Anda di halaman 1dari 13

FILSAFAT ILMU

TOKOH FILSUF KLASIK DAN MODERN BESERTA


PEMIKIRANNYA

Disusun oleh
Nama : Aprillia
NPM : 201914500402
Kelas : Y2C

Dosen Bapak Bahrudin Salim, S.Ag, M.A

PROGAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
TAHUN AJARAN 2019 / 2020
A. Filsuf Klasik
1. ARISTOTELES
Aristotelas lahir di kota Stageria, Chalcidine pada tahun 384 SM. Ayahnya bernama Nicomachus,
seorang dokter Raja Amynta dari Makedonia. Aristoteles kecil dididik sebagai aristokrat hingga umur
13 tahun untuk kemudian pergi ke Athena dan melanjutkan sekolahnya diperguruan tinggi milik
Plato,akademi.Ia tinggal diakademi selama 20 tahun hingga Plato meninggal pada tahun 345 SM.
Sepeninggalan Plato ia mengembara ke Asia bersama temannya yang bernama Xenocrates. Kemudian
ia berjalan menuju kepulauan Lesbos bersama teman lainnya, Theophratus dan secara bersama
mengadakan riset dan zoologi.Kemudian dia menerima panggilan dari raja Philip dari Makadenoa
untuk menjadi guru anaknya, Alexander.
Pada tahun 335 SM ,ia mendirikan perguruan tinggi barnama Lyceum di Athena yang dikelolanya
selama 12 tahun. Selama di Athena, Aristoteles sangat prodoktif menghasilkan tulisan ilmiah yang
sebagian berbentuk diklat kuliah yang sebenarnya tidak dipublikasikan keluar kampus. Diklat kuliah
yang terkenal adalah Physics,Metaphysics,Nicomachean Ethics,Politics dan Deanima.
Karya-karya Aristoteles dibukukan dengan penyuntingan oleh para muridnya yang menjadi guru-guru
sepeninggal dirinya. Karya-karya tersebut dikompilasikan kedalam enam buku yaitu, Categories,On
Intrepretation,Prior Analystics,Posterior Analystics,Topics dan On Sophistical Refutation.
PEMIKIRAN
Pola pemikiran Aristoteles ini merupakan perubahan yang radikal. Menurut Plato, realitas
tertinggi adalah yang kita pikirkan dengan akal kita, sedang menurut Aristoteles realitas tertinggi
adalah yang kita lihat dengan indera-mata kita. Aristoteles tidak menyangkal bahwa bahwa manusia
memiliki akal yang sifatnya bawaan, dan bukan sekedar akal yang masuk dalam kesadarannya oleh
pendengaran dan penglihatannya. Namun justru akal itulah yang merupakan ciri khas yang
membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Akal dan kesadaran manusia kosong sampai ia
mengalami sesuatu. Karena itu, menurut Aristoteles, pada manusia tidak ada idea-bawaan.
Pemikiran Aristoteles merupakan hartakarun umat manusia yang berbudaya. Pengaruhnya terasa
sampai kini,itu berkat kekuatan sintesis dan konsistensi argumentasi filsafatinya, dan cara kerjanya
yang berpangkal pada pengamatan dan pengumpulan data. Singkatnya, ia berhasil dengan gemilang
menggabungkan (melakukan sintesis) metode empiris-induktif dan rasional-deduktif tersebut
diatas.Ada beberapa hasil beberapa hasil pemikiran Aristoteles antara lain :
1. Phylo-Easy (Phylosophy is Easy ,Fisafat itu mudah )
Aristoteles merupakan filsuf barat terakhir yang mengetahui segala bidang ilmu. Dibidang ilmu
pengetahuan ia memberikan sumbangan dibidang antonomi,geologi,meteorologi,fisika,biologi dan
zoologi. Dibidang filsafat ia menulis ilmu etestika ,etika ilmu pemerintahan,metafisika, ilmu politik,
physikology,retorika dan teologi. Sedangkan dibidang pendidikan yaitu ilmu budaya asing,sastra dan
puisi. Ia selalu menampilkan data yang sangat kaya dan terklasifikasi dengan baik. Karena ilmiah dia
dianggap Bapak ilmu Empiris dan Metode Ilmiah.
Dia berpendapat bahwa alam semesta ini bersifat teologis dan bertujuan. Jadi,keberadaan dan proses
yang terjadi dialam semesta ini bergerak menurut sebuah tujuan tertentu.
Etika Aristoteles adalah manusia yang bertindak dengan pikiran yang rasional dan bijaksana untuk
tujuan kebajikan.
Berbeda dengan fisuf lainnya,misalnya Plato,Sokrates,dan Filsuf pra Sokrates, Aristoteles menolak
ide bahwa berbagai ilmu tentang keingintahuan manusia dapat disatukan dalam satu filsafat universal.
Ia berpendapat bahwa tiap cabang ilmu memiliki perbedaan aksioma dan memiliki derajat presisi
masing-masing. Jadi, ia menolak hukum kepastian terhadap manusia dan alam, tetapi tetap percaya
pada landasan kategori yang dapat diterapkan pada semua fenomena, seperti
kualitas,kuantitas,subtansi dan hubungannya. Karya Aristoteles yang sangat mempengaruh arah
perkembangan peradaban di zaman yaitu dibidang fisika sebelum diganti oleh fisika modern.
Metode Ilmiah
Jika filsafat Plato pada semesta yang bersifat ide, kemudian pada kondisi empiris sehari-hari sebagai
derivasinya, mka Aristoteles menjelaskan semesta dengan penelitian terhadap fenomena khusus
kemudian dicari esensi pengetahuannya atau metode Plato yang diajukan adalah deduktif sedangkan
Aristoteles adlah deduktif dan induktif.
Bagi Aristoteles,filsafat alam adalah cabang dari filsafat yang membahas masalah fenomena alam
yang mencakup fisika,biologi dan ilmu pengetahuan alam yang lain. Pada zaman modern justru
filsafatlah yang dibatasi pada hal-hal abstrak,seperti etika dan metafisika denagn logika yang
memegang peranan yang penting. Pada zaman Aristoteles,penjelajahan intelektual filsafat mencakup
segala hal yang membutuhkan sumbangan intelektual. Bagi Aristoteles,ilmu pengetahuan yang
dijelajahi boleh bersifat praktis empiris,teoritis dan seni puitis.
2. Phylobis( Filsafat dan Bisnis,Penerapan Filsafat dalam praktek bisnis)
Aristoteles dianggap sebagai Bapak ilmu empiris dengan memelopori pengumpulan data yang
komprehensif dan sistematis. Dalam praktek bisnis,peran pengumpulan data pasar,data riwayat
perkembangan produktif, data pesaing sangat penting untuk pengambilan keputusan.
Filsafat Aristoteles yang menyatakan bahwa alam semesta ini bersisfat teleogis(memilki tujuan
penciptaan) menghasilkan konsekuensi yang berupa filsafat etika. Filsafat etika yang diajukannya
adalah manusia yang bertindak dengan berfikir secara rasional dan bijaksana dengan tujuan kebajikan.
Penerapan dalam etika,bisnis adalah adalah berbisnislah dengan cara yang rasional dan arahkan bisnis
dengan tujuan kebajikan.

