatnya religius. Pembagian secara
periodesasi filsafat ilmu barat adalah zaman kuno, zaman abad pertengahan, zaman modern
dan masa kini. Periodesasi filsafat ilmu cina adalah zaman kuno, zaman pembauran, zaman
neokonfusionisme dan zaman modern. Untuk cina adalah periode weda, biracarita, sutra-sutra
dan sekolastik. Dalam filsafat ilmu india yang penting adalah bagaimana manusia bisa
berteman dengan dunia bukan untuk menguasai dunia. Adapun filsafat ilmu islam hanya ada
dua periode yaitu: periode mutakalimin dan filsafat ilmu islam.
Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak
melainkan berlangsung secara bertahap. Karena untuk memahami sejarah perkembangan
ilmu mau tidak mau harus melakukan pembagian secara periode yang menampilkan ciri khas
tertentu.
Pada abad VI SM yunani muncul lahirnya filsafat ilmu dan mulai berkembang suatu
pendekatan yang sama sekali berlainan. Mulai saat itu orang mencari jawaban rasional
tentang problem alam semesta.dengan demikian filsafat ilmu dilahirkan.
Zaman yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat ilmu, karena pada masa ini
orang memiliki kebebasan untuk menguingkapkan ide atau pendapatnya. Yunani pada masa
itu dianggap sebagai gudang ilmu, karena yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai
mitologi-mitologi.
a. stoisisme, menurut paham ini jagad raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut logos.
Oleh karena itu segala kejadian menurut ketetpan yang tidak dapat dihindari.
c. skepisisme, mereka berfikir bahwa bidang teoritis manusia tidak sanggup mencapai
kebenaran
d. eklektisisme, suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur filsafat ilmu
dari aliran-aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran yang sungguh-sungguh.
e. neoplatoisme, yakni paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat ilmu plato.
Ialah zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi
kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran
yang bebas. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas
campur tangan Illahi.
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan
pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman renaissance.
Fisi kawan termashur adalah Albert Einstein yang percaya akan kekekalan materi. Dengan
kata lain tidak mengakui adanya penciptaan alam. Zaman kontemporer ini ditandai dengan
penemuan teknologi-teknologi canggih yang terus berkembang hingga sekarang.
1. Nativisme atau Naturalisme, dengan tokohnya antara lain. J.J. Rousseau (1712-1778) dan
Schopenhauer (1788-1860 M). Paham ini berpendirian bahwa setiap bayi lahir dalam keadaan
suci dan dianugerahi dengan potensi insaniyah yang dapat berkembang secara alamiah.
Karena itu, pendidikan pada dasarnya sekedar merupakan suatu proses pemberian kemudahan
agar anak berkembang sesuai dengan kodrat alamiahnya. Pandangan ini diidentifikasikan
sebagai konsepsi pendidikan yang cenderung pesimistik.
2. Empirisme atau Environtalisme, dengan tokohnya antara lain John Locke (1632-1704
M) dan J. Herbart (1776-1841 M). Aliran ini berpandangan bahwa manusia lahir hanya
membawa bahan dasar yang masih suci namun belum berbentuk apapun, bagaikan papan
tulis yang masih bersih belum tertulisi (Tabula Rasa, Locke ) atau sebuah bejana yang masih
kosong (Herbart). Atas dasar itu, pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu proses
pembentukan dan pengisian pribadi peserta didik ke arah pola yang diinginkan dan
diharapkan lingkungan masyarakatnya. Pandangan ini diidentifikasikan sebagai konsepsi
pendidikan yang cenderung optimistik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Filsafat ilmu adalah tinjauan kritis tentang pendapat ilmiah dengan menilai metode-metode
pemikirannya secara netral dalam kerangka umum cabang pengetahuan intelektual
2. Ruang lingkup filsafat ilmu melingkupi ontologi ilmu yang mengupas hakikat dari ilmu itu
sendiri, epistemologi ilmu yang membahas tatacara dan landasan untuk mencapai
pengetahuan ilmiah tersebut dan terakhir aksiologi ilmu yang meliputi nilai-nilai normatif
dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan.
3. Objek dari filsafat ilmu dapat bersifat umum dan bersifat khusus yang terbagi menjadi dua
yaitu secara mutlak dan tidak mutlak
4. sejarah perkembangan filsafat sudah dimulai sejak zaman yunani kuno dengan tokoh-tokoh
terkenal seperti aristoteles, plato, thales dan sebagainya, kemudian dilanjutkan pada zaman
abad pertengahan yang digawangi oleh para pemuka agama dengan terpengaruh pada
pemikiran tokoh yunani kuno. perkembangan filsafat selanjutnya adalah zaman renaissance
atau kebangkitan kembali yang berpendapat pada kebebasan manusia dan tidak didasarkan
pada campur tangan tuhan. perkembangan terakhir yaitu pada zaman modern yang ditandai
dengan beruntunnya penemuan-penemuan ilmiah dan mutakhir yang dirintis pada zaman
renaissaince
DAFTAR PUSTAKA
__________. 1980. Disekitar Masalah Ilmu; Suatu Problema Filsafat. Surabay: Bina Ilmu.
___________. Epistimologi Masa Depan dalam jurnal filsafat. Seri 1, februari 1990.
Jujun S. Suriasumantri. 1982. Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar
Harapan.
[1] Ismaun, (2001), Filsafat ilmu, (Diktat Kuliah), Bandung : UPI Bandung.
[2] Jujun S. Suriasumantri, (1982), Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Sinar
Harapan