Anda di halaman 1dari 32

Jamridafrizal

Rinawaty
Sri Rahayu S.
Thomas Sutana

LANDASAN TEOLOGI TEKNOLOGI


PENDIDIKAN:Sebuah Paradigma Baru
Dosen
Prof.Dr.Diana Nomida Musnir,M.Pd
Dr.Khaerudin, M.Pd.

PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2015

LANDASAN TEOLOGI
TEKNOLOGIPENDIDIKAN:Sebuah Paradigma Baru
Perpektif Islam,Khatolik dan
Kritest Protestan

OLEH:
JAMRIDAFRIZAL
RINAWATY
SRI RAHAYU SURTININGTYAS
THOMAS SUTANA

PROGRAM S3 TEKNOLOGI PENDIDIKAN UNIVERSITAS


NEGERI JAKARTA
1/1/2015

Islam Sebagai Landasan Teologi Teknologi Pendidikan


Sebuah Paradigma Baru
Bismillahirrahmaanirrahim

Abstrak
Para pemikir dan praktisi bidang teknologi pendidikan terus berupaya
memperbaiki definisi dan cakupan teknologi pendidikan, hal itu terlihat dari defenisi
terakhir teknologi pendidikan

yang memasukan praktek etis dalam defenisi

terbarunya. Namun sebagai seorang muslim penulis merasa perlu memberikan


sebuah warna baru dalam praktek teknologi pendidikan yaitu dengan memasukkan
dimensi teologi islam. Dalam tulisan ini pembahasan tentang defenisi, kawasan
teknologi pendidikan, dan diakhiri dengan dimensi teologi islam dalam teknologi
pendidikan

Pendahuluan
Teknologi pendidikan adalah cabang pengetahuan yang membahasa
bagaimana orang menciptakan, menggunakan dan mengelola sumber dan
lingkungan

yang

tepat

guna

dengan

kebutuhan

pembelajaran.

Untuk

mendapatkan gambaran yang utuh maka penulis perlu mencantumkan defenisi


yang sering acuan bagi dosen dan mahasiswa jurusan teknologi pendidikan yaitu
defenisi tahun 1994
Definisi Teknologi Pendidikan menurut AECT 1994

yaitu Teknologi

Pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan,


pengelolaan, serta evaluasi tentang proses dan sumber untuk belajar. Definisi ini
menegaskan adanya lima domain (kawasan) teknologi pembelajaran,

yaitu

kawasan desain, kawasan pengembangan, kawasan pemanfaatan, kawasan


pengelolaan, dan kawasan penilaian baik untuk proses maupun sumber belajar.
Seorang teknolog pembelajaran bisa saja memfokuskan bidang garapannya dalam
salah satu kawasan tersebut. Aplikasi teknologi pembelajaran juga tidak terlepas dari
lima kawasan tersebut. Seels dan Richey (1994) menjelaskan bahwa demi menjaga
keutuhan definisi (teknologi pembelajaran) kegiatan-kegiatan dalam setiap kawasan
teknologi pembelajaran dapat dikaitkan baik kepada proses maupun sumber
pembelajaran.
2

1. Kawasan Desain
Desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar dengan tujuan untuk
menciptakan strategi dan produk. Kawasan desain bermula dari gerakan psikologi
pembelajaran, terutama diilhami dari pemikiran B.F. Skinner (1954) tentang teori
pembelajaran berprogram (programmed instructions). Selanjutnya, pada tahun 1969
dari pemikiran Herbert Simon yang membahas tentang preskriptif tentang desain
turut memicu kajian

tentang desain.

Pendirian

pusat-pusat

pembelajaran dan terprogram, seperti Learning Resource and

desain

bahan

Development

Center pada tahun 1960 semakin memperkuat kajian tentang desain. Dalam
kurun waktu tahun 1960-an dan 1970-an, Robert Glaser, selaku Direktur dari
Learning Resource and

Development Center tersebut

menulis dan berbicara

tentang desain pembelajaran sebagai inti dari Teknologi Pendidikan. Tujuan desain
adalah untuk menciptakan strategi dan produk pada tingkat makro seperti program
dan kurikulum; dan pada tingkat mikro seperti pelajaran dan modul. Kawasan
desain meliputi studi mengenai :
a) desain sistem pembelajaran,
b) desain pesan,
c) strategi pembelajaran, dan
d) karateristik peserta didik

3. Kawasan Pemanfaatan
Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk
belajar. Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk
belajar mereka yang terlibat dalam pemafaatan mempunyai tanggung jawab untuk
mencocokan peserta didik dengan bahan dan aktivitas yang specifik, menyiapkan
peserta didik agar dapat berintekrasi dengan bahan aktivitas yang dipilih,
memberikan bimbingan selama kegiatan, membekan penilaian atas hasil yang
dicapai peserta didik serta memasukkannya ke dalam prosedur organisasi yang
berkelanjutan.

4. Kawasan Pengelolaan
Pengelolaan meliputi pengendalian Teknologi Pembelajaran melalui :
perencanaan, pengorganisasian,

pengkoordinasian

dan

supervisi.

Kawasan

pengelolaan bermula dari administrasi pusat media, program media dan pelayanan
3

media. Pembauran perpustakaan dengan program media membuahkan pusat dan


ahli media sekolah. Program-program media sekolah ini menggabungkan bahan
cetak dan non cetak sehingga timbul peningkatan penggunaan sumber-sumber
teknologikal dalam kurikulum.

Islam Sebagai Landasan Teologi Teknologi Pendidikan Sebuah: Paradigma Baru


Adakah dimensi teologi dalam Teknologi Pendidikan? untuk bisa menjawab
pertanyaan sederhana tersebut kita harus terlebih dahulu menalaah defenisi teologi
dan Teknologi pendidikan.
Teologis secara harfiah berasal dari bahasa Yunani berarti ilmu ketuhanan.
Dalam konteks makalah ini penulis menggaris bawahi bagaimana praktek teknologi
pendidikan sesuai dengan nilai teologi islam, yaitu nilai yang berazaskan pada ajaran
islam dengan tujuan akhirnya adalah Tuhan Yang Satu (Allahu Ahad).
Tujuan pemberian dimensi teologi islam ini adalah untuk memberikan
paradigma baru dalam praktek Teknologi Pendidikan karena selama ini praktek TP
tidak memiliki dasar teologi. Pemberian dimensi adalah ditujukan untuk para
pendidikan muslim, atau semua muslim yang terlibat dalam praktek TP
Untuk dapat memberikan dimensi teologi islam dalam praktek teknologi
pendidikan maka perlu terlebih dahulu kita pahami defenisi terakhir dari Teknologi
Pendidikan yaitu Educational technology is the study and ethical practice of

facilitating learning and improving performance by creating, using, and managing


appropriate technological processes and resources (AECT ,2008)
Dengan memperhatikan defenisi ini, informasi yang bersal dari AECT serta
buku Seels, B. B., & Richey, R. C. (1994). Instructional technology: the definition and
Domains Of the filed. kita sama sekali tidak menemukan adanya dimensi teologis,
mungkinkah karena hal ini disebabkan oleh paradigma keilmuan dimana ilmu
teknologi pendidikan ini berasal dan berkembang.(Amerika Serikat) yang bersifat
bersifat sekuler(memisahkan agama dan ilmu). Jawaban sementara yang dapat
penulis sampaikan adalah ya. Untuk menguji kebenaran pendapat ini sebaiknya
ada kajian yang mendalam, namun dalam penulis tidak akan membahas masalh
tersebut dalam makalah ini.
Untuk dapat memberikan dimensi teologis lebih mendalam maka penulis
mencoba memberikan dimensi teologi islam pada studi dan praktek etis, kawasan
dan fungsi dari Teknologi Pendidikan

