Anda di halaman 1dari 13

Nama : Rizka Ulfa

NIM : 2306102030053
Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan

Sejarah Filsafat Beserta Tokoh-Tokohnya

1. Pengertian Filsafat

Filsafat berasal dari kata Yunaninya yaitu Philosophia. Dalam bahasa yunani Philosopia
merupakan kata majemuk yang terdiri atas philo dan sophia, philo memiliki arti cinta dalam arti
yang luas, yaitu ingin, dan karena itu lalu berusaha mencapai apa yang diinginkannya itu, sophia
memiliki arti kebajikan yang artinya pandai, pengertian yang mendalam. Jadi, dalam segi bahasa
filsafat dapat diartikan sebagai keinginan yang mendalam untuk mendapat kebijakan, atau
keinginan yang mendalam untuk mencapai bijak. Sebenarnya banyak sekali pengertian filsafat
menurut para ahli, sebagai contoh saja menurut Aristoteles filsafat adalah pengetahuan yang
meliputi kebenaran yang tergabung didalamnya metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik,
dan estetika.

2. Sejarah Filsafat

Filsafat, terutama filsafat barat muncuk di Yunani sekitar abad ke 7 SM, Periode filsafat
Yunani merupakan periode terpenting dalam sejarah peradaban umat manusia. Hal ini
disebabkan karena pada saat itu terjadi perubahan pola pikir mitosentris yaitu pola pikir yang
sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam. Orang Yunani yang hidup pada
abad ke 6 SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai
sesuatu yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya suatu kebenaran lewat akal
pikiran (logis) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber dari mitos
atau dongeng-dongeng.

1
Setelah abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka
menginginkan adanya pertanyaan tentang misteri alam semesta ini, jawabannya dapat diterima
akal atau rasional. Kedaan yang demikian ini sebagai bentu suatu demitologi, artinya suatu
kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal dan pikirannya dan meninggalkan hal-hal yang
berbau mitologi. Upaya para ahli [ikir untuk mengarahkan kepada suatu kebebasan berfikir ini
kemudian banyak orang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir
secara murni, maka timbulah peristiwa The Greek Miracle yang artinya dapat dijadikan sebagai
landasan peradaban dunia. Dalam sejarah filsafat ini terdapat empat klasifikasi periode, yaitu
filsafat klasik, pertengahan (rennaisance), modern dan juga kontemporer.

A. Pra-Socrates (Filsafat Alam)

1. Thales (624-548)

Thales adalah seorang saudagar kaya yang banyak berlayar ke negeri mesir, ia juga
seorang ahli politik yang terkenal di Miletus. Thales tidak menuliskan pikirannya atau
sekurangnya tentang itu, tidak ada kesaksian apa pun. Thales termasuk filsuf yang mencari arkhe
(asas atau prinsip) dalam semesta. Menurut Thales, prinsip ini adalah air. Semuanya berasal dari
air dan semuanya kembali lagi menjadi air. Mungkin Thales beranggapan demikian karena air
mempunyai berbagai bentuk: cair, beku dan uap. Menurut Thales bumi terletak di air.

2. Anaximander (610-547)

Anaximander adalah salah satu murid Thales. Ia lebih muda 15 tahun dari Thales, tapi
meninggal lebih dulu dari Thales, ia adalah seorang ahli astronomi dan ilmu bumi. Menurut
Anaximander, prinsip dasar alam memang satu akan tetapi prinsip dasar tersebut bukanlah dari
jenis benda alam seperti air sebagaimana yang dikatakan Thales. Prinsip dasar alam haruslah
jenis yang tak terhitung dan tak terbatas yang oleh dia disebut apieron.

3. Heraclitus (544-484 SM)

Paham relativisme semakin mempunyai dasar setelah Heraclitus menyatakan “Engkau


tidak dapat terjun ke sungai yang sama dua kali, karena air sungai itu selalu mengalir”. Menurut
Heraclitus alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah, sesuatu yang dingin berubah menjadi

2
panas, yang panas berubah menjadi dingin. Itu berarti bila kita hendak memahami kehidupan
kosmos, kita mesti menyadari bahwa kosmos itu dinamis. Kosmos itu tidak pernah berhenti, Ia
selalu bergerak dan bergerak berarti berubah. Gerakan itu menghasilkan perlawanan.

