REALISME ARISTOTELES
Aristoteles lahir 384 SM di Stageira, sebuah kota di Yunani Utara. 1 Sejak kecil
ia diasuh dan didik oleh ayahnya, yang bernama Nichorachus dalam bidang
Kedokteran, dengan harapan agar kelak dapat mengganti kedudukan ayahnya sebagai
dokter keluarga raja Macedonia. Ketika Aristoteles berusia tujuh belas tahun, ia
Aristoteles tidak ingin hanya sekedar mengikuti ajaran dari gurunya.4 Barangkali
itulah penyebabnya ia menjadi murid “tukang kekang”. Aristoteles telah lama tinggal
di Akademia Plato, namun ia senang berdebat dengan Plato yang sangat dihormati
oleh banyak orang.5 Oleh sebab itu, banyak pemikiran-pemikiran Aristoteles yang
berbeda dengan gurunya. Aristoteles dapat dikatakan juga tepengaruh oleh pemikiran
1
J. H. Rapar, Filsafat Politik Aristoteles, Ed. 1, Cet 2. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993) 1.
2
Gerard J. Hughes, Aristotle on Ethic, ( London: Routledge, 2001) 1
3
J. H. Rapar, op.cit., 1.
4
Ibid., 2.
5
Ibid.,
1
Sokrates, karena Plato merupakan murid Sokrates dan Aristoteles adalah murid Plato,
berarti tidak secara langsung Aristoteles mendapat pengaruh dari pemikiran Sokrates.
Pada abad 347 SM, Plato meninggal, dan pada tahun yang sama Aristoteles
Assos dan Mytilene di pesisir Asia Kecil. 6 Saat itu, Heremias menjadi penguasa
yang telah dibuka oleh Erastos dan Koristos. Pada 344 SM Aristoteles menikah
dengan Pythias yang tidak lain adalah anak angkat Hermeias.7 Namun, tidak lama
Hermeias dibawa ke Persia untuk dibunuh. Ahkirnya, Aristoteles melarikan diri dari
Assos ke Mytilene untuk mencari aman. Ketika di Assos Aristoteles selain mengajar
di sekolah-sekolah, ia juga mengadakan riset dalam bidang biologi dan zoologi, yang
Sekitar tahun 334 SM, Aristoteles kembali ke Athena dan atas dukungan dari
bernama Lyceum. Dengan waktu yang singkat, Sekolah Lyceum itu cepat
manuskripsi dan peta bumi yang dianggap sebagai perpustakaan pertama dalam
6
Ibid., 3.
7
Gerard J. Hughes, op.cit., 2
8
K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani ( Yogyakarta: Kanisius, 1999) 154.
2
benda yang sangat menarik perhatian, terutama dalam bidang biologi dan zoologi. 9
melahirkan seorang putra yang diberi nama Nikomakhos. Aristoteles yang memang
telah lama dikenal sebagai sahabat para penguasa Macedonia, tetapi ia dituduh
sebagai pendurhaka yang menghina dewa-dewa orang Yunani. Oleh sebab itu, dalam
ia jatuh sakit karena bekerja tanpa mengenal batas, sehingga ia meninggal dunia di
tempat pelariannya itu. Aristoteles merupakan salah satu filsuf besar dalam sejarah
yang telah berhasil membentuk dan meletakkan dasar yang paling kokoh bagi
diciptakan Aristoteles semasa hidupnya, salah satu karyanya yang paling menonjol
ialah penelitian ilmiah. Ketika ia merantau ke sekitar pantai Asia Kecil, ia mulai
Aristoteles juga mengadakan penelitian khusus terhadap konstitusi dan sistem politik
dari seratus lima puluh delapan kota (polis) di Yunani. Selain itu, karya terbesar
9
J. H. Rapar, op.cit., 4.
10
Ibid., 5.
11
Ibid., 6.
3
terakhir), Topica (topik) , dan De sophisticis elenchis (cara berdebat kaum Sofis).
Kelompok kedua terdiri dari: Physica (fisika), Metaphysica (metafisika), De caelo
(dunia atas atau langit), De generatione et corruptione (penjadian dan pembinasaan),
dan Meteorologica (meteorologi). Kelompok ketiga ialah mengenai Biologi dan
Psikologi yang terdiri dari: De partibus animalium (bagian binatang), De motu
animalium (tentang gerak binatang), De incessu animalium (tentang perjalanan
binatang), De generatione animaltium (tentang kejadian binatang), De anima
(tentang jiwa), Parva naturalia (sedikit tentang tata hidup kodrati) yang merupakan
kumpulan dari beberapa monografi tentang biopsikologi. Kelompok keempat terdiri
dari: Ethica Nicomachea (sepuluh buku), dan Ethica Eudemia (tujuh buku).
