Anda di halaman 1dari 18

KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT

Oleh : Hesti
A. Definisi

Filsafat terjadi pada zaman yunani kuno pada abad ke-6 SM,

filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu Philos yang berarti cinta atau

mencintai dan Shophia yang berarti kebenaran. Tanjung & Salminawati

(2022). Sehingga dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah ilmu yang

mempelajari tentang mencintai kebenaran. Filsafat sering disebut sebagai

ibu dari ilmu pengetahuan karena dasar dari ilmu pengetahuan adalah

filsafat dan filsafat merupakan kebijaksanaan dalam berpikir sebagai jalan

untuk mencari kebenaran (Yasin, Zarlis, & Nasution, 2018).

Berikut pengertian Filsafat menurut para ahli:

1. Berthand Russel

Filsafat bisa dikatakan sebagai suatu usaha seseorang untuk

menjawab pertanyaan tidak secara dogmatis atau dangkal seperti ketika

melakukan aktivitas sehari-hari. Namun memberi jawaban secara kritis,

yakni dengan menyelidiki permasalahan yang ditimbulkan dari

pertanyaan yang muncul, jawaban tersebut nantinya menjadi dasar

menjalani kehidupan.

2. Immanuel Kant

Filsafat ilmu pengetahuan yang menjadi pangkal dan puncak segala

pengetahuan yang tercakup dalam empat persoalan, yakni apa yang bisa

diketahui (metafisika), apa yang seharusnya dilakukan (etika), sampai

mana harapan kita (agama) dan apa hakikat manusia (antropologi).


3. W.J.S Poerwadarminta

Filsafat merupakan pengetahuan dan penyelidikan menggunakan

akal budi mengenai sebab, asas hukum dan sebagainya. Ketimbang

segalanya yang ada di alam semesta maupun mengetahui kebenaran dan

arti dari adanya sesuatu.

4. Nasroen

Filsafat adalah hasil dari tinjauan manusia mengenai dirinya,

makna alam dan tujuan hidup dengan menggunakan pikiran serta dibantu

rasa dan keyakinan di dalam diri tersebut. Sebagai suatu kesatuan, baik

dalam memengaruhi atau membantu orang lain, filsafat digunakan sebagai

pedoman dalam memberi makna hidup.

B. Lahirnya Filsafat

Pada abad ke-6 sebelum masehi (SM) bermunculan para pemikir

yang kepercayaannya bersifat rasional. Ahli pikir yang pertama muncul

adalah Thales (±625-545 SM) yang berhasil mengembangkan geometrik

dan matematika. Socrates mengembangkan teori moraal, Plato

mengembangkan teori tentang ide, sedangkan Aristiteles mengembangkan

teori yang menyangkut dunia dan benda. Selanjutnya, awal abad

pertengahan merupakan lahirnya filsafat Eropa dan berkembanglah hingga

masa selanjutnya yaitu masa abad modern, Susanto, A. (2011).

Masing-masing filosof memiliki perumusan mengenai filsafat yang

berbeda dan semua itu tidak ada yang salah karena para filosof

memandang dari salah satu pokok persoalan, permasalahan, titik berat,


atau hal yang berbeda. Menurut Abu Bakar atjeh dalam ahmad Tafsir,

perbedaan tersebut karena berbedanya konotasi pada para filosof karena

perbedaan keyakinan yang dianut. Dan menurut Bani Ahmad Saeni,

adanya perbedaan tersebut dikarenakan oleh:

1. Setiap tokoh hidup dalam kurun waktu berbeda

2. Setiap tokoh hidup dalam lingkungan hidup berbeda

3. Memiliki kapasitas keilmuan, konotasi, dan kesan makna yang

berbeda tentang filsafat

4. Karena perkembangan filsafat itu sendiri

Hal-hal yang mendorong timbulnya filsafat ialah:

1. Dongeng dsn takhayul yang dimiliki masyarakat atau bangsa

2. Keindahan alam yang besart, terutama pada malam hari

Orang Yunani mulanya berfilsafat karena ketakjuban. Sementara

ini yang menjadi penyebab timbulnya filsafat ialah karena adanya

kesangsian.

