Anda di halaman 1dari 30

SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT

SEJARAH perkembangan filsafat berkembang atas dasar pemikiran


kefilsafatan yang telah dibangun sejak abad ke-6 SM. Ada dua orang filsuf
yang corak pemikirannya boleh dikatakan mewarnai diskusidiskusi filsafat
sepanjang sejarah perkembangannya, yaitu Herakleitos (535-475 SM)
dan Parmenides (540-475 SM).

Pembagian secara periodisasi filsafat barat adalah zaman kuno, zaman


abad pertengahan, zaman modern, dan masa kini. Aliran yang muncul
dan berpengaruh terhadap pemikiran filsafat adalah Positivisme,
Marxisme, Eksistensialisme, Fenomenologi, Pragmatisme, dan Neo-
Kantianianisme dan Neo-tomisme. Pembagian secara periodisasi Filsafat
Cina adalah zaman kuno, zaman pembauran, zaman Neo-Konfusionisme,
dan. zaman modern. Tema yang pokok di filsafat Cina adalah masalah
perikemanusiaan. Pembagian secara periodisasi filsafat India adalah
periode Weda, Wiracarita, Sutra-sutra, dan Skolastik. Adapun pada
Filsafat Islam hanya ada dua periode, yaitu periode Muta-kallimin dan
periode filsafat Islam. Untuk sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di
sini pembahasan mengacu ke pemikiran filsafat di Barat.

Periode filsafat Yunani merupakan periode penting sejarah peradaban


manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari
mite-mite menjadi yang lebih rasional. Pola pikir mite-mite adalah pola
pikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan
fenomena alam, seperti gempa bumi dan pelangi. Gempa bumi tidak
dianggap fenomena alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang sedang
menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika filsafat diperkenalkan,
fenomena alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi
aktivitas alam yang terjadi secara kausalitas.
Perubahan pola pikir tersebut kelihatannya sederhana, tetapi implikasinya
tidak sederhana karena selama ini alam ditakuti dan dijauhi kemudian
didekati bahkan dieksploitasi. Manusia yang dulunya pasif dalam
menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif, sehingga
alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian. Dari proses ini kemudian
ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang akhirnya kita nikmati dalam
bentuk teknologi. Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani
merupakan poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia.

Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah


berlangsung secara mendadak, melainkan terjadi secara bertahap,
evolutif. Karena untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak
mau harus melakukan pembagian atau klasifikasi secara periodik, karena
setiap periode menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu
pengetahuan. Perkembangan pemikiran secara teoretis senantiasa
mengacu kepada peradaban Yunani. Periodisasi perkembangan ilmu
dimulai dari peradaban Yunani dan diakhiri pada zaman kontemporer.

ZAMAN PRA YUNANI KUNO

PADA masa ini manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan.


Oleh karena itu, zaman pra Yunani Kuno disebut juga Zaman Batu yang
berkisar antara empat juta tahun sampai 20.000 tahun. Antara abad ke-
15 sampai 6-SM, manusia telah menemukan besi, tembaga, dan perak
untuk berbagai peralatan. Abad kelima belas Sebelum Masehi peralatan
besi dipergunakan pertama kali di Irak, tidak di Eropa atau Tiongkok.

Pada abad ke-6 SM di Yunani muncul lahirnya filsafat. Timbulnya filsafat


di tempat itu disebut suatu peristiwa ajaib (the greek miracle). Ada
beberapa faktor yang sudah mendahului dan seakan-akan
mempersiapkan lahirnya filsafat di Yunani.

Pada bangsa Yunani, seperti juga pada bangsa-bangsa sekitarnya,


terdapat suatu mitologi yang kaya serta luas. Mitologi ini dapat dianggap
sebagai perintis yang mendahului filsafat, karena mite-mite sudah
merupakan percobaan untuk mengerti. Mite-mite sudah memberi
jawaban atas pertanyaan yang hidup dalam hati manusia: dari mana
dunia kita? Dari mana kejadian dalam alam? Apa sebab matahari terbit,
lalu terbenam lagi? Melalui mite-mite, manusia mencari keterangan
tentang asal usul alam semesta dan tentang kejadian-kejadian yang
berlangsung di dalamnya. Mite jenis pertama yang mencari keterangan
tentang asal usul alam semesta sendiri biasanya disebut mite
kosmogonis, sedangkan mite jenis kedua yang mencari keterangan
tentang asal usul serta sifat kejadian dalam alam semesta disebut mite
kosmologis. Khusus pada bangsa Yunani ialah mereka mengadakan
beberapa usaha untuk menyusun mite-mite yang diceritakan oleh rakyat
menjadi suatu keseluruhan yang sistematis. Dalam usaha itu sudah
tampaklah sifat rasional bangsa Yunani. Karena dengan mencari suatu
keseluruhan yang sistematis, mereka sudah menyatakan keinginan untuk
mengerti hubungan mite-mite satu sama lain dan menyingkirkan mite
yang tidak dapat dicocokkan dengan mite lain.

Kedua karya puisi Homeros yang masing-masing berjudul Ilias dan


Odyssea mempunyai kedudukan istimewa dalam kesusasteraan Yunani.
Syair-syair dalam karya tersebut lama sekali digunakan sebagai semacam
buku pendidikan untuk rakyat Yunani. Pada dialog yang bernama Foliteia,
Plato mengatakan Homeros telah mendidik seluruh Hellas. Karena puisi
Homeros pun sangat digemari oleh rakyat untuk mengisi waktu terluang
dan serentak juga mempunyai nilai edukatif.

Pengaruh Ilmu Pengetahuan yang pada waktu itu sudah terdapat di Timur
Kuno. Orang Yunani tentu berutang budi kepada bangsa-bangsa lain
dalam menerima beberapa unsur ilmu pengetahuan dari mereka.
Demikianlah ilmu ukur dan ilmu hitung sebagian berasal dari Mesir dan
Babylonia pasti ada pengaruhnya dalam perkembangan ilmu astronomi di
negeri Yunani. Namun, andil dari bangsa-bangsa lain dalam
perkembangan ilmu pengetahuan Yunani tidak boleh dilebih-lebihkan.
Orang Yunani telah mengolah unsur-unsur tadi atas cara yang tidak
pernah disangka-sangka oleh bangsa Mesir dan Babylonia. Baru pada
bangsa Yunani ilmu pengetahuan mendapat corak yang sungguh-sungguh
ilmiah.

Pada abad ke-6 Sebelum Masehi mulai berkembang suatu pendekatan


yang sama sekali berlainan. Sejak saat itu orang mulai mencari berbagai
jawaban rasional tentang problem yang diajukan oleh alam semesta.
Logos (akal budi, rasio) mengganti mythos. Dengan demikian filsafat
dilahirkan.

Pada zaman Pra Yunani Kuno di dunia ilmu pengetahuan dicirikan


berdasarkan know how yang dilandasi pengalaman empiris. Di samping
itu, kemampuan berhitung ditempuh dengan cara one-to one
correspondency atau mapping process. Contoh cara menghitung hewan
yang akan masuk dan ke luar kandang dengan kerikil. Namun pada masa
ini manusia sudah mulai memperhatikan keadaan alam semesta sebagai
suatu proses alam.

ZAMAN YUNANI KUNO

Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena


pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide
atau pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu
dan filsafat, karena Bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai
mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman
yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu
saja), melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude (suatu sikap
yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap belakangan inilah
yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap
kritis inilah menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir terkenal
sepanjang masa. Beberapa filsuf pada masa itu antara lain Thales (625-
545 SM), Phytagoras (580-500 SM), Socrates (469-399 SM), Plato (427-
347 SM), hingga Aristoteles (384-322 SM).

Zaman Kuno meliputi zaman filsafat pra-Socrates di Yunani. Tokoh-


tokohnya dikenal dengan nama filsuf pertama atau filsuf alam. Mereka
mencari unsur induk (arche) yang dianggap asal dari segala sesuatu.
Menurut Thales arche itu air, Anaximandros berpendapat arche itu yang
tak terbatas (to apeiron). Anaximenes arche itu udara, Pythagoras arche
itu bilangan, Heraklitos arche itu api, ia juga berpendapat bahwa segala
sesuatu itu terus mengalir (panta rhei). Parmenedes mengatakan bahwa
segala sesuatu itu tetap tidak bergerak.

ZAMAN KEEMASAN FILSAFAT YUNANI

Pada waktu Athena dipimpin oleh Perikles kegiatan politik dan filsafat
dapat berkembang dengan baik. Ada segolongan kaum yang pandai
berpidato (rethorika) dinamakan kaum sofis. Kegiatan mereka adalah
mengajarkan pengetahuan pada kaum muda. Yang menjadi objek
penyelidikannya bukan lagi alam tetapi manusia, sebagaimana yang
dikatakan oleh Prothagoras, Manusia adalah ukuran untuk segala-
galanya. Hal ini ditentang oleh Socrates dengan mengatakan bahwa yang
benar dan yang baik harus dipandang sebagai nilai-nilai objektif yang
dijunjung tinggi oleh semua orang. Akibat ucapannya tersebut Socrates
dihukum mati.

Hasil pemikiran Socrates dapat diketemukan pada muridnya Plato. Dalam


filsafatnya Plato mengatakan: realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia
yang hanya terbuka bagi pancaindra dan dunia yang hanya terbuka bagi
rasio kita. Dunia yang pertama adalah dunia jasmani dan yang kedua
dunia ide.

Pendapat tersebut dikritik oleh Aristoteles dengan mengatakan bahwa


yang ada itu adalah manusia-manusia yang konkret. Ide manusia tidak
terdapat dalam kenyataan. Aristoteles adalah filsuf realis, dan
sumbangannya kepada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali.
Sumbangan yang sampai sekarang masih digunakan dalam ilmu
pengetahuan adalah mengenai abstraksi, yakni aktivitas rasional di mana
seseorang memperoleh pengetahuan. Menurut Aristoteles ada tiga
macam abstraksi, yakni abstraksi fisis, abstraksi matematis, dan
metafisis.