Kelompok kelima atau kelompok yang terakhir terdiri dari: Rhetorica (retorika) dan
Poetica (poetika).12
Perkembangan filsafat Aristoteles memang sangat cepat dalam sejarahnya,
karya Plato yang tesusun rapi, indah dan menarik. Karya Aristoteles malah
sebaliknya, tidak begitu baik, hubungan bagian satu dengan yang lainnya seringkali
tidak jelas. Hal itu dapat dipahami karena semua karya Aristoteles yang dipakai
sekarang ini sesungguhnya hanyalah catatan dan ringkasan yang menjadi pegangan
mendasar antara filsafat Plato dan Aristoteles sesungguhnya terletak pada pandangan
mereka tentang ada dan keberadaan ada tentang dunia ini.14 Bagi Aristoteles, sebagai
12
J. H. Rapar, Filsafat politik: Plato, Aristoteles, Augustinus, Machiavelli ( Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2001) 147-148
13
J. H. Rapar, Filsafat Politik Aristoteles, op.cit., 10.
14
Ibid., 19.
4
seorang pengamat yang memperhatikan perincian benda-benda individual. 15 Ia merasa
benda-benda itu. Dunia yang real adalah dunia yang kita rasakan sekarang, dan
bentuk serta materi tak dapat dipisahkan. Tidak ada dunia lain selain dunia inderawi
yang didiami manusia kini dan di sini. Satu-satunya realitas ialah dunia inderawi ini.16
Manusia pada dasarnya tak dapat melepaskan diri dari fakta bahwa terdapat
perbedaan antara benda dan ide. Bagi kaum realis ide merupakan suatu pikiran dalam
akal manusia yang menunjuk pada benda. Dalam hal ini, benda adalah realitas dan ide
adalah “bagaimana benda itu nampak kepada diri kita”. Oleh karena itu, pikiran
manusia harus menyesuaikan diri dengan benda-benda yang ditangkap dalam dunia
inderawi. Suatu kebenaran akan benda tidak dapat diputuskan dengan ide-ide yang
ada tetapi dengan melihat benda dengan sungguh-sungguh.17 Cara tersebut merupakan
realis karena menjadikan “benda” bukan “ide” sebagai ukuran kebenaran. Realitas
menjadikan benda itu real dan ide itu penampakan benda yang benar atau keliru. Ide
sama sekali tak membantu kita, baik mengenali benda-benda maupun untuk
memahami “yang ada” dari benda-benda itu.18 sebagai jalan mengenali benda-benda
yang ada perlu pula mengenali materi yang ada dalam bentuk. Adapun bentuk adalah
prinsip yang menentukan atau yang memberikan aktualitas pada materi. 19 Akan tetapi,
yang terpenting disini bahwa bentuk amat membutuhkan materi agar nampak menjadi
15
Harold H. Titus., dkk, Persoalan-persoalan Filsafat (Jakarta: Bulan Bintang, 1984) 331.
16
J. H. Rapar, op.cit., 20.
17
Harold H. Titus., dkk, op.cit., 328.
18
Simon.P.L. Tjahjadi, Petualangan Intelektual ( Yogjakarta: Kanisius, 2004) 65.
19
Ibid., 66.
5
jelas, dan materi membutuhkan membutuhkan bentuk agar memungkinkan menjadi
realitas.
penyebab objek atau benda yang diselidiki. Oleh sebab itu, Aristoteles sendiri
membuat empat penyebab mengapa benda itu harus diselidiki. Pertama, penyebab
efisien,20 artinya adanya sebuah benda pasti akan memiliki faktor yang menjalankan
kejadian. Misalkan, tukang kayu yang membuat sebuah kursi. Kedua, penyebab
final,21 artinya bahwa sebuah peristiwa yang terjadi memiliki tujuan yang menjadi
arah seluruh kejadian. Misalkan, kursi dibuat supaya orang dapat duduk di atasnya.
