Anda di halaman 1dari 15

Dalam kajian sejarahnya, filsafat ( terutama filsafat Barat ) muncul di Yunani sejak abad

ke 7 sebelum masehi. Filsafat muncul ketika orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi
tentang keadaan alam, dunia dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak
menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan ini. Filsafat pada masa ini lebih menyiratkan sebagai filsafat kealaman, yakni
filsafat yang berpusat pada soal-soal alam ( kosmosentris ).

Kemudian, banyak orang yang mempersoalkan mempersoalkan mengapa filsafat muncul


di Yunani dan bukan di daerah yang beradab lain kala itu, seperti Babilonia atau Mesir.
Jawaban sederhannya adalah bahwa di Yunani tidak seperti di daerah lainnya, tidak ada
kasta pendeta sehingga secara intelektual, orang lebih bebas dalam berpikir dan
merumuskan konklusi-konklusi hasil pemikirannya.

1. Zaman Kuno ( Klasik )

a. Permulaan: Filsafat Pra-Socrates di Yunani

Sejarah filsafat Barat mulai di Milete, di Asia kecil, sekitar tahun 600 S.M. Pada
waktu itu, Milete merupakan kota yang penting sebab banyak jalur perdagangan
bertemu di Mesir, Itali, Yunani dan Asia. Begitu juga, banyak ide bertemu di sini
sehingga Milete juga menjadi suatu pusat intelektual. Pemikir-pemikir besar
Milete lebih menyibukkan diri dengan filsafat alam. Mereka mencari suatu unsur
induk ( arche ) yang dapat dianggap sebagai asal segala sesuatu. Menurut Thales,
air merupakan unsur induk. Menurut Anaximenes, udara merupakan unsur induk
segala sesuatu. Menurut Anaximnder segala sesuatu berasal dari “ yang tak
terbatas “. Pythagoras yng mengajar di Itali Selatan adalah orang pertama yang
menamai dirinya sebagai filosof. Ia memimpin suatu sekolah filsafat yang
kelihatannya sebagai suatu biara di baah perlindungan dari dewa Apollo. Sekolah
Pythagoras sangat penting untuk perkembangan matematika. Ajaran falsafinya
mengatakan bahwa segala sesuatu terdiri dari “ bilangan-bilangan “. Dua nama
lain yang penting pada periode ini adalah Herakleitos dan Parmedines.

b. Puncak Zaman Klasik: Socrates, Plato, Aristoteles

Puncak filsafat Yunani dicapai pada masa Socrtes, Plato dan Aristoteles. Socrates,
guru Plato mengajarkn bahwa akal budi harus menjadi norma terpenting untuk
tindakan kita. Socrates sendiri tidak menulis apa-apa. Pikiran-pikirannya hanya
dapat diketahui secara tidak langsung melalui tulisan-tulisan dari banyak pemikir
Yunani lain, terutama melalui karya Plato. Plato menggambarkan Socrates sebagai
seorang alim yang mengajar bagaimana manusia dapat berbahagia berkat
pengetahuan tentang apa yang baik.
Tokoh-tokoh filsafat klasik serta pemikirannya :

1) Socrates

Socrates lahir pada tahun 470 SM dan meninggal pada tahun 399 SM.
Socrates adalah seorang penganut moral yang absolute dan meyakini bahwa
menegakkan moral merupakan tugas filosof, yang berdasarkan ide-ide rasional
dan keahlian dalam pengetahuan. Socrates tidak pernah meninggalkan tulisan
tentang pemikirannya. Ajarannya kita peroleh dari tulisan muridnya terutama
Plato.

Menurut pendapat Socrates tidak semua kebenaran itu relative. Untuk


membuktikan adanya kebenaran yang objektif, Socrates menggunakan metode
yang bersifat praktis dan dijalankan melalui percakapan-percakapan ia
menganalisis pendapat-pendapat setiap orang mempunyai pendapat mengenai
salah dan tidak salah. Metode yang digunakan Socrates biasanya disebut
dialektika yang berasal dari kata Yunani dialegesthai artinya bercakap-cakap atau
berdialog. Metode Socrates disebut dialektika karena dialog mempunyai peranan
penting di dalamnya.