Abstraksi yang ingin menangkap pengertian dengan membuang unsur-


unsur individual untuk mencapai kualitas adalah abstraksi fisis.
Sedangkan abstraksi di mana subjek menangkap unsur kuantitatif dengan
menyingkirkan unsur kualitatif disebut abstraksi matematis. Abstraksi di
mana seseorang menangkap unsur-unsur yang hakiki dengan
mengesampingkan unsur-unsur lain disebut abstraksi metafisis.

Teori Aristoteles yang cukup terkenal adalah tentang materi dan bentuk.
Keduanya ini merupakan prinsip-prinsip metafisis, Materi adal.ah prinsip
yaug tidak ditentukan, sedangkan bentuk adalah prinsip yang
menentukan. Teori ini terkenal dengan sebutan Hylemorfisyme.

MASA HELINITIS DAN ROMAWI

Pada zaman Alexander Agung (359-323 SM) sebagai kaisar Romawi dari
Macedonia dengan kekuatan militer yang besar menguasai Yunani, Mesir,
Hingga Syria. Pada masa itu berkembang sebuah kebudayaan trans
nasional yang disebut kebudayaan Hellinistis, karena kekuasaan Romawi
dengan ekspansi yang luas membawa kebudayaan Yunani tidak terbatas
lagi pada kota-kota Yunani saja, tetapi mencakup juga seluruh wilayah
yang ditaklukkan Alexander Agung. Bidang filsafat, di Athena tetap
merupakan suatu pusat yang penting, tetapi berkembang pula pusat-
pusat intelektual lain, terutama kota Alexandria. Jika akhirnya ekspansi
Romawi meluas sampai ke wilayah Yunani, itu tidak berarti kesudahan
kebudayaan dan filsafat Yunani, karena kekaisaran Romawi pun pintu di
buka lebar untuk menerima warisan kultural Yunani.

Dalam bidang filsafat tetap berkembang, namun pada saat itu tidak ada
filsuf yang sungguh-sungguh besar kecuali Plotinus. Pada masa ini muncul
beberapa aliran berikut:

Pertama, Sinisme. Menurut paham ini jagat raya ditentukan oleh kuasa-
kuasa yang disebut Logos. Oleh karena itu, segala kejadian berlangsung
menurut ketetapan yang tidak dapat dihindari. Aliran Sinisme merupakan
pengembangan dari aliran Stoik.

Kedua, Stoik. Menyatakan penyangkalannya adanya Ruh dan Materi


aliran ini disebut juga dengan Monoisme dan menolak pandangan
Aristoteles dengan Dualismenya. Ketiga, Epikurime. Segala-galanya
terdiri atas atom-atom yang senantiasa bergerak. Manusia akan bahagia
jika mau mengakui susunan dunia ini dan tidak boleh takut pada dewa-
dewa. Setiap tindakan harus dipikirkan akan akibatnya. Aliran ini
merupakan pengembangan dari teori atom Democritus sebagai obat
mujarab untuk menghilangkan rasa takut pada takhayul. Keempat, Neo
Platonisme. Paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat Plato.
Tokohnya adalah Plotinus. Seluruh filsafatnya berkisar pada Allah sebagai
yang satu. Segala sesuatu berasal dari yang satu dan ingin kembali
kepadanya.

ZAMAN ABAD PERTENGAHAN

Abad Pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan


ilmu pengetahuan. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah
para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas
keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah
ancilla theologia atau abdi agama. Namun demikian harus diakui bahwa
banyak juga temuan dalam bidang ilmu yang terjadi pada masa ini.

Periode Abad Pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan


abad sebelumnya. Perbedaan itu terutama terletak pada dominasi agama.
Timbulnya agama Kristen yang diajarkan oleh Nabi Isa as. pada
permulaan Abad Masehi membawa perubahan besar terhadap
kepercayaan keagamaan.
Pada zaman ini kebesaran kerajaan Romawi runtuh, begitu pula dengan
peradaban yang didasakan oleh logika ditutup oleh gereja dan digantikan
dengan logika keagamaan. Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan
karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran
yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani Kuno yang
mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal.
Mereka belum mengenal adanya wahyu. Pada zaman itu akademia Plato
di Athena ditutup meskipun ajaran-ajaran Aristoteles tetap dapat dikenal.
Para filosof nyaris begitu saja menyatakan bahwa Agama Kristen adalah
benar.

Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua: Golongan yang


menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani
merupakan pemikiran orang kafir, karena tidak mengakui wahyu.
Menerima filsafat Yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu
ciptaan Tuhan, kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang
datangnya dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran
yang sejati maka akal dapat dibantu oleh wahyu.

Filsafat pada zaman Abad Pertengahan mengalami dua periode, yaitu:


Periode Patristik, berasal dari kata Latin patres yang berarti bapa-bapa
Gereja, ialah ahli-ahli agama Kristen pada abad permulaan agama
Kristen. Periode ini mengalami dua tahap: 1) Permulaan agama Kristen.
Setelah mengalami berbagai kesukaran terutama mengenai filsafat
Yunani, maka agama Kristen memantapkan diri. Keluar memperkuat
gereja dan ke dalam menetapkan dogma-dogma. 2) Filsafat Agustinus
yang merupakan seorang ahli filsafat yang terkenal pada masa patristik.
Agustinus melihat dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan. Periode
Skolastik, berlangsung dari tahun 800-1500 M. Periode ini dibagi menjadi
tiga tahap: 1) Periode skolastik awal (abad ke-9-12), ditandai oleh
pembentukan rnetode-metode yang lahir karena hubungan yang rapat
antara agama dan filsafat. Yang tampak pada permulaan ialah persoalan
tentang Universalia. 2) Periode puncak perkembangan skolastik (abad ke-
13), ditandai oleh keadaan yang dipengaruhi oleh Aristoteles akibat
kedatangan ahli filsafat Arab dan Yahudi. Puncak perkembangan pada
Thomas Aquinas. 3) Periode skolastik akhir (abad ke-14-15), ditandai
dengan pemikiran kefilsafatan yang berkembang ke arah nominalisme,
ialah aliran yang berpendapat bahwa universalisme tidak memberi
petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum mengenai adanya
sesuatu hal. Pengertian umum hanya momen yang tidak mempunyai
nilai-nilai kebenaran yang objekti.

ZAMAN RENAISSANCE

Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran


yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman
peralihan ketika kebudayaan Abad Pertengahan mulai berubah menjadi
suatu kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang
merindukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin mencapai kemajuan
atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan ilahi.
Penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis pada Zaman
Renaissance. Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini
adalah bidang astronomi. Tokoh-tokoh yang terkenal seperti Roger
Bacon, Copernicus, Johannes Keppler, Galileo Galilei. Berikut cuplikan
pemikiran para filsuf tersebut yaitu Roger Bacon, Copernicus, Johannes
Keppler (awal 1600-an), dan Galileo Galilei.

ZAMAN MODERN

Zaman modern ditandai dengan berbagai penentuan dalam bidang ilmiah.


Perkembangan ilmu pengeahuan pada zaman modern sesungguhnya
sudah dirintis sejak Zaman Renaissance. Seperti Rene Descartes (1596-
1650), tokoh yang terkenal sebagai bapak filsafat moden. Rene Descartes
juga seorang ahli ilmu pasti. Penemuannya dalam ilmu pasti adalah
sistem koordinat yang terdiri atas dua garis turus X dan Y dalarn bidang
datar. Isaac Newton dengan temuannya teori gravitasi. Charles Darwin
dengan teorinya strugglefor life (perjuangan untuk hidup). JJ. Thompson
dengan temuannya elektron.

ZAMAN KONTEMPORER (ARAD KE-20 DAN SETERUSNYA)

Di antara ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf, bidang fisika
menempati kedudukan yang paling tiggi. Menurut Traut fisika dipandang
sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya mengandung
unsur-unsur fundamental yang mernbentuk alam semesta juga
menunjukkan bahwa secara historis hubungan antara fisika dengan flsafat
terliht dalam dua cara. Pertama, persuasi filosafis mengenai metode
fisika, dan dalam interaksi antara pandangan subtasional tentang fisika
(misalnya: tentang materi, kuasa, konsep ruang, dan waktu). Kedua,
ajaran filsafat tradisional yang menjawab fenornena tentang materi,
kuasa, ruang, dan waktu. Dengan demikian, sejak semula sudah ada
hubungan yang erat antara filsafat dan fisika.

Fisikawan abad ke-21 adalah Albert Einstain menyatakan bahwa alam itu
tidak terhingga besarnya dan tidak terbatas, tetapi juga tidak berubah
status totalitasnya atau bersifat statis dari waktu ke waktu. Einstein
percaya akan kekekalan materi. Ini berarti bahwa alam semesta itu
bersifat kekal, atau dengan kata lain tidak mengakui adanya penciptaan
alam. Di samping teori mengenai fisika, teori alam semesta, dan lain-lain,
Zaman Kantemporer ini ditandai dengan penemuan berbagai teknologi
canggih. Teknologi komunikasi dan informasi termasuk salah satu yang
rrrengalami kemaj uan sangat pesat. Mulai dari penemuan komputer,
berbagai satelit komunikasi, internet, dan sebagainya. Bidang ilmu lain
juga mengalami kemajuan pesat, sehingga terjadi spesialisasi ilmu yang
semakin tajam. Ilmuwan kantemporer mengetahui hal yang sedikit, tetapi
secara rnendalam. Ilmnu kedokteran semakin menajam dalam spesialis
dan subspesialis atau super-spesialis, demikian pula bidang ilmu lain. Di
samping kecenderungan ke arah spesialisasi, kecenderungan lain adalah
sintesis antara bidang ilmu satu dengan lainya, sehingga dihadirkannya
bidang ilmu baru seperti bioteknologi yang dewasa ini dikenal dengan
teknolagi kloning.
Selasa, 30 Oktober 2012
PERKEMBANGAN FILSAFAT SEJAK ZAMAN YUNANI KUNO SAMPAI
SEKARANG