2. PLATO
Plato adalah seorang filsuf Yunani klasik, matematika, mahasiswa Socrates, penulis dialog
filosofis dan pendiri Academy di Athena, lembaga pendidikan tinggi pertama di dunia barat. Filosofis
Yunani kuno Plato tak pelak lagi cikal bakal filosof politik Barat dan sekaligus dedengkot pemikiran
etika dan metafisika mereka. Pendapat-pendapatnya di bidang ini sudah terbaca luas lebih dari 2300
tahun. Tak pelak lagi Plato berkedudukan sebagai bapak moyangnya pemikir barat. Plato dilahirkan
dari kalangan family Athena kenamaan sekitar tahun 427 SM. Di masa remaja dia berkenalan dengan
filosof kesohor Socrates yang jadi guru sekaligus sahabatnya.
Tahun 399 SM, tatkala Socrates berumur tujuh puluh tahun, dia diseret ke pengadilan dengan tuduhan
tak berdasar berbuat brengsek dan merusak akhlak angkatan muda Athena. Socrates di kutuk, di
hukum mati. Pelaksanaan hukum mati Socrates yang di sebut Plato “ orang terbijaksana, terjujur,
terbaik dari semua manusia yang pernah saya kenal “ membikin Plato benci kepada pemerintahan
demokratis. Tak lama sesudah Socrates mati, Plato pergi meninggalkan Athena dan selama sepuluh –
dua belas tahun mengembara kemana kaki membawa.
Sekitar tahun 387 SM dia kembali ke Athena, mendirikan perguruan disana, sebuah akademi yang
berjalan lebih dari 900 tahun. Plato menghabiskan sisa umurnya yang empat puluh tahun di Athena,
mengajar dan menulis Ihwal filsafat. Muridnya yang masyur, Aristoteles yang jadi murid akademi di
umur tujuh belas tahun, sedangkan Plato waktu itu sudah menginjak umur enam puluh tahun. Plato
tutup mata pada usia tujuh puluh tahun.
PEMIKIRAN
Plato menulis tak kurang dari tiga puluh enam buku, kebanyakan menyangkut masalah politik
dan etika selain metafisika dan teologi. Tentu saja mustahil mengikhtisarkan isi semua buku itu hanya
dalam beberapa kalimat. Tetapi, dengan risiko menyederhanakan pikiran-pikirannya, saya mau coba
juga meringkas pokok-pokok gagasan politiknya.yang dipaparkan dalam buku yang kesohor,
Republik, yang mewakili pikiran-pikirannya tentang bentuk masyarakat yang menurutnya ideal.
Bentuk terbaik dari suatu pemerintahan, usul Plato, adalah pemerintahan yang dipegang oleh kaum
aristokrat. Yang dimaksud aristokrat di sini bukannya aristokrat yang diukur dari takaran kualitas,
yaitu pemerintah yang digerakkan oleh putera terbaik dan terbijak dalam negeri itu. Orang-orang ini
mesti dipilih bukan lewat pungutan suara penduduk melainkan lewat proses keputusan bersama.
Orang-orang yang sudah jadi anggota penguasa atau disebut “guardian” harus menambah orang-orang
yang sederajat semata-mata atas dasar pertimbangan kualitas.
Plato percaya bahwa bagi semua orang, entah dia lelaki atau perempuan, mesti disediakan kesempatan
memperlihatkan kebolehannya selaku anggota “guardian”. Plato merupakan filosof utama yang
pertama, dan dalam jangka waktu lama nyatanya memang cuma dia, yang mengusulkan persamaan
kesempatan tanpa memandang kelamin. Untuk membuktikan persamaan pemberian kesempatannya,
Plato menganjurkan agar pertumbuhan dan pendidikan anak-anak dikelola oleh negara. Anak-anak
pertama-tama kudu memperoleh latihan fisik yang menyeluruh, tetapi segi musik, matematika dan
lain-lain disiplin akademi tidak boleh diabaikan. Pada beberapa tahap, ujian ekstensif harus diadakan.
Mereka yang kurang maju harus diaalurkan untuk ikut serta terlibat dalam kegiatan ekonomi
masyarakat, sedangkan orang-orang yang maju harus terus melanjutkan dan menerima gemblengan
latihan. Penambahan pendidikan ini harus termasuk bukan cuma pada mata pelajaran akademi biasa,
tetapi juga mendalami filosofi yang oleh Plato dimaksud menelaah doktrin bentuk ideal faham
metafisikanya.
Pada usia tiga puluh lima tahun, orang-orang ini yang memang sudah betul-betul meyakinkan mampu
menunjukkan penguasaannya di bidang teori-teori dasar, harus menjalani lagi tambahan latihan
selama lima belas tahun, yang mesti termasuk bekerja mencari pengalaman praktek. Hanya orang-
orang yang mampu memperlihatkan bahwa mereka bisa merealisir dalam bentuk kerja nyata dari
buku-buku yang dipelajarinya dapat digolongkan kedalam “kelas guardian.” Lebih dari itu, hanya
orang-orang yang dengan jelas bisa. menunjukkan bahwa minat utamanya adalah mengabdi kepada
kepentingan masyarakatlah yang bisa diterima ke dalam. “kelas guardian.”
Keanggotaan guardian tidak dengan sendirinya menarik perhatian masyarakat. Sebab, jadi guardian
tidaklah banyak mendapatkan duit. Mereka hanya dibolehkan memiliki harta pribadi dalam jumlah
terbatas dan tak boleh punya tanah buat rumah pribadinya. Mereka menerima gaji tertentu dan tetap
(itu pun dalam jumlah yang tak seberapa), dan tidak dibolehkan punya emas atau perak. Anggota
guardian tidak diperkenankan punya famili yang terpisah tempatnya, mereka harus makan berbareng,
punya pasangan bersama. Imbalan buat pentolan-pentolan filosof ini bukannya kekayaan melainkan
kepuasan dalam hal melayani kepentingan umum. Begitulah ringkasnya sebuah republik yang ideal
menurut Plato.
Republik terbaca luas selama berabad-abad. Tetapi harus dicatat, sistem politik yang dianjurkan
didalamnya belum pernah secara nyata dipraktekkan sebagai model pemerintahan mana pun. Selama
masa antara jaman Plato hingga kini, umumnya negara-negara Eropa menganut sistem kerajaan. Di
abad-abad belakangan ini beberapa negara menganut bentuk pemerintah demokratis. Ada juga yang
menganut sistem pemerintahan militer, atau di bawah tiran demagog seperti misalnya Hitler dan
Mussolini. Tak satu pun pemerintahan-pemerintahan ini punya kemiripan dengan republik ideal Plato.
Teori Plato tak pernah jadi anutan partai politik mana pun, atau jadi basis gerakan politik seperti
halnya terjadi pada ajaran-ajaran Karl Marx.
Memang benar, tak satu pun pemerintahan sipil di Eropa disandarkan atas model Plato secara
langsung. Namun, terdapat persamaan yang mengagumkan antara posisi gereja Katolik di Eropa abad
tengah dengan “kelas guardian” Plato. Gereja Katolik abad pertengahan terdiri dari kaum elite yang
mempertahankan diri sendiri agar tidak layu dan tersisihkan, yang anggota-anggotanya mendapat
latihan-latihan filosofis resmi. Pada prinsipnya, semua pria, tak peduli dari mana asal-usulnya dapat
dipilih masuk kependetaan (meski tidak untuk wanita). Juga pada prinsipnya, para pendeta itu tak
punya famili dan memang diarahkan semata-mata agar mereka memusatkan perhatian pada kelompok
mereka sendiri, bukannya nafsu keagungan disanjung-sanjung.
Peranan partai Komunis di Uni Soviet juga ada yang membandingkannya dengan “kelas guardian”
Plato dalam dia punya republik ideal. Di sini pun kita temukan kelompok elite yang kesemuanya
terlatih dengan filosofi resmi. Gagasan Plato juga mempengaruhi struktur pemerintahan Amerika
Serikat. Banyak anggota konvensi konstitusi Amerika mengenal dan tak asing dengan gagasan-
gagasan politik Plato. Dia maksud, sudah barang tentu, agar Konstitusi Amerika Serikat membuka
kemungkinan menggali dan mempengaruhi kehendak rakyat. Dan juga diinginkan sebagai sarana
memilih orang-orang yang paling bijak dan paling baik untuk memerintah negara.
Kesulitan menentukan arti penting pengaruh Plato sepanjang masa meski luas dan menyebar adalah
ruwet dipaparkan dan bersifat tidak langsung. Sebagai tambahan teori politiknya, diskusinya di bidang
etika dan metafisika telah mempengaruhi banyak filosof yang datang belakangan. Apabila Plato
ditempatkan pada urutan sedikit lebih rendah ketimbang Aristoteles dalam daftar sekarang ini, hal ini
terutama lantaran Aristoteles bukan saja seorang filosof melainkan pula seorang ilmuwan yang
penting. Sebaliknya, penempatan Plato lebih tinggi urutannya ketimbang pemikir-pemikir seperti John
Locke, Thomas Jefferson dan Voltaire, sebabnya lantaran tulisan-tulisan ihwal politiknya
mempengaruhi dunia cuma dalam jangka masa dua atau tiga abad, sedangkan Plato punya daya
jangkau lebih dari dua puluh tiga abad