Socrates membuktikan kepada orang sofis bahwa pengetahuan yang umum


ada yaitu definisi jadi orang sofis tidak seluruhnya benar yang benar ialah
sebagian pengetahuan bersifat umum dan sebagian pengetahuan bersifat khusus
sedangkan yang khusus itulah pengetahuan yang kebenarannya relatif .Dengan
mengajukan definisi itu Socrates telah dapat menghentikan laju dominasi
relatifisme kaum sofis dan orang Athena mulai kembali memegang kaidah sains
dan agama.

Plato memperkokoh tesis Socrates ia mengatakan kebenaran umum itu


memang ada. Kubu Socrates semakin kuat, orang sofis semakin kehabisan
pengikut lalu orang sofis menuduh bahwa Socrates menyesatkan dan merusak
pikiran kaum muda dan menolak dewa-dewa yang diakui Negara. Karena itu
Socrates diadili oleh hakim Athena sebagaimana keputusan yang diterimanya dari
pengadilan dengan hasil voting 280 mendukung hukuman mati dan 220
menolaknya. Socrates sebenarnya dapat lari dari penjara, sebagaimana ditulis
dalam Krito, dengan bantuan para sahabatnya namun dia menolak atas dasar
kepatuhannya pada satu "kontrak" yang telah dia jalani dengan hukum di kota
Athena. Dan dalam Phaedo karya Plato, melukiskan pula bagaimana Socrates
pada suatu senja dengan tenang meminum racun, dikelilingi oleh para sahabatnya
. Kematian Socrates dalam ketidakadilan peradilan menjadi salah satu peristiwa
peradilan paling bersejarah.

2) Plato

Plato lahir di Athena pada tahun 428 SM., dan meninggal pada tahun 348
SM. Plato adalah salah seorang murid dan teman Socrates. Menurut Plato,
kebenaran (definisi) itu bukan dibuat dengan cara dialog yang induktif seperti
pada Socrates, pengertian umum itu sudah tersedia di alam ide. Definisi pada
Socrates dapat saja diartikan tidak memiliki realitas.3
Plato mengatakan : realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia yaitu dunia
indrawi dan dunia ide. Dunia indrawi mencakup benda-benda jasmani yang
konkret, yang dapat dirasakan oleh panca indera kita. Dunia indrawi ini tiada lain
hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia idea. Selalu terjadi perubahan,
Segala sesuatu yang terdapat dalam dunia jasmani ini fana, dapat rusak, dan dapat
mati. Dunia idea adalah dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dalam dunia ini
tidak ada perubahan, semua idea bersifat abadi dan tidak dapat diubah. Hanya ada
satu idea “yang bagus”, yang indah Di dunia idea semuanya sangat sempurna. Hal
ini tidak hanya merujuk kepada barang-barang kasar yang bisa dipegang saja,
tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buah intelektual.

3 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum (Bandung : PT, Remaja Rosda Karya, 2010), h.53-57.
Ciri-ciri karya Plato :

 Bersifat Sokratik

Dalam Karya-karya yang ditulis pada masa mudanya, Plato selalu


menampilkan kepribadian dan karangan Sokrates sebagai topik utama
karangannya.
 Berbentuk dialog

Hampir semua karya Plato ditulis dalam nada dialog. Dalam Surat VII,
Plato berpendapat bahwa pena dan tinta membekukan pemikiran sejati yang
ditulis dalam huruf-huruf yang membisu. Oleh karena itu, menurutnya jika
pemikiran itu perlu dituliskan, maka yang paling cocok adalah tulisan yang
berbentuk dialog.4

3) Aristoteles

Aristoteles lahir pada tahun 384 SM di Stagira, Yunani Utara. Pada usia 17
tahun Aristoteles dikirim ke Athena dan dimasukkan ke academia Plato selama 20
tahun. Aristoteles meninggalkan akademi tersebut setelah Plato meninggal, dan
menjadi guru bagi Alexander putra raja Philip di Macedonia. Saat Alexander
berkuasa pada tahun 336 SM, ia kembali ke Athena. Dengan dukungan dan
bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri yang diberi
nama Lyceum yang dipimpinnya sampai tahun 323 SM. Terjadilah persaingan
hebat antara lyceum dan akademi. Persaingan ini mendorong Aristoteles untuk
meningkatkan penelitiannya. Hasilnya ia tidak hanya menjelaskan prinsip-prinsip
sains, tetapi juga mengajarkan politik, retorika, dan dialektika. Lama kelamaan
posisinya di Athena tidak aman. Orang-orang Athena yang anti Macedonia
memandang Aristoteles sebagai penyebar pengaruh yang bersifat subversive,

4Dikutip oleh Wikipedia.com dalam Simon Petrus L, Petualangan Intelektual (Yogyakarta:


Kanisius, 2004).
makanya ia berfikir lebih bijak untuk meninggalkan Athena. Ia juga dituduh
sebagai ateis lalu pindah ke Chalcis dan meninggal di sana tahun 322 SM.