4. Parmadines

Parmadines adalah salah seorang tokoh relativisme yang penting. Parmadines lahir tahun
450 SM. Ia dikatakan sebagai logikawan pertama dalam sejarah filsafat, bahkan dapat disebut
filsuf pertama dalam pengertian modern. Sistemnya secara keseluruhan disandarkan pada
deduksi logis, tidak seperti Heraclitus, misalnya yang menggunakan metode intuisi. Jadi benar
tidaknya suatu pendapat diukur dengan logika.

5. Zeno

Lahir pada tahun 490 SM di Elea. Ia menjadi terkenal karena ketangkasan perkataan dan
ketajaman pemikirannya. Ia dapat merelatifkan kebenaran yang telah mapan. Zenu menemukan
dialektika. Istilah dialektika termasuk kata yang mendapat berbagai arti sepanjang sejarah
filsafat. Ia mulai mengemukakan hipotesis yaitu salah satu anggapan yang dianut pelawan
Parmadines. Lalu ian menunjukkan bahwa hipotesis itu harus ditarik kesimpulan yang mustahil.
Menurut metode ini, zeno membuktikan bahwa adanya ruang kosong, pluralitas dan gerak sama-
sama mustahil.

B. Zaman Keemasan

Merupakan zaman dimana filsafat mengalami puncak keemasannya/kejayaannya.

1. Socrates (470-400 SM)

Socrates adalah guru Plato, mengajar bahwa akal budi harus menjadi norma terpenting
untuk tindakan kita. Socrates memulai filsafatnya dengan bertitik tolak dair pengalaman
keseharian dan kehidupan kongkret. Perbedaannya terletak pada penolakan Socrates terhadap
relativisme yang pada umumnya dianut para sufis. Menurut socrates tidak benar bahwa yang
baik itu baik bagi warga Athena dan lain bagi warga negara Sparta. Yang baik mempunyai nilai
yang sama bagi semua manusia dan harus dijunjung tinggi oleh semua orang. Pendiriannya yang

3
terkenal adalah pandangannya yang menyatakan bahwa keutamaan adalah pengetahuan,
pandangan ini kadang-kadang disebut intelektualisme etis.

2. Plato (428-348 SM)

Ada tiga ajaran pokok dari Plato yaitu tentang ide, jiwa dan proses mengenal. Menurut
plato realitas terbagi menjadi dua yaitu inderawi yang selalu berubah dan dunia ide yang tidak
pernah berubah. Ide merupakan sesuatu yang objektif, tidak diciptakan oleh pikiran dan justru
sebaliknya pikiranlah yang tergantung pada ide-ide tersebut. Ide-ide berhubungan dengan dunia
melalui 3 cara: ide hadir didalam benda, ide-ide berpartisipasi dalam konkret dan ide merupakan
model atau contoh (paradigma) bagi benda konkret. Pembagian dunia ini pada gilirannya juga
memberikan dua pengenalan. Pertama pengenalan ide, inilah pengenalan yang sebenarnya.
Pengenalan yang dapat dicapai oleh rasio ini disebut episteme (pengetahuan) dan bersifat teguh,
jelas, dan tidak berubah. Dengan demikian Plato menolak relatifisme kaum sufis. Kedua,
pengenalan tentang benda-benda disebut doxa (pendapat) bersifat tidak tetap dan tidak pasti,
pengenalan ini dapat dicapai dengan panca indera. Dengan dua dunianya tersebut Plato juga bisa
mendamaikan persoalan besar filsafat pra-socrates yaitu pandangan panta-rhei nya heraclates dan
padangan yang ada-adanya Parmenides

