Anda di halaman 1dari 7

FILSAFAT PENDIDIKAN MENURUT ARISTOTELES

A. Riwayat Hidup

Purnawan (2009) merincikan biogarafi singkat Aristoteles sebagai berikut.

Aristoteles (bahasa Yunani: Ἀριστοτέλης, Aristoteles)


adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander Agung. Dia menulis
di banyak mata pelajaran, termasuk fisika, metafisika, puisi, teater, musik, logika, retorika,
politik, pemerintahan, etika, biologi dan zoologi.

 Aristoteles Organon adalah kontribusi logika dan penalaran – terdiri dari enam buku.
 Indra adalah sumber pengetahuan.
 Bentuk Manusia universal, atau kategori, dari berbagai persepsi tentang seperti benda.
 Universal adalah konsep-konsep, bukan sesuatu (menolak Idealisme Plato).
 Penalaran deduktif berdasarkan pengalaman sebagai metode sains dan filsafat.
 Dalam ilmu pengetahuan, Aristoteles menghasilkan buku-buku dalam ilmu alam,
biologi, (Sejarah Hewan adalah prestasi ilmiah terbesarnya) dan psikologi (On the
Soul).
 Metafisika Aristoteles menghasilkan pandangannya tentang Allah sebagai penyebab
pertama, pikiran murni, internal alam.
 Etika adalah berkaitan dengan kebahagiaan individu; Politik adalah berkaitan dengan
kebahagiaan kolektif.

Smith (1986:35) Aristoteles adalah seorang cendekiawan dan intelek terkemuka, mungkin
sepanjang masa. Umat manusia telah berhutang budi padanya untuk banyak kemajuannya
dalam filsafat dan ilmu-ilmu pengetahuan, khususnya logika, metafisika, politik, etika,
biologi, dan psikologi. Aristoteles dilahirkan pada tahun 384 S.M. di Stagira, suatu kota kecil
di Semenanjung Chalci diceyang menonjol di sebelah baratlaut Laut Egea. Ayahnya,
Nichomachos yang sebagai dokter merawat Amyntas II, raja Macedonia, mengatur agar
Aristoteles menerima pendidikan yang lengkap pada awal masa kanak-kanak dan mungkin
kemudian mengajarnya dalam pengamatan gejala-gejala penyakit dan teknik pembedahan.
Baik ayah maupun ibu Aristoteles, Phaestis, mempunyai nenek moyang terkemuka.

Pada usia tujuh belas tahun Aristoteles pergi ke Athena di mana selama sepuluh tahun
berikutnya (tahun 367-345 S.M.) ia belajar pada Akademi Plato. Ia segera ditunjuk untuk
membacakan karangan-karangan ahli filsafat besar tersebut kepada para siswa yang lain
sebagai seorang asisten, dan pada akhirnya mulai menulis karya-karya sendiri dengan
menggunakan catatan-catatan tentang kuliah-kuliah Plato dan mengkritik beberapa dari
kuliah-kuliah tersebut. Tidak lama setelah meninggalnya Plato (tahun 347 S.M.) Aristoteles
mengadakan perjalanan ke istana Hermias, seorang bekas budak dan siswa pada Akademi
tersebut yang menguasai yang telah menjadi penguasa Yunani di Artaneus dan assos, Asia
Kecil, dan ia telah mengawini seorang anggota keluarga Hermias. (Dalam tahun 341
Hermias telah dieksekusi oleh orang-orang Parsi karena berkomplot dengan Philip II
mengundangnya ke istana di Pella untuk mengajar putranya Alexander yang berusia tiga
belas tahun, kemudian terkenal dalam sejarah sebagai Alexander Agung. Philip telah
menghancurkan kota kelahiran Aristoteles Stagira dalam tahun 348 S.M., tetapi telah
memperbaikinya kembali atas permintaan Aristoteles yang menulis suatu konstitusi baru
bagu kota tersebut. Dalam tahun 336 S.M. Philip dibunuh, dan Alexander menggantikannya.