C. Perkembangan Filsafat

Dalam perkembangannya filsafat berkembang melalui beberapa

zaman yaitu diawali dari Zaman Yunani Kuno, Zaman kegelapan (Abad

12-13 M), Zaman Pencerahan (14-15 M), Zaman awal Modern dan

Modern (Abad 16-18 M), dan Zaman Pos Modern (Abad 18-19) hingga

saat ini.
1. Zaman Yunani Kuno

filsafat Yunani merupakan periode terpenting dalam sejarah

peradaban manusia. Hal ini disebabkan karena pada saat itu terjadi

perubahan pola pikir mitosentris yaitu pola pikir yang sangat

mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam. Pada saat itu,

gempa bumi bukanlah suatu fenomena biasa melainkan suatu

fenomena di mana Dewa Bumi yang sedang menggoyangkan

kepalanya.

Pada periode ini muncullah filosof pertama yang mengkaji tentang

asal usul alam yaitu Thales (624-546 SM). Pada masa itu, Ia

mengatakan bahwa asal alam adalah air karena unsur terpenting bagi

setiap makhluk hidup adalah air. Air dapat berubah menjadi gas

seperti uap dan benda padat seperti es, dan bumi ini juga berada di

atas air. Sedangkan Heraklitos berpendapat bahwa segala yang ada

selalu berubah dan sedang menjadi. Ia mempercayai

bahwa arche (asas yang pertama dari alam semesta) adalah api. Api

dianggapnya sebagai lambang perubahan dan kesatuan. Api

mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada dan mengubah

sesuatu tersebut menjadi abu atau asap. Sehingga Heracllitos

menyimpulkan bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini adalah

bukan bahannya, melainkan aktor dan penyebabnya, yaitu api. Api

adalah unsur yang paling asasi dalam alam karena api dapat

mengeraskan adonan roti dan di sisi lain dapat melunakkan es.


Artinya, api adalah aktor pengubah dalam alam ini, sehingga api

pantas dianggap sebagai simbol perubahan itu sendiri.

Selain Heraclitos ada pula permenides. Permenides lahir di kota

Elea. Ia merupakan ahli filsuf yang pertama kali memikirkan tentang

hakikat tentang ada. Menurut pendapat Permenides apa ang disebut

sebagai realitas adalah bukan gerak dan perubahan. Yang ada itu ada,

yang ada dapat hilang menjadi ada, yang tidak ada adalah tidak ada

sehingga tidak dapat dipikirkan. Yang dapat dipikirkan hanyalah yang

ada saja, yang tidak ada tidak dapat dipikirkan. Dengan demikian,

yang ada itu satu, umum, tetap, dan tidak dapat di bagi-bagi karena

membagi yang ada akan menimbulkan atau melahirkan banyak yang

ada, dan itu tidak mungkin.

Zaman keemasan atau puncak dari filsafat Yunani Kuno atau

Klasik, dicapai pada masa Sokrates (± 470 – 400 SM), Plato (428-348

SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Sokrates merupakan anak dari

seorang pemahat Sophroniscos, ibunya bernama Phairmarete yang

bekerja sebagai seorang bidan. Istrinya bernama Xantipe yang

terkenal galak dan keras.

Socrates adalah seorang guru. Setiap kali socrates mengajarkan

pengetahuannya, Socrates tidak pernah memungut bayaran kepada

murid-muridnya. Oleh karena itulah, kaum sofis menuduh dirinya

memberikan ajaran baru yang merusak moral dan menentang

kepercayaan negara kepada para pemuda. Kemudian ia ditangkap dan


dihukum mati dengan minum racun pada umur 70 tahun yakni pada

tahun 399 SM. Pemikiran filsafatnya untuk menyelidiki manusia

secara keseluruhan yaitu dengan menghargai nilai-nilai jasmaniah dan

rohaniah yang keduanya tidak dapat dipisahkan karena dengan

keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai yang dihasilkan.

Plato lahir di Athena, dengan nama asli Aristocles. Ia belajar

filsafat dari Socrates, Pythagoras, Heracleitos, dan elia. Sebagai titik

tolak pemikiran filsafatnya, ia mencoba menyelesaikan permasalahan

lama yakni mana yang benar yang berubah-ubah (Heracleitos) atau

yang tetap (Parmenidas). Pengetahuan yang diperoleh lewat indera

disebutnya sebagai pengetahuan indera dan pengetahuan yang

diperoleh lewat akal disebutnya sebagai pengetahuan akal. Plato

menerangkan bahwa manusia itu sesungguhnya berada dalam dua

dunia yaitu dunia pengalaman yang bersifat tidak tetap dan dunia ide

yang bersifat tetap. Dunia yang sesungguhnya atau dunia realitas

adalah dunia ide.

