Anda di halaman 1dari 7

Prinsip-Prinsip Penggembalaan Berdasarkan Injil Yohanes 10

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada begitu banyak definisi mengenai penggembalaan yang ditunjukkan oleh para Ahli
diantaranya H. Faber “penggembalaan adalah tiap-tiap pekerjaan yang didalamnya si pelayan
sadar akan akibat yang ditimbulkan oleh percakapannya atau khotbah nya atas kepribadian
orang yang pada saat itu dikunjunginya.
Menurut Daniel Ronda seorang gembala sangat penting bagi pertumbuhan rohani jemaat,
dalam arti bahwa pertumbuhan rohani/iman jemaat itu sangat ditentukan oleh seorang
gembala, oleh karena pertumbuhan iman jemaat itu sebagian dari mendengar firman/khotbah
yang diberitakan atau disampaikan oleh gembala. Dengan pendidikan seperti ini,
pertumbuhan rohani jemaat dapat terjadi.1
Dalam Injil Yohanes 10 di situ dengan judul perikop “Gembala Yang Baik”. Dalam pasal ini
diceritakan tentang perumpamaan Kristus mengenai dirinya sendiri sebagai pintu kandang
domba dan gembala dari domba-dombanya.
Orang-orang Farisi menentang Kristus dengan memakai prinsip berikut ini sebagai dalih
mereka, yaitu bahwa mereka adalah gembala-gembala gereja, sedangkan Yesus adalah
penyusup dan penyesat karena tidak mendapat tugas perutusan dari mereka, dan karena itu
orang banyak wajib menaati mereka dan ikut menentang Dia. Untuk menentang dalih
mereka, di sini Kristus menggambarkan siapa gembala sejati dan siapa gembala palsu, serta
membiarkan mereka menebak-nebak mereka itu masuk golongan yang mana.
Pengenalan domba terhadap gembala dan sebaliknya hanya bisa didasari oleh relasi yang
mendalam antara keduanya. Relasi itu mengandaikan adanya kemampuan domba mengenali
suara gembalanya dan kemampuan gembala memanggil domba-dombanya menurut namanya.
Sejak dahulu kala orang Israel yang mempunyai domba-domba, menyerahkan ternaknya
kepada gembala-gembala. Pada malam hari domba-domba itu di giring ke dalam kandang
ditengah padang rumput. Kandang itu tidak beratap, hanya bagian belakang dari kandang itu
sering diberi beratap, sehingga pada musim hujan domba-domba berteduh disana. Pada
petang hari si gembala berdiri di sana dan seekor demi seekor masukloah domba-domba itu
ke dalam. Sementara itu gembala memeriksa apakah ada domba yang luka yang perlu
diobatinya. Tiap-tiap dombadombanya menegenal suara gembala domba itu. Gembala itu
mengenal domba-dombanya, tiap domba diberi nama. Kadang-kadang ia harus menempuh
bahaya dalam menjaga domba-dombanya.
Gembala mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan rohani jemaat Tuhan
saat ini. Seorang gembala menerima perintah dari sorga dan mau tidak mau harus ia lakukan
karena itu tugas dan tanggungjawab sebagai gembala yang nantinya akan dihadapkan kepada
Allah untuk memberikan pertanggungjawaban atas apa yang ia lakukan. Seorang gembala
bertanggung jawab dalam menggembalakan, memelihara, menjaga mengawasi domba-domba

1 Arozatulo Telaumbanua, ‘Peran Gembala Sidang Sebagai Pendidik Dalam Pertumbuhan Rohani
Jemaat’, Fidei: Jurnal Teologi Sistematika Dan Praktika, 2.2 (2019), 362–87.
yang dipercayakan kepadanya, di tengah jemaat yang memiliki perbedaan baik dari segi
bahasa, adat istiadat, suku, pendidikan dan lain sebagainya.1

B. Rumusa Masalah
Adapun Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah inj adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana prinsip penggembalaan menurut Yohanes 10
2. Apakah Gembala Harus mengerti suara jemaat nya?
3. Mengapa seorang gembala harus menjaga domba-domba nya?
4. Siapakah Gembala yang ditujukan dalam pasal Tersebut?