Ketiga, penyebab material,22 artinya bahwa benda yang ada pasti memiliki bahan dari
mana benda itu dibuat. Misalkan, kusi dibuat dari bahan kayu. Keempat, penyebab
formal,23 artinya bahwa benda dibuat karena adanya sebuah bentuk yang menyusun
bahan. Misalkan, bentuk kursi jika ditambah pada kayu, sehingga kayu menjadi kursi.
pengetahuan dan bukan khayalan. Namun apakah benda-benda itu nyata? Kita akan
menggali realitas ini dengan sebuah pertanyaan mengenai Apakah ada atau
keberadaan itu? Artinya, apakah substansi itu? Dalam mendalami realitas, Aristoteles
Kategori ini pada umumnya dirujuk sebagai kategori (dari) ada atau keberadaan
6
benda yang berada. Kategori realitas menurut Aristoteles itu terdiri dari; substansi,
kuantitas, kualitas, hubungan, tempat, waktu, kondisi, postur, tindakan, dan passi.25
kategori “manusia” dan “sehat” benar untuk Aristoteles; maka haruslah ada suatu
macam benda seperti manusia, dan haruslah ada suatu macam benda seperti
kesehatan.26 Intinya haruslah ada suatu benda yang berpadanan dengan setiap kategori
yang benar untuk setiap benda yang diklasifikasikan. Apabila predikat yang
diterapkan Aristoteles dalam sebuah kalimat akan menjadi “Aristoteles ada di dalam
Liseum “adalah predikat petunjuk tempat, kita mengatakan bahwa Liseum adalah
peristiwa, dan apabila ada sepuluh kelas atau kategori prdikat, maka aka ada sepuluh
kelas atau kategori benda. Klasifikasi predikat menjadi hal yang mendasar bagi
“Sharp” (“tajam”) dapat diterapkan untuk bunyi maupun untuk pisau.30 Suatu yang
amat jelas bahwa tajamnya bunyi dan tajamnya sebuah pisau berlainan maknanya.
Aristoteles berpendapat bahwa kebayakan istilah kunci dalam filsafat bersifat dwi-
arti. Dalam buku Metafisika Aristoteles menguraikan mengenai esai yang maknanya
berlawanan dari sejumlah istilah filosofis. Baginya “suatu benda di sebut suatu sebab
25
W.D. Ross, Aristotle (London, 1949) 5.
26
Jonathan Barnes, op.cit., 70-71.
27
Ibid.,71.
28
W.D. Ross, op.cit.,6.
29
Jonathan Barnes, op.cit., 71.
30
Ibid.,71-72.
7
dalam satu arah jika.. dalam arah lain jika…; suatu benda dikatakan perlu dalam satu
arah jika…., atau jika…”.31 Cara yang ditempuh Aristoteles untuk memahami realitas
memang sangat rumit. Namun, segala “yang ada” akan menjadi berkembang dari
Salah satu istilah yang dikemukakan oleh Aristoteles sebagai dwi-arti adalah
istilah “being” atau “existent”. Benda-benda dikatakan yang berada memiliki makna
karena berada menyatakan apakah sebuah benda itu, serta kualitas dan kuantitas.33
Maka terdapat sekurangnya makna yang sama dalam “being” seperti banyaknya
seperti kata Yunani “kleis” yang berarti “pasak” maupun “tulang leher”. Tentu saja
bukanlah suatu kebetulan apabila “kleis”diterapkan bagi tulang leher maupun pasak.34
Sebab, bagi Aristoteles bahwa tidak ada hubungan antara kedua penggunaan istilah
itu karena kita dapat menggunakan kata itu dengan baik dalam suatu makna tanpa
mengusik sedikit pun makna yang lain. Aristoteles berpandangan bahwa tidak sebuah
kedwiartian seperti itu, khususnya mengenai kata “ada” dan “berada” bukanlah suatu
hominem kebetulan.35
Aristoteles memberikan contoh yang lebih masuk akal tentang dwi-arti ini
dengan Istilah “sehat”.36 Sebagian orang melihat bahwa sehat identik dengan warna
wajah, daerah makanan(diet) dan benda-benda benda lain sebagai bentuk sehat.
Namun George V, jamu tolak angin, dan gado-gado tidaklah sehat dalam makna yang
31
Ibid.
32
Simon.P.L. Tjahjadi, op.cit., 66.
33
Jonathan Barnes, op.cit., 72
34
Ibid.
35
Ibid.,73.
36
Ibid., 73-74.