Di dalam dunia filsafat, Aristoteles dikenal sebagai bapak logika.


Logikanya disebut tradisional karena nantinya berkembang apa yang disebut
logika modern. Logika Aristoteles itu sering juga disebut logika formal.
Pemikiran filsafat Yunani mencapai puncaknya pada Aristoteles ia mengatakan
bahwa tugas utama ilmu pengetahuan adalah mencari penyebab-penyebab objek
yang diselidiki. Setiap kejadian mempunyai empat sebab yang semuanya harus
disebut, bila manusia ingin memahami proses kejadian segala sesuatu. Keempat
penyebab itu menurut Aristoteles adalah :

1. Penyebab material (material cause) : bahan dari mana benda dibuat


2. Penyebab formal (formal cause) : bentuk yang menyusun bahan
3. Penyebab efisien (efficient cause) : sumber kejadian
4. Penyebab final (final cause) : tujuan yang menjadi arah seluruh kejadian.

Bila orang-orang Sofis menganggap manusia tidak akan mampu


memperoleh kebenaran Aristoteles dalam metaphysics menyatakan bahwa
manusia dapat mencapai kebenaran. Salah satu teori metafisika Aristoteles yang
penting adalah pendapatnya yang mengatakan bahwa matter dan form itu bersatu,
matter memberikan subtansi sesuatu, form memberikan pembukusnya setiap objek
terdiri atas matter dan form jadi ia telah mengatasi dualisme Plato yang
memisahkan matter dan form bagi Plato matter dan form berada sendiri-sendiri.
Matter itu potensial dan form aktualitas. Namun ada subtansi yang murni form
tanpa potentiality jadi tanpa matter yaitu tuhan. Aristoteles percaya adanya tuhan.
Bukti adanya tuhan ialah tuhan sebagai penyebab gerak (a first cause of motion).5

5 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum (Bandung : PT, Remaja Rosda Karya, 2010), h.59-63
c. Helenisme

Iskandar Agung mendirikan kerajaan raksasa, dari India Barat smpi Yunani dan
Mesir. Kebudayan Yunani membanjiri kerajaan ini disebut Hellenisme ( dari kata
Hellas, Yunani ). Helenisme selama kerajaan Romawi, mempunyai pusat intelektual
di tiga kota besar: Athena, Alexandria ( di Mesir ) dan Antiochia ( Syria ). Tiga aliran
filsafat yang menonjol dalm zaman Helenisme, yaitu Stoisisme, Epikurisme dan
Neoplatonisme.

d. Zaman Patristik dan Skolastik

Patristik ( dari kata Latin “ Patres “, “ Bapak-bapak Gereja “ ) dibagi atas Patristik
Yunani ( timur ) dan Patristik Latin ( Barat ). Ajaran falsafi-teologis dari Patristik
menunjukkan pengaruh Plotinos. Pada masa patristik, filsafat benar-benar di dominasi
oleh gereja. Setiap filsafat yang bertentangan dengan ajaran gereja ditolak dan harus
dilenyapkan beserta para pendukungnya. Kegiatan, hasil karya, pemikiran manusia
benar-benar diawasi dengan ketat oleh gereja. Orang yang pemikirannya tidak sesuai
dengan pemikiran gereja dan berani mengungkapkan pendapat tersebut akan dihukum
berat. Sedangkan pada masa skolastik filsafat mulai bangkit kembali dengan tetap
menjadikan ajaran gereja sebagai patokan untuk berfilsafat. Jadi filsafat skolastik
berpikir dalam penerangan agama bukan berdasarkan kebenaran wahyu semata.