3. Aristoteles (384-322 SM)

Ia adalah guru Alexander Agung yang juga adalah murid Plato. Tetapi dalam banyak hal
ia tidak setuju dengan Plato. Setiap benda terdiri dari dua unsur yang tak terpisahkan, yaitu
materi (Hyle) dan bentuk (Morfe). Bentuk bentuk dapat dibandingkan dengan ide-ide dari Plato.
Tetapi pada Aristoteles ide-ide ini tidak dapat dipikirkan lagi lepas dari materi. Materi tanpa
bentuk tidak dapat dipikirkan lagi lepas dari materi. Materi tanpa bentuk tidak ada. Bentul-
bentuk bertindak dalam materi. Bentuk-bentuk memberi kenyataan kepada materi dan sekaligus
merupakan tujuan dari materi. Teori ini dikenal dengan sebutan Hylemorfisme. Filsafat
Aristoteles sangat sistematis. Pokok-pokok pikirannya antara lain bahwa ia berpendapat
seseorang tidak dapat mengetahui suatu obyek jika ia tidak dapat mengatakan pengetahuan itu
pada orang lain. Spektrum pengetahuan yg diminati oleh Aristoteles luas sekali, barangkali
seluas lapangan pengetahuan itu sendiri. Menurutnya pengetahuan manusia dapat disistematiskan
sebagai berikut.

4
C. Filsafat Modern

Pada zaman modern dari filsafat berbagai aliran muncul. Pada dasarnya corak
keseluruhan filsafat modern itu mengambil warna pemikiran filsafat sufisme Yunani, sedikit
pengecualian pada kant. Paham-paham yang muncul dalam garis besarnya adalah Rasionalisme,
Idealisme dan Empirisme. Berikut ini adalah tokoh-tokoh pada masa filsafat modern serta
pemikirannya.

1. Spinoza (1632)

Spinoza adalah seorang filsuf besar yang paling dihargai dan dihormati. Secara
intelektual ada beberapa filsuf yang mengunggulinya, namun secara etis dialah yang paling
tinggi. Spinoza memiliki beberapa pemikiran, diantaranya adalah teori substansi tunggal, yang
menanggapi masalah descartes tentang masalah substansi antara jiwa dan tubuh. Dalam teori
Descartes tentang masalah substansi antara jiwa dan tubuh. Dalam teori Descartes terdapat
pemikiran yaitu bagaimana Tuhan, Jiwa dan Material merupakan satu kesatuan yang utuh.

2. Hegel (1770)

Hegel merupakan filsuf terbesar abad ke-19. Untuk menjelaskan pemikirannya Hegel
menggunakan dialektika sebagai metodenya. Proses Dialektika selalu terdiri dari 3 Fase pertaam
Tesis, kedua Anastesis dan yang ketiga adalah sintesis

3. Immanuel Kant (1724)

Kant adalah seorang filsuf yang mampu mendudukan kembali kedudukan masing-masing
dari akal dan iman pada posisinya masing-masing. Kant berhasil menghentikan sufisme modern.
Dari sinilah Kant mendapat tempat yang lumayan dalam sejarah filsafat.

4. John Locke (1632)

John Locke adalah seorang filsuf inggris kelahiran wrington. Pemikirannya bisa
dikatakan anti metafisika. Ia menerima keraguan sementara yang diajarkan Descartes juga
melokan tentang metode deduktifnya dan menggantinya dengan generalisasi menjadi

5
pengalaman induksi. Bahkan Locke menolak akal (reason) ia hanya menerima pemikiran
matematis dengan metode induksi.

D. Filsafat Kontemporer

Filsafat Kontemporer diawali pada awal abad ke-20, ditandai oleh variasi pemikiran
filsafat yang sangat beragam dan kaya. Mulai dari analisis bahasa, kebudayaan, kritik sosial,
metodologi, heremeutika, strukturalisme, filsafat hidup (Eksistensialisme) sampai pada filsafat
tentang perempuan (feminisme), ciri filsafat kontemporer adalah sebagai reaksi dari
berkembangnya filsafat modern yang semakin melenceng, pemikiran kontemporer ini berusaha
mengkritik logosentrisme filsafat modern yang berusaha menjadikan rasio sebagai instrumen
utama. Berikut ini adalah tokoh tokoh yang menyumbangkan pemikirannya pada zaman
kontemporer mulai dari Pragmatis, Eksistensialisme sampai Fenomenologi.

