1. Pendahuluan
2. Bahasa Kiasan Pendek
a. Beberapa Jenis Bahasa Kiasan Pendek
Yang Bersifat Perbandingan
Ibarat (Simile)
Metafor (Methaphor)
Yang bersifat Asosiasi
Metonimia (Metonymy)
Sinekdoke
Yang Bersifat Personifikasi
Personifikasi (Personification)
Apostrofe (Apostrophe)
Yang Bersifat Menekankan Suatu Makna atau Makna yang Sebaliknya
Hiperbola (Hyperbole)
Ironi (Irony)
Yang Menghindari Kata atau Ungkapan yang Kurang Menyenangkan
Yang Berfokus Kepada Sebuah Ide
b. Hal-hal Yang perlu Diperhatikan dalam Penafsiran
3. Perumpamaan
a. Sumber Perumpamaan
b. Tujuan Perumpamaan
c. Struktur Perumpamaan
d. Teologi Perumpamaan dalam PB
e. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penafsiran
4. Alegori
a. Pengenalan
b. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penafsiran
5. Simbol
a. Beberapa Ciri Simbol
b. Pembagian Simbol Menurut Jenisnya
Benda
Peraturan dan Upacara
Tindakan
Angka
Warna
Nama
Penglihatan
Mujizat
c. Hal-hal yang perlu Diperhatikan dalam Penafsiran
6. Nubuat
7. Kesimpulan
8. Daftar Pustaka
1. Pendahuluan
Bicara soal ragam sastra, Kita akan berhadapan dengan masalah definisinya.
Contohnya, apa itu kiasan? Pertanyaan ini tidak mudah dijawab, para sarjana tidak selalu
berpendapat sama. Ada yang berpendapat, semua bahasa merupakan bahasa kiasan, karena
pada hakikatnya tidak ada bahasa bersifat murni harfiah. Jadi apa yang dinamakan bahasa
kiasan hanya lebih bersifat kiasan daripada yang tidak begitu bersifat kiasan. 1 Jelas disini
tidak akan diperdebatkan panjang lebar dan rumit. Namun, paling tidak perlu diingatkan di
sini, bahwa bahasa kiasan mengambil porsi besar dalam Alkitab, baik itu dalam bentuk yang
pendek, berupa metafora, atau bentuk yang lebih panjang, berupa ragam sastra apokaliptik
yang hampir mencakup seluruh kitab Wahyu.2 Berkenaan dengan ini, isi bab ini akan
didahului dengan pembahasan berbagai bahasa kiasa, disusul dengan ragam sastra yang lebih
bersifat harfiah.
2. Bahasa Kiasan Pendek3
Bahasa kiasan menunjukkan penggunaan kiasan untuk meningkatkan efek pernyataan atau
penggambaran. Dengan demikian sebuah berita dapat disampaikan dengan cara
membandingkan atau mengasosiasikan satu hal dengan hal lain. Ia berbeda dengan bahasa
harafiah, yang menyampaikan berita melalui kata-kata (tanda-tanda) yang memiliki makna
yang dikenal dan diakui secara umum.
Bahasa kiasan dipakai secara luas dalam Alkitab, juga dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya, Surat Galatia 2:9 berbunyi, ...Yakobus, Kefas, Yohanes, yang dipandang
sebagai saka guru jemaat... Jelas, ketiga tokoh ini bukan saka guru dalam makna harfiah
tetapi kiasan. Atau, judul berita koran yang berbunyi, :Kesatuan sepak bola A
menggugurkan kesatuan sepak bola B. Kata gugur disini pasti bukan harfiah, tetapi kiasan.
Pemakaian bahasa kiasan sudah tentu ada sebabnya. Alasan utamanya adalah
kurangnya perbendaharaan kata. Dengan memakai bahasa kiasan, sebuah kata memiliki
konotasi tertentu, dipakai untuk menyampaikan makna lain. Selain itu, juga merupakan
media komunikasi yang dapat memberi informasi dan gambaran yang lebih hidup, jelas dan
mudah diingat.