Menurut Plato ada beberapa masalah bagi manusia yang tidak

pantas jika manusia tidak mengetahuinya, masalah tersebut adalah:

a. Manusia itu mempunyai Tuhan sebagai penciptanya.

b. Tuhan itu mengetahui segala sesuatu yang diperbuat manusia.

c. Tuhan hanya dapat diketahui dengan cara negatif, tidak ada ayat,

tidak ada anak dan lain-laian.


d. Tuhanlah yang menjadikan alam ini dari tidak mempunyai

peraturan menjadi mempunyai peraturan.

Sebagai puncak pemikiran filsafatnya adalah pemikiran tentang

negara, yang tertera dalam polites dan Nomoi. Konsepnya mengenai

etika sama seperti Socrates yakni tujuan hidup manusia adalah hidup

yang baik (eudaimonia atau well being). Menurut Plato di dalam

negara yang ideal terdapat tiga golongan, antara lain:

a. Golongan yang tertinggi (para penjaga dan para filsuf).

b. Golongan pembantu (prajurit yang bertugas untuk menjaga

keamanan negara).

c. Golongan rakyat biasa (petani, pedagang, dan tukang).

Plato mengemukakan bahwa tugas seorang negarawan adalah

mencipta keselarasan semua keahlian dalam negara (polis) sehingga

mewujudkan keseluruhan yang harmonis. Apabila suatu negara telah

mempunyai undang-undang dasar maka bentuk pemerintahan yang

tepat adalah monarki. Sementara itu, apabila suatu negara belum

mempunyai undang-undang dasar, bentuk pemerintahan yang paling

tepat adalah demokrasi.

Filsafat Plato dikenal sebagai idealisme dalam hal ajarannya bahwa

kenyataan itu tidak lain adalah proyeksi atau bayang-bayang/

bayangan dari suatu dunia “ide” yang abadi belaka dan oleh karena itu

yang ada nyata adalah “ide” itu sendiri. Karya-Karya lainnya dari
Plato sangat dalam dan luas meliputi logika, epistemologi, antropologi

(metafisika), teologi, etika, estetika, politik, ontologi dan filsafat alam.

Sedangkan Aristoteles sebagai murid Plato, dalam banyak hal

sering tidak setuju/berlawanan dengan apa yang diperoleh dari

gurunya (Plato). Aristoteles lahir di Stageira, Yunani Utara pada tahun

384 SM. Bagi Aristoteles “ide” bukanlah terletak dalam dunia “abadi”

sebagaimana yang dikemukakan oleh Plato, tetapi justru terletak pada

kenyataan atau benda-benda itu sendiri. Setiap benda mempunyai dua

unsur yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi (“hylé”) dan bentuk

(“morfé”). Lebih jauh bahkan dikatakan bahwa “ide” tidak dapat

dilepaskan atau dikatakan tanpa materi, sedangkan presentasi materi

mestilah dengan bentuk. Dengan demikian maka bentuk-bentuk

“bertindak” di dalam materi, artinya bentuk memberikan kenyataan

kepada materi dan sekaligus adalah tujuan (finalis) dari materi. Karya-

karya Aristoteles meliputi logika, etika, politik, metafisika, psikologi,

ilmu alam, Retorica dan poetika, politik dan ekonomi. Pemikiran-

pemikirannya yang sistematis tersebut banyak menyumbang kepada

perkembangan ilmu pengetahuan. Berikut ini beberapa pemikiran

Aristoteles yang terdiri dari:


a. Ajarannya tentang logika

Suatu pengertian memuat dua golongan, yaitu substansi

dan aksidensia. Dan dari dua golongan tersebut terurai menjadi

sepuluh macam kategori, yaitu :

1) Substansi (manusia, binatang).

2) Kuantitas (dua, tiga).

3) Kualitas (merah, baik).

4) Relasi (rangkap, separuh).

5) Tempat (di rumah, di pasar).

6) Waktu (sekarang, besok).

7) Keadaan (duduk, berjalan).

8) Mempunyai (berpakaian, bersuami).

9) Berbuat (memmbaca, menulis).

10) Menderita (terpotong, tergilas). Sampai sekarang, Aristoteles

dianggap sebagai Bapak logika tradisional.

b. Ajaranya tentang sillogisme.

c. Ajarannya tentang pengelompokkan ilmu pengetahuan. Aritoteles

mengelompokkan ilmu pengetahuan menjadi tiga golongan.

d. Ajarannya tentang potensia dan dinamika. Hule adalah suatu unsur

yang menjadi permacaman. Sementara itu, morfe adalah unsur yang

menjadi dasar kesatuan.

e. Ajarannya tentang pengenalan.

f. Ajarannya tentang etika.


g. Ajarannya tentang negara.

