Anda di halaman 1dari 16

JEMAAT BERKEMBANG II

BAGIAN-BAGIAN LAIN DARI PERJANJIAN BARU

A. Surat Ibrani
Surat Ibrani adalah surat yang ditulis untuk menjawab dilema dari orang-orang
Kristen Yahudi. Yang mana melalui keberadaan orang-orang Kristen Yahudi inilah akan
ditentukan keberadaan gereja saat ini. Dalam Surat Ibrani Jemaat Kristen dipandang
sebagai umat Allah yang sedang mengembara. Hal ini dapat jelas kita lihat dalam
pembicaraan tentang warisan dalam Ibrani 3 dan 4, dan pada tema yang membahas
tentang Imam Besar yang lebih diperluas. Yang mana kedua tema ini didasarakan
kepada pengalaman bangsa Israel di padang gurun.
Dalam Ibrani 3:6, pembaca surat (Jemaat pada masa itu), disebut sebagai
rumah Allah. Hal ini diperuntukkan kepada sekumpulan orang yang percaya kepada
Kristus. Oleh sebab itu dalam uraiannya penulis menjelaskan bagaimana Imam Besar telah
mendamaikan dosa-dosa seluruh bangsa (Ibrani 2:17). Hal ini mengindikasikan bahwa
orang-orang Kristen masa itu memperoleh hubungan dengan Kristus melalui korban
kematian-Nya.
Selain itu, penulis juga menggunakan ungkapan umat Allah untuk
menggambarkan orang-orang yang mendapat perhentian (Ibrani 4:9). Perhentian disini
berbicara tentang hubungan orang-orang Kristen dengan Allah dalam sebuah gereja,
dengan berhenti dari segala pekerjaan yang menyibukkan mereka. Dalam hal ini mereka
dikatakan sebagai orang Israel secara rohani karena iman mereka untuk mewarisi
perhentian yang tidak dimiliki bangsa Israel yang terdahulu.
Dalam pembahasan tentang imam besar umat Allah adalah orang-orang
yang menghadap Allah dengan keyakinan Iman. (Ibrani 10:22). Oleh karena itu orang-
orang percaya tidak terlepas dari sebuah Jemaat, atas dasar iman mereka secara pribadi.
Hal ini menunjuk bahwa Imam Besar bertindak sebagai Wakil bagi mereka.
Dalam surat Ibrani ini juga jemaat tidak disebut sebagai Tubuh Kristus
melainkan dijelaskan dengan kiasan Bukit Zion, kota Allah yang hidup, dan Yerusalem
Surgawi (Ibrani 12:22), namun sebutan ini lebih menunjuk kepada orang-orang kudus
yang di surga. Selain itu penulis juga menyebut Jemaat dalam surat Ibrani sebagai anak-
anak sulung yang terdapat di surga (Ibrani 12:23) dalam bentuk khususnya yang lebih
mengarah kepada perhimpunan Israel di bawah Pimpinan Musa, diakui surga dan tidak
sama dengan kelompok tertentu di atas bumi.

1
Penulis dalam surat Ibrani ini tidak mempunyai gagasan tentang Jemaat
sebagai sebuah organisasi gerejawi. Yang dipikirkan penulis surat Ibrani tentang jemaat
adalah orang-orang yang tidak memiliki tempat tinggal yang tetap, para pengembara yang
sedang menuju sebuah kota yang akan datang (Ibrani 13:14).
Surat Ibrani sedikit sekali mengmukakan mengenai tema ibadat Jemaat yang
mula-mula, yang mana hal ini sangat bertolak belakang dengan Latar Belakang kitab
ibrani itu sendiri. Yang menarik dalam surat Ibrani ini, cenderung umat Allah yang
mengerti akan tradisi tersebut menyimpang dari kebiasaan-kebiasaan umum yang
ditetapkan. Adapun yang dilakukan dari orang-orang Kristen tersebut ketika berkumpul
adalah saling menasehati (Ibrani 10:25). Pokok utama yang ada dalam kitab Ibrani sendiri
adalah berisikan sebuah ajakan untuk percaya dan menghampiri Allah (bnd. Ibrani 4:16).
Alasan inilah yang menyebabkan ibadat dan penyembahan di dalam surat ibrani begitu
ditekankan yang merupakan unsure pokok dari pertemuan Jemaat Kristen. Di dalam surat
Ibrani Allah digambarkan sedemikian rupa sehingga dengan demikian layak untuk
menerima rasa hormat dan rasa takut dari manausia (Ibrani 12:28-29), alasan ini jugalah
yang menjadikan umatNya dinasehati untuk mempersembahkan ibadat yang berkenan
kepadaNya. Dalam surat ibrani pengakuan dan liturgy Ibadat tidak ditonjolkan. Upacara
pengorbanan pun dalam surat Ibrani tidak ditonjolkan secara spesifik mengingat Kriatus
telah mempersembahkan diriNya sendiri satu kali untuk selama-lamanya sebagai korban
yang cukup bagi semua orang.
Pelayanan Firman di dalam surat Ibrani tidak begitu menonjol tetapi kutipan-
kutipan dari PL yang tercantum di dalam surat Ibrani memperlihatkan pengaruh yang
cukup besar dari Firman Tuhan kepada penulis sekaligus memperlihatkan kepada kita
bahwa pembaca saat itu mengkaui kuasa Firman Tuhan (bnd. Ibrani 4:12; Ibr 1:3).
Mengenai pengaturan Gereja di dalam surat Ibrani tidak dibahas dengan begitu
rinci. Yang tertulis dalam surat Ibrani hanya menunjuk kepada pemimpin-pemimpin (Ibr
13:7,17), (hegoumenoin; istilah Yahudi-Yunani yang berarti orang yang memiliki
wewenang), dan dalam hal ini tidak untuk menunjuk kepada suatu jabatan dalam sebuah
jemaat atau gereja. Dalam hal ini jemaat bisa dikatakan masih belum mengerti mengenai
pengaturan gereja yang cukup terorganisir. Jemaat pada masa itu dapat dikatakan berada
dalam pimpinana Roh Kudus dalam hal tata gereja. Satu-satunya Rasul yang disebut
dalam surat Ibrani adalah Kristus Yesus itu sendiri (Ibr 3:1).
Mengenai baptisan dalam Ibrani 6:2 disebut pelbagai pembaptisan yang
menunjuk bentuk jamak, hal ini merupakan keterangan mengenai baptisan Kristen yang
menunjuk kepada pentingnya upacara tersebut. Selain itu dalam surat Ibrani juga disebut