1 Mickelsen, Interpreting The Bible, hlm. 179
2 Ada banyak macam ragam sastra yang dapat dikategorikan sebagai bahasa kiasan, termasuk jenis
bahasa kiasan pendek, alegori, simbol, tipe, pepatah, syair dan lainilain. Namun sarjana belum ada
kesepakatan dalam pembagian bahasan kiasan.
3 Buku yang ditulis Michelsen, Interpreting the Bible, memberi informasi yang berguna untuk topik
ini.
3
Bahasa kiasan memang efektif untuk menjelaskan hal-hal yang abstrak atau yang sulit
dipahami. Pemakaian bahasa kiasan dapat ditemukan dalam syair. Syair dapat melukiskan
sesuatu yang tidak berwujud dengan nyata, dapat mengungkapkan perasaan penulis syair,
dan juga membangkitkan emosi pembacanya. Alkitab menunjukkan bahwa para penulisnya
memakai bahasa kiasan dengan tujuan yang berbeda-beda, yaitu untuk menyampaikan
kekagumannya terhadap ciptaan Allah; kemudian ada yang bermaksud untuk melukiskan
kasihnya pada umat Tuhan; dan untuk menggambarkan pengalaman hidupnya. Ini semua
dilakukan dengan pertimbangan yang matang, menggunakan bahasa yang indah dan hidup.
Sekarang, tugas penafsir masa kini menemukan berita penulis kitab dan menggali kekayaan
Alkitab.
a. Beberapa Jenis Bahasa Kiasan Pendek
Yang Bersifat Perbandingan
Ibarat (Simile), merupakan perbandingan antara orang atau benda
dengan hal-hal lain, atau biasanya membandingkan persamaan dua
objek dengan memakai kata-kata seperti, bagaikan dan lainlain. Dalam PL juga
Walaupun
secara
jasmani
Herodes
tidak
mirip
Allah
atau
sebuah
objek
disebut
antropopatisme
merupakan
bahasa
kiasan
yang
suku
tersebut,
dimana
keseluruhan
diasosiasikan
sebagian.
bersorak-sorai
bersama-sama
retorika
di
hadapan
menunjuk
pada
dengan
atau
yang
sebaliknya
dari
makna
2.
3.
4.
5.
Perumpamaan yang tercatat dalam Alkitab merupakan cerita yang bertujuan menjelaskan
kebenaran rohani atau ajaran moral tertentu dengan menghubungkan hal-hal dalam cerita
yang sama dengan kebenaran atau ajaran itu. Itulah sebabnya perumpamaan juga disebut
sebagai cerita yang berasal dari dunia tetapi bermakna surgawi. 7 Dalam PL terdapat
sejumlah perumpamaan, contohnya, Kitab Yesaya 5:1-7. Namun, kebanyakan perumpamaan
tercatat di Injil Sinoptik. Diperkirakan sepertiga ajaran Tuhan yang tercatat dalam kitab injil
disampaikan dalam bentuk perumpamaan; jumlahnya kurang lebih 60 buah.8
a. Sumber Perumpamaan
Kebanyakan berasal dari kehidupan sehari-hari
Perumpamaan yang diberikan Tuhan Yesus membuktikan bahwa Beliau menaruh perhatian
besar kepada lingkungan, kejadian, dan kebiasaan yang ada di sekitar-Nya. Bahan-bahan
dalam perumpamaan-Nya mencakup pertanian, kehidupan keluarga, peradilan, pernikahan,
perdagangan, politik, hukum sipil, harta kekayaan, struktur sosial, cuaca, dan masih banyak
yang lain. Apa yang dilakukan Tuhan Yesus lazim pula dilakukan para rabi zaman itu.
