Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PRMBAHASAN

1. Latar belakang Aristoteles

Aristoteles lahir pada 384 SM di Stagira kuno, Makedonia Yunani. Nama Aristoteles
memiliki arti “tujuan terbaik”. Aristoteles muda dibesarkan dalam susasana ilmu kedokteran,
tetapi ayahnya, Nikhomakus. Meninggal ketika ia masih kecil. Seteleh itu, ia dibawa oleh
keluarganya pindah ke Atarneus, sebuah kota di Yunani yang terletak di pesisir Asia kecil. Di
sini ia diasuh oleh saudara sepupunya yang bernama Proksenus.

Dalam perjalaan hidup Aristoteles, ia juga tak jauh beda dengan orang pada umumnya
yang memiliki warisan kekayaan yang melimpah. Ia menghamburkan uang-uangnya untuk
minuman keras, wanita, dan pesta. Dengan kelakuannya yang demikian ia akhirnya bangkrut
total dan terpaksa bergabung tentara selama satu musim. Setelah tugas militernya berakhir, ia
kembali ke Stagira untuk bekerja dalam bidang pengobatan. Selanjutnya di usianya yang ke
30 tahun ia meninggalkan semua pekerjaannya dan memilih berangkat ke Asthena untuk
belajar di Akademi Plato selama delapan tahun.

Namun demikian, ada versi lain dari kisah masa muda Aristoteles yang mengatakan
bahwasanya ia langsung menjadi mahasiswa di Akademia sejak umur 17 tahun. Terlepas dari
mana yang benar, Aristoteles akhirnya menjalani suatu masa belajar yang intens di
Akademia. Maka, dengan segera ia membuktikan bahwa dirinya memiliki otak terbaik pada
generasinya.

Pada mulanya Aristoteles hanyalah mahasiswa biasa. Ia juga satu diantara mahasiswa
lain yang memuja gurunya, Plato. Menyerap semua doktrin Platonis yang diajarkan di
Akademia dan filsafatnya sendiri pun mendapatkan dasarnya dari prisip-prinsip itu. Namun,
Aristoteles terlalu cemerlang untuk sekedar menjadi murid biasa dan pengikut siapa pun,
termasuk menjadi pengikut Plato. Ketika Aristoteles menyadari hal-hal yang olehnya disebut
sebagai kontradiksi atau cacat didalam karya gurunya, maka dia pun sadar bahwa ia tak boleh
tinggal diam dan hal ini harus diungkapkan.1

1
Ready Susanto, Ensiklopedia Tokoh Dunia Aristoteles (Bandung: Nuansa Cendekia, 2019), 11-13
Setelah kematian Plato, Aristoteles meninggalkan Athena dengan Xenocrates dan
mendirikan cabang Akademi di Assos, di Throad. Di sini ia memengaruhi Hermia, penguasa
Atameus, dan menikahi keponakannya yang juga anak angkatnya, Pyhtias. Selama bekerja di
Assos ia mulai mengembangkan pandangan dirinya sendiri. Tiga tahun kemudian, ia pergi ke
Mitylene di Lesbos. Di sinilah kemungkinan ia berhubungan dengan Theophrastus, penduduk
asli Eresus yang kemudian menjadi murid paling terkenal Aristoteles.

Pada 343/2 SM, Aristoteles diundang ke Pella oleh Philip dari Makedonia untuk
mendidik putranya, Alexander, yang pada saat itu berusia tiga belas tahun. Periode ini
dilaksanakan di istana Makedonia, sebagai upaya untuk memberi pengaruh moral pada
pangeran muda, yang kemudian memainkan peran begitu menonjol di panggung politik dan
menjadi Alexander Agung.

Kemudian Pada 335/4 SM Aristoteles telah kembali ke Athena, dimana ia mendirikan


sekolahnya sendiri. Sekolah barunya berada di timur laut kota itu, Lyceum, kawasan Apollo
Lyceus. Selain pekerjaan pendidikan dan pengajaran, Lyceum tampaknya dengan cara yang
lebih menonjol, ketimbang Akademia. Memiliki karakter perserikatan atau masyarakat
dimana para pemikir yang sudah matang melakukan studi atau penelitian mereka: itulah
sebenarnya universitas atau institusi ilmiah, dilengkapi perpustakaan serta guru, dimana
kuliah diberikan secara teratur.