A. Pragmatis

Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang
membuktikan dirinya benar dengan berpegang pada logika pengamatan, berikut ini adalah tokoh
tokohnya

1. Charles Sanders Peirce (1839-1914)

Charles mempunyai gagasan bahwa suatu hipotesis (dugaan sementara) itu benar
bila bisa diterapkan dan dilaksanakan menurut tujuan kita. Horton dan edward
dalam sebuah buku yang berjudul Background of American literary thought
(1974) menjelaskan bahwa peirce memformulasikan (merumuskan) tiga prinsip
lain yang menjadi dasar bagi pragmatisme yaitu:

 Bahwa kebenaran ilmu pengetahuan sebenarnya tidak lebih daripada


kemurnian opini manusia

6
 Bahwa apa yang kita namakan Universal adalaah yang pada akhirnya
setuju dan menerima keyakinan dari “Community of Knowers”
 Bahwa filsafat dan matematika harus dibuat lebih praktis dengan
membuktikan bahwa masalah-masalah dan kesimpulan yang terdapat
dalam filsafat dan matematika merupakan hal yang nyata bagi masyarakat

2. William James (1842-1910)

William James adalah tokoh yang paling bertanggung jawab yang membuat
pragmatis menjadi terkenal diseluruh dunia. William james mengatakan bahwa
secara ringkas pragmatisme adalah realitas sebagaimana yang kita ketahui.
Pemikiran filsafatnya lahir karena dalam sepanjang hidupnya ia mengalami
konflik antara pandangan agama. Ia beranggapan bahwa masalah kebenaran
tentang asal tujuan hakikat bagi orang Amerika adalah teoritis, james
menginginkan hasil yang konkret.

3. John Dewey (1859-1952)

John Dewey adalah seorang filsuf dari Amerika, pendidik pengkritik sosial.
Sekalipun Dewey bekerja terlepas dari William James, namun dia menghasilkan
pemikiran yang menampakkan persamaan dengan gagasan james. Dewey adalah
seorang yang pragmatis. Menurutnya, filsafat bertujuan untuk memperbaiki
kehidupan manusia serta lingkungan mengatur kehidupan manusia serta
aktifitasnya untuk memenuhi kebutuhan. Sebagai pengikut pragmatisme John
Dewey menyatakan bahwa tugas filsafat tidak boleh larut dalam pemikiran-
pemikiran metafisis yang kurang praktis karena tidak ada faedahnya.

B. Eksistensialisme

Eksistensialisme adalah suatu filsafat yang menolak pemutlakan akal budi dan menolak
pemikiran-pemikiran abstrak murni. Eksistensialisme berupaya untuk memahami manusia yang
berada di dalam dunia atau disebut filsafat keberadaan. Berikut adalah tokoh-tokoh yang
merupakan tokoh eksistensialisme.

7
1. Soren Aabye Kierkegaard (1813-1855)

Ajaran yang diberikan oleh soren adalah mengenai eksistensialisme, yang artinya
adalah sebuah kebebasan yang bertanggung jawab, hal ini berpusat pada manusia
individu. Kebebasan ini sering ditemukan oleh manusia. Karena setiap manusia
menginginkan adanya sebuah kebebasan tanpa memikirkan mana yang benar dan mana
yang salah. Sesungguhnya bukan mereka tidak memikirkan hal tersebut, melainkan
mereka mengetahui batas kebebasannya masing-masing. Karena kebebasan bersifat
relatif. Soren juga dikenal akan filsuf yang mengajarkan akan kecemasan dan
keputusasaan eksistensial.

2. Jean Paul Sartre (1905-1980)

Sartre adalah seorang filsuf dan penulis perancis. Ialah yang dianggap
mengembangkan aliran eksistensialisme. Sartre menyatakan, eksistensi lebih dulu ada
dibanding esensi. Manusia tidak memiliki apa-apa saat dilahirkan dan selama hidupnya ia
tidak lebih hasil kalkulasi dari komitmen-komitmennya di masa lalu. Karena itu, menurut
Sartre selanjutnya, satu-satunya landasan nilai adalah kebebasa manusia. Ia belajar pada
Ecole Normale Superieur pada tahun 1924-1928.

C. Fenomenologi

Fenomenologi atau fenomenalisme adalah aliran atau faham yang menganggap bahwa
fenomenalisme adalah sumber pengetahuan dan kebenaran atau bisa disebut aliran yang
berpendapat bahwa, hasrat yang kuat untuk mengerti yang sebenarnya, yang dapat dicapai
melalui pengamatan terhadap fenomena atau pertemuan antara diri kita dengan realita. Berikut
ini adalah tokoh-tokoh yang mengemukakan tentang faham Fenomenologi.

