Anda di halaman 1dari 68

PROF DR. H.M.

ATHOULLAH AHMAD, MA
ANTARA ILMU AKHLAK DAN TASAWUF
KATA PENGATAR

! "# $ %
Al-hamdulillah dan tasyakur yang mendalam berkat tauIiq dan inayah Allah swt.
penulis dapat menerbitkan buku yang sederhana ini. Bagi penulis buku ini mempunyai
arti yang sangat mendalam, yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, namun dapat
dirasakan dalam lubuk hati sanubari.
Buku yang ada di tangan pembaca ini semula berupa diktat mata kuliah 'Ilmu
Akhlak dan TasawuI di lingkungan Fakultas Syari`ah IAIN Sunan Gunung Djati
Serang, namun karena berbagai pertimbangan akhirnya diktat tersebut dapat dicetak
sebagaimana adanya sekarang ini.
Isi buku ini disusun dalam dua bagian, yakni bagian I Ilmu Akhlak dan bagian II
Ilmu TasawuI. Bagian pertama, penulis banyak penyunting dari skripsi yang telah ditulis
yakni: 'Tinjauan Al-Ghazali tentang Filsafat Akhlak disamping literatur yang lain.
Sedangkan isinya meliputi tentang pengertian Ilmu Akhlak yang berkaitan dengan
deIenisi, hubungan ilmu Akhlak dengan ilmu lainnya serta pengaruh Akhlak dalam
kehidupan manusia. Begitu pula tentang ruang lingkup pembinaan Ilmu Akhlak dan
kedudukan Akhlak dalam Syariat Islam, sejarah pertumbuhan dan perkembangna serta
pembahasan yang berkaitan dengan teori dan materi Akhlak.
Bagian kedua, membicarakan tentang pengertian Ilmu TasawuI, ruang lingkup
pembahasan, dasar-dasar Ilmu TasawuI, serta ajaran-ajaran TasawuI, sejarah
pertumbuhan dan perkembangan, bagaimana pandangan Islam terhadap TasawuI serta
sekelumit tentang tokoh-tokoh dan aliran-aliran TasawuI.
Pada hakekatnya obyek material dari kedua Ilmu tersebut adalah satu yakni
tingkah laku manusia, namun dalam obyek Iormatnya berbeda; yakni
pertanggungjawaban Akhlak adalah kepada manusia dan Allah, sedangkan TasawuI
hanya kepada Allah. Disamping itu pula, kalau Akhlak mengenal baik dan buruk, maka
tasawuI hanya mengenal yang baik saja, sedangkan nisbatnya: barangsiapa yang
bertasawuI dia pasti berakhlak, namun tidak setiap berakhlak adalah bertasawuI.
Sudah tentu tulisan ini banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan tegur sapa dari para ahli, sehingga buku ini dapat memenuhi harapan kita
semua.
2
Meskipun tulisan ini sangat sederhana, namun kiranya dapat menambah hazanah
ilmiyah di lingkungan IAIN atau Perguruan Tinggi khususnya dan dunia pengetahuan
pada umumya.
Penulis sangat berhutang budi pada ProI. Dr. Rahmat Djatnika (Rektor IAIN
Sunan Gunung Djati Bandung dahulu, kini UIN ) yang telah banyak memberikan
dorongan dalam rangka terwujudnya buku ini, begitu pula ProI. H.A. Whab AIiI, MA.
(Rektor IAIB) yang telah membimbing penulis dari A sampai Z-nya, tak lupa pula
kepada Dr. Baihaqi AK, yang memberikan tantangan yang dapat menghantarkan buku
ini; dalam benak penulis tak ketinggalan menyampaikan terima kasih kepada
Salimuddin AR,MA. Yang penuh ketelitian mengoreksi dan menambah serta
mengurangi apa yang dianggap perlu, begitu pula semua pihak dan rekan-rekan dalam
lingkungan IAIN..
Kiranya omong kosong apabila unsur percetakan tak membantu baik moril
maupun materil akan terwujud buku ini, oleh karenanya kami sampaikan terima kasih
kepada penerbit yang telah mengantarkan buku ini ke tangan para pembaca,
Atas segala kemurahan dan kebaikan pada pembimbing, sponsor dan pendukung,
saya sampaikan terima kasih, semoga Allah melipat gandakan amal baik kita.
&'() *+ ,-'.
/0 1 2& 1 1 */
3
Serang, Januari 2011
Penulis
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................
KATA SAMBUTAN..........................................................................................................
DAFTAR ISI
BAGIAN PERTAMA: ILMU AKHLAK...........................................................................
I. Pengertian Ilmu Akhlak....................................................................................
1. DeIinisi Ilmu Akhlak..................................................................................
2. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu lainnya.............................................
II. Ruang lingkup pembicaraan Ilmu Akhlak........................................................
III. Kedudukan Akhlak dalam Syari`at Islam.........................................................
1. Obyek Pembicaraan....................................................................................
2. Pencipta Akhlak..........................................................................................
3. Asas Tasyri`
4. Pendorong Amal.........................................................................................
IV. Sejarah Pertumbuhan Ilmu Akhlak...................................................................
V. Teori dan Meteri Ilmu Akhlak
A. Aliran Ilmu Akhlak dalam Ukuran Baik dan Buruk...................................
B. Materi Akhlak.............................................................................................
BAGIAN KEDUA: ILMU TASAWUF.............................................................................
I. Pengertian Ilmu TasawuI..................................................................................
II. Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu TasawuI.....................................................
III. Dasar-Dasar Ilmu TasawuI...............................................................................
IV. Ajaran-ajaran Ahli TasawuI..............................................................................
1. Dzikir
2. Antara Cemas dan Harapan........................................................................
3. Tawakal
4. Syukur
5. Shabar
6. Menuruti Hukum Syara`.............................................................................
7. Tegas dan Lemah-lembut............................................................................
8. Taubat dan IstighIar....................................................................................
V. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan TasawuI..........................................
VI. TasawuI Menurut Pandangan Islam..................................................................
VII. Tokoh dan Aliran TasawuI...............................................................................
VIII. Ma`riIat.............................................................................................................
IX. Fana dan Baqa...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
4
BAGIAN PERTAMA
ILMU AKHLAK
5
BAB I
PENGERTIAN ILMU AKHLAK
1. Defenisi Ilmu A!l"
Ilmu Akhlak disebut juga IilsaIat Akhlak atau IilsaIat Moral. Dalam kata lain kita
kenal pula dengan istilah Ethika (Ethics). Ilmu ini adalah cabang dari IilsaIat. Kita
mengenal bahwa pembahasan IilsaIat adalah segala yang wujud, yakni mengetahui
semua hakekat yang ada. Di segi lain IilsaIat membahas pula tentang onthologi, yakni,
membicarakan tentang wujud alam semesta ini beserta illatnya. Yang lain kita kenal pula
Episthemologi yang membahas tentang akal, rahasia, hakekat dan kemampuannya; dan
yang terakhir adalah Aksiologi, yaitu yang membahas tentang hakekat kebaikan da
keburukan serta keindahan.
Ilmu Akhlak ini salah satu bagian dari pembahasan aksiologi, yakni menyelidiki
tentang kriteria dan nilai baik dan buruk. Kalau IilsaIat membicarakan tentang segala
wujud, dan ilmu lain membicarakan alam makro, maka ilmu akhlak adalah sebahagian
daripada itu dan ia membahas alam mikro, yakni alam manusia yang merupakan
sebahagian dari alam semesta ini.
Dalam mendeIenisikan ilmu akhlak ini amatlah sukar, karena setiap penulis
berbeda dalam menIormulasikannya, namun demikian pada prinsip dan esensinya tidak
berbeda, sehingga kita bisa megngambil persamaan dan memisahkan perbedaannya
dalam mengambil konklusi yang konkrit.
Di bawah ini penulis kemukakan beberapa contoh deIenisi sebagai berikut:
a. Encyclopedia Britanica menyebutkan : Ethics is systematic study of the ultimate
problem of human conduct (From Greek, character or custom also called !oral
"hilosopy (From #atin, mores, custom$. Artinya: 'Etika adalah study yang
sistematis tentang masalah tujuan akhir daripada tingkah laku manusia, ilmu ini juga
disebut FilsaIat Moral.
1
b. DeIenisi yang mirip di atas telah diberikan oleh : William Lillei dengan
ungkapannya sebagai berikut: '%e may define ethics as the normati&e science of the
conduct of human being in societis ' a science (hich judges this conduct to be
(right or (rong, to be good or bad, or in some similar (ay$. Artinya: 'Kami dapat
mendeIenisikan, ethika (adalah) sebagai ilmu yang normatiI dari perbuatan wujud
manusia yang hidup dalam masyarakat suatu ilmu yang menetapkan perbuatan itu
benar atau salah, baik atau buruk, atau yang semacamnya.
2
c. TSG. Mulia dan KHA Hidding memberikan ulasan tentang Ethika ini bahwa:
'Ethika adalah ilmu tentang kesusilaan, ilmu inilah yang menentukan bagaimana
patutnya manusia hidup dalam masyarakat, apa yang baik dan apa yang durhaka)
1
Encyclopedia Britanica, Vol. 8, p, 757
2
As Interductions to Ethica p. 1.
6
*capan-ucapannya senantiasa berdasarkan hasil pemeriksaan tentang perikeadaan
hidup dalam arti kata seluas-luasnya$.
3
d. Dr. Ahmad Amin memberikan deIinisi setelah menggambarkan bermacam-macam
tingkah-laku manusia sebagai berikut:
...
4
5 26 &
7
8 5 9 5 :7
5

4
;
7

4
< =
>

5
+4 ?
5

5
@
7
A
5

4
< C
7
D
6

5
;
7
/
5

5
*
<

4
E5
4
*
6
FG
5

5
;
7

5
H <
5
/
4
;
5
I
4
J
5
I
5

4
K
7
;
5

<

5
5 L7
5

7
M
<
/
G

4
@
7
N
7

5
N
O

5
P
7
*
6
F5 ;
7

5
L5 ;
5
H 5
4
Q <
G
H <
5
/
4
;
5
I
4
J
5
9 5
5

<
R4 ;
5
M
7
/
G
A
<

4
@
<
<
5
4 J
5
*
7

4
/ <;
7

5
25
4

<

G
2
>

5
<
5
H <
5
/
4
;
5
.
Artinya:
+))),ari semua ini diselidiki ilmu akhlak, yaitu ilmu yang menerangkan arti baik
dan buruk, menjelaskan apa yang sepantasnya dilakukan oleh seseorang kepada
orang lain dalam pergaulan, menyatakan tujuan yang harus dicapai oleh
manhusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan
apa yang sepantasnya diperbuat$)
-
e. Lain halnya Imam Al-Ghazali dalam membentangkan ta`riI yang berhubungan
dengan akhlak ini, yaitu:
S
7

7
E7
4
A
5
B
5

5
<
4
5 L
>
T
5

4
9 5 A
<
U
<
V4 /
G
L
<
E5
<
*
G
@
5
/
4
5
7

<

4
!
7
5
5
A
4
?
5

4
L
>

4
@
7

<
*
>

4
;
7

4
5 *
<

4
W
5
L
>
(
5
0
5

5
X
<
*
>
K
4
A
<
YL
>
;
G

<

5
Artinya:
+khuluk (akhlak adalah suatu ibarat dari dorongan ji(a yang secara otomatis,
menimbulkan perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa membutuhkan
pikiran dan usaha$)
.
Dengan pengertian tersebut tersimpullah 4 perkara:
1. Perbuatan baik dan buruk
2. Kehendak
3. Pengetahuan
4. Dorongan jiwa yang dengannya condong kepada salah satu dari dua perkara, yakni
baik dan buruk, dan mudahlah jiwa untuk melakukan yang baik atau yang buruk.
Dari berbagai deIenisi di atas dapat kita simpulkan bahwa yang dibahas dalam Ilmu
Akhlak meliputi Iaktor-Iaktor:
1. Pengertian baik dan buruk
2. Apa yang harus kita lakukan untuk diri kita dan orang lain
3. Tujuan apa yang harus dicapai dalam perbuatan tersebut
3
Encyclopedia Indonesia, W. Van Ooven, bandung, 1953, hal. 474.
4
Ahmad Amin, Kitab Al-Akhlak, hal) /
5
Al-Ghazali, Ihya, juz. III, hal. 54.
7
4. Bagaimana cara melakukan pekerjaan tersebut.
Dengan Iaktor-Iaktor ini kita bisa merangkaikan deIenisi Ilmu Akhlak sebagai
berikut: Ilmu Akhlak adalah ilmu yang membahas tentang tingkah laku manusia
ditinjau dari segi baik dan buruknya, apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara
melakukan sesuatu untuk diri sendiri dan orang lain dalam mencapai tujuan.
#. Hu$un%"n Ilmu A!l" &en%"n Ilmu l"inn'"
Para ahli menyatakan bahwa pada mulanya IilsaIat adalah merupakan induk
ilmu, dan segala ilmu berasal dari IilsaIat, tetapi lama kelamaan ilmu-ilmu itu berdiri
sendiri dan melepaskan diri dari induknya, namun masih ada kaitan satu sama lain.
Begitu pula ilmu Akhlak yang terlepas dari induknya mempunyai hubungan dengan ilmu
yang lain,diantaranya:
a. Ilmu Hayat (Biologi)
Ilmu ini membicarakan tentang keturunan (generasi) dan warisan insting dan akhlak.
Hal ini berhubungan erat dengan pokok-pokok kejadian manusia, yaitu masalah
kesediaan manusia menerima warisan dari ayah dan kemudian membicarakan pula
Iaktor-Iaktor apa yang membedakan dari warisan-warisan tersebut (pengaruh dari
luar).
b. Ilmu Hewan (Zoologi)
Ilmu ini juga ada hubungan dengan masalah kemanusiaan, karena membahas tentang
siIat-siIat yang mulia dari manusia, apa-apa yang merupakan siIat Iitriyah dari
manusia itu sendiri, dan dengan ini pula tentu diketahui pula perbedaan yang hakiki
antara manusia dengan hewan dalam pertumbuhan akhlak yang dapat diusahakan
dan akhlak yang bersiIat naluri, yang dibawa semenjak lahir.
c. Ilmu Bangsa-Bangsa (Ethnologi)
Ilmu ini menyelidiki pokok-pokok akhlak pada seluruh manusia, seluruh keturunan
bangsa, kemudian dibedakan jenis satu dengan yang lainnya, lantas dari tiap-tiap
bangsa menentukan ukuran baik dan buruk masing-masing yang sudah barang tentu
terdapat perbedaan satu sama lain, karena dipengaruhi oleh lingkungan masing-
masing, baik itu iklim, tempat atau pengaruh latar belakang sejarah bangsa-bangsa
tersebut.
d. Antropologi
Ilmi ini menerangkan tentang siIat-siIat manusi, adat istiadat, kebiasaan dari bangsa-
bangsa, asal mulanya, hingga adat pemimpin dan rakyatnya, serta hal-hal yang
membedakan satu sama lain dari segi iklim, susunan masyarakat dan peninggalan-
peninggalannya. Semua ini merupakan sumber kaidah-kaidah akhlak.
e. Ilmu Jiwa (Psychologi)
Para ahli ini menganggap bahwa ia berada sepenuhnya di atas dasar akhlak, mereka
mengembalikan soal akhlak kepada percampuran insting yang berupa kekuasaan dari
kebapaan. Sebahagian mereka mengembalikan tabiat kejiwaan kepada spirit
(rohaniyah) kelompok dan tabiat suka mempertahankan jenis, dan
menginterpretasikan setiap keutamaan dalam individu dan mengalahkan
kemaslahatan umum.
8
I. Sosiologi, Politik dan Ekonomi
Ilmu-ilmu ini semua tak bisa dipisahkan satu sama lain dalam kehidupan manusia
atau tingkah laku seseorang. Manusia hidup dalam lingkungan sosial atau
kemasyarakatan, pengaruh mempengaruhi, orang mempunyai kemerdekaan,
mempunyai hak milik yang harus diurus dan sebagainya. Pembahasan dari ilmu-ilmu
ini ada yang mengembalikan bahwa perbuatan baik dan buruk itu ditinjau dari segi
adaptasi dalam masyarakat, ada pula yang mengembalikan baik dan buruk ditinjau
dari segi mendapatkan posisi dan kedudukan atau tidak, bahkan ada pula yang
mengembalikan kepada Iaktor ekonomi dan produksi, apakah itu individu atau
kelompok.
3. Pengaruh Akhlak dalam Kehidupan
Setiap tingkah laku dan kehidupan manusia tak terlepas dari norma-norma akhlak,
baik itu yang menyangkut manusia secara individu ataupun sebagai anggota masyarakat
dan bahkan sebagai penduduk dalam suatu negara
Akhlak dan Individu
Hakekat jiwa individu itu merupakan cermin dari sekompok manusia, apabila
individu-individunya baik dalam suatu masyarakat, maka otomatis masyarakat itu juga
baik, tetapi apabila individu-individunya buruk, maka buruk pulalah masyarakat
tersebut, sebab manusia di dalam masyarakat itu akan saling mempengaruhi dalam
interaksi kehidupan satu sama lain.
Kalau kita membicarakan individu yang berhubungan dengan persoalah akhlak,
maka kita harus melihat kepada sentral Iigur bagi akhlak manusia yang sempurna, yaitu
Nabi kita Muhammad saw. Beliau adalah hamba pilihan, sebagai Uswatun Hasanah, satu
satunya manusia dalam sejarah yang berhasil menciptakan budi pekerti yang luhur,
sejati, dan mulia.
Ketika Ummul-Mu`minin Sayyidah Aisyah ditanya tentang bagaimana Akhlak
Rasulullah saw.? Beliau menjawab bahwa Akhlak Rasulullah mendapat pujian dari
Allah swt. Seperti dalam Iirman-Nya dalam surat Al-Qalam ayat: 4.
Z
5
1
G
X
<

5
S
>

O
+7
>

4
[
<
5 R) \ (
Artinya:
+0esungguhnya engkau (!uhammad adalah orang yang berakhlak tinggi$)
Memang begitulah kehendak Allah swt. Yang telah menciptakan dengan
kekuasaan-Nya. Hal ini sesuai pula dengan apa yang disabdakan oleh Rasulullah sendiri:

5
1
G
X
<
]^ 4 <
7

6
!
5
?
7
<
5

<
K
5

5
_
<

5
+4 ?
5

4
Artinya:
+Tidak lain aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia$)
9
Jadi apabila individu itu ingin berakhlak sempurna, maka tak ada teladan lain kecuali
Nabi Muhammad saw. dan kalau ingin menciptakan masyarakat yang baik, maka teladan
satu-satunya adalah masyarakat Rasulullah saw.
Akhlak dan Masyarakat
Bilamana melangkah kepada lingkungan suatu kelompok manusia maka yang
menjadi ukuran baik dan buruk itu bukan hanya anggota masyarakat itu sendiri, namun
kelompok itu menjadi sorotan karena individu, keluarga itu menjadi latar belakang
perseorangan, keterlibatan seseorang dalam kelompok adalah merupakan hal yang lazim.
Karena itu, satu sama lain kait berkait, saling berhubungan dengan berjalin berkelindan.
Suatu contoh, bahwa di suatu tempat terdapat seorang pemimpin yang jujur, baik
dan terpuji, maka penduduk kampung itu mesti terbawa baik karena kepemimpinan
seseorang tersebut. Begitupula bilamana suatu kampung terkenal kejahatannya maka
penduduk kampung tersebut akan tersiram oleh bau busuknya si penjahat tersebut.
Di suatu lorong umpamanya tinggal seorang WTS (wanita tuna susila), meskipun
ada wanita-wanita yang shaleh tinggal di lorong tersebut, namun wanita yang ada di
sekelilingnya akan diragukan keshalehannya. Sebaliknya, bilamana di suatu lorong
kampung itu terkenal kebaikannya, maka terbawa harumlah penduduknya.
Akhlak dan Negara (Bangsa)
Akhlah adalah sesuatu yang praktis yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tenggelam dan munculnya suatu bangsa tergantung kepada akhlaknya. Hal ini tepatlah
apa yang dikatakan oleh pujangga kenamaan Syauqi Bik yang berbunyi :