2
tentang penumpangan tangan. Selain itu, Ibrani 10:22-23, berbicara mengenai hati yang
dibersihkan dan tubuh yang yang dibasuh hal ini menjelaskan mengenai baptisan Kristen.
Namun, dalam Ibrani 10:19, menjelaskan tentang pendekatan yang baru dalam hal
baptisan oleh darah yang mana hal ini merupakan contoh lain dari baptisan dalam PB
yang dihubungkan dengan kematian Kristus.
Mengenai Perjamuan Kudus, dalam Ibrani 10:13 penulis sedang
membandingkan mezbah Kristen dan mezbah Imam. Mezbah dalam hal ini berarti
keseluruhan pekerjaan pengorbanan Kristus. Dalam hal ini penulis tidak sedang
menunjukan mengenai penafsiran Perjamuan Kudus, melainkan sedang menunjukan
keunggulan kekristenan terhadap upacara agama Yahudi.

B. Surat Yakobus
Surat Yakobus adalah surat yang dikirim oleh Yakobus saudara Yesus kepada
dua belas suku di perantauan. (Yak.1:1). Pada masa itu sinagoge disebut sebagai
perkumpulan dan bukan gereja (Yak 2:2). Surat Yakobus ditulis pada masa di mana gereja
masih berada di dalam lingkungan umum Yudaisme dan sebelum ia menjadi gerakan
keagamaan yang berdiri sendiri. Sebutan kedua belas suku memberikan kesan bahwa yang
dimaksud adalah orang-orang Kristen Yahudi. Istilah perantauan (diaspora) dalam surat
Yakobus menunjuk kepada orang-orang Yahudi yang tinggal di daerah orang-orang bukan
Yahudi.
Dalam surat Yakobus terdapat dua gagasan tentang Jemaat. Yang pertama
adalah penggunaan istilah kumpulan (sunagoge) dalam Yakobus 2:2 dan para penatua
jemaat dalam Yakobus 5:14. Sunagoge dalam hal ini tidak menunjuk kepada orang
Kristen yang masih betemu di dalam rumah ibadah orang Yahudi sebagai mana yang bisa
mereka lakukan melainkan menunjuk kepada perhimpunan orang Kristen.
Adapun ajaran tentang jemaat yang berlaku pada masa itu adalah :
1. Menyatakan bahwa prinsip kesamaan perlu diterapkan oleh anggota-anggota Jemaat
(Yak. 2:1-7), karena pada masa itu terjadi ketidaksamaan atau ketidak setaraan antara
orang yang kaya dan yang miskin.
2. Tanggung jawab jemaat terhadap kebutuhan pribadi dari anggota-anggotanya, yang
digambarkan dalam peristiwa kesembuhan rohani (Yak. 5:13dst). Hal ini menunjuk
kepada hubungan di dalam jemaat pada masa itu, yang diwakili oleh para penatua.
Penatua di sini berarti mereka yang paling dihormati dalam Jemaat, yaitu orang-orang
yang lebih tua.

C. Surat-surat Petrus

3
Surat I Petrus ditujukan kepada orang-orang pendatang tersebar . yaitu
orang-orang yang dipilih (I Petrus 1:1-2). Dengan kata lain orang-orang yang dipilih ini
bisa menunjuk kepada orang-orang Yahudi Perserakan, penganut agama Yahudi, dan
bangsa lain yang baru saja mengenal Allah (proselit).
Dalam I Petrus 2:4-8 orang-orang percaya diumpamakan sebagai batu-batu
yang hidup yang dipergunakan untuk pembangunan suatu rumah rohani. Hal yang menarik
adalah pada masa itu pribadi-pribadi baru itu tidak memikirkan untuk menciptakan suatu
organisasi yang mana di bawahnya orang-orang percaya bisa bernaung. Dan pada masa itu
bangunan tidak digambarkan sebagai rumah Allah.
Gagasan lain yang muncul adalah gagasan umat Allah (I Petrus 2:10). Selain
itu mereka ditunjuk sebagai bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang
kudus, umat kepunyaan Allah sendiri (I Ptr 2:9). Di sini pengulangan tema Imamat adalah
penting, karena nampaknya Petrus ingin menekankan bahwa keimaman tidak lagi
diperuntukan bagi kelompok tertentu, tetapi merupakan milik semua orang percaya.
Karena dengan demikian seluruh umat Kristen mempunyai hak untuk mneghampiri Allah.
Hal lain yang menarik dari surat I Petrus adalah diambilnya lambang-lambang
dari peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Yang pertama penggambaran orang-
orang Kristen sebagai orang-orang pendatang (I Petrus 1:1-2), yang kedua keterangan
mengenai Anak Domba Paskah (I Petrus 1:18-19), yang ketiga adalah mengenai
keseluruhan gambaran dalam I Petrus 2:9 yang diambil dari peristiwa Keluaran dalam PL.
sehingga di dalam PB Jemaat Kristen pada masa ini merupakan penggenapan Israel secara
rohani. Hal ini penting dilakukan khususnya ditujukan bagi orang-orang bukan Yahudi
yang sebelumnya dianggap bukan umat.
Dalam I Petrus 5:6, penulis ingin menekankan tentang kerendahan hati. Selain
itu di dalam I Petrus 5:1 penulis juga ingin menekankan tentang kepemimpinan Kristen
yang dikenal dengan jabatan penatua. Penatua dalam hal ini merupakan jabatan gerejawi
satu-satunya pada masa itu. Petrus seringkali menggunakan istilah gembala untuk
menggambarkan Kristus serta Penatua-penatua (I Petrus 2:25; 5:2). Selain itu Kristus
memiliki istilah lain, yakni Penilik (episkopos). Jemaat digambarkan sebagai kawanan
domba Allah (I Petrus 5:2). Adapun peranan gembala di sini adalah untuk menunjukan
teladan dan memperhatikan kawanan domba.
Hierarki yang terdapat dalam surat-surat Petrus adalah berdasarkan usia, yang
mana orang-orang muda tunduk kepada orang-orang yang lebih tua (I Petrus 5:5). Hal ini
muncul dengan alasan istilah penatua nampaknya digunakan dalam surat ini dalam