1. Edmund Husserl (1859-1938)

Menurut Husserl, memahami fenomenologi adalath sebagai suatu metode dan


ajaran filsafat. Sebagai metode, Husserl membentangkan langkah-langkah yang harus
diambil agar sampai pada fenomenologi yang murni. Untuk melakukan itu, harus dimulai

8
dengan subjek (manusia) serta kesadarannya dan berusaha untuk kembali pada kesadaran
murni. Sedangkan sebagai filsafat, fenomenologi memberikan pengetahuan yang perlu
dan essensial tentang apa yang ada.

2. Max Scheller (1874-1928)

Scheller berpendapat bahwa metode fenomenologi sama dengan cara tertentu


untuk memandag realitas. Dalam hubungan ini kita mengadakan hubungan langsung
dengan ralitas berdasarkan intuisi. Menurutnya ada 3 fakta yang memegang peranan
penting dalam pengalaman filsafat, diantaranya:

 Fakta Natural, yaitu berdasarkan pengalaman indrawi yang menyangkut benda-


benda yang nampak dalam pengalaman biasa.
 Fakta Ilmiah, yaitu yang mulai melepas diri dari penerapan indrawi yang langsung
semakin abstrak
 Fakta Fenomenologis, merupakan isi intuitif yang merupakan hakikah dari
pengalaman langsung.

3. Martin Heidegger (1889-1976)

Menurut Heidegger, manusia itu terbuka bagi dunianya dan sesamanya.


Kemampuan seseorang untuk bereksistensi dengan hal-hal yang ada di luar dirinya
karena memiliki kemampuan seperti kepekaan, pengertian, pemahaman, perkataan atau
pembicaraan. Bagi Heidegger untuk mencapai manusia utuh maka manusia harus
merealisaasikan segala potensinya meski dalam kenyataannya seseorang itu tidak mampu
merealisasikannya. Ia tetap sekuat tenaga tidak pantang menyerah dan selalu bertanggung
jawab atas potensi yang belum teraktualisasikan.

Tokoh-tokoh Filsafat Dunia:

1. Marcus Tullius Cicero (106-43 SM)

9
Menurutnya, filsafat adalah ibu dari semua pengetahuan. Ia juga menulis buku De Natura
Deorum. Definisi filsafat menurutnya adalah ars vitae (the art of life) yang berarti pengetahuan
kehidupan.

2. Aristoteles (384-322 SM)

Aristoteles memiliki dua macam definisi terhadap prote philosophia yakni sebagai ilmu tentang
asas-asas pertama (the science of first principles) dan sebagai suatu ilmu yang menyelidiki
peradaan sebagai peradaan dan ciri-ciri yang tergolong pada objek itu berdasarkan sifat alaminya
sendiri.

3. Plato (427-347 SM)

Menurut Plato, filsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau perekaan terhadap
pandangan tentang seluruh kebenaran.

4. Socrates (469-399 SM)

Socrates mempunyai konsep filsafat adalah suatu peninjauan diri yang bersifat reflektif atau
perenungan terhadap asas-asas dari kehidupan yang adil dan bahagia (principle of the just and
happy life).

5. Pythagoras (572-497 SM)

Berdasarkan tradisi filsafat dari zaman Yunani Kuno, orang pertama yang memperkenalkan
istilah philosophia ialah Pythagoras. Pythagoras mendirikan aliran filsafat pythagoreanisme yang
mengemukakan sebuah ajaran metafisis bahwa bilangan merupakan intisari dari semua benda
maupun dasar pokok dari sifat-sifat benda.

6. Thales (640-546 SM)

Thales dijuluki sebagai bapak filsafat, ia merupakan seorang filsuf yang mendirikan aliran
filsafat alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani. Menurut aliran tersebut, filsafat
adalah suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya unsur-unsur dan
kaidah-kaidahnya.

10
7. Francis Bacon

Ia menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences).

8. Thomas Aquinas (1225-1274)

Menurutnya, kebenaran teologis yang diterima oleh kepercayaan melalui wahyu tidak dapat
ditentang oleh suatu kebenaran filsafati yang dicapai dengan akal manusia, karena kedua macam
kebenaran itu mempunyai suatu sumber yang sama pada Tuhan.

