Anda di halaman 1dari 19

BAB II

PEMBAHASAN TENTANG KEPEMIMPINAN DI DALAM WORSHIP TEAM

A. Pengertian Kepemimpinan

Istilah kepemimpinan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

berasal dari kata “pimpin” (kata benda), yang berarti “tuntunan, bimbingan,

hasil memimpin.” Kata dasar “pimpin” ini menerima inbuhan yang konfiks

yaitu imbuhan berupa awalan dan akhiran yang melekat di depan maupun

belakang suatu kata dasar. Proses ini disebut dengan konfiksasi. Konfiksasi

yang terjadi pada kata dasar “pimpin” menjadi “kepemimpinan” diartikan

sebagai “perihal pemimpin” dan “cara memimpin”.1

Menurut Sutarto, kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan

berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu

agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.2

Menurut Terry, Kepemimpinan merupakan suatu proses

mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan sebuah

organisasi.3

1
Tim Prima Pena, “Pimpin” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gitamedia Press, t.t.),
612.
2
Sutarto, Dasar-Dasar Kepemimpinan Administrasi, cet. Pertama (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1998), 25.
3
George R. Terry, Principles of Management, edisi ke-6 (Illinois: Richard D. Irwin Homewood,
1972), 458.

4
Yakob Tomatala mengemukakan bahwa kepemimpinan pada sisi lain

adalah suatu gejala universal (umum). Hal yang dimaksudkan disini ialah

bahwa kepemimpinan selalu ada pada setiap budaya dari segala bangsa di

seluruh dunia. Dengan kata lain, setiap budaya mengenal adanya

kepemimpinan di mana pun mereka berada, kapan pun, dan pada situasi apa

pun.4 Selanjutnya juga Tomatala memberikan penjelasan yang menarik

perihal arti kepemimpinan dari beberapa sudut pandang

1. Kepemimpinan adalah sebagai fokus dari proses kehidupan

kelompok,

2. Kepemimpinan adalah sebagai personalitas dan efek-efeknya,

3. Kepemimpinan adalah sebagai seni penyebab terwujudnya

pemenuhan pencapaian,

4. Kepemimpinan adalah sebagai pelaksanaan pengaruh,

5. Kepemimpinan adalah sebagai suatu kegiatan atau perilaku

terarah,

6. Kepemimpinan adalah sebagai suatu bentuk persuasi,

7. Kepemimpinan adalah sebagai hubungan kuasa,

8. Kepemimpinan adalah sebagai alat pencapaian tujuan,

9. Kepemimpinan adalah sebagai efek yang berkembang karena

interaksi,

4
Yakob Tomatala, Kepemimpinan yang Dinamis, edisi ke-3 (Jakarta: YT Leadership Foundation,
2002), 10.

5
10. Kepemimpinan adalah suatu peranan yang berbeda, dan

11. Kepemimpinan adalah sebagai insiasi struktur.5

B. Prinsip-Prinsip Kepemimpinan

Secara sekuler, Chaniago mengemukakan adanya prinsip-prinsip di

dalam kepemimpinan yang menyentuh seluruh aspek diri seseorang pemimpin

yang tergambar dari perilaku keseharian pemimpin:

1. Mahir dalam soal teknis dan taktis,

2. Intropeksi diri,

3. Percaya diri,

4. Memahami bawahan,

5. Realisasi diri,

6. Menjadi contoh yang baik,

7. Tumbuhkan rasa bertanggung jawab pada bawahan,

8. Melatih anggota sebagai team yang solid,

9. Membuat keputusan yang cepat dan tepat,

10. Mengkomando bawahan,

11. Bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan.6

Secara Kekristenan, Alkitab memberikan kepada kita mutiara-mutiara

dalam kepemimpinan yang indah, dan harus digali untuk kepentingan praksis

5
Ibid, 4.
6
Nasrul Syakur Chaniago, Manajemen Organisasi (Bandung: Citapustaka, 2011), 80.

6
dalam kehidupan gerejaNya. Ada prinsip dasar kepemimpinan yang dijelaskan

dalam Alkitab dan mejadi landasan dasar umat Kristen:

1. Kepemimpinan sebagai suatu konsekuensi

Yesus mengatakan kepada Yakobus dan Yohanes bahwa

mereka kurang mengerti apa jalan kepada kemuliaan, dan juga

siapa yang memberi tempat-tempat kehormatan. Untuk

mendapatkan kemuliaan mereka harus menderita bersama-sama

dengan Kristus (Matius 20:22-28). Apakah mereka sanggup?