Dimensi teologis islam pada Studi dan praktek etis Teknologi Pendidikan
Apakah itu studi dan praktek etis dalam Teknologi Pendidikan? Untuk dapat
memahami hal tersebut kita mesti mengacu kepada kode etik yang dibuat oleh komite
etik AECT. Bila penulis perhatikan satu persatu kode etik yang dibuat oleh komite etik
AECT yang terdiri dari 30 point, semuanya mengarah pada studi dan prinsip etis yang
berdasarkan prinsip-prinsip kemanusiaan yang mungkin berbeda satu negara dengan
negara lain, satu daerah dengan daerah lain dalam negara.
Jelaslah penjelasan tentang kode etik ini tidak memiliki dimensi Teologis. dalam
konteks teologi islam sebagai agama rahmatan lil alamin ( rahmat sekalian alam),
Allah mestilah menjadi alasan bagi setiap orang untuk beraktivitas.
Dalam tulisan ini penulis mengusulkan sebuah dimensi baru dari kajian dan
praktek etis, yaitu sebuah kajian dan praktek didasarkan pada nilai-nilai yang islami,
hal ini dimaksudkan agar adannya sandaran vertikel terhadap praktek etis sendiri.
Sebab sebuah praktek yang etis yang tidak didasarkan pada tauhid kepada Allah maka
tidak dapat nilai kebaikan di sisi Allah atau balasan dari Allah swt di akhirat kelak.
Sebagaimana dapat dipahami dari firman Allah:
Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya
Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan
sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang
tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang
telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka
kerjakan? (QS Hud 15-16)
Demi masa. Sesungguhnya manusia benar benar berada dalam kerugian.
Kecuali orang orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan saling
menasehati supaya menaati kebenaran dan saling menasehati supaya
menetapi kesabaran... (QS. Al-Ashr: 1-3)
Artinya: Ibnu Masud RA berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW
bersabda, Barang siapa yang mempelajari satu bab dari ilmu dengan tujuan
untuk menyampaikan kepada umat manusia, maka ia diberi pahala seperti tujuh
puluh sodikin. (H.R. Abu Daud

Dari dua ayat dan satu hadis nabi tersebut dapat kita pahami bahwa praktek etis
yang hanya bersadarkan kepada iman kepada Allah maka saja yang dinilai memiliki
nilai kebaikan disisi Allah, demikain bula halnya dengan kajian yang memiliki nilai
ibadah (berpahala)
5

Dimensi teologis islam pada kawasan Teknologi Pendidikan


Apa sajakah yang tercakup dalam kawasan Teknologi Pendidikan? Ada tiga
kawasan penting yang terkandung

dalam Defenisi Teknologi Pendidikan terakhir

yaitu creating, using and managing


Kata creating, using and managing merupakan kata-kata yang mengandung
aktivitas. dalam ajaran islam setiap aktivitas itu dapat dianggap ibadah jika kita
lakukan karena Allah sebagaimana yang dikatakan Allah dalam Sesungguhnya
shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.."
(QS. Al Anam : 162)
Ibadah dalam islam tidak semata berupa ibadah mahdah tapi juga ghairu mahdah.
Ibadah mahdhah, pada dasarnya, kita dilarang untuk melakukannya, kecuali jika
terdapat dalil yang menunjukkan bahwa hal tersebut dituntunkan. Sehingga, siapa
saja yang mengajak kita untuk melakukan suatu ibadah maka kita menuntutnya untuk
membawakan bukti nyata bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengajarkannya
hal ini dapat kita pahami dari hadit berikutDari Aisyah, Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam bersabda, Siapa saja yang melakukan amal ibadah yang tidak kami
ajarkan, maka amal ibadah tersebut adalah amal ibadah yang tertolak. (HR. Muslim,)
ibadah Ghairu Mahdhah

adalah: seluruh perilaku seorang hamba yang

diorientasikan untuk meraih ridha Allah (ibadah). Dalam hal ini tidak ada aturan baku
dari Rasulullah s.a.w.Dalam hadis Jarir ibn `Abdullah disebutkan bahwa Rasulullah
s.a.w. saw. bersabda:
Barangsiapa merintis jalan yang baik dalam Islam (man sanna fl Islm sunnatan
hasanah), maka ia memperoleh pahalanya dan pahala orang-orang yang
melakukannya sesudahnya, tanpa berkurang sedikit pun pahala mereka; dan
barangsiapa merintis jalan yang buruk dalam Islam (man sanna fl Islm sunnatan
sayyi-ah), maka dia menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang
melakukannya sesudahnya, tanpa berkurang sedikit pun dosa mereka. (Lihat
antara lain: Shahih Muslim, II: 705, Hadis senada diriwayatkan oleh 5 imam antara
lain, Nasai, Ahmad, Turmudi, Abu Dawud dan Darimi).
Atau dengan kata lain definisi dari Ibadah Ghairu Mahdhah atau umum ialah: segala
amalan yang diizinkan oleh Allah. misalnya ibadaha ghairu mahdhah ialah belajar,
dzikir, dakwah, tolong-menolong dan lain sebagainya. Prinsip-prinsip dalam ibadah
ini, ada 4:
6

a.

Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama

Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diselenggarakan.
Selama tidak diharamkan oleh Allah, maka boleh melakukan ibadah ini.
b.

Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasulullah s.a.w.,

Karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah bidah , atau jika ada yang
menyebutnya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bidah, maka

bidahnya

disebut bidah hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah disebut bidah dhalalah.
c.

Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya,

manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika
menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh
dilaksanakan.
d.

Azasnya Manfaat, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.

Maka segala bentuk kegiatan baik yang ditujukan untuk meraih ridha Allah masuk ke
dalam ranah ibadah ghairu Mahdhah.
Dengan demikian bahwa praktek creating, using dan managing adalah
bernilai ghairu mahdah, karena ini memang tidak ada dalil yang melarang, karena
dianggap perbuatan baik,rasional dan memiliki azas manfaat.
Adapun dalam operasionalnya praktek creating, using and managing dalam
teologi islam harus berdasarkan niat karena Allah. Karena sesuatu ibadah ditentukan
oleh niatanya, sebagaimanan dapat dipahami dari firman Allah dan hadis Nabi
Muhammad SAW.
Barangsiapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Allah berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan. (QS:An-Nahl:97)

Dari Umar bin Khothob berkata : Saya mendengar Rasulullah bersabda :


Sesungguhnya

amal

perbuatan

itu

tergantung

pada

niatnya,

dan

sesungguhnya setiap orang itu tergantung terhadap apa yang dia niatkan,(HR.
Bukhori 1, Muslim )

Dari Jabir RA ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya Allah SWT


tidak akan menerima amal seseorang kecuali dengan niat yang tulus dan
semata-mata mencari keridhoan-Nya. (H.R. Nasai)
Setelah dimulai dengan niat ibadah karena Allah, maka langkah berikutnya
ialah membaca basmalah, sebagaimana yang dapat kita pahami dari firman Allah dan
hadis,di bawah ini :
Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan tuhanmu lah yang
paling pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahui (Surat Al-aalq ayat 1-5).
Rasulullah

Shallallahu

alaihi

wa

sallam

bersabda.

Nabi SAW berkata Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan bismillah
(dalam riwayat lain : dengan mengingat Allah) maka amalan tersebut terputus (kurang)
keberkahannya ( Hadits)
Dimensi Teologi Islam Pada Fungsi Teknologi Pendidikan
Tujuan utama dari Teknologi Pendidikan adalah memudahkan belajar dan
meningkatkan kinerja. Fungsi meningkatkan kinerja dapat dilihat dari defenisi
pendidikan islam
Dalam literatur pendidikan Islam, setidaknya ada tiga istilah, yang sering
digunakan untuk menyebut pendidikan, yaitu: tarbiyah, talm, dan tadb
Pertama, istilah tarbiyah berakar dari tiga kata, yaitu pertama dari kata rabbayarbu (

) yang berarti bertambah dan tumbuh; kedua, kata rabiya-yarba (

)yang berarti tumbuh dan berkembang; dan ketiga, kata rabba-yarubbu (

yang berarti memperbaiki, menguasai dan memimpin, menjaga dan memelihara.