9. Christian von Wolff (1679-1754)

Filsafat merupakan ilmu tentang hal yang mungkin sejauh dapat ada.

10. Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831)

Definisi filsafat menurut Hegel adalah ‘die denkende Betrachtung der Gegenstande’,
penyelidikan hal-hal dengan pemikiran dan perenungan.

11. Herbert Spencer (1820-1903)

Filsafat sebagai pengetahuan dari generalitas yang tertinggi derajatnya.

12. Henry Sidgwick (1839-1900)

Filsafat sebagai scienta scientiarum (ilmu tentang ilmu). Filsafat memeriksa pengertian-
pengertian khusus, asas-asas pokok, metode khas, dan kesimpulan-kesimpulan utama dari
sesuatu ilmu apapun dengan maksud untuk mengkoordinasikan semuanya dengan hal-hal yang
serupa dari ilmu-ilmu lainnya.

13. Bertrand Russell (1872-1970)

Menurut Russell, filsafat sebagai suatu kritik terhadap pengetahuan, memeriksa scara kritis asas-
asas yang dipakai dalam ilmu dan dalam kehidupan sehari-hari dan mencari suatu ketakselarasan
yang dapat terkandung dalam asas-asas itu.

14. Wilhelm Windelband (1848-1915)

11
Filsafat adalah pengujian terhadap praanggapan seseorang, karena pokok filsafat yang
sesungguhnya adalah memeriksa secara mendalam praanggapan-praanggapan pokok dalam ilmu-
ilmu khusus dan kehidupan sehari-hari.

15. J.A. Leighton

Filsafat mencari suatu kebulatan dan keselarasan pemahaman yang beralasan tentang sifat alami
dan makna dari semua segi pokok kenyataan.

16. Pendukung Aliran Filsafat Realistik John Wild

Filsafat sebagai usaha untuk memahami fakta-fakta paling pokok tentang dunia yang kita diami
dan sejauh mungkin menerangkan fakta-fakta itu.

17. Lewis White Beck

Filsafat merupakan suatu usaha yang gigih untuk memikirkan hal-hal sampai tuntas.

18. John Dewey (1858-1952)

Filsafat sebagai suatu sarana untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian antara hal-hal yang
lama dengan hal-hal yang baru dalam suatu kebudayaan.

19. Alfred North Whitehead (1861-1947)

Menurut Alfred North Whitehead dalam proses and Reality (1929), dalam definisi filsafat
spekulatif sebagai usaha menyusun sebuah sistem ide-ide umum yang berpautan, logis, dan perlu
yang dalam kerangka system itu setiap unsur dari pengalaman kita dapat tafsirkan. Ia juga
merumuskan filsafat sebagai suatu sikap budi rohani terhadap ajaran-ajaran yang diterima begitu
saja oleh setiap orang tanpa memahami maknanya yang sesungguhnya.

20. Unamuno Y Jugo (1864-1936)

12
Filsafat pada dasarnya adalah ilmu bahasa merupakan sesuatu yang memberikan kenyataan
kepada manusia dan bukannya sekedar alat perantara dari kenyataan.

21. Raymond F. Piper dan Paul W. Word

Definisi filsafat sebagai suatu penafsiran yang kritis dan tuntas mengenai hal-hal yang nyata dan
ideal serta mengenai nasib manusia sebagaimana terlibat di dalamnya.

22. Moritz Schlick (1882-1936)

Filsafat didefinisikan sebagai kegiatan mencari arti (the activity of finding meaning), karena
filsafat merupakan suatu aktivitas mental yang menjelaskan gagasan-gagasan dengan melakukan
analisis untuk menemukan arti dari semua persoalan dan pemecahannya.

23. Ernest Hocking (1873-1966)

Dalam “what philosophy is and says” menyatakan pertama-tama adalah pemeriksaan terhadap
keyakinan-keyakinan yang dengan itu seseorang hidup.

24. John Macmurray

Filsafat sebagai suatu usaha untuk memahami perbedaan antara hal yang nyata dengan yang tak
nyata, atau dengan perkataan lain untuk memahami kenyataan.

25. Federigo Enriques

Filsafat sebagai suatu kecenderungan dari budi rohani manusia kearah kesatuan dan keumuman
dalam bidang pengetahuan dan bidang tujuan.

13

Anda mungkin juga menyukai