5
1
G
X
<

5
?
7

4
_
<

5
+4 ?
5

5
]
4

5
R
<

5
I
4
X
<

5
`
4

7
9 7 ]
4

5
9 5 a 5
4
@
7
=
7

5
+4 J
5

7
9 5 a 5
Artinya:
+0esungguhnya kejayaan suatu bangsa itu akan tetap hanya apabila mereka
berakhlak, namun apabila akhlak mereka hilang maka hilang pula kejayaan
mereka$)
Pada masa kejayaan bangsa Yunani kuno terkenal seorang IilosoI yang bernama
Socrates, ahli pikir bebas, dialah yang berjasa dalam membina akhlak bangsanya.
Setelah dikacaukan prinsip-prinsipnya oleh kaum ShoIis. Kaum ShoIis mengungkapkan
dan mengajarkan konsep kebenaran yakni apa yang dianggap baik hari ini boleh jadi
dianggap buruk pada esok harinya, apa yang benar sekarang beluim tentu menjadi
kebenaran di hari esok, alhasil segala kebaikan dan kebenaran yang telah ada dikacaukan
oleh manusia juga.
10
Socrates berusaha menegakkan kembali sendi-sendi akhlak yang telah dikacau-
balau itu, ia berusaha meyakinkan manusia bahwa kebenaran tidak akan muncul selagi
kebathilan itu belum dapat disingkirkan.
Kejayaan suatu bangsa tergantung kepada moralitas para penduduknya. Kejayaan
Yunani secara berangsur-berangsur mengalami pergeseran dan mengalami kesuraman,
angin pun bertiup melalui celah-celah daerah yang ada pionir-pionir yang karakternya
baik. Kebesaran Yunani pun menurun dan akhirnya tenggelam bersama-sama
kehancuran moralis-moralis bangsa itu sendiri.
Keagungan yang telah dicapai oleh Yunani berpindah ke tangan Romawi, dengan
munculnya beberapa pionir antara lain Plotinus sebagai tokoh IilsaIat pada masa
tersebut.
Akhlak itu pada hakekatnya adalah pembentukan kebudayaan di dunia,
kebudayaan itu berpindah-pindah sesuai dengan pindah-pindahnya moralis-moralisnya.
Keunggulan Romawi yang dibina dalam beberapa abad itu lambat laun, sedikit
demi sedikit mengalami kemerosotan yang akhirnya lenyap sama sekali, tinggal hanya
goresan sejarah belaka. Di kala itu munculah Islam, sesuai dengan bermunculannya
kota-kota yang menjadi 1a2batul-Thullab (orientasi mahasiswa) di seluruh penjuru mata
angin, kota itu adalah Baghdad di timur dan Kordova di Barat. Dari dua kota inilah
terpancar sinar yang cemerlang memenuhi angkasa kebudayaan, dan pengaruhnya
sampai kini masih terasa.
Kejayaan inipun tidak dapat dipertahankan karena kebobrokan dan kecerobohan
akhlak ummat, raja-raja telah bertindak dengan tidak semestinya, dikanan kirinya telah
ditumpuk harta dan kekayaan sehingga lalai akan tugas, akhirnya bangsa-bangsa yang
berada di bawah pengaruh Islam dijajah oleh orang lain karena mereka telah kehilangan
spirit akhlak mulia yang didorong oleh aqidah ilahiyah.
Korupsi dalam suatu bangsa mengakibatkan kehancuran total dan kebinasaan
yang mengerikan, kini ummat tak berdaya. Kapan ummat akan tampil kembali dengan
kebersihannya? Kita telah merindukan kebangkitan dalam abad ini. Kita harus dapat
menjadikan hari esok lebih baik dari hari ini.
Matahari dunia Islam telah lama hilang ditelan zaman, sejarahlah yang akan
menjadi hakim, apa yang lalu hanya tinggal kenangan, hanya dengan akhlak yang
mulialah ummat akan mengalami kejayaan.
11
BAB II
RUANG LINGKUP
PEMBI(ARAAN ILMU AKHLAK
Sebagaimana dimaklumi bahwa ilmu akhlak adalah ilmu yang membicarakan
tentang perbuatan manusia ditinjau dari segi baik dan buruk; apa yang harus dilakukan
dan bagaimana cara untuk diri sendiri, dan orang lain, dalam mencapai tujuan; maka
sudah barang tentu ruang lingkup yang akan di bicarakan ilmu akhlak adalah sekitar
materi yang berhubungan dengan pengertian di atas.
Materi yang telah dibicarakan dalam pengertian tersebut meliputi segala tingkah
laku manusia sebagai makhluk Tuhan yang diberi akal dan perasaan dengan segala
kelengkapannya. Hal ini sudah barang tentu akan mengecualikan makhluk lain,
meskupun kadang-kadang ada makhluk yang erat hubungannya dengan manusia dalam
segi biologis dan kebutuhannya, seperti binatang. Walaupun ada kesamaan dalam segi
kebutuhan makan, namun manusia seutuhnya diberi kelengkapan akal dan perasaan.
Binatang bertingkah karena didorong oleh naluri (insting) semata, sedangkan manusia
bukan hanya menggunakan naluri, tapi juga akal dan perasaannya.
Manusia yang bertingkah laku ini tidak semua perbuatannya di katagorikan ke
dalam ruang lingkup akhlak karena banyak tingkah yang tidak disengaja atau diluar
kemampuannya, sedangkan tingkah laku yang dimaksud dalam lapangan ini adalah
tingkah laku yang diperbuat dengan kesadaran dan dipertanggungjawabkan oleh si
petingkah karena perbuatan itu dilakukan dengan sengaja.
Perbuatan dan tingkah laku yang menjdi sasaran ilmu akhlak ini adalah sekitar
perbuatan yang ada dalam arena baik dan buruk sedangkan benar dan salah adalah
lapangan logika (ilmu manthiq).
Akhlak yang membicarakan tentang tingkah laku baik dan buruk tidak berkuasa
untuk memaksa manusia dalam menjalankan pekerjaan, namun ia hanya sekedar ibarat
seroang guru yang memberikan petunjuk akan apa yang harus dilakukan oleh seorang
murid, sedangkan dituruti atau tidak adalah terserah pada murid itu sendiri. Atau
barangkali seperti seorang dokter yang memberikan petunjuk kesehatan, ia memberikan
resep kepada seorang pasien, terserah apakah si pasien akan membeli obat dari apotik
atau tidak, dan manakala si pasien telah membeli obat itupun sepenuhnya masih
tergantung kepada kesadaran si pasien itu sendiri untuk memakan obat atau tidak, sudah
barang tentu resiko harus ditanggung sendiri.
Selanjutnya yang menjadi obyek ilmu akhlak adalah hal yang berkaitan dengan
sosial di mana kita ketahui bahwa manusia tidak mungkin akan hidup sendirian tanpa
masyarakat di mana manusia hidup di tengah-tengahnya. Interaksi manusia di dalam
lingkungan tentu saja ada norma sosial yang mereka harus kenal dan ketahui dan
manusia itu berurusan dengan kaidah-kaidah umum yang berlaku, yang mengatur
kepentingan hidup sesama manusia dan manusia dengan lingkungannya.
12
Setiap manusia hidup pastinya mempunyai tujuan yang jelas, dan tujuan itu pasti
dilakukan dengan segala upaya tingkah lakunya. Dalam pencapaian tujuan itu ada yang
merasa puas dengan mendapatkan hanya lahiriyah atau juga ada yang sampai kepada
batiniyah, ada yang meninjau dari segi kemanIaatan dari perbuatan manusia, sehingga
kalau perbuatan itu tidak ada manIaatnya dianggap sia-sia belaka. Ada pula yang ukuran
tujuan berhasil atau tidak ditinjau dari segi agama; manakala seseorang telah
mengembalikan sesuatu kepada agama, maka ia mendapatkan nilai yang tertinggi dalam
tujuan hidup ini. Juga dibicarakan hal-hal yang berkaitan dengan segi-segi kehidupan
manusia dalam berbagai segi kehidupan.
13
BAB III
KEDUDUKAN AKHLAK
DALAM S)RIA*T ISLAM
Dalam Al-Qur`an kata khulu3 (=) terdapat:
1. Dalam surat Al-Qalam ayat 4:
Z
5
1
G
X
<

5
S
>

O
+7
4
[
<
5 ) R % b ,
Artinya:
+0esungguhnya engkau telah benar-benar berbudi pekerti yang agung$)
2. Dalam surat Asy-Syua`ara ayat 137:
IXc 89 #X S+ ? -*F) c % def ,
Artinya:
+(Agama kami ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang yang terdahulu$)
Ayat yang pertama merupakan ungkapan dalam bentuk pujian, sedangkan yang
kedua mengungkapkan siIat yang terdapat pada orang-orang yang terdahulu. Ungkapan
pertama tadi merupakan barometer terhadap sesuatu yang seyogyanya akan dilakukan
sedangkan yang kedua memberikan siIat yang telah ada.
Sesuatu yang harus dilakukan, telah disampaikan oleh Allah swt. Bukan
perbuatan manusia, ia diturunkan oleh Malaikat Jibril ke dalam lubuk hati Nabi
Muhammad saw. di dalamnya memerintahkan agar dia sebagai petunjuk jalan yang
diikuti:
a 5g
<
A
5
"
7
1
5
J
4
*
5
=
5

<
!
G
A
5

7
1
5

5
*
4
=
7
LR) dh ,
Artinya:
+apabila kami telah selesai membacanya, maka ikutilah bacaannya itu$)
Menurut Ibnu Abbas r.a.
14
a 5X
<
c "
7
/
5

5
(
5
"
7
/
5
Q
4

5
i 4J
5

5
A
<
j
5

<

7
;
5
24
5
4 A
5

<

<
I
5
K
5
A
5
j
7

7
k
6

<
/
G

G

7

<

5
5
5

5
A
<
"
<
8
<
9 5
5
1
4

*
O

<
V4 !
5
H O
4
<
5
I
<
*
4
R7
4
< c
<
;
4
*
<
K
5

4
Artinya:
+Apabila kami telah kumpulkan dan kami tetapkan (Al-4ur2an di dalam
hatimu, hai !uhammad, maka kerjakanlah dengannya) 5leh karenanya maka
tingkah laku 6abi di dunia ini adalah merupakan tafsir yang jelas bagi Al-
4ur2anul 1arim$)
Alangkah mudahnya manusia menaIsirkan Al-Qur`an dengan lisan mereka,
namun betapa sulitnya menaIsirkan kitab Allah dengan tingkah laku dan perbuatan
dhahiriah.
Ketika Sayyidah Aisyah ditanya tentang bagaimana akhlak Rasulullah saw. Aisyah
menjawab:
I
5
&
5
c
7
R7
7
+7 I*
4
R7
4
"
Artinya:
+Akhlak 7asulullah adalah Al-4ur2an$)
Kalau begitu akhlak adalah amal yang dilakukan, bukan hanya ucapan yang
dikatakan, pendorong amal adalah hati sedangkan tempat ucapan adalah lisan. Al-
Qur`an menyatakan:


3'0? , %
dm ,
Artinya:
+0esungguhnya telah ada pada (diri 7asulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu, (yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat Allah dan (kedatangan
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah$)
Oleh karenanya Nabi Muhammad saw. adalah panutan dan contoh kita dalam
hidup di dunia ini.
Apabila akhlak itu sudah menjadi suatu amal perbuatan insani yang
diekspresikan dalam kehidupan perilaku sedangkan kitab Allah sebagai landasan dan
pedomannya, maka mudah bagi kita untuk menegakkan eksistensi ummat, sehingga
ummat itu sendiri menjadi sumber yang tak pernah kering, seperti di negeri-negeri yang
pernah mengeyam kejayaan Islam antara lain: Kairo, Damaskus, Baghdad, Kordova,
Kairawan dan lain-lainya.
15
Namun manakala akhlak itu hanya diucapkan dengan lisan, ucapan yang bukan
tumbuh dari hati, maka dengan mudah dapat diporak-porandakan oleh musuh yang
selalu berusaha menyesatkan dengan segala tipudayanya. Dalam hal ini tidak ada jalan
keluar lagi kecuali bagi kita harus dapat merubah diri kita sendiri, sebagaimana telah
diIirmankan oleh Allah swt. :


( ~=' : 11 (
Artinya :
+0esungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri)$
Jika kita mendiamkan akan apa yang telah kita saksikan atas adanya
penyelewengan dan perselisihan, persis apa yang telah di katakan oleh orang-orang
terdahulu sebagaimana yang telah di abadikan dalam Al-Qur`an :

:-=') 22 (
Artinya :
+0esungguhnya kami telah mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama
dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan
(mengikuti jejak mereka)$
Hal ini merupakan akhlak yang tercela sebagaimana keadaan orang terdahulu yang telah
diperingatkan oleh Al-Qur`an:
) %-*F def ,
Artinya:
+Tak ada lain, ini hanyalah akhlak orang-orang yang terdahulu)$
Kisah lengkapnya adalah :
- `-- `"-
-" _- `` -- `
-` -`- _` _ `
""-- - `"_`-
-_" ' -- _-- __
--`" `_-_"n
-``- _--'
`___" -- --
` `_
_` _ `""-- _`- `_
- _ `_"` -
--_"-- `- -__-
"""- ^-- `- `_
-" -` -" _
16
_" '"-- -- ` '`
'" `" -_ __
`"_ `_- - `'_-
`__"` _
``"-`_- _ - _-
--_ - "-
` %-*F) dme o dep ,
Artinya:
+1aum 8Aad telah mendustakan para 7asul, ketika saudara mereka 9ud
berkata kepada mereka: +!engapa kamu tidak bertak(a; 0esungguhnya aku
adalah seorang 7asul kepercayaan (yang diutus kepadamu, maka
bertak(alah kamu kepada Allah dan taatlah kepadaku) ,an sekali-kali aku
tidak meminta upah kepadamu atas ajakan itu< upahku tidak lain hanyalah
dari Tuhan semesta alam) Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah
tinggi bangunan untuk bermain-main, dan kamu membuat benteng-benteng
dengan maksud supaya kamu kekal (di dunia ini< dan apabila kamu menyiksa,
maka kamu menyiksa sebagai orang-orang kejam dan bengis) !aka
bertak(alah kepada Allah dan taatlah kepadaku) ,an bertak(alah kepada
Allah yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui) ,ia
telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang ternak, dan anak-anak,
dan kebun-kebun dan mata air, sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa
azab hari yang besar)= !ereka menja(ab: =Adalah sama saja bagi kami,
apakah kamu memberi nasehat atau tidak memberi nasehat, (agama kami ini
tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu) dan kami sekali-kali tidak
akan diazab) !aka mereka mendustakan 9ud, lalu 1ami binasakan mereka)
0esungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan
Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak beriman)
Jelaslah bahwa kebinasaan mereka itu dikarenakan perbuatan kebobrokan dan
kesalahan mereka sendiri.
Atas dasar itu, tersimpul bahwa akhlak menurut Al-Qur`an (syari`at Islam)
adalah barometer bagi sesuatu yang seyogyanya dilakukan (diciptakan), bukan menuruti
apa yang telah ada, kecuali apabila terdapat interpretasi dari pokok-pokook akhlak dan
pedoman tingkah laku sebagai yang tercantum dalam Al-Qur`an.
Dalam tulisan ini kami ingin mencoba menguraikan agak luas, dan ditinjau dari
beberapa segi, antara lain:
1. O$'e +em$i,"-""n
2. Se%i +en,e-i."
3. Se%i +//0+// s'"-i*".
4. P"n&"n%"n .e-!"&"+ "m"l, l"n&"s"n &"n +em$"l"s"n
1. Obyek Pembicaraan
Adapun obyek pembicaraan dalam hal ini adalah bahwa peraturan-peraturan
akhlak dalam Al-Qur`an tidak melewatkan sesuatu sedikitpun apakah masalah yang
17
besar ataupun yang kecil dari kegiatan manusia di mana semuanya telah digariskan oleh
Al-Qur`an sebagai tuntunan tingkah laku manusia, baik yang bersiIat detail maupun
global.
Al-Qur`an telah mangatur hubungan manusia dengan Tuhannya, mengatur
hubungan manusia dengan dirinya dan mengatur hubungan mansuia dengan sesamanya.
Bahkan juga mengatur hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Hal ini dapat kita
ambil contoh :
a. ubungan manusia dengan !uhannya



q*?) % mrs ,
Artinya:
+,an sebutlah (nama Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan
rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di (aktu pagi dan petang,
dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai)$


'- `_
__" -- ' - __ -'_"
- __"` _
`_` -*t) fh ,
Artinya:
',irikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan
(dirikanlah pula shalat subuh) 0esungguhnya shalat subuh itu disaksikan
(oleh malaikat) ,an pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah
kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu< mudah-mudahan Tuhan-mu
mengangkat kamu ke tempat yang terpuji)$
b. ubungan manusia dengan dirinya

_
_ `_` - `_ -`-
'" '-_ -"-_-` -
18
" -`` ``"--
`-` - `-` " _
-`" ) q*? % mrr o mrm ,
Artinya:
+,an jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah kepada
Allah) 0esungguhnya orang-orang yang bertak(a bila mereka ditimpa (as-
(as dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka
melihat kesalahan-kesalahannya) ,an teman-teman mereka (orang-orang
kafir dan fasik membantu syaitan-syaitan dalam menyesatkan dan mereka
tidak henti-hentinya (menyesatkan)$
Akhlak yang mulia itu tidak akan tumbuh kecuali dalam hati yang bersih, di
mana Al-Qur`an menyatakan bahwa hati adalah sumber dari akhlak. Lebih dari seratus
ayat Al-Qur`an mengemukakan bahwa hati adalah lembaran-lembaran iman,
sebagaimana Iirman Allah:

) Lu. % me ,
Artinya:
+!eraka dalam hatinya tergores keimanan)$
Al-Qur`an menerangkan bahwa hidayah (petunjuk) merupakan petunjuk manusia ke
jalan yang benar dan baik, ini pun hanya terdapat dalam hati yang beriman kepada Allah
semata:
) HQ % dd ,
Artinya:
'>arangsiapa yang beriman kepada Allah, maka ,ia akan memberi petunjuk
kepada hatinya)$
Hati juga merupakan tambatan wahyu:
n
, ) -*F % dpe o dpb ,
Artinya:
+,ia diba(a turun oleh Ar-7uh al-Amin (?ibril, ke dalam hatimu
(!uhammad agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang
memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas)$
19
Al-Qur`an menunjukkan kepada kita bahwa hati yang bersih dari syirik, unek-unek,
hasad, palsu, dendam kesumat; hati yang selamat dari segala penyakit, merupakan jalur
pintas yang sampai kepada Allah:
n
) -*F % hh o hp ,
Artinya:
'"ada hari itu tak ada gunanya harta dan anak, kecuali orang yang datang
kepada Allah dengan hati yang bersih)$
Al-Qur`an menerangkan bahwa penyakit hati adalah dosa, sebagaimana Iirman Allah:
) VVv %
db ,
Artinya:
'0ekali-kali tidak (demikian, sebenarnya apa yang mereka selalu usahakan
itu menutupi hati mereka)$
Begitu pula hati merupakan tempat ketentraman :
) * % mh ,
Artinya:
+9anya dengan berdzikir kepada Allah hati akan tentram)$
Juga diterangkan bahwa persatuan itu akan terjalin dalam hati, bukan tersimpul dalam
ikatan Iisik:

) *F % db ,
Artinya:
'!ereka menyangka bersatu, padahal hati mereka bercerai berai)$
Al-Qur`an juga memperingatkan dengan keras tentang kemaksiatan dan dosa, sehingga
menusia terhindar dari penyakit hati, karena penyakit hati apabila disodori hujjah, diberi
keterangan berupa dalil dan penjelasan dengan bermacam-macam kenyataan, tidak akan
bertambah iman, hanya akan bertambah dosa dan kuIur kepada Tuhan:



_-- _ - ""_" `-_
20
`_ -- `"`
" `- `"- -"---
) LQ % dmb o dms ,
Artinya:
',an apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang
munafik ada yang berkata: =0iapakah di antara kamu yang bertambah
imannya dengan (turunnya surat ini;= Adapun orang-orang yang beriman,
maka surat ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira) ,an adapun
orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu
bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada dan
mereka mati dalam keadaan kafir)
Penyakit hati adalah menimbulkan buruk sangka sesama insani, bahkan sampai
kepada Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana yang disitir Allah dalam ayatnya:

) 3'0? %
dm ,
Artinya:
'1etika orang-orang munafik dan orang-orang yang berhati sakit
mengatakan: Allah dan 7asul-6ya tidak menjanjikan kepada kami melainkan
tipu daya)$
Al-Qur`an telah memberikan dorongan yang kuat terhadap hati, bahwa hatilah
yang sebenarnya menjadi sumber akhlak di mana Rasulullah saw. telah
menggambarkan:
J ` ' - ' _-'' _ - ' _ - - -' '+ -= ' _' - ' '- ' ' '+ - ' '+ '
'- ' ' - - ' '+ - ' _ ~ ' '+ ' _ = ' = '
Artinya:
+@ngatlah bah(a Allah, terletak dalam ketenanganku di atas bumi yakni hati,
dan yang paling disukai oleh-6ya adalah hati yang bersih, yang keras dan
yang lunak, yakni bersih dari dosa, keras dalam beragama, dan lunak kepada
ka(an)$
Di bawah ini kami tampilkan perbedaan antara akhlak yang bercorak agama
dengan akhlak yang bercorak IalsaIi:
Para pembahas akhlak dari Barat mengatakan bahwa akhlak yang bercorak
agama hanya membicarakan hubungan antara manusia dengan Tuhannya saja, selain
daripada itu tidak dibicarakan. Di sini terlihat bahwa para pembahas tersebut tidak
mengetahui atau pura-pura tidak tahu masalah muamalat manusia dalam pengertian yang
luas. Ketika akhlak IalsaIi berjalan menuju ke suatu arah, tiba-tiba berbalik ke jalan yang
21
lurus, karena ia digariskan untuk kepentingan manusia saja, selain itu tidak
membicarakan aturan yang bersiIat perasaan agama dan beribadat kepada Allah. Inilah
pendapat IilosoI akhlaki tentang agama.
Akhlak IalsaIi berdasarkan atas hak dan kewajiban, sehingga dapat dikatakan
setiap hak mempunyai kewajiban. Bagaimana kewajiban Allah kepada kita? Karena
tidak ada kewajiban Tuhan kepada kita, sudah barang tentu tidak ada hak bagi-Nya yang
kita terima. Di sini terdapat persimpangan jalan antara akhlak IalsaIi dengan akhlak
agamawi, dan ini pula yang tak dapat dimiliki oleh akhlak IalsaIi, apalagi dibandingkan
dengan akhlak Al-Qur`an.
Akhlak Al-Qur`an mengharuskan untuk membangkitkan manusia dalam segala
aspeknya, apakah itu yang berhubungan manusia dengan Maha Penciptanya atau yang
berhubungan antara manusia dengan dirinya, manusia dengan sesamanya baik itu secara
individu atau sosial, bahkan hubungan antara manusia dengan alam sekelilingnya.
Kaidah yang mereka pegang adalah nash Al-Qur`an sebab Al-Qur`an telah
menjelaskan dengan gamblang bahwa ada hak bagi makhluk terhadap khaliknya,
kewajiban atas dirinya sebagai keaIdhalan manakala manusia berIungsi sebagai hamba
Allah yang menyembahnya dan tidak mensyirikkan kepada sesuatu apa pun, yaitu
bahwa manusia akan dimasukkan ke dalam syurga, sebagaimana disebutkan dalam Al-
Qur`an:

) LQ % ddd ,
Artinya:
'0esungguhnya Allah telah membeli dari orang mukmin, ji(a dan hartanya
dengan disediakan syurga bagi mereka)$
Dan Allah menyatakan:
%I=*V) w ,
Artinya:
+(9al itu adalah janji dari Allah yang patut dimohonkan (kepada-6ya)$
Bisa jadi mereka mengatakan bahwa hak itu tidak bisa terpenuhi tanpa adanya
ikatan, di mana ikatan itu terdapat antara kita dengan Allh swt? Jangan lupa Iirman
Allah:


:-'=') (
Artinya:
22
+1etika Tuhanmu mengambil janji dari anak Adam, di mana mereka terdapat
di atas punggungnya, dan disaksikan atas diri mereka: >ukankah Aku ini
Tuhanmu; !ereka menja(ab: Aaa))))1au adalah Tuhan kami)$
Kita lanjutkan pembahasan ini dengan mengemukakan dua muara yang sama
yakni pembicaraan akhlak dan jiwa manusia, dan hulu yang berbeda antara akhlak dan
suluk agar mudah dalam pengertian.
Pertama, akhlak bukan merupakan siIat kejiwaaan dalam segala seginya, namun
hanya beberapa Iaktor yang berkaitan, bukan dari segi ilmu dan pengetahuan dan bukan
pula dari segi perasaan dan kelembutan, namun ia hanya dari segi kehendak yang
dilaksanakan dan hati yang tertuju; dengan kehendak yang dilaksanakan dan hati yang
tertuju itulah tersimpul kekayaan akhlak, dan dari hal ini ungkapan yang beredar,
keduanya sebagai sumber dan kunci dari ilmu akhlak.
Kedua, akhlak merupakan gambaran jiwa (batin), dan suluk adalah gambaran
lahir, dengan isitilah lain bahwa suluk adalah khusus yang berupa tingkah laku, bentuk
dan gambaran yang dapat dilihat, sedangkan akhlak merupakan kekuatan, dorongan dan
penemuan hati, oleh karenanya hubungan antara akhlak dan suluk adalah antara
petunjuk dan yang ditunjukkan ~' '~') )
Jadi tingkah laku (suluk) manusia yang lahir adalah gambran yang nyata dalam
hidup ini, tingkah laku memberikan Iikiran yang terang atas batin seseorang, namun
tidak semuanya demikian, karena kadang-kadang terhenti pada suatu peristiwa
disebabkan ada hal yang dapat kita kuasai dan kita kendalikan. Kadang-kadang juga
terdapat gambaran batin yang kuat kemudian kita alihkan kepada bentuk lahir yang lain.
Kita lihat ungkapan Al-Qur`an yang membicarakan tentang individu yang membawa ke
jalan yang baik untuk diri seseorang atau yang bersiIat sosial kemasyarakatan yang
menjadi petunjuk bagi suksesnya seseorang yang hidup dalam masyarakat, sampai
kepada tindakan kita terhadap binatang dan yang lainnya.
Kita ambil contoh tentang adab berbicara. Al-Qur`an dalam hal ini
memerintahkan agar penyampainnya melalui tutur kta yang lembut, halus dan bersih:

) --' :
104 (
Artinya:
'%ahai orang-orang yang berimanB ?anganlah kamu katakan (pada
!uhammad 7a2ina, tetapi katakanlah: +*ndhurna$) ,an $,engarlah$) ,an
bagi orang kafir sisksaan yang pedih)$
) '' : 53 (
Artinya:
',an katakanlah kepada hamba-hamba-1u: +9endaklah mereka
mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar)$
23




Artinya:
,an tidaklah sama kebaikan dan kejahatan) Tolaklah (kejahatan itu dengan
cara yang lebih baik, !aka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara ,ia ada
permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia)( Al-Fussilat:C-



:''( 6 (
Artinya:
+9ai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik memba(a
suatu berita maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimbulkan
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu)$


: '') 148 (
Artinya:
+ Allah tidak menyukai ucapan yang buruk, (yang diucapkan dengan terus
terang kecuali oleh orang yang dianiaya)$
Contoh lain tentang adab berjalan:

:'-)
18 (
Artinya:
+,an janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong
dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan angkuh) 0esungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri)$


:'-) 19 (
Artinya:
24
+,an sederhanakanlah dalam langkahmu, dan lunakkanlah suaramu)
0esungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai)$
Contoh berikutnya tentang adab berkunjung:




`_ -``"- _" _--
_"_` --_- -"
` - " ""``
""`` " --- ` - _-
_ "__"` _ %/) mf o mh ,
Artinya:
+9ai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang
bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada
penghuninya) Aang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu ingat)
?ika kamu tidak menemui seorangpun didalamnya, maka janganlah kamu
masuk sebelum kamu mendapat izin) ,an jika dikatakan kepadamu: =1embali
(saja lah, maka hendaklah kamu kembali) @tu lebih bersih bagimu dan Allah
!aha !engetahui apa yang kamu kerjakan)
Kita ambil contoh lagi wasiat terhadap dua orang tua di mana Al-Qur`an telah
berpesan kepada manusia untuk berbuat baik kepada orang tua:

) %IR db ,
Artinya:
+,an kami perintahan kepada manusia (berbuat baik kepada kedua orang
tua(ibu-bapaknya)$
Pesan ini kepada anak, karena kasih orang tua kepada anak adalah bersiIat Iitri,
sedangkan kasih anak bukanlah Iitri (pembawaan) namun sesuatu yang harus
diusahakan. Bisa jadi inilah yang dikatakan oleh ahli ilmu jiwa yang membedakan antara
gharizi dan muktasab, mereka mengatakan bahwa gharizi adalah Iitri sedangkan siIat
sayang itu muktasab (di usahakan).




) :~'' 8 (
25
Artinya:
+9ai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil) ,an
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil) >erlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
tak(a) ,an bertak(alah kepada Allah, sesungguhnya Allah !aha !engetahui
apa yang kamu kerjakan)$
Kita cukupkan dengan beberapa contoh ini, dan yang perlu diketahui bukan
hanya semata-mata itu saja, namun lebih dari pada itu, yakni bahwa Al-Qut`an telah
membicarakan anjuran tentang pendidikan (perbaikan) akhlak, tingkah laku yang
berdasarkan kasih sayang, tolong menolong, sayang-menyayangi, iffah, beruat baik,
amanah, bermuka manis, isti3amah, kebersihan, teratur, benar, perdamaian diantara
manusia, persaudaraan, pema2af, shabar, teguh, berani, bertamu yang baik, menyimpan
rahasia, ihsan, syukur, bersih, membela yang benar, berbuat adil, cinta damai dan lain
sebagainya.
Al-Qur`an tidak mengganggap cukup dengan ini, namun juga dalam pendidikan
akhlak dan tingkah laku yang dilarang, seperti halnya permusuhan, menghindari
tanggung ja(ab, menipu, kikir, membumbui omongan, marah, rakus, egois, hasud,
munafik, boros, saling menindas, menipu, membunuh, mengeluarkan omongan yang tak
berguna, memanas-manasi, bengis, penakut, penjilat, menggunjing orang, mengadu
domba, bohong, mencuri, bermabuk-mabukan, perjudian, khianat, pertengkaran,
menghina, kepala batu, memberikan sebutan yang jelek dan lain-lain yang pada intinya
dapat kita katakan bahwa risalah akhlak secara umum adalah menegakkan kalimah hak
dan mendirikan tiang-tiang yang adil di kalangan manusia.
2. Pencipta Akhlak
Pembicaraan tentang pencipta akhlak atau adab dalam akhlak adalah
sebagaimana pernyataan Al-Qur`an sebagai berikut:


) ' : 102 (
Artinya:
+1atakanlah 7uhul 4uddus (!alaikat ?ibril telah menurunkan dari Tuhanmu
dengan benar-benar, agar menjadi kemantapan bagi orang-orang yang
beriman dan sebagai petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang @slam)$

) %-*t drs ,
Artinya:
26
',an dengan hak 1ami menurunkannya, dan dengan hak ia telah turun, dan
1ami tidak mengutus kepadamu melainkan sebagai pemba(a kabar gembira
dan pemba(a peringatan)$

) 9 u % d ,
Artinya:
+(@nilah kitab yang telah ditetapkan ayat-ayatnya, kemudian diperinci oleh
,zat yang !aha >ijaksana lagi !aha !engetahui)$


) 9* % d ,
Artinya:
+(@nilah kitab yang telah kami turunkan kepadamu agar manusia dapat
keluar dari kegelapan menuju ke arah terang dengan izin Tuhan yang !aha
1uasa lagi !aha Terpuji)$
Di sini kita tengok sebentar pendirian yang bersimpang jalan dengan akhlak
IalsaIi, di mana mereka mengatakan bahwa sumber-sumber ketetapan adab bukanlah
wahyu dari langit,namun iya bersumber dari yang lain yakni manusia,atau merupakan
ketentuan sosial yang digali dalam kurun waktu yang relatip panjang,ahirnya mereka
mengatakan bahwa pikiran itu berbeda bedanyajumlah kepada mausia padahal pencipta
akal adalah ALLah swt. Dalam hal ini ada suatu pendapat yang mengungkapkan sebagai
berikut:
X ' = - ' _= ' - * - ' - + '
; - ' _= _, -' * = - - '
X ' - - ' _ -' _-'- * - ' - '
Artinya :
!anakala akal bertentangan dengan Tuhannya , maka sebenarya akal itu
bodoh )
Akal bersilang dengan "encipta, padahal status akal adalah ciptaan-6ya )
?ika keutamaan akal dalam ciptaan-6ya, maka "encipta akal adalah utama)
3. Asas Tasyri`
Pembicaraan tentang asas tasyri`, apabila akhlak IalsaIi mengatakan bahwa
kehendak Allah yang maha tinggi dan ketentuan-Nya yang pasti merupakan asas tasyri`
sebagai sandaran akhlak, apakah jiwa manusia suka atau benci, apakah disetujui oleh
akal atau tidak, kalau demikian ini merupakan ketentuan yang sudah membaku,
sedangkan kehidupan manusia selalu berkembang dan kepentingannya pun selalu
27
berubah, sedangkan apa yang datang dari Allah dalam hal ini tidak berubah dan berganti,
begitu pula aturan-aturan akhlak dalam Al-Qur`an sangat jauh terhadap apa yang
menjadi ketentuan tersebut, kalau begitu al-Qur`an tidak up to date lagi.
Begitu pulalah pendapat mereka, padahal sebaliknya, bahwa Al-Qur`an selalu
berpegang kepada ketetapan akal yang dapat di terima, dan berbicara kepada akal (indra)
yang sehat, dan penemuan-penemuan yang jitu dengan argumentasi yang logis, terutama
yang berkaitan dengan pemikiran-pemikiran ruang angkasa dan langit. Dalam Al-Qur`an
dijelaskan pula bahwa bukan suatu yang pasti sebagai keharusan bagi pemerintah yang
kuat, namun yang dicari adalah kemaslahatan yang telah ditentukan, dan siapa yang tahu
tentang kemaslahatan manusia yang diciptakan oleh Yang Maha Kuasa.
,
xK/ % bs ,
Artinya:
+0esungguhnya shalat itu dapat mencegah perbuatan yang keji dan mungkar)$


) x*. % dm ,
Artinya:
',an janganlah sebahagian kamu menggunjing sebagian yang lain) 0ukakah
salah seorang di antara kamu memakan daging saudaramu yang sudah mati;
!aka tentulah kamu merasa jijik kepadanya)$


) *R % mhm ,
Artinya:
+,an janganlah kamu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai
batas (aktu membayarnya) Aang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan
lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada hal yang tidak
menimbulkan keraguanmu)$
Al-Qur`an ketika menuntut sesuatu atau melarang sesuatu tidak langsung
mengarah kepada manusianya, tidak suka hanya sekedar memerintahkan pekerjaan
dengan tunduk tanpa reserve, namun mula-mula yang diminta adalah diresapi dahulu
dalam hati sanubari yang dalam, sehingga mendarah daging. Kemudian timbul dorongan
yang murni, di sanalah hal pertama yang diwajibkan yakni iman, kewajiban dan
keadilannya. Pada langkah kedua baru timbul adanya dorongan beramal yang telah
diyakini kebenarannya dalam hati, kalau tidak demikian bisa jadi adanya tindakan
akhlak terhadap nilai di sisi Allah. Kalau begitu boleh dikatakan bahwa hati adalah
'kantor posnya syara`, dan kata hati adalah perasaan Iitri bagi manusia sehingga Rasul
bersabda:
28
-'" ' = '' - ' ' ' = ' - ' ` ' ,- - ' ' = '= _ '
~ ~ - _ ~ - ' "
Artinya:
+1ebaikan adalah sesuatu yang menentramkan ji(a dan menenangkan hati,
sedangkan dosa adalah yang mengacaukan ji(a dan menimbulkan keraguan
dalam hati)$
4. Pendorong Amal
Pembicaraan kita tentang pendorong amal dan pembalasannya. Hal ini akan kita
bicarakan dahulu tentang pertanggungjawaban akhlak di dalam Al-Qur`an. Al-Qur`an
telah menutupi kekurangan yang belum pernah dilakukan oleh peraturan apapun di dunia
ini, yakni bahwa manusia bertanggungjawab atas segala perbuatannya, dari a sampai z.

) '' : 26 (
Artinya:
'0esungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
dimintai pertanggungja(aban)$
) 1? % dyb ,
Artinya:
+Tidaklah setiap usaha yang dilakukan seseorang, kecuali
(bertanggungja(ab atasnya)$
) 1? % drb ,
Artinya:
+>arangsiapa yang melihat (kebenaran itu maka (manfaatnya bagi dirinya
sendiri, dan barangsiapa buta (tidak melihat kebenaran itu maka
kemudharatan kembali bagi dirinya sendiri)$
Di sini nampak terdapat Iaidah akhlak agama bagi kepentingan umum, di mana
suatu peraturan tidak menuntut pertanggungjawaban kecuali bagi orang yang melanggar
perintah. Aturan akhlak itu meminta pertanggungjawaban, sedangkan peraturan lain
tidak bisa memintanya, dan menetapkan di mana peraturan umum tidak bisa
menetapkannya.
Kamu tidak diminta pertanggungjawaban di depan mahkamah pemerintah seperti
ketika kamu ditangkap polisi dan diajukan kepada pengadilan, namun kamu diminta
pertanggungjawaban di depan mahkamah hati sanubari dalam keadilan Allah.
29
Masyarakat masih sanggup hidup tanpa pengetahuan dan seni, namun tidak
mungkin manusia hidup tanpa agama, dan dikatakan tanpa agama berarti tanpa akhlak,
oleh karena itu Ibnu Abbas menaIsirkan Akhlak (=') dengan Ad-Dien (~').
( - = = ~ _= ')
Artinya:
+,an sesungguhnya engkau mempunyai akhlak yang agung (yakni agama
yang agung)$
Apabila manusia diminta pertanggungjawaban atas segala perbuatannya, maka
pertanggungjawaban adalah kemerdekaan, tidak ada kewajiban bagi orang yang tak
mempunyai kemerdekaan, oleh karenanya agama membebaskan dan tanpa ada batas
yang menguasai kecuali hati sendiri.

) z@K % mp ,
Artinya:
+1atakanlah bah(a kebenaran itu dari Tuhan, barangsiapa yang
menghendaki beriman, maka berimanalah, dan barangsiapa yang
menghendaki kufur, maka kufurlah)$
#
5
"
5
*
5
&
4
X
<
A
<

<
;
4

6
c *R) % mbs ,
Artinya:
+Tidak ada paksaan dari agama)$
L{R) : 22 (
Artinya:
'1amu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka)$
) | % pp ,
Artinya:
+,an tidak ada ke(ajiaban lain atas rasul kecuali hanya menyampaikan
tugas)$
Apabila masyarakat manusia berpegang kepada dasar ini, maka akan menjelma
kehendak yang bebas, yakni tidak terikat kepada peraturan sosial yang tradisional seperti
masyarakat semut atau lebah, manusia kan hidup dengan peraturan sosial yang
berdasarkan kemerdekaan kehendak.
Apabila manusia beramal atas dasar niatnya, maka siapa yang mengazab dari
pebuatan itu, toh mereka juga seperti perbuatan kita yang mempunyai maksud-maksud
tertentu. Sedangkan keadilan Tuhan tidak bisa diletakkan, ia akan berjalan sebagaimana
30
adanya, demikian pula kewajiban kita untuk beriman bahwa kehidupan di dunia ini
adalah tidak masuk akal manakala tidak ada kehidupan lain di balik dunia sekarang ini,
yang akan meluruskan kehidupan kita ini, kehidupan yang paling adil, dan perhitungan
yang paling cermat, kita berada di tangan dzat yang Maha Mengetahui, baik yang itu
bersiIat tampak ataupun tersembunyi.


) ~=' :
22 (
Artinya:
+0esungguhnya ke(ajiban adalah menyampaikan tugas, dan ke(ajiban-1u
adalah menghisab)$

) = : 74 (
Artinya:
+,an sesungguhnya barangsiapa yang datang kepada Tuhannya dengan
berlumuran dosa, maka baginya adalah jahannam, dia tidak hidup dan mati
pun tidak)$

) = : 75 (
Artinya:
+,an barangsiapa yang datang kepada-6ya dengan memba(a keimanan,
telah beramal shaleh maka bagi mereka mendapat derajat yang tinggi)$
) ~=' : 41 (
Artinya:
+,an Allah telah menetapkan, tidak ada yang menolak bagi hukuman-6ya,
,ialah Aang !aha Depat menghitungnya)

, ]A % by ,
}~%
+>arangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh, maka (pahalanya untuk
dirinya sendiri) ,an barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka
(dosanya untuk dirinya sendiri< dan sekali-kali tidaklah 7abb-mu menganiaya
hamba-hamba-6ya)$
31

) qR0? % dp ,
}~%
+,an bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka
kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan pekerjaan-
pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan)$
Dari semua itu dapat kita simpulkan bahwa sebenarnya yang menjadi pokok
pangkal adalah petunjuk Allah yang diberikan kepada kepada yang Dia kehendaki.