Fauzi (2009) sewaktu ia belajar di akademia, ia menerbitkan beberapa karya. Selain itu juga
ia belajar ilmu astronomi kepada eudotos dan kaippos yang pada masa itu terkenal asebagai
ahli astronomi. Aristoteles juga menmgajarkan anggota-anggota akademia yang lebih muda
tentang logika dan retorika. Di Athena ia mendirikan sekolah yang bernama Lyceum. Dari
sekolah itu banyak menghasilkan hasil penelitian yang tidak hanya dapat menjelaskan
prinsip-prinsip sains tetapi juga politik, retorika dan lain sebagainya. Namun lama kelamaan
posisi Aristoteles di Athena tidak aman, karena dia orang asing. Lebih dari itu ia diisukan
sebagai penyebar pengaruh yang bersifat subversif dan dituduh Atheis. Kemudian akhirnya ia
meninggalkan Athena dan pindah ke Cahalcis dan meninggal di sana pada tahun 322 SM,
karena penyakit perut yang dideritanya sejak lama. Ia meninggalkan seorang anak perempuan
dan seorang anak laki-laki, Nichomacus.

Aristoteles adalah salah seorang yang pernah mengalahkan pemikiran pemikiran orang
Yunani secara ilmiah dengan pernyataan-pernyataan yang logis dan brilian, pernyataan-
pernyataan tersebut dia peroleh melalui diskusi dengan murid-muridnya. Keberhasilannya
menyusun teknik berfikir sistematis dan benar sekaligus hukum-hukumnya, telah
mengangkatnya mejadi guru pertama logika di dunia sampai ke masa ini.

B. Isi Pandangan Filsafat

Menurut website yang diakses melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Aristoteles Filsafat


Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan yang pertama ketika dia masih belajar di
Akademi Plato ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya tersebut, kemudian ketika dia
mengungsi, dan terakhir pada waktu ia memimpin Lyceum mencakup enam karya tulisnya
yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting,
selain kontribusinya di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, Ilmu Alam
dan karya seni.

Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan


mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan
kecenderungannya akan analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan
keseimbangan pada alam.

Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda,
Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis).
Pemikiran lainnya adalah tentang gerak dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu
tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teleologis. Karena benda tidak dapat
bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus
mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak yang
kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang
dianggap berarti Tuhan. Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive
reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran
tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula
pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking). Hal lain dalam
kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme yang dapat
digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang telah
ada. Misalkan ada dua pernyataan (premis).

 Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor).


o Sokrates adalah manusa (premis minor).
o maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati.

Fauzi (2009) Aristoteles sependapat dengan gurunya Plato, yaitu tujuan terakhir daripada
filosofi adalah pengetahuan tentang wujud/adanya dan yang umum. Aristoteles adanya itu
tidak dapat diketahui dari materi benda belaka, tidak pula dari pemikiran yang bersifat umum
semata. Seperti pendapat Plato tentang adanya itu terletak dalam barang satu-satunya, selama
barang tersebut ditentukan oleh yang umum. Pandangannya juga yang realis dari pandangan
Plato yang selalu didasarkan pada yang abstrak. Ini semua disebabkan dari pendidikannya di
waktu kecil yang senantiasa mengharapkan adanya bukti dan kenyataan. Ia terlebih dahulu
memandang yang konkrit, bermula dari mengumpulkan fakta-fakta yang ada kemudian
disusun menurut ragam dan jenis atau sifatnya dalam suatu sistem setelah itu ia meninjaunya
kembali dan disangkutpautkan satu sama lain.

Bila orang-orang shopis banyak yang menganggap manusia tidak akan mampu memperoleh
kebenaran, Aristoteles dalam metaphysics menyatakan abahwa manusia dapat mencapai
kebenaran. Tuhan itu menurut Aristoteles berhubungan dengan dirinya sendiri. Ia tidak
berhubungan dengan (tidak memperdulikan) alam ini. Ia bukan pesona, ia tidak
memperhatikan doa dan keinginan manusia. Dalam mencintai Tuhan kita tidak usah
mengharapkan ia mencintai kita. Ia adalah kesempurnaan tertinggi dan kita mencontoh ke
sana untuk perbuatan dan pikiran-pikiran kita. Pandangan filsafatnya tentang etika adalah
sarana untuk mencapai kebahagiaan dan merupakan sebagai barang yang tertinggi dalam
kehidupan.