BAB II
ISI
A. Prinsip Penggembalaan Menurut Yohanes 10
Istilah “Prinsip” merupakan kata benda yang berati dasar, asas (kebenaran yang menjadi
pokok dasar berpikir, bertindak dan sebagainya). Istilah lain dari prinsip ialah suatu
pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh
seseorang/kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak. Sebuah prinsip
merupakan roh dari sebuah perkembangan ataupun perubahan, dan merupakan akumulasi
dari pengalaman ataupun pemaknaan oleh sebuah objek atau subjek tertentu. Jadi bagi
penulis prinsip pelayanan gembala yang baik ialah dasar berpikir yang fundamental atau
kebenaran secara umum yang dimiliki oleh gembala secara khusus tentang pemahaman
Alkitab.2
1. Mengenal suara Domba-domba nya (Yoh 10:3-4)
Apa yang dimaksud dengan mengenal suaranya? Tuhan Yesus membentuk beberapa kiasan
dari bidang peternakan domba untuk mengajar mengenai diri-Nya dan karya-Nya. Peternakan
domba adalah pekerjaan yang biasa pada zaman itu, sehingga kiasan-kiasan yang dipakai
dalam bagian ini menimbulkan banyak tema bagi para pembaca pertama. Nah di sini kita
akan mencari Prinsip-prinsip apa yang dibutuhkan seorang gembala.
Perumpamaan ini bukanlah perumpamaan biasa yang sering dijumpai dalam tiga Injil lainnya
atau yang biasa disebut Injil Sinoptik. Perumpamaan ini adalah sebuah deskripsi mengenai
kehidupan yang Yesus lihat di Palestina abad pertama.(michael, 1989, p. 175) Yesus hidup di
zaman di mana pekerjaan sebagai gembala adalah hal yang sering dijumpai. Dan memang ini
adalah sebuah keunikan dari ajaranajaran yang Yesus sampaikan yang tidak terlepas dari
1 Arozatulo Telaumbanua, ‘Peran Gembala Sidang Sebagai Pendidik Dalam Pertumbuhan Rohani
Jemaat, 326.
2 Anton M.Moeliono, Kamus besar bahasa indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), 701
kehidupan politik, sosial, ekonomi orang Israel pada waktu itu. Jadi tentu bukan lagi hal asing
di kalangan Israel jika perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus berbicara mengenai
gembala. Apa yang Yesus sampaikan di sini mendapat respon dari para pendengarnya (ayat
21). Jika kembali melihat apa yang terjadi di pasal sebelumnya (pasal 9), maka kita akan
menemukan alasan Yesus kemudian menyampaikan perumpamaan ini. Yesus yang pada
waktu itu menyembuhkan seorang yang buta sejak lahirnya mendapat respon yang berbeda-
beda dari orang Farisi. Tentu Yesus merasa bahwa tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
orang Farisi berawal dari ketidaktahuan mereka akan jati diri-nya. Sehingga perumpamaan
mengenai Gembala yang baik disampaikan-nya. Perumpamaan ini tidak lain merujuk kepada
Yesus sendiri. Jadi, keterkaitan antara pasal 9 dan 10 sudah sangat jelas, di mana pasal 9