) R % sy ,
}~%
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk
kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi
petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih
mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.
Kita mengharapkan pahala daripada-Nya dan takut kepada siksa-Nya. Inilah
yang mendorong kita untuk beramal di dunia ini. Allah berIirman:


"_ _" `-
-__ -" -"- '
- "--- -_
- - -` _ `"
- -" - _- '_
-`_ -` L/) % f o h , }~%
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan
mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir
di baahnya sungai-sungai! mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun
ridha kepada-Nya. "ang demikian itu adalah #balasan$ bagi
orang yang takut kepada Tuhannya.
} ~~%
_ _'
``"_ - --
- `"- '
`_- "` "`
_`-- _ -"- -
`" --`- --
``""_-- "-- `--
` -_- -- _-
"_ _"_"_ _ -"-
32
-_- -- -``-
-" , %z@K dre o dry ,
}~%
%atakanlah& 'Apakah akan %ami beritahukan kepadamu
tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya(' "aitu
orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan
dunia ini, sedangkan mereka menyangka baha mereka telah
berbuat sebaik-baiknya. )ereka itu orang-orang yang telah
ku*ur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan #ku*ur terhadap$
perjumpaan dengan +ia, maka hapuslah amalan- amalan
mereka, dan %ami tidak )engadakan suatu penilaian bagi
#amalan$ mereka pada hari kiamat. +emikianlah balasan
mereka itu neraka ,ahannam, disebabkan keka*iran mereka
dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-%u dan rasul-
rasul-%u sebagai olok-olok.
o ~
~ ~n ~
~ ~ %
) / % ms ,
}~%
+i hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yag setimpal
menurut yang semestinya, dan tahulah mereka baha Allah-
lah yang benar, lagi yang menjelaskan #segala sesuatu
menurut hakikat yang sebenarnya$.
Dan inilah yang mendorong amal orang-orang tertentu, dan ini merupakan
pendorong yang benilai tinggi menurut pandangan agama, Allah berIirman :


- _- --
_` ` __"
}~%
+an tiap-tiap manusia itu telah %ami tetapkan amal
perbuatannya #sebagaimana tetapnya kalung$ pada lehernya.
+an %ami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab
yang dijumpainya terbuka. -Ba.alah kitabmu, .ukuplah dirimu
sendiri pada aktu ini sebagai penghisab terhadapmu/.
Adapun masalah kehendak (kemauan) adalah masalah kita sendiri, yakni dengan
kekuatan dan kelemahan, dengan kemampuan bercampur antara berbuat taat dan
maksiat. Sedangkan kemauan adalah merupakan mu`jizat yang tersembunyi dan secara
otomatis dalam diri manusi. Di sini dapat kita Iahami rahasia bahwa Al-Qur`an telah
33
menghukumi terhadap orang yang telah padam kemauannya dan mati hatinya, ibarat
binatang yang tersesat:





-'=') : 170 (
}~%
+an sesungguhnya %ami jadikan untuk #isi neraka ,ahannam$
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati,
tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami #ayat-ayat
Allah$ dan mereka mempunyai mata #tetapi$ tidak
dipergunakannya untuk melihat #tanda-tanda kekuasaan
Allah$, dan mereka mempunyai telinga #tetapi$ tidak
dipergunakannya untuk mendengar #ayat-ayat Allah$. )ereka
itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
mereka itulah orang-orang yang lalai.
Semoga kita dijaga oleh Allah dari keburukan lalai, dan Allah memberikan
nikmat ingatan, sesungguhnya Allah maha Mendengar, maha Dekat dan maha
Mengijabah atas segala do`a.
BAB IV
SEJARAH PERTUMBUHAN
ILMU AKHLAK
A!l" +"&" 1"m"n )un"ni
Pembahasan Ilmu akhlak secara ilmiah dipelopori oleh orang-orang Yunani.
Pada mulanya orang Yunani itu dikenal sebagai ahli-ahli IilsaIat yang membentangkan
alam makro, mereka menyelidiki tentang asal-usul penciptaan dunia ini. Ada yang
menduga bahwa alam ini asalnya dari air (Thales, 640-545 SM), ada pula yng
menyatakan dari udara (Anaximenes, 585-528 SM), ada pula yang menyatakan dari
apeiron (Anaxinadros, 610-546 SM), yang lain menyatakan dari api (Heraklitos 540-480
34
SM), bahkan ada pula yang menyatakan dari angka (Pythagoras, 580-500 SM), dan ada
pula yang berpendapat dari atom (Demokritos, 460 SM). Dan banyak lagi pendapat-
pendapat dari goresan IilsaIat Yunani tersebut. Mereka telah asik meneliti masalah-
masalah besar, tetapi jarang di antara mereka yang mengurus dirinya sendiri sebagai
unsur alam ini. Sampai datang orang-orang ShoIis -'=')) dimana mereka
menitikberatkan pemikiranya pada persoalan praktis. Mereka adalah guru-guru IilsaIat
yang berlainan letak dan daerahnya, dan lain pula corak jalan pikirannya, namun mereka
mempunyai tujuan yang sama, yaitu ingin membentuk generasi mendatang sebagai
penerus, sebagai putra tanah air yang baik dengan penuh kemerdekaan, yang mengetahui
kewajiban tanah airnya tidak mengekor kepada orang kuno keturunan mereka, tidak
berguru kepada aliran kolot. Mereka harus hidup pada pandangan baru yang merdeka.
Dari aliran soIis inilah ilmu akhlak mulai dikenal di dunia.
Setelah lewat generasi yang berpikiran suci ini, munculah soIis-soIis baru yang
memalsu pendirian yang baik dari yang semula, mereka sebagai guru-guru retorika, ahli
pidato, bersilat lidah, bermujadalah (ahli debat). Barang siapa yang pandai
mempengaruhi masa, itulah yang dianggap benar dan menang. Mereka mengajar demi
mengeruk keuntungan dan kekayaan. Mereka menjual ilmunya untuk kebutuhan
lahiriyah. Kalau dahulu IilsaIat itu merupakan ilmu yang mahal, tidak dapat dibeli
dengan uang, maka pada masa soIis ini, IilsaIat itu merupakan istilah ejekan dan
cemoohan, karena mereka telah menyalahgunakan apa yang dilakukan oleh guru-guru
itu, adapun guru-guru soIis yang terkenal adalah seperti Protagoras, Gorgias, Hippias,
Predikos, Leotini dan lain-lainnya.
Akibat kehadiran pada IilosoI palsu itu bukan membawa rahmat, namun
sebaliknya mereka membawa laknat, karena mereka telah merobek-robek norma
kebenaran yang hakiki. Mereka telah memutar balikkan kebenaran, mereka yang
seharusnya menegakkan keadilan, namun mereka malah membuat masalah yang kecil
menjadi besar dan yang besar menjadi kecil, bahkan dapat dihapuskan dengan begitu
saja. Pada masa itu barang siapa yang mempunyai pengaruh, maka dialah yang
beruntung, orang kecil bisa binasa karena tak berkuasa, orang besar bisa bertindak
sewenang-wenang karena mereka dapat menciptakan hukum untuk kepetingan dan
kemenangan mereka sendiri, dan hukum dapat berubah dalam seketika walaupun telah
dikukuhkan sebelumnya.
Mereka dalam kegelapan dan kejahilan, kehilangan pegangan, mana yang
dikatakan benar atau salah, apalagi pengertian baik dan buruk, karena mereka
menganggap bahwa kebenaran dan kebaikan itu adalah bersiIat relatiI dan orang-orang
ragu-ragu mendapatkan kebenaran dan kebaikan, akhirnya mereka beranggapan bahwa
kebenaran dan kebaikan yang sesungguhnya tak dapat dicapai. Mereka mengambil
kesimpulan bahwa ukuran benar dan baik itu tidak ada.
Alam Yunani pada waktu itu diliputi oleh kekacauan, di tengah-tengah itu
datanglah ke panggung sejarah orang yang bernama Socrates (469-399 SM). Dia melihat
kenyataan di dalam masyarakatnya telah dihinggapi oleh wabah yang tak bisa diobati
oleh lamunan-lamunan angkasa luar, memikirkan dunia yang bebas, tak bisa
disembuhkan dengan persoalan yang tak mengetengahkan dari mana asal dunia ini.
35
Socrates berusaha untuk mengalihkan pandangan masyarakat dari pembahasan alam
makro ke alam mikro, dari cakrawala kepada manusia, dari perbuatan yang abstrak ke
alam yang nyata. Dengan ini dia mendapatkan julukan bahwa: 'Dia telah menurunkan
IilsaIat dari langit ke bumi.
Pada hakekatnya yang dipandang sebagai pendiri Ilmu akhlak adalah Socrates
ini, sebab dialah yang sungguh-sungguh membina manusia atas dasar alamiah. Dia
memandang bahwa akhlak dan pergaulan manusia tak akan ada kebaikan, kecuali bila
berlandaskan kepada pengetahuan, sehingga dia mengambil kesimpulan bahwa
keutamaan adalah ilmu pengetahuan.
Pengaruh Socrates ini sangt besar artinya dalam perkembangan ilmu akhlak,
sehingga sampai sekarang ini. Aliran-aliran dari murid-murid Socrates yang terpenting
sepeninggalnya adalah: Kalbiyun (Cynecs), dan Qurinayun (Cyrenics).
Pada aliran Kalbiyun adalah Anthesthenes (444-370 SM). Mereka mengajarkan
bahwa Tuhan itu Maha Suci dari kebutuhan, dan sebaik-baiknya manusia adalah mereka
yang berakhlak dengan akhlak Tuhan, oleh karena itu manusia harus menyederhanakan
kebutuhan, harus merasa cukup dengan seadanya, harus memikul beban, menanggung
kesakitan dan kesengsaraan hidup, harus menganggap hina terhadap kekayaan dan harus
berzuhud atas kelezatan. Mereka tak memperdulikan kekaIiran dan dipandang hina oleh
orang lain, yang menjadi pokok bagi mereka adalah berpegang teguh kepada kesamaan.
Di antara tokoh aliran ini adalah Diogenius (waIat 323 SM). Dia memakai pakaian
kasar, makanannya sangat sederhana dan hina, tidur di atas tanah.
Adapun pendiri dari aliran Qurinaiyun adalah Aristippus. Dilahirkan di Qurin
(salah satu kota di AIrika utara). Aliran ini menganggap bahwa tujuan satu-satunya yang
benar dalam hidup adalah mencari kelezatan dan menghindari kesengsaraan. Pekerjaan
yang utama adalah pekerjaan yang kelezatannya lebih banyak daripada
kesengsaraannya.
Ringkasnya, aliran Cynecs berpendapat bahwa kebahagiaan itu harus
menghindari kelezatan dan berusaha sekuat tenaga dalam membendungnya, sedangkan
aliran Cyrenics berpendapat bahwa kebahagiaan itu adalah untuk mendapatkan kelezatan
sebanyak-banyaknya.
Di samping mereka ada pula murid Socrates yitu Plato (427-347 SM). FilosoI
Athena ini berguru pada Socrates dan banyak menyusun buku yang masih ada sampai
sekarang. Dia menulis dengan sistem tanya jawab. Bukunya yang terkenal dan beredar
sampai sekarang adalah +7epublik$ (+' -'-) pikiran-pikirannya tentang ilmu
akhlak adalah semacam gubahan dalam dialog yang bermacam-macam dengan
pembahasan secara IilsaIat.
Kepuasan dalam masalah ilmu akhlaknya didasarkan atas 'Teori Ide, dimana
dia berpendapat bahwa di belakang alat indrawi ada alam lain yang bersiIat rohani atau
alam akli, dan tiap-tiap yang ada di dunia ini adalah gambaran terhadap alam rohani atau
akli itu. Sesuai dengan hal ini, Plato berpendapat, bahwa Ide adalah merupakan kebaikan
yang hakiki, ia adalah azali, abadi dan paling sempurna. Bilamana perbuatan seseorang
mendekati dengan alam Ide dan sinarnya memancar kepada seseorang, maka pekerjaan
itu akan mendekati kepada kesempurnaan. Untuk mencapai hal itu diperlukan latihan
jiwa dan kebersihan akal Iikiran. Manusia tak akan mendapat keutamaan dalam
36
perbuatan yang baik kecuali orang itu adalah IilosoI. Dengan kata lain, hanya IilosoIlah
yang mendapat keutamaan dalam mengerjakan kebaikan-kebaikan.
Plato memandang bahwa dalam jiwa itu mempunyai kekuatan yang berlainan.
Keutamaan itu timbul dari keseimbangan; kekuatan tersebut patuh pada hukum akal. Dia
berpendapat bahan pokok keutamaan itu ada empat unsur, yakni kebijaksanaan,
keberanian, ke(iraan dan keadilan. Hal ini merupakan soko guru dari individu-individu.
Dalam hal berbangsa, kita melihat kebijaksanaan merupakan keutamaan pemerintah,
keberanian merupakan keutamaan prajurit, kewiraan adalah keutamaan rakyat,
sedangkan keadilan adalah keutamaan dari pada keseluruhannya yang membatasi
manusia dalam pekerjaan dan hasil usahanya untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang
lebih baik lagi. Demikian pula individu-individu, kebajikan adalah keutamaan
pemerintah bagi seseorang yang mengatur dirinya, keberanian adalah keutamaan karena
dengannya dapatlah seseorang menolak kejahatan dan kejelekan, keperwiraan adalah
keutamaan, karenanya dengannya seseorang dapat mempertahankan diri untuk
mendapatkan kelezatan, sedangkan keadilan adalah keutamaan yang memberikan
pekerjaan sesuai dengan kemaslahatan manusia.
Muridnya plato yang lain adalah Aristoteles (384-322 SM). Dia mendirikan satu
aliran yang berbeda dari gurunya, dimana aliran tersebut dikenal denagn 'Madzhab
Perepetetic (-'~'). Karena dia mengajar sambil berjalan-jalan di tempat yang
ternaung oleh pepohonan. Dia telah membahas akhlak dalam salah satu karangannya.
Dia berpendapat bahwa tujuan terakhir dari pekerjaan manusia adalah mendapatkan
kebahagiaan ( ~'' ). Tetapi teorinya mengenai kebahagiaan ini lebih luas dan lebih
tinggi daripada aliran Utilitarianisme ' --~)) dalam abad modern ini. Jalan untuk
mencapai kebahagiaan tersebut harus menggunakan kekuatan akal, hal inilah yang lebih
baik menurut dia.
Aristoteles-lah yang menciptakan teori 'Pertengahan ((=', yakni bahwa
setiap keutamaan adalah ditengah-tengah antara dua keburukan, seperti halnya
dermawan adalah di tengah-tengah antara boros dan kikir, berani adalah di tengah-
tengah antara membabi buta dan takut.
Berikutnya terdapat pula Stoa dan aliran Epikurus juga telah membahas pula
tentang akhlak ini dengan berbagai aspek. Stoisme mendirikan aliran yang didasarkan
kepada liran Cynecs sebagaimana telah tersebut di atas. Tetapi Stoisme ini telah
melepaskan diri dari IilsaIat Yunani dan Romawi. Pengikutnya yang terkenal pada
permulaan kekuasaan Romawi adalah Cynece (65-6 SM) dan Epictitus (140 -60 SM)
juga seorang kaisar Marcus Airslius (180-121 SM).
Adapun aliran Epicurus mendirikan ajaran yang berdasarkan ajaran Cycrenics.
Pendirinya adalah Epicurus sendiri. Aliran ini telah diikuti pula oleh IilosoI modern
Perancis yaitu Gassindi (1592-1655 M). Dia membuka sekolah di Perancis yang
mempunyai maksud untuk menghidupkan kembali ajaran Epikurus; dan keluarlah dari
sekolahan tersebut seorang yang dikenal Muleer namanya, juga orang Perancis.
Pada akhir abad ketiga tersiarlah agama Nasrani di Eropa, dan pada saat itu
berubahlah alam pikiran manusia dan tersiarlah pokok-pokok akhlak yang terdapat
dalam Taurat, dan manusia baru tahu bahwa sumber dari akhlak adalah Allah. Allah-lah
37
yang meletakkan undang-undang dan manusia harus memeliharanya dalam pergaulan
sehari-hari. Allah yag menerangkan mana yang baik dan mana yang buruk. Apa yang
baik adalah kebaikan yang menuntut kerelaan Allah dan menunaikan segala Perintah-
Nya. Kalau menurut orang-orang Yunani, terutama aliran Stoisme, yang mendorong
untuk mengerjakan kebaikan adalah pengetahuan dan hikmat maka orang Nasrani
menganggap bahwa yang mendorong berbuat baik adalah cinta dan iman kepada Allah.
Orang-orang Nasrani menganjurkan untuk bersungguh-sungguh dalam
mensucikan jiwa, Iikiran dan perbuatan, mereka menganggap bahwa Ruh adalah
penguasa yang sempurna terhadap badan dan naIsu, oleh karena itu mereka berpendapat
bahwa badan adalah barang yang hina dan kebutuhannya pun adalah hina pula. Mereka
mengasingkan dan menyingkirkan persoalan dunia, mereka condong kepada zuhud dan
beribadat, mereka menjadi rahib-rahib yang mensucikan diri, tak kawin dan tak mau
diganggu kebutuhan jasmaninya.
Ilmu "!l" &i "$"& +e-.en%"!"n
Di eropa pada abad pertengahan, orang telah gemar berIilsaIat, dan membagi-baginya
dalam berbagai cabang ilmu, salah satu di antaranya adalah Ilmu Akhlak. Gereja pada
mulanya, menyatakan perang terhadap IilsaIat Yunani dan Romawi, juga menentang
tersiarnya ilmu pengetahuan dan kebudayaan, karena mereka menganggap bahwa
hakekat dari sesuatu telah cukup dengan sampainya wahyu. Apa yang buruk maka
buruklah. Begitu pula yang dikatakan benar dan salah, tak ada ilmu lain yang dapat
menempuh kebenaran kecuali hanya dengan tuntunan ilahi.
Bagi mereka yang menyimpang dari ajaran Gereja, tak ada lain kecuali mendapat
cercaan sebagai orang kaIir yang murtad dari agama. Apabila ada orang yang pandai
yang menentang undang-undang Gereja, tokoh-tokoh gereja berusaha untuk
menangkisnya dengan dogma-dogma yang telah diajarkan dan berusaha
menginterpretasikan dengan cara IilsaIat. Ahli gereja yang semula menyatakan perang
terhadap IilsaIat, karena gencarnya serangan-serangan IilsaIat, mereka mempertahankan
bukunya dengan dogma-dogma sudah tidak bisa bertahan. Untuk mengurangi kekalahan
ini gereja berusaha untuk mencari alat yang dipergunakan oleh IilsaIat yaitu akal Iikiran.
Maka gereja mulai memakai pikiran dalam mempertahankan dogma. Akhirnya dengan
menggunakan cara akal pikiran itu, dogma menjadi kabur dan bercampur baur,
akibatnya dogma hanya menjadi semboyan sedang isinya adalah akal pikirian. Sejak dari
masa itulah agama dikendalikan oleh IilsaIat, dengan isitilah lain bahwa gereja pada
waktu itu adalah merupakan hasil IilsaIat yang bertopeng agama. Kita bisa melihat teori
Salvatien dari Augustin yang sekarang masih menjadi undang-undang dan hukum
kepercayaan Nasrani. Hal ini dilakukan karena menutupi kekalahan total yang dialami
oleh gereja terhadap IilsaIat dan ini hanya sekedar adaptasi antara akal dengan dogma
yang penuh Iantasi dan bayangan yang jauh dari hakekat yang sebenarnya.
Tokoh-tokoh gereja lantas megngenal siapa itu Socrates, Plato, dan Aristoteles,
pendapat-pendapat mereka ini yang diambil untuk menguatkan ajaran-ajaran gereja dan
mencocokkan serta menyesuaikan cara berIikir mereka, dengan sebab itu banyak di
antara tokoh-tokoh gereja sebagai IilosoI, dan dari sinilah dogma-dogma gereja telah
dimonopoli oleh IilsaIat.
38
FilosoI-IilosoI yang muncul pada abad pertengahan antara lain adalah Abelard.
Dia telah berhasil mencapur-adukakan ajaran IilsaIat dengan ajaran Masehi. Abelard ini
berkebangsaan Perancis, hidup antara tahun 1079-1142 M. Yang lain lagi kita kenal
Thomas Aquinos, seorang IilosoI ke-Tuhanan berkebangsaan Itali (1226-1247 M).
A!l" menu-u. +"n&"n%"n /-"n%0/-"n% 2"!ili'"!
Sebetulnya orang-orang Arab Jahiliyah boleh dikatakan pada hakekatnya tidak
mempunyai IilsaIat dalam arti bahwa mereka tidak meninggalkan catatan Iikiran yang
secara teliti, bebas, teratur dan mendalam, bukan seperti orang Yunani yang kita kenal
seperti Plato, Epicurus, Zeno, dan lain-lainnya, karena pembahasan secara ilmiahnya
bagi orang Arab belum dikenal. Hal ini pada hakekatnya Iikiran itu berhubungan dengan
kebudayaan yang telah ada. Meskipun orang Arab Jahiliyah tidak mempunyai ahli
IilsaIat, namun orang Arab telah sanggup menunjukkan bahwa mereka mempunyai jiwa
penyair, dimana penyair-penyair ini bertindak sebagai IilosoI kenamaan kalau
dibandingkan dengan orang Yunani. Mereka inilah yang memberitakan pekerjaan-
pekerjaan yang baik dan melarang segala tindakan yang mungkar. Merekalah yang
mendorong orang untuk berbuat keutamaan, memperingatkan dan menegur bagi yang
berbuat kehinaan. Kita lihat cerita pada masa itu bagaimana kebijaksanaan seorang yang
bernama Lukmanul Hakim, Aktasim bin SyaeIi serta penyair Zuher bin Abi Sulama dan
Hatam Ath-Tha`i
Mun,uln'" "%"m" Isl"m
Orang Arab pada masa sebelum Islam adalah dalam masa kegelapan, zaman
jahiliyah, krisis akhlak yang paling parah di seluruh dunia. Islam datang mengajak
manusia ke arah i`tikad bahwa Allah adalah sumber dari segala sesuatu di dunia ini,
alam dan isinya timbul dari pada-Nya, beraneka bentuk dan corak ragam kejadian,
kenyataan yang tak dapat dielakkan, semua ini hanya sebagai makhluk Allah semata.
Allah Maha Kuasa dan Maha Bijaksana, Allah telah mengatur perjalanan langit dan
bumi, matahari, bulan, dan bintang-bintang. Islam datang untuk mengatur dan mengajar
manusia agar ia sampai kepada tujuan yang hakiki, berjalan di atas roda kebenaran dan
mengikuti jalan keadilan, mengenyam kenikmatan dunia dan mendapatkan kekekalan
nikmat di akhirat kelak. Inilah balasan bagi orang yang patuh, tunduk dan mau diatur
hidup dan kehidupannya. Tetapi sebaliknya, Islam pun melarang keras berbuat bohong,
menganiaya, berbuat yang merendahkan martabat kemanusiaan, hina-dina dan berbuat
dosa. Bilamana mereka itu melanggar segala perbuatan yang seharusnya ditaati dan
berbuat yang dilarang oleh syara` maka bagi mereka tak ada tempat berlari dan
berlindung kecuali mereka harus mencicipi sengsara dan neraka.
Allah dalam Iirman-Nya menyatakan: 'Sesungguhnya Allah telah
memerintahkan berbuat adil, ihsan dan memberikan naIkah kepada kerabatnya, dan juga
Allah melarang dari perbuatan keji, munkar dan sesat. Dan Allah pun berIirman:
'Barangsiapa yang berbuat baik, pria atau wanita sedang dia adalah seorang mukmin,
maka pasti akan Kami berikan kehidupan dengan hidup yang lebih baik, dan pasti Kami
balas dengan balasan yang lebih baik daripada apa yang mereka amalkan. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai kepada orang-orang yang berbuat kebinasaan.
39
Begitulah tuntunan Allah terhadap manusia dalam segala hal yang menyangkut tentang
perbuatan baik dan buruk serta akibat dari perbuatan-perbuatan tersebut. Allah
memerintahkan kepada manusia bukan sembarang perintah, akan kembali kepada
manusia itu sendiri. Kebaikan akan tegak apabila adanya tiga Iaktor, yakni keadilan,
kebenaran dan amanah, sebaliknya keburukan itu karena adanya kedhaliman, kedustaan
dan penghianatan. Jika Allah melarang sesuatu, selalu dibarengi dengan akibat yang
buruk yang akan menimpa si pelanggar.
BAB V
TEORI DAN MATERI
ILMU AKHLAK
.A ALIRAN ILMU AKHLAK DALAM UKURAN BAIK DAN BURUK
Kalau kita ingin mengetahui tentang panjang dan lebar kamar, maka kita harus
mengetahui ukurannya, yaitu mengukur dengan menggunakan meteran, sudah barang
tentu kita akan mengetahui ukuran yang sebenarnya dari kamar tersebut. Demikian juga
kelakukan manuisa, bila kita ingin mengetahui neraca atau takarannya, maka apa ukuran
atau kriteria baik dan buruk itu? Karena manusia berbeda pandangan dalam menentukan
baik dan buruk dan bahkan pula seseorang bisa menganggap baik pada suatu saat tetapi
mengangggap buruk pada saat yang lain, maka kita harus menentukan ukuran yang kita
pegang?
Ukuran baik dan buruk sebagai kriteria akhlak itu bermacam-macam, antara lain:
40
.a Adat kebiasaan
Manusia di mana dan kapan saja berada pasti dipengaruhi oleh lingkungannya,
karena dia dibesarkan dalam lingkungan tersebut. Dia memandang bahwa orang di
sekelilingnya berbuat sesuatu pekerjaan yang lain. Di sana kita lihat tidak ada kekuatan
hukum yang dijalankan oleh lingkungan, itulah yang dilihat dan ditentukannya, apa yang
mereka perbuat maka diperbuatlah, dan apa yang mereka tinggalkan maka dia tak
memperbuatnya.
Dengan ini kita mengambil garis, bahwa apa yang dianggap baik oleh dia adalah
yang cocok dengan adat kebiasaan, dan yang buruk adalah yang menyalahi adat
kebiasaan tersebut.
Ukuran baik dan buruk berdasarkan adat itu tidak bisa dipertahankan lama
karena dalam adat dan kebiasaan banyak terdapat kekurangannya, sehingga
menimbulkan kemudharatan, mengapa? Karena keadaan alam itu berubah, bergeser, dan
akhirnya berbalik, andaikan kita berpegang kepada adat yang ada, maka kita tak akan
dapati dunia yang seperti sekarang.
.b 1ebahagiaan
Para ahli IilsaIat telah membahas tentang ukuran baik dan buruk, sebagian
berpendapat bahwa ukuran tersebut adalah kebahagian dan kebahagian ini adalah tujuan
terakhir. Dengan istilah lain bahwa kebahagian itu merupakan ultimat goal bagi
manusia. Mereka mengartikan kebahagian ini adalah kelezatan dan bebas dari
kesengsaraan. Lezat adalah ukuran amal, dan amal itu dianggap baik bilamana terdapat
kelezatan dan amal dianggap buruk manakala pekerjaan itu tidak ada kelezatan.
Karena menyadari bahwa bukan hanya semata-mata kelezatan yang dicapai, tapi
juga yang tidak lezat. Oleh karenanya mereka berkata: 'Bahwa sepantasnya yang dicari
adalah yang lebih besar lezatnya, dan bila manusia itu disuruh memilih sesuatu
pekerjaan maka wajiblah ia memilih yang lebih banyak lezatnya. Aliran ini disebut
aliran kebahagiaan atau madzhab 0a2adah (~'' --') atau disebut juga 9edonisme.
Aliran ini dibadi dua:
.1 Sebagian mereka mengatakan, bahwa manusia harus mencari kelezatan untuk
pribadi, dan segala usaha harus ditempuh untuk mendapatkan kelezatan tersebut.
Bila ada dua pekerjaan, maka yang dipilih adalah yang lebih banyak kelezatannya
untuk pribadi, itulah yang baik dikerjakan, bilamana banyak kesengsaraan untuk diri
pribadi, ini adalah buruk, dan ini harus dijauhi, manusia harus mencari latar belakang
kelezatan ialah kebahagiaan, dan manusia harus bekerja untuk mencapai
kebahagiaan tersebut. Pekerjaan yang menyampaikan tujuan atau mendekati itulah
yang dinamakan kebaikan. Aliran ini disebut 1ebahagiaan "ribadi atau 0a2adah
0yakhshiyah (--=~' ~''), Egoistic 9edonism; karena ia mencari kebahagiaan
untuk diri sendiri. Tokoh utama pada aliran ini ialah Epicurus, dan pada abad
modern ini kita kenal sebagai tokoh lain yaitu Hobbes (1588-1679 M). Hobbes
mengembalikan kebaikan manusia kepada cinta terhadap dirinya sendiri dan mencari
kelezatan untuk diri sendiri. Kelemahan aliran ini adalah menjadikan manusia
sebagai ananiah (egoistic) yang tak memandang kepada orang lain, dia hanya
41
memandang diri sendiri, apakah orang lain itu hidup atau mati, yang penting dia
hidup untuk memuaskan diri sendiri, tidak ada rasa sosial pada dirinya.
.2 Aliran yang lain berpendapat bahwa hidup ini harus mencari kebahagiaan sebanyak
mungkin untuk seluruh ummat manusia, bahkan untuk seluruh makhluk yang
mempunyai perasaan. Dalam menetapkan pekerjaan baik atau buruk itu harus
meninjau daripada hasilnya, apakah itu lezat atau sengsara. Kelezatan itu bukan
hanya kelezatan nyata, tetapi kelezatan yang tak langsung atau yang jauh, begitu
pula kesengsaraan. Kemudian setelah kita bandingkan mana yang lezatnya, maka
perbuatan itu adalah pekerjaan yang baik, tetapi apabila ternyata laranya, maka
pekerjaan itu adalah buruk. Aliran ini dikenal dengan madzhab 1ebahagiaan *mum
atau madzhab 0a2adah 8Amamah ('' ~''), *ni&ersalistic 9edonism. Aliran ini
juga bisa dikatakan dengan madzhab !anfa2ah (' --') *tilatarianism.
Tokohnya adalah seorang Inggris yang bernama Bentham (1978-1832 M) dan J.S.
Mill (1806-1873 M).
.c @ntuisi
Ukuran baik dan buruk itu ada yang berdasarkan kepada intuisi, aliran yang
mendasarkan dan mengembalikan baik dan buruk kepada intuisi ini dinamai madzhab
#a33anah (-'-') @ntuitionalism, mereka berpendapat bahwa setiap insan mempunyai
insting, insting ini tidak bisa dicari-cari, ia adalah pemberian khusus yang membedakan
baik dan buruk sebagaimana mata melihat dan telinga mendengar.
Pekerjaan baik dan buruk bukan ditinjau dari hasil rasa lezat atau lara, namun
insting itu menunjukkan sedemikian rupa dengan pasti daripada hasilnya. Benar itu baik
walaupun mengakibatkan kelaraan, dan bohong itu adalah buruk meskipun membawa
kenikmatan.
Aliran ini ada yang mendasarkan, bahwa intuisi itu dari kekuatan akal dan ada
pula yang berasal dari kekuatan bakat (malakah). Intuisi ini memberikan pengetahuan
tentang kuliyat dan juga jiz2iyat, sedangkan yang lain mengatakan bahwa ia memberikan
pengetahuan yang bersiIat kuliyat saja, dan dengan kuliyat ini lantas terdapat jiz`iyat.
Plato termasuk aliran Intuisi ini, sedangkan Aristoteles termasuk aliran
hedonism, meskipun lebih tinggi nilainya dari Utilitarianism. FilosoI-IilosoI kuno juga
ada yang berdasarkan kepada intuisi ini, yaitu pengikut Zeno (342 270 SM) yang
disebut aliran Atoisme, yang sekurun dengan Epicurus.
Pada zaman modern ini ada pendukung yang utama ialah Immanuel Kant yang
mengatakan bahwa akal manusia adalah pokok akhlak dan kami tidak membutuhkan
belajar aturan-aturan tingkah laku apakah melalui latihan, percobaan atau pendidikan,
tetapi akal kita mengajar dan memerintah secara spontan terhadap apa yang kita lakukan,
dan harus diingat bahwa akal kita memerintahkan untuk mengikuti dasar-dasar yang
dinamai perintah mutlak.
.d E&olusi
Sudah menjadi pendapat umum bahwa tiap-tiap jenis dan macam binatang itu
berdiri sendiri dengan dzatnya, tidak berpindah kepada yang lain, ikan tidak berpindah
42
kepada yang lain kecuali 'melangsungi, begitu pula binatang-binatang lainnya. Hal ini
berlangsung terus menerus hingga datang seorang sarjana Prancis, Lamark (1774-1829
M), dia menyodorkan pembahasan tentang jenis, bahwa ia berpindah dari satu Iase ke
Iase lain, dengan alasan bahwa apa yang telah ia saksikan adalah terdapat asimilasi dan
tidak ada batas yang membedakan antara tiap-tiap jenis, jenis-jenis itu tidak dijadikan
seluruhnya pada suatu masa, melainkan diciptakan dari satu hewan yang sederhana
kemudian meningkat sedikit demi sedikit, yang satu melahirkan yang lain, dan
berpindah dari satu kepada yang lain.
Yang menimbulkan perubahan itu ada dua Iaktor
Pertama miliu atau suasana yang mengelilingi, dan kedua Iaktor warisan yang
mula-mula, yakni siIat yang terdapat asal-usul keturunannya.
Kemudian datanglah Charles Darwin, sarjana Inggris (1809-1884 M), dengan
bukunya 'On The Origin oI Species By Means oI Natural Selestion (_ --=' -'=--').
Aliran ini berdasarkan kepada undang-undang :
o Seleksi Alam (Natural Selection)
o Pertentangan yang kekal
o Ketetapan yang lebik baik
o Undang-undang warisan
Dari semua ini merupakan dasar dari salah satu aliran akhlak yang dikembangkan oleh
Herbart Spencer (1820-1903). Dia beranggapan bahwa pekerjaan akhlak itu timbul dari
yang sederhana kemudian meningkat ke arah yang lebih tinggi sedikit demi sedikit.
Yaitu berjalan ke arah contoh yang ideal (_=' `') yang merupakan tujuan. Pekerjaan
itu baik bilamana mendekati kepada contoh yang ideal tersebut, dan yang buruk adalah
yang jauh dari pada yang ideal tersebut. Keseimbangan jiwa dan keutamaannya adalah
menyesuaikan diri (adaptasi) kepada lingkungan di sekitarnya.
Jadi ukuran baik dan buruk itu adalah penyesuaian diri kepada kehendak alam yang
keadaan alam itu berjalan secara evolusi. Aliran ini berdasarkan kepada evolusi alam,
maka dalam akhlak pun disebut aliran e&olusi
6
.
.e Theologi
Yang dimaksud aliran ini ialah orang-orang yang berpendirian bahwa ukuran
baik dan buruk itu adalah Undang-undang Ketuhanan. Pekerjaan itu baik, apabila sesuai
dengan perintah Tuhan, dan pekerjaan itu buruk apabila bertentangan dan melanggar
perintah Tuhan serta dan melakukan apa yang dilarang Tuhan.
Tiap-tiap agama mempunyai theologinya masing-masing, dan berbeda pula
dalam doktrinnya. Sebagai contoh menganggap baik, bila mereka itu percaya kepada
Yesus bahwa dia adalah anak Allah dia mati di atas palang salib di Gunung Golgota
untuk menebus dosa manusia, dan dianggap keluar dari agamanya bila tidak percaya
demikian tersebut. Lain dengan Islam bahwa apa yang disebutkan sebagai kebaikan dan
kepercayaan bagi agama Nasrani adalah keburukan bagi agama Islam, karena ini
penghinaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Lain pula halnya dengan agama Yahudi.
6
Kitab Al-Akhlak hal. 97-138
43
Dari sekian banyak aliran, ada aliran yang berkembang, namun tidak terpengaruh
sebagaimana yang telah kita sebutkan dahulu, seperti halnya aliran Vatalisme, Idealisme,
Pessimisme dan lain-lain, yang kebanyakan pada hakekatnya termasuk kepada aliran
hedonisme karena mereka menghendaki kebahagiaan, namun caranya berlainan dalam
mencapai kebahagiaan tersebut.
.B Materi Akhlak
Ilmu akhlak adalah yang membahas tentang tingkah laku manusia yang baik dan
yang buruk. Al-Ghazali menerangkan bahwa akhlak yang baik adalah iman, dan akhlak
yang buruk adalah niIaq.
7