Perumpamaan-perumpamaan ini menunjukkan hubungan erat dengan PL.9
b. Tujuan Perumpamaaan
Berperan penting dalam proses mengajar suatu kebenaran atau ajaran. Fungsinya adalah
membantu pendengar memahami dan mengingat kebenaran atau ajaran itu. Walaupun
terdapat reaksi berbeda satu dengan yang lain. Ini bukan saja berkaitan dengan daya
pemahaman mereka, tetapi juga berhubungan dengan sikap mereka terhadap ajaran Tuhan
7 George A. Buttrick, The Parables of Jesus (Grand Rapids: Baker Book House, 1979), hlm. 15
8 Archibald M. Hunter, Interpreting the Parables (Philadelphia: Westminster Press, 1960), hlm. 7, 9.
9 Joachim Jeremias dalam bukunya, Rediscovering the Parables (New York: Charles Scribners Sons,
1966), hlm. 22-23 menunjukkan, kutipan PL dalam perimpamaan ditambahkan pada kemudiaan hari.
Hal ini akan dijelaskan pada bagian berikutnya. Walaupun Jeremias memegang pendapat ini, ia harus
mengaku bahwa paling sedikit dalam dua kasus, Tuhan Yesus sangat mungkin telah mengutip PL. Ia
juga percaya, di belakang bahasa Yunani kitab Injil terbaca bahasa Aram, yang dipakai dalam
kehidupan sehari-hari pada zaman itu.
7
Yesus. Terdapat tanggapan dari tiga sarjana yaitu C. H. Dodd, T. W. Manson dan J.
Jeremias10, yang menyetujui bahwa perumpamaan pada dasarnya diberikan untuk
menjelaskan sebuah kebenaran. Setiap perumpamaan harus dibaca sesuai dengan
konteksnya. Konteks dimana perumpamaan terkait pertama kali disamapaikan, dan konteks
dimana perumpamaan ini ditulis untuk memnuhi kebutuhan gereja.11
c. Struktur Perumpamaan
Pada umumnya bagian kitab yang mencantumkan perumpamaan terdiri atas dua
subbagian, yaitu :
Sebab atau latar belakang diberikannya perumpamaan itu. Ditemukan
pada awal bagian kitab atau pada konteksnya.
Mengenai jaran atau penjelasan atau penutup biasanya diberikan setelah
perumpamaan disampaikan. Misalnya mencatat komentar-komentar
mengenai perumpamaan, yang menolong penafsir memahami isi
perumpamaan itu.
Selain kedua subbagian diatas, terdapat dua macam corak tentang perumpamaan abad
pertama, yaitu perumpamaan yang diberikan Tuhan Yesus, yaitu :
1. Perumpamaan yang dimulai dengan nomina dalam kasus nominatif. Corak
ini tanpa format membahas. Contohnya, Injil Markus 4:3; 12:1; injil
Lukas 7:41; 10:30, dan lain-lain.
2. Perumpamaan yang dimulai dengan berbagai format pendahuluan, seperti
kata seumpama (Matius 11:16), sama seperti (Matius 25:14);
apabila (Markus 13:28), atau penyataan (Matius 24:45), klausa
kondisional (Matius 18:12), dan klausa perintah (Matius 5:25).12
d. Teologi Perumpamaan-Perumpamaan dalam PB
Tema perumpamaan-perumpamaan yang diberikan Tuhan Yesus berkisar pada Kerajaan
Allah dan Kerajaan Surga. Terdapat dua macam pandangan terhadap topik Kerajaan Allah
dan Kerajaan Surgawi. Yang pertama berpendapat, kedua sebutan ini tidak sama; sedangkan
10 Hunter, Interpreting the Parables, hlm. 110-112.
11 C. H Dodd berpendapat, perumpamaan berfungsi menjawab pertanyaan yang timbul dalam gereja,
misalnya, mengapa orang Yahudi tidak mau percaya Tuhan Yesus. The Parables of Kingdom, Fontana
Books (London and Glasow: Collins Clear-Type Press, 1961), hlm. 15.
12 Jeremias, Rediscovering the Parables, hlm. 79-80; dan L. Mowry, Parable, dalam The
Interpreters Dictionary of the Bible, vol. 3, ed. George A. Buttrick (New York: Abingdon Press,
1962), hlm. 649-654.