sendiri merupakan latar belakang munculnya perumpamaan Yesus itu. Di pasal 9:41, berisi
teguran Yesus yang sangat keras akan sikap orang Farisi yang masih dibutahkan oleh
berbagai bentuk prasangkaprasangka.Perumpamaan mengenai Gembala yang baik mau
memberikan sebuah pelajaran berharga bahwa meskipun Yesus berasal dari golongan kecil
tetapi Dia mampu menjadi Gembala yang sejati.Yesus mau memperlihatkan bagaimana
seorang Gembala yang baik memperlakukan domba-dombanya dengan baik pula.(tenney,
1996, p. 157) Ditinjau dari struktur teks, perumpamaan ini terbagi ke dalam dua bagian besar.
Pada pasal 10:1-6 merupakan perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus mengenai
Gembala, dan di pasal 10:7-21 merupakan isi dari perumpamaan tersebut.
Perumpaan Yesus Mengenai Gembala Dalam perumpamaan ini Yesus membandingkan dua
sosok Gembala, di mana Gembala yang pertama digambarkan sebagai seorang pencuri.
Gembala yang disebutkan sebagai seorang pencuri ini karena pada dasarnya ketika memasuki
sebuah kandang ia tidak melalui pintu . Karena dia adalah seorang Gembala tentu domba-
dombanya juga akan mengikutinya karena dombanya mengenal dia. Henry dan Richard
mengatakan bahwa perumpamaan Yesus ini bukan bagaimana mau mengajarkan tentang
seorang Gembala memperlakukan dombanya, tetapi lebih kepada sebuah teguran akan orang-
orang 5 Prinsip-Prinsip Penggembalaan, Alferdi yang selalu menganggap dirinya gembala,
tetapi tindakannya tidak mencerminkan hal tersebut. Ketergantungan domba akan Gembala
dapat dilihat ketika Gembala berjalan di depan dan domba-dombanya mengikutinya dari
belakang. Adanya ketergantungan ini mau menegaskan bahwa ketika Gembala itu akrab dan
mampu beradaptasi dengan dombanya tentu domba tidak akan ragu mengikutinya. Inilah
yang Yesus mau perlihatkan juga kepada orang Farisi bahwa penolakan mereka tidak lebih
karena orang Farisi tidak mengenalnya.
Dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini ada dua macam arti gembala dalam Alkitab: pertama,
orang yang menggembalakan ternak. Kedua, orang yang mengasuh dan membina manusia,
yaitu gembala yang bersifat ilahi maupun fana. Gembala dalam arti harafiah pada zaman dulu
dan sekarang, mengemban panggilan tugas yang banyak tuntutannya, panggilan Habel
sebagai gembala dapat kita lihat dalam (Kej. 4:2), dia harus mencari rumput dan air di daerah
yang kering dan berbatu-batu (Maz. 23:2), harus melindungi kawanan domba gembalaannya
terhadap cuaca buruk dan binatang buas (Am. 3:12), harus mencari dan membawa kembali
setiap domba yang sesat (Yeh. 34:8; Mat. 18:12 dst). Dalam buku Henry T. Blackaby
mengatakan bahwa gembala juga dapat di artikan sebagai pemimpin umat Tuhan.1 Pemimpin