Smith (1986:36) Aristoteles setuju dengan pandangan-pandangan dasar Plato, tetapi ia tak
setuju dengan banyak gagasan yang dikemukakan Plato dalam kuliah-kuliahnya. Aristoteles
memang orang yang ideal untuk mengoreksi dan memperbaiki beberapa ajaran Plato.
Umpamanya, Plato tidak tertarik untuk mengamati kejadian-kejadian alamiah yang khusus
yang ia pandang sekedar sebagai bayangan-bayangan barang-barang yang nyata. Bagi Plato
satu-satunya realitas terdiri dari gagasan-gagasan atau bentuk-bentuk yang universal, kesan-
kesan yang diterima lewat perasaan kita melahirkan gagasan-gagasan kepada kita, tetapi
hanya daya pikiran kita yang dapat menciptakan gagasan-gagasan yang dinasehatkan itu.
Aristoteles tidak –menolak kepercayaan Plato kepada gagasan-gagasan atau prinsip-prinsip
universal, tetapi bersikeras bahwa hakekat-hakekat individual dan kejadian-kejadian alamiah
yang selalu berubah dan menyatukan isi dan bentuk dengan sendirinya, adalah kesatuan-
kesatuan yang nyata. Karena itu, gagasan-gagasan tidak mempunyai eksistensi yang bebas.
Aristoteles seorang filusuf yang terbesar, memberikan definisi bahwa manusia itu adalah
hewan yang berakal sehat yang mengeluarkan pendapatnya yang bebicara berdasarkan akal
pikirannya (the animal that reasons). Dia pun mengajukan rumusan lain yaitu manusia itu
adalah hewan yang berpolitik (zoon politicion, political animal), yaitu makhluk yang fungsi
alamiah tetingginya ialah untuk menggunakan daya pikirnya demi kebaikan diri sendiri dan
demi kebaikan masyarakatnya. Pengamatan kelakuan manusia memperlihatkan
ketidaksempurnaan pandangan Plato (dan Socrates) bahwa hanya perlu mengetahui apa yang
baik untuk menjadi atau berbuat yang baik. Menurut Aristoteles, manusia tidak hanya
mengetahui, tetapi juga harus mempraktekkan kelakuan baik dan membuatnya sebagai
kebiasaan. Jadi, ia menarik kesimpulan tentang sifat dan tingkah laku manusia yang sangat
dikagumi oleh mayoritas orang-orang Athena yang menghargai serta mengharapkan hasil-
hasilnya, kegiatan praktis dari pengejaran pengetahuan.

Aristoteles menganjurkan prinsip jalan tengah yang baik (golden mean), yaitu jalan tengah
antara ujung-ujung yang ekstrim, untuk menuntut orang-orang dalam tingkah laku mereka
dan membantu mereka untuk memperoleh pengetahuan dan kebahagiaan. Beberapa
kejahatan, seperti pencurian dan pembunuhan, yang dapat langsung dirasakan setiap orang,
tetapi dalam banyak hal seseorang dihadapkan pada berbagai pilihan tindakan. Ia sebaiknya
memilih suatu jalan tengah dan menolak jalan-jalan yang ekstrim, umpamanya ia sebaiknya
bersikap berani, tidak terlalu takut ataupun nekat. Tetapi, pada waktu yang sama orang yang
berani akan menjadi moderat dan bersikap berani semata-mata untuk alasan yang baik saja,
untuk suatu maksud yang mulia.