8
yang kedua, kedua sebutan ini merupakan sinonim. Kerajaan Allah bersifat universal, yang
mencakup segala mahluk baik yang di surga maupun yang di bumi yang taat kepada Allah
dengan sepenuh hati. Sedangkan Kerajaan Surga menunjukkan kerajaan Daud yang bersifat
mesianik yang berada di atas bumi ini.13 Berbeda dengan mereka yang percaya bahwa kedua
istilah ini pada dasarnya sama. Pemakaian sebutan Kerajaan Surga di Injil Matius
berhubungan dengan kebiasaaan orang Yahudi yang menghindari nama Allah. Teologi
Kerajaan Allah mengambil tempat yang sangat penting dalam perumpamaan. Itu sebabnya
A. H. Hunter percaya, Dodd dan Jeremias telah menemukan inti perumpamaan dalam kitab
Injil : Pelayanan Kristus merupakan tindakan eskatologis yang berasal dari Allah,
melaluinya Allah mengunjungi dan menyelamatkan umat-Nya.14
e. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penafsiran PB :
1. Selalu menaruh perhatian pada subbagian sebab atau latar belakang.
2. Selalu menaruh perhatian pada subbagian ajaran atau penjelasan atau penutup.
3. Dalam keadaan kedua subbagian yang disebutkan di atas absen atau kurang jelas,
penafsir perlu memperluas penyelidikannya kepada konteks yang lebih jauh.
4. Mulainya sebuah perumpamaan sering ditandai dengan dengan format tertentu.
5. Penafsir perlu menguasai isi perumpamaan yang ditafsirnya.
6. Penafsir perlu memahami terlebih dahulu makna harfiah kata-kata yang dipakai
dalam perumpamaan.
7. Biasanya sebuah perumpamaan memounyai satu tujuan utama.
8. Tafsirlah perumpamaan dengan penjelasan yang sederhana.
9. Perumpamaan bukan dasar yang baik untuk membangun doktrin.
10. Hindarilah penafsiran alegoris.
4. Alegori
Kata alegori dipakai untuk menunjukkan salah satu macam ragam sastra. 15 Kata ini
dipakai satu kali di Surat Galatia 4:24.
a. Pengenalan
13 Ini dapat dibaca pada penjelasan untuk Injil Matius 6:33 yang diberikan Scofield Reference Bible.
Dalam edisi yang baru, pendirian ini sudah agak lunak dengan mengatakan bahwa dalam banyak
kasus kedua sebutan ini merupakan sinonim.
14 Hunter, Interpreting the Parables, hlm. 39.
15 Menurut KBBI, alegori adalah cerita yang dipakai sebagai lambang (ibarat atau kias)
perikehidupan manusia yang sebenarnya untuk mendidik (terutama moral) atau menerangkan sesuatu
(gagasan, cita-cita, atau nilai kehidupan, seperti kebijakan, kesetiaan, dan kejujuran). Pemakaian kata
alegori di bagian ini dekat dengan definisi yang diberikan KBBI.
9
Alegori biasanya lebih panjang dan terperinci daripada perumpamaan dan kiasan.
Alegori mempunyai hubungan yang erat dengan perumpamaan. Pada dasarnya alegori
merupakan metafora yang lebih luas, sedangkan perumpamaan merupakan ibarat yang lebih
panjang. Atau, boleh dikatakan, alegori merupakan cerita yang mengadakan beberapa
perbandingan. Dalam alegori terdapat ide-ide yang sulit dipastikan maknanya. Biasanya
alegori menggabungkan cerita dan penjelasan atau aplikasi menjadi satu. Alegori dapat
memiliki beberapa tujuan dan analogi-analogi. Dengan kata lain, alegori adalah
perumpamaan yang jauh lebih sulit, yang tidak memperhatikan nasihat moral melainkan
kebenaran yang bersifat teoritis.
