Anda di halaman 1dari 16

REVIEW BOOK

PASTORAL

NAMA : Marchela Sefania

KELAS : A (PAK)

NIRM : 1020218350

INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI (IAKN) TORAJA


TAHUN AJARAN 2021/2022

IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Gembalakan Lah Gembala-Gembala-Ku

Pengarang. : Flora Slosson Wuellener

Penerbit : PT BPK GUNUNG MULIA

Tahun : 2007

Jumlah Bab/Pasal : 11 Bab/Pasal

Halaman : 221

Bab 1

Kekeringan Spiritual dalam kepemimpinan Kristiani

Saya berbicara mengenai Kasih Allah yang tanpa batas, kedekatan Sang Penghibur, hidup
abadi dalam Kasih Allah seperti yang saya lihat dalam wajah orang tuanya, para anggota
jemaat kami dan teman-teman sekolahnya yang hanyut dalam duka. Namun, seperti yang
saya katakan, kesadaran suram muncul dalam diri saya bahwa Saya tidak sungguh-sungguh
meyakini apa yang saya katakan. Kasih Allah, kedekatan dan kekuatan Allah untuk
menghibur tiba-tiba tampak untuk suram dan tidak nyata. Bagaimana mungkin saya dapat
kehilangan Iman seperti ini dapat saya duga? Saya tertarik dengan dunia pelayanan ketika
usia saya masih belasan tahun karena penyembuhan dan kesadaran akan “Kemuliaan Allah
yang memancar dalam wajah Yesus Kristus” (2 Kor. 4:6). Doa merupakan kegembiraan dan
penyegaran pada saat itu. Dulu saya adalah anggota yang sangat bersemangat, kemudian
menjadi pemimpin kelompok pemuda gereja kampus, yang mengajarkan saya banyak
keterampilan mengenai pelayanan. Selama kuliah Teologi, saya telah menjalani tugas
dibidang pastoral selama 4 kali musim panas di Wyoming dan Idaho. Semuanya merupakan
pengalaman yang menyenangkan. Perlu waktu untuk memahami pergeseran ini. Saya harus
sungguh-sungguh jujur terhadap diri sendiri, walaupun hal itu tidak mudah. Walau pada
akhirnya, saya mengakui bahwa banyak sukacita dan kenikmatan sirna dari pelayanan
kependetaan saya belakangan ini. Sebenarnya hal ini tidak pantas diceritakan. Bahkan, saya
harus bekerja lebih keras lagi untuk menghindari kenyataan bahwa banyak tugas pelayanan
saya menjadi membosankan dan terasa membebani. Kebaktian hari Minggu telah menjadi
kebaktian rutin yang nyaris tanpa makna penting bagi saya. Saya merasa gelisah dan hampa
ketika memenuhi berbagai kebutuhan emosional serta spiritual Jemaat.

Kita merasakan bagaimana Ia meandangSeminari bukan saja tidak menawarkan pelajaran


mengenai spiritualitas, melainkan juga tidak menawarkan pelajaran tentang kesehatan
emosional pendeta. Gereja tidak mensyaratkan pemeriksaan psikologis kepada para calon
pendeta empat puluh tahun yang lalu. Melayani Allah dan orang lain, pengetahuan Teologi
yang cerdas, pengetahuan tentang Alkitab, keterampilan berkhotbah dan memimpin
kebaktian penuh makna, kemampuan mengorganisasikan dan memimpin komunitas gerejawi,
perhatian yang cukup terhadap keadilan sosial, semua kompetensi ini dianggap sudah cukup
untuk menentukan identitas kependetaan kita. Ketika saya menerima panggilan tugas Pastoral
penuh waktu yang pertama, rektor seminari Teologi memanggil saya ke ruangannya. Sambil
duduk di belakang meja, ia menatap mata saya dan berterus terang, “Flora sekarang putuskan,
apakah kamu bersedia pergi ke gereja ini sebagai gembala atau sebagai domba kecil mereka”.
Maksudnya jelas. Perempuan pendeta masih sangat langka. Saya masih terlalu mudah
menjadi pendeta tunggal di gereja yang kecil sekalipun. Saya langsung menanggapi tantangan
nya dan memutuskan untuk membangun wibawa dan ketenangan pendeta sekaligus. Dalam
buku ini, saya hanya membagikan apa yang benar dan bermanfaat bagi saya pribadi dan juga
apa yang saya anggap membantu banyak kehidupan gembala, pendeta, pendidik, dan lain-
lain.

Refleksi dan Meditasi

Usahakan agar tubuh anda benar-benar merasa nyaman dengan cara apapun. Anda dapat
duduk tegak dan bersandar, berbaring di lantai atau di tempat tidur, atau berjalan-jalan
dengan tenang, longgarkan otot-otot wajah, dagu, dan bahu Anda dan gerakkan dengan
perlahan untuk melenturkan segala ketegangan. Tarik napas dalam-dalam beberapa kali
perlahan-lahan, tanpa didorongkan atau ditahan. Kemudian, biarkan napas keluar masuk
dengan pelan dan ringan. Mungkin sudah cukup bila anda hanya memikirkan setiap tarikan
napas yang anda hirup seperti sedang bernapas dalam Kasih Tuhan dan Roh Kudus. Jika anda
sudah merasa siap, pikirkan lah suatu waktu dalam hidup anda sebagai seorang pemimpin
Kristen, ketika seperti Maria, anda “Menangis di samping Kubur”. Saat tersebut mungkin
adalah saat anda merasakan kekeringan dan kebosanan, kehampaan dan penderita batin yang
serius, saat kesendirian dan kehilangan secara batiniah. Dalam refleksi ini, cobalah
mengungkapkan perasaan dan kebutihan anda yang paling dalam dengan kata-kata yang
paling jujur, terbuka dan terus terang. Jangan coba-coba melakukan pembenaran Teologis.