3. SOCRATES
Socrates (470 SM – 399 SM) adalah filsuf dari Athena, Yunani dan merupakan salah satu figur
paling penting dalam tradisi filosofis Barat. Ibunya adalah seorang bidan yang bernama Phainarete,
dari sinilah Socrates menamakan metodenya berfilsafat dengan metode kebidanan. Socrates beristri
seorang perempuan bernama Xantippe dan dikaruniai tiga orang anak yaitu Ramprocles, Sophroniscos
dan Menexene. Socrates adalah sosok tokoh filosuf yang penuh teka-teki dalam sejarah
perkembangan filsafat. Ia tidak pernah menulis sebaris kalimatpun dalam sebuah tulisan.
Masa hidup Socrates sezaman dengan kaum sofis. Ia terkenal sebagai orang yang berbudi baik, jujur,
dan adil. Cara menyampaikan pemikirannya kepada para pemuda ia menggunakan metode tanya
jawab. Sebab itu ia memperoleh banyak simpati dari para pemuda di negerinya. Namun ia juga kurang
disenangi oleh orang banyak dengan menuduhnya sebagai orang yang merusak moral para pemuda
negerinya. Selain itu ia juga dituduh menolak dewa-dewa atau tuhan-tuhan yang telah diakui negara.

Kelanjutan dari tuduhan terhadap dirinya menjadikan ia diadili oleh pengadilan Athena. Dalam proses
pengadilan ia mengatakan pembelaanya yang kemudian ditulis oleh Plato dalam naskahnya yang
berjudul Apologi. Plato mngisahkan adanya tuduhan itu. Tuduhan mengatakan bahwa Sokrates tidak
hanya menentang agama yang diakui oleh Negara, akan tetapi juga mengajarkan agama baru
buatannya sendiri. Salah seorang yang mendakwanya yaitu Melithus, mengatakan bahwa dia adalah
seorang tak-berTuhan dan menambahkan: Socrates berkata matahari adalah batu dan bulan adalah
tanah. Socrates tentu saja mengatakan bahwa tuduhan baru yang mengatakan dia atheis ini
bertentangan dengan dakwaan sebelumnya, dan selanjutnya ia memaparkan berbagai pendangan yang
lebih luas.
Buku Apologi memberi gambaran jelas tentang sosok manusia tertentu: seorang manusia yang sangat
percaya diri, berjiwa besar, tak peduli pada kesukaan duniawi, yakni bahwa ia dibimbing oleh suara
illahi, dan yakin bahwa penalaran yang jernih adalah syarat terpenting untuk hidup secara benar.
Dalam Apologi, Socrates membela dirinya bukanlah demi kepentingannya sendiri, melainkan demi
kepentingan para hakim. Menurutnya, para hakim adalah nyamuk masyarakat, dikirim dewa ke negeri
itu, dan tak mudah menemukan orang lain semacam dia (Socrates). Sokrates menjawab (menyangkal)
tuduhan itu, dan menanyakan kepadanya , siapakah orang yang memperbaiki pemuda. Melithus
menjawab mula-mula para hakim, kemudian terdesak sedikit mengatakan bahwa semua orang Athena
kecuali Sokrates memperbaiki pemuda. Sokrates mengucapkan selamat bahwa Athena memiliki nasib
baik untuk memiliki begitu banyak orang yang berusaha memperbaiki pemuda, dan orang-orang baik
tentu lebih pantas untuk dipergauli dari pada orang jelek, maka dari itu ia tidak akan dapat menjadi
begitu bodoh untuk dapat merusak mereka dengan sengaja. Setelah keputusan dibacakan, ia ditolak
hukuman alternatif sebesar tiga puluh minae (yang untuk ini Socrates menyebut nama Plato sebagai
salah seorang yang sanggup membayarnya, dan hadir dalam sidang itu), dan Sokrates menyampaikan
pidato terakhiranya tentang kematian. Ia mengatakan bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya,
kematian merupakan terpisahnya jasad dari ruh untuk melanjutkan ke dunia selanjutnya. Dalam
proses pengadilan Socrates dinyatakan bersalah dengan suara 280 melawan 220 (Bertens, 1975:82). Ia
dituntut hukuman mati. Sokrates dihukum mati dengan meminum racun, ada yang menyebutkan racun
dari tumbuhan cemara, yang jelas racun itu yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Cara matinya juga memberikan contoh, betapa seorang filosof setia kepada ajarannya dan tetap
menggenggam teguh keyakinanya meskipun nyawa menjadi taruhannya. Sokrates telah meninggal
dunia, tetapi nama dan pemikiran-pemikirannya tetap hidup untuk selama-lamanya. Socrates
merupakan orang yang biasa-biasa saja, semua orang sepakat bahwa raut muka Socrates amat buruk,
hidungnya papak dan perutnya begitu gendut; ia “lebih jelek ketimbang para Silenus dalam drama
Satiris” (Xenopon, Symposium). Ia selalu mengenakan pakaian kumal dan tua, kemanapun ia pergi
selalu bertelanjang kaki. Sikapnya yang tak peduli pada panas dan dingin, lapar dan haus
mengherankan semua orang. Dalam Symposium, Alkibiades yang mengisahkan Socrates ketika
menjalani tugas militer bahwa dia lebih tanggung dibandingkan teman-teman lainnya. Ketika dalam
keadaan terputus dalam perbekalan dan terpaksa berangkat tanpa makanan, dia tetap perkasa
dibandingkan yang lain. Pada saat itu cuaca sedang beku, tanpa menghiraukan rasa dingin dia tetap
melangkah dengan pasti diatas tumpukan es yang membatu dengan berpakaian seperti biasanya,
kumal dan bertelanjang kaki. Kemampuan mengendalikan semua nafsu jasmani terus-menerus
ditonjolkan. Dia jarang minum anggur, namun selagi dia mau, dia lebih kuat minum dibanding semua
orang.