2. Zaman Modern

Memasuki abad modern, filsafat mengalami perubahan yang cukup signifikan bagi
perkembangan peradaban manusia. Para filosof zaman modern menegaskan bahwa
pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para
penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun, tentang aspek mana yang berperan
terjadi perbedaan pendapat. Aliran rasionalisme, empirisme, dan kritisisme merupakan
aliran yang terdapat pada era ini.

a. Zaman Renaissance

Zaman Renaissance merupakan jembatan antara abad pertengahan dan zaman


modern, periode antara sekitar 1400 dan 1600, disebut renaissance ( zaman kelahiran
kembali ). Dalam zaman renaissance, kebudayaan klasik dihidupkn kembali.
Kesusastraan, seni dan filsafat mencapai inspirasi mereka dalam warisan Yunani-
Romawi. Secara historis, zaman modern dimulai sejak adanya krisis zaman
pertengahan selama dua abad ( abad ke 14 dan ke 15 ), yang ditandai dengan
munculnya gerakan renaissance.

Renaissance banyak memberikan segala aspek realitas. Perhatian yang sungguh-


sungguh atas segala hal yang konkret dalam lingkup alam semesta, manusia,
masyarakat dan sejarah. Pada masa itu pula terdapat upaya manusia untuk memberi
tempat pada akal yang mandiri. Akal diberi kepercayaan yang lebih besar karena
adanya suatu keyakinan bahwa akal pasti akan dapat menerangkan segala mcam
persoalan yang diperlukan berikut pemecahannya. Hal ini dibuktikan dengan adanya
perng terbuk terhadap kepercayaan yang dogmatis dan terhadap orang-orng yang
enggan menggunakan akalnya. Asumsi yang digunakan, semakin besar kepuasan
dalam akal, semakin dapat diharapkan “ dunia baru “, yang penghuninya merasakan
puas atau adanya dasar kepemimpinan akal yang sehat.

Bermula dari William Ockham yang mengetengahkan Via moderna ( jalan modern )
dan Via antikua ( jalan kuno ). Akibatnya, manusia didea-dewakan, manusia tidk lagi
memusatkan pikiran kepada Tuhan dan surga. Akibatnya, terjadi perkembangan ilmu
pengetahuan secara pesat dan membuahkan sesuatu yang mengagumkan. Di sisi lain,
nilai filsafat merosot karena dianggap ketinggalan zaman.

Dalam era filsafat modern, yang kemudian dilanjutkan dengn era filsafat abad ke 20,
munculah alirn pemikiran rasionlisme, empirisme, kritisisme dan sebagainya. Dari
keterangan tersebut, dpat dipahami bahwa filsafat zaman modern berfokus pada
manusia, bukn kosmos ( seperti pada zaman kuno ) atau Tuhan ( pada abad
pertengahan ).

Tokoh filsuf pada zaman ini yakni Francis Bacon. Francis Bacon (1561–1626) adalah
filsuf dan politikus di Kerajaan Inggris. Ia merupakan salah satu tokoh yang
menetapkan dasar-dasar empirisme melalui penggunaan metode induktif dalam
penemuan-penemuan dengan mengandalkan pengamatan dan percobaan serta
menetapkan hasil percobaan hanya dari susunan fakta-fakta. Bacon mengambil peran
dalam melakukan pengembangan ilmu. Ia meyakini bahwa kebenaran hanya dapat
diperoleh dengan cara berpikir induktif. Bacon juga meyakini bahwa segala jenis
pengetahuan dan ilmu bersumber dari filsafat. Ia juga meyakini bahwa filsafat
mencakup semua jenis ilmu sebagai bidang kajiannya. Ia merupakan salah satu filsuf
di dunia Barat yang tidak menjadikan dogma agama sebagai landasan berpikirnya.
Salah satu karya tulis Bacon yang berjudul Novum Organum mencakup pemikirannya
mengenai metode induktif. Buku ini ditulis di London pada tahun 1620 dengan
metode berpikir yang menggunakan logika fisika induktif murni. Logika yang
dikemukakan oleh Bacon berbeda dengan logika Aristoteles yang bersifat deduktif
silogistik. Pemikiran filsafat Bacon bersifat praktis dan menjadi dasar bagi metode
induksi modern. Selain itu, pemikirannya juga melandasi prosedur ilmiah yang
didasarkan kepada penggunaan logika untuk menghasilkan penemuan ilmiah.

b. Zaman Barok

Para filsuf menekankan kemungkinan-kemungkinan akal budi ( ratio ) manusia. Para


filosof ini adalah ahli dalam bidang matematika dan menyusun suatu sistem filsafat
dengan menggunakan metode matematika. Filsafat pada masa Barok ini ditandai
dengan sebuah pertentangan yang sengit antara idealisme dan materialisme.