Kata al-Rabb (

)juga berasal dari kata Tarbiyah yang berarti mengantarkan

sesuatu kepada kesempurnaan

secara bertahap atau membuat sesuatu

menjadi sempurna secara berangsur-angsur.


Kedua, kata al-Talm. Secara lughawi berasal dari kata kerja allama
( )yang berarti mengajar. Jadi istilah ini dapat diartikan sebagai pengajaran,
seperti dalam bahasa Arab sering digunakan istilah al-tarbiyah wa al-talm (

)berarti Pendidikan dan Pengajaran.


8

Ketiga, kata tadb, sebagai bentuk mashdar dari kata addaba (

)yang

berarti memberi adab dan mendidik. Dalam kamus bahasa Arab, al-Mujam alWashth, sebagaimana yang dikutip oleh Abd. Rahman Abdullah, istilah tadb yang
biasanya diartikan sebagai pelatihan dan pembiasaan mempunyai kata makna
dasar: 1) Tadb berasal dari kata dasar aduba yadubu yang berarti melatih,
mendisiplinkan diri untuk berperilaku yang baik dan sopan santun; 2) Berasal dari
kata dasar adaba yadibu yang berarti mengadakan pesta atau perjamuan yang
berarti berbuat dan berperilaku sopan; 3) Kata addaba sebagai bentuk kata kerja
tadb

mengandung

pengertian

mendidik,

melatih, memperbaiki,

mendisiplin, dan memberi tindakan.


Dalam ajaran islam begitu banyak perkataan nabi yang dapat dijadikan dalil
untuk menganalisis dengan fungsi ini, misalnya
Pertama, Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW, bersabda: Barang siapa yang
melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya
satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan
orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa
yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di
akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka
menolong saudaranya. (HR. Muslim, lihat juga Kumpulan Hadits Arbain An Nawawi
hadits ke 36).
Kedua, Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa di
suatu hari yang sangat panas seorang wanita pelacur melihat seekor anjing, anjing
tersebut mengelilingi sebuah sumur sambil menjulurkan lidahnya karena kehausan,
maka kemudian wanita tersebut mencopot sepatunya dan memberi minum anjing
tersebut. Allah pun kemudian mengampuni dosa-dosa pelacur itu. ( HR Muslim )
Memudahkan orang dalam belajar dan dalam meningkatkan kinerja juga dapat
dikaitkan dengan metode pendidikan islam sebagaimana diungkapkan oleh Samsul
Nizar dan al-Rasyidin mengatakan bahwa metode dalam pendidikan dalam Islam
memiliki delapan karakteristiknya, yaitu:
1) Keseluruhan

proses

pembentukannya,

penerapan

penggunaannya

metode
sampai

pendidikan

Islam,

mulai

dari

pada pengembangannya tetap

didasarkan pada nilai-nilai asasi Islam sebagai ajaran yang universal.


2) Proses pembentukan, penerapan dan pengembangannya tetap tidak dapat
9

dipisahkan dengan konsep al-akhlak al-karmah sebagai tujuan tertinggi dari


pendidikan Islam.
3) Metode pendidikan Islam bersifat luwes dan fleksibel dalam artian senantiasa
membuka diri dan dapat menerima perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi
yang melingkupi proses pendidikan Islam tersebut, baik dari segi peserta didik,
pendidik, materi pelajaran dan lain-lain.
4) Metode

pendidikan

Islam

berusaha

sungguh-sungguh

untuk

menyeimbangkan antara teori dan praktek.


5) Metode pendidikan Islam dalam penerapannya menekankan kebebasan peserta
didik untuk berkreasi dan mengambil prakarsa dalam batas- batas kesopanan dan
al-akhlak al-karmah.
6) Dari segi pendidik, metode pendidikan Islam lebih menekankan nilai- nilai
keteladanan

dan

kebebasan

pendidik

dalam

menggunakan

serta

mengkombinasikan berbagai metode pendidikan yang ada dalam mencapai


tujuan pengajarannya.
7) Metode pendidikan Islam dalam penerapannya berupaya menciptakan situasi dan
kondisi yang memungkinkan bagi terciptanya interaksi edukatif yang kondusif.
8) Metode pendidikan Islam merupakan usaha untuk memudahkan proses
pengajaran dalam mencapai tujuannya secara efektif dan efesien.
Perlu diingat bahwa prinsip memudahkan dalam islam tidaklah dimaksudkan
untuk berbuat dosa tapi dalam rangka membantu orang lain untuk mencapai
tujuannya, penulis berpendapat prinsip ini sesuai dengan firman Allah sbb Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan... (Q.S. al-Maidah/5: 2)
Ketiga, Pada suatu hari Rasululah SAW ditanya oleh sahabat beliau
: Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling dicintai Allah dan apakah
perbuatan yang paling

dicintai oleh Allah ? Rasulullah SAW menjawab :

Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah manusia yang paling banyak
bermanfaat dan berguna bagi manusia yang lain; sedangkan perbuatan yang
paling dicintai Allah adalah memberikan kegembiraan kepada orang lain atau
menghapuskan kesusahan orang lain, atau melunasi hutang orang yang tidak
mampu untuk membayarnya, atau memberi makan

kepada mereka yang

sedang kelaparan dan jika seseorang itu berjalan untuk menolong orang yang
10

sedang kesusahan itu lebih aku sukai daripada beritikaf di masjidku ini selama
satu bulan ( Hadits riwayat Thabrani ).

Keempat, Setiap gerakan pertolongan merupakan nilai pahala Siapa


yang menolong saudaranya yang lain maka Allah akan menuliskan baginya tujuh
kebaikan bagi setiap langkah yang dilakukannya (HR. Thabrani ).

Kelima, Pertolongan

Allah kepada seseorang juga tergantung dengan

pertolongan yang dilakukannya antar manusia. Sesungguhnya Allah akan menolong


seorang hamba-Nya selama hamba itu menolong orang yang lain. (Hadits muslim,
abu daud dan tirmidzi)
Keenam, Lebih hebat lagi, membantu orang yang susah lebih baik daripada
ibadah umrah, sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih berikut ini:
Siapa yang berjalan menolong

orang yang susah maka Allah akan

menurunkan baginya tujuh puluh lima ribu

malaikat yang selalu

mendoakannya dan dia akan tetap berada dalam rahmat Allah selama dia
menolong
pertolongan

orang

tersebut

dan

jika

telah

selesai

melakukan

tersebut, maka Allah akan tuliskan baginya pahala haji dan

umrah dan sesiapa yang mengunjungi orang yang sakit maka Allah akan
melindunginya dengan tujuh puluh lima ribu malaikat dan tidaklah dia
mengangkat kakinya melainkan akan dituliskan Allah baginya satu kebaikan,
dan tidaklah dia meletakkan tapak kakinya untuk berjalan melainkan Allah
angkatkan daripadanya, Allah akan ampunkan baginya satu kesalahan dan
tinggikan kedudukannya satu derajat sampai dia duduk disamping orang sakit,
dan dia akan tetap mendapat rahmat sampai dia kembali ke rumahnya (HR
Thabrani ).