Aristoteles setuju dengan Plato bahwa daya pikir sebaiknya mengandalkan nafsu dan gerak
hati seseorang dan mengarahkannya sehingga kelakuan seseorang disesuaikan dengan cita-
cita moral tertinggi, dengan demikian memperoleh kebahagiaan baginya sendiri dan bagi
orang-orang lain. Ia tidak setuju dengan Plato tentang cara terbaik dalam mencapai suatu
masyarakat yang bahagia. Aristoteles menganjurkan hak milik pribadi atas tanah (dengan
menyatakan bahwa pemilikan umum merupakan hal yang tak efisien, karena urusan semua
orang pada umumnya tidak menjadi urusan siapapun, dan karena itu diabaikan atau
disalahgunakan). Ia mengatakan bahwa untuk pemerintah terbaik adalah yang moderat,
karena bekerja secara terbaik-apakah dalam bentuk monarkis (sistem) yang lebih disukai jika
seorang raja yang baik dan bijaksana dapar ditemukan yang setidak-tidaknya akan meminta
nasehat para ahli (filsafat) aristokrasi (sebagai dalam utopia Plato diperintah oleh pelindung-
pelindung yang berperasaan sosial), atau suatu republik yang konstitusional (dikuasai oleh
suatu mayoritas warga yang berpendidikan cukup). Adanya negara ialah yang untuk
membentuk rakyat yang baik dan yang akan hidup secara baik. Pemerintahan-pemerintahan
yang paling jahat adalah kezaliman, ologarki dan demokrasi, karena para penguasa tidak
berangan-angan kepada kehidupan yang baik bagi semua rakyatnya yang baik, teetapi
sebaliknya hanya semata-mata mengutamakan kepentingan mereka sendiri.

Akhirnya, Aristoteles mengingatkan para pembacanya bahwa baik kekayaan yang berlebih-
lebihan maupun kemiskinan tak diinginkan dan berbahaya, bahwa orang-orang sebaiknya
bekerja sama satu sama lain dalam persahabatan untuk mencapai kebahagiaan, suatu
kehidupan yang tenag dan pencarian yang santai serta mulia. Namun demikain, ia
menganggap bahwa orang-orang dilahirkan dengan kemampuan yang sangat berbeda
sehingga sebagian dari mereka cocok untuk berkuasa, sedangkan lainnya hanya cocok untuk
bekerja, lainnya lagi (golongan rendah yang dilahirkan di luar negeri) untuk mengabdi
sebagai budak. Sayangnya, walaupun ia telah membuat banyak penemuan yang berharga –
umpamanya dalam pengamatannya dan penggolongan-penggolongan binatang – ia juga
membuat banyak kesalahan. Karena wibawa Aristoteles yang besar sekali, kesalahan-
kesalahan ini diabadikan oleh para pendeta abad pertengahan dan dengan demikian
menghambat kemajuan ilmu-ilmu pengetahuan, sedangkan sebenarnya pandangan-
pandangannya tentang pengamatan dan induksi memberikan suatu dasar yang sehat.

C. Kritik Terhadap Pandangan Filsafat Aristoteles

Aristoteles yang merupakan bapak ilmu berpandangan bahwa ilmu pendidikan dibangun
melalui riset pendidikan. Riset merupakan suatu gerak maju dan kegiatan-kegiatan observasi
menuju prinsip-prinsip umum yang bersifat menerangkan dan kembali kepada observasi.
Menurut website yang diakses melalui http://www.te.ugm.ac.id

pola pemikiran Aristoteles ini merupakan perubahan yang radikal. Menurut Plato, realitas
tertinggi adalah yang kita pikirkan dengan akal kita, sedang menurut Aristoteles realitas
tertinggi adalah yang kita lihat dengan indera-mata kita. Aristoteles tidak menyangkal bahwa
bahwa manusia memiliki akal yang sifatnya bawaan, dan bukan sekedar akal yang masuk
dalam kesadarannya oleh pendengaran dan penglihatannya. Namun justru akal itulah yang
merupakan ciri khas yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Akal dan
kesadaran manusia kosong sampai ia mengalami sesuatu. Karena itu, menurut Aristoteles,
pada manusia tidak ada idea-bawaan.

Lee (2010) kritikan terhadap Aristoteles yaitu pada salah satu pemikiran filsafat Aristoteles
adalah pemikiran mengenai Penggerak Utama (Prime Mover). Penggerak Utama adalah
bentuk murni, sebuah pengecualian bagi peraturan bahwa setiap substansi mengandung
bentuk dan bahan. Jika ada sebuah unsur material pada naturnya, maka dia akan memiliki
potensialitas yang tidak disadari, dan yang akan menggerakannya kepada aktualitas. Maka
dia tidak akan digerakkan. Demikian juga, menurut pandangan Aristoteles, dia pasti tidak
dipengaruhi oleh dunia; jika tidak dia digerakan, bukan penggerak. Maka keberadaan ini pasti
tidak mengetahui dunia (karena untuk mengetahui adalah untuk dipengaruhi dalam cara
tertentu oleh objek pengetahuan), atau mencintai dunia, atau bertindak dalam dunia.