Tokoh filsuf pada zaman ini antara lain :

1. Rene Descartes (1596-1650)

Lahir di La Haye, Perancis, 31 Maret 1596 – meninggal di Stockholm, Swedia, 11


Februari 1650 (pada umur 53 tahun), juga dikenal sebagai Renatus Cartesius dalam literatur
berbahasa Latin, merupakan seorang filsuf dan matematikawan Perancis. Karyanya yang
terpenting ialah Discours de la méthode (1637) dan Meditationes de prima Philosophia (1641).

Descartes, kadang dipanggil " Penemu Filsafat Modern " dan " Bapak Matematika
Modern ", adalah salah satu pemikir paling penting dan berpengaruh dalam sejarah barat modern.
Pemikirannya membuat sebuah revolusi falsafi di Eropa karena pendapatnya yang revolusioner
bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa berpikir. Dalam
bahasa Latin kalimat ini adalah: cogito ergo sum sedangkan dalam bahasa Perancis adalah: Je
pense donc je suis. Keduanya artinya adalah: " Aku berpikir maka aku ada ". (Ing: I think,
therefore I am).1

2. Spinoza (1632-1677)

Nama lengkapnya adalah Baruch de Spinoza, dalam bahasa Latin disebut Benedictus dan
dalam bahasa Portugis dengan Bento2. Ia lahir di Amsterdam, Belanda tahun 1632 dan wafat
tahun 1677 di Den Haag.

1
Lihat Hasan Bakti Nasution, hlm 169
2
Lihat Hasan Bakti Nasution, hlm.170
Berbeda dengan Descartes, sesuai dengan semboyannya “Deus sen Natura” (Tuhan atau
Alam), Spinoza adalah seorang rasionalis yang mistik. Menurutnya, seluruh kenyataan
merupakan kesatuan, dan kesatuan sebagai satu-satunya substansi sama dengan Tuhan atau alam.
Segala sesuatu termuat dalam Tuhan-alam. Tuhan sama dengan aturan kosmos, sehingga hukum-
hukum alam sama dengan kehendakk Tuhan.3

c. Zaman Fajar Budi

Abad kedelapan belas memperlihtkan perkembangan baru lagi. Setelah reformasi, renaissance
dan rasionalisme dari Zaman Barok, mnusia dianggap “ dewasa “. Periode ini disebut “ Zaman
Pencerahan “ atau “ Fajar Budi “ dalam bhasa Jermn yakni Aufklarung. Tokoh-tokoh filsuf pada
zaman ini antara lain :

1. Jhon Locke (1632-1704)

John Locke dilahirkan pada tanggal 28 Agustus 1632 di Wrington, Somerset. Adalah
seorang filsuf dari Inggris yang menjadi salah satu tokoh utama dari pendekatan Empirisme.
Locke menekankan pentingnya pendekatan empiris dan juga pentingnya eksperimen-eksperimen
di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Selain itu, di dalam bidang filsafat politik, Locke
juga dikenal sebagai filsuf negara liberal. Locke menandai lahirnya era Modern dan juga era
pasca-Descartes (post-Cartesian), karena pendekatan Descartes tidak lagi menjadi satu-satunya
pendekatan yang dominan di dalam pendekatan filsafat waktu itu.

Salah satu pemikiran Locke yang paling berpengaruh di dalam sejarah filsafat adalah
proses manusia mendapatkan pengetahuan. Menurut Locke, seluruh pengetahuan bersumber dari
pengalaman manusia, sebelum seorang manusia mengalami sesuatu, pikiran manusia belum
berfungsi atau masih kosong ibarat sebuah kertas putih, yang kemudian mendapatkan isinya
dari pengalaman yang dijalani oleh manusia itu. Ada dua macam pengalaman manusia, yakni
pengalaman lahiriah dan batiniah.4 Pengalaman lahiriah adalah pengalaman yang menangkap
aktivitas indrawi yaitu segala aktivitas material yang berhubungan dengan panca indra manusia.
Kemudian pengalaman batiniah terjadi ketika manusia memiliki kesadaran terhadap aktivitasnya
sendiri dengan cara mengingat, menghendaki, meyakini, dan sebagainya. Kedua bentuk
pengalaman manusia inilah yang akan membentuk pengetahuan melalui proses selanjutnya.
3
Lihat Harry Hamersma, hlm.11
4
Lihat Hasan Bakti Nasution, hlm. 176
2. David Hume (1711-1776)

David Hume lahir di Edinburgh, Skotlandia, 1711. Ayahnya adalah seorang pengacara
dan tuan tanah, sedangkan ibunya adalah Kalvinis keras. 5 Ia mempelajari hukum, sastra, dan
filsafat di Universitas Edinburgh. Peribadinya lebih tertarik dengan dunia filsafat disbanding
dengan dunia lainnya.

