Anda di halaman 1dari 2

Aristoteles

Tesla Kusuma/7C/17 621 kata

Aristoteles (384-322 SM), adalah seorang filsuf yang menjadi guru bagi Alexander
Agung. Aristoteles lahir di Stageira, Yunani Utara. Ayahnya adalah dokter pribadi raja
Amyntas II. Aristoteles terkenal akan pemikirannya mengenai dunia ide, kebenaran dan
pengetahuan, dan metafisika.

Aristoteles ketika berusia 17 tahun, dia dikirm ke Athena untuk belajar di Akademia
Plato selama sekitar 20 tahun. Setelah kematian Plato, terjadi konflik dengan Speusippos
sehingga Aristoteles meninggalkan Athena ke Assos dengan Xenokrates (murid Plato
lainnya). Di Assos, dia menikah dengan Pythias. Pada tahun 342 SM, Aristoteles diundang
oleh raja Phillip, anak Amyntas II, untuk mendidik anaknya, Alexander. Lalu pada 340 SM,
Aristoteles diangkat menjadi pejabat raja yang kemudian kembali ke Stageira. 4 tahun
kemudian pada tahun 336 SM, Alexander Agung dilantik menjadi raja. Setelah itu,
Aristoteles kembali ke Athena karena pada saat itu, posisi kepala sekolah Akademia sedang
kosong. Akan tetapi, Aristoteles tidak kembali ke Akademia, tetapi membangun sekolah
Lyceum, yang merupakan perpustakaan pertama di dalam sejarah, karena mengoleksi
berbagai barang yang tidak ada ditempatnya (pemberian dari Alexander Agung dari berbagai
perjalanannya).

Aristoteles memiliki seorang anak dari Pythias. Ketika Pythias meninggal, dia
menikah kembali dengan Herpyllis dan mempunyai anak dengannya bernama Nikomakhos.
Pada tahun 323 SM, Alexander Agung meninggal dan terjadi gerakan anti-Makedonia,
sehingga Aristoteles dituduh durhaka (asebeia atau tindakan kriminal). Aristoteles melarikan
dirinya ke Khalkis dan memberikan kepemimpinan sekolah Lyceum kepada muridnya,
Theopratos. Aristoteles meninggal pada usia 62 tahun (322 SM).

Menurut Aristoteles, tidak ada yang namanya ide bawaan. Sebuah kuda “ide”
merupakan sebuah konsep yang terbentuk setelah manusia melihat sejumlah kuda tertentu.
Bentuk dari kuda secara “ide” bisa ada dengan pengamatan ciri-ciri dari kuda. Kuda “ide”
merupakan sesuatu yang sama dan dimiliki oleh semua kuda. “Ide-ide” sebenarnya ada, tetapi
hanya pada benda-benda, karena “ide” merupakan ciri khas dari suatu benda.

Aristoteles membagi pengetahuan menjadi tiga, yaitu poiesis, praxis, dan teoritis.
Poiesis adalah ilmu yang bersifat teknik (technical knowledge). Pada poiesis, terdapat telos
(tujuan) di luar tindakan manusia. Tujuan dari poiesis untuk mencapai skill atau keterampilan.
Misalnya,seorang pemahat yang memahat untuk menghasilkan sebuah patung. Praxis adalah
ilmu mengenai tindakan manusia (ethical & political knowledge). Telos dari praxis terdapat
dalam tindakan itu sendiri. Tujuan dari Praxis adalah untuk mencapai bijaksana praktis
(phronesis atau prudence). Teoritis mempelajari mengenai realitas dan apa itu substansi.
Teoritis dibagi menjadi fisika (dapat dirasakan), matematika (menghitung), dan filsafat
(mempertanyakan). Teoritis mempelajari hal-hal yang tidak terkait dengan memproduksi
sesuatu. Tujuan dari Teoritis adalah untuk mencapai episteme (pengetahuan). Poiesis dan
praxis dapat benar atau salah tergantung pada situasi dan kondisi. Sedangkan, pada teoritis,
benar dan salah bersifat mutlak dan pasti. Menurut Aristoteles, phronesis (bijaksana praktis)
didapati melalui pembiasaan dalam bidang tersebut (etika atau politik).

Metafisika adalah sebuah istilah yang pertama kali digunakan oleh Andronikos
(kurang lebih pada abad 1 Masehi). Andronikos pada saat itu bekerja sebagai semacam
pustakawan dan mengkategorikan berbagai karya Aristoteles. Karya-karya Aristoteles
mengenai “substansi” (berbicara mengenai realitas pada dirinya sendiri) dikategorikan oleh
Andronikos sebagai metafisika, yang merupakan ilmu mengenai asal-usul dan alam semesta
secara keseluruhan.

Realitas dibicarakan sebagai forma dan materia. Menurut Plato, dari forma dapat
terbentuk materia. Ide/substansi merupakan realitas sejati di luar diri kita. Serta, forma dan
materia tidak dapat dijadikan satu. Sedangkan, menurut Aristoteles, forma dan materia adalah
satu. Forma merupakan aktualitas, yang menjadikan sesuatu menjadi sesuatu (misalnya,
sebuah kayu dapat berupa forma meja, kuris, ataupun lemari) dan materia sebagai
potensialitas, bisa berubah menjadi sesuatu yang lain (misalnya, kayu dapat dibentuk menjadi
kursi, meja, ataupun lemari).

Menurut CWV (Christian World View), kita dapat setuju akan pemikiran Aristoteles
bahwa tidak ada ide bawaan. Karena, Allah menciptakan segala sesuatu sebelum adanya
“ide” mengenai segala sesuatu. Akan tetapi, CWV tidak setuju bahwa ide merupakan ciri
khas dari suatu benda, karena ide dapat berbentuk pemikiran ataupun cara pandang terhadap
sebuah pemikiran, dan ide juga dapat berbentuk konsep seperti matematika.

Anda mungkin juga menyukai