Ketujuh,Siapa

yang

berjalan

untuk

membantu

saudaranya

sesama

muslim maka Allah akan menuliskan baginya suatu kebaikan dari tiap langkah
kakinya sampai dia pulang dari menolong orang tersebut. Jika dia telah selesai
dari menolong saudaranya tersebut, maka dia telah keluar dari segala dosadosanya bagaikan dia dilahirkan oleh ibunya, dan jika dia ditimpa kecelakaan
(akibat menolong orang tersebut) maka dia akan dimasukkan ke dalam surga
tanpa hisab (HR. Abu Yala ).
11

Kedelapan,

Sesiapa

yang

bersikap

ramah

kepada

orang

lain

dan meringankan beban hidupnya baik sedikit maupun banyak maka kewajiban bagi
Allah untuk memberikan kepadanya pelayanan dengan

pelayanan surga (HR

Thabrani ).
Kesembilan, Amar Makruf dan mencegah kemungkaran yang kamu lakukan
adalah shalat. Menolong orang yang susah juga merupakan shalat. Perbuatan
menyingkirkan sampah dari jalan juga shalat dan setiap langkah yang engkau
lakukan menuju tempat shalat juga merupakan shalat

(HR. Ibnu Khuzaimah

Penutup
Pada akhirnya penulis bermohon kepada Allah agar tulisan yang singkat ini
dapat menjadi pembuka wawasan yang membacanya, sehingga Allah menjadikan
sebagai ilmu yang bermanfat, harapan ini penuliskan sandarkan pada fhadis nabi
Apabila anak Adam (manusia) mati maka terputuslah amalnya kecuali 3 hal;
bersedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang selalu mendoakan
kedua orang tuanya. (HR. Muslim)
Allah berfirman dalam surat zalzalah sbb:
Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan
melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah
pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula (zalzalh-7-8)
Harapan lain yang penulis mohonkan kepada Allah yaitu agar tulisan ini
menjadi sebuah petunjuk awal bagi praktisi pendidikan muslim untuk lebih mendalami
dimensi teologi islam dengan kaiatannya dengan Teknologi Pendidikan.
Sebagaimana yang dijanjikan Allah melalui perkataan Rasul-Nya Dari Abi Hurairah
RA sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: siapa yang memberi petunjuk ke jalan
yang baik (dengan ilmunya) maka ia akan mendapat pahala seperti yang di dapatkan
oleh orang yang mengikutinya tanpa kurang sedikit pun. (H.R. Muslim)

12

Alhamdulillairrabi alamin

Banten, 15 mei 2015


Hamba Allah

Jamridafrizal

Renungan orang Teknologi Pendidikan


Ya Allah, I spent my time for creating,using and managing for ficilitating learning and
improving the performing, but i will get nothing, except I do in the name of You and
only for You

Referensi
1. Al-quran al karim:Jakarta: depag RI,2000
2. Kitab sahih muslim-bukhari
3. Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Mengenal Tokoh
Pendidikan Islam di Dunia Islam dan Indonesia, (Jakarta: Quantum Teaching,
2005)
4. Abdul Fattah Jalal, Min al-Ushl al-Tarbawiyah f al-Islm, Terj. Azas-Azas
Pendidikan, Penj. Hery Noer Ali, (Bandung: Diponegoro, 1988)
5. Seels, B. B., & Richey, R. C. (1994). Instructional technology: the definition and
13

Domains Of The Field. Washington, DC: Association for Educational


Communications and Technology.
6. Prawiradilaga, Dewi S. 2007. Konsep Teknologi Pendidikan Dari Masa
ke Masa. No.20

LANDASAN TEOLOGI PENDIDIKAN KATHOLIK

Pendahuluan :
Sekolah-sekolah Katholik di Indonesia telah mempunyai perjalanan sejarah
yang panjang sebelum kemerdekaan Indonesia. Mereka didirikan oleh para biarawanbiarawati ( dari Eropa ) untuk memenuhi layanan pendidikan anak-anak Eropa,
khususnya anak-anak bangsa Belanda. Dan, dalam perjalanan waktu sekolahsekolah katholik menjadi pilihan masyarakat dalam layanan pendidikan karena dikenal
kualitas pendidikannya dan hidup disiplin. Maka, sekolah-sekolah Katholik menjadi
14

terkenal di kota-kota besar di Indonesia, sebagai contoh : Santa Ursula dan Kanisius
di Jakarta, Regina Pacis di Bogor, Regina Pacis di Cirebon, Santa Angela dan Santo
Aloysius di Bandung, Kolese Loyola dan Sedes di Semarang, Stella duce dan Kolese
de Britto di Yogyakarta. Albertus di Malang dan St. Louis di Surabaya.
Bertebarannya sekolah-sekolah katholik di Indonesia merupakan bentuk nyata
dari pentingnya sebuah pendidikan. Menurut gereja katholik, pendidikan adalah karya
kerasulan gereja yang hidup dan tinggal bersama dunia. Menurut kodratnya,
pendidikan tidak dapat dilepaskan dari agama1. Melalui pendidikan, gereja
menjalankan tugas karya keselamatan Allah. Dalam pasal 8, dikatakan bahwa untuk
melaksanakan tugas penyelamatan, Gereja menggunakan sarana-sarana yang
diberikan Jesus Kristus kepadanya. Gereja mendirikan sekolah-sekolah karena
Gereja

memandang

sekolah

sebagai

sarana

istimewa

untuk

memajukan

pembentukan manusia seutuhnya2.Anak-anak muda akan semakin berkembang


potensi dirinya dan semakin mengenal Allah melalui proses pendidikan. Dengan
demikian, pendidikan tidak hanya dimaknai secara sempit sebagai proses transfer
pengetahuan kepada anak-anak muda, tetapi pendidikan merupakan sarana untuk
semakin mengenal dan memahami misteri Allah. Hal itu semakin tampak dalm pasal
59 yang berbunyi sebagai berikut : para siswa harus diajak untuk merefleksikan fakta
bahwa pergulatan manusia berada dalam sejarah Ilahi penebus semesta 3 dan
semakin mendapatkan pemahaman yang lebih jelas dalam

GAMBARAN CITRA ALLAH:


Dalam kisah penciptaan manusia pertama, Adam dan Hawa, manusia disebut
sebagai citra Allah. Kitab Kejadian 1 : 27 berbunyi, maka, Allah menciptakan manusia
itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia ; laki-laki dan
perempuan. Sebagai gambar dan citra Allah, manusia mempunyai kemampuankemampuan untuk berbuat kebaikan sebagaimana yang dimiliki oleh Allah. Manusia
adalah makhluk ciptaan yang diberikan rahmat oleh Allah. Manusia merasakan

Rm. Mangunwijaya, Gereja dan Pendidikan dalam Situasi Kini yang Serba Kompleks dalam Gereja Indonesia
Pasca Vatican : Refleksi dan Tantangan, Kanisius, Yogyakarta,1997
2
Komisi Pendidikan, Sekolah Katholik, Jakarta, 2008
3
Komisi Pendidikan KWI, Dimensi Religius Pendidikan di Sekolah Katholik, Jakarta, 2008