Sebelum filsafat lahir dan berkembang pesat, di Yunani telah berkembang mitos-
mitos. Bahkan kalau di pikirkan secara seksama lagi, ternyata filsafat sendiri dilahirkan dan
dikembangkan melalui jalan mitologis. mitos-mitos yang berkembang sendiri merupakan
metode yang dilakukan untuk memahami segala sesuatu yang ada, karena ketidaktahuan dan
penasarannya manusia terhadap alam semesta ini dan pada saat itu jawabannya hanya ada
didalam mitos sehingga muncul anggapan bahwa bumi ini bisa gelap karena ada raksasa yang
menggemgam bumi ini, dan menjadi terang kembali setelah raksasa melepas genggamannya.
Khayalan-khayalan itu menjadi keyakinan yang selanjutnya membentuk pemahaman
normatif tentang setiap keberadaan dan kekuatan yang ada didalamnya. Kemudian setelah
berkembang jaman manusia pun mulai mencari kebenaran yang bisa dibuktikan secara
rasional yang melahirkan sebuah ilmu pengetahuan, mereka berhasil mengubah masyarakat
yang mitos menjadi logos yang sekarang dikenal dengan filsafat.
Filsafat sebagai induk pemikiran ilmiah selalu berada dibelakang kemajuan suatu
peradaban. Langkah ini dimulai dengan cara coba-coba (trial and error). Cara ini
membimbing manusia pada kemampuan menemukan pengetahuan ilmiah yang melibatkan
observasi dan eksperimen.
Lambat laun perkembangan ilmu filsafat pun semakin pesat,menurut saya
perkembangan filsafat terdiri dari 5 periode yaitu: 1) periode yunani 2) periode Helenitas dan
Romawi 3) periode Patristik 4) periode ISLAM 5) periode Skolastik 6) periode abad
pertengahan 7) periode modern 8) periode baru.

1) Periode yunani (600 SM 322 SM)

Pada zaman yunani kuno terdapat 3 masa perkembangan yaitu masa awal, masa kaum
sofis serta masa keemasan. Pada masa awal ini, filsafat hanya membahas tentang alam dan
kejadian alamiah terutama dalam hubungannya dalam perubahan-perubahan yang terjadi.
Namun mereka yakin bahwa perubahan-perubahan ini terdapat suatu unsur yang menentukan,
tapi mereka punya perbedaan pendapat tentang perbedaan unsur-unsur tersebut. Seperti
Thales menyebutnya unsur air, Anaximandros dengan unsur yang tidak terbatas (to apeiron),
Anaximenes dengan unsur udara. Anaximandros dan anaximenes adalah kedua murid Thales
namun berbeda pendapat dalam pemahamannya tentang unsur-unsur tersebut. Selanjutnya
Heraklitos mengatakan unsur tersebut adalah api, menurutnya api adalah lambang perubahan.
Karena tidak ada didunia yang tetap, definitf dan sempurna, tetapi berubah. Segala sesuatu
berada dalam status menjadi kemudian berubah.
Pemikiran Phytaghoras berbeda dengan filosof pada masanya kecuali Anaximandros
dalam memahami unsur tersebut. Menurutnya unsur tersebut tidak dapat ditentukan dengan
pengenalan indrawi, melainkan dapat diterangkan dengan perbandingan dasar antar bilangan,
karena Phytaghoras terkenal sebagai pengembang ilmu pasti dengan dalil terkenalnya yaitu
dalil Phyitaghoras. Perminides dari Elea mengemukakan unsure metafisika, yaitu
mempersoalkan ada yang berkembang menjadi yang ada, sejauh ada (being as being,
being as such). Dari yang ada, ada,dan yang tak ada, mempunyai arti bahwa prulalitas itu
tidak ada.
Filosof berikutnya kembali kepada pengalaman indrawi, antara lain Demokritos dan
Leucippus yang bersama-sama memuat teori atomisme. Mereka berpendapat bahwa segala
sesuatu yang ada terdiri atas bagian-bagian kecil yang tidak bisa dibagi-bagi lagi, meskipun
bentuk atom itu sendiri sangat kecil dan tidak Nampak oleh indra namun atom selalu
bergerak membentuk realitas yang tampak oleh indra manusia.
Di lanjutkan pada masa kaum sofis, yaitu kaum yang pandai berpidato yang tidak lagi
menaruh perhatian utama kepada alam, tetapi menjadikan manusia sebagai pusat perhatian
studinya. Tokohnya adalah Protagoras, dia memperlihatkan sifat-sifat relativisme (kebenaran
bersifat relative), tidak ada kebenaran yang tetap, umiversal dan definitif. Benar, baik dan
bagus selalu berhubungan dengan manusia, tidak manidiri sebagai kebenaran mutlak.
Selanjutnya adalah masa keemasan filsafat di Yunani yang dintadi dengan Socrates
(470SM-399SM) yang menentang kaum sofis yang mengatak bahwa kebenaran adalah
sifatnya relative dan tidak mutlak. Namun menurut Socrates, kebenaran itu sifatnya mutlak,
universal dan obyektif yang harus dijunjung tinggi oleh semua orang. Metode yang
digunakan olehnya adalah dengan bertanya secara radikal dan kritis kepada orang yang
bersangkutran sampai orang yang ditanya dapat menemukan apa yan baik dan benar didalam
dirinya sendiri. Keberanian, kejujuran dan keteguhannya dalam bersifat harus dibayar mahal
olehnya dengan meminum racun sebagai hukuman mati karena dia dianggap menyebarkan
kesesatan dan merusak moral pemuda dan masyarakat saat itu.
Dari caranya bersifat, ia mengembangkan secara de facto menjadi suatu metode yang
dikenal dengan metode Induktif. Dalam metode ini dikumpulkan contoh dari peristiwa
khusus yang diambil cirri-ciri khususnya kemudian dicari cirri-ciri umumnya hingga
memperoleh suatu definisi terhadap sesuatu.
Jasa Socrates yang paling besar adalah mengembalikan tradisi filsafat yunani yang
semapt digoyahkan oleh kaum sofis. Socrates mempunyai murid dari kalangan bangsawan
yunani bernama Plato (427SM-347SM). Plato mendirikan sekolah filsafat yang disebut
Akademia. Dia mengubah metode Socrates menjadi teori Idea. Menurutnya idea adalah
bentuk mula jadi atau model yang bersifat umum dan sempurna yang disebut prototypa,
sedangkan benda individual dunia hanya merupakan bentuk tiruan yang tidak
sempurna/kekal. Oleh karena itu dalam filsafatnya plato menentang realisme karena yang
dianggap benar menurut realisme adalah yang dapat diindra dan ada begitu saja, tapi kata
plato obyek tersebut sebenarnya sudah ada di dalam idea yang nyata sedangkan objek
duniawi hanyalah tiruan dari dunia idea saja. Gagasan plato ini banyak memberikan dasar
pada perkembangan logika.
Namun demikian logika ilmiah sesungguhnya baru saja terwujud oleh muridnya yaitu
Aristoteles (384SM-322SM), karena dia lebih sistematis dalam berfilsafat. Dalam berfilsafat
dia menggarap masalah kategori, struktur bahasa, hokum formal konsistensi proposisi,
silogisme kategoris, pembuktian ilmiah, perbedaan atribut hakiki dengan bukan hakiki,
kesatuan pemikiran, metode berdebat, kesalahan berpikir sampai menyentuh bentuk-bentuk
dasar simbolisme.
2) Periode Helenitas-Romawi