Zaman David Hume, dikatakan “zaman akal budi”. Menurutnya, budi merupakan ide
penting yang mungkin menjadi alasan bagi Hume untuk menunjukkan batas-batas akal budi. Ia
senang menghancurkan ide-ide besar saat itu.6

3. Immanuel Kant (1724-1804)

Dia lahir di Königsberg, 22 April 1724 – meninggal di Königsberg, 12 Februari 1804


pada umur 79 tahun, dia adalah seorang filsuf Jerman. Karya yang terpenting adalah Kritik der
Reinen Vernunft, 1781. Dalam bukunya ini ia “membatasi pengetahuan manusia”. Atau dengan
kata lain “apa yang bisa diketahui manusia.” 7Ia menyatakan ini dengan memberikan tiga
pertanyaan:

a. Apakah yang bisa kuketahui?


b. Apakah yang harus kulakukan?
c. Apakah yang bisa kuharapkan?

Yang dari pertanyaan diatas dijawab sebagai berikut:

a. Apa-apa yang bisa diketahui manusia hanyalah yang dipersepsi dengan panca indra.
Lain daripada itu merupakan “ilusi” saja, hanyalah ide.
b. Semua yang harus dilakukan manusia harus bisa diangkat menjadi sebuah peraturan
umum. Hal ini disebut dengan istilah “imperatif kategoris”. Contoh: orang sebaiknya

5
Linda Smith dan William Roeper, Ide-Ide Filsafat dan Agama Dulu dan Sekarang, (Yogyakarta: Kanisius,
2003), hlm.71
6
Terjadi pada 1500-1700, Eropa dilanda dengan peperangan agama, situasi ini pula yang menyebabkan
Hume lebih menghargai agama. Lihat Linda Smith dan William Roeper,hlm. 72
7
Lihat Harry Hamersma, hlm. 64-65
jangan mencuri, sebab apabila hal ini diangkat menjadi peraturan umum, maka apabila
semua orang mencuri, masyarakat tidak akan jalan.
c. Yang bisa diharapkan manusia ditentukan oleh akal budinya. Inilah yang memutuskan
pengharapan manusia.

4. Zaman Romantik

Zaman romantik muncul pada tahun 1750 setelah zaman modern lainnya, yaitu zaman
Renaissance, Barok, dan zaman Fajar Budi. Pada zaman romantik, aliran yang digunakan
oleh tokoh-tokoh besar saat itu adalah aliran idealisme. Aliran Idealisme itu sendiri
memprioritaskan terhadap ide-ide dan berlawanan dengan “materialism” yang
memprioritaskan dunia material saja. Tokoh-tokoh filsuf zaman ini antara lain :

1. Friedrich Wilhelm Joseph Schelling (1775-1854)

Beliau adalah seorang filsuf berkebangsaan Jerman, lahir di Gonberg tahun 1775 dan
wafat di Swiss tahun 1854. Selain sebagai seorang filsuf Schelling juga adalah seorang ahli ilmu
alam. Schelling adalah seorang idealism obyektif, yang menurutnya kebenaran gambaran tentang
dunia tidaklah ditentukan oleh subyek (ego), melainkan oleh obyek pengamatan, yaitu
bagaimana obyek itu menampilkan dirinya, atau bagaimana obyek menyadarkan subyek.
Semboyannya yang popular adalah Wir haben eine altere offenbarung als jede geschriebene, kita
mempunyai wahyu yang lebih tua dari yang tertulis, yaitu alam.8

2. George Wilhelm Frederich Hegel (1770-1831)

Nama lengkapnya ialah Wilhelm Friedrich Hegel, seorang filsuf Jerman, lahir di
Stuttgard tahun 1770 dan wafat tahun 1831 di Berlin. Hegel adalah seorang idealisme mutlak,
yang mengatakan Das wahre ist das ganze, yang benar itu yang menyeluruh. Membuktikan
kebebarannya yang mutlak itu, Hegel menyusun alur pikir yang disebut dialektika, yaitu tesis
“ada”, anti-tesis “tiada” dan sintesis “menjadi”. Terjadinya dialektika tersebut berputar dalam
pikiran semata, sehingga seluruh konsep harus direlevansikan.9