15

kedamaian dan kebahagiaan yang sejati. Suasana damai dilukiskan dengan indah
dalam kitab suci, misalkan : seorang anak bermain dengan seekor singa.
Gambar dan citra Allah itu menjadi rusak karena dosa nabi Hawa. Dan sejak
itu, manusia itu keluar dari taman Eden dan mereka mengalami pergulatan antara
kebaikan dan kejahatan. Meskipun sudah jatuh dalam dosa, manusia tetap memiliki
kemampuan untuk berbuat kebaikan. Namun, usaha- usaha yang dilakukan manusia
sendiri untuk bersatu kembali kepada Allah tidak mudah dilaksanakan. Karena belas
kasih Allah yang besar kepada umat manusia, diutuslah para nabi untuk menyadarkan
kembali umat manusia atas dosa-dosanya. Akhirnya, Tuhan Jesus, puteraNya yang
tunggal diutus datang ke dunia. Apa yang dilakukan oleh Allah ini disebut sebagai
rencana karya keselamatan Allah. Dan karya keselamatan ini diteruskan dan
diperjuangkan oleh Gereja sebagai wakil Tuhan Jesus di dunia.
Oleh karena itu, pendidikan di sekolah-sekolah katholik tidak dapat
memisahkan diri dari Kristus sebagai jalan, kebenaran dan harapan. Kristus adalah
dasar dari seluruh usaha pendidikan dalam sekolah katholik. WahyuNya memberikan
arti baru kepada hidup dan membantu manusia mengarahkan pikiran, tingkah laku
dan kemauannya menurut Injil4. Sekolah katholik akan berupaya membantu peserta
didik untuk semakin tumbuh dalam iman dan untuk semakin mengenal Tuhan Jesus.
Sebagai contoh di atas, visi misi SMP Pangudi Luhur Jakarta Selatan
merupakan komunitas iman dengan semangat cinta kasih mendampingi kaum muda
untuk berkembang menjadi seorang pribadi yag berkualitas, beriman, berwatak dan
berbudi pekerti luhur. Proses pendidikan yang dijalankan oleh SMP Pangudi luhur
diikat dan dijalin dalam komunitas iman. Iman akan Tuhan menjadi dasar pelayanan
kepada peserta didik dan menjadi dasar terhadap interaksi satu sama lain. Komunitas
iman yang diwujudkan dalam perilaku sehari-hari disemangati oleh cinta kasih.
Maka, pendidikan di sekolah katholik mengintegrasikan kehidupan iman dan
kehidupan pribadi peserta didik. Integrasi ini diharapkan dapat membentuk peserta
didik menjadi orang Katholik seutuhnya. Sekolah menyadari bahwa usaha integrasi
iman dan hidup merupakan proses tobat sepanjang hidup sampai peserta didik

Komisi Pendidikan, Sekolah Katholik, KWI, Jakarta, 2008

16

menjadi apa yang dikehendaki oleh Tuhan atas dirinya 5. Bersama keluarga dan
sekolah, peserta didik mengembangkan kehidupan imannya dan mengembangkan
potensi / talentanya yang dianugerahkan oleh Tuhan. Kehidupan iman akan membuat
peserta didik memiliki suara hati yang jernih dan mampu menanggapi panggilan
Tuhan ;apa yang menjadi kehendak Tuhan atas hidup mereka. Pengembangan
potensi diri menjadi dasar apa ayng disumbangkan peserta didik kepada masyarakat.
Dengan demikian, akan terbentuk pola hidup orang Katholik yang benar-benar
membawa peserta didik melibatkan diri dalam pengabdian kepada Tuhan di dalam
sesama manusia dan dalam membuat dunia menjadi tempat hidup yang lebih baik.
Pola dan proses pendidikan di sekolah katholik sampai sekarang ini merupakan
tradisi turun-temurun. Dan hal itu dijalankan di semua sekolah katholik di seluruh
dunia. Pendidikan sekolah Katholik mencerminkan dan melayani pandangan bahwa
setiap orang Katholik, karena pembaptisan, terpanggil untuk menuju hidup kudus
karena relasi yang baik dengan Tuhan, diri sendiri dan sesama. Hidup menuju
kekudusan menyiratkan kehidupan iman mendalam yang mempunyai relasi dengan
Tuhan dalam konteks komunitas iman dan kesadaran akan keberadaan Tuhan di
tengah-tengah dunia. Maka, peserta didik diharapkan nantinya dapat menghayati dan
mempraktekkan spiritualitas iman, yaitu : iman tanpa perbuatan adalah sia-sia.
Dalam konteks ke-Indonesia-an, iman tanpa perbuatan adalah sia-sia dapat
dimaknai bahwa kehidupan orang Katholik tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
bermasyarakat. Uskup pribumi yang pertama, Mgr. Soegiyopranoto, SJ mengatakan
bahwa 100 % orang Katholik dan 100 % orang Indonesia. Meski beragama katholik,
orang katholik tetap tumbuh dan hidup dalam kebudayaan Indonesia. Pendidikan di
sekolah Katholik tidak menghilangkan akar kebudayaan, justru sebaliknya pendidikan
katholik memperkuat dan melestarikan kebudayaan setempat.Iman yang tidak
menjadi kebudayaan adalah iman yang tidak diterima sepenuhnya, tidak menyatu
seluruhnya, tidak dihayati dengan setia6

PRINSIP PENDIDIKAN KATHOLIK DALAM TEKNOLOGI PENDIDIKAN:

5
6

Komisi Pendidikan, Sekolah Katholik, KWI, Jakarta, 2008, pasal45


Komisi Pendidikan, Dimensi Religius Pendidikan di Sekolah Katholik, KWI, Jakartaa, 2008 , pasal 53.

17

Apa yang telah digariskan oleh gereja dalam beberapa dokumen gereja tentang
pendidikan tidak bertentangan dengan konsep teknologi pendidikan. Beberapa prinsip
pendidikan katholik tersebut adalah sebagai berikut, yaitu7 :
1. Sekolah katholik hendaknya menjadi rumah bagi para peserta didik. Mereka
merasa senang dan nyaman tinggal dan belajar di sekolah ( pasal 27 ).
2. Lingkungan sekolah yang menyenangkan, pertama adalah fasilitas fisik yang
memadai, misalkan : ruang kelas, olah raga, rekreasi. Setiap sekolah katholik
bisa berbeda-beda dalam banguna fisik. Tetapi peserta didiknya dibuat merasa
kerasan, lingkungannya sederhana tapi iklimnya kaya secara manusiawi dan
rohani ( pasal 28 )
3. Peserta didik hendaknya bertanggungjawab atas rumah sekolah mereka dan
lingkungannya dengan memelihara, menjaga sekolah sebersih dan serasi
mungkin ( pasal 29 )
4. Tanggungjawab pertama untuk menciptakan iklim khusus sekolah Katholik
adalah guru, baik perorangan maupun kelompok. Dimensi religius iklim sekolah
diwujudkan dalam hubungan antar pribadi yang akrab dan serasi dan dalam
kesediaan melayani ( pasal 26 )
5. Deklarasi Pendidikan katholik ( Gravissimum Educationis ) memberikan cara
pandang baru tentang sekolah katholik : transisi dari sekolah sebagai lembaga
ke sekolah sebagai komunitas. ( pasal 31 )
6. Setiap orang yang terlibat dalam sekolah adalah bagian komunitas sekolah (
pasal 32 )
7. Sikap dan perilaku para guru hendaknya menjadi sikap dan perilaku orang yang
menyiapkan lahan menambah kehidupan rohani dan memanjatkan doa untuk
para peserta didik yang dipercayakan kepada mereka.( pasal 71 )
8. Para guru mendoakan masing-masing para peserta didik agar rahmat yang
hadir di lingkungan sekolah dapat merasuki dan menerangi seluruh pribadi para
peserta didik dan membantu mereka menjawab secara teliti segala yang
diminta dari diri mereka untuk menghayati hidup Kristiani. Para peserta didik
belajar mendoakan para gurunya agar anugerah-anugerah pendidikan yang
mereka peroleh makin efektif. ( pasal 111 )

Ibid.

18

PENUTUP:
Gereja sangat menaruh perhatian terhadap pendidikan karena melalui
pendidikan Gereja dapat melanjutkan karya keselamatan Allah. Pendidikan menjadi
salah satu karya kerasulan gereja yang secara terus menerus mendampingi dan
membimbing peserta didik. Diharapkan melalui pendidikan di sekolah Katholik,
peserta didik dapat menanggapi panggilan Allah untuk mengabdikan hidupnya bagi
Tuhan dan sesama.