2. Jaman Kegelapan (Abad 12-13 M)

Jaman ini dikenal sebagai Abad Pertengahan. Filsafat pada jaman

ini dikuasai oleh pemikiran keagamaan yaitu Kristiani. Puncak dari

filsafat Kristiani adalah Patristik (Lt. “Patres”/Bapa-bapa Gereja) dan

Skolastik Patristik. Skolastik Patristik dibagi menjadi dua yaitu

Patristik Yunani (Patristik Timur) dan Patristik Latin (Patristik Barat).

Tokoh-tokoh Patristik Yunani antara lain Clemens dari Alexandria

(150-215), Origenes (185-254). Gregorius dari Naziane (330-390),

Basilius (330-379). Tokoh-tokoh dari Patristik Latin antara lain

Hilarius (315-367), Ambrosius (339-397), Hieronymus (347-420) dan

Augustinus (354-430). Ajaran dari para Bapa Gereja ini adalah falsafi-

teologis. Ajaran ini ingin memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan

pikiran-pikiran paling dalam dari manusia. Ajaran-ajaran ini banyak

pengaruh dari plotinos.

Pada jaman Skolastik pengaruh Ploinus diambil alaih oleh

Aristoteles. Pada masa ini, pemikiran-pemikiran Aristoteles kembali

dikenal dalam karya beberapa filsuf Yahudi maupun Islam yaitu

melalui Avicena Ibn. Sina, 980-1037), Averroes (Ibn. Rushd, 1126-

1198) dan Maimonides (1135-1204). Pengaruh Aristoteles sangatlah

besar sehingga ia disebut sebagai “Sang Filsuf” sedangkan Averroes

yang banyak membahas karya Aristoteles dijuluki sebagai “Sang


Komentator”. Pertemuan pemikiran Aristoteles dengan iman Kristiani

menghasilkan filsuf penting sebagian ordo Dominikan dan Fransiskan.

3. Jaman Pencerahan (Abad 14-15 M)

Pada Abad Petengahan ini muncullah seorang astronom

berkebangsaan Polandia. Astronom tersebut bernama N. Copernicus.

Pada saat itu, N. Copernicus mengemukakan temuannya bahwa pusat

peredaran benda-benda angkasa adalah matahari (Heleosentrisme).

Namun temuan N. Copernicus ini tidak disambut baik oleh otoritas

Gereja sebab mereka menganggap bahwa teori yang dikemukakan

oleh N. Copernicus bertentangan dengan teori geosentrisme (Bumi

sebagai pusat peredaran benda-benda angkasa) yang dikemukakan

oleh Ptolomeus. Oleh karena itulah, N. Copernicus dihukum kurungan

seumur hidup oleh otoritas Gereja.

Galilieo Galilei adalah seorang penemu terbesar di bidang ilmu

pengetahuan. Ia mnemukan bahwa sebuah peluru yang ditembakkan

membuat suatu gerak parabola, bukan gerak horisontal yang kemudian

berubah menjadi gerak vertikal. Ia menerima pandangan bahwa

matahari adalah pusat jagad raya. Dengan telekospnya, ia mengamati

jagad raya dan menemukan bahwa bintang Bimasakti terdiri dari

bintang-bintang yang banyak sekali jumlahnya dan masing-masing

berdiri sendiri. Karena pandangannya yang bertentangan dengan tokoh

Gereja akhirnya di hukum mati.


4. Jaman Awal Modern (Abad 16 M)

Pada masa ini Kristen yang berkuasa dan menjadi sumber otoritas

kebenaran mengalami kehancuran, dan juga awal abad kemunduran

bagi umat Islam. Pada masa ini muncullah berbagai pemikiran Yunani

antara lain rasionalisme, empirisrme, dan kritisme. Selain itu, masa ini

juga memunculkan seorang intelektual yang bernama Gerard Van

Cromona yang menyalin buku Ibnu Sina, “The canon of medicine”.

Fransiscan Roger Bacon, yang menganut aliran pemikiran empirisme

dan realisme berusaha menentang berbagai kebijakan gereja dan

penguasa saat itu. Dalam hal ini Galileo dan Copernicus juga

mengalami penindasan dari penguasa. Masa ini juga menyebabkan

perpecahan dalam agama Kristen, yaitu Kristen Katolik dan Protestan.