PEMIKIRAN
Kaum sofis hidup sejaman dengan Socrates, dan memang ada kesamaan pendapat diantara
keduanya itu. Menurut Cicero, Socrates memindahkan filsafat dari langit ke bumi, artinya sasaran
yang diselidiki bukan lagi jagat raya, melainkan manusia. Akan tetapi bukan hanya Socrates yang
membuat demikian, kaum sofis juga. Mereka juga menjadikan manusia sasaran pemikiran mereka.
Itulah sebabnya Aristophanes menyebut Socrates seorang sofis. Sekalipun demikian ada perbedaan
yang besar antara Socrates dan kaum sofis. Filsafat Socrates adalah suatu reaksi dan suatu kritik
terhadap kaum sofis. Sebutan “sofis” mengalami perkembangan sendiri. Sebelum abad ke-5 istilah itu
berarti: sarjana, cendekiawan. Pada abad ke-4 para sarjana atau cendekiawan bukan lagi disebut
“sofis”, tetapi “filosofis”, filsuf, sedang sebutan “sofis” dikenakan untuk para guru yang berkeliling
dari kota ke kota untuk mengajar. Akhirnya sebutan “sofis” tidak harum lagi, karena seorang sofis
adalah orang yang menipu orang lain dengan memakai alasan-alasan yang tidak sah. Para guru
berkeliling itu dituduh sebagai orang-orang yang minta uang bagi ajaran mereka.
Ajaran bahwa semua kebenaran itu relatif telah menggoyangkan teori-teori sains yang telah mapan,
mengguncangkan keyakinan agama. Ini menyebabkan kebingungan dan kekacauan dalam kehidupan.
Inilah sebabnya Socrates bangkit. Ia harus meyakinkan orang Athena bahwa tidak semua kebenaran
itu relatif, ada kebenaran umum yang dapat dipegang oleh semua orang. Sebagian kebenaran memang
relatif, tetapi tidak semuanya. Sayangnya, Socrates tidak meninggalkan tulisan. Kaum sofis
beranggapan bahwa semua pengetahuan adalah relatif kebenarannya, tidak ada pengetahuan yang
bersifat umum. Dengan definisi itu Socrates dapat membuktikan kepada kaum sofis bahwa
pengetahuan yang umum itu ada, yaitu definisi itu sendiri. Jadi, kaum sofis tidak seluruhnya benar,
yang benar ialah sebagian pengetahuan bersifat umum dan sebagian bersifat khusus, yang khusus
itulah pengetahuan yang kebenarannya relatif. Seperti contoh berikut: apakah kursi itu? Orang bisa
periksa seluruh kursi, kalau bisa seluruh kursi yang ada dunia ini. Misalnya kursi hakim terdiri dari
tempat duduk dan sandaran, berkaki empat, dari bahan kayu jati. Kedua, kursi malas, terdiri dari
tempat duduk, sandara dan berkaki empat, terbuat dari besi anti karat begitulah seterusnya. Jadi dapat
diambil kesimpulah bahwa setiap kursi itu selalu ada tempat duduk dan sandaran. Kedua ciri ini
terdapat pada semua kursi. Sedangkan ciri yang lain tidak dimiliki semua kursi. Maka, semua orang
akan sepakat bahwa kursi adalah tempat duduk yang bersandaran. Contoh tersebut merupakan
kebenaran obyektif – umum, tidak subyektif – relatif. Tentang jumlah kaki, bahan, ukuran, dsb.
Merupakan kebenaran yang relatif. Jadi, memang ada pengetahuan umum, itulah definisi.
Ajarannya dapat diperolah dari tulisan murid-muridnya, terutama Plato. Bartens menjelaskan ajaran
Socrates itu ditujukan untuk menentang ajaran relativisme sofis. Ia ingin menegakkan sains dan
agama. Cara sokrates memberikan ajarannya adalah ia mendatangi orang dengan bermacam-macam.
Socrates selalu menanggapi jawaban pertama sebagai hipotesis dan dengan jawaban-jawaban lebih
lanjut dan menarik konsekuensi-konsekuensi yang dapat disimpulkan dari jawaban-jawaban tersebut.
Jika ternyata hipotesis pertama tidak dapat dipertahankan, karena menghasilkan konsekuensi yang
mustahil, maka hipotesis itu diganti dengan hipotesis lain, lalu hipotesis kedua ini diselidiki dengan
jawaban-jawaban lain, dan begitu seterusnya. Sering terjadi percakapan itu berakhir dengan aporia
(kebingunan). Akan tetapi, tidak jarang dialog itu menghasilkan suatu definisi yang dianggap berguna.
Metode yang biasa digunakan Socrates biasanya disebut dialektika. Menurut Plato, dialektika dalam
pengertian sebagai metode untuk menggali pengetahuan dengan cara tanya jawab, bukan ditemukan
oleh Socrates. Agaknya metode ini pertama kali dipraktikkan secara sistematis oleh Zeno, murid
Parmenindes; dalam dialog Plato berjudul Parmenindes, Zeno mengungguli Socrates lewat cara yang
sama dengan yang terjadi dalam dialog-dialog Plato lainnya di mana Socrates mengungguli orang-
orang lain. Namun ada cukup alasan untuk menduga bahwa Socrates mempraktikkan sekaligus
mengembangkan merode ini. Metode Socrates dinamakan dialektika karena dialog mempunyai
peranan penting didalamnya. Sebutan yang lain ialah maieutika, seni kebidanan, karena cara ini
Socrates bertindak seperti seorang bidan yang menolong kelahiran bayi “pengertian yang benar”.
Dengan cara bekerja yang demikian itu Socrates menemukan suatu cara berfikir yang disebut induksi,
yaitu: menyimpulkan pengetahuan yang sifatnya umum dengan berpangkal dari banyak pengetahuan
tentang hal khusus. Misalnya: banyak orang yang menganggap keahliannya (tukang besi, tukang
sepatu, pemahat, dll) sebagai keutamaannya. Seorang tukang besi berpendapat, bahwa keutamaannya
adalah jikalau ia membuat alat-alat dari besi yang baik. Seorang tukang sepatu menganggap sebagai
keutamaanya, jikalau ia membuat sepatu yang baik. Demikian seterusnya. Untuk mengetahui apakah
“keutamaan” pada umumnya, semua sifat khusus keutamaan-keutamaan yang bermacam-macam itu