Masa ini tidak lepas dari peranan Raja Alexander Agung, uang membuat kebudayaan
yunani menjadi kebudayaan Helenitas. Diera ini dibuka juga sekolah-sekolah baru
mengalahkan Akademia plato dan Lykeion aristoteles, sehingga memunculkan banyak aliran-
aliran baru seperti stoisisme, epikurisme, skeptisisme, ekletisisme, dan neoplatoisme.
Stoisme adalah mazhab yang didirikan oleh Zeno dari kition di Athena sekitar 300 SM.
Nama stoa mengacu dari serambi bertiang empat tempat Zeno mengajar. Menurut stoisme
jagat raya di ditentukan oleh logos yang berarti rasio dengan begitu seluruh kejadian jagat
raya ini telah ditentukan dan tidak bisa dielakan dan jiwa manusia merupakan bagian dari
logos sehingga mampu mengenali jagat raya. Manusia dapat hidup bahagia dan bijaksana jika
menggunakan rasionya dalam mengendalikan diri nafsu-nafsunya secara sempurna. Mati dan
hidup merupakan kejadian yang sudah ditentukan dan sifatnya mutlak.
Epikurisme dibangun epikueros (341SM-270SM) yang kembali memunculkan
Atomisme demokritos bahwa segala hal terdiri atas atom yang senantiasa bergerak dan
bertabrakan secara kebetulan sehingga terciptanya segala sesuatu. Dalam ajarannya terhadap
manusia, dia berpendapat manusia bisa bahagia jika mengakui susunan dunia ini dan tidak
ditakut-takuti oleh dewa. Dengan begini manusia bebas dalam berkehendak untuk mencari
kesenangan sepuas-puasnya tanpa harus memperdulikan dewa. Namun jika kesenangan yang
manusia dapat terlalu banyak maka ia akn gelisah dan tidak tenang, oleh karena itu yang
manusia itu sendiri harus bisa membatasi diri dalam mencari kesenangan itu sendiri agar
memperoleh kesenangan yang hakiki yaitu kesenangan rohani.
Skeptisisme dipelopori oleh Pyrrho (365SM-275SM), aliran ini mengajarkan keragu-
raguan dan kesangsian terhadap sesuatu yang ada, walaupun sesuatu itu nyata adanya. Karena
mereka menyakini bahwa kemampuan manusia tidak akan sampai bisa menemukan
kebenaran yang mutlak.
Ekletisisme, Cicero (106SM-43SM). Aliran ini hanya sebagai penengah berbagai aliran
filsafat bagi masyarakat dalam menghadapi berbagai permasalahan namun tidak sampai
menggabungkan segala aliran filsafat itu kedalam satu pemikiran namun hanya menggunakan
aliran-aliran tertentu pada kondisi tertentu dan tidak memihak kepada aliran apapun.
Neoplatoisme,sesuai dengan namanya aliran ini mencoba menghidupkan kembali filsafat
Plato, tetapi dipengaruhi juga oleh aliran filsafat setelahnya seperti Aristoteles dan Stoa, oleh
karena itu tidak lah heran jika aliran ini mensintesiskan semua aliran filsafat saat itu. Tokoh
nya adalah Plotinos, aliran ini mengajarkan tentang hakikat adanya yang satu ayitu Allah.
Artinya semuanya berasal dan kembali kepada yang satu sehingga menimbulkan gerakan
dari atas kebawah dan dari bawah keatas. Pada gerakan dari atas kebawah, artinya taraf yang
paling tinggi yaitu Allah mengelurkan taraf-taraf yang ada dibawahnya melalui jalan emanasi
yang berarti tidak merubah dan mengurangi kesempurnaan yang satu. Prosesnya adalah
seperti ini, dari yang satu dikeluarkan akal budi sesuai dgn gagasan plato. Didalam akal budi
ada dualitas yaitu yang memikirkan dan yang dipikirkan. Dari akal budi melahirkan jiwa
dunia (psyche) dan darinya dikeluarkan materi (hyle) bersama dengan psykhe terciptalaj jagat
raya. Sebagai taraf terendah, materi yang palin tidak sempurna dan merupakan pusat
kejahatan.
Pada gerakan dari bawah keatas, setiap taraf-taraf yang dikeluarkan yang satu akan
kembali menuju Allah, karena manusia memilii tiga taraf(akal budi, psyche, dan hyle) maka
hanya manusialah yang mampu kembali pada yang satu. Cara kembalinya ada tiga cara yaitu:
penyucian manusia dari materi ketika bertapa, penyatuan manusia dengan tuhan melebihi
pengetahuan dan eksistensi.
3) Periode Patristik
Istilah patristic berasal dari kata latin patres yg berarti bapak dalam lingkungan gereja.
Dalam era ini, filsafat mulai disusupi oleh teologi kristiani, bahkan terjadi pertentangan juga
dikalangan para pemuka agama Kristen ini dalam menanggapi filsafat. Ada tiga pendapat
para bapak gereja dalam menanggapinya, pertama,setelah adanya wahyu ilahi melalui roh
kudus seharusnya pemikiran filsafat di stop bahkan dihilangkan sama sekali karena dianggap
menyalahi alkitab dan dianggap kafir. Kedua, berusaha untuk menengahi dan
menggabungkan kedua pemikiran tersebut. Ketiga, filsafat merupakan langkah awal menuju
pemahaman agama yang harus diterima dan dikembangkan.
Tokoh utama dalam filsafat ini adalah augustinus, ia mengatakan bahwa pemikiran
merupakan integrasi dari teologi Kristen dan pemikiran filsafatnya dan filsafat itu sendiri
tidak bisa lepas dari iman Kristen. Inti dari filsafat ini hanya membahas 2 aspek yaitu tuhan
dan manusia. Oleh karena itu maka pembahasannya mencakup hal-hal yg berhubungan
dengan manusia, kepribadian, kesusilaan dan sifat-sifat tuhan. Menurutnya manusia tidak
akan sanggup mencapai kebenaran tanpa terang (lumens) dari Allah, meskipun demikian
dalam diri manusia sendiri sudah tertanam benih kebenaran yang merupakan pantulan terang
allah sendiri yaitu hati nurani.
Sebenarnya para bapak gereja menggunakan pemikiran filsafat adalah guna memudahkan
agama Kristen diterima oleh manusia dan mengembangkan agama Kristen irtu sendiri.
Namun pada pelaksanaannya agama Kristen itu sendiri yang mengurung dan mengekang pola
pikir manusia dalam berfilsafat karena jika ada pemikiran yang ridak sesuai dengan alkitab
maka akan langsung dihukum. Dari situlah nantinya akan muncul sekulerisme dikalangan
eropa pada abad pertengahan yang memisahkan antara agama dan filsafat bahkan mereka
melawan ajaran-ajaran Kristen dan menjadikan akal sebagai tuhan.
4) Periode ISLAM
Filsafat islam muncul akibat imbas dari gerakan penerjemahan besar-besaran buku-buku
peradaban yunani dan peradaban lainnya pada masa Daulat Abasiah dimana pemerintah
memberikan sokongan penuh terhadap gerakan penerjemahan kedalam bahasa arab ini, dan
prestasi yang paling spektakuler adalah ulama berhasil menerjemahkan ilmu filsafat sebagai
mascot peradaban yunani saat itu, baik Socrates, plato, aristoteles maupun lainnya.
Namun filsafat islam bukanlah filsafat aristoteles atau plato yang di bahasa arabkan, akan
tetapi independen yang memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan filsafat yunani.
Hal ini dibuktikannya dari upaya para ahli ilmu kalam antara mutazilah dengan asyariah
yang menjelaskan bahwa agama islam adalah agama yang rasional sehingga mereka
membungkus filsafat dalam baju keagamaan. Dan adanya batasan filsafat masuk ke dalam
agama yaitu filsafat tidak boleh dan haram hukumnya mengobrak-abrik akidah agama islam,
namun hanya boleh menguatkan akidah dengan cara memikirkan makhluknya saja dan tidak
boleh memikirkan tentang dzatnya ALLAH SWT.
Tokoh-tokoh filosof ini adalah ibnu taimiyah, ibnu rusyd (averros), ibnu sina (Avicenna),
dan al-farabi. Imbas filsafat masuk ke lngkungan islam adalah munculnya ilmu-ilmu
pengatahuan baru seperti ilmu falak, astronomi, pengobatan bahkan para ulama ahli dalam
bidang tersebut berhasil membuat karya yang sangat berguna bagi manusia sampai saat ini.
Bahkan inu sina dan ibnu rusyd terkenal di barat sana namanya.

5) Periode skolastik
Filsafat ini mempunyai corak semata-mata agama yang mengabdi kepada teologi yang
mencoba mensintesa kan antara kepercayaan dan akal. Berbeda dengan patristic, skolastik
hanya mengkaji teologi dan menggunakan filsafat sebagai pembuktiannya.
Tokohnya adalah Thomas Aquinas (1225-1274M), menurutnya pengetahuan didapat
melalui indra dan diolah akal tapi akal tidak mampu mencapai relitas tertinggi yang ada pada
daerah tuhan. Nah, filsafat inilah yang bisa memperkuat dalil-dali agama guna lebih
mengabdi kepada tuhan.
Pembuktian Aquinas tentang adanya tuhan, pertama, dari sifat ala mini yang selalu
bergerak dengan teratur membuktikan bahwa ada yang mengatur semua ini yaitu tuhan.
Kedua, allah itu maha besar, sehingga tidak terpikirkan sesuatu yang lebih besar lagi. Ketiga,
hal yang terbesar tentulah berada dalam kenyataan karena apa yang ada dalam pikiran saja
tidak mungkin lebih besar. Keempat, allah tidak hanya berada dalam pikiran tetapi dalam
kenyataan juga, jadi Allah benar-benar ada.
Pandangan etika Aquinas menekankan superioritas kebaikan keagamaan. dasar kebaikan
adalah kemurahan hati yang lebih dari sekedar kedermawanan dan belas kasih melainkan
terdapat didalam jiwa yang penuh cinta. Cinta kepada tuhan yang harus diutamakan baru
cinta kepada sesama manusia.
6) Periode abad pertengahan
Pada abad pertengahan ini, masyarakat terutama di eropa mulai bosan dengan pembatasan
pemikiran mereka terhadap sesuatu oleh gereja. Karena setiap ada suatu pendapat atau
pemikiran yang tidak sesuai dengan paham gereja makan akan di kenakan hukuman dan di
cap sebagai kafir oleh gereja.
Akhirnya manusia mulai mencoba memisahkan hubungan antara agama dan ilmu
pengetahuan. Disini mulai adanya pencarahan dan kebebasan berpikir manusia dalam
mencari suatu kebenaran. Namun dimasa ini filsafat masih jatuh bangun dari hasrat
radikalisasi pemikirannya. Karena pada saat ini manusia masih mebutukan agama dan
bimbingan gereja untuk menjalani hidup yang damai dan memperoleh ketenangan yang
hakiki.
7) Periode modern
Setelah hampir sepuluh abad eropa diselimuti paham teologis yang memanipulasi
kebenaran dan mematikan pemikiran bebas. Akhirnya munculnya suatu gerakan cultural yang
bertujuan menggulingkan paham gereja yang selama ini mengekang mereka dalam mencari
kebenaran dan berpikir bebas, gerakan ini disebut renaisans yang artinya kelahiran
kembali. Semangat renaisans ini menimbulkan rasa kepercayaan pada otonomi manusia
dalam mencari kebenaran. Ilmu pengetahuan yang tadinya tidak berkembang akibat dominasi
gereja mulai berkembang dengan pesatnya dimasa renaisans.
Kebenaran tidak lagi bersumber dari alkitab tetapi pada pengalaman empiris dan
perumusan hipotesis yang rasional. Oleh karena itu, sumber pengetahuan hanya apa yang
secara alamiah dapat dipakai oleh manusia yaitu, akal (rasio) dan pengalaman (empiris).
Maka pada abad ini muncul dua aliran yang saling bertentangan yaitu antara aliran
rasionalisme dan aliran empirisme. Perdebatan antara kedua aliran ini terus berlangsung dan
mempengaruhi pemikiran filsafat setelahnya.
Tokoh dari aliran rasionalisme adalah Rene Descartes (1596-1650), aliran ini menyatakan
bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi dan dapat dipercaya adalah rasio, hanya
pengetahuan yang diperoleh akalah yang memenuhi syarat untuk dijadikan sumber
pengetahuan. Pengalaman inderawi selalu diragukan, selalu berubah dan tidak pasti. Bisa saja
kursi yang kita duduki adalah tidak nyata dan hanya mimpi belaka. Bahkan dia sendiri
meragukan akan kebenaran adanya dirinya sendiri. Makanya munculah karena saya
berpikir maka saya ada. Kaum rasionalis selalu meragukan segala sesuatu dan tidak
percaya akan pengalamannya sendiri. Pengalaman hanya bisa dipakai untuk meneguhkan
pengetahuan yang telah didapatkan oleh akal. Akal tidak memerlukan pengalaman, karena
akal mampu menurunkan kebenaran dari akal sendiri. Dan metode yang digunakan adalah
deduktif. Namun meskipun begitu, Descartes tidak menafikan tentang adanya tuhan karena
menurut dia tuhan adalah matematikawan agung yang begitu rasional dalam menciptakan
dunia ini secara terstruktur dan wajib ditemukan oleh akal manusia dalam penciptaannya itu.
Aliran empirisme dengan tokohnya adalah David Hume (1711-1776) mengatakan bahwa,
pengalamanlah yang menjadi sumber ilmu pengetahuan baik pengalaman batiniah maupun
lahiriah. Akal hanyalah mengolah bahan-bahan pengalaman yang diperoleh inderawi. Karena
tidak ada satupun ada dalam pemikiran yang tidak terlebih dahulu terdapat pada data-data
inderawi. Contohnya, kita tidak akan mengetahui bahwa api itu panas jika kita sendiri belum
mencoba dan membuktikannya bahwa api itu panas. Oleh akal lalu disimpilkan bahwa api itu
panas. Lalu munculah pengetahua baru berdasarkan pengalaman. Metode yang digunakan
adalah induktif.