1 Henry T. Blackaby, Perjumpaan Kembali Yang Menyegarkan, (Batam Centre: Interaksara, 1995),
189
umat Tuhan merupakan hak istimewa dan tanggung jawab besar, sekali pun setiap orang
mempunyai akses dan harus mempertanggung jawabkan langsung kepada Tuhan, seorang
pemimpin rohani memikul banyak tanggung jawab akan keadaan umat Tuhan yang ia
pimpin.
Tidak ada peralihan antara pasal 9 dan pasal 10, dan hubungan antara pasal 10:1-12 dan pasal
9 tidak dijelaskan oleh Rasul Yohanes. Namun kedua bagian ini menceritakan sikap para
pemimpin agama Yahudi. Kedua bagian ini juga menegaskan kontras antara sikap Tuhan
Yesus dan sikap para pemimpin agama Yahudi. Dalam pasal 9 kita melihat bahwa mereka
tidak mencari kebenaran, dan mereka bersikap keras terhadap seseorang yang disembuhkan.
Dalam pasal 10:1-21 mereka disebut "pencuri" dan "perampok" domba. Bagian ini
dilatarbelakangi oleh beberapa nas dalam Perjanjian Lama yang menegur para pemimpin
agama Yahudi, yang disebut "gembala".
Dalam pasal 10:1-9 Dia adalah "pintu", suatu kiasan yang menceritakan kepada kita bahwa
Dia adalah Juru Selamat yang benar, yang satu-satu. Akan tetapi dalam ayat 10-21 Dia adalah
"Gembala yang Baik". Kiasan "Gembala yang Baik" mengembangkan ajaran mengenai Dia
sebagai Juru Selamat. Kedua kiasan ini ("Pintu" dan "Gembala yang Baik") sulit disatukan
secara logika. Namun ada beberapa kasus yang mirip kasus ini.
2. Menjadi Gembala Yang Baik
Yohanes 10:2 “tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba.Akulah
gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya”.
Yesus mengindentifikasi diri-Nya bukan sekadar sebagai gembala, namun sebagai gembala
yang baik . Sebelumnya Yesus hanya menyinggung perbedaan antara gembala dan yang
bukan gembala, tetapi di sini Yesus juga melibatkan gembala upahan dan bukan pemilik
domba. Ketika bahaya datang mengancam domba-domba, ia bukannya memberikan
nyawanya, tetapi malahan menyelamatkan nyawanya sendiri dan membiarkan domba-domba
itu binasa.
Yesus adalah gembala yang baik, sebab Ia mengenal domba-domba-Nya dan domba-domba-
Nya mengenal-Nya (ayat 14). Yesus memiliki hubungan timbal balik dan intim dengan
domba-domba-Nya dan karena itu Ia memperhatikan mereka. Keintiman hubungan Yesus
dan domba-domba-Nya menjadi jelas, karena hubungan itu disamakan dengan hubungan-Nya
dengan Bapa-Nya (ayat 15) yang dilandasi oleh kasih. Dengan kata lain, ada keintiman yang
penuh kasih di antara gembala dengan domba-domba; Gembala mengenal yang lemah dan
yang kuat, yang keras kepala dan yang tunduk, kesakitan dan kebutuhan setiap domba,
sebaliknya domba-domba mengenal dan memercayai gembala mereka, nada suaranya,
caranya mengarahkan mereka ke padang rumput, keberaniannya dalam menghadapi bahaya
satu lagi perluasan dilakukan Yesus yang dinyatakan pada ayat 16 bahwa ada domba-domba
lain miliknya, yang bukan dari kandang ini yang harus Ia gembalakan juga. “Kandang ini”
merujuk pada kata “kandang” dalam ayat 1-5 yang mewakili orang-orang Yahudi. Jadi ketika
Yesus mengatakan bahwa Ia memiliki domba lain yang bukan dari kandang ini, itu pasti
merujuk kepada bangsa-bangsa lain. Domba-domba lain ini juga akan mendengar suara
Yesus dan akan disatukan menjadi satu kawanan dengan satu gembala, yaitu Yesus. Yesus
juga memberikan nyawa-Nya untuk domba-domba ini. Dengan demikian, keselamatan yang
dari orang Yahudi memang pertama-tama diberitakan kepada orang-orang Yahudi, namun
tetap terbuka untuk bangsa-bangsa lain juga, dan ini adalah penggenapan nubuat mesianis
dan dasar dari misi non-Yahudi.