4
pengertian usia yang lebih tua, bukan dalam kedudukan jabatan penatua. Pada sisi lain di
dalam surat I Pertus ini juga dikemukakan tentang karunia melayani (I Petrus 4:10-11).
Di dalam surat I petrus juga dijelaskan tentang Baptisan (I Petrus 3:20-21).
Bagi Petrus sendiri baptisan sangatlah penting. Baptisan dipandang sebagai tanda ikrar
dalam menanggapi tuntutan Allah untuk beriman dan taat. Adapun upacara Baptis di
dalam I Petrus 1:21 dan 22 4:11 ditujukan kepada orang-orang yang baru dibaptis.
Sedangkan bagian awal dan bagian akhir dari surat ini ditujukan kepada seluruh
perhimpunan jemaat.
Surat II Petrus membahas persoalan-persoalan serius tentang ajaran yang
benar dan penyimpangan moral. Surat ini ditujukan secara umum kepada mereka yang
memperoleh iman yang sama dengan Petrus (2 Ptr 1:1). Yang mana dari surat ini Petrus
berkeinginan untuk menjaga kemurnian Jemaat, baik dalam pengajaran maupun dalam
tingkah laku.

Pembangunan Gereja

Gereja Sebagai Bangunan

Di satu pihak, Gereja gereja Perjanjian Baru tidak langsung mencapai tujuan akhir
dan kesempurnaannya; di lain pihak juga, Allah terus memperhatikan pertumbuhan gereja
dan gereja sendiri di panggil untuk bertumbuh, meluas, mengkonsolidasi, atau dalam satu
kata, untuk membangun dirinya sendiri. Kedua konsep ini erat terkait, berlatar belakang
sejarah penebusan yang jelas, dan masing-masing mewakili sudut pandang yang berbeda.
Tetapi Paulus lebih mengedepankan gambaran bangunan.

Ide pembangunan bersandar pada konsep gereja sebagai rumah, bait, dan
bangunan Allah, sebuah konsep yang muncul di perjanjian Baru; sementara Ide
pertumbuhan bersandar pada gambaran gereja sebagai tanaman, ladang, dsb. Seperti
halnya dengan tubuh kristus, kedua ide ini mendefinisikan gereja sebagai umat Allah dan
menunjukkan bahwa kita tidak bisa mengutamakan beberapa gambaran gereja dan
mengabsolutkannya dengan mengorbankan gambaran-gambaran lain.

Pertama kita akan lebih dulu melihat dasar Perjanjian Lama dari gambaran gereja
sebagai rumah, bait, atau bangunan. Berkenaan dengan Israel eskatologis sejati,

5
gambaran ini terutama berangkat dari nubuat pemulihan yang penuh kemurahan terhadap
umat yang terserak dalam pembuangan dan terhadap rumah, bait Allah, dan kota-kota
mereka yang hancur. Konsep membangun menyimbolkan sikap Allah yang penuh kemurahan
terhadap sisa umat-Nya, dan Yudaisme yang belakangan menantikan masa depan dalam
pemahaman seperti ini. Seluruh Perjanjian Baru, khususnya Paulus, juga mengaitkan
pembangunan gereja Kristen dengan arti sejarah-penebusan dan eskatologis.

Gereja bisa digambarkan secara umum sebagai bangunan dan secara khusus sebagai
bait Allah. Menurut 1 Petrus 2:5, Bait Allah dan ibadah Perjanjian Lama digantikan oleh
rumah rohani yang untuk pembangunannya, jemaat dipakai sebagai batu hidup.
Pemikiran serupa mendasari Paulus saat ia menyebut jemaat sebagai bait Allah ( 1 Kor.
3:16), dan menyebut hidup baru sebagai ibadah rohani di mana orang percaya harus
mempersembahkan diri kepada Allah sebagai persembahan yang hidup (Rm. 12:1; 15:16).
Hal ini terkait erat dengan konsep Allah yang berdiam, yang juga menjelaskkan natur gereja.
Berdiamnya Allah disini dijelaskan sebagai berdiamnya Roh Allah, yang juga adalah Roh
Kristus (Rm. 8:9-11; 1 Kor. 3:16). Tatanan konsepnya adalah dengan menjadi milik Kristus,
gereja menjadi bait Allah di dalam mana Roh Kristus diam, yang juga bisa di sebut sebagai
Kristus berdiam dalam hati mereka (Ef. 3:17).