Cawan di dalam Mazmur 11:6 diartikan sebagai piala atau cawan

penderitaan. Yakobus dan Yohanes mengerti arti cawan itu dan

mereka mengatakan sanggup.

Patterson mengatakan: “Kita semua menghadapi

konfrontasi krusial. Kita menetapkan harapan yang jelas. Tetapi

pihak sana tidak menghormatinya – kita merasa kecewa. Para ahli

hukum menyebut kejadian itu melanggar kontrak. Di tempat kerja,

kita mungkin menamakannya komitmen yang tidak dipenuhi;

dengan teman, kita sebut pengingkaran janji; dan dengan anak

remaja kita, kita sebut pelanggaran sopan santun umum.”7

Yakobus dan Yohanes membuktikan mereka adalah

pemimpin yang sanggup menerima bukan hanya cawan

7
Kerry Patterson, Crucial Confrontations (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum, 2007), 4.

7
kebahagiaan sebagai pemimpin, tetapi juga cawan penderitaan.

Kedua pemimpin ini mengatakan dengan jelas komitmen mereka

untuk menjalani semua resiko sebagai konsekuensi dari

kepemimpinan yang ditaruh dipundak mereka. Salah satunya

adalah mengambil keputusan yang tidak populer. Keputusan

beresiko yang harus dibayar dengan harga yang mahal. Keputusan

yang mungkin mengorbankan citra dan sebagainya.

2. Prinsip Kehambaan sebagai jantung kepemimpinan Alkitabiah

Budak atau hamba tidak memiliki hak dan tidak dibayar

untuk pekerjaannya. Dia dimiliki seutuhnya oleh tuannya dan

seluruh hidupnya adalah untuk melayani tuannya. Ia adalah

seorang yang mau tidak mau harus dengan rendah hati dan rela. Ini

merupakan prinsip kebesaran jiwa yang diberikan oleh Yesus

kepada kita, ini merupakan prinsip Kerajaan Allah.8

Kalau kita mempelajari Perjanjian Baru, Donald Guthrie

mengemukakan bahwa Gelar Hamba Allah tidak pernah

dipergunakan oleh Yesus. Kitab-kitab Injil tidak pernah

menghubungkannya dengan Yesus, namun demikian nampaknya

8
Matius 20:27.

8
gelar itu menjadi suatu keyakinan di antara orang Kristen mula-

mula.9

Sifat khas dari kepemimpinan Kristen adalah

kepemimpinan yang menghambakan diri. Identitas pemimpin

Kristen yang paling penting adalah kehambaannya. Kehambaan itu

terpampang dari pribadi seorang pemimpin Kristen yang secara

rela dari lubuk hatinya menggagas setiap tindakan kepemimpinan

seorang hamba yang melayani. Ini dapat berarti bahwa

Kepemimpinan Kristen bukan untuk kejayaan moril atau

kemahsyuran namai, melainkan untuk melayani.10

3. Kepemimpinan Melawan Otoriter

Konsep kepemimpinan umum biasanya dikaitkan dengan

kuasa, muncul opini umum yang menyatakan bahwa seorang

pemimpin adalah seorang yang melekatkan dengan kuasa. Kuasa

seringkali di definisikan sebagai kapasitas untuk mempengaruhi

orang lain. Kuasa bahkan adalah sebuah kemampuan untuk

mendominasi komunitas. Beberapa sumber kuasa yang popular

termasuk posisi, uang, fisik, senjata, kepakaran, informasi dan lain

sebagainya.

9
Donald Guthrie, Teologia Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010).
10
Matius 20:26

9
Alkitab mengajarkan bahwa seorang pemimpin tidak

pantas dan tidak etis bertindak otoriter atau memaksakan

kehendak. Pemimpin Kristen justru harus meletakkan hak atau

kuasa kepemimpinannya dan mengambil posisi sebagai hamba

yang melayani. Ia bahkan secara rela mengorbankan apapun

seperti yang sudah dilakukan Yesus Kristus dan menjadikanNya

sebagai teladan kepemimpinannya.