DAFTAR PUSTAKA

Grace, Gerald R & Joseph OKeefe, International Handbook of Catholic Education,


Dordrecht, Springer, 2007
Komisi Pendidikan, Sekolah Katholik, KWI,Jakarta, 2008
Komisi Pendidikan KWI, Dimensi Religius Pendidikan di Sekolah Katholik, KWI,
Jakarta, 2008
Mangunwijaya, Gereja dan Pendidikan dalam Situasi Kini yang Serba Kompleks
dalam Gereja Indonesia Pasca Vatican : Refleksi dan Tantangan, Kanisius,
Yogyakarta,1997
McLaughlin, Terence, Joseph OKeefe & Bernadette OKeefe, The Contemporary
Catholic School : Context, Identity and Diversity, London, Palmer
Press,1996

19

LANDASAN TEOLOGI PENDIDIKAN KRISTEN


DALAM KAITANNYA DENGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Sebuah pendidikan dikatakan Kristen jika ia memiliki dasar Alkitab dan dasar
teologis. Mengutip pandangan Robert W. Pazmino (1988) dalam Sidjabat (1994)
menurutnya pendidikan Kristen merupakan:
Usaha bersahaja dan sistematis, ditopang oleh upaya rohani dan manusiawi
untuk mentransmisikan pengetahuan, nilai-nilai, sikap-sikap, keterampilanketerampilan dan tingkah laku yang bersesuaian/konsisten dengan iman
Kristen; mengupayakan perubahan, pembaharuan dan reformasi pribadipribadi, kelompok bahkan struktur oleh kuasa Roh Kudus, sehingga peserta
didik hidup sesuai dengan kehendak Allah sebagaimana dinyatakan oleh
Alkitab, terutama dalam Yesus Kristus.

20

DASAR TEOLOGIS
Pemikiran teologia yang baik dan jelas sangat perlu dalam rangka
mengarahkan tugas pendidikan Kristen itu sendiri.Sebab refleksi teologis menjadi
semacam keyakinan yang selanjutnya memberi warna terhadap kehadiran dan kerja.
Pokok-pokok pikiran teologis berikut dikemukakan sebagai unsur penting
dalam kegiatan pendidikan Kristen.
1. Pengenalan akan Allah sangat sentral dalam pemahaman iman Kristen.
Sebagaimana diajarkan oleh Alkitab pengenalan akan Allah merupakan
panggilan dan tujuan hidup manusia. Pengenalan yang dimaksud di sini
bukanlah sekedar mengerahui, melainkan memiliki relasi dan komunikasi
yang indah, akrab, harmonis, sangat pribadi (subjektif).
Jadi pendidikan bukanlah sekedar kegiatan yang membawa manusia
memiliki pengetahuan yang banyak namun terpisah dari Allah.Pendidikan
harus berusaha membawa pendidik dan peserta didiknya belajar, yakni
belajar semakin mengenal Allah dalam berbagai aspek hidupnya.

2. Pandangan mengenai kedudukan dan fungsi Alkitab


Apakah Alkitab dalam tugas pendidikan sebagai tujuan akhir? Sebagai
bahan? Sebagai alat? Sebagai subject matter? Keputusan tentang
pandangan ini sangat menentukan bagi keseluruhan proses pendidikan itu
sendiri.
Jika Alkitab sebagai tujuan akhir, maka pendidikan akan diarahkan untuk
penguasaan isinya. Keberhasilan kegiatan diukur dari segi seberapa jauh
peserta didik menguasai isi alkitab. Jika Alkitab sebagai bahan atau subject
matter, kegiatan pendidikan sangat mengutamakan Alkitab itu sendiri dalam
perumusan kurikulum.Bahan sajian disampaikan dengan harapan berbicara
kepada

pendegarnya,

serta

membawa

perubahan

hidup

(life

transformation).Jika Alkitab sebagai alat, bahan pengajaran Alkitab


dijadikan sebagai kiasan dalam upaya menyampaikan nilai-nilai moral, etis
dan spiritual.Dalam pandangan ini, otoritas Alkitab menjadi sangat kabur.

21

3. Pengenalan akan Yesus Kristus sebagai Allah Transenden yang juga


Immanent untuk memberikan jalan satu-satunya pengampunan akan dosa,
terang dan hidup bagi manusia.
Pemahaman seorang pendidik tentang Kristus akan mempengaruhi
konsepnya mengenai sifat dan fungsi pendidikan Kristen.
Keberpusatan kepada Yesus Kristus Tuhan merupakan kemutlakan dalam
pendidikan

Kristen.

Bagaimana

seorang

Pendidik

mengarahkan,

mencontohkan dan membawa peserta didik kepada sikap yang penuh


hormat dan penyembahan kepada Yesus Kristus adalah inti dari seluruh
kegiatan pendidikan.

4. Roh Kudus dan peranan-Nya


Pendidikan Kristen terpanggil untuk memberikan pemahaman yang benar
mengenai pribadi Roh Kudus.Kegiatan belajar harus mendorong peserta
didik menyadari pertolongan dan penyertaan-Nya. Bahwa Ia adalah
sumber kreativitas yang menganugerahi manusia dengan kreativitas dan
inovasi.

5. Manusia, kedudukan dan panggilannya


Alkitab mengajarkan bahwa manusia merupakan ciptaan tertinggi, memiliki
harkat sebagai mandataris Pencipta-Nya.Hanya manusia yang memiliki
aspek lahiriah dan spiritual.Dalam dimensi lahiriahnya manusia sangat
terbatas dalam kekuatan, dalam ruang dan waktu. Dimensi spiritualnya
memungkinkan manusia berelasi kepada Khaliknya, dan spiritualnya
memiliki kebutuhan yang hanya bisa dipuaskan dan dipenuhi oleh PenciptaNya,

Panggilan Allah kepada manusia adalah untuk berserah diri kepada-Nya


secara aktif, dengan segenap hati, jiwa, pikiran dan kekuatan. Sejajar
dengan panggilan itu, manusia diberi tanggung-jawab untuk mengasihi
sesamanya sama seperti dirinya sendiri.

6. Kedewasaan

22

Manusia sebagai pelaku pendidikan adalah insan yang berkembang di


sepanjang hidupnya.Banyak segi dari manusia termasuk fisik, intelek,
rohani, emosi, kehendak dan sikap mengalami perubahan sejalan dengan
perkembangan waktu. Kedewasaan merupakan proses pergumulan dan
tercapainya kemenangan di dalam menghadapi berbagai tantangan.

Pendidikan Kristen hadir untuk membimbing dan memberi perlengkapan


bagi individu dan kelompok guna mencapai kedewasaannya.

PELAKSANA TUGAS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN


Dalam perspektif Perjanjian Baru, gereja memiliki kedudukan yang hakiki
dalam tugas pendidikan.Yesus telah memberikan mandat agar gereja melaksanakan
tugas menjadikan semua bangsa murid-Nya. Hal ini dapat dipahami bahwa jika
seseorang menjadi pengikut Yesus, mereka akan berjalan dalam kebenaran, yakni
kebenaran yang memberi kebebasan dan pengenalan yang benar akan Sang Khalik.
Guna meningkatkan kualitas iman orang percaya melalui pelayanan
peneguhan dan pengajaran, Allah sendiri menganugerahkan guru atau pengajar
kepada gereja (Efesus 4:11-13) selain para rasul, penginjil dan nabi.Semua karunia
itu diberikan bagi kepentingan pembangunan tubuh Kristus. Jadi sasaran akhir dari
pembinaan jemaat adalah pertumbuhan menuju kedewasaan iman di dalam Yesus
Kristus
Kedewasaan yang dimaksud dalam hal ini menyangkut proses perubahan
hidup (life transformation). Kedua, kedewasaan itu meliputi aspek kognitif atau
pengenalan, pengertian, pemahaman akan Yesus Kristus, dalam artian secara
pribadi. Iman yang bertumbuh kea rah kedewasaan akan semakin memahami berapa
besar kasih Allah bagi manusia yang telah dinyatakan melalui Yesus Kristus.
Ketiga, kedewasaan itu harus terefleksi di dalam komunikasi dan hubungan
antar sesama dalam jemaat, demi terwujudnya pemeliharaan kesatuan Roh (4:14).Perubahan hidup dalam Kristus itu harus tampak dalam pola-pola bertutur, dengan
perkataaan yang jujur dan membangun.Hal itu juga harus nyata dalam hidp keluarga,
relasi suami-istri, orangtua dan anak, pemimpin dengan orang yang dipimpin.
23

Akhirnya, kedewasaan itu harus pula tertuang dalam kegiatan ibadah, doa dan dalam
ketahanan melawan musuh-musuh rohani.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keseluruhan dasar atau fondasi dari
pelayanan gereja adalah terletak pada pembinaan atau pendidikan warga jemaat,
guna mendorong mereka bertumbuh menuju kedewasaan dalam Yesus Kristus.