Gereja adalah bangunan Allah (1 Kor. 3:9), rumah Allah, tiang penopang, dan dasar
kebenaran (1 Tim. 3:15); orang percaya adalah anggota rumah Allah (Ef. 2:19); para rasul dan
tua-tua adalah Hamba Allah (1 Kor. 4:1). Di 1 Korintus 3:10, Paulus menyebut dirinya
sebagai ahli bangunan yang meletakkan dasar, di atas mana orang lain terus membangun ( 1
Kor. 3:11). Di sana, ia berbicara tentang rupa-rupa kualitas bangunan yang didirikan (emas,
perak, dsb). Yang Paulus maksudkan jelas bukan gereja itu sendiri tetapi pekerjaan yang
mereka terima dari para pengkhotbah atau penatalayanan yang datang kemudian. Di tempat
lain, para rasul dan nabi di sebut sebagai dasar (Ef. 2:20), dan gereja sendiri, khususnya
dalam bagian paraenetik disebut sebagai pelaku pembagunan. Terminologi bangunan
dipaparkan paling luas di Efesus 2:19-22, yang menegaskan bahwa orang Kristen dari
bangsa-bangsa lain bukanlah orang asing dan pendatang, tetapi rekan sekerja dan anggota
keluarga Allah. Jadi konsep gereja sebagai rumah Allah sangat terkait dengan
kewarganegaraan rohani dari Israel sejati, umat Allah sejarah-penebusan. Menurut Efesus, di
dalam Dia seluruh bangunan rapi tersusun menjadi Bait Allah yang Kudus di dalam Tuhan.
Selain itu, di dlaam Dia bangsa-bangsa lain turut di bangunkan menjadi tempat kediaman
Allah di dalam Roh. Bait adalah titik berangkat, tetapi juga tujuan. Setiap orang yang berada

6
dalam Kristus di bangun bersama-sama dalam bangunan ini supaya berbagian dalam Rumah
di mana Allah tinggal melalui Roh-Nya.

Kata yang menyatakan pertalian dalam tubuh Kristus juga menyatakan konsolidasi
rumah Allah. Seperti organisme hidup, rumah Allah pun bertumbuh (Ef. 2:21) dan seperti
rumah, tubuh pun di bangun (Ef.4:12,16). Konsep ketiga yang terkait dengan semua ini
adalah gereja sebagai tanaman Allah. Di dalam Perjanjian Lama, membangun terkait
dengan menanam. Gereja Perjanjian Baru adalah Ladang dan bangunan Allah (1 Kor. 3:9);
dan seperti halnya, peletakkan dasar dan pembangunan, penanaman dan pengairan juga
merupakan tugas para rasul dan rekan sekerja mereka (1 Kor. 3:6). Jadi, menerima bagian
dalam hak istimewa umat Allah dapat di sebut sebagai di cangkokkan pada pohon zaitun
(Rm. 11:17). Karena itu, berbagian dalam gereja berarti berakar, yang sinonim dengan
berdasar, dalam Kristus, dan menuntut pembangunan lebih lanjut (Ef. 3:17). Orang
percaya sendiri juga disebut bertumbuh , bertambah dalam pengenalan akan Allah (Kol.
1:10). Semua ini membuktikan betapa di dalam Paulus, konsep gereja Perjanjian Lama
sebagai umat Allah, rumah Allah, bait Allah, dan tanaman Allah, sepenuhnya terkait dengan
konsep gerejanya sebagai tubuh Kristus.

Dari apa yang Paulus katakana tentang Pembangunan Geraja, maka dapat
menyimpulkan hal-ha berikut:

a) Sejalan dengan sifat sejarah-penebusan gereja, pembangunan ini harus di lihat


terutama sebagai kelanjutan karya Allah dengan umat-Nya (Rm. 14:19-20), di mana
gereja adalah bait dan tempat kediaman-Nya.
b) Pembangunan ini harus di laksanakan di atas dasar yang telah di letakkan, yaitu
Kristus (1 Kor. 3:10-11), yang menetapkan para rasul dan nabi bagi tujuan ini ( Ef.
2:20-21).
c) Bagi pembangunan ini, Allah memperlengkapi gereja dengan berbagai anugrah dan
kuasa, dan dengan berbagai pelayanan yang harus melanjutkan pembagunan ini.
d) Paulus secara khusus memperhtikan pembangunan mutual.

Pembangunan Ekstensif Dan Intensif

Pembangunan kelanjutan dan penyempurnaan karya penebusan Allah atas gerejaNya


meliputi penambahan jumlah anggota maupun konsolidasi di dalamnya, bisa disebutkan

7
sebagai perluasan dan pemeliharaan, atau sebagai aspek ekstensif-pekerjaan misi dan aspek
intensif-peneguhan pembangunan, yang dalam Karya Allah adalah satu.

Dalam rangkaian penalaran Paulus, perluasan dan pertumbuhan gereja, baik secara
kualitatif maupun dalam pengertian geografis, merupakan salah satu ciri dan kondisi penting
gereja Kristus setelah kenaikan Kristus dan sebelum kedatangan-Nya kedua kali. Motif kunci
dari konsep misi Paulus adalah penerobosan berita Injil ke segala bangsa (Rm. 1:16; 3:22).
Dengan itu, katolikisitas gereja di berikan secara prinsip, tidak ada batasan ruang bagi
proklamasi Injil dan gereja.