Yakob Tomatala menulis: “Kuasa kepemimpinan terdapat

pada seseorang individu dalam organisasi yang secara umum

memperoleh pengakuan/penghargaan dari kelompok/masyarakat

dimana ia berada. Pengakuan/penghargaan ini datang, karena

orang tersebut telah membuktikan diri sebagai pekerja ulet (yang

ahli) yang bermotivasi dan bermoral tinggi yang telah berhasil

secara nyata sehingga ia disebut sebagai orang sukses. Pengakuan

ini datang sebagai pengukuhan atas komitmen, dedikasi, serta

kinerja yang telah dibuktikan orang tersebut dalam lingkup kerja di

tengah masyarakat.”11

11
Tomatala, Kepemimpinan yang Dinamis, 114.

10
C. Model Kepemimpinan di dalam Worship Team

Kepemimpinan di dalam sebuah worship team termasuk dalam model

kepemimpinan tim (team leadership), karena menurut Hannas, kepemimpinan

sebuah worship team teruji oleh masalah-masalah yang berpotensi

menyebabkan terjadinya perpecahan dan pembubaran dalam sebuah worship

team, itulah sebabnua dibutukan pemimpin yang memiliki keahlian (seperti

worship leader, dan music director) yang dapat menolong rekan-rekannya

untuk tetap bersatu.12

Tentunya juga pemimpin dalam sebuah worship team harus bisa

mendiagnosa situasi yang sedang berlangsung, memodifkasikan gaya

kepemimpinan, dan menyediakan sumber daya untuk memenuhi berbagai

tuntutan dalam worship team.

Maxwell menjelaskan ada tujuh belas hukum kerjasama tim, terutama

di dalam sebuah worship team agar tetap aktif dan efektif dalam

pelaksanaannya:

1. Hukum nilai kerjasama (satu adalah jumlah yang terlalu sedikit

untuk mencapai kebesaran),

2. Hukum gambaran besarnya (sasarannya lebih penting daripada

perannya)

3. Hukum posisi yang tepat (semua pemain memiliki tempat di mana

mereka paling memberikan nilai tambah),

12
Hannas, The Purpose Driven Leadership, 48

11
4. Hukum gunung Everest (semakin tinggi tantangannya, semakin

tinggi kebutuhan akan kerjasamanya),

5. Hukum mata rantai (kekuatan tim dipengaruhi oleh mata rantainya

yang paling lemah),

6. Hukum katalisator (tim-tim hebat memiliki pemain-pemain yang

menjadikan segalanya terlaksana),

7. Hukum kompas (visi memberikan arah serta kepercayaan diri

kepada para anggota tim),

8. Hukum apel busuk (sikap-sikap buruk akan merusak kerjasama

dalam tim),\

9. Hukum keterandalan (rekan-rekan satu tim harus dapat saling

mengandalkan satu sama lain dalam soal-soal penting),

10. Hukum bandrol harga (tim akan gagal mencapai potensinya kalau

tidak membayar harganya),

11. Hukum papan angka (tim bisa melakukan penyesuaian kalau tahu

posisinya),

12. Hukum pemain cadangan (tim-tim hebat memiliki kedalaman),

13. Hukum identitas (yang mengidentifikasikan tim adalah nilai-nilai

yang dijunjung bersama),

14. Hukum komunikasi (interaksi mendorong diambilnya tindakan),

15. Hukum keunggulan (perbedaan antara dua tim yang sama

berbakatnya adalah kepemimpinannya),

12
16. Hukum moral yang tinggi (kalau anda menang, sakitnya tak

terasa),

17. Hukum hasil investasi (investasi dalam tim akan berkembang

dengan berjalannya waktu).13

Ketujuhbelas hukum untuk membangun kepemimpinan tim yang

efektif apalagi dalam hal ini sebuah worship team bukanlah hal yang

mudah, bahkan ketika tim pujian dan penyembahan telah mencapai

kesuksesan di tempat yang tinggi tetap mengalami kesusahan untuk

mempertahankannya, itulah sebabnya perlu upaya sehingga terbangun

suasana yang solid untuk selalu menjadi bagian dari worship team.