harus disingkirkan. Tinggallah keutamaan yang sifatnya umum. Demikianlah dengan induksi itu
sekaligus ditemukan apa yang disebut definisi umum. Definisi umum ini pada waktu itu belum
dikenal. Socrateslah yang menemukannya, yang ternyata penting sekali bagi ilmu pengetahuan. Bagi
Socrates definisi umum bukan pertama-tama diperlukan bagi keperluan ilmu pengetahuan, melainkan
bagi etika. Yang diperlukan adalah pengertian-pengertian etis, seperti umpamanya: keadilan,
kebenaran, persahabatan dan lain-lainya.
Socrates juga mengatakan bahwa jiwa manusia bukanlah nafasnya semata-mata, tetapi asas hidup
manusia dalam arti yang lebih mendalam. Jiwa itu adalah intisari manusia, hakekat manusia sebagai
pribadi yang bertanggung jawab. Oleh karena jiwa adalah intisari manusia, maka manusia wajib
mengutamakan lebahagiaan jiwanya (eudaimonia = memiliki daimon atau jiwa yang baik), lebih dari
pada kebahagiaan tubuhnya atau kebahagiaan yang lahiriah, seperti umpamanya: kesehatan dan
kekayaan. Manusia harus membuat jiwanya menjadi jiwa yang sebaik mungkin. Jikalau hanya hidup
saja, hal tersebut belum ada artinya. Pendirian Socrates yang terkenal adalah “Keutamaan adalah
Pengetahuan”. Keutamaan di bidang hidup baik tentu menjadikan orang dapat hidup baik. Hidup baik
berarti mempraktekkan pengetahuannya tentang hidup baik itu. Jadi baik dan jahat dikaitkan dengan
soal pengetahuan, bukan dengan kemauan manusia.

B. Filsuf Modern

1. RENE DECRATES
Descartes adalah seorang filosof modern yang lahir pada tahun1596 dan wafat pada tahun 1650.
Ia beragama katholik, akan tetapi dia juga menganut aliran Galileo yang saat itu ditentang oleh
pengaruh agama katholik. Dalam beberapa sumber telah dipaparkan bahwa ayah Descartes
merupakan seorang ketua parlemen Inggris yang mempunyai tanah yang sangat luas, akan tetapi
sepeninggalnya, Descartes menjual satu persatu tanah tersebut. Pada saat itu (1604-1612) Ia sangat
mengecam pendidikan matematika disebuah universitas karena Ia merasa apa yang ia dapatkan d
universitas-universitas lain saat itu, dengan pendidikan matematika tersebut jauh lebih buruk. (Russel.
2004. 733). Dia mengasingkan diri untuk mempelajari geometri saat itu karena bosan dengan
kehidupan sosial di Paris. Dia menekuni geometri tersebut disebuah daerah terpencil yang bernama
Fauborg St. Germain.
Untuk lebih mengasingkan diri lagi, Ia berminat untuk bergabung dengan tentara Belanda saat itu. Hal
ini dikarenakan teman-temannya telah menemukannya dalam masa pengasingannya. Descartes mulai
menikmati masa meditasinya selama 2 tahun saat Belanda damai pada waktu itu. Akan tetapi
meletusnya perang Bavaria (1619) mendorongnya untuk bergabung kembali sebagai tentara Belanda.
Dalam masa perang tersebutlah (1619-1620) ia mendapatkan pengalaman yang ia tuangkan dalam
sebuah karyanya yang berjudul Discourse de la methode. Karena masa itu adalah musim dingin dan ia
merasa kedinginan, oleh sebab itu ia masuk dalam perapian untuk menghangatkan diri dan berdiam
diri sebagai bagian dari meditasinya. Setelah perang usai, Descartes memutuskan untuk tinggal di
Belanda.
Selama dua puluh tahun (1629-1649) Descartes tinggal di Belanda. Dia menginginkan hidup yang
damai saat itu, oleh karenanya ia menjalin kedekatan dengan kaum gereja saat itu untuk kepentingan
kaum gereja sendiri maupun Descartes. Untuk mengurangi kebenciannya terhadap sains modern,
maka melalui seorang duta besar Prancis di Stockholm (Chanur), Descartes mengadakan
korespondensi dengan ratu Christina di Swedia. Ratu tersebut terdorong untuk mengundang Descartes
datang ke istana untuk memperoleh pelajaran dari Descartes (1649). Hal ini terjadi karena rasa kagum
terhadap kiriman-kiriman dari Descartes yang merupakan bermacam-macam karyanya. Pada saat itu
Descartes harus selalu bangun pagi karena Ratu hanya meluangkan waktunya pukul lima pagi untuk
memperoleh pelajaran dari Descartes dan bangun pagi di Skandanavia pada saat itu bukanlah pilihan
yang baik untuk seorang Descartes. Pada akhirnya pada tahun 1650 Descartes meninggal karena sakit
yang dideritanya. Dari sumber yang didapat, Descartes tidak pernah menikah, akan tetapi mempunyai
anak kandung perempuan yang meninggal saat usianya lima tahun.
PEMIKIRAN
Cagito Ergo Sum, inilah sebuah metode yang dihasilkan oleh Descartes dengan menjunjung tinggi
suatu keraguan untuk mengungkap sebuah kebenaran. Ia menyatakan bahwa ketika seseorang
bermimpi, dia pun akan mengalami hal yang sama ketika ia dalam keadaan terjaga dari tidurnya
(seolah-olah nyata). Jelaslah dalam hal ini, antara bermimpi dengan apa yang dilakukan dikehidupan
nyata tidak ada batasan yang jelas dan tegas. Dari hal semacam inilah keraguan Descartes muncul.
Dia pun meragukan atas keberadaan dirinya, akan tetapi satu hal yang ia tidak dapat ragukan adalah
rasa ragu itu sendiri. Inilah yang menjadi basis filsafat Descartes, yaitu saya ragu maka saya berfikir
dan saya berfikir adalah ada. Selain Cagito Ergo Sum (aku berfikir, maka aku ada), karya yang
terkenal dari Descartes lainnya adalah Discourse de la Methode dan Meditationes de prima
philosophia. Descartes membedakan adanya tiga ide dalam diri manusia, antara lain:

 Innate ideas adalah ide atau pemikiran bawaan sejak manusia tersebut dilahirkan.
 Adventitious idea adalah ide yang berasal dari luar diri manusia.
 Factitious idea adalah ide yang dilahirkan oleh fikiran itu sendiri. (Surajiyo.2008:33)
Dengan metode Descartes itulah akhirnya memunculkan kembali bahwa segala sesuatu haruslah
dipecahkan dengan rasio (rasionalisme). Melalui pembuktian, logika dan analisis berdasarkan fakta-
fakta, dari pada melalui dogma, iman maupun ajaran agama. Dengan kata lain, semua permasalahan
dapat dilihat dari sudut pandang realistis, bukan dari sebuah kepercayaan ato takhayul. Dari sinilah
Descartes memulai era Renaissance dimana akal lebih berpotensi digunakan dari pada hati. Hal itu
sama halnya seperti era keemasan Yunani kuno yang sangat mendewakan akal sebelum pengaruh
gereja di abad pertengahan muncul.

2. BARUCH DE SPINOZA
Baruch de Spinoza (24 November 1632 – 21 Februari 1677) (Bahasa Ibrani: ‫)ברוך שפינוזה‬
adalah filsuf keturunan Yahudi-Portugis berbahasa Spanyol yang lahir dan besar di Belanda. Pikiran
Spinoza berakar dalam tradisi Yudaisme. Pemikiran Spinoza yang terkenal adalah ajaran mengenai
Substansi tunggal Allah atau alam. Hal ini ia katakan karena baginya Tuhan dan alam semesta adalah
satu dan Tuhan juga mempunyai bentuk yaitu seluruh alam jasmaniah. Oleh karena pemikirannya ini,
Spinoza pun disebut sebagai penganut panteisme-monistik.
PEMIKIRAN
Pandangan Spinoza mengenai substansi tunggal merupakan tanggapannya atas pemikiran
Descartes tentang masalah substansi dan hubungan antara jiwa dan tubuh. Dalam filsafat Descartes,
terdapat sebuah permasalahan yaitu bagaimana Allah, jiwa, dan dunia material dapat dipikirkan
sebagai satu kesatuan utuh? Dalam bukunya Ethica, ordine geometrico demonstrata (Etika yang
dibuktikan dengan cara geometris), Spinoza mencoba menjawab permasalahan ini. Ia memulai
menjawab permasalahan dari filsafat Descartes dengan memberikan sebuah pengertian mengenai
substansi. Substansi dipahami sebagai sesuatu yang ada dalam dirinya sendiri dan dipikirkan oleh
dirinya sendiri, artinya sesuatu yang konsepnya tidak membutuhkan konsep lain untuk
membentuknya. Menurut Spinoza, sifat substansi adalah abadi, tidak terbatas, mutlak, dan tunggal-
utuh. Bagi Spinoza, hanya ada satu yang dapat memenuhi definisi ini yaitu Allah. Menurut Spinoza,
sifat substansi adalah abadi, tidak terbatas, mutlak, dan tunggal-utuh. Bagi Spinoza, hanya ada satu
yang dapat memenuhi definisi ini yaitu Allah.Hanya Allah yang memiliki sifat yang tak terbatas,
abadi, mutlak, tunggal, dan utuh. Selain itu, Spinoza juga mengajarkan apabila Allah adalah satu-
satunya substansi, maka segala yang ada harus dikatakan berasal daripada Allah. Hal ini berarti semua
gejala pluralitas dalam alam baik yang bersifat jasmaniah (manusia, flora dan fauna, bahkan bintang)
maupun yang bersifat rohaniah (perasaan, pemikiran, atau kehendak) bukanlah hal yang berdiri
sendiri melainkan tergantung sepenuhnya dan mutlak pada Allah. Untuk menyebut gejala ini, Spinoza
menggunakan sebuah istilah yaitu modi. Modi merupakan bentuk atau cara tertentu dari keluasan dan
pemikiran. Dengan demikian, semua gejala dan realitas yang kita lihat dalam alam hanyalah modi saja
dari Allah sebagai substansi tunggal. Dengan kata lain, alam dan segala isinya adalah identik dengan
Allah secara prinsipil.
Kata kunci ajaran Spinoza adalah Deus sive natur (Allah atau alam) Yang berbeda dari ajaran ini
hanyalah istilah dan sudut pandangnya saja. Sebagai Allah, alam adalah natura naturans (alam yang
melahirkan). natura naturans dipandang sebagai asal usul, sebagai sumber pemancaran, sebagai daya
pencipta yang asali. Sebagai dirinya sendiri, alam adalah natura naturata (alam yang dilahirkan) yaitu
sebuah nama untuk alam dan Allah yang sama tetapi dipandang menurut perkembangannya yaitu
alam yang kelihatan. Dengan ini Spinoza membantah ajaran Descartes bahwa realitas seluruhnya
terdiri dari tiga substansi (Allah, jiwa, materi). Bagi Spinoza hanya ada satu substansi saja, yakni
Allah/alam.