Baik PL maupun PB terdapat alegori, contohnya, Kitab Mazmur 80:9-16; Yesaya 5:1-6;
Amsal 5:15-18; Yehezkiel 13:8-16; Injil Yohanes 10:1-16; Surat 1 Korintus 3:10-15; Surat
Galatia 4:21-31; Surat Efesus 6:11-17. Dengan metode mengajar atau menafsir ini, penulis
menyampaikan kebenaran dengan efektif. Pola ini juga mengabaikan sebuah kenyataan
bahwa isi bagian kitab yang ditafsirnya sesungguhnya tidak membutuhkan penafsiran seperti
ini.16
5. Simbol
Simbol menunjuk hal yang dipakai untuk menyampaikan arti yang melebihi makna yang
umum atau biasa lekat pada hal tersebut. Jadi simbol merupakan tanda yang memberi makna
khusus.
Simbol tidak sama dengan tipe17 (type), tidak dibatasi waktu, sehingga simbol dapat
melambangkan makna tertentu pada masa-masa yang tidak sama. Contohnya, singa yang
melambangkan kekuatan yang tidak dibatasi waktu baik di masa lampau, sekarang dan yang
akan datang. Seringkali metafora yang ada dalam alkitab merupakan simbol (baca Mrk.
14:22-24). Tipe selalu dihubungkan dengan hal yang akan datang. Tipologi merupakan salah
satu cabang nubuat. Contohnya, Kitab Surat Ibrani 3:1-6, Musa menjadi tipe bagi Tuhan
Yesus yang akan datang pada kemudian hari.
sebaliknya, dia juga perlu hati-hati agar tidak mencari-cari simbol yang
sebenarnya tidak ada. Untuk kedua hal ini penafsir dituntut bersikap
sensitif dan teliti.
b. Pembagian simbol menurut jenisnya
Benda
Benda seperti salib, garam, atau emas mempunyai makna simbolis. Makna
simobol adakalanya mempunyai sejarah yang panjang, dan seharusnya dipahami
dari sudut yang berbeda. Salib sebagai contohnya.
Dalam PL, orang berbuat dosa yang dihukum mati lalu digantung pada tiang
menunjukkan dia adalah orang yang dikutuk Allah (Ul. 21:22,23). 19 pada abad
pertama biasanya orang Yahudi menghukum orang yang berbuat kesalahan besar
dengan melemparinya dengan batu sampai mati. Pada zaman salib itu merupakan
alat yang dipakai orang Romawi untuk menghukum pelanggar berat, misalnya,
pemberontak. Tidak demikian di mata penulis-penulis kitab PB. Karena Tuhan
Yesus mati di atas salib, maka salib merupakan simbol yang mempunyai makna
teologis. Salib Tuhan Yesus menjadi simbol penderitaan yang ditanggung-Nya.
Salib menunjuk kasih Tuhan Yesus, karya penyelamatan-Nya, serta usaha-Nya
mendamaikan orang yang berdosa dengan Allah. Di atas kayu salib, Beliau
menebus orang berdosa. Salib juga melambangkan penyangkalan diri yang
dilakukan Kristus, itu sebabnya murid-Nya pun harus menyangkal dirinya,
memikul salibnya dan mengikut Dia (Mat. 16:24). Kayu menunjuk sikap orang
Kristen yang menyangkal diri dan rela menderita demi Tuhan. Di atas salib, orang
Kristen disalibkan bersama Kristus agar hidup di dalamnya (Gal. 2:20).
Jadi untuk menafsir sebuah simbol, misalnya salib, penafsir harus menaruh
perhatian kepada konteks bagian kitab yang terkait, paling tidak dia boleh lebih
mengenal penderitaan Tuhan Yesus di atas kayu salib sesungguhnya melampaui
penderitaan jasmani. Inilah yang mebuat Beliau berseru dengan suara nyaring,
Eloi, Eloi, lama sabakhtani?, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau
meninggalkan Aku? (Mrk. 15:34). Rupanya pada saat itu, Tuhan Yesus
menanggung dosa seisi dunia.