D. Pengertian Worship Leader

Dari arti katanya, worship leader dibagi menjadi “worship” and

“leader”. Kata yang pertama adalah “worship”, kalau kita berbicara tentang

“worship”, kita tidak bisa lepas dari hubungan.14 Karena “worship” itu adalah

hal yang jadi dasar kita untuk melayani Tuhan. Tanpa dasar yang benar,

rohani kita akan mati. Menyembah Tuhan itu bukan bicara tentang tekhnis,

dan bukan bicara tentang “Bagaimana menyembah Tuhan” tetapi “worship”

berbicara tentang “Siapa itu Tuhan?”. Penyembahan itu konsumsi Allah,

13
John C. Maxwell, The 17 Indisputable Laws of Teamwork: 17 Hukum Kerjasama Tim yang Efektif
(Batam: Interaksara, 2002), 3.
14
http://catatanbja.blogspot.com/2015/04/worship-leader-singer-dan-pemusik_5.html?m=1. Diakses
tanggal 22 September 2018.

13
bukan manusia. Jadi saat kita mengekspresikan “worship” kita kepada Tuhan,

bukan untuk dilihat orang bahwa kita sedang menyembah Tuhan. Lakukan

untuk Tuhan tanpa mempedulikan penilaian orang terhadap cara kita

menyembah Tuhan.

Kata yang kedua adalah “leader”. Leader berarti ‘pemimpin’, yang

artinya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya orang yang memimpin

atau mengetuai, bahkan mengepalai suatu perkumpulan, rapat dan lainnya.

Berdasarkan dalam arti ini, seorang WL adalah seorang pemimpin dalam

sebuah ibadah dan pemimpin dalam sebuah worship team.

Tugas kita sebagai worship leader bukan hanya memimpin pemusik

dan pemuji. Dalam ibadah kita, jangan jadikan jemaat sebagai penonton yang

harus menonton pertunjukkan yang kita buat. Kita sebagai WL harus tahu

bagaimana caranya untuk melibatkan jemaat untuk menyembah kepada

Tuhan, karena itulah esensi dari ibadah yang kita lakukan. Yaitu membuat

sorga memperhatikan dan menkmati setiap pujian dan penyembahan kita.15

E. Fungsi Seorang Worship Leader

Worship leader sangat berbeda dengan MC (master ceremonial)

ataupun song leader. Ketiganya adalah fungsi yang sangat berbeda. MC

memilki peranan penting dalam seluruh rangkaian acara (rundown) di dalam

15
Ibid, Diakses tanggal 22 September 2018.

14
suatu ibadah, sedangkan worship leader memiliki peranan hanya pada bagian

pujian dan penyembahan di dalam suatu acara ibadah.16

Menjadi seorang worship leader yang baik yang bisa membawa

penyembahan menjadi suatu totalisme sikap hati yang benar dari dirinya dan

orang-orang yang akan dipimpin masuk kedalam hadirat Tuhan. Karena

praise and worship adalah faktor yang penting bagi jemaat ketika beribadah.

F. Peranan Worship Leader dalam Sebuah Worship Team

Pemimpin pujian adalah suatu talenta yang diberikan oleh Tuhan

untuk dilakukan dan dikembangkan dalam pelayanan yang dipercayakan.

Tentunya seorang worship leader harus bisa bernyanyi atau memiliki

kemampuan olah vocal, bisa menghitung ketukan atau bar dalam lagu dan

mendengar beat dalam musik. Sebab dalam pelayanan seorang pemimpin

pujian menuntun jemaat untuk memuji Tuhan dengan bernyanyi dalam hal ini

menggunakan suara lewat mulut dan diiringi dengan instrument musik

Peranan Worship Leader yang menjadi sangat penting karena worship

leader juga menjadi kunci dari team pemuji sebab hal ini dikarenakan sang

Worship Leader menjadi perantara antara jemaat dengan Tuhan dan

membawa umat masuk dalam suasana Pujian dan Penyembahan.

16
http://belajarpaw.blogspot.com/2018/04/dasar-dasar-penyembahan.html?m=1. Diakses tanggal 24
September 2018.