3. GOTTFRIED W. LEIBNIZ
Gottfried W. Leibniz lahir pada tanggal 1 Juli 1646 di Leipzig, Jerman. Putra dari Friedrich
Leibniz, seorang professor filsafat moral di Leipzig, Jerman. Friedrich Leibniz berkompeten di
bidangnya walaupun pendidikannya tidak tinggi, ia mencurahkan waktu untuk keluarga dan
pekerjaannya. Ibu Gottfried W. Leibniz, Catharina Schmuck, anak seorang pengacara dan ia adalah
istri ketiga Friedrich Leibniz. Ayah Gottfried W. Leibniz meninggal dunia ketika ia berumur 6 tahun
dan ia dibesarkan oleh ibunya. Nilai moral dan religius memegang peranan penting dalam kehidupan
dan falsafah hidupnya. Pada usia 7 tahun, Leibniz memasuki sekolah Nicolai di Leipzig. Walaupun ia
belajar bahasa Latin di sekolah, namun jauh lebih maju bahasa Latin yang ia pelajari sendiri dan
beberapa bahasa Yunani pada usianya yang ke-12 tahun. Leibniz tampaknya telah termotivasi oleh
keinginan untuk membaca buku-buku ayahnya.
Pada tahun 1661, pada usia ke-14 tahun, Leibniz masuk ke Universitas Leipzig. Sebuah usia dini yang
luar biasa bagi siapa pun untuk memasuki universitas, menurut standar waktu itu dia cukup muda,
tetapi masih ada orang lain yang usianya sama. Pelajaran yang diperoleh Leibniz di Universitas
Lepzig diantaranya filsafat dan matematika. Ia lulus dengan gelar Sarjana Muda di tahun 1663 dengan
thesis De Principio Individual (Pada Prinsip Individu).Selain seorang filsuf ia pernah menjadi
penasehat raja, pustakawan sejarawan, ilmuwan, matematikawan, doctor dalam dunia dan hokum
gereja. Ia dianggap sebagai jiwa Unniversalis zamannya dan merupakan salah seorang filsuf yang
paling berpengaruh pada abad masanya.
Bahkan ia juga menemukan logika matematika, kalkulus dan energy Kinetik (Fisika),.Ia merupakan
penganut filsafat rasionalisme Descartes, yakni pengetahuan manusia yang sesungguhnya diperoleh
dengan akal dan panca indera, bukan dari pengalaman (empirisme).
PEMIKIRAN

 Pemikiran Monad tentang Subtansi


Salah satu pemikiran Gottfried Wilhelm Liebniz ialah tentang subtansi. Menurutnya ada banyak
substansi yang disebut dengan monad (monos= satu; monad= satu unit) jika dalam matematika yang
terkecil adalah titik, dan dalam fisika disebut dengan atom, maka dalam metafisika disebut dengan
monad, terkecil dalam pendapat leibniz bukan berarti sebuah ukuran, melainkan sebagai tidak
berkeluasan, maka yang dimaksud dengan monad bukan sebuah benda.
Setiap monad berbeda satu dari yang lain dan Tuhan (Supermonad dan satu-satunya monad yang tidak
dicipta) adalah pencipta monad-monad itu. Monad tidak mmpunyai kualitas. Karenanya hanya Tuhan
Yang benar-benar mengetahui setiap monad agar Tuhan membandingkan dan memperlawankan
monad-monad itu. Itu disebabkan monad-monad itu memang berbeda satu dengan yang lainnya.
Pada prinsip metafisika yang dikemukakan Leibniz yang juga disebut prinsip kontroversi yang
dinamakannya “prinnsip identitas yang tidak dapat dibedakan”. Tidak akan setiap monad memiliki
sifat yang sama, bahkan Tuhan pun harus mempunyai alasan untuk memperbanyak monad. Bila ada
monad yang sama, untuk apa Tuhan menciptakan yang sama, oleh karena itu tidak akan ada monad
yang sama.Suatu argumen yang rumit,asing, kata Solomon terhadap alasan Liebniz.
Monad itu adalah sebutan substansi terkecil dalam metafisika yang cukup diri dan terisoloasi-berpisah
diri; yang tak saling berinteraksi dengan substansi-substansi kecil lainnya. Dalam matemtika substansi
itu disebut titik, sedang dalam fisika dinamakan atom. Substansi itu bukan benda jasmaniah, ia murni
spiritual-mental. Karena itu, monad tak berkeluasan. Ia semacam daya purba (force primitives).
Sebagai subtansi nonmaterial, monade bersifat;

 Abadi, tidak bisa dihasilakan, ataupun dimusnahkan;