Pada masa ini, para filsuf jaman modern menegaskan bahwa

pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga

dari penguasa, tetapi dari diri mereka sendiri. Kemudian, terjadilah

perbedaan pendapat dalam memahami aspek tersebut. Aliran

rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio

yakni kebenaran pasti berasal dari (akal). Berbeda dengan aliran

rasionalisme, aliran empirisme meyakini bahwa pengalamanlah

sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi.

Kemudian, muncullah aliran kritisisme yang mencoba untuk

memadukan kedua pendapat tersebut. Aliran rasionalisme dipelopori

oleh Rene Descartes (1596-1650 M). Dalam buku Discouse de la


Methode tahun 1637 ia menegaskan perlunya ada metode yang jitu

sebagai dasar yang kokoh bagi semua pengetahuan, yaitu dengan

menyangsikan segalanya secara metodis. Pelopr kaum rasionalis

disebut Descartes. Kaum rasionalis ini percaya bahwa dasar semua

pengetahuan ada dalam pikiran.

Sedangkan pelopor aliran empirisme adalah David Hume (1711-

1776). David Hume memilih pengalaman sebagai sumber utama

pengetahuan sebab pengalaman dapat bersifat lahiriyah (yang

menyangkut dunia), maupun yang batiniah (yang menyangkut pribadi

manusia). Oleh karena itu pengenalan inderawi merupakan bentuk

pengenalan yang paling jelas dan sempurna. Hume merupakan

pelopor para empirisis, yang percaya bahwa seluruh pengetahuan

tentang dunia berasal dari indera. Menurut Hume ada batasan-batasan

yang tegas tentang bagaimana kesimpulan dapat diambil melalui

persepsi indera kita.

Adapun aliran kritisisme di pelopori oleh Imanuel Kant (1724-

1804). Imanuel Kant mencoba untuk mengembangkan suatu sintesis

atas dua pendekatan yang betentangan tersebut. Kant berpendapat

bahwa masing-masing pendekatan benar separuh dan salah separuh.

Benarlah bahwa pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indera

kita, namun dalam akal kita ada faktor-faktor yang menentukan

bagaimana kita memandang dunia sekitar kita. Ada kondisi-kondisi

tertentu dalam manusia yang ikut menentukan konsepsi manusia


tentang dunia. Menurut Kant, ada dua unsur yang memberi

sumbangan kepada pengetahuan manusia tentang dunia. Yang pertama

adalah kondisi-kondisi lahirilah ruang dan waktu yang tidak dapat kita

ketahui sebelum kita menangkapnya dengan indera kita. Ruang dan

waktu adalah cara pandang dan bukan atribut dari dunia fisik. Itu

materi pengetahuan. Yang kedua adalah kondisi-kondisi batiniah

dalam manusia mengenai proses-proses yang tunduk kepada hukum

kausalitas yang tak terpatahkan.

5. Jaman Modern (Abad 17-18 M)

Pada abad kedelapan belas mulai memasuki perkembangan baru.

Filsuf-filsuf pada jaman ini disebut sebagai para empirikus, yang

ajarannya lebih menekankan bahwa suatu pengetahuan adalah

mungkin karena adanya pengalaman indrawi manusia. Para empirikus

besar Inggris antara lain J. Locke (1632-1704), G. Berkeley (1684-

1753) dan D. Hume (1711-1776), di Perancis JJ.Rousseau (1712-

1778) dan di Jerman Immanuel Kant (1724-1804).

Immanuel Kant dalam karyanya yang berjudul Kritik der reinen

vernunft (Ing. Critique of Pure Reason) yang terbit tahun 1781,

memberi arah baru mengenai filsafat pengetahuan. Dalam bukunya itu

Kant memperkenalkan suatu konsepsi baru tentang pengetahuan. Pada

dasarnya dia tidak mengingkari kebenaran pengetahuan yang

dikemukakan oleh kaum rasionalisme maupun empirisme, yang salah

apabila masing-masing dari keduanya mengkalim secara ekstrim


pendapatnya dan menolak pendapat yang lainnya. Dengan kata lain

memang pengetahuan dihimpun setelah melalui (aposteriori) sistem

penginderaan (sensory system) manusia, tetapi tanpa pikiran murni (a

priori) yang aktif tidaklah mungkin tanpa kategorisasi dan penataan

dari rasio manusia. Menurut Kant, empirisme mengandung kelemahan

karena anggapan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia hanya lah

rekaman kesan-kesan (impresi) dari pengalamannya. Pengetahuan

yang dimiliki manusia merupakan hasil sintesis antara yang apriori

(yang sudah ada dalam kesadaran dan pikiran manusia) dengan

impresi yang diperoleh dari pengalaman. Bagi Kant yang terpenting

bagaimana pikiran manusia mamahami dan menafsirkan apa yang

direkam secara empirikal, bukan bagaimana kenyataan itu tampil

sebagai benda itu sendiri.