Maka, bagaimana dia menyebabkan gerakan? Jawaban Aristoteles adalah bahwa dia sangat
menarik sehingga mempengaruhi benda-benda di dunia untuk mengarah kepada dia. Para
penafsir Aristoteles telah membandingkan Penggerak Utama dengan sebuah tujuan yang
menyebabkan para pelari berlari atau sebuah magnet yang menarik besi ke dirinya. Penulis
memikirkan sebuah konser musik rock, di mana para penggemar menempatkan diri mereka di
kaki penyanyi, sedangkan penyanyi tersebut tidak mempedulikannya.

Apa yang dilakukan Penggerak Utama, jika dia tidak secara efisien menyebabkan peristiwa-
peristiwa terjadi, dan jika dia tidak mengetahui atau mencintai dunia? Jawaban Aristoteles
adalah bahwa dia berpikir. Seseorang akan bingung mengapa Aristoteles tiba-tiba mulai
menggunakan bahasa personal di sini, ketika argumennya sejauh ini membuktikan sebuah
prinsip yang impersonal. Tetapi apa yang dipikirkan oleh “dewa” ini, jika bukan dunia?
Aristoteles menjawab, dia berpikir mengenai dirinya sendiri. Tetapi fakta-fakta apa mengenai
dirinya yang dia pikirkan? Aristoteles menjawab, pemikiran-pemikirannya. Penggerak Utama
adalah “pemikiran yang memikirkan pemikiran.” Jika Penggerak Utama harus memikirkan
sesuatu mengenai dirinya selain daripada pemikiran-pemikirannya sendiri, maka pemikiran-
pemikirannya akan digerakkan oleh sesuatu yang lain. Karena pemikiran-pemikirannya
sepenuhnya tidak digerakkan, mereka hanya dapat disebabkan oleh diri mereka sendiri.
Apa yang akan kita lakukan kepada pemikiran ini? Pertama, Penggerak Utama adalah
seorang filsuf palsu. Selain itu, Aristoteles direduksi menjadi tautologi. Dia tidak dapat
mengenal dunia, jika tidak dia bersifat relatif dengannya. Pemikirannya tidak dapat mengenal
apapun selain daripada dirinya, jika tidak ia bersifat relatif kepada sesuatu yang lain. Ia tidak
dapat mengenal sifat apapun yang dia miliki kecuali pikirannya, jika tidak pikirannya akan
digerakkan oleh sesuatu yang lain. Maka pada akhirnya pikirannya merupakan sebuah
pemikiran mengenai sebuah pemikiran mengenai sebuah pemikiran, atau untuk menjelaskan
secara berbeda, sebuah pemikiran yang tidak memikirkan apapun secara khusus.
Plato berpikir bahwa dia telah menemukan prinsip filosofis ultimat dalam Bentuk Kebaikan;
tetapi Bentuk Kebaikan berubah menjadi abstrak dan kosong. Walaupun mengandung
otoritas rasional, ia tidak memberitahu apapun yang spesifik kepada kita. Demikian juga
dengan Penggerak Utama Aristoteles: ia begitu astrak sehingga pikirannya sebenarnya bukan
apa-apa.
Kita dapat melihat bahwa Penggerak Utama Aristoteles jauh berbeda dari Allah Alkitab.
Allah Alkitab bukan hanya penyebab akhir dunia, tetapi penyebab efisien juga. Dia bukan
hanya permulaan yang logis dari alam semesta, tetapi permulaan temporalnya juga. Dan dia
mengetahui dan mengasihi tanpa membahayakan natur-Nya yang mutlak. Hal ini mungkin
karena dunia sendiri ada sebagaimana adanya ia karena Dia menciptakannya menurut
pikiran-Nya yang kekal. Pikiran-Nya mengandung isi yang sesungguhnya, yang Dia
wahyukan secara bebas kepada manusia.
Selain itu, banyak kelemahan konsep-konsep Aristoteles yang terbongkar kesalahannya
dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan percobaan-percobaan pada masa-masa
kemudian, khususnya sejak Galileo mulai merumuskan hukum mengenai gerak (motion). Hal
ini dikarenakan keterbatasan alat percobaan dan ilmu pengetahuan pada masa Yunani kuno
dibandingkan dengan masa-masa kemudian Sudah barang tentu, manusia namanya, dia juga
berbuat kesalahan. Tetapi, sungguh menakjubkan sekali betapa sedikitnya kesalahan yang dia
bikin dalam ensiklopedi yang begitu luas.