 Tidak bisa dibagi;
 Individual atau berdiri sendiri, sehingga tidak ada monade yang identik dengan monade lain;
 Mewujudkan kesatuan yang tertutup atau tidak berjendela, seolah-olah sesuatu bisa masuk
atau keluar;
 Mampu bekerja berkat daya aktif dari dalam dirinya sendiri. Kerja dari dan oleh dirinya
sendiri ini terdiri dari kegiatan mengamati (perceptio) dan meninginkan (appetitions);
 Tidak beruang dan berwaktu.
Karena sifat-sifat inilah, Leibniz mendefinisikan monade sebagai atom-atom sejati dari alam dan
hanya apabila monade tersebut ada dalam “jasad-jasad organic”, maka monade-monade itu akan
menjaadi “prinsip kehidupan”. Argumen Lebniz Tentang Bukti Adanya Tuhan. Dalam permikirannya,
Leibniz bermaksud untuk membuktikan eksistensi wujud (Tuhan). Bagaimana keberadaan Tuhan itu
benar-benar “ada” didalam kehidupan manusia. Ia membuktikan eksistensi Tuhan dengan konsepnya
tentang monade-monade.
Lribniz berusaha membuktikan keberadaan Tuhan dengan empat Argumen. Pertama, ia mengatakan
bahwa manusia memiliki ide kesempurnaan, maka adanya Tuhan terbukti. Bukti ini disebut dengan
ontologism. Kedua, ia berpendapat adanya alam semesta dan tidak lengkapnya membuktikan adanya
sesuatu yang melebihi alam semesta ini, dan yang transenden ini disebut dengan Tuhan. Ketiga, ia
berpendapatbahwa kita selalu ingin mencapai kebenaran abadi, yaitu “Tuhan”. Keempat, Leibniz
mengatakan bahwa adanya keselarasan antara monade-monade membuktikan bahwa pada awal mula
ada yang mencocokan mereka satu sama lain, yang mencocokkan itu adalah Tuhan.
Ajaran Leibniz yakni tentang monade-monade ini, menjadi jalan keluar atas keparcayaan Dualisme,
dengan monade ini Leibniz memecahkan kesulitan mengenai hubungan antara jiwa dan tubuh. Jiwa
merupakan suatu monade dan tubuh terdiri dari banyak monade. Suatu monade tidak dapat
mempengaruhi monade lain, sebab masing-masing monade harus dianggap tertutup.
Leibniz juga mempunyai gagasan bahwa Tuhan mungkin tidak bebas untuk menyajikan contoh
kongkret dunia-dunia yang kontradiktoris secara logis, dan tidak ada dunia yang konsisten secara
logis, tempat mahluk-mahluk yang berkehendak bebas sekaligus tidak ada kejahatan. Menurut Leibniz
kehendak bebas adalah sebab dari kejahatan.
Tuhan atau subtansi tidak terbatas, dipahami dengan berfikir secara hati-hati sebab ia adalah alam
rasional, sifat-sifatnya berkembang dalam pemikiran, jadi idenya tidak dimuali dari pemikiran tapi
dengan langsung pada esensi itu sendiri. Tuhan memiliki kekuatan kreatif, sehingga dalam pandangan
Leibniz bahwa modab bergerak menyusun dunia, yang telah diprogramkan kedalam diri mahluk pada
saat penciptaan. Leibniz menyakini, bahwa alam semesta dikuasai oleh akal, dan Tuhan telah
menciptakan bumi sebagai dunia yang terbaik diantara segala dunia. Hubungan akal dengan wahyu
menurut Leibniz adalah wahyu itu dinyatakan dengan injil, dan akal merupakan karunia Tuhan maka
keduanya harus diserasikan.
 Penciptaan dan campur Tangan Tuhan didunia
Sesudah menciptakan dunia, Tuhan tidak perlu memperhatikan lagi, Ia sudah menyusun sebelumnya
semua gerak sehingga alam semesta untuk selamanya akan berjalan secara selaras. Maka tidak ada
campur Tuhan dalam jalannya dunia, baik secara biasa maupun secara luar biasa. Leibniz
mengumpamakan dengan jam dinding, bahwa penciptaan alam seperti jam dinding, sehingga ia
membuat pertanyaan, mana yang lebih sempurna, jam dinding yang terus-menerus perlu dicampuri
dan dibetulkan, atau jam dinding yang sudah dibangun sedemikian sempurna hingga berjalan dengan
amat persis tanpa perlu terus dipasang kembali? Pandangan ini juga disebut dengan Deisme.
 Keburukan atau Kejahatan dalam Pandangan Leibniz
Mengapa didunia yang paling baik ini terdapat keburukan? Kalau Allah ada dari manakah asalnya
kejahatan? Kalau Allah tidak ada, dari manakah asalnya kebaikan?
Leibniz membuat suatu perbedaan tentang arti keburukan, pertama, keburukan metafisik (misalnya
bencana alam) keburukan ini sudah dengan sendirinya termuat dalam pengertian “alam ciptaan”. Jika
alam ciptaaan ini sempurna, lalu apakah perbedaan antara ciptaan dan penciptanya? Kedua,
keburukan fisik (misalnya penyakit, penderitaan). Apabila dilihat dari perspektif yang lebih luas,
keburukan seperti ada manfaatnya, misalnya agar kita lebih berhati-hati dalam dalam menjaga
kesehatan. Namun, mungkin juga keburukan ini merupakan hukuman bagi kita agar memperbaiki diri.
Ketiga, keburukan moral; ini adalah dosa atau kejahatan dalam arti sesungguhnya.
Bahwa adanya kejahatan merupakan akibat langsung dari kebebasan manusia yang disalah gunakan.
Tuhan tidak menghendaki kejahatan, namun ia membiarkan dosa atau kejahatan, agar manusia tetap
bebas. Tuhan Tuhan tidak menghendaki kejahatan, namun ia membiarkan dosa atau kejahatan, agar
manusia tetap bebas. Tuhan mencintai manusia dan melarang tindakan kejahatan dalam bentuk
apapun. Namun, manusia yang dicintai Tuhan adalah manusia bebas yang justru karena itu bias
melakukan apa sebenarnya dilarang Tuhan. mencintai manusia dan melarang tindakan kejahatan
dalam bentuk apapun. Namun, manusia yang dicintai Tuhan adalah manusia bebas yang justru karena
itu bias melakukan apa sebenarnya dilarang Tuhan. Jiwa bagi Leibniz adalah abadi, sehingga ia
berpegang teguh pada keadilan Tuhan yang mutlak sesudah mati.
Substansi adalah monade. Kenyataan terdiri dari monade-monade, yaitu bagian-bagian yang terkecil,
yang semuanya itu merupakan substansi-substansi. Monade-monade tidak memiliki ukuran. Monade-
monade dapat dianggap sebagai titik-titik yang mempunyai kuantitas energy tertentu dan arah-arah
tertentu. Monade-monade itu seperti jiwa karena semua monade memiliki kesadaran. Monade-
monade pada taraf anorganis (benda tak hidup), mempinyai kesadaran yang hanya dalam “mimpi”.
Kesadaran monade pada taraf tumbuhan dan hewan sudah lebih tinggi.
Pembenaran Tuhan atau Teodise. Kebaikan Tuhan tidak bertentangan dengan kejahatan. Kebebasan
manusuia tidak bertentangan dengan kemahakuasaan Tuhan. Dari semua dunia yang mungkin, Tuhan
telah menciptakan yang paling baik. Dunia merupakan suatu hasil maksimal, semua kemungkinan lain
itu lebih jelek.
Perbedaan cara pandang atau pemikiran Gottfried Wilhelm Liebniz dengan filusuf yang juga beraliran
rasionalis.Walaupun sesama aliran rasionalis tetapi para filusuf yang beraliran rasionalis masih ada
perbedaan yang sangat signifikan dalam pemikiran rasional mereka seperti:
Masalah René Descartes Spinoza G.W Leibniz

 Tentang Tuhan Ada 3 subtansi (Tuhan, akal, ddan materi)


 Cogito Ergo Sum (Saya berpikir maka saya ada) Hanya ada 1 subtansi
 Deus Sive Natur ( Allah atau Alam ) Subtansi itu banyak Tuhan itu benar-benar”ada”.

Sumber :
https://afidburhanuddin-wordpress-com
https://id.m.wikipedia.org

Anda mungkin juga menyukai