5
9 7 I
4
J
5
I
5

4
K
7
;
5
*
5

4
^ <&
5

4
'- - , ' - ` _ ` - ' ~ ' '
- ` ' - ` ' - ' - - ' ' ` '
' - ' ~ '-- ' - = '- = '-' ` ` ''- ` ' '- `
''- ` ` = ` '~ -= ` ` - = ` '~ = '~ '~ '~ '~ - -
_ - ' - _ - ' _- _ - - - _ - ' ' + - =
= ' .
Artinya:
+,ia mempunyai rasa malu yang besar, sedikit membikin sakit, banyak
berbuat maslahat, benar ucapannya, sedikit perkataannya, banyak beramal,
sedikit terpeleset, sedikit melebihi omongan, baik, sering menemui kerabat,
tenang, shabar, syukur, rela, menahan diri dari berbuat maksiat, lemah
lembut, tidak pernah mengutuk tidak mencacimaki, tidak mengadudomba,
tidak mengumpat, tidak terburu-buru, tidak pendendam, tidak bakhil, tidak
hasud, tidak ria, tidak banyak mengeluh, tidak berputus asa, cinta karena
Allah, benci karena Allah, suka karena Allah, marah karena Allah) @nilah
akhlak yang baik)$E
Kalau kita teliti, maka materi akhlak yang paling banyak kita dapati dalam Ihya`
Ulumuddin juz ketiga dan kempat, yakni dalam rubu' muhlikat dan munjiyat, sedangkan
dalam rubu` pertama dan kedua, yakni rubu' Ibadat dan Adat sedikit sekali kita dapati
walaupun pada hakekatnya semua tingkah laku manusia terdapat dalam maudlu 'ilmu
akhlak.
Secara kronologis kita mulai dari bahaya lisan, dimana
~ %
a. >A9AAA #@0A6
7
Ihya, Juz III, hal, 67
44
Al-Ghazali membicarakan lisan bukan sekedar penyakit-penyakitnya saja, namun
beliau mula-mula mengatakan bahwa lisan adalah salah satu nikmat Allah yang sangat
besar, ciptaan yang sangat halus penuh keanehan, kecil bentuknya namun besar artinya,
dalam ketaatan dan kedurhakaan, karena tidak bisa dibedakan mana yang mukmin dan
mana yang kuIur tanpa melalui lisan. KaIir adalah puncaknya kemaksiatan, dan iman
merupakan ketaatan hamba.
Tidak ada sesuatu yang wujud atau adam, khalik atau mahluk, yang dihayal atau
yang diketahui, diterka atau tidak diterka kecuali lisan berperan di dalamnya, untuk
menampakkan baik itu menetapkan atau menaIikan. Karena ilmu yang didapat itu
diuraikan melalui lisan, dan tidak ada sesuatu ilmu pun yang tidak melalui lisan. Inilah
khasiat yqng tak terdapat pada anggota badan lainnya, mata tak sampai kecuali hanya
sampai kepada warna dan bentuk, telinga tidak sampai kecuali hanya pada suara, tangan
tak sampai kecuali hanya pada jisim. demikian pula anggauta badan lainnya.
Selanjulnya AI-Ghazali membicarakan tentang kekhawatiran yang besar
terhadap lisan, dan mengutamakan berdiam diri, beliau mengemukakan sebagai berikut:
'Ketahuilah bahwa kekhawatiran lisan itu sangat besar, dan tidak akan selamat dari
kekhawatiran tersebut kecuali berdiam diri, oleh karena itu syara' memuji dan
menganjurkan untuk berdiam diri", sebagaimana sabda Rasul yang maksudnya:
"Barangsiapa yang berdiam diri maka selamatlah dia", dan sabdanya pula: "Berdiam diri
itu mengandung hikmat, dan sedikit orang yang mengerjakannya". Banyak pula hadits
dan atsar sahabat dan perkataan Ulama yang dikutip oleh Al-Ghazali sebagai bukti
bahwa berdiam diri itu sangat berperan dalam mengendalikan terpeleset perbuatan lisan.
Dalam berdiam diri itu kita isi dengan bertaIakkur, berdzikir, ibadah dan
mengikuti perkataan yang baik dalam hal dunia, dan memikirkan hisabnya di akhirat
kelak.
1. Berbicara yang tak Berguna =- '- `'))
Al-Ghazali mewasiatkan: "Ketahuilah bahwa sebaik-baik tingkah lakumu adalah
memelihara pembicaraanmu dari seluruh penyakit yang telah kami sebutkan, yakni:
ghibah, namimah, kidzib, mira', jadal, dan lain-lain, dan berkatalah apa yang mudah
yang tak akan menimbulkan kemadaratan, dan bagi muslim tidak lain kecuali berbicara
seperlunya, karena kalau tidak demikian maka hilangkah umur, dan akan dihisab segala
amal lisanmu, gantilah apa yang rendah dengan apa yang lebih baik, karena kalau waktu
berbicara itu dipergunakan untuk bertaIakur maka boleh jadi akan membuka jalan
rahmat Allah ketika memikirkan sesuatu. Kalau waktu itu dipergunakan untuk tahlil dan
berdzikir maka inilah yang lebih baik. Siapa tahu sepatah kata akan mejelmakan gedung
yang indah kelak di syurga. Bila waktu itu dipergunakan untuk mengobrol percuma,
45
maka ini adalah kerugian yang nyata, karena ia ketinggalan dari keuntungan. Begitulah
ibarat orang yang meninggalkan dzikir kepada Allah dan sibuk dengan perkataan yang
tak berguna, karena apabila tak terjerumus kepada keburukan maka pasti dia merugi,
sebab dia telah melalaikan keuntungan dari berdzikir, karena seseorang yang diamnya
bertaIakur berarti dia mengerjakan sesuatu yang bermanIaat dan bicaranya adalah
berdzikir. Nabi bersabda: "Modal seorang hamba adalah waktu, bila waktu itu
dipergunakan kepada yang tak berguna dan tidak dipergunakan untuk menabung pahala
di akhirat, maka hilanglah modal tersebut". Oleh karena itu pula Nabi bersabda: "Sebaik-
baiknya seseorang adalah meninggalkan apa yang tak berguna. Banyak pula dalil-dalil
yang diambiI Al-Ghazali dalam hal ini baik itu atsar ataupun qaul ulama.
2. Melebih-lebihkan Omongan /bermulut besar (`' -)
Melebih-lebihkan omongan atau mulut besar adalah tercela, karena termasuk
tindakan yang tak berguna, berkata hanya sesuai dengan kebutuhan, perkataan atau
omongan yang singkat orang akan mengerti, manakala diulang-ulang adalah
percuma/mubadzir, jika seseorang cukup mengerti dengan sepatah atau dua patah kata,
maka yang selebihnya adalah melebihi keperluan, ini tereela sebagaimana yang pertama,
walaupun tidak mengandung kejelekan dan kemadaratan.
Al-Ghazali melanjutkan, bahwa melebih-lebihkan omongan bukanlah hal yang
dianggap sepele, namun juga disebutkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah, seperti Iirman
Allah:


: '') 114 (
Artinya:
'Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali
bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia memberi sedekah, atau
berbuat maFruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia)$
ZJ 2NV - -' -'
' -' ) '-' (
Artinya :
=Alangkah baiknya orang yang menahan kelebihan omongannya dan
membelanjakan kelebihan hartanya=,
46
Al-Ghazali kemudian mengingatkan, coba lihat bagaimana hati manusia sekarang,
mereka menahan kelebihan harta dan melancungkan omongan.
3. Terjun dalam Kebathilan ='-' _ '))
Yang dimaksud dengan terjun dalam kebathilan adalah berbicara dalam
kemaksiatan, seperti dongeng wanita cabul, tempat-tempat mabuk, tempat orang Iasik,
orang kaya yang berIoya-Ioya, kcsombongan raja-raja dan mengampuni mereka yang
sedang berbicara kotor. Pcrbuatan semacam ini adalah tercela dan tingkah laku yang
dibenci, karena semuanya adalah omongan yang tidak halal, dan bagi orang yang
menceburkan diri ke arah itu adalah perbuatan yang diharamkan Allah. Adapun
berbicara yang tidak berguna atau memperbanyak ocehan itu hanya meninggalkan
keutamaan saja dan tidak menjadikan keharaman, namun orang yang banyak ocehan itu
akan menimbulkan perkataan yang yang terjun dalam kebathilan. Aneka kebathilan itu
tidak te'rhingga karena banyak corak ragamnya, oleh karena Itu tldak ada kemurnian
kecuaii dengan meringkas perkataan menurut kepentingan agama dan dunia. Al-Ghazali
mengemukakan hadist:
[J M/ ;v+ ; LR 9*^&J D+ A
2
Artinya :
=1esalahan terbesar bagi manusia pada hari kiamat adalah mereka yang
terjun kedalam bathilan)
Hadits ini sesuai dengan Iirman Allah:



Artinya:
+!aka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki
pembicaraan yang lain) karena 0esungguhnya (kalau kamu berbuat
demikian, tentulah kamu serupa dengan mereka)$
4. Pe-,e,/"n &"n Pe-.en%"-"n 3456789 :8;<78=
Percekcokan adalah dilarang, sebagaimana sabda Rasul:
47
# ! j+J # 0! # "! . VEQA
Artinya :
=?anganlah bercekcokan kepada saudaramu) ?angan bersenda gurau)
?angan berjanji dengan suatu perjanjian yang kau langgar)$
Begitu pula sabda Rasul:
=' -' -' -' -' ' '-') (
Artinya:
+>etapa indah orang yang menahan kelebihan omongannya dan
menafkahkan kelebihan hartanya$)
Banyak lagi hadits yang menerangkan larangan tentang percekcokan ini.
Al-Ghazali mendeIisikan percekcokan ini sebagai berikut: "ercekcokan adalah
setiap bentuk sanggahan terhadap perkataan orang lain dengan maksud menampakkan
kelemahan dalam lafadl, makna atau maksud pembicaraan. Adapun meninggalkan
percekcokan adalah meninggalkan persanggahan, setiap omongan orang lain
didengarkan dahulu, bilamana benar, maka benarkanlah, bila mana bathil atau dusta dan
hal ini tidak berhubungan dengan agama maka diamlah."
Selanjutnya Al-Ghazali menyatakan: Hal yang semacam ini tcrdapat pula dalam
bidang ilmiah, yang disebut jadal (diskusi, debat) ini juga tercela, bahkan seharusnya
berdiam diri atau bcrtanya kepada hal-hal yang berIaidah bukan didorong karena ingin
menentang atau mengingkari, mengaburkan pengertian dan bukan karena mau
menyinggung perasaan orang lain dengan maksud jahat.
Adapun mujadalah adalah semacam usaha menandingi, melemahkan dan
menampakkan kekurangan orang lain, dengan maksud menunjukkan kekurangan dan
kebodohannya. Cirinya adalah memperingatkan kepada yang hak. Segi lain adalah pak-
saan ketika berdebat, suka menampakkan kesalahan orang lain, seolah-olah dia
mempunyai kelebihan dibandingkan orang lain. Hal ini tidak bisa terhindar dan
perbuatan yang jelek atau sombong kecuali berdiam diri,
Mengenai pengobatan yang harus dilakukan, Al-Ghazali menyarankan, untuk
menghilangkan kesombongan dan kekuatan yang menganggap rendah kepada orang lain
adalah harus banyak taIakur terhadap diri sendiri, atau kelemahan sendiri dan taIakur
akan siksaan Allah swt.
48
5. Cakar-cakaran (-=')
Khusumah adalah tercela selain mira' dan jadal, kalau mira' menusuk perkataan
orang lain dengan menampakkan kelemahannya dengaan maksud menghina atau
melemahkan kedudukan orang lain. Jadal adalah suatu ibarat menampakan pendapat dan
menetapkannya, sedangkan khusumah adalah luapan omong agar mendapatkan harta
atau yang dituju. Yang dimaksud khusumah yang tercela di sini adalah sesuatu yang
herhubungan dengan kebathilan, adapun menuntut hak dan harta adalah tidak menjadi
soal.
Selanjutnya AL-Ghazali mengatakan: memang sedikit sekali orang yang
meninggalkan khusumah, mira' dan Jadal dan sedikit pula orang yang memakai kata-
kata yang lembut. Padahal Nabi telah bersabda:
K/K; L/. K X v ,
Artinya:
+1amu akan bertempat di syurga karena kata-kata yang baik dan
memberikan makanan)$
Juga dalam Iirman Allah:
:--') 86 (
Artinya:
+,an berkata-katalah kamu kepada manusia dengan perkataan yang baik)$
6. Besar-besaran Omongan ,~~-')
Besar-besaran omongan, memaksakan diri dalam bersajak, berlomba keIasihan,
membikin ibarat yang penuh dengan perumpamaan dan persepsi yang bisa dilakukan
oleh orang. Berlomba pidato dengan keIasihan kata, yang isi semua itu tidak berguna,
bahkan menimbulkan perbuatan yang tercela, semuanya ini adalah perbuatan yang
tercelah. Rasul bersabda
IX KNHJ X &J / . Ii*^
IR@VQ I=FQ A K ") (~='
Artinya :
+0esungguhnya yang paling kubenci dan paling menjauhi majlisku adalah
49
orang yang banyak omong, mengobral kata dan berbelit-belit dalam
berbicara)$
Adapun percakapan yang berlaku menurut kebutuhan, maka ini tidak
sepantasnya memakai sajak dan mengobral kata, hal ini sebenamya hanya didorong oleh
ria semata, menampakkan keIasihan dan mcnonjolkan ketangkasan bicara. semuanya ini
dibenci oleh syara',
4. K"."0"." '"n% >/-/, men,",i m"i &"n men%um$"- lis"n
Semuanya ini adalah dilarang sama sekali, dan Al-Ghazali banyak mengutip
lebih dari sepuluh hadits, dan bahkan ada yang berpendapat bahwa mencaci maki adalah
termasuk dosa besar dan orang itu mempunyai penyakit hati yang berbahaya baginya.
8. Kutukan ('')
Mengutuk apakah itu kepada binatang, benda padat atau terhadap scsama
manusia, ini dapat dibagi dalam tiga tingkatan:
Kutukan Secara amam. seperti laknat Allah kepada orang orang kaIir, ahli bid'ah
dan Iasik.
Kutukan khusus, umpama laknat Allah kepada orang Yahudi, Nasrani, Majusi,
Qadariyah, Khawarij. RaIidlah atau terhadap penzina, penganianya. dan pemakan riba,
hal ini semuanya boleh. Tetapi kalau kita melaknat terhadap siIat-siIat orang yang
melakukan bid'ah itu mengandung kekhawatiran, karena orang yang mengetahui bid'ah
itu harus betul-betul mendalam, hal ini sebaiknya tidak diperkenankan bagi orang
awam.
Kutukan kepada perorangan, seperti laknat Allah kepada si Anu karena dia orang
Yahudi umpamanya, hal ini pada zaman sekarang sangat mengkhawatirkan, karena
barangkali sebelum dia mati telah memeluk agama Islam, tetapi kalau orang itu telah
nyata kaIirnya seperti Fir'aun laknatullah, Abu Jahal dan semacamnya, ini boleh saja,
tetapi yang tidak boleh itu seperti yang dikemukakan, yaitu perorangan yang belum jelas
dikutuk oleh syara'.
9. Melantunkan Lagu Tercela ~' ''))
Mengenai hal lagu Al-Ghazali telah membandingkan mana yang boleh dan mana
yang tidak boleh, mengenai syair adalah perkataan, bila ia baik maka baiklah, tetapi
apabila ia buruk maka buruklah, kecuali yang sudah pasti tercela. Sebetulnya melagukan
bukanlah hal yang diharamkan manakala tidak ada kata-kata yang dibenci, sebagaimana
sabda Rasul:
IX *F LK " ) ,E
50
Artinya :
+0esungguhnya sebagian dari syair itu mengandung hikmat=)
Tetapi yang dimaksud sya'ir ini adalah pujian dan celaan yang terdapat di
dalamnya kadang-kadang kata-kata yang dusta dan bohong.
10. Berkelakar (_'')
Berkelakar adalah perbuatan tercela dan terlarang kecuali hanya sekedarnya.
Berkelakar yang terlarang itu adalah yang keterlaluan atau yang terus menerus
berkelakar atau yang menimbulkan banyak gelak tertawa, sedangkan banyak tertawa
mematikan hati, hal ini pada suatu saat menimbulkan kekakuan.
11. Menghina dan Mengejek ('+-`' ='')
Menghina dan mengejek ini adalah haram apabila sampai menyakiti, Hal ini jelas
telah diIirmankan Allah:


x*) % dd ,
Artinya :
+?anganlah segolongan (@aki-@aki menghina kepada golongan (laki- laki
lain, barangkali yang dicela itu lebih baik dad pada yang mencela, dan tidak
pula (anita kepada (anita lain, barangkali, yang dicela itu lebih baik dari
pada yang mencela)$

12. Menyiarkan Rahasia ' '~'))
Penyiaran rahasia adalah terlarang, karena mengandung penganiayaan dan
memandang remeh terhadap hak orang lain. Menyiarkan rahasia adalah
penghianatan, hal ini adalah haram karena mengandung kemadaratan dan paling
tidak menjadi celaan.
Hal ini telah diterangkan dalam Ihya yang menyangkut menyimpan rahasia pada
bab adab berteman.

13. Janji Palsu
Lidah itu biasanya mudah mengucapkan janji, namun jiwa kadang-kadang tidak
mentolerir untuk menunaikannya, perbuatan ini akan menimbulkan janji palsu, itu
adalah salah satu tanda kemunaIikan, sebagaimana Iirman Allah:
51

uR ) |K : 1 (
Artinya:
=9ai orang yang beriman tunaikanlah janjimu)$
Banyak hadits yang diambil oleh Al-Ghazali yang ada kaitan dengan janji palsu
ini, antara lain:
i - ` ' - + ' , ' ' _ = -' ' ' , - ~ =
' ' ,- ~ = ' ,- = ' - ' -) " '= (-=
Artinya :
=Tiga perkara apabila terdapat pada seseorang, maka dia adalah munafik
meskipun dia berpuasa, bershalat, dan menyangka bah(a dia adalah
seorang muslim, yaitu apabila dia berkata, maka dia bohong, dan apabila
dia berjanji, maka dia tidak menepati, dan apabila dia diamanati maka ia
berkhianat)$
Ibnu Mas'ud tidak pemah berjanji kecuali dia katakan Insya Allah, inilah yang
lebih utama, kemudian kalau sudah berjanji maka ini harus ditunaikan, kecuali ada udzur
(halangan). Bilamana dalam janji itu ada azam untuk tidak menunaikan. Maka perbuatan
itu merupakan perbuatan munaIik. Adapun berazam untuk menunaikan janji lantas ada
uzur hingga tidak bisa menunaikan, inipun merupakan keniIakan meskipun dalam
bentuknya yang berlainan. Oleh karena itu kita harus mcnjaga jangan sampai kena niIak
sebagaimana kita menjaga hakekatnya, dan tidak sepantasnya membikin-bikin uzur
kalau itu tidak terlalu berat, hal ini juga telah disebutkan dalam haidist:
c - - = ' ' ~ = ' _ --- ' (~'~ -') "
Artinya :
+Tidak termasuk menyalahi janji seorang yang berjanji, sedangkan dia
berniat untuk menunaikan janji tersebut=)
14. Berdusta dalam Perkataan dan Sumpah (--' -' _ -')
Ini adalah salah satu yang buruk dan yang tercela. Al-Ghazali mengutip sampai
28 hadits, ditambah pula dengan atsar shahabat daan kaul ulama.
52
AlGhazali melanjutkan: 'Ketahuilah bahwa berdusta itu bukan haram karena
lainnya, namun berdusta itu membawa mudharat kepada pembicara itu sendiri atau
kepada orang lain. Serendah-rendahnya tingkat dusta adalah bahwa orang yang
mengkabarkan itu menekadkan untuk melainkan apa adanya, sedangkan dia dalam hal
ini tidak tahu menahu, ini bisa jadi menimbulkan mudharat kepada orang lain, dan
kadang-kadang pula bagi orang yang bodoh itu ada manIaat dan maslahat. Dusta adalah
hasil dan kebodohan. Selanjutnya: "Tidak semua berdusta itu tidak diperbolehkan,
tetapi pada suatu saat, dusta itu diperbolehkan, seperti halnya seseorang yang akan mem-
bunuh, dimana dia tahu tentang persembunyiannya, tetapi kelika ditanya dia menjawab
tidak tahu".
Al-Ghazali meneruskan: 'Bahwa omongan itu adalah sebagai perantara untuk
mencapaikan maksud. Sedangkan tiap maksud yang baik itu ada kalanya tercapai
dengan berbuat benar dan dusta sekaligus, sedangkan dusta adalah haram, jika berdusta
itu memungkinkan untuk tercapainya maksud yang baik itu tidak dengan benar maka
dusta itu mubah bila yang dihasilkannya adalah tujuan mubah, bila wajib, maka berdusta
adalah wajib, seperti memelihara darahnya seorang muslim adalah wajib yang
menunjukkan adanya kekecualian dari hadits Nabi:
c ' - - ' = , . _ _, - ~ - ' ` ' _ = ,-, ` `
- -' ~ _ ` ' = - -' _ ,- ' = - ~
-' ' - ~ - -') "'+ = ('
Artinya:
+Aku tidak mendengar 7asullah memberikan kemurahan sedikitpun pada
kebohongan kecuali tiga: seseorang berbicara tentang anu dan anu dengan
maksud islah, seseorang berkata anu dan anu pada masa perang, seseorang
bercerita anu dan anu pada @strinya dan si @stri bercerita tentang suaminya-.
15. Mengumpat (--')
Banyak ayat dan hadits yang menunjukkan bahwa ghibah (mengumpat) itu
adalah perbuatan tercela. Al-Ghazali mendeIinisikan ghibah sebagai berikut: Ghibah
adalah menyebutkan sesuatu tentang apa yang dibenci oleh saudaranya atau seseorang,
bila disampaikan kepadanya, apakah yang disebut-sebut itu kekurangan pada fisik,
keturunan, budipekerti, pekerjaan, perkataan, agama dan dunianya, maupun sesuatu itu
terdapat pada pakaian, rumah dan binatang ternaknya. Mengghibah bukan terbatas
kepada lisan saja, tetapi kepada perbuatan yang menirukan perbuatan, isyarat, kode
dengan tulisan dan lain-lain yang menunjukkan kepada hal tersebut pada maksud
ghibah. ini semua menunjukkan pada perbuatan tercela, dan bahkan perbuatan yang
diharamkan Allah.
Mengenai pengobatan agar jangan terjerumus kepada ghibah ini, Al- Ghazali
memberikan keterangan sebagai berikut: Masalah perbuatan semua itu bisa diobati
dengan ilmu dan amal, karena mengobati penyakit itu harus dicari sebabnya dan
53
pengobatan mengenai lisan yang melakukan ghibah adalah mengetahui bahwa murka
Allah sangat besar terhadap orang yang mengghibah, amal baik semuanya dilebur oleh
ghibah. Ghibah itu dilarang oleh syara' karena tujuan buruk, tetapi kalau ghibah itu
untuk tujuan baik dan kita tidak sampai kepada tujuan tersebut kecuali dengan ghibah
tersebut, maka hal ini bisa dibolehkan, seperti halnya:
Untuk menghindari kedhaliman
Menolong seseorang dari tangan-tangan orang yang mungkar
Minta Iatwa karena dianiaya orang
Manakut-nakuti muslim dari kejelekan
Memanggil seseorang yang terkenal dengan laqab yang menjadi 'aib baginya
Menguatkan keIasikan seseorang.
Tebusan bagi pengghibah kecuali ia harus menyesal atas segala tindakannya,
bertaubat dan mengeluh, agar dia lepas dari hak Allah, kemudian minta dimaaIkan
kepada orang yang dighibah agar ia terlepas dari hak manusia, tentu ia harus bersikap
prihatin, menyesal dengan penuh penyesalan atas perbuatannva karena dengan cara itu
orang akan mudah terpengaruh untuk menyatakan kerelaan dan memaaIkannya.
16. Mengadu-domba (-')
Mengadu-domba adalah menyampaikan omongan orang kepada orang lain,
dengan kata-kata yang tidak terpuji, seperti si A menceritakan kepada si B. Namimah
bukan hanya mengatakan ini dan itu, tetapi batas namimah itu menyingkapkan sesuatu
apa yang dibenci orang lain. Lantas disampaikannya kepada orang orang ketiga yang
bersangkutan, apakah itu dengan perkataan, tulisan, isyarat, kode dan sebagainya. Jadi
namimah itu adalah menyiarkan rahasia dan membuka tabir segala apa yang dibencinya.
bahkan apa yang dilihat daripada tingkah laku seorang yang tercela itu. Hal ini lebih
baik berdiam diri, kecuali cerita-cerita yang berguna atau karena menolak kemaksiatan.
Yang mendorong timbulnya namimah itu adalah seseorang yang menceritakan
sesuatu kepada orang lain dengan maksud buruk atau karena menampakkan kesukaan,
atau karena hanya senang bercerita dan suka melebih-lebihkan omongan dan kebathilan.
Hal ini bisa diatasi dengan cara-cara sebagai berikut:
Tak membenarkan orang yang suka mengadu-domba
Mencegah pembicaraan.
Membenci dalam hak Allah, karena Allah membencinya.
Tidak boleh menyangka buruk kepada kawan yang dibicarakan.
Tidak memata-matai bagi orang yang dibicarakan.
Jiwa kita tidak rela dengan apa yang dicegah terhadap si pembicara dan kita tidak
menceritakan aduannya.
Ayat AlQur'an banyak menunjukkan larangan terhadap adu-domba ini, dan sabda
Rasul:

#
5
c 27 +7
4
;
5
L5 /
G
.
5

4
O Q
5
=
5
#
5
) 27 +7
4
;
5
L5 /
G
.
5

G
1
5
(
54

Artinya :
+Tidak akan masuk syurga orang yang suka mengadu-domba)$
17. Perkataan Dua Lisan (-' , `)
Perkataan dua lisan sehingga membingungkan antara dua orang yang janji, dia
berkata pada waktu itu begini, tetapi di lain waktu begitu. Kalau dia membicarakan
orang lain pada waktu itu dia memuji, tetapi di waktu lain dia membenci, ini adalah
kejelckan namimah sebagaimana diuraikan di atas.
18. Pujian (_~' )
Pujian itu pada suatu ketika sangat berbahaya, dan bahaya pujian itu ada enam:
Pujian bersiIat keterlaluan, sehingga sampai kepada kedustaan.
Pujian yang mengandung unsur ria dan ingin menampakkan kesukaan, meskipun
dalam hatinya tidak ada semacam itu, hal ini termasuk orang ria yang munaIik.
Memuji tidak sesuai dengan kenyataan, seperti: ahli zuhud, wara', orang yang baik.
Padahal bukan semestinya, karena dia bukan seorang yang zuhud, bukan wara',
bukan orang yang baik dan sebagainya.
Bagi yang dipuji akan menimbulkan ketakaburan.
Bagi yang dipuji akan menimbulkan keujuban.
Bila dia dipuji dengan menyebutkan kebaikan-kebaikannya, maka dia merasa suka
dan gembira yang menimbulkan lupa diri sehingga meninggalkan
kepentingannya dan menimbulkan ekses-ekses yang tidak baik.
19. Kelalaian Menganalisa Omongan (`' = _ ')
Kelalaian terhadap kesalahan yang kecil ketika mengutarakan masalah, apalagi
masalah itu berhubungan dengan Allah dan siIat- siIat atau yang bertalian dengan
agama, sudah barang tentu akan menimbulkan kecelaan. Perbuatan ini merupakan
penyakit yang membinasakan kita, oleh karena itu hendaknya dicegah dengan cara
berdiam diri, bila hal ini dilaksanakan pasti akan selamat. Dan ini rahasia sabda
Rasulullah:
] .1 -') (,-'
Artinya :
+>arang siapa yang berdiam diri maka selamatlah dia)$
20. Yang terakhir adalah pertanyaan orang-orang awam terhadap siIat- siIat Allah,
kalam Allah dan khuruIan, umpamanya ia bertanya Al-, Qur'an itu qadim atau hadits?
Hal se macam ini akan menimbulkan keresahan dalam kehidupannya. Sebab dia
membicarakan suatu masalah yang menyangkut ten tang hal tersebut, sedang dia tidak
mengetahui tentang ilmunya.
55
Sebenarnya tugas orang awam itu tidak perlu memusatkan pembahasan masalah Allah
dan siIat-siIat-Nya, cukup bagi dia beribadat, beriman terhadap apa yang ada dalam Al-
Qur'an dan apa-apa yang dibawa oleh Rasulullah saw. karena membahas dan bertanya
selain dari ibadat itu dikhawatirkan akan tergelincir kepada kekuIuran.
!A7A9, ,E6,A! ,A6 @7@ 9AT@ ( NH R

AlGhazali mengutarakan bahwa kekuatan ghadab itu bertempat di hati, yakni


mendidihnya darah dalam hati yang mencari sasaran keluar. Kekuatan amarah dalam
hati manusia ini terdapat tiga bagian:
"ertama, kurangnya kekuatan atau tidak memiliki amarah, ini adalah tercela,
karena tidak ada rasa pemanasan dalam hatinya. 1edua, kelebihan kekuatan atau amarah
yang berlebihan sehingga keluar dari kontrol akal dan agama serta ketaatannya;
pandangan, penglihaan, pikiran dan ikhtiarnya tidak tetap, bahkan terjadi pula perubahan
bentuk pada wajahnya. 1etiga, amarah yang sedang. Yakni seimbang antara kekuatan
ghadab dan akal, ia marah pada waktu sesuai dengan kondisi dan situasi, namun dapat
dikendalikan dengan akal Iikiran.
Sebab-sebab yang mendorong amarah itu kadang-kadang timbul dari gharizah
(Iithriyah, naluri) dan kadang-kadang yang dipengaruhi oleh unsur luar (lingkungan).
Seorang yang sedang marah, buta matanya, tuli telinganya, bila diberi nasehat dia makin
merajalela. tetapi kalau otak sudah menguasainya, maka ia akan normal kembali.
Perumpamaan badan ini ibarat biduk, sedang hati adalah pemiliknya, meskipun
ditepuk ombak dan diguncangkan angin maka selalu hati dalam keadaan tenang, dialah
pengemudi, pengatur dan pengendali, tetapi kadang-kadang hati ini tak bisa menahan
dan melawan amarah, sebab itu ia membabi buta dan tuli.
Pengaruh yang tampak adalah perubahan raut muka, sangat tajam lirikannya,
timbul pekerjaan sikap dan pembicaraannva tidak teratur, sehingga mengakibatkan hal
yang kurang wajar. Andaikan seorang yang sedang marah itu bercermin, ia akan
berhenti karena ia melihat bahwa mukanya sangat buruk dan merasa malu.
Adapun pengaruh pada lisan adalah keluarnya caci maki dan kata kata yang
kotor, yang sebetulnya bagi orang yang berakal malu mendengarnya. Sedangkan
pengaruh pada anggota badan adalah memukul, menyepak, melempar, mengonyak,
membunuh, melukai, menempeleng dan lain sebagainya.
Dalam hati menimbulkan dendam kesumat, rasa susah, berazam menyebarkan
rahasia atau membuka tabir yang terselubung dan mengejek serta lain-lain keburukan.
Obat untuk menghilangkan ghadab adalah sebagai berikut:
Ingat cerita tentang keutamaan mengendalikan amarah, pemaaI, lemah lembut dsb.
Takut kepada siksa Allah.
Takut akibatnya, yaitu permusuhan dan penculikan.
Berpikir bahwa wajah pemarah ilu buruk.
Berpikir tentang sebab-sebab yang membawa kerusakan.
56
Mengetahui bahwa amarah itu timbul karena perbuatan ujub.
Adapun obat yang praktisnya adalah membaca taFa((udz:
c = ' - ' '= - ~ ' - = ' "
Artinya :
+Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk)$
Dendam adalah suasana hati yang tercekam oleh keberatan-keberatan yang mana
semuanya ini tetap dan senantiasa berada dalam hati, dendam adalah kelanjutan dari
amarah. Dengki adalah hasil dari pada dendam, dan dendam adalah hasil dari amarah,
jadi dengki adalah dahan dari cabang, dan amarah adalah batang dari cabang. Kemudian
dengki itu mempunyai keburukan yang tak terbilang banyaknya. sebagaimana sabda
Rasul:
Artinya :
+,engki adalah menghilangkan kebaikan-kebaikan) sebagaimana api
membakar kayu.

\
Artinya :
+?anganlah dengki-mendengki) janganlah saling marah-memarahi)
?anganlah saling buntut-membuntuti) ,an jadilah sebagai hamba Allah yang
bersaudara)$
AlGhazali meneruskan pembicaraannya: Ketahuilah bahwa tidak ada dengki
kecuali terhadap nikmat, apabila Allah memberikan nikmat kepada saudaramu, maka
kamu mempunyai dua sikap: "ertama, sikap membenci, gila akan mendapat nikmat, dan
suka gila nikmat itu hilang. 1edua, kamu tidak akan suka gila nikmat itu hilang dan
membencinya gila nikmat itu kekal, tetapi kamu menginginkan yang seperti itu, maka
ini yang disebut iri hati (Lv)
Dengki adalah penyakit hati yang besar, tak bisa terobati kecuali dengan ilmu
dan amal, ilmu kita harus bermanIaat. Untuk menghilangkan penyakit dengki adalah kita
harus mengetahui dan sadar bahwa dengki adalah kemudharatan yang menimpa kepada
agama dan dunia. Dalam hal agama dengki adalah membenci kepastian Allah dan
membenci nikmat yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya, serta membenci keadilan
Allah yang telah Allah berikan dengan kebijaksanaan-Nya. Adapun mudharat kepada
dunia adalah bahwa kamu merasa sakit, iri hati dan tersiksa yang tiada henti-hentinya
karena kamu iri hati melihat orang lain yang mendapat nikmat .
57
Begitulah sedikit intisari dari hal akhlak yang buruk.
Adapun akhlak yang mulia pada masalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menahan Amarah ( [K --' )
Dalam hal ini Al-Ghazali mengatakan bahwa: Salah satu tanda ketaqwaan dari
hamba Allah adalah mempunyai siIat dapat menahan amarah; Begitu pula menurut
sabda Rasul:
- --= - -' = '= -=' _' - -' -=
= -' - -' -=
Artinya:
+>arangsiapa yang menahan amarahnya maka Allah akan menahan siksa-
6ya terhadap orang tersebut, dan barangsiapa yang keberatan kepada
Tuhannya, maka Allah akan menerima keberatannya, dan barangsiapa
menyimpan lisannya maka Allah akan menutupi auratnya)$
2. Lemah-lembut ,'')
Lemah-Iembut dengan pengertian dapat menahan diri dari tindakan maksiat,
hilm ini lebih utama dan menahan amarah hanyalah sebagai ibarat daripada memaksa
hilm. Menahan amarah sebenarnya tidak perlu kecuali bagi orang yang telah terdorong
oleh kemarahan, ini membutuhkan kesungguhan yang serius, tetapi kalau hilm ini
direnungkan sebentar maka hilm menjadi biasa dan tidak akan terjadi amarah meskipun
ada yang mendorong. Inilah yang dinamakan hilm thabi'i (pembawaan) dan ini sebagai
tanda kesempurnaan akal, dan merupakan kesanggupan untuk memecahkan kekuatan
amarah dan menundukkannya kepada akal. Hal ini memang berat, tetapi apabila
dipaksakan berbuat hilm dan menahan amarah, maka amarah akan mudah dikendalikan.
3. PemaaI dan berbuat baik ( V I0 )
PemaaI adalah seorang yang mempunyai urusan (hak) dengan orang lain,
kemudian menggugurkan dan membebaskannya sehingga dia tidak mempunyai urusan
sesuatu apapun seperti dibebaskan qishash dan hutang. Pengertian ini tidak sama dengan
lemah-Iembut (tidak pemarah) dan menahan amarah.
4. Halus budi ,')
Halus budi ini lawan dari kasar ( z ) dan kotor (). Kasar adalah hasil
dari amarah dan keburukan, sedangkan halus dan lembut itu adalah hasil dari akhlak
yang baik dan menuju kearah keselamatan
1@1@7 ,A6 7A1*0 ( 2E
7

5
v
G
)
Al-Ghazali telah telah mengecam habis-habisan terhadap dunia, beliau
mengatakan bahwa dunia adalah musuh Allah, musuh wali-wali Allah dan musuh bagi
58
manusia. Beliau memberikan siIat-siIat dunia, bahwa dunia ini lekas Iana, cepat habis
dibandingkan dengan yang baqa, beliau juga menerangkan hakekat dan sebenarnya
dunia itu dan bagaimana sikap hamba terhadap dunia ini.
Setelah berbicara semua ini, Al-Ghazali mengatakan bahwa Iitnah dunia itu
banyak sekali cabang-cabangnya dan luas lapangannya, tetapi yang paling besar Iitnah
dan ujiannya adalah harta benda. Manusia tak pernah lepas dari padanya, apabila
manusia mendapat harta, maka manusia tidak terlepas dari hal yang buruk, bilamana
tidak mendapatkan sesuatu maka manusia menjadi Iakir dan ini hampir-hampir menjadi
kuIur, bila mendapat harta ia tersesat jalan yang mengakibatkan kerugian.
Al-Ghazali mengemukakan ayat-ayat yang menunjukkan tercelanya siIat kikir,
sebagaimana Iinnan Allah:
Artinya :
+?angalah sekali-kali mengira bah(a orang orang bakhil (kikir terhadap
apa yang Allah berikan daripada karunia-6ya kepada mereka itu adalah
baik bagi mereka, tetapi adalah keburukan bagi mereka)$
Begitu pula sabda Rasul banyak sekali yang menerangkan tentang hal ini.
Rakus adalah ketidakpuasan terhadap apa yang telah ia dapati, ia ingin selalu
lebih dari segala apa yang telah lebih dan seterusnya, makin banyak dia dapat makin
banyak pula rongrongan yang ada dalam jiwanya. Kikir dan tamak adalah siIat yang
tercela, oleh karena itu tidak sepantasnya bagi yang mempunyai harta untuk berbuat
kikir dan rakus.
Adapun akhlak yang mulia dari masalah ini adalah:
1. Mengirit ='-'))
Merasa puas dan apa yang telah ia dapati dalam usahanya.
Sabda Rasul menerangkan keutamaan qana'ah ini:
Artinya:
=Alangkah indahnya bagi orang yang mendapat petunjuk @slam sedangkan
hidupnya sederhana dan merasa cukup apa yang didapati dengannya=)
2. Pemurah (-E)
AlGhazali mengemukakan bahwa apabila harta itu dimiliki hamba Allah maka
sebaiknya dibelanjakan sesederhana mungkin sesuai dengan kebutuhan dan tidak
59
menuruti keinginan serta sedikit berkemauan. Dan bila ada lebih, maka sepantasnya
berbuat itsar (mendahulukan kepentingan orang lain). Pemurah adalah siIat yang harus
dimiliki pada naluri, karna itu adalah salah satu pokok keselamatan.
Hadits- hadits Rasul banyak sekali yang menerangkan keutamaan murah hati ini.
3. Mementingkan orang lain ('`')
Pemurah itu mempunyai tingkatan, sedang tingkat tertinggi bagi pemurah adalah
itsar, memberikan hartanya kepada orang lain sedangkan dia sendiri masih
membutuhkannya. Pemurah adalah sekedar memberikan apa yang dibutuhkan orang
lain, sedang dia sendiri masih membutuhkannya, Al-Qur'an menyebutkan tentang siIat
orang yang taqwa atau orang Anshor yang beriman:
Artinya :
=!ereka itu mementingkan orang lain dari pada dirinya meskipun mereka
sendiri masih memerlukan)=
4. Dermawan (u.)
Dermawan adalah berada di tengah-tengah antara boros dan kikir (israI dan
iqtar). SiIat ini adalah sangat terpuji karena ini termasuk akhlak yang baik.

d) "A6G1AT ,A6 7@AA ( ". -* )
Pangkat dan harta merupakan tiang dunia. Harta adalah sesuatu yang bisa
diambil manIaatnya, sedangkan Pangkat adalah sesuatu yang dimiliki hati untuk
mencapai dan mencari kebebasan dan ketaatan sebagaimana orang kaya memilki mata
uang dan dengannya berkuasa untuk mencapai maksud dan tujuan, memuaskan syahwat
dan selera naIsunya begitu pula orang yang mempunyai pangkat, yang memiliki hati
berkuasa menerapkan pangkatnya untuk digunakan sebagai pcrantara dalam mencapai
maksud dan tujuan. Orang mencari harta dengan mendirikan industri dan pabrik
sedangkan orang mencari pangkat berusaha menarik hati orang dengan bermacam-
macam pergaulan. Mengejar pangkat adalah tersebut, sebagaimana sabda Rasul:
0 ". IQ/; _V/ A 3R & ]/; -
2R
Artinya :
+Dinta harta dan pangkat itu menumbuhkan kemunafikan dalam hati,
sebagaimana air menumbuhkan sayur-sayuran
Arti dan hakekat pangkat atau kemegahan adalah memberikan lowongan
terhadap hati orang, yakni tekad hati untuk menepati kesempumaan padanya, maka
dengan modal tekad ini terseliplah di hati mereka baginya, dengan sekedar terselip di
60
hati itulah menimbulkan kekuasaan dalam hati dan dengan sekedar kekuasaan di dalam
hati itulah kemenangan dan cintanya terhadap pangkat dan kemegahan.
Selanjutnya Al-Ghazali menerangkan bahwa cinta kemegahan adalah siIat
pembawaan bagi manusia. Dalam bab berikutnya diterangkan pula siIat kesempumaan,
bahwa kesempurnan itu ada yang hakiki dan ada pula yang bcrsiIat semu, dan di dunia
ini tidak akan terdapat kesempumaan yang hakiki bagi makhluk, kecuali hanya khaliklah
yang Maha Sempuma.
Dalam pembicaraan selanjutnya, bahwa akhlak yang tercela adalah gila pujian
dan sanjungan. Memang manusia merasa senang dan gembira, namun di balik itu
terdapat keburukan-keburukan, di mana secara naluri bahwa manusia sangat membenci
apabila dicela dan senang apabila dipuji dan disanjung.
Al-Ghazali meneruskan pembicaraannya tentang riya, dimana riya ini adalah
terkutuk di sisi Allah. Ayat dan hadits serta atsar sahabat-sahabat yang menerangkan hal
ini.
Riya diambil dan kata Riya ( ' ' '), Sum'ah ( ((ingin didengar)
diambil dari kata Sama' (_). Riya asalnya memberikan lowongan dalam hati orang
dengan diperlihatkannya hal yang baik. Bcdanya dengan mencari pangkat adalah kalau
pangkat itu adalah dengan mencari simpati bukan dalam hal ibadah dengan usaha
ibadah, sedang riya adalah khusus dalam hal adat, mencari simpati dengan ibadat dan
menampakkannya, alhasil adalah jual tampang, pamer ingin dilihat.
Riya ini terdapat dalam masalah agama, yaitu yang berhubungan dengan keadaan
tubuh, tindakan dan gerak, ucapan dan amal, tampang ingin dilihat oleh kawan.
pengunjung dan orang-orang di sekitarnya.
Al-Ghazali tclah memberikan jalan keluamya bagaimana agar kita tidak
tcrcekam oleh riya ini sehingga kita bisa menjadi manusia yang ikhlas. yang bersih dari
siIat yang buruk ini.
e) 05!>56G ,A6 TA2?*>
Sombong atau takabur dan ta'ajub adalah dua penyakit yang membinasakan.
Orang yang takabur dan ta'ajub adalah bcrbahaya, dan perbuatan yang dikutuk dan
dibenci Allah swt.
Takabur terbagi dua komponen, pertama takabur yang bersiIat bathin dan kedua
bersiIat lahir. Takabur batin terdapat dalam jiwa, sedangkan takabur lahir itu timbul dari
anggota badan. Takabur yang sebenamya adalah terdapat dalam bathin. sedangkan
perbuatan itu adalah hasil dari keadaan bathin tersebut, dan inilah yang dinamakan
takabur.
Takabur adalah salahsatu kebiasaan yang harus dihilangkan. Menghilangkannya
adalah Iardu 'ain. Dan cara menghilangkannya adalah harus menjebol semua akar yang
ada dalam kalbu, dan menghilangkan (menolak) sebab-sebab yang mendatangkan siIat-
siIat takabur obat yang paling mujarab untuk mengobati penyakit tersebut adalah dengan
ilmu dan amal. Adapun pengobatan secara ilmiyah maka manusia harus mengahui
dirinya sendiri dan Tuhannya. Sedangkan amaliyahnya adalah harus bersikap tawadlu',
(rcndah diri) kepada Allah dengan perbuatan dan kepada seluruh makhluk Allah.
61
Ta'ajub adalah suatu perasaan yang menganggap agung terhadap nikmat dan
menganggap perlu, tetapi dia lalai menyandarkannya kepada Dzat yang memberi
nikmat. Sedangkan yang dikatakan sombong adalah angkuh dalam hati, dengan angkuh
itu dia merasa besar, dengan merasa besar timbul perbuatan-perbuatan yang menyalahi
syara'. Ta'ajub adalah merasa heran dalam dirinya bahwa dia sempurna keadaannya
tanpa mengingat bahwa kesempurnaan itu ada yang menyempurnakan. SiIat ta'ajub ini
adalah sumber dari takabur, karena dengan rasa ta'ajub terhadap dirinya maka dia akan
merasa besar, dengan merasa besar itulah maka timbul tindakan-tindakan takabur.
!E!"E7,AAA (')
Al-Ghazali mula-mula menyebutkan bahwa kunci kebahagiaan adalah
ketangkasan dan kecerdasan; sedangkan sumber kecelakaan adalah memperdaya dan
lupa. Tiada nikmat bagi Allah terhadap hambanya yang lebih besar dari pada iman dan
ma'riIat (pengetahuan), tidak ada perantara apapun yang menyampaikan kepada-Nya
kecuali terbukanya hati dengan cahaya pengetahuaan (--' -) juga tidak ada siksaan
yang lebih besar dari pada kekuIuran maksiat, dan tidak sampai kepadanya kecuali
karena buta hatinya oleh kebodohan.
Al-Ghazali telah mengungkapkan orang yang mendapat petunjuk dan yang tidak,
dengan ungkapan yang sangat indah. Sedangkan orang yang bcrbuat ghurur
diungkapkan scbagai orang-orang yang suka memperdaya adalah orang-orang, yang
telah Allah kehendaki untuk menyesatkan mereka. Maka Allah telah menyempitkan
dada mereka seolah-olah mereka itu akan naik ke langit. Sedangkan orang terpedaya
adalah orang yang tak terbuka matahatinya untuk mendapatkan tanggapan hidayah, dan
dia tetap dalam keadaan buta, hawa naIsunya sebagai penuntun dan syaitan sebagai
petunjuk jalannya.
Al-Qur'an menunjukkan keburukan ghurur sebagai berikut:
Artinya :
+?anganiah sekali-kali kamu sekalian terpedaya oleh kehidupan dunia(i dan
jangan sekali-kali memperdayakan Allah dengan tipu daya$
Al-Ghazali mengakhiri ini dengan kata-kata:
'Semua manusia binasa kecuali orang yang berilmu, orang yang berilmu pun
akan binasa kecuali orang yang beramal, orang yang beramal pun akan binasa
kecuali orang yang ikhlas, sedangkan orang yang ikhlas itu berada dalam
kekhawatiran yang sangat besar.
Oleh karena itu penipu (orang yang memperdaya) adalah binasa, sedangkan
orang yang ikhlas yang lari dari pada tipu daya adalah dalam kekhawatiran, oleh karena
itu tidak ada bedanya antara takut dan kegelisahan dalam hati.
62
g) TA*>AT -'))
Taubat adalah suatu perbuatan pengakuan, penyesalan diri terhadap kesalahan
dan penyerahan diri terhdap struktur Ilahy menuju jalan yang diridhoi Allah swt.
Taubat adalah perpaduan antara ilmu, gilhal (situasi) perbuatan yang satu sama
lain berkaitan.
Ilmu adalah mengetahui besamya kemudharatan dosa, dan dosa itu menghalang
antara hamba dengan apa yang dicintai. Ilmu di sini adalah iman dan yakin, yakni
menyakini bahwa dosa itu adalah racun yang membinasakan tanpa adanya keragu-
raguan.
Adapun bilhal, ialah meninggalkan dosa yang telah dilakukan, di masa yang
akan datang dia berazam tidak akan melakukan lagi, sedangkan masa yang lampau hams
ditambal dan dibayar dengan melakukan kebaikan-kebaikan.
Apabila kita berbuat maksiat, maka wajib bertaubat secara spontan, taubat adalah
perintah Allah sebagaimana ayat Al-Qur'an menyampaikan:

4
!
7

5
c
5
X
<

<

O

<
(
5
@
5
;
l
J
5
I
5

4
/
7

<
4
7

4
K
7

5
I
5

7
<V4 !
7
: ')
13 (
Artinya :
+>ertaubatlah kepada Allah semuanya (ahai orang yang beriman, nanti kamu
akan mendapat kebahagiaan )$
Apabila melaksanakan taubat itu terpenuhi dengan syarat-syaratnya, maka pasti
akan diterima, dan setiap hati yang menyerah diri pasrah diterima di sisi Allah.
Taubat adalah suatu ibarat penyesalan seseorang yang menimbulkan azam dan
tujuan, dengan kata lain bahwa syarat taubat adalah penyesalan ( '~-) azam (berniat)
untuk tidak melakukan maksiat lagi dan bebas dari hak kemanusiaan.

h) 09A>A7 ,A6 0A*1*7 ( * *KF )
Iman itu terletak pada sebagian orang shabar dan sebagian lagi terletak pada
orang yang bersyukur, keduanya termasuk dalam Asmaul Husna
Shabar itu telah menduduki tempat yang istimewa dalam agama, yakni tempat
yang terhormat dari orang-orang yang menempuh jalan kebaikan. Shabar adalah
rangkaian dari tiga perkara, yaitu maFrifat, bilhal dan amal. Ma'riIat adalah pokok yang
menimbulkan bilhal, dan bilhal menimbulkan amal, ma'riIat laksana batang pohon,
bilhal adalah cabang-cabangnya, sedangkan amal adalah buahnya.
Shabar adalah salah satu siIat yang istimewa bagi manusia, yang tak dimiliki
oleh malaikat dan binatang, karena malaikat telah sempuma dalam hal ini, sedangkan
binatang telah dikuasai oleh naIsunya yang merupakan naluri kejadiannya.
Menurut Al-Ghazali bahwa Iman ditinjau dari segi kebenaran dan amalan itu
dibagi kepada yakin dan shabar, sedangkan ditinjau dari segi hasil amaliyahnya dapat
dibagi kepada syukur dan shabar.
Selanjutnya Al-Ghazali mendudukkan syukur itu sejajar dan seirama dengan
shabar dalam kepentingan agama, dan inipun terjalin dari tiga perkara yaitu ilmu, bilhal,
63
dan amal. Ilmu itu mengetahui nikmat yang diberikan oleh Mun'im, bilhal adalah merasa
senang dengan mendapatkan nikmat tersebut, sedangkan amal adalah menjalankan
nikmat terrsebut sesuai dengan apa yang dimaksud oleh yang memberi nikmat dan yang
disukainya. Jadi pada hakekatnya syukur adalah perpaduan dari tiga unsur tersebut.
Al-Ghazali memberikan pengertian hakekat syukur itu ialah setiap kebaikan,
kelezatan, kebahagiaan dan bahkan setiap yang dicari dan yang mempengaruhi itu
adalah nikmat, tetapi nikmat yang sebenarnya adalah kebahagiaan di akhirat, adapun
nikmat dan kebahagiaan di dunia ini merupakan kebahagiaan semu untuk mencapai
proses kebahagiaan abadi.
Al-Ghazali meninjau nikmat itu dari berbagai segi, adakalanya ditinjau dan segi
manIaat di duuia dan akhirat, adakalanya ditinjau dari segi percampuran baik dan
pengaruh kepada dzat kebaikan an-sich, dan ditinjau dan manIaat lezat dan keindahan.
Al-Ghazali menggambarkan bagaimana orang bisa bershabar dan bersyukur pada
waktu bersamaan seperti orang yang ditimpa sakit bagaimana ia harus bersyukur dan
bershabar.
Akhirnya Al-Ghazali mempertanyakan yaitu mana yang lebih utama daripada
keduanya, apakah shabar atau syukur yang lebih utama.
i) 9A7A"A6 ,A6 1EDE!A0A6 (-=' '=')
Harapan dan kecemasan adalah dua sayap yang dengan keduanya terbanglah
Muqarrabin ke tempat yang terpuji. Keduanya merupakan tempat berpijak yang
dengannya terputuslah tiap-tiap akibat yang jelek dari jalan-jalan akhirat. Tidak ada
penuntun ke arah yang dekat ke hadirat Allah kecuali dengan pengharapan, dan tidak
ada yang menghalangi masuk neraka kecuali kekhawatiran atau kecemasan.
Harapan adalah salah satu jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang bersuluk,
dan hakekat harapan itu adalah kelapangan hati karena menunggu (menanti) ada yang
dicintai (disukai) diisi-Nya. Beramal atas dasar pengharapan itu lebih tinggi daripada
kecemasan, karena hamba yang lebih dekat kepada Allah adalah yang lebih cinta, dan
cinta itu lebih tinggi daripada harapan. Ini bisa diibaratkan dua orang hamba yang satu
menghadapi karena takut (kecemasan) akan siksaan dan yang lain menghidmat karena
mengharap upah. Oleh karena itu pengharapan dan husnudzon itu banyak kegembiraan
(targhib), apalagi menjelang mati.
Lawan dan pengharapan adalah putus asa, putus asa adalah dilarang oleh Allah
terutama dalam rahmat-Nya, sebagaimana Iirman Allah:.
Artinya:
+,an janganlah kamu berputus asa akan rahmat Allah)$
Dan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengharapan adalah
dorongan yang utama dalam beramal, karena dengan itu akan mendekatkan cinta dan
keberhasilan untuk mencapai tujuan. Tanpa adanya pengharapan maka tak akan berhasil
apa yang dicita-citakan.
64
Ketakutan itu tidak lepas daripada tiga perkara, yakni: ilmu, bilhal dan amal.
IImu ialah mengetahui sebab-sebab yang mendatangkan kebencian, mengetahui sebab-
sebab kebencian itu adalah sebab adanya perasaan takut (kecemasan) dan sakit hati,
kalau sebab-sebab itu lemah, maka kurang pula kecemasannya. Kemudian setelah
sempurna pengetahuan tentang ini maka akan mempengaruhi kebesaran dari kecemasan
yang dilimpahkan ke dalam hati, tubuh dan anggota badan, dan inilah yang disebut siIat
orang yang takut kepada Allah, dan tentu amalnya pun jelas. Inilah salah satu ciri dari
orang yang taqwa kepada Allah swt.
Mengenai masalah manakah yang lebih utama antara takut (cemas) dan harapan,
Al-Ghazali menyampaikan hal ini dengan ibarat adanya dua orang yang satu lapar dan
yang lainnya merasa haus, tentu ini adalah kebutuhan yang tidak sama, tergantung
kepada keperluan masing-masing. Andaikan dia dilanda penyakit hati rasa aman dari
kemurkaan Allah maka baginya takut adalah lebih utama , tetapi andaikan dia dilanda
penyakit putus asa (pesimis) maka yang lebih utama ialah harapan ('=')
Jadi masalah roja' dan khauI ini tergantung kepada kebutuhan masing-masing
setiap manusia
j) FA4A7 ,A6 G*9*, ( *RV 9' )
Al-Ghazali mengemukakan bahwa dunia ini adalah musuh Allah, dengan tipu-
dayanya cinta kepada dunia adalah pokok pangkal kesalahan dan kejahatan, sedangkan
membenci dunia adalah induk ketaatan.
Yang dimaksud dengan Iaqar di sini adalah sesuatu yang berhubungan dengan
harta. Pengertian fa3ar adalah orang yang tidak memiliki harta) Berdasarkan bahwa
harta yang tidak ada itu dibutuhkan dalam batas haknya.
Faqar ini terdapat lima tingkatan:
"ertama, jika seseorang itu diberi harta benda, ia menghindari karena
membenci dan menjaga keburukan dan kesibukannya, inilah yang dinamakan zuhud.
1edua, menghadapi harta benda tidak senang dengan segala aneka ragam
kesenangan, dan tidak membencinya, ini disebut ridlo.
1etiga, yakni keberadaan harta itu lebih suka daripada tidak adanya (alaupun
sebenarnya suka terhadap harta itu, namun keberadaannya tidak sampai mendorong
untuk berbuat kikir dan sombong. Orang yang semacam ini disebut 3anaFah, karena ia
merasa cukup terhadap rizki yang diterimanya.
1eempat, yakni meninggalkan usaha karena kelemahan, kalau tidak begitu dia
paling suka, dan jika ada jalannya maka dia pasti usaha meskipun dengan susah payah,
ini namanya masygul atau disebut harish (antusias) bagi orang yang mengusahakannya.
1elima, yakni tidak adanya harta itu karena darurat seperti orang yang lapar
karena tidak ada makanan, telanjang karena tidak ada pakaian, orang yang semacam
ini adalah mudhthar (butuh sama sekali) atau darurat.
Dari lima pcrkara ini yang tinggi adalah zuhud, yakni ada dan tidak ada harta
adalah sama saja.
Tingkatan zuhud itu terdapat tiga unsur:
65
"ertama yang terrendah adalah masih ingin kepada dunia, yakni hatinya masih
condong, sedangkan jiwanya berpaling dan ia bcrusaha untuk menghindari, ini yang
dinamai pengantar zuhud.
1edua adalah meninggalkan dunia karena thaFat, sebab dia mcnganggap rendah
terhadap dunia dengan bersandar kepada apa yang ia tamaki. Seperti halnya
meninggalkan serupiah (dirham) karena mendapatkan dua rupiah.
1etiga yang tertinggi adalah zuhud karena thaFat dan zuhud dalam
kezuhudannya, sehingga tidak nampak kezuhudannya karcna tidak tampak bahwa ia
mcninggalkan sesuatu, sebab beranggapan bahwa dunia ini tidak ada apa-apanya. Illat
yang mcnyebabkan dcmikian adalah karena mengetahui hal ini dengan sempurna. Orang
yang semacam ini adalah orang yang aman dari kekhawatiran berpaling kepada dunia.
Zuhud yang terpenting adalah dalam soal makanan, pakaian, tempat kediaman,
alat-alat rumah. masalah nikah, dan yang terakhir adalah harta dan pangkat (kedudukan).
Tanda-tanda zuhud scbagai berikut:
Tidak gembira dengan memiliki harta, dan tidak susah dikarenakan tidak adanya
harta.
Sama saja keadaannya, bila dicela ataupun dipuji.
BersiIat luwes dengan Allah. Dan biasanya terdapat kemanisan taat dalam hatinya.
k) TA%A11A# (-')
Pengertian tawakkal secara etimologi ialah menyerahkan urusan kepada orang
lain. Adapun pengeritian secara terminologis adalah suatu ibarat seseorang
mcngandalkan dirinya kepada orang yang mewakili. Tawakal ini dibagi kepada tiga
tingkatan:
"ertama, tawakkal kepada Allah seperti pasrah seseorang terhadap wakilnya
dalam penyelesaian suatu perkara.
1edua, tawakkal kepada Allah seperti pasrah seorang anak kepada ibunya
dengan mengharap kasih sayang sepenuhnya
1etiga, tawakkal seorang kepada Allah dalam hal mengurus mayat, yakni segala
sesuatunya diserahkan kepada yang memandikan mayat itu.
l) D@6TA, 7@6,*, #*%E0 ,A6 7E#A
Mahabbah kepada Allah adalah tujuan dari segala pangkat dan kedudukan yang
tertinggal dari segala derajat. Tidak ada sesuatu perkara setelah mendapatkan mahabbah
itu kecuali mendapatkan buah dan hasilnya seperti rindu, luwes dan rela, dan tidak
mendapatkan sesuatu sebelum mahabbah kecuali hanya mukaddimahnya seperti taubat,
shabar, zuhud dan lain-lainnya.
Segala sesuatu yang mengandung kelezatan dan kesenangan itu adalah yang
disukai (dicintai) menurut anggapan yang menemuinya, dan segala apa yang
mengandung kemelaratan itu adalah dibenci, menurut anggapan orang yang
menemuinya. Sesuatu akibat dari kelezatan dan kesakitan itu tidak luput dari yang
disenangi (dicintai) dan yang disukai, dan pengertian disukai di sini adalah kecondongan
tabiat. Maka suka (cinta) adalah suatu ibarat pada condongnya tabiat kepada sesuatu
66
yang dianggap lezat. dan jika kecenderungannya kuat maka ini dinamai asyik. Inilah
hakekat pengertian cinta (suka).
Sebenarnya yang berhak dicintai hanyalah Allah swt. sendiri sedangkan cinta
selain kepada Allah, yang bukan disandarkan kepada-Nya adalah kebodohan dan
kependekan makriIat terhadap Allah. Cinta kepada Rasul adalah tcrpuji karena in
merupakan 'ainnya cinta kepada Allah, begitu pula cinta kepada ulama dan atqiya.
Orang yang berbahagia di akhirat adalah tergantung kepada kekuatan cintanya
kepada Allah, karcna akhirat berarti menemui Allah dan kebahagiaan adalah bertemu
Allah. Alangkah besar nikmat orang yang menyintai apabila datang kepada yang
dicintai setelah lama merindukannya.
Orang yang tak merasa mahabbah kepada Allah ia pasti tak akan mcndapat
kerinduan dan memang tak akan terdapat kerinduan tanpa cinta.
m) 6@AT,@19#A0 ,A6 >E6A7 (~-' `=' -')
Telah tcrbukalah bagi orang yang mempunyai hati dengan iman daan cahaya Al-
Qur'an bahwa tidak akan sampai kepada kebahagiaan kecuali dengan ilmu dan ibadah,
oleh karena itu manusia semuanya binasa kecuali orang yang berilmu, yang berilmu pun
akan binasa kecuali orang yang beramal, dan orang yang beramal pun akan binasa
kecuali orang yang ikhlas, dan orang yang ikhlas itu berada pada kekhawatiran yang
sangat bcsar.
Amal tanpa niat adalah sia-sia, niat tanpa ikhlas adalah riya, cukuplah bagi orang
munaIik dan sama halnya dengan orang yang maksiat. Ikhlas tanpa kebenaran dan
kenyataan adalah mcnjadi abu. Oleh karena itu pekerjaan yang mula-mula bagi hamba
adalah berkehendak karena Allah semata.
Pengertian niat, kehendak (ibadat) dan qasd (tujuan) adalah ungkapan yang
berlaku dengan pengertian yang satu, yaitu perbuatan dan siIat yang timbul dari hati. lni
mengandung dua perkara. yaitu ilmu dan amal. Ilmu adalah modalnya, amal adalah buah
dan cabang-cabangnya. Oleh karena itu setiap perkerjaan yakni gerak dan diam yang
ikhtiyari itu tidak terlepas daripada ilmu, kehendak dan kuasa.
Niat ini berhubungan dengan amal, amal manusia itu banyak sekali, baik itu
perkataan, bcrgerak, berdiam, menarik, menolak, berIikir, bcrdzikir dan lain-lainnya
yang tak terhingga, namun demikian semuanya itu bisa kita bagi dalam tiga bagian yaitu
pekerjaan taat, maksiat dan mubah.
Mengenai cinta Allah kepada hamba-Nya sudah gamblang dan banyak ayat-ayat
Al-Qur'an yang menerangkannya, seperti:
X
<
I
G

5
< ;
O
Q ; ;*@vQ :--' ) 222 (
Artinya :
+0esungguhnya Allah itu mencintai kepada orang yang bertaubat dan cinta
kepada orang yang mensucikan dirinya)$
Adapun arti luwes adalah mencari kesenangan dan kegembiraan hati dengan
memperhatikan keindahan, sehingga apabila membiasakan dan mulus mengenang apa
67
yang telah gaib dan tidak khawatir hilangnya maka akan bertambah besar nikmat dan
kelezatannya. Bedanya dengan rindu, kalau rindu itu ditujukannya kepada yang telah
gaib, manakala yang gaib itu hadir maka ia merasa scnang. Apabila seseorang telah
membiasakan dengan keadaan luwes ini, maka mempunyai keinginan menyendiri dan
berkhalwat.
Niat adalah dorongan jiwa, mengarah dan condong kepada apa yang tampak,
sedangkan di dalamnya mengandung maksud sekarang atau nanti (akhirat), dan niat ini
tidak masuk di bawah pengawasan ikhtiyari.
Adapun mengenai ikhlas, sudah kita ketahui bahwa sesuatu itu terlibat
(bercampur) dengan yang lain, apabila bersih dari campuran dan mulus maka ini adalah
ikhlas, pekerjaan orang yang membersihkan dan yang mulus itu disebut ikhlas. Ikhlas ini
lawannya kemusyrikan, jadi barangsiapa yang tidak ikhlas maka dia termasuk musrik.
Musyrik itu bertingkat-tingkat. Kalau tidak ikhlas dalam tauhid maka berarti syirik
dalam uluhiyah, syirik ini ada yang samar-samar dan ada yang terangterangan, begitu
pula ikhlas, ikhlas dan syirik ini terdapat dalam hati, karena memang tempatnya di
dalam hati.
Mcngenai keutamaan ikhlas adalah jelas sebagaimana disebut dalam Al-Qur'an:
Artinya :
+lngatlah bah(a bagi Allah adalah agama yang mulus$
Begitu pula sabda Rasul:
X ' - - - - ' = = - - ' + - = ~ ,'+ ' - + ` = ' + -`
,/)
Artinva :
+Allah pasti akan menolong umat ini hanya dengan kaum yang lemahnya,
doFa, keikhlasan dan shalatnya)$
Dalam hal benar (shiddiq) ini berlaku dan digunakan dalam enam perkara, yaitu
benar dalam perkataan, benar dalam niat dan iradat, benar dalam 'azam benar dalam
melaksanakan azam, benar dalam amal dan benar dalam menyatakan hal agama
seluruhnya. Barangsiapa yang memiliki siIat benar dalam segala seginya maka dia
berhak disebut shiddiq, karena Shiddiq adalah shiqhat mubalaghah dari shidq. Kemudian
apabila seseorang berbuat benar hanya dalam satu segi saja maka daa berhak disebut
benar (shidq) dalam bidang tersebut.

Shidq yang paling penting dan utama adalah yang terakhir, yakni dalam agama,
yaitu shidq dalam khauI, raja, ta`dlim, zuhud, ridho, tawakkal, cinta dan lain-lainnya.
Sedangkan shidq yang sebenarnya adalah yang mendapatkan hakekat Shidq itu sendiri.
68

Anda mungkin juga menyukai