Tidak semua simbol dapat dijelaskan dengan mudah. Di antara simbol-simbol
ini, misalnya, sulit untuk memastikan makna emas tua, perak, tembaga, besi, dan
tanah liat yang tercatat dalam Kitab Daniel 2:32, 33; tidak jarang menimbulkan
perdebatan yang panjang serta kesulitan memastikan apakah tembaga zaman itu
sama dengan tembaga saat ini.
Peraturan atau upacara juga dapat dijadikan simbol. Misalnya, baptis atau
perjamuan kudus. Terdapat unsur benda yang dipakai, tindakan manusia, dan
19 Orang Yahudi zaman itu memang belum mengenal kayu salib, semacam alat menghukum yang
dipakai orang Romawi. Konsep tiang ini masih dapat ditemukan di Surat 1 Petrus 2:24. Kata kayu
salib di ayat ini dapat diterjemahkan secara harfiah menjadi tiang. Di ayat ini konsep tiang dan kayu
salib melebur menjadi satu.
12
tindakan Allah. Penafsir perlu menaruh perhatian kepada semua unsur ini ketika
menyelidik. Sebab seringkali melalui unsur-unsur ini, simbol menyampaikan
makna rohani atau teologisnya.
Tindakan
Angka
Warna
Merah biasanya dianggap sebagai simbol darah Kristus, Karya PenebusanNya. Di Yesaya 63:1-2, warna merah atau sinonimnya menunjuk penghakiman di
Kitab; di Kitab Yesaya 1:18, menggambarkan dosa; di Injil Matius 16:2,
menjelaskan langit; dan di kitab Nahum 2:3, melukiskan para prajurit. Penafsir
20 Baca Bab III bagian Semantik buku ini, yang menjelaskan nilai angka yang diwakili abjad bahasa
Ibrani dan Yunani.
21 Menurut Ramm, tiga adakalanya berarti beberapa, adakalanya sangat banyak. Protestan
Biblical Interpretation, hlm. 217.
22 Oswald Thompson Allis, Bible Numerics (Philadelphia, PA: Presbyterian and Reformed
Publishing Co., 1961), hlm. 13. Rupanya buku kecil ini ditulis untuk membantah pandangan Ivan
Panin dan pengikutnya, Sabiers, yang mencoba menjelaskan Alkitab dengan cara menghitung huruf,
kata dan ayat Alkitab, serta mencari makna yang tersembunyi dibelakangnya.
23 Buku yang ditulis Michael Drosnin, The Bible Code (Sandi Alkitab), terj. Anton Adiwiyoto, ed.
Lyndon Saputra (Jakarta: Professional Books, 1997), adalah contoh pendekatan demikian. Waktu
membuktikan pendekatan seperti ini tidak dapat bertahan lama.
13
perlu sangat hati-hati karena warna merah tidak selalu melambangkan darah
Kristus.24
Dalam bahasa-bahasa yang dipakai penulis Alkitab, warna berhubungan erat
dengan benda atau kata tertentu. Dalam bahasa Ibrani kata biru katanya
berhubungan dengan ikan; kirmizi mungkin berasal dari semacam ulat yang
merahnya seperti kirmizi; kata putih sama dengan kain lenan putih.25
Nama
Nama dipakai sebagai simbol contohnya, Kitab Wahyu 2:9b mencatat, ,,,
sebaliknya mereka adalah jemaah (atau terjemahan lain: jemaat sinagoge) iblis.
Contoh berikutnya, misalnya, Babilon, Yerusalem baru, dan lain-lain.
Nama tokoh, contohnya, nama Yesus, atau dalam bahasa Ibrani Yosua,
berarti Yahweh adalah keselamatan. Bagi orang Kristen, nama ini berarti karena
Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka (Mat. 1:21).
Tetapi tidak setiap nama mempunyai makna khusus. Nama tempat, contohnya,
nama kota perlindungan (Bil. 35:9-15; Yos. 20:1-9).