KAITAN TEOLOGI PENDIDIKAN KRISTEN DENGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN


Merujuk kepada lima kawasan teknologi pendidikan sebagaimana yang
ditunjukkan dalam gambar di bawah ini, maka teori dan praktek pendidikan Kristen
tersebut jika dioperasikan ke dalam lima kawasan tersebut maka beberapa usulan
yang dapat diajukan adalah:

1.

Kawasan Desain

24

Sebagaimana desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar, dan bertujuan
untuk menciptakan strategi dan produk pada tingkat makro, seperti program dan
kurikulum, dan pada tingkat mikro, seperti pelajaran dan modul.
Kawasan desain mempunyai empat cakupan, yaitu :

Desain Sistem Pembelajaran (DSI) adalah prosedur yang terorganisasi yang


meliputi

langkah-langkah

penganalisaan,

perancangan,

pengembangan,

penaplikasian, dan penilaian pembelajaran.

Desain Pesan meliputi perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan
(Grawbowski, 1991 : 206). Karakteristik lain dari desain pesan adalah bahwa
desain harus bersifat spesifik baik terhadap mediannya maupun tugas
belajarnya.

Strategi Pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan


peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran dalam suatu pembelajaran.

Karakteristik Pebelajar adalah segi-segi latar belakang pengalaman pebelajar


yang berpengaruh terhadap efektifitas proses belajarnya.

KECENDERUNGAN DAN PERMASALAHAN


Berpusat pada penggunaan desain system pembelajaran yang tradisional, aplikasi
teori belajar dalam desain, dan pengaruh teknologi baru pada proses penyusunan
desain. Satu masalah yang sangat penting ialah perlunya ada teori yang
menghubungkan klasifikasi belajar dengan pemilihan media. Setiap langkah dalam
proses desain system pembelajaran dari analisis tugas sampai pada penilaian, kecuali
pemilihan media mempunyai dasar landasan teori klasifikasi belajar dan prosedur
untuk melaksanakannya.

2. Kawasan Pengembangan
Kawasan pengembangan berakhir pada produksi media. Melalui proses bertahuntahun perubahan dalam kemampuan media ini kemudian berakibat perubahan dalam
kawasan. televisi sebagai media yang baru juga digunakan untuk kepentingan
pendidikan dan muncul peradaban baru televisi.
Pengembangan adalah proses penterjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk
fisik.

Kawasan pengembangan dapat digolongkan menjadi empat kategori :

25

a.

Teknologi Cetak adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan bahan,


seperti buku-buku dan bahan-bahan visual yang statis, terutama melalui proses
pencetakan ekanis atau fotografis.
Karakteristik teknologi cetak/visual yaitu :

Teks dibaca secara linier, sedangkan visual direkam menurut ruang.

Keduanya biasanya memberikan komunikasi satu arah yang pasif (hanya


menerima).

Keduanya berbentuk visual yang statis.

Pengembangannya sangat tergantung pada prinsip-prinsip linguistic dan


presepsi visual.

Keduanya berpusat pada pebelajar.

Informasi dapat diorganisasikan dan distrukturkan kembali oleh pemakai.

b.

Teknologi Audiovisual merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan


dengan menggunakan audio dan visual.
Karakteristik teknologi audiovisual yaitu :

Bersifat linier

Menamiplkan visual yang dinamis

Secara khas digunakan menurut cara yang sebelumnya telah ditentukan oleh
desainer/pengembang

Cenderung merupakan bentuk representasi fisik dari gagasan yang riil dan
abstrak.

Dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip psikologi tingkah laku dan kognitif

Sering berpusat pada guru, kurang memperhatikan interaktivitas pebelajar.

c.

Teknologi

Berbasis

Komputer

merupakan

cara-cara

memproduksi

dan

menyampaikan bahan dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada


microprosesor.

Karakteristik teknologi berbasis komputer yaitu :

Digunakan secara acak atau tidak berurutan, disamping secara linier.

Dapat disunakan sesuai dengan keinginan pebelajar, maupun menurut cara


yang dirancang oleh desainer/pengembang.

26

Gagasan-gagasan

biasanya

diungkapkan

secara

abstrak

dengan

menggunakan kata, symbol maupun grafis.

Prinsip-prinsip ilmu kognitif diterapkan selama pengembangan

Belajar dapat perbusat pada pebelajar dengan tingkat interaktivitas yang


tinggi.

d.

Teknologi Terpadu merupakan cara untuk memproduksi dan menyampaikan


bahan dengan memadukan beberapa media yang dikendalikan oleh computer.

Karakteristik teknologi terpadu yaitu :

Dapat digunakan secara acak atau tidak berurutan, disamping secara linier ;

Dapat digunakan sesuai dengan keinginan pebelajar, disamping menurut cara


seperti yang dirancang oleh pengembangnya ;

Gagasan-gagasan

sering

disajikan

secara

realistic

dalam

konteks

pengalaman Pabelajar, relevan dengan kondisi Pebelajar, dan dibawah


kendali Pebelajar ;

Prinsip-prinsip ilmu kognitif dan konstruktif diterapkan dalam pengembangan


dan pemanfaatan bahan pembelajaran ;

Belajar dipusatkan dan diorganisasikan menurut pengetahuan kognitif


sehingga pengetahuan terbentuk pada saat digunakan ;

Bahan belajar menunjukkan interaktivitas pebelajar yang tinggi ;

Sifat bahan yang mengintegrasikan kata-kata dan tamsil dari banyak sumber
media.

Kecenderungan dan Permasalahan


Kecenderungan dan permasalahan teknologi cetak dan teknologi audiovisual
mencakup peningkatan perhatian terhadap desain teks, kerumitan visual serta
penggunaan isyarat warna (Berry 1992).Kecenderungan dan permasalahan dalam
teknologi komputer dan teknologi terpadu dari kawasan pengembangan terletak pada
tantangan mendesain teknologi interaktif, penerapan kontruktivisme dan teori belajar
sosial, sistem pakar dan otomisasi peralatan pengembangan, serta aplikasi untuk
belajar jarak jauh.

3. Kawasan Pemanfaatan
27

Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar.