Visi agung akan universalitas Injil dan perluasan gereja ini membuat Paulus memakai
berbagai cara untuk melibatkan gereja yang telah diselamatkan oleh pekerjaan misi, dan
membangunkan gereja untuk memiliki sikap bermisi. Paulus kerap meminta pertolongan
gereja bagi pelayanannya, dan untuk itu ia sering memakai ungkapan tertentu yang dapat kita
terjemahkan sebagai menolong untuk melanjutkan perjalanan atau meneruskan
perjalanan. Secara tidak langsung, sikap bermisi ini di wujudkan dalam pengudusan hidup.
Jemaat harus mengingat apa yang baik, yang bisa diterima, dan dipuji oleh setiap orang (Rm.
12:17); kebaikan hati dan kelemahlembutan mereka harus dikenal oleh semua orang (Flp.
4:5); jemaat harus berjalan dalam hikmat terhadap mereka yang di luar, jangan mengizinkan
kesempatan baik berlalu. Ucapan mereka harus penuh kasih dan jangan hambar (Kol. 4:5),
mereka harus mengurus urusan masing-masing, hidup dengan sopan di amat orang luar, dan
tidak bergantung pada mereka (1 Tes. 4:12). Mereka harus menonjol dalam perbuatan baik,
dan dalam apa yang baik dan berguna bagi manusia (Tit. 3:8). Seluruh hidup mereka harus
membuat lawan mereka malu karena tidak ada hal yang buruk yng dapat di sebarkan (Tit.
2:8) dan kehidupan gereja harus merekomendasikan imannya, berpadanan dan layak di
hadapan Tuhan (Kol. 1:10) dan Injil Kristus (Flp. 1:27). Dalam hal terakhir ini, unsur
penginjilan snagat jelas.

Di Efesus 6:15, Paulus berbicara tentang kerelaan untuk memberitakan Injil damai
sejahtera sebagai suatu keharusan dan ia mendorong gereja bergabung dalam pergumulan
bagi iman dalam Injil (Flp. 1:27). Kita juga bisa menduga bahwa Paulus tidak banyak
menyoroti pekerjaan misi karena gereja waktu itu tidak terlalu perlu di dorong untuk bersaksi,
dan lebih perlu di dorong untuk bersaksi secara benar, yaitu bukan hanya melalui perkataan
tetapi telebih dalam perbuatan benar. Maka,terlepas dari semua ini adalah bagian eksistensi
gereja untuk menyaksikan Injil melalui perkataan dan perbuatan, langsung dan tidak

8
langsung. Dalam kaitan erat ini kiat harus memahami apa yang kerap Paulus sebut sebagai
peneguhan dan pembangunan di dalam gereja. Sebagai umat Allah dan Tubuh kristus, natur
dan tujuan gereja terletak dalam pleromanya, baik dalam pengertian ekstensif maupun
intensif. Karena itu Paulus berkata bahwa maksud pengaturan penebusan Ilahi bagi gereja
terletak dalam masuknya jumlah yang penuh, baik dari bangsa-bangsa yang lain maupun dari
orang Yahudi (Rm. 11:25-32), dan ia berkata lagi bahwa semua anugrah Kristus bagi gereja-
Nya berfungsi untuk membangun tubuh Kristus: sampai kita semua telah mencapai kesatuan
iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat
pertumbuhan ynag sesuai dengan kepenuhan Kristus (Ef. 4:13). Oleh sebab itu, seluruh
proses pembangunan diarahkan kepada kepenuhan intensif, kedewasaan dan kematangan
gereja ini.

Selain dari apa yang telah kita bahas di konteks lain tentang kesempurnaan dan
kepanuhan gereja, maka yang berikut juga harus dipaparkan.

a) Pembangunan gereja pertama-tama berkenaan dengan tegaknya gereja berdiri dalam


Kristus, dengan kepastian yang harus semakin gereja miliki bahwa Kristus adalah
dasar dan sumber hidupnya.
b) Keberakaran dan keberdasarkan di dalam Kristus karena gereja telah menerima dan
diajar di dalam-Nya ini bukan suatu kondisi statis, melainkan dasar bagi
pembangunan dan pertumbuhan progresif.
c) Hal ini disertai oleh aspek pembangunan yang lain lagi, yaitu kesatuan dan kasih
mutual yang tak kalah dengan pengetahuan dalam membuktikan kematangan Rohani,
karena kebenaran harus di praktikkan dalam kasih dan hanyan dengan itu,
pertumbuhan dapat terjadi (Ef. 4:15), sepert halnya dengan orang percaya harus di
persatukan dalam kasih sehingga mereka beroleh semua kekayaan pengertian (Kol.
2:2).

Perlengkapan Rohani Gereja. Karunia Dan Penatalayanan (Tugas)

Paulus khususnya memakai dua kata sebagai kualifikasi umum bagi segala yang berfungsi
untuk membangun dan memperlengkapi gereja, yaitu karunia(charismata; Rm.12:6), dalam
satu kesempatan juga di sebut Domata. Dan pelayanan(Diakonia Rm.11:13). Di 1 Korintus
12, ia memang membedakan charismata, pelayanan, dan pekerjaan, dan ia memahami

9
charismata khususnya sebagai karunia penyembuhan; tetapi di konteks yang sama, charisma
juga berarti semua yang Kristus kerjakan dalam Gereja bagi pembagunan dan kepenuhannya.