8) Era baru dimulai


Era baru ini dimulai dengan Kritisisme Immanuel Kant (1724-1804) yang berusaha
mendamaikan antara aliran rasionalisme dan empirisme. Ia mengatakan bahwa pengenalan
manusia merupakan perpaduan antara unsur a priori dgn unsur aposteriori. Kant berpendapat
bahwa pada taraf inderawi unsur apriori hanyalah kesan yang diterima oleh inderawi sebagai
gejala-gejala. Kemudian data-data inderawi tersebut diolah oleh sesuatu yang disebut akal
budi. Peran akal budi disini adalah memberi putusan-putusan yang kemudian ditransmisikan
kedalam otak. Dan oleh otak lah yang akan memilih dan mengesahkan putusan-putusan yang
dibuat akal budi. Ibaratnya pengalaman adalah suatu soal pilihan ganda, pilhan-pilihan ganda
itu adalah putusan-putusan yang dibuat akal budi kemudian yang bertugas memilih jawaban
yang paling benarnya adalah rasio kita.
Selanjutnya adalah Idealisme yang Tokohnya adalaha G. W. F. Hegel (1770-1831).
Menyatakan bahwa setiap Tesa pasti ada Antitesa nya dan dari keduanya akan
mengahasilkan Sintesa yang memiliki gabungan sifat dari tesa dan antitesanya tapi sintesa
bukanlah tesaaupun antitesa. Sebagai contohnya, suatu golongan menginginkan Negara
menguasi segala urusan agama. Pandangan ini mempunyai dampak positif yaitu adanya
kesatuan antara kekuatan dan kekuasaan politik karena tidak ada batasan agama sehingga
ketertiban suatu Negara bisa terwujud, ini yang disebut tesa. Antitesa dari pernyataan ini
ialah kebebasan agama ditiadakan karena agama harus tunduk kepada pemerintah. Lalu
sintesa bagi kedua pendapat tersebut adalah memisahkan antara agam dan pemerintah, baik
agama maupun pemerintah harus diberi bagiannya masing-masing, sehingga ketertiban
nasional terjamin dan kebebasan agama pun terjamin juga karena tidak tercampur antara
kepentingan agama dengan kepentingan politik.
Era ini dilanjutkan dengan munculnya paham Positivisme yang dipopulerkan oleh
Auguste Comte (1798-1857). Dia menganggap hokum-hukum alam yang mengendalikan
manusia dan gejala sosial dapat dipergunakan sebagai dasar untuk mengadakan pembaharuan
pembaharuan social dan politik untuk menyelaraskan institusi-institusi masyarakat dengan
hokum-hukum itu. Sehingga Auguste comte menemukan ilmu baru tetntang masyarakat yaitu
sosiologi. Positivism erat kaitannya dengan empirisme namun berbeda dengan empirisme
yang menjadikan pengalaman batiniah dan lahiriah sebagai sumber pengetahuan. Positivism
hanya mengambil yang berdasarkan fakta saja.sebagai contoh, air mendidih 100 C dan besi
ini panjangnya 10 meter. Ukuran-ukuran ini perasional, kuuantitatif dan tidak mungkin
adanya perbedaan pendapat. Positivisme merupakan aliran tertinggi dari kehidupan manusia
karena manusia tidak perlu lagi mencari penyebab-penyebab dari suatu fakta. Manusia hanya
berusaha menetapkan relasi-relasi atau hubungan persamaan dan urutan yang terdapat antara
fakta-fakta. Dan disinilah ilmu pengetahuan dalam arti yang sebenarnya.
Aliran yang muncul kemudian adalah Fenomenologi dipelopori oleh Edmund Husserl
(1859-1938), inti filsafatnya adalah bahwa untuk menemukan pemikiran yang benar
seseorang harus kembali kepada benda-benda sendiri yaitu hakikat dirinya sendiri. Akan
tetapi benda-benda itu tidak langsung meperlihatkan hakikat sendirinya, karena pemikiran
pertama tidak membuka tabir yang menutupi hakikat maka diperlukannya pemikiran kedua
yang berupa intuisi. Dalam menggunakan intuisi digunakan suatu metode yang disebut
reduksi yaitu penempatan sesuatu diantara dua kurung. Maksudnya, melupakan pengertian-
pengertian tentang objek untuk sementara dan berusaha melihat objek secara langsung
dengan intuisi tanpa bantuan pengertian-pengertian yang ada sebelumnya. Tujuannya adalah
menemukan bagaimana objek dikonstitusi sebagai fenomena asli dalam kesadaran manusia.
Namun fenomenologi mempunyai kelemahan karena dalam menentukan pengetahuan
yangmurni objektif tanpa ada pengaruh apapun, tapi fenomenologi sendiri mengakui bahwa
ilmu pengetahuan yang diperoleh tida bebas nilai tetapi bermuatan nilai dengan kata lain
status seluruh pengetahuan adalah sementara dan relatif.
Aliran selanjutnya adalah Eksistensialisme, tokohnya adalah Friedrich Wilhelm Nietzsche
( 1844-1900). Gagasan utama dari dia adalah kehendak berkuasa (will to power) dimana
ditunjukan menjadi ubermensch atau manusia super. Ubermensch adalah cara manusia
memberikan nilai pada dirinya sendiri tanpa berpaling dari dunia dan menengok kesebrang
dunia, dengan kata lain tidak lagi percaya akan bentuk nilai adikodrati dari manusia dan
dunia. Sedangkan eksistensi itu sendiri adalah cara manusia berada didalam dunia dan
keberadaannya karena setiap orang mempunyai tempatnya sendiri dalam kehidupan ini yaitu
sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Jadi jangan menghendaki sesuatu yang
melebihi kemampuanmu, karena melakukan sesuatu yang melebihi kemampuan sendiri
mengandung cirri kepalsuan yang menjijikan. Doktrin aliran ini adalah eksistensi
mendahului esensi yg berarti setelah manusia berada didunia ini, di sendiri yang harus
menentukan siapa dirinya ini. Karena pada awalnya manusia bukanlah apa-apa tanpa
bereksistensi.
Cara mencapai manusia super adalah dengan cara mereka harus berani menghadapi
kehidupan ini baik saat bahagia maupun sedih. Mereka harus cerdas dalam menjadikan
penderitaan itu sebagai titik balik untuk memunculkan potensi maksimal dirinya, terakhir dia
harus bangga terhadap potensi apa yang dimilikinya.
Tuesday, 11 June 2013
PERIODESASI DALAM FILSAFAT

PERIODESASI DALAM FILSAFAT

Filsafat adalah proses berfikir secara radikal, sistemika, dan universal terhadap segala

yang ada dan yang ada. Dengan kata lain berfilsafat berarti berpikir secara radikal (mendasar,

mendalam, sampai ke arah akar-akarnya), sistematika (teratur, runtut, logis, dan tidak

serampangan) untuk mencapai kebenaran universal (umum, terintegral, dan tidak khusus serta

tidak persial). Dan yang di kaji dalam filsafat adalah segala sesuatu yang ada secara

keseluruhan meliputi objek material dan objek formal. Objek material filsafat ialah segala

sesuatu yang menjadi masalah, segala sesuatu yang dimasalahkan oleh filsafat. Objek formal

ialah usaha untuk mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya, sampai ke akarnya)

tentang objek material filsafat. Sedangkan fungsi filsafat ialah memenuhi harapan-harapan

manusia semaksimal mungkin dengan pemikiran manusia itu sendiri. Untuk manusia yang

berfilsafat memiliki ciri seperti berpikir radikal, mancari asa, memburu kebenaran, mencari

kejelasan dan berfikir rasional.