D. Kemungkinan Diterapkan di Dunia Pendidikan

Smith (1986:40) Aristoteles berkata bahwa negara sebaiknya memberikan pendidikan yang
baik bagi semua anak-anak. Serta mempunyai suatu sistem sekolah negeri yang wajib bagi
putra-putra semua warga negara, tetapi sistem tersebut terdiri dari pendidikan fisik dan
latihan militer. Usul Aristoteles tentang pendidikan umum yang universal dalam kesenian dan
ilmu pengetahuan tidak terlaksana secara luas sehingga dua ribu tahun kemudian, ketika
dalam abad ke-16 dan abad ke-17, sistem-sistem sekolah nasional secara bertahap didirikan
di Jerman dan negeri-negeri Eropa lainnya. Tetapi, usulnya itu tidak diperuntukkan bagi
negara-negara besar atau kekaisaran, tetapi bagi negara-negara kota seperti Athena yang
dipandangnya sebagai suatu lingkungan yang ideal. Dalam pandangannya, pendidikan
universal sebaiknya mencakup olahraga, senam, musik, kesusateraan, ilmu pengetahuan, dan
latihan moral. Pendidikan tersebut mungkin saja memasuki dunia pendidikan. Tidak dapat
dipungkiri, saat ini di lembaga-lembaga pendidikan juga telah memasukkan mata pelajaran
olahraga, ilmu pengetahuan, maupun kesusateraan dalam kurikulum. Sedangkan musik, dan
latihan moral bisa diterapkan saat kegiatan ekstrakurikuler sekolah.

Dalam rangka pendidikan yang lebih tinggi, ia nampaknya setuju dengan Plato tentang nilai-
nilai matematika, fisika, astronomi, dan filsafat. Ia menyatakan bahwa putera-putera semua
warganegara sebaiknya diajar sesuai dengan kemampuan mereka, suatu pandangan yang
sama dengan doktrin Plato tentang perbedaan individual. Disiplin merupakan hal yang
eesensial untuk mengajar para pemuda dan kaum lelaki muda untuk mematuhi perintah-
perintah dan mengendalikan gerak hati mereka. Dengan belajar menaati, mereka akan belajar
bagaimana caranya untuk memberikan perintah-perintah yang dapat dibenarkan dan untuk
memerintah orang-orang lain. Mereka dapat diajar untuk menggunakan retorika untuk
menghimbau dan membangkitkan semangat orang lain, dan juga untuk memberitahukan
kepada mereka, asalkan mereka berbuat demikian untuk tujuan yang baik. Bagi semua
pelajar, Aristoteles menggambarkan tentang idealisme yang tinggi, ketekunan, pengamatan,
dalam yang cermat dan berpikir secara lugas untuk mendorong berpikir lugas (diharuskan
menemukan kebenaran yang tak logos, salah atau kontradiktif dari fakta-fakta atau observasi-
observasi). Aristoteles mendirikan ilmu pengetahuan tentang logika (ia menyebutnya analitik)
yang mengemukakan prinsip-prinsip penalaran yang benar.

DAFTAR RUJUKAN

Fauzi, M. 2009. Filsafat Aristoteles, (Online), (http://dakir.wordpress.com, diakses 28


Oktober 2011).

Lee, J. 2010. Kelemahan Filsafat, (Online), (http://biblicalmindset.org/index.php, diakses 28


Oktober 2011).

Purnawan. 2009. Filsafat Realisme, (Online), (http://Presentase_Filsafat_Realisme.pdf,


diakses 28 Oktober 2011).

Smith, S. 1986. Gagasan-Gagasan Besar Tokoh-Tokoh dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:


Bumi Aksara.

http://id.wikipedia.org/wiki/Aristoteles.

www.te.ugm.ac.id/…/sg/Bab%204.%20Sejarah%20filsafat%20(1).doc.

Anda mungkin juga menyukai