Penglihatan
Alkitab mencatat banyak peristiwa penglihatan, nabi atau rasul melihat hal
yang simbolis. Contohnya, buah-buahan musim kemarau yang tercatat dicatat di
ayat 2. Ini berarti kesudahan sudah dekat, dan Tuhan tidak akan memaafkan umatNya Israel lagi.26
Mukjizat
Dua contoh yang dapat diberikan di sini adalah nyala api yang keluar dari
semak duri yang tercatat di Kitab Keluaran pasal 3; tiang awan dan tuang api yang
tercatat di kitab yang sama pasal 13.
4.1 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penafsiran
1. Dalam penafsir simbol, tidak ada hukum baku yang berlaku atas setiap kasus.
2. Penafsir perlu ekstra hati-hati ketika menafsir warna, angka, logam, atau
permata.
3. Berilah perhatian kepada ciri-ciri umum, utama, dan penting sebuah simbol.
4. Selalu memperhatikan latar belakang yang berkaitan dengan simbol. Selain
Alkitab, sumber yang paling kaya dan dapat diandalkan, penafsir boleh
menaruh perhatian kepada penemuan arkeologi.
5. Penjelasan diberikan Alkitab, khususnya bagian yang terkait, merupakan
keterangan yang paling menentukan.
6. Jika bagian yang terkait tidak memberi informasi yang cukup, penafsir perlu
memperhatikan konteks yang lebih jauh dan tujuan kitab tersebut.
24 Sterrett, How to Understand Your Bible, hlm. 104.
25 Ramm, Protestant Biblical Interpretation, hlm. 218.
26 Mickelsen, Interpreting the Bible, hlm. 268.
14
27 Pembaca yang tertarik pada penyajian berbagai bentuk nubuat yang lebih mendetail diarahkan
pada diskusi dalam Gordon D. Fee dan Douglas Stuart, How to Read the Bible for All its Worth: A
Guide to Understanding the Bible, ed. Ke-3 (Grand Rapids: Zondervan, 2003), 194-197; dan William
W. Klein, Craig L. Blomberg, dan Robert L. Hubbard Jr., Introduction to Biblical Interpretation
(Dallas: Word, 1993), 292-302.
28 A. Berkeley Mickelsen. Interpretating the Bible (Grand Rapids: Eerdmands, 1963), 280.
15
7. Kesimpulan
1. Gaya bahasa kiasan adalah mempelajari atau memahami segala cara untuk mencapai
suatu efek tertentu dan pernyataan.
2. Gaya bahasa dari segi bahasa yaitu cara menggunakan bahasa, Gaya Bahasa
memungkinkan kita dapat melihat pribadi watak dan kemampuan seseorang yang
mempergunakan suatu bahasa.
3. Gaya bahasa secara umum yaitu mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa,
tingka laku, berpakaian dan sebagainya.
4. Gaya bahasa dapat ditinjau dari bermacam-macam sudut pandang yitu dari segi non
bahasa dan segi bahasa.
5. Dilihat dari segi bahasa terdapat berbagai jenis-jenis gaya bahasa :
a. Gaya bahasa berdasarkan Pilihan kata
b. Gaya bahasa berdasarkan Nada
c. Gaya bahasa berdasarkan Struktur kalimat
d. Gaya bahasa berdasarkan Langsung tidaknya makna.
16
8. Daftar Pustaka
Mickelsen, A. Berkeley. Interpreting the Bible. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans,
1966
Kridalaksana, Harimurti. Kamus Lingusitik, edisi ketiga. Jakarta: GramediaPustaka
Utama, 1993.
Buttrick, George A. The Parables of Jesus. Grand Rapids,Michigan: Baker Book
House, 1979.
Hunter, Archibald M. Interpreting the Parables. Philadelphia: The Westminster Press,
1960.
Terry, Milton S. Biblical Hermeneutics. Grand Rapids: Zondervan Publishing House,
1983. The Infallible Word, A Symposium by the Members of The Faculty of
Westminster Theological Seminary. Philadelphia: Presbyterian and Reformed
Pub.Co., 1946.
Allis, Oswald Thompson. Bible Numerics.
17
18