Munculnya pemikiran berfilsafat tidak lepas dari peradaban Yunani. Pasalnya di negeri

itulah filsafat lahir dan berkembang pesat sampai sekarang. Untuk filsuf pertama yang

muncul di Yunani adalah Thales. Sedangkan faktor yang mempengaruhi munculnya filsafat

ialah mitos bangsa Yunani, kesusastraan Yunani, dan pengaruh ilmu pengetahuan. Untuk

membedakan aliran atau memetakan filsafat maka filsafat membagi masa atau zaman

menjadi beberapa masa, diantaranya :

A. Zaman Yunani kuno


Filsafat Alam

Filsafat alam muncul pada periode awal filsafat Yunani. Hal yang dikaji pada filsafat

alam yaitu mengenai unsur induk atau arche yang dianggap merupakan asal dari segala yang

ada termasuk terjadinya alam semesta ini. Pandangan filsuf pada waktu itu melahirkan satu

kenyataan yang fundamental, yang disebut monisme. Kenyataan tersebut dapat berupa jiwa,

materi, Tuhan atau subtansi lainnya yang tidak dapat diketahui. Diantara tokoh-tokohnya

adalah Thales, Anaximender, Anaximenes, Pythagoras, Xenopanes, Parmendes, hereklitos,

dan masih banyak yang lain. Dalam tokoh-tokoh tersebut timbullah kenyataan-kenyataan

yang merupakan awal dari segala yang ada. Seperti Thales yang mengungkapkan bahwa

dasar semua kehidupan adalah air. Air merupakan awal dari segalanya dan juga merupkan

akir dari segalanya. Untuk muridnya, Anaximender berpendapat bahwa yang asal memang

satu namun itu bukan air melainkan apeiron yaitu suatu yang tanpa batas (tidak dapat

ditentukan dan tidak memiliki persamaan dengan salah satu benda yang ada dalm dunia).

Selain itu dalam pemikirannya tak mungkin yang asal itu sama dengan substansi yang telah

ada. Karena substansi memiliki sifat yang berkebalikan dengan substansi lain sehingga jika

yang asali itu salah satu dari substansi itu maka substansi yang lain akan musnah. Filosof

Anaximenes berkeyakinan bahwa yang menjadi sebab segala yang hidup adalah udara. Kalau

udara menjadi jarang maka terjadilah api, kalau udara menjadi rapat terjadilah angin dan

awan, bertambah padat sedikit lagi turun hujan dari awan itu. Dari air tersebut terjadi tanah

dan dari tanah yang sangat padat akan terbentuk batu. Ketiga tokoh diatas merupakan filosof

yang berasal dari miletus, sehingga mereka disebut pemilik mahzab milesian. Miletus sendiri

adalah sebuah kota niaga yang makmur pada waktu itu. Pemikiran para filsuf dari miletus

tersebut memberikan dasar bagi lahirnya para filsuf di kemudian hari.

Selain ketiga tokoh tesebut terdapat Pythagoras yang berkeyakinan yang induk dari

semua ini adalah bilangan dan segala sesuatu di dunia berhubungan dengan bilangan.
Sehingga orang yang tahu betul tentang bilangan, dia yang akan tahu segalanya. Selain itu

semuanya juga dapat diprediksi dan diukur dalam siklus beritme. Pythagoras juga merupakan

seorang yang beragama atau berkepercayaan, dengan keyakinannya bahwa jiwa itu adalah

penjelmaan dari Tuhan yang jatuh kedunia karena dosa. Dan ia akan kembali ke langit ke

dalam lingkungan Tuhan bermula apabila sudah habis dicuci dosanya. Ada lagi tokoh yang

bernama Hereklitos dan Parmenides. Herekllitos berkeyakinan bahwa yang asal itu satu yaitu

api, dan segala sesuatu yang ada di dunia ini pasti berubah, tidak ada yang tetap. Selain itu

pendapat yang lain adalah tidak ada sesuatu apapun yang betul-betul berada, karena

semuanya menjadi. Parmenides mengemukakan bahwa arche merupakan sesuatu yang

bersifat tetap dan tidak berubah, serta hanya ada satu dan sesuatu yang ada itu ada.

Dalam filsafat alam kejadian benda yang ada di bumi dan di langit bemula dari uap air

yang menyelimuti bumi. Uap air yang basah menjadi kering karena perputaran bumi dan uap

air yang masih basah akan menjadi laut pada bumi. Jadi, mulanya bumi ini adalah sebuah

lautan. Lalu atas pengaruh Yang Panas terjadilah dari uap air yang basah makhluk yang

bertingkat-tingkat. Untuk benda yang ada di langit bermula dari uap yang naik dari bumi ke

atas, yang jernih nantinya akan menimbulkan api lalu dari situlah terjadi bintang-bintang.

Filsafat klasik

Pada masa ini filsafat lebih bercorak Antroposentris, artinya para filsuf dalam periode

ini menjadikan manusia sebagai objek pemikiran filsafat mereka. Mereka berupaya mencari

jawaban tentang masalah etika (filsafat tingkaah laku) dan juga tentang hakikat manusia.

Tokoh-tokoh yang tersohor dalam filsafat klasik adalah Socrates, Plato, dan Aristoteles.

Manusia ada karena untuk mencapai suatu tujuan yang di inginkan, dan salah-benar

memainkan peranan yang penting dalam mendefinisikan hubungan seseorang dengan

lingkungan dan sesamanya. Pandangan itu sejalan dengan yang dikemukakan oleh Socrates.

Selain itu Socrates juga percaya bahwa kebaikan berasal dari pengetahuan diri. Dan manusia
pada dasarnya adalah jujur sedangkan kejahatan merupakan suatu upaya akibat salah

pengarahan yang membebani kondisi seseorang. Pepatah yang terkenal yang diucapkan oleh

Socrates adalah kenalilah dirimu. Sedangkan doktrin politik Socrates ialah kebijakan

adalah pengetahuan.

Dunia yang ada ini adalah dunia yang penuh dengan pengalaman yang selalu berubah-

ubah warna-warni. Semuanya adalah bayangan dari dunia idea atau tiruan saja. Barang-

barang yang ada di dunia ini semua adalah contoh dari yang ideal di dunia idea sana.

Keadaan idea sendiri bertingkat-tingkat, tingkat idea yang tertinggi adalah idea kebaikan,

dibawahnya idea jiwa dunia yang menggerakkan dunia. Berikutnya idea keindahan yang

menimbulkan seni, ilmu, pendidikan, dan politik. Dalam realitas terdapat juga dunia bayang-

bayang atau jasmani sselain dunia idea. Dunia ide merupakan dunia kodrati, bersifat kekal

dan abadi. Namun dunia bayang-bayang merupakan penampakan, cerminan, copy, bayangan

dari dunia ide. Dunia ide bersifat abadi sedangkan dunia bayang-bayang dapat mengalami

kemusnahan. Pandangan diatas merupakan sedikit tentang pemikiran filsafat yang

dikemukakan Plato. Mengenai pemikiran politik Plato, Plato berpendapat bahwa peraturan

yang menjadi dasar untuk mengurus kepentingan umum tidak boleh di putus oleh kemauan

atau pendapat rang seorang atau oeh rakyat seluruhnya. Melainkan ditentukan oleh suatu

ajaran yang berdasarkan pengetahuan dengan pengertian. Oleh karena itu pemerintah harus

dipimpin oleh idea yang tertinggi yaitu idea kebaikan.

Segalanya itu berubah dan manjadi, bermacam-macam bentuknya, yang semuanya itu

berada di dunia pengalaman sebagai realitas yang sesungguhnya. Itu sedikit pandangan

realisme filsafat aristoteles. Sedangkan filsafat tentang etika sejatinya adalah sarana untuk

mencapai kebahagiaan. Sebagai barang yang tertinggi dalam kehidupan etika dapat mendidik

manusia supaya memiliki sikap yang pantas dalam segala perbuatan. Etika yang baik atau
paham yang baik akan membuat hidup manusia bermutu. Sedangkan kehidupan manusia

yang bermutu harus dicari dengan bertolak dari relitas manusia sendiri.

Untuk mengetahui makna hakiki sikap sesuatu, Aristoteles mengembangkan suatu teori

pengetahuan dengan menempuh jalan atau metode abstraksi. Dengan membagi pengetahuan

menjadi dua yaitu pengetahua indra dan pengetahuan budi. Pengetahuan indra bertujuan

mencapai pengenalan pada hal-hal yang konkrit, yang bermacam-macam dan serba berubah.

Sedangkan pengetahuan budi bertujuan mencapai pengetahuan abstrak, umum, dan tetap.

Pengetahuan budi inilah yang disebut sebagai ilmu pengetahuan. Untuk filsafat politik

Aristoteles berpikiran bahwa negara yang sempurna adalah negara yang dipimpin oleh

seorang, sejumlah kecil orang, dan banyak orang (monarki, aristokrasi dan politia),

sedangkan pemerintahan yang benar terwujud jika ketiga model pemimpin tersebut

memerintah dengan memerhatikan kepentingan umum.

B. Filsafat abad pertengahan

Pada masa ini filsafat lebih bercorak theosentris, artinya para filsuf dalam periode ini

menjadikan filsafat sebagai abdi agama atau filsafat diarahkan pada masalah ketuhanan.

Suatu karya filsafat dinilai benar sejauh tidak menyimpang dari ajaran agama. Oleh karena itu

filsafat barat abad pertengahan ini dapat disebut sebagai abad gelap, dengan menrima ajaran

gereja secara membabi buta. Karena itu perkembangan ilmu pengetahuan terhambat. Filsafat

pertengahan ini juga sering disebut filsafat skolastik, dan dalam filsafat skolastik terdapat dua

periode skolastik. Yaitu periode skolastik Islam dan periode skolastik kristen.

