leonardussiby77@gmail.com
(Mahasiswa Pascasarjana IAKN Manado)
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Socrates, diakses 18 September 2020.
2
Ibid.
3
K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani. (Yogyakarta: Kanisius, 1996), h. 82
4
Ibid. h. 81
5
Fahriansyah, Antisofisme Socrates, dalam Jurnal Al’Ulum Vol. 61 No. 3, 2014. h.
25
6
Bertens, Sejarah Filsafat Yunani. h. 83
7
Ibid.
2
8
Ibid. h. 78-79, 83
3
9
Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu: Klasik hinga Kontemporer, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2016), h. 7
10
https://id.wikipedia.org/wiki/Socrates, diakses 18 September 2020
4
2. Etika
Sebagai seorang Filsuf, Socrates dikenal pula sebagai
seorang yang berpendirian teguh dan memiliki moralitas yang
tinggi. Keteguhan hati dan moralitas itulah yang membuat dia
menghadapi hukuman matinya dengan sangat tenang. Menurut
Socrates ajaran filosofinya dilakukan dengan perbuatan. Ia malah
tidak mengajarkan filosofi, melainkan hidup berfilosofi. Bagi dia
filosofi bukan isi, bukan hasil, bukan ajaran yang berdasarkan
dogma, melainkan fungsi yang hidup. Filosofinya mencari
kebenaran. Sebagai seorang guru, Socrates mengabdikan seluruh
14
hidupnya untuk mencari kebenaran. Oleh karena ia mencari
kebenaran, ia tidak mengajarkan. Ia bukan ahli pengetahuan,
11
Lubis, Filsafat Ilmu. h. 8
12
Bertens, Sejarah Filsafat Yunani. h. 87
13
Fahriansyah, Antisofisme Socrates, h. 25
14
Lubis, Filsafat Ilmu. h. 7
5
18
Lubis, Filsafat Ilmu. h. 7
7
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Socrates