Pada 323 SM. Alexander Agung mati., dan reaksi di Yunani terhadap Makedonia
menyebabkan tuduhan terhadap Aristoteles, yang telah begitu dekat hubungannya dengan
pemimpin besar itu di masa mudanya. Aristoteles meninggalkan Athena dan pergi ke Khalkis
di Euboiea, ia tinggal di tanah milik ibunya yang telah meninggal. Tak lama setelah itu, pada
tahun 322/1 SM, ia meninggal karena penyakit.2

2. Pemikiran Aristoteles

 Logika Aristoteles
Pencapaian Aristoteles yang paling signifikan adalah dalam bidang logika.
Aristoteles telah sampai pada suatu kesimpulan bahwa logikalah yang telah menjadi
fondasi utama yang mendasari semua bentuk pembelajaran. Baginya, penalaran
adalah bagian tertinggi manusia. Karena itu, menurutnya upaya terbaik yang bisa
dilakukan manusia untuk mengisi waktunya adalah kegiatan menalar yang sejati.3
2
Frederick Copleston, A History Of Philosopy, terj. Atollah Renanda Yafi (Yogyakarta: BASABASI, 2020), 7-
10
3
Tim Nuansa, Aristoteles Peletak Dasar Logika (Bandung: Nuansa Cendekia, 2016), 7-8
 Metafisika Aristoteles
Metafisika adalah karya pemikiran Aristoteles yang paling penting. Metafisika
merupakan hal yang unik dan rumit dalam ilmu filsafat. Dalam hal ini seperti yang
dikatakan Aristoteles bahwasanya metafisika ialah, merupakan filsafat pertama yang
mana dalam metafisika lah asal usul segala sesuatu dijeaskan dan dipertanyakan
sampai ke akar-akarnya.4
 Filsafat Alam dan Psikologi
Aristoteles membagi ilmu-ilmu teoretis menjadi tiga kelompok:
fisika, matematika, dan teologi. Fisika yang dia pahami setara dengan apa yang
sekarang disebut “filsafat alam”, atau studi tentang alam ( fisika ); dalam pengertian
ini mencakup tidak hanya bidang fisika modern tetapi juga biologi, kimia,
geologi, psikologi, dan bahkan meteorologi.
Untuk pembahasan psikologi, Aristoteles menganggap psikologi sebagai
bagian dari filsafat alam, dan dia banyak menulis tentang filsafat pikiran. Materi ini
muncul dalam tulisan-tulisan etisnya, dalam risalah sistematis tentang hakikat jiwa
(De anima), dan dalam sejumlah monografi kecil tentang topik-topik seperti persepsi
indra, ingatan, tidur, dan mimpi.5
 Etika Aristoteles
Etika Aristoteles sejatinya teologis. Dia peduli dengan tindakan, bukan
sebagai benar dalam dirinya sendiri terlepas dari setiap pertimbangan lain, tetapi
dengan tindakan yang kondusif untuk kebaikan manusia; tindakan yang bertentangan
dengan pencapaian kebaikan sejati akan menjadi tindakan “salah”.6
 Politik
Negara seperti halnya dengan komunitas lain, ada untuk mencapai tujuan
tertentu. Dalam kasus negara, tujuan ini adalah kebaikan tertinggi manusia, kehidupan
moral dan intelektualnya. Keluarga adalah komunitas primitif yang ada demi
kebutuhan sehari-hari seseorang; dan ketika beberapa keluarga bergabung bersama
untuk sesuatu yang lebih ketimbang sekedar pasokan kebutuhan sehari-hari menjadi
tujuan, muncullah desa. Namun, ketika beberapa desa bergabung bersama untuk
4
Muhammad Ananta Azamy, Dari Guru Ke murid: Socrates, Plato, Aristoteles (Sukabumi: CV Jejak, 2022),
74.
5
Anthony JP Kenny, Anselmus H amadio, Aristoteles, https://www.britannica.com/biography/Aristotle
6
Frederick Copleston, A History Of Philosopy, 136
membentuk komunitas yang lebih besar yang “hampir atau cukup mandiri”,
muncullah negara.7
 Estetika Aristoteles
Aristoteles membedakan yang indah dari yang sekedar menyenangkan.
Misalnya, dalam problemata, ia membandingkan preferensi seksual dengan seleksi
estetika, sehingga membedakan kecantikan objektif yang nyata dengan “kecantikan”
yang sekedar merujuk pada hasrat.8 Definisi atu deskripsi lebih lanjut ditemukan
dalam Metaphysic, dimana Aristoteles mengatakan bahwa “bentuk-bentuk keindahan
utama adalah keteraturan, simetri dan kepastian”. Ini adalah kepemilikan, tiga hal
yang memberikan nilai diagnostik tertentu dalam matematika untuk benda-benda
yang indah.9

3. Karya Karya Aristoteles

Koleksi karya Aristoeles terdapat dalam The Corpus Aristotelicum yang telah
bertahan dari zaman dahulu melalui transmisi naskah abad pertengahan. Teks-teks ini
umumnya adalah risalah filosofis teknis dari sekolah Aristoteles, berbeda dengan naskah-
naskah yang telah hilang.