1. Periode filsafat skolastik Islam (Arab)

Filsafat dikalangan kaum muslim baru di mulai pada awal abad ke-8. Dalam khazanah

islam sendiri, istilah skolastik Islam jarang dipakai. Yang sering dipakai adalah Ilmu Kalam

atau filsafat Islam. Namun dalam pembahasannya kedua ilmu tersebut dibedakan. Periode

skolastik Islam dapat dibedakan kedalam empat masa, yaitu :


a. Periode kalam pertama

Periode ini ditandai dengan munculnya kelompok-kelompok Khawarij, Qadariyah,

Jabariyah, Mutazilah, dan Ahli sunnah(kelompok Mutakalimin). Dalam kaitannya dalam

filsafat, aliran yang paling menonjol adalah Mutazilah yang dimotori oleh Wasil Bin Atha

yang dianggap sebagai rasionalisme Islam. Mutazilah memberi konsep-konsep dan

ajarannya berkenaan dengan masalah Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan, yaitu :

Keesaan Tuhan ( al- Tauhid)

Kebebasan kehendak ( al-iradah)

Keadilan Tuhan (al adalah)

Posisi tengah (al-manzilah bain al-manzilatain)

Amar maruf nahi munkar

b. Periode filsafat pertama

Periode ini ditandai dengan munculnya ilmuan dan ahli-ahli dalam berbagai bidang

yang menaruh perhatian terhadap filsafat Aristoteles. Filsuf-filsuf yang muncul di kawasan

timur seperti Al-Kindi (806-873 M), Al-Razi (865-925 M), Al-Farabi (870-950 M), dan Ibnu

Sina (980-1037 M). Beberapa pemikiran filsuf-filsuf tersebut seperti falsafah yang paling

mulia adalah falsafah tentang ketuhanan, falsafah tidak boleh diajarkan kepada orang awam

secara menyeluruh, falsafah dan agama tidak bertentanganmelainkan sama-sama membawa

kepada kebenaran. Semua yang ada berasal dari pemancaran Tuhan yang menjadi akal

pertama sampai akal kesepuluh.

c. Periode kalam kedua

Periode ini dimulai dengan munculnya tokoh-tokoh kalam seperti Al-Ghazali dan Al-Asyari.

d. Periode filsafat kedua


Tokoh-tokohnya adalah Ibnu Bajjah, Ibnu Thufail, Ibnu Rusyd. Para ahli pikir Islam

sebagaian menganggap bahwa filsafat Aristoteles adalah benar, plato dan Al-Quran adalah

benar, mereka mengadakan perpaduan dan sinkretisme antara agama dan filsafat.

2. Periode filsafat skolastik kristen

Masa skolastik awal (abad 9-12 M)

Masa ini merupakan kebangkitan pemikiran filsafat pada abad pertengahan. Pada saat

itu persoalan pemikiran yang ditonjolkan adalah hubungan antara rasio dengan wahyu.

Hubungan antara keduanya dirumuskan dengan semboyan saya percaya supaya mengerti.

Maksudnya adalah bahwa orang yang mempunyai kepercayaan agama akan lebih mengerti

segala sesuatunya. Jadi agamalah yang diutamakan dalam filsafatnya, tapi tidak mengingkari

kemampuan rasio.

Masa skolastik keemasan

Tokoh pada masa ini yang paling terkenal adalah Albertus Magnus dan Thomas

Aquinus. Ada beberapa faktor yang menyebabkan masa skolastik mencapai keemasan, yaitu :

Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusd, Ibnu Sina sehingga sejak abad ke-12 hingga

abad ke-13 ilmu pengetahuan telah tumbuh luas.

Tahun 1200 M didirikan Universitas Almamater di Prancis yang merupakan gabungan

gabungan dari beberapa sekolah. Almamater ini sebagai embrio berdirinya universitas di

paris seperti Oxford, Cambridg, dan lainnya.

Berdirinya ordo-ordo kaena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan. Hal

tersebut berpengaruh tehadap kehidupan kerohanian saat kebanyakan tokoh-tokoh memegang

peranan di bidang filsafat dan teologi. Tokoh-tokoh kritiani seperti Magnus dan Thomas

Rusd sengaja menghilangkan unsur-unsur atau selipan dari Ibnu Rusd karena mereka

menganggap semua itu merupakan pencemaran bagi filsafat Aristoteles.

Masa skolstik akhir


Pada masa ini muncul kemalasan dalam berpikir dalam diri filsafati, sehingga

menyebabkan kemunduran pemikiran filsafat skolastik kristen. Walaupun demikian masih

muncul tokoh yang terkenal pada masa itu yaitu Nicolous Cusanus. Menurutnya ada tiga cara

untuk mengenal sesuatu yaitu lewat indra, akal, dan intuisi. Dengan indra kita akan

mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda berjasad yang sifatnya tidak sempurna,

dengan akal kita mendapat bentuk-bentuk pengertian yang abstrak, dalam intuisi kita

mendapat pengetahuan yang lebih tinggi. Hanya dengan intuisi inilah kita akan dapat

mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Dengan intuisi inilah

diharapkan akan sampai pada kenyataan dimana segala sesuatu menjadi larut, yaitu Tuhan.

A. Filsafat modern

Dalam filsafat madern, para fisuf menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari

kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri.

Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran rasionalisme

beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio, kebenaran pasti berasal dari rasio.

Sebaliknya, aliran empirisme meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang

batin maupun yang indrawi. Lalu muncu aliran kritusme yang mencoba memadukan kedua

pendapat berbeda itu. Dalam filsafat modern ini terdapat banyak aliran diantaranya adalah

aliran rasionalisme, empirisme, kritisme, idealisme, matrelisme, renaissance dan masih

banyak yang lain. Tokoh-tokohnya diantaranya thomas hobbes, john locke, karl marx, da

masih banyak yang lain.

Posted by Khoiruddin Azis at 10:06:00 am


KONSEP DASAR FILSAFAT ILMU
by arasty

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbincang mengenai filsafat baru mulai merebak di abad awal 20, namun france bacon
dengan metode induksi yang ditampilkannya pada abad 19 dapat dikatakan sebagai peletak
dasar filsafat ilmu khasanah bidang filsafat secara umum. Sebagian ahli filsafat berpandangan
bahwa perhatian yang besar terhadap peran dan fungsi filsafat ilmu mulai mengedepan tatkala
ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dalam hal
ini, ada semacam ke khawatiran yang muncul pada kalangan ilmuan dan filsuf, termasuk juga
kalanagan agamawan, bahwa kemajuan iptek dapat mengancam eksistensi umat manusia,
bahkan alam dan beserta isinya.

Para filsuf terutama melihat ancaman tersebut muncul lantaran pengembangan iptek berjalan
terlepas dari asumsi-asumsi dasar filosofisnya seperti landasan ontology, epistemologis dan
aksiologis yang cenderung berjalan sendiri-sendiri. Untuk memahami gerak perkembangan
iptek yang sedemikian itulah, maka kehadiran filsafat ilmu sebagai upaya meletakkan
kembali peran dan fungsi iptek sesuai dengan tujuan semula, yakni mendasarkan diri dan
concern terhadap kebahagian umat manusia, sangat di perlukan, inilah beberapa pokok
bahasan utama dalam pengenalan terhadap filsafat ilmu, disamping objek dan pengertian
filsafat ilmu yang kan dijelaskan terlebih dahulu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian filsafat ilmu itu?


2. Mencakup apa sajakah ruang lingkup filsafat ilmu?
3. Apa saja objek, kedudukan, dan implikasi filsafat ilmu?
4. Bagaimana sejarah perkembangan filsafat ilmu serta aliran-alirannya?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui apa itu filsafat ilmu


2. Mengetahui ruang lingkup filsafat ilmu
3. Mengetahui objek, kedudukan, dan implikasi filsafat ilmu
4. Mengetahui sejarah perkembangan filsafat Ilmu serta aliran-alirannya

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat Ilmu

Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat
ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat ilmu [1].

1. Robert Ackermann: Filsafat ilmu adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat
ilmiah dewasa ini yang dibandingkan dengan pendapat-pendapat terdahulu yang telah
dibuktikan.
2. Lewis White Beck: Filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran
ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu
keseluruhan.
3. Cornelius Benjamin: filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafat ilmui yang
menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya, konsep-konsepnya dan
praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang
pengetahuan intelektual.
4. May Brodbeck: filsafat ilmu itu sebagai analisis yang netral secara etis dan filsafat ilmui,
pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.

Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan
telaah kefilsafat ilmuan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang
ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat
ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat ilmu pengetahuan) yang secara spesifik
mengakaji hakikat ilmu, seperti :

Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut?
Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan
pengetahuan ? (Landasan ontologis)
Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?
Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendapatkan
pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah
kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan
yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara
penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang
ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang
merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ?
(Landasan aksiologis)[2].

2.2 Ruang Lingkup Filsafat ilmu

Bidang garapan Filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi
tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang
inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat ilmu tentang apa
dan bagaimana (yang) Ada itu (being Sein, het zijn). Paham monisme yang terpecah
menjadi idealisme atau spiritualisme, Paham dualisme, pluralisme dengan berbagai
nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada akhimya menentukan pendapat bahkan
keyakinan kita masing-masing mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana
manifestasi kebenaran yang kita cari.
Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk
mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik akan dengan
sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal
(Verstand), akal budi (Vernunft) pengalaman, atau komunikasi antara akal dan pengalaman,
intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal adanya
model-model epistemologik seperti: rasionalisme, empirisme, kritisisme atau rasionalisme
kritis, positivisme, fenomenologi dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana
kelebihan dan kelemahan sesuatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi
pengetahuan (ilmiah) itu seped teori koherensi, korespondesi, pragmatis, dan teori
intersubjektif.

Akslologi llmu meliputi nilal-nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna
terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang
menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun
fisik-material. Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu
conditio sine qua non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan
penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu.

Dalam perkembangannya Filsafat ilmu juga mengarahkan pandangannya pada Strategi


Pengembangan ilmu, yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampal pada dimensi ke-
budayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti
maknanya bagi kehidupan

2.3 Objek Filsafat ilmu

Objek Material filsafat ilmu Yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu
disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak.

Menurut Dardiri (2000) bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada
dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu yang
ada itu di bagi dua, yaitu :

1. Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada
umumnya.
2. Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak (theodicae) dan tidak
mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi metafisik) dan alam (kosmologi).

Objek Formal filsafat ilmu yaitu sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian
atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu di sorot. Contoh :
Objek materialnya adalah manusia dan manusia ini di tinjau dari sudut pandangan yang
berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia di antaranya psikologi,
antropologi, sosiologi dan lain sebagainya.