Charisma adalah segala hal yang Roh ingin pakai dan tekankan untuk
memperlengkapi dan membangun gereja, segala hal yang bisa menasehati, mendorong dan
melayani satu sama lain, atau bahkan yang bisa mengarahkan dan memimpin gereja. Jadi,
seluruh pembedaan antara pelayanan gereja charismatic dan non-charismatic tidak bisa di
selaraskan dengan konsep charisma Paulus. Konsep dasar kedua yang meringkaskan
perlengkapan gereja adalah pelayanan. Karena itu, charisma secara umum berfungsi dalam
gereja sebagai pelayanan, dan menemukan tujuan dan kriterianya hanya dalam cirinya
sebagai pelayanan.

Jika kita memilih untuk melihat daftar di 1 Korintus dan Efesus 4 dari sudut pandang
jabatan dan charisma, maka hanya ada satu kesimpulan yang mungkin, yaitu bahwa jabatan
itu sendiri adalah charisma.

Keberagaman Karunia

Dalam tulisan-tulisan Paulus, Ia menuliskan keberagaman karunia dan pelayanan yang


diberikan Allah dalam pelayanan gereja (Roma 12:6, 1Kor 12:4), dan karunia dalam
pelayanan ini tujuannya adalah untuk kepentingan bersama tubuh Kristus, menghadirkan dan
mempraktikularkan kepenuhan anugerah yang Kristus berikan kepada gereja-Nya. Ada
beberapa karunia yang terurai dalam tulisan Paulus di surat Roma 12:6-8; 1 Kor. 12:8-10, 28-
30; Ef. 4:11; sebagai berikut :

1. Rasul
Jabatan rasul tertulis dalam 1Kor.12:28; Ef. 4:11. Jabatan rasul bersifat meletakkan
dasar (Ef. 2:20). Rasul dalam pengertian 1 Kor. 12:28; Ef. 4:11 adalah mereka yang
telah melihat Kristus secara langsung dan mereka saksi mata penebusan yang
dilakukan oleh Kristus dan mereka diutus sendiri oleh Kristus dalam tugas khusus ini.
Paulus menyatakan bahwa ia adalah termasuk seorang rasul karena Paulus telah
melihat Dia yang telah bangkit (1Kor. 9:1, bdk 15:8,15). Selain sebagai salah seorang
saksi mata, panggilan dan pengutusan merupakan esensi kerasulan. Kerasulan adalah
hak istimewa yang Kristus sendiri berikan kepada mereka yang menyakasikan

10
kebangkitan-Nya. Oleh sebab itu, rasul adalah pemberita keselamatan yang telah
Kristus sahkan dan perkataan mereka adalah kerygma(1 Kor. 15:14). Status khusus
rasul yang berkenaan dengan Kristus dan gereja, menjadikan kerasulan sesuatu
jabatan yang tidak bisa diulang dan tidak bisa di pindahkan. Rasul merupakan
anugerah pertama Kristus bagi gereja-Nya merupakan kelompok yang tertutup atau
tidak bisa di tambah oleh pihak manapun. Paulus tidak menentukan batasan rasul
secara pasti, tetapi ia menyatakan bahwa ia adalah rasul terakhir(1Kor. 15:8). Para
rasul merupakan asalmulanya daripada gereja, tugas mereka mendirikan gereja,
mereka meletakkan dasar dari gereja kemudian meninggalkan pembangunannya
kepada orang lain, misalnya seperti rasul Paulus. Selain itu juga dia menjalankan
otoritas yang permanen di gereja yang ia dirikan, ia memberikan nasihat, teguran-
teguran, petunjuk dan peringatan, ia juga memperhatikan lembaga dan pemeliharaan
tatanan yang benar dalam gereja (Kol. 2:5). Rasul bukan saja hanya mendirikan
gereja, namun mereka menjadi teladan dan pengajaran mereka sangat perlu untuk
diteruskan.

2. Nabi
Dalam 1Kor. 12:28, Paulus menulis tentang jabatan nabi, jabatan ini lebih ditekankan
oleh Paulus dalam Charisma bernubuat. Paulus mendorong jemaat untuk memperoleh
karunia bernubuat (1Kor. 14:1). Jemaat yang hanya berbahasa lidah yang hanya
dipahami oleh Allah, para nabi penting untuk membangun, menasehati, dan
menghibur gereja. Nubuat bertujuan memimpin jemaat untuk bertobat dan
menyembah. Nubuat adalah salah satu pekerjaan Roh yang disampaikan memalui
nabi, oleh karena itu perkataan nabi merupakan wahyu dan nubuat ini merupakan
dorongan Roh Kudus. Dalam nubuat menjelaskan perkembangan dan arti karya
penebusan ilahi (Ef. 3:5) dan juga termasuk dalam menunjukkan kehendak Allah.
Nubuat merupakan karunia yang diberikan kepada jemaat, melalui nubuat Roh Kudus
dapat bekerja, amakadari itu pun Paulus memperingatkan gereja agar tidak
memadamkan Roh. Nubuat harus ddasarkan pada iman dan nubuat harus diteliti oleh
jemaat serta nubuat jangan menimbulkan kebingungan dan menyimpang dari yang
sebenarnya. Jemaat diharapkan tidak hanya bernubuat saja tetapi juga untuk menilai
nubuat orang lain. Jabatan nabi bukan sarana untuk perealisasian diri ditengah-tengah
jemaat. Namun dengan bernubuat memberikan posisi kepada seseorang menduduki
sebuah tempat kepemimpinan.

11
3. Pengajar
Seperti Rasul dan Nabi, seseorang dalam tingkatan Rohani tertentu dianggap sebagai
pengajar yang bisa mengklaim pengakuan tertentu dan mengharapkan kebaikan orang
lain (Gal 6:6). Di dalam gereja figur kepemimpinan harus dipegang oleh orang-orang
yang cakap dalam mengajar. Pengajar lebih dipandang sebagai generasi penerus
pengajaran-pengajaran yang disampaikan oleh Rasul baik sejarah penebusan maupun
tradisi ajaran Kristen yang bertujuan dalam pembangunan gereja Kristus.