8
Lihat Hasan Bakti Nasution, hlm 177
9
Lihat Hasan Bakti Nasution, hlm 178
3. Aliran-Aliran dalam Filsafat Modern

1. Rasionalisme

Rasionalisme terdir rasio dan isme, yang berarti paham yang meletakkan kebenaran
tertinggi pada akal manusia atau paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah
alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran rasionalisme suatu pengetahuan
diperoleh haruslah dengan cara berpikir. 10 Pengertian lain rasionalisme adalah doktrin filsafat
yang menyatakan bahwa kebenaran ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang
berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma, atau ajaran agama. Hal ini dilatarbelakangi
oleh keinginan untuk membebaskan diri dari segala pemikiran yang tradisional.

2. Empirisme
Istilah Empirisme berasal dari kata empiri yang berarti indra atau lata indra, yang
ditambah dengan isme sebagai suatu aliran. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang
sesuai dengan pengalaman manusia. Yang dilatarbelakangi karena adanya kemajuan ilmu
pengetahuan dapat dirasakan manfaatnya, pandangan orang terhadap filsafat mulai merosot. Hal
ini terjadi karena filsafat dianggap tidak berguna lagi bagi kehidupan. Pada sisi lain, ilmu
pengetahuan besar sekali manfaatnya bagi kehidupan.11

3. Kritisisme
Aliran ini muncul pada abad ke-18, yang dilatarbelakangi manusia melihat adanya
kemajuna ilmu pengetahuan telah mencapai hasil yang menggembirakan. Di sisi lain jalannya
filsafat tersendat-sendat. Untuk itu diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang sejajar
dengan ilmu pengetahuan. Tokoh didalamnya adalah Immanuel Kant, yang mencoba
menyelesaikan persoalan diatas, awalnya ia mengikuti rasionalisme tetapi kemudian terpengaruh
dengan empirisme. Walaupun demikian, Kant tidak mudah untuk menerimanya. Maka akhirnya,
ia mencoba mengadakan sintesis dan mencapai suatu kesimpulan walaupun ia mendasarkan diri
pada nilai yang tinggi dari akal, tetapi ia tidak mengingkari adanya persoalan-persoalan yang
melampaui akal. Sehinggal akal mengenal batas-batasnya.

4. Idealisme
10
Lihat Hasan Bakti Nasution, hlm. 169
11
Lihat Hasan Bakti Nasution, hlm. 171
Peristiwa di dunia ini hanya dapat dimengerti apabila suatu syarat dipenuhi, yaitu jika
peristiwa-peristiwa itu sudah secara otomatis mengandung penjelasan-penjelasannya. Ide yang
berpikir itu sebenarnya adalah gerak yang menimbulkan gerak lain. Artinya gerakan yang
menimbulkan tesis, kemudian menimbulkan anti-tesis (gerak yang bertentangan), kemudian
muncul sintesis yang merupakan tesis baru, yang nantinya menimbulkan anti-tesis dan
seterusnya. Inilah yang disebut dengan dialektika12. Proses dialektika inilah yang menjelaskan
segala peristiwa. Yang dipelopori oleh F.W.J. Schelling, Hegel, dan Fichte.

5. Positivisme
Filsafat positivisme lahir pada abad ke-19. Titik tolak pemikirannya, apa yang telah
diketahui adalah yang factual dan yang positif, sehingga metafisika ditolaknya. Maksud positif
adalah segala gejala dan segala yang tampak seperti apa adanya, sebatas pengalaman-
pengalaman objektif. Jadi setelah fakta diperolehnya, fakta-fakta tersebut diatur agar dapat
memberikan semacam asumsi (proyeksi) ke masa depan.

6. Evolusionisme
Aliran ini dipelopori oleh ahli Zoologi, Charles Robert Darwin. Dalam pemikirannya, ia
mengajukan konsep tentang perkembangan tentang segala sesuatu termasuk manusia yang diatur
oleh hukum-hukum mekanik, yaitu survival of the fittest dan struggle for life.