Pemanfaatan mungkin merupakan kawasan Teknologi Pembelajaran tertua diantara
kawasan-kawasan yang lain, karena pengunaan bahan audiovisual secara teratur
mendahului meluasnya perhatian terhadap desain dan produksi media pembelajaran
yang sistematis. Pada tahun 1923 dana pendidikan visual dalam system persekolahan
kota mencakup projector, stereopticons,

persewaan film dan lentera film bingkai

(lantern slides). Setelah Perang Dunia II, gerakan pembelajaran audiovisual


mengorganisasikan dan mempromosikan penggunaan bahan-bahan audiovisual.
Selama bertahun-tahun, kawasan pemanfaatan dipusatkan pada aktivitas guru dan
ahli media yang membantu guru. Model dan teori dalam kawasan pemanfaatan
cenderung terpusat pada perspektif pengguna. Akan tetapi dengan diperkenalkannya
konsep difusi inovasi pada akhir tahun 1960 yang mengacu pada proses komunikasi
dan melibatkan pengguna dalam mempermudah proses adopsi suatu gagasan
perhatian kemudian berpaling ke perspektif penyelenggara.
Secara historis kawasan mempunyai kebijakan dan aturan sendiri.Akan tetapi
kawasan pemanfatanlah yang paling terkena oleh kebijakan-kebijakan dan aturanaturan.Dengan demikian pemanfaatan menuntut adanya penggunaan, deseminasi,
difusi, implementasi, dan pelembagaan yang sistematis.Hal tersebut dihambat oleh
kebijakan dan peraturan.
Keempat kategori dalam kawasan pemanfaatan ialah :

Pemanfaatan Media ialah penggunaan yang sistematis dari sumber belajar.

Difusi Inovasi adalah proses berkomunikasi melalui strategi yang terencana


dengan tujuan diadopsi.

Imlementasi dan Pelembagaan ialah penggunaan bahan dan strategi


pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya (bukan tersimulasikan).
Sedangkan pelembagaan yaitu penggunaan yang rutin dan pelestarian dari
inovasi pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya organisasi.

Kebijakan dan Regulasi adalah aturan dan tindakan dari masyarakat (atau
wakilnya) yang mempengaruhi difusi atau penyebaran dan penggunaan
Teknologi Pembelajaran.

Kecenderungan dan Permasalahan, pada umumnya berkisar pada kebijakan dan


peraturan yang mempengaruhi penggunaan, difusi, implementasi dan pelembagaan.
Masalah lain yang berhubungan dengan kawasan ini ialah bagaimana gerakan
restruktursasi sekolah dapat mempengaruhi penggunaan sumber pembelajaran.
28

4. Kawasan Pengelolaan
Konsep

pengelolaan

merupakan

bagian

integral

dalam

bidang

Teknologi

Pembelajaran dan dari peran kebanyakan para teknologi pembelajaran.Seorang


teknolog

pembelajaran

mungkin

terlibat

dalam

usaha

pengelolaan

projek

pengembangan pembelajaran atau pengelolaan pusat media sekolah.Tujuan yang


sesungguhnya dari pengelolaan kasus demi kasus dapat sangat bervariasi, namun
keterampilan pengelolaan yang mendasarinya relative tetap sama apapun kasusnya.
Kawasan pengelolaan semula berasal dari administrasi pusat media, program media
dan pelayanan media.Dengan semakin rumitnya praktek pengelolaan dalam bidang
ini teori pengelolaan umum mulai diterapkan dan diadaptasi.Teori pengelolaan projek
digunakan khususnya dalam proyek desain pembelajaran, karena semakin diperlukan
dalam praktek pengelolaan.
Pengelolaan meliputi pengendalian Teknologi Pembelajaran melalui perencanaan,
pengorganisasian,

pengkoordinasian

dan

supervise.

Pengelolaan

biasanya

merupakan hasil dari penerapan dari suatu system nilai. Secara singkat ada empat
kategori dalam kawasan pengelolaan, yaitu :

Pengelolaan Proyek meliputi perencanaan, monitoring dan pengendalian


proyek desain, dan pengembangan.

Pengelolaan

Sumber

mencakup

perencanaan,

pemantauan,

dan

pengendalian system pendukung dan pelayanan sumber.

Pengelolaan Sistem Penyampaian meliputi perencanaan, pemantauan,


pengendalian

cara

bagaimana

distribusi

bahan

pembelajaran

diornganisasikan Hal tersebut merupakan gabungan medium dan cara


penggunaan yang dipakai dalam menyajikan informasi pemelajaran kepada
pebelajar (Elligton dan Harris, 1986:47).

Pengelolaan Informasi meliputi perencanaan, pemantauan dan pengendalian


cara penyimpanan, pengiriman/pemindahan atau pemrosesan informasi
dalam rangka tersedianya sumber untuk kegiatan belajar.

Kecenderungan dan Permasalahan


Kecenderungan terhadap peningkatan dan pengelolaan kualitas dari dunia industri
nampaknya akan menyebar ke dunia pendidikan. Jika demikian hal tersebut akan
membawa dampak pada kawasan pengelolaan. Mengurangi hal ini akan menjadi
29

tantangan bagi para pengelola untuk

menggunakan sumber-sumber yang ada

sekarang secara lebih baik.

5. Kawasan Penilaian
Penilaian dalam pengertian paling luas adalah aktivitas manusia sehari-hari.Dalam
kehidupan sehari-hari kita selalu menakar nilai aktivitas atau kejadian berdasarkan
kepada system penilaian tertentu.Pengembangan program pendidikan formal, banyak
diantaranya yang didanai oleh pemerintah federal, menuntut perlunya program
penilaian yang bersifat formal pula.
Dengan perhatian yang lebih terarah pada penilaian formal menjadi jelas bahwa
penilaian harus membandingkan hasil dengan tujuan. Jadi lingkup penilaian
mencakup penelusuran kebutuhan(need assessment). Kawasan penilaian tumbuh
bersamaan dengan berkembangnya bidang penelitian dan metodologi.Keduanya
sering berjalan seiring atau bersamaan.Tujuan dari kawasan penilaian sendiri yaitu
membantu pengambilan keputusan yang tepat bukannya untuk menguji hipotesa.
Dalam kawasan penilaian dibedakan pengertian antara penilaian program penilaian
projek dan penilaian produk.
Dalam kawasan penilaian terdapat empat subkawasan,yaitu :

Analisis Masalah

Mencakup

cara

penentuan

sifat

dan

parameter

masalah

dengan

menggunakan strategi pengumpulan informasi dan pengambilan keputusan.

Pengukuran Acuan-Patokan (PAP) meliputi teknik-teknik untuk menentukan


kemampuan pebelajar untuk menguasai materi yang telah ditentukan
sebelumnya.

Penilaian

Formatif

dan

Sumatif.Penilaian

formatif

berkaitan

dengan

pengumpulan informasi tetntang kecukupan dan penggunaan informasi ini


sebagai dasar pengembangan selanjutnya.Sedangkan penilaian sumatif
berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang kecukupan untuk
pengambilan keputusan dalam pemanfaatan.

Kecenderungan dan Permasalahan


Penilaian kebutuhan dan jenis Front-end analysis yang lain semula berorientasi
terutama pada perilaku dengan menitikberatkan pada data kinerja dan penjabaran
materi/isi jadi bagian-bagian yang lebih kecil. Akan tetapi penekanan pada pengaruh
30

konteks belajar yang sekarang memberi orientasi kognitif kadang-kadang orientasi


kontruktivis pada proses penilaian kebutuhan.
Bidang-bidang lain yang penting untuk diperhatikan ialah pengukuran untuk tujuan
kognitif tingkatan tinggi, tujuan avektif dan tujuan psikomotor. Penelitian tentang
pengukuran acuan-patokan yang berasaskan komputer akan merangsang kawasan
ini.
Tessmer (1993) mengusulkan suatu model penilaian formatif yang mengakomodasi
suatu pendekatan Kebutuhan yang berlapis.Pendekatan ini memperhatikan sumber
dan hambatan setiap projek dan berusaha menghindari perencanaan lapisan-lapisan
penilaian formatif yang berlajur-lajur dengan tidak dapat diselesaikan dalam sebuah
projek.

31

Anda mungkin juga menyukai