15
G. Karunia Rohani yang Dimiliki oleh Seorang Worship Leader

Ada beberapa karunia yang menurut Hannas yang ada dan dimiliki

oleh seorang worship leader:17

1. Karunia Melayani

Seorang worship leader memiliki karunia untuk

melayani, yang merupakan kemampuan untuk menolong dan

melayani dalam arti kata yang luas. Karunia ini diberikan

tidak hanya untuk menolong, tetapi mengarahkan jemaat

untuk merasakan hadirat Tuhan lewat praise and worship

(Rm. 12:7; 1 Kor. 12:28; dan Ef. 4:12)

2. Karunia Berbahasa Lidah dan Karunia Menafsirkan Bahasa

Roh

Seorang worship leader tentunya di dalam penyembahan,

apalagi dalam gereja beraliran pentakostalis, harus adanya

penyembahan dengan berbahasa lidah, dan mengerti untuk

menafsirkannya. (1 Kor. 12:10; 14:5, 13, 26-28)

3. Karunia untuk Memimpin

Seorang worship leader memiliki karunia untuk memimpin,

karena seorang worship leader harus tahu bagaimana cara

17
Hannas, The Purpose Driven Leadership, 128

16
untuk mengarahkan sebuah worship team, agar membuat

jemaat Tuhan boleh merasakan hadirat Tuhan lewat pujian dan

penyembahan (Rm.12:8; 1 Kor. 12:28)

H. Kriteria Seorang Worship Leader

Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dan harus diikuti dalam

melayani sebagai worship leader dalam memimpin sebuah ibadah dan

worship team:

1. Kerohanian terjamin sesuai dengan Firman Tuhan,

2. Suka memuji dan menyembah, dan menjadi gaya hidupnya sehari-

hari,

3. Cinta akan ibadah dan suka dengar Firman Allah saat ibadah

berjalan,

4. Memiliki komitmen dalam pelayanan,

5. Bertutur kata serta memiliki perilaku yang baik dan sopan

terutama dalam cara berpakaiannya ketika dalam pelayanan,

6. Berlatih sebelum tampil dalam pelayanan,

7. Memilih lagu sesuai dengan tema ibadah serta bentuk acaranya,

8. Menyesuaikan dengan acara tersebut,

9. Memliki motivasi yang benar dalam melaksanakan pelayanan

kepada Tuhan, bukan kepada gembala atau pemimpin kita, dan

17
10. Memiliki kepribadian yang suka akan mendengarkan ketukan

musi, membaca lirik lagu, dan menghafal lagu, musik, dan irama.

I. Persiapan Seorang Worship Leader

Ada beberapa persiapan bagi pemimpin pujian (worship leader)

sebelum masuk kedalam pelayanan yang sudah ditetapkan atau dijadwalkan

dalam memimpin sebuah ibadah dan worship team:

1. Persiapan Tubuh

Tidak semua pelayan pemuji yang berhubungan dengan suara

khususnya pemimpin pujian (worship leader) ketika tampil

langsung bagus dan prima kondisi suaranya, bahkan ada penyanyi

yang sudah mahir bisa mengalami masalah ketika secara

mendadak harus tampil dan bernyanyi. Oleh sebab itu perlu ada

persiapan-persiapan fisik sebelum tampil, antara lain:

a. Latihan pernafasan untuk membantu worship leader saat

melakukan gerakan-gerakan sambil bernyanyi lagu pujian tidak

cepat merasa lelah

b. Latihan vocal atau vokalisasi (pemanasan) agar supaya setiap

tone vocal yang dinyanyikan tidak berubah dan tidak melukai

pita suara saat bernyanyi sekalipun mendapatkan lagu dengan

18
menggunakan suara yang tinggi atau lagu yang memperlukan

nafas yang panjang

c. Jangan sekali-sekali untuk merokok dan kurangi makanan

beminyak dan es, sebab hal ini akan berpengaruh akan saluran

pita suara dan tenggorokan, tentunya mengganggu saluran

pernafasan.

d. Berolahraga akan membentuk tubuh kita dan kesehatan. Sebab

jika kondisi kesehatan kita baik, maka semuanya akan sangat

berpengaruh dan akan terlihat saat kita berada di atas panggung

atau mimbar dan berhadapan dengan jemaat.

e. Istirahat yang cukup dan makan teratur.

2. Persiapan Jiwa

Jiwa ini lebih mengarah kepada masalah emosional akan

temperamen seseorang, banyak orang bilang mood. Untuk

persiapan bagian ini tiap orang mempunyai cara yang berbeda-

beda tetapi yang penting usahakan untuk sesedikit mungkin

menyinggung hal-hal yang cukup sensitive terhadap perasaan

ketika saat dalam pelayanan. Masing-masing pribadi mempunyai

masalah yang berbeda-beda tentunya.