 Logika (Organon)
 Kategori (Categoriae)
 Tentang Interpretasi (De Interpretation)
 Analitika Pendahuluan (Analityca Priora)
 Analitika Posterior (Analityca Posteriora)
 Topik (Topica)
 Sanggahan Sofistik (De Sophisticis Elenchis)
 Fisika (Studi alam)
 Fisika (Physica)
 Di Surga (De Caelo)
 Tentang Kehidupan dan Kematian (De Generation et Corruptione)
 Meteorologi (Meteorologica)
 Tentang Alam Semesta (De Mundo)
 Tentang Jiwa (De Anima)
7
Frederick Copleston, A History Of Philosopy, 176
8
Frederick Copleston, A History Of Philosopy, 192
9
Frederick Copleston, A History Of Philosopy, 193
 Parva Naturalia (“Risalah Kecil tubuh”)
o Rasa dan Perasaan (De Sensu et Sensibilibus)
o Tentang Memori (De Memoria et Reminiscentia)
o Tentang Tidur (De Somno et Vigilia)
o Tentang Mimpi (De Insomniis)
o Tentang Firasat dalam Tidur (De Divination per Somnum)
o Tentang Panjang dan Pendeknya Hidup (De Longitudine et Brevitate
Vitae)
o Tentang Muda, Usia Tua, Hidup dan Mati, dan Pernafasan (De
Juventute et Senectute, De Vita et Morte, De Respiratione)
 Tentang Nafas (De Spiritu)
 Sejarah Hewan (Historia Animalium)
 Bagian-Bagian Hewan (De Partibus Animalium)
 Gerakan Hewan (De Motu Animalium)
 Perkembangan Hewan (De Incessu Animalium)
 Keturunan Hewan (De Generatione Animalium)
 Karya-karya Minor:
o Tentang Warna (De Coloribus)
o Tentang Mendengarkan Sesuatu (De Audibilibus)
o Fisiognomonik (Physiognomonica)
o Tentang Tumbuhan (De Plantis)
o Tentang Mendengarjan Sesuatu yang Menakjubkan (De Mirabilibus
Auscultationibus)
o Mekanika (Mechanica)
 Masalah (Problemata)
 Karya-karya Minor:
o Pada Garis yang Tidak Dapat Dibagi (De Lineis Insecabilibus)
o Situasi dan Nama-Nama Angin (Ventorum Situs)
o Tentang Melissus, Xenophanes, dan Gorgias
 Metafisika
 Metafisika (Metaphysica)
 Etika dan Politik
 Etika Nicomachean (Ethica Nicomachea)
 Etika Agung (Magna Moralia)
 Etika Eudemian (Ethika Eudemia)
 Tentang Kebaikan dan Keburukan (De Virtutibus et Vitiis Libellus)
 Politik (Politica)
 Ekonomi (Oeconomica)
 Retorika dan Puisi
 Retorika (Ars Rhetorica)
 Retorika kepada Aleksander (Rhetorica ad Alexandrum)
 Puisi (Ars Poetica)10

4. Metode Aristoteles

Ada dua metode yang dapat digunakan untuk menarik kesimpulan demi memperoleh
pengetahuan dan kebenaran baru menurut Aristoteles. Dua metode ini ialah induktif dan
deduktif. Induktif menarik kesimpulan yang bersifat umum dari hal-hal yang khusus,
sebaliknya deduktif menarik kesimpulan berdasarkan dua kebenaran yang pasti dan tidak
diragukan, yang bertolak dari sifat umum ke khusus. Untuk meneliti berbagai argumentasi
yang berangkat dari proposisi-proposisi yang benar digunakan istilah analitika. Sedangkan
untuk meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi-proposisi yang diragukan
kebenarannya digunakan istilah dialektika. Yang mana istilah-istilah tersebut lebih dikenal
dengan nama logika. Inti logika adalah silogisme, dan silogisme sebagai suatu alat dan
mekanisme penalaran untuk menarik kesimpulan yang benar berdasarkan premis-premis yang
benar adalah suatu bentuk formal dari penalaran deduktif. Bagi Aristoteles metode deduksi
adalah metode terbaik untuk mendapatkan kesimpulan demi meraih pengetahuan dan
kebenaran baru. Dari sinilah metode Aristoteles dinamakan Metode silogistis deduktif. 11

10
Ready Susanto, Ensiklopedia Tokoh Dunia Aristoteles (Bandung: Nuansa Cendekia, 2019), 66-68
11
Ahmad Choirul Rofiq, Pengantar Filsafat (Ponorogo: STAIN Po PRESS, 2014), 10-11
DAFTAR PUSTAKA

Anthony JP Kenny, d. A. (2023, 9 24). Aristotle grrek philosoper. Diambil kembali dari Britannica:
https://www.britannica.com/biography/Aristotle/Philosophy-of-mind
Azamy, M. A. (2022). Dari Guru ke Murid: Socrates, Plato, Aristoteles. sukabumi: CV Jejak.
Coplesten, F. (2020). A History of Philosopy. Yogyakarta: BASABASI.
Nuansa, T. (2016). Aristoteles Peletak Dasar Logika. Bandung: Nuansa Cendekia.
Rofiq, A. C. (2014). Pengantar Filsafat. Ponorogo: STAIN Po PRESS.
Susanto, R. (2019). Ensiklopedi Tokoh Dunia Aristoteles. Bandung: Nuansa Cendekia.

Anda mungkin juga menyukai