4. Pemberita injil
Pemberita injil tertulis dalam surat Paulus Efesus 4. Paulus menuliskan tentang
pemberita injil ketika ia menasihatkan Timotius unutk memberitakan Injil (2Tim. 4:5),
Paulus menyebut Timotius sebagai rekan sekerjanya di dalam Injil Kristus. Ada
bagain lain dalam PB yang menulis tentang penginjilan sepeti Filipus (Kis. 8:4).
Jabatan sebagai penginjil tidak dibicarakan secara spesifik, tetapi orang-orang yang
sering pergi meberitakan injil disebut sebagai penginjil. Para penginjil tidak terbatas
sebagai penginjil saja, tetapi mereka juga dapat membabtis dan memberikan arahan
kepada gereja dalam perkembangan organisasinya.
5. Gembala
Jabatan gembala memiliki kesejajaran dalam tugasnya dengan pengajar yaitu
pemimpin. Dalam Efesus 4:11 menyebutkan bahwa gembala dan pengajar lebih
sebagai aktivitasnya dari pada jabatan. Tugas pengajar adalah mengajar dan tugas
gembala adalah mengarahkan jemaat. Sehubungan dengan pelayanan penggembalaan,
karunia kepemimpinan di dalam gereja tertulis dalam Roma 12:8 mendorong
pemimpin didalam gereja untuk menekuni karunia gembala dan pengajar. Gembala
dan pengajar harus bisa memimpin keluarga mereka.

6. Saling melayani
Paulus menasihatkan jemaat juga untuk saling melayani yang tertulis dalam Roma
12:7-8. Karunia saling melayani menekankan pada pemberian atau membagikan
sesuatu dengan kasih dan dengan murah, saling melayani harus didasarkan dari
kesanggupan untuk tolong menolong.

6. Penatua, penilik jemaat

12
Penilik dan penatua adalah jabatan yang sama walaupun kalau dilihat dari namanya
berbeda. Arti penting jabatan penatua atau penilik jemaat (episkopos) tidak secara
jelas disebutkan. Hal ini dianggap sudah diketahui. 1 Tim. 3:4-5 mencatat beberapa
syarat bagi penatua yaitu mengepalai, disegani dan dihormakti, mengurus,
kepemimpinan yang baik, penatalayanan Allah, dan yang lebih ditekankan adalah
kecakapan mengajar dan memiliki integritas yang tinggi serta membela iman Kristen
dengan kuat. Jabatan penatua atau penilik memiliki fungsi yang sangat penting
terutama dalam meneruskan pelayanan para rasul dan penginjil.

6. Diaken
Rasul Paulus juga berbicara mengenai diaken, jabatan diaken berfungsi untuk
aktivitas tolong menolong dalam gereja terkait saling melayani, berbagi, dan
menunjukkan kemurahan persis halnya dengan apa yang disebutkan Paulus dalam
Roma 12.

6. Perempuan
Konsep Paulustentang perempuan dalam gereja menunjukkan dua cara pandang yang
harus kita ketahui bahwa perempuan penuh dalam keselamatan didalam Kristus yang
setara dengan laki-laki (Gal. 3:28, Kol. 3:11, 1Kor. 11:11-12). Cara pandang ini jelas
cara pandang yang telah mengalami revolusi, tetapi dilain pihak bahwa dalam
persekutuan dengan Kristus tidak melenyapkan perbedaan gender dan
kepemimpinannya. Paulus menulis juga tentang perempuan, dalam tulisannya ia
menulis tentang perempuan yang berdoa (1Kor11:5) dan beberapa pelayanan
perempuan yang Paulus tulis dalam surat-suratnya. Termasuk cara perempuan
bersikap dalam pertemuan jemaat.

6. Kuasa-kuasa luar biasa, bahasa lidah.

Karunia kuasa dan iman (1Kor. 12:10,28,9; 13:2). Merupakan karunia yang diberikan
oleh Roh Kudus kepada orang-orang tertentu yang melakukan perbuatan-perbuatan
yang tidak biasa dilakukan oleh manusia. Seperti mujizat kesembuhan dan banyak
mujizat-mujizat yang telah terjadi melalui pelayanan Paulus, hal ini membuktikan
bahwa ia adalah seorang rasul. Iman harus dipahami secara khusus yaitu sebagai
keyakinan akan pertolongn mujizat Allah yang Roh Kudus kerjakan sehingga mujizat

13
dapat terjadi. Iman ini menunjukan perbedaan orang yang disebut sebagai anak
Abraham dan orang yang percaya.