Intinya kuasai situasi dan jagalah hati agar tetap baik sebelum

anda menjadi worship leader. Bahkan jika perlu belajarlah untuk

mengkondisikan hati agar tetap baik saat anda akan memimpin

19
sebuah worship team. Dengan membangun kesadaran seperti ini,

seorang worship leader sementara mulai belajar menjadi yang

professional. Artinya pelayanan itu tidak ditentukan oleh apa yang

dirasakan, tetapi berdasarkan komitmen kita dalam melayani

Tuhan.

3. Persiapan Roh

Tentunya roh kita harus dipersiapkan terlebih dahulu, bahkan

persiapan roh sebagai pemimpin dalam sebuah worship team itu

sangatlah penting. “Bagaimana kita membangkitkan roh jemaat

untuk memuji dan menyembah jika roh kita belum dibangkitkan

terlebih dahulu?” tentunya yang akan membangkitkan atau

membekar roh kita bukan dari roh yang ada di dunia ini, tetapi Roh

Tuhan. Caranya dengan mengadakan pujian penyembahan secara

pribadi, maka roh yang ada di dalam diri kita terus menyala-nyala

untuk melayani Tuhan (Roma 12:11).

J. Contoh Kepemimpinan di dalam Worship Team dalam Alkitab

Worship Team berawal dari lahirnya nyanyian dan musik, Dr. H.L

Senduk, nyanyian dan musik adalah bagian yang vital dalam Ibadat orang

Israel pada zaman Perjanjian Lama. Tuhan adalah sumber kehidupan dan

berkat mereka harus disembah, dihormati, dipuji, dan dipermuliakan dengan

20
segenap hati.18 Ketika oleh kuasa Allah yang ajaib, Nabi Musa dapat

memimpin bangsa Israel menyeberangi laut Teberau, maka ia dan seluruh

bangsa Israel bersyukur dan memuji-muji Tuhan dengan nyanyian bersorak-

sorai (Kel. 14:15-31; 15:1-21). Miryam memainkan rebana dan memimpin

paduan suara yang luar biasa di padang pasir19.

Kemudian, atas perintah Tuhan, Musa suruh membuat dua buah Nafiri

Perak yang ditiup oleh para imam pada waktu persembahan korban tiap hari

dan pada hari-hari raya. Suara Nafiri ini memperingatkan Israel selalu kepada

Allahnya.20 Dalam masa perang pun, Nafiri juga dipergunakan (Yos. 6:16-20;

2 Taw. 13:14-15), dan pada waktu pentahbisan Bait Suci dan pelaksanaan

pembangunan tembok Yerusalem, para imam juga telah meniup Nafirinya

untuk memuji Tuhan atas kebesaran kuasaNya (2 Taw. 5:12; 29:27-30; Ezra

3:10). Juga kelompok nabi pada zaman Samuel selalu memuji Tuhan atas

kebesaran kuasaNya dengan menggunakan gambus, kecapi, suling, dan

rebana.21

Raja Daud juga terkenal sebagai seorang songwriter, worship leader,

dan pemain musik dalam hal ini pemain kecapi yang kesohor. Banyak

nyanyiannya tersimpan bagi kita dalam kitab Mazmur. Dibawah

kepemimpinannya, worship team sudah ada, terdiri atas paduan suara orang-

18
H.L Senduk, Pengetahuan Alkitab 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986), 124.
19
Keluaran 15:20-21.
20
Bilangan 10:10.
21
1 Samuel 10:5.

21
orang Lewi yang terdiri atas 4000 anggota. Ia membagikan mereka dalam 24

kelompok dan memberikan petunjuk-petunjuk dalam praise and worship (1

Taw. 23:4-6). Untuk penyanyi dan pemain musik ini dipimpin oleh ahli-ahli

musik, seperti Heman, Asaf, Etan, dan sebagainya (1 Taw. 15:19-21; 1 Taw.

16:5-6). Alat-alat musik pada zaman itu adalah sangkakala, gambus, kecapi,

rebana, seruling dan ceracap (Mzm. 150:3-5).

22

Anda mungkin juga menyukai