7. Materialisme
Filsafat materialisme berpandangan bahwa hakikat materialisme adalah materi, bukan
rohani, spiritual atau supernatural. Pandangan materialisme banyak persamaannya dengan
naturalisme. Bahkan ada filsuf yang menyamakan keduanya, khususnya yang disebut dengan
naturalisme materialistis. Hal ini didasarkan pada beberapa alasan. Pertama karena pandangan
materialism banyak kaitan dan persamaannya dengan rumpun ilmu-ilmu alam. Kedua karena
sama-sama menentang filsafat moral dan agama. Tidak ada kejadian yang tidak dapat diteliti
secara alamiah. Apa yang disebut alamiah atau riil pastilah mempunyai sifat atau wujud material
atau fisik, sekalipun mungkin tampaknya tidak demikian kepada kita. Dengan demikian, sintesis
kedua paham ini beranggapan bahwa apapun yang ada, pada akhirnya dapat dikembalikan
kepada materi.

12
Lihat Asmoro Achmadi, hlm. 114
8. Neo-Kantianisme
Setelah materialisme pengaruhnya merajalela,, para murid Kant mengadakan gerakan
lagi. Mereka ingin kembali bersifat kritis, yang bebas dari spekulasi idealisme dan dogmatis.
Herman Cohen memberikan titik tolak pemikirannya mengemukakan bahwa keyakinannya
kepada otoritas akal manusia untuk mencipta. Mengapa demikian, karena segala sesuatu itu
“ada” apabila terlebih dahulu dipikirkan. Tuhan, menurut pendapatnya, bukan sebagai person
tetapi sebagai cita-cita dari seluruh perilaku manusia.

9. Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa Yunani) yang berarti tindakan, perbuatan.
Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu
ialah, apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata. Oleh sebab itu kebenaran
sifatnya menjadi relatif tidak mutlak. Mungkin sesuatu konsep atau peraturan sama sekali tidak
memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi terbukti berguna bagi masyarakat yang
lain. Maka konsep itu dinyatakan benar oleh masyarakat yang kedua. Pragmatisme dalam
perkembangannya mengalami perbedaan kesimpulan walaupun berangkat dari gagasan asal yang
sama. Kendati demikian, ada tiga patokan yang disetujui aliran pragmatisme yaitu, menolak
segala intelektualisme, dan absolutisme, serta meremehkan logika formal.13

10. Filsafat Hidup


Aliran filsafat ini lahir akibat dari reaksi dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang menyebabkan industrialisasi semakin pesat. Hal ini mempengaruhi pola pikir
manusia. Peranan akal pikiran hanya digunakan untuk menganalisis sampai menyusun suatu
sintesis baru. Bahkan alam semesta atau manusia dianggap sebagai mesin yang tersusun dari
beberapa komponen dan bekerja sesuai dengan hukum-hukumnya. Tokohnya adalah Henry
Bergson.

11. Fenomenologi
Fenomenologi berasal dari kata fenomen yang srtinya gejala, yaitu suatu hal yang tidak
nyata semua. Juga dapat diartikan sebagai ungkapan kejadian yang dapat diamati oleh indra.

13
Lihat Asmoro Achmadi, hlm. 118
Edmun Husserl (1859-1938) adalah pendiri aliran fenomenologi, ia telah mempengaruhi
pemikiran filsafat abad ke 20 ini secara amat mendalam. Fenomenologi adalah ilmu (logos)
pengetahuan tentang apa yang tampak (phainomenon). Bagi Husserl fenomena ialah realitas
sendiri yang tampak, tidak ada selubung atau tirai yang memisahkan subjek dengan realitas,
realitas itu sendiri yang tampak bagi subjek.

12. Eksistensialisme
Kata Eksistensialisme berasal dari kata eks = ke luar, dan sistensi = berdiri,
menempatkan. Secara umum berarti, manusia dalam keberadaannya ditentukan oleh akunya.
Karena manusia selalu terlihat disekelilingnya, sekaligus sebagai miliknya. Eksistensialisme
merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala dengan berdasar pada Eksistensinya.
Artinya, bagaimana manusia berada (bereksistensi) dalam dunia. Pelopornya adalah Soren
Kierkegaard, yang mengemukakan bahwa kebenaran itu berada pada suatu sistem yang umum
tetapi berada dalam eksistensi individu yang kongkret.

13. Neo-Thomisme
Pada pertengahan abad ke-19, ditengah-tengah gereja Katolik banyak penganut paham
Thomisme, yaitu aliran yang mengikuti paham Thomas Aquinas. Pada mulanya dikalangan
gereja terdapat semacam keharusan untuk mempelajari ajaran tersebut. Kemudian akhirnya
menjadi sebuah paham Thomisme.

Anda mungkin juga menyukai