3. Panggilan Allah
Prinsip panggilan Allah bagi kepemimpinan penggembalaan masih relevan dan penting pada masa
kini. Prinsip ini tergambar di dalam Yoh. Gembala memasuki tugas penggembalaan atau tugas
pelayanan pekerjaan Tuhan hanya melalui satu-satunya pintu yang sah, yaitu Yesus
Kristus.Kepemimpinan penggembalaan harus sesuai dengan hak yang Tuhan berikan melalui
panggilan dan ketetapan Tuhan kepadanya. Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat
Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri» . Dengan demikian, otoritas
kepemimpinan yang dimiliki seorang gembala dalam tugas penggembalaan adalah otoritas yang
berasal dari Tuhan dan harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.

4. Pemeliharaan (10:9-10)
Pemeliharaan berkaitan dengan pertumbuhan. Pemeliharaan jemaat berkorelasi dengan
pertumbuhan jemaat, khususnya pertumbuhan secara kualitas.menyatakan bahwa tujuan
terakhir dari penggembalaan adalah supaya jemaat Yesus Kristus dibangun, dalam pengertian
semua anggota jemaat menjadi anggota yang hidup, yang tahu akan panggilannya, sehingga
jemaat itu menjadi suatu jemaat yang hidup dan menarik, seperti lampu di atas gunung. Jika
jemaat tidak dibangun, maka pasti ada masalah dalam kepemimpinan penggembalaan. Salah
satunya mungkin tugas dan tanggung jawab pemeliharaan tidak dilaksanakan dengan baik
dalam kepemimpinan gembala.Dalam konteks pertumbuhan jemaat, gembala jemaat
bertanggung jawab memberi makan jemaat, yaitu memberi makanan bagi jiwa mereka
dengan firman Allah yang diterangkan agar dipahami dan dilakukan dengan setia. Pengajaran
firman Allah kepada jemaat menjadi hal yang pokok karena melalui firman Allah, jemaat
dibangun dalam iman oleh pengenalan yang benar akan Allah. Firman Tuhan harus
benar-benar dapat menyentuh dan dihidupi dalam kehidupan keseharian jemaat.Dalam
penggembalaan, gembala memberitakan firman Tuhan melalui percakapan penggembalaan
dan menyajikannya sebagai firman Allah yang relevan untuk kehidupan sehari-hari.
Prinsip pemeliharaan menuntut gembala mengenal domba-dombanya, sama seperti Yesus
sebagai gembala yang baik mengenal domba-domba-Nya dan domba-domba-Nya mengenal-
Nya (Yoh. 10:14). Kepemimpinan gembala yang sejati tidak boleh mengabaikan tuntutan ini.
Gembala harus mengenal setiap anggota jemaatnya, karena merekalah yang dilayaninya, jiwa
merekalah yang hendak dipelihara. Rice mengatakan, “Memelihara jiwa melibatkan berbagai
macam perhatian lebih dari sekadar pikiran dan tubuh. Karena pengetahuan tentang jiwa
manusia hanya datang dari hubungan dengan Allah, melayani jiwa-jiwa berarti mengurus
cara orang-orang berhubungan dengan Allah dengan memberikan perhatian kepada
kehidupan rohani mereka. Seorang gembala tidak akan dapat melayani jemaatnya dengan
cara seperti ini, tanpa pengenalan yang intim secara timbal balik antara dia dan jemaatnya.
Gembala memerlukan pengetahuan yang mendalam akan jemaatnya dan jemaatnya perlu
merasa yakin akan kepemimpinannya.
Seorang gembala wajib melayani kawanan domba, mencari yang hilang, membalut yang terluka,
menguatkan dan menyembuhkan yang sakit (Yeh. 34:16). Secara rohani gembala jemaat merawat
jemaat yang sakit, dalam arti jemaat yang dalam pergumulan. Gembala harus mampu mendeteksi
pergumulan yang dihadapi oleh setiap anggota jemaat dan memberi pertolongan. Pertolongan dapat
berupa memberi perhatian yang khusus dan lebih, konseling, mendukung dalam doa, memberi nasihat
melalui firman Tuhan, dan lain-lain. Hal ini dilakukan agar jemaat mampu menanggapi, menghadapi,
dan menjalani pergumulan mereka sesuai dengan kehendak Tuhan. Gembala jemaat mampu
mewujudkan semua ini hanya melalui perkunjungan pastoral sebagai alat utama dalam pelaksanaan
penggembalaan jemaat.Seorang gembala juga adalah penjaga dan pelindung bagi domba-domba dari
musuh-musuh mereka dan senantiasa memberi peringatan kepada mereka akan hal itu. Artinya, selain
menjamin pertumbuhan jemaat, tugas dan tanggung jawab pemeliharaan ini juga mencakup jaminan
keamanan bagi jemaat dalam konteks serangan ajaran sesat. Gembala harus berperan sebagai
pengawas/penjaga dan pelindung untuk menyelamatkan jemaat dari bahaya. Mengawasi jemaat dalam
pelaksanaan ibadah dan ketetapan Injil serta melindungi jemaat dari berbagai ajaran palsu yang
menyesatkan (Ef. 4:11-16). Gembala harus mempersiapkan dan memperlengkapi jemaat dalam
menghadapi rupa-rupa ajaran yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, salah satunya
melalui pengajaran firman Tuhan secara intensif dan terfokus, agar dalam menghadapi penyesatan
jemaat mampu membentengi diri sendiri dan menolaknya.

Anda mungkin juga menyukai