6. Jaman Pos Modern (Abad 18-19 M)

Pada abad ketujuh belas dan kedelapan belas perkembangan

pemikiran filsafat pengetahuan memperlihatkan aliran-aliran besar:

rasionalisme, empirisme dan idealisme dengan mempertahankan

wilayah-wilayah yang luas. Dibandingkan dengan filsafat abad

ketujuh belas dan abad kedelapan belas, filsafat abad kesembilan belas

dan abad kedua puluh banyak bermunculan aliran-aliran baru dalam

filsafat antara laian: positivisme, marxisme, eksistensialisme,

pragmatisme, neokantianisme, neo-tomisme dan

fenomenologi. Berkaitan dengan filosofi penelitian Ilmu Sosial, aliran


yang tidak bisa dilewatkan adalah positivisme yang digagas oleh filsuf

A. Comte (1798-1857). Menurut Comte pemikiran manusia dapat

dibagi kedalam tiga tahap, yaitu

a) teologis.

b) Metafisis.

c) Positif-ilmiah.

Bagi era manusia dewasa (modern) ini pengetahuan hanya

mungkin dengan menerapkan metode-metode positif ilmiah, artinya

setiap pemikiran hanya benar secara ilmiah bilamana dapat diuji dan

dibuktikan dengan pengukuran-pengukuran yang jelas dan pasti

sebagaimana berat, luas dan isi suatu benda. Dengan demikian Comte

menolak spekulasi “metafisik”, dan oleh karena itu ilmu sosial yang

digagas olehnya ketika itu dinamakan “Fisika Sosial” sebelum dikenal

sekarang sebagai “Sosiologi”. Bisa dipahami, karena pada masa itu

ilmu-ilmu alam (Natural sciences) sudah lebih “mantap” dan “mapan”,

sehingga banyak pendekatan dan metode-metode ilmu-ilmu alam yang

diambil-oper oleh ilmu-ilmu sosial (Social sciences) yang berkembang

sesudahnya.

Pada periode terkini (kontemporer) setelah aliran-aliran

sebagaimana disebut di atas munculah aliran-aliran filsafat, misalnya :

“Strukturalisme” dan “Postmodernisme”. Strukturalisme dengan

tokoh-tokohnya misalnya Cl. Lévi-Strauss, J. Lacan dan M. Faoucault.

Tokoh-tokoh Postmodernisme antara lain. J. Habermas, J. Derida. Kini


oleh para epistemolog (ataupun dari kalangan sosiologi pengetahuan)

dalam perkembangannya kemudian, struktur ilmu pengetahuan

semakin lebih sistematik dan lebih lengkap (dilengkapi dengan, teori,

logika dan metode sain), sebagaimana yang dikemukakan oleh Walter

L.Wallace dalam bukunya The Logic of Science in Sociology. Dari

struktur ilmu tersebut tidak lain hendak dikatakan bahwa kegiatan

keilmuan/ilmiah itu tidak lain adalah penelitian (search dan research).

Pada periode ini juga muuncul aliran “Pragmatisme”. Pragmatisme

berasal dari kata pragma yang artinya guna. Maka pragmatisme adalah

suatu aliran yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya

sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara

praktis. Tokohnya William James (1842-1910) lahir di New York,

memperkenalkan ide-idenya tentang pragmatisme kepada dunia. Ia ahli

dalam bidang seni, psikologi, anatomi, fisiologi dan filsafat.

Selain itu juga muncullah filsafat analitis. Tokoh aliran ini adalah

Ludwig Josef Johan Wittgenstein (1889-1951). Ilmu yang ditekuninya

adalah ilmu penerbangan yang memerlukan studi dasar matematika

yang mendalam. Filsafat analitis ini berpengaruh di Inggris dan

Amerika sejak tahun 1950. Filsafat ini membahas mengenai analisis

bahasa dan analisis konsep-konsep.


https://spada.uns.ac.id/mod/assign/view.php?id=153870

Anda mungkin juga menyukai