8
sama. Akan tetapi, makna-makna yang berbeda itu semuanya saling menghubungkan
dan merujuk ke suatu benda atau hall yang satu, yakitu kesehatan.37 Untuk George V,
sehat berarti memiliki kesehatan; untuk jamu tolak angina sehat berarti menghasilkan
itu, kita dapat melihat bahwa realitas dapat dijelaskan dengan mengacu pada sesuatu
yang lain, sehingga tidak mempunyai dasar yang relatif pada satu hal. 38 Manusia
dapat mengetahui realitas apabila melihat benda yang lain yang berhubungan dengan
benda itu.
atau “existent”, tetapi makna-makna yang berbeda itu saling dihubungkan oleh fakta
bahwa semuanya merujuk ke substansi pada sesuatu benda atau hal. Ada warna dan
ukuran, perubahan dan pemusnahan, tempat dan waktu. Namun, agar suatu warna,
ukuran, dan gerakan ada haruslah ada substansi untuk diwarnai, memiliki ukuran, dan
yang bergerak. Non-substansi ada, namun hanya ada sebagai modifikasi atau afeksi
dari substansi. Suatu yang non-substansi ada perlulah suatu substansi untuk diubah
dengan satu atau lain cara. Namun, eksistensi substansi dengan demikian tidaklah
parasitic, artinya substansi ada dalam suatu makna primer dan non-subtansi ada
seolah-olah disubstansikan.39 Menjadi pertanyaan kembali bagi kita tentang apa yang
harus menjadi substansi? Substansi adalah benda atau hal kemana kita dapat rujuk
dengan menggunakan suatu frase peragam dan merekalah benda atau hal yang dapat
9
benda atau hal karena ia adalah orang dan suatu individu yang yang dapat kita teliti
dan kenali.
Ada beberapa yang bisa diprediksi dari suatu subjek tanpa hadir pada suatu
subjek itu sendiri. Misalkan “pria” diprediksi sebagai seorang individu, dan tak
pernah hadir dalam suatu subjek.41 Akan tetapi, dengan kita hadir dalam suatu subjek
tidak hanya menampilkan bagian secara keseluruan akan subjek itu tetapi tidak
mampu terpisah dari subjek tesebut. Beberapa hal ada dalam suatu subjek, tetapi tidak
pernah mudah diprediksi dari suatu subjek. Misalnya, titik tertentu dari pengetahuan
gramatikal hadir dalam pikiran, tetapi tidak dapat diprediksi dari subjek apa pun;
keputihan tertentu mungkin hadir dalam tubuh (untuk warna membutuhkan dasar
material), namun itu tidak pernah bisa diprediksi. 42 Dengan adanya contoh tersebut
memberikan arti bahwa pengetahuan yang real hadir dalam suatu subjek itu sendiri.
Oleh sebab itu, persoalan yang paling manarik perhatian ialah bagaimana
merelasikan segala ilmu pengetahuan,43 baik etika, politik, dan teologia dengan dunia
Terlebih bagaimana memahami dunia nyata dan yang satu-satunya itu, serta
substansi, kebanyakan adalah kekuatan, baik dari hewan maupun dari tanah, api, dan
udara.44 Tanah menjadi ada karena memiliki kekuatan tertentu yang pada dasarnya
bergerak. Kita perlu untuk kembali pada penjelasan Aristoteles mengenai kedwiartian
41
W.D. Ross, op.cit., 7
42
Ibid.,8.
43
Harold H. Titus., dkk, op.cit., 329.
44
Jonathan Barnes, op.cit.,78.
10
dari ada atau berada. Benda yang telah kita saksikan bersifat parasitik terhadap benda
lain; agar benda itu ada diperlukan suatu benda atau hal lain untuk dihubungkan
dengan benda itu. Dengan kata lain suatu benda dapat disubstansi apabila benda itu
suatu individu yang mampu ditandai oleh suatu frase demonstratif, sebab suatu butir
benda yang dapat dipisahkan dan sifat eksitensinya benda itu tidak mempedulikan
benda lain.45
hakikatnya bilangan adalah banyaknya benda. Aristoteles tetap bepegang teguh pada
benda-benda putih ada terlebih dahulu dari pada yang bersifat keputih-putihan,
putih.46 Dengan demikian, contoh substansi paling polos bagi Aristoteles adalah
hewan dan tumbuhan; sesudah itu benda-benda itu alami (matahari, bulan dan
bintang) dan barangkaliartefak (meja dan kursi, priuk dan wajan). 47 Secara umum
45
W.D. Ross, op.cit., 12.
46
Jonathan Barnes, op.cit., 79.
47
Ibid.,80.
48
Ibid.
11
12