2.4 Kedudukan dan Implikasi Filsafat Ilmu dalam Pengetahuan

Di mana posisi filsafat ilmu ketika dihadapkan dengan Islamisasi ilmu pengetahuan. Pada
dasarnya filsafat ilmu bertugas memberi landasan filosofi untuk minimal memahami berbagai
konsep dan teori suatu disiplin ilmu, sampai membekalkan kemampuan untuk membangun
teori ilmiah. Secara substantif fungsi pengembangan tersebut memperoleh pembekalan dan
disiplin ilmu masing-masing agar dapat menampilkan teori subtantif. Selanjutnya secara
teknis dihadapkan dengan bentuk metodologi, pengembangan ilmu dapat mengoprasionalkan
pengembangan konsep tesis, dan teori ilmiah dari disiplin ilmu masing-masing.

Sedangkan kajiaan yang dibahas dalam filsafat ilmu adalah meliputi hakekat (esensi)
pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem-problem
mendasar ilmu pengetahuan seperti; ontologi ilmu, epistimologi ilmu dan aksiologi ilmu.
Dari ketiga landasan tersebut bila dikaitkan dengan Islamisasi ilmu pengetahuan maka letak
filsafat ilmu itu terletak pada ontologi dan epistimologinya. Ontologi disini titik tolaknya
pada penelaahan ilmu pengetahuan yang didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang
dimiliki seorang ilmuwan, jadi landasan ontologi ilmu pengetahuan sangat tergantung pada
cara pandang ilmuwan terhadap realitas.

Manakala realitas yang dimaksud adalah materi, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu empiris.
Manakala realitas yang dimaksud adalah spirit atau roh, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu
humanoria. Sedangkan epistimologi titik tolaknya pada penelaahan ilmu pengetahuan yang di
dasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran.

2.5 Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu

Pemikiran filsafat ilmu banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Namun pada dasarnya filsafat
ilmu baik dibarat, india dan Cina muncul dari yang sifatnya religius. Pembagian secara
periodesasi filsafat ilmu barat adalah zaman kuno, zaman abad pertengahan, zaman modern
dan masa kini. Periodesasi filsafat ilmu cina adalah zaman kuno, zaman pembauran, zaman
neokonfusionisme dan zaman modern. Untuk cina adalah periode weda, biracarita, sutra-sutra
dan sekolastik. Dalam filsafat ilmu india yang penting adalah bagaimana manusia bisa
berteman dengan dunia bukan untuk menguasai dunia. Adapun filsafat ilmu islam hanya ada
dua periode yaitu: periode mutakalimin dan filsafat ilmu islam.

Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak
melainkan berlangsung secara bertahap. Karena untuk memahami sejarah perkembangan
ilmu mau tidak mau harus melakukan pembagian secara periode yang menampilkan ciri khas
tertentu.

2.5.1 Zaman Pra Yunani Kuno (Zaman Batu)

Pada abad VI SM yunani muncul lahirnya filsafat ilmu dan mulai berkembang suatu
pendekatan yang sama sekali berlainan. Mulai saat itu orang mencari jawaban rasional
tentang problem alam semesta.dengan demikian filsafat ilmu dilahirkan.

2.5.2 Zaman yunani kuno

1. Zaman keemasan yunani

Zaman yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat ilmu, karena pada masa ini
orang memiliki kebebasan untuk menguingkapkan ide atau pendapatnya. Yunani pada masa
itu dianggap sebagai gudang ilmu, karena yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai
mitologi-mitologi.

1. Masa Helinistis Romawi


Pada masa ini muncul beberapa aliran yaitu sebagai aliran sebagai berikut:

a. stoisisme, menurut paham ini jagad raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut logos.
Oleh karena itu segala kejadian menurut ketetpan yang tidak dapat dihindari.

b. epikurisme, segala-galanya terdiri dari atom-atom.

c. skepisisme, mereka berfikir bahwa bidang teoritis manusia tidak sanggup mencapai
kebenaran

d. eklektisisme, suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur filsafat ilmu
dari aliran-aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran yang sungguh-sungguh.

e. neoplatoisme, yakni paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat ilmu plato.

2.5.3 Zaman Abad Pertengahan

Pada abad pertengahan mengalami 2 periode, yaitu:

1. periode patriktis; mengalami 2 tahap:


1. permulaan agama kristen
2. filsafat ilmu agustinus; yang terkenal pada masa patristik
3. periode skolastik; menjadi 3 tahap yakni:
1. periode awal, ditandai dengan pembentukan metode yang lahir karena
hubungan yang rapat antara agama dan filsafat ilmu
2. periode puncak, ditandai oleh keadaan yang dipengaruhi oleh aristoteles
akibat kedatangan ahli filsafat ilmu arab dan yahudi
3. periode akhir, ditandai dengan pemikiran kefilsafat ilmuan yang
berkembang kearah nominalisme.

2.5.4 Zaman Renaissance

Ialah zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi
kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran
yang bebas. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas
campur tangan Illahi.

2.5.5 Zaman Modern

Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan
pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman renaissance.

2.5.6 Zaman Kontemporer (Abad XX Dan Seterus)

Fisi kawan termashur adalah Albert Einstein yang percaya akan kekekalan materi. Dengan
kata lain tidak mengakui adanya penciptaan alam. Zaman kontemporer ini ditandai dengan
penemuan teknologi-teknologi canggih yang terus berkembang hingga sekarang.

2.6 Beberapa Aliran Filsafat Ilmu


Sejarah perjalanan perkembangan keyakinan dan pemikiran umat manusia tentang
pendidikan telah melahirkan sejumlah filsafat ilmu yang melandasinya. Dari berbagai filsafat
ilmu yang ada, terdapat tiga aliran paham yang dirasakan masih dominan pengaruhnya
hingga saat ini, yang secara kebetulan ketiganya lahir pada jaman abad pencerahan
menejelang zaman modern.

1. Nativisme atau Naturalisme, dengan tokohnya antara lain. J.J. Rousseau (1712-1778) dan
Schopenhauer (1788-1860 M). Paham ini berpendirian bahwa setiap bayi lahir dalam keadaan
suci dan dianugerahi dengan potensi insaniyah yang dapat berkembang secara alamiah.
Karena itu, pendidikan pada dasarnya sekedar merupakan suatu proses pemberian kemudahan
agar anak berkembang sesuai dengan kodrat alamiahnya. Pandangan ini diidentifikasikan
sebagai konsepsi pendidikan yang cenderung pesimistik.

2. Empirisme atau Environtalisme, dengan tokohnya antara lain John Locke (1632-1704
M) dan J. Herbart (1776-1841 M). Aliran ini berpandangan bahwa manusia lahir hanya
membawa bahan dasar yang masih suci namun belum berbentuk apapun, bagaikan papan
tulis yang masih bersih belum tertulisi (Tabula Rasa, Locke ) atau sebuah bejana yang masih
kosong (Herbart). Atas dasar itu, pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu proses
pembentukan dan pengisian pribadi peserta didik ke arah pola yang diinginkan dan
diharapkan lingkungan masyarakatnya. Pandangan ini diidentifikasikan sebagai konsepsi
pendidikan yang cenderung optimistik.

3. Konvergensionisme atau Interaksionisme, dengan tokohnya antara lain William Stern


(1871-1939). Pandangan ini pada dasarnya merupakan perpaduan dari kedua pandangan
terdahulu. Menurut pandangan ini, baik pembawaan anak maupun lingkungan merupakan
faktor-faktor yang determinan terhadap perkembangan dan pembentukan pribadi peserta
didik. Oleh karenanya, pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu rangkaian peristiwa
interaksi antara pembawaan dengan lingkungan. Pribadi peserta didik akan terbentuk sebagai
resultante atau hasil interaksi dari kedua faktor determinan tersebut. Pandangan ini
diidentifikasikan sebagai konsepsi pendidikan yang cenderung rasional.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Filsafat ilmu adalah tinjauan kritis tentang pendapat ilmiah dengan menilai metode-metode
pemikirannya secara netral dalam kerangka umum cabang pengetahuan intelektual
2. Ruang lingkup filsafat ilmu melingkupi ontologi ilmu yang mengupas hakikat dari ilmu itu
sendiri, epistemologi ilmu yang membahas tatacara dan landasan untuk mencapai
pengetahuan ilmiah tersebut dan terakhir aksiologi ilmu yang meliputi nilai-nilai normatif
dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan.
3. Objek dari filsafat ilmu dapat bersifat umum dan bersifat khusus yang terbagi menjadi dua
yaitu secara mutlak dan tidak mutlak
4. sejarah perkembangan filsafat sudah dimulai sejak zaman yunani kuno dengan tokoh-tokoh
terkenal seperti aristoteles, plato, thales dan sebagainya, kemudian dilanjutkan pada zaman
abad pertengahan yang digawangi oleh para pemuka agama dengan terpengaruh pada
pemikiran tokoh yunani kuno. perkembangan filsafat selanjutnya adalah zaman renaissance
atau kebangkitan kembali yang berpendapat pada kebebasan manusia dan tidak didasarkan
pada campur tangan tuhan. perkembangan terakhir yaitu pada zaman modern yang ditandai
dengan beruntunnya penemuan-penemuan ilmiah dan mutakhir yang dirintis pada zaman
renaissaince

DAFTAR PUSTAKA

Abbas Hamami M. 1976. Filsafat (Suatu Pengantar Logika Formal-Filsafat Pengatahuan).


Yogyakarta : Yayasan Pembinaan Fakultas Filsafat UGM.

___________. 1982. Epistemologi Bagian I Teori Pengetahuan. Diktat. Yogyakarta: Fakultas


Filsafat UGM.

__________. 1980. Disekitar Masalah Ilmu; Suatu Problema Filsafat. Surabay: Bina Ilmu.

___________. Epistimologi Masa Depan dalam jurnal filsafat. Seri 1, februari 1990.

Ismaun. 2001. Filsafat ilmu (Diktat Kuliah). Bandung : UPI Bandung.

Jujun S. Suriasumantri. 1982. Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar
Harapan.

[1] Ismaun, (2001), Filsafat ilmu, (Diktat Kuliah), Bandung : UPI Bandung.

[2] Jujun S. Suriasumantri, (1982), Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Sinar
Harapan

Anda mungkin juga menyukai