Tata Gereja Dan Disiplin

Tatanan gereja dan disiplin yang dimaksud oleh Paulus erat kaitannya dengan esensi
gereja sebagai umat Allah yang kudus dan sebagai tubuh Kristus. Oleh karena itu, kita harus
mengetahui konsep pembangunan gereja dan kaitannya dengan tatanan gereja. pertama,
Bahwa Paulus menginginkan agar gereja menyadari naturnya dan membuat kehidupan gereja
sepadan dengan naturnya itu. Paulus meminta agar gereja yang bertumbuh secara penuh
gereja sanggup membedakan (Rm. 15:14, Kol. 2:5, Filp 1:5-6) tidak hanya sekedar hidup
orang Kristen secara umum tetapi dalam arti yang lebih sempit. Gereja sebagai umat Allah
harus sopan dan tertib, ada damai sejahtera (1Kor 14:40,33). Paulus menuntuk ketika ada
ketidak adilan dan memuji ketika ada keadilan (Kol. 2:5) dan gereja harus harus tunduk pada
ketertiban (1Kor. 16:16, Ef 5:21). Paulus menegaskan bahwa charismata di bawah
kemerdekaan dan disiplin Kristus dan Roh-Nya yang adalah kekuatan gereja yang tertata
dengan baik, sementara ada anggapan bahwa charismata di dapatkan di dalam kebebasan,
kespontanan dan kekonkretan dan bukan dalam apa yang dilembagakan yang tetap dan
teratur. Nasihat Paulus merupakan perintah (parangelia, parangellein :1 Tes 4:2, 1 Tim 1:18,
dst) atau ketetapan (ditassein 1 kor 7:17, 11:34, dst). Nasihat Paulus dalam penggembalaan
yaitu tuntutan, ketetapan dan perintah.

Paulus juga memberikan perintah kepada gereja untuk mendisplinkan jemaat yang
mengabaikan nasihat atau begi jemaat yang menyimpang sehingga tidak dapat dianggap lagi
sebagai anggota jemaat (2 Kor 2:6-8, 2 Tes 3:6), orang-orang yang menyimpang secara
mencolok agar di jauhi namun tetap diberikan nasihat persaudaraan. Hal in demi kepentingan
kekudusan gereja dan tidak bercacatcela serta keutuhan pemerintahan gereja. Dalam kasus 1
Kor 5, Paulus menginginkan hukuman yang lebih berat, karena jemaat karena belum
menyingkirkan orang yang tidak bermoral di tengah-tengah mereka. Paulus memberikan
hukuman sesuai dengan yang ia tetapkan kita serahkan dalam nama Tuha Yesus kepada
Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan (1Kor 5:5).
Tujuan dari penguncilan ini yaitu untuk membersihkan gereja dari mereka yang menodainya.

Mengenai bidat di Titus 3:10, Paulus memperingatkan kepada Titus untuk


memberikan peringatan terlebih dahulu kepada orang seperti itu baru sebelum ia akan di
kucilkan dari gereja (pendisplinan Sinagoge). Paulus ingin gereja menjalankan aturan yang

14
jelas dalam hal disiplin gereja. orang-orang yang menerima kuasa untuk memelihara tatanan
hukum dan peraturann gereja adalah jemaat itu sendiri bersama dengan Paulus atau dengan
lain kata pemelihara tatanan dan hukum gereja adalah Paulus sendriri dengan jemaat itu.
Jemaat itu pun harus membangun dirinya sendiri (tujuan konsep gerejawi Paulus dan tatanan
hukum gereja). Jemaat harus hidup dalam kesempurnaan di dalam Kristus, mereka dan gereja
adalah milik Allah, Paulus dan Apolos atau Kefas adalah milik gereja, dan gereja adalah milik
Allah (1Kor. 3:1 dst, 21, dst). Jemaat menaati tatanan gereja karena tatanan gereja karena
tatanan itu merupakan otoritas Kristus yang ditetapkan atas gereja.

Paulus menulis di dalam 1Tes. 5:12 tentang siapa yang harus dihormati dan tunduk
kepada orang yang memberi diri melayani. Semua orang yang dianugerahkan dan di pilih
Tuhan sebagai nabi, rasul, dan pengajar, mereka adalah pengurus, pembangun dan hamba
Allah (1Kor 3:6 dst..). Kesemua jabatan di dalam gereja tidak terlepas dari jemaat itu sendiri
sebagai tubuh Kristus. Jemaat harus tunduk dibawah kuasa rohani, disiplin gereja dan
jabatan. Setiap nubuat tidak boleh di remehkan, namun nubuatan harus di uji (1Kor
14:32,29).

Ibadah (Penyembahan)

Dalam pertemuan jemaat, Paulus memakai sitilah ibadah (latreia) atau ibadah kepada
Allah di dalam PL (Rm. 9:4) dan menyebutnya juga sebagai kehidupan orang percaya di
Perjanjian Baru. Hal ibadah ini serupa dengan korban dalam PL, namun setelah korban
Kristus, maka pengantara Allah dengan Manusia lenyap, dan sekarang setiap orang percaya
adalah imam (Rom.12:1, Rm 1:9, Filp. 3:3, 2Tim. 1:3). Dalam PB secara otomatis berbeda
dengan PL dalam segi peribadatan. Ibadah dalam jemaat merupakan pembeda jemaat dengan
orang percaya, dalam ibadah ada nubuat, peyembahan, pengakuan dan Firman Tuhan. tidak
adalag pembatas umat Allah dengan Allah itu sendiri, melalui berita Injil Kristrus Yesus.
Pertemuan jemaat juga merupakan sebuah liturgy ibadah kepada Allah yang terdiri dari
beberapa hal :

a. Pemberitaan Firman dalam pertemuan jemaat. Paulus memerintahkan untuk


membacakan surat-suratnya kepada jemaat (1Tes. 5:27, Kol. 4:16).
b. Pelaksanaan Perjamuan Kudus (1Kor 11:25-26) dan baptisan kudus. Perjamuan kudus
tidak identic dengan perjamuan kasih. Paulus juga berbicar mengenai baptisan. Paulus
hanya diutus Allah untuk pemberitaan Injil dan baptisan bukan merupakan simbol
turunnya kita dalam kematian dan bangkitnya kita dalam kehidupan Krstus.

15
c. Paulus juga menginginkanuntuk membacakan himne atau mazmur-mazmur dalam
tulisannya.

16

Anda mungkin juga menyukai