Bab 2

Inti Spiritualitas kristiani

Kisah-kisah seputar kebangkitan diwarnai oleh berbagai peristiwa, suasana senja pada
perjalanan ke Emaus, suasana malam ketika Yesus bergabung dengan murid-murid-Nya
didalam ruang tertutup, kesegaran pagi hari pada danau Tiberias ketika Yesus memasak
sarapan untuk murid-murid-Nya. Barangkali yang paling kuat kesannya dari semua itu adalah
pada waktu pagi-pagi sekali ditaman makam ketika Maria, yang dibutakan oleh air mata
kesedihan, berbicara dengan “si tukang kebun” yang secara tegas menyebut namanya, Maria.
Bagi saya perumpamaan ini merupakan jantung atau Inti Spiritualitas kristiani. Namun,
apabila membaca kisah mengenai perjumpaan-perjumpaan Yesus, kita merasakan bagaimana
Ia memandang Langsung kepada setiap orang seolah-olah dialah satu-satunya yang hadir
sekalipun sedang berada dalam desakan orang banyak. Yesus tak pernah memandang orang
sebagai objek, studi kasus, gangguan, atau sarana untuk mencapai tujuan. Kita tidak pernah
merasakan adanya jarak impersonal.

Tuhan mungkin lebih daripada Pribadi (apapun bentuknya), tetapi Tuhan tidak mungkin
kurang dari pribadi. Setiap spiritualitas yang mendepersonalisasikan diri kita dan hubungan-
hubungan kita. Cukuplah untuk mengetahui bahwa kehadiran Yesus yang hidup sedang
berkarya didalam hidup kita, terpanggil dengan kuasa kebangkitan-Nya, berdoa didalam
nama Yesus, memohon kepada Yesus yang hidup untuk memenuhi hidup kita dengan hidup-
Nya yang Maha kuasa. Cukuplah untuk menggambarkan atau menghayati Yesus yang
memandang langsung pada kita dan menyebut nama kita layaknya dua Pribadi yang saling
memiliki dan mencintai seumur hidup.

Refleksi dan Meditasi

Ambillah sikap tubuh apa saja yang membuat anda rileks. Tariklah napas penuh secara
perlahan-lahan, lalu hembuskan dengan ringan dan lembut. Anda boleh membayangkan
gambaran tertentu atau mengucapkan beberapa kata yang membantu anda merasakan
keakraban Allah. Bila telah merasa siap, pusatkan perhatian anda kepada Yesus sebagaimana
yang telah digambarkan didalam Alkitab. Sekarang pikirkan atau bayangkan diri anda terlibat
dalam cerita tersebut, barangkali orang yang disembuhkan atau yang diajak bicara dan di
sentuh. Biarkan diri Anda merasakan keakraban atau memikirkan perhatian langsung dari
Yesus secara Pribadi, rasakan tatapan langsung Mata-Nya. Ingatlah bahwa Ia datang bukan
untuk menghukum, melainkan datang untuk mempersatukan kita.

Bab 3

Kebebasan Spiritual atau penyalahgunaan Spiritual

Kita dapat membayangkan para Murid yang pada malam paskah berkumpul secara rahasia
diruangan tertutup. Cerita itu memperlihatkan kasih Allah yang menghormati pilihan untuk
mengunci pintu, kasih yang tidak memaksa untuk membuka pintu, tetapi kasih yang tidak
dapat dihalangi oleh pintu. Kasih itu datang dengan lemah lembut, namun penuh kuasa.
Kekuatan yang sejati adalah lawan dari pemaksaan. Kasih itu berdiri di antara mereka tanpa
mencela. Kasih itu menyampaikan syalom, damai yang berarti “sejahtera” dan “utuh” di
tengah-tengah kabut ketakutan dan rasa malu mereka. Kasih itu telah ada bersama mereka,
berbagi luka dan kelemahan; kasih yang menghembuskan Roh Kudus yang menguatkan
mereka. Dalam cerita ini kita melihat kasih yang meresap tanpa bersifat menyerang. Minggu
berikutnya para murid berkumpul kembali, mereka kembali mengunci pintu. Kita mungkin
mengira bahwa setelah mengalami satu kali kenyataan kebangkitan, mereka tidak perlu lagi
mengunci pintu. Paradigma yang luar biasa ini mengingatkan kita bahwa dengan kelembutan
Allah memasuki ruang-ruang hidup kita yang paling gelap dan tersembunyi, penuh luka,
ketakutan, dan keraguan-keraguan. Namun, masih banyak bentuk penyalahgunaan spritualitas
di sekitar kita. Sang penulis menjelaskan langkah-langkah bagaimana menyatakan hukuman
mati atas diri seseorang, atas ego seseorang, dan kemudian bagaimana melaksanakan nya.

Penyalahgunaan spiritual dapat timbul apabila kita lebih fokus pada struktur agama daripada
kebebasan hubungan dengan Sang Kasih. Kita memang memerlukan struktur dan tatanan,
suatu kerangka teologis, eklesiastik dan kerangka liturgis yang terartikulasi- persis seperti
sebuah keluarga yang hidup bersama dalam kasih tempat membutuhkan tempat tinggal yang
kokoh. Hubungan bukan peraturan, membangun kekuatan hidup batin. Dari hubungan, bukan
dari peraturan, terjadi penyembuhan dan transformasi.

Refleksi dan Meditasi


Ambillah posisi apa saja yang anda rasa nyaman dan santai. Bernapas lah dalam-dalam dan
perlahan-lahan, lalu lepaskan napas Anda dengan ringan dan lembut. Pikirkan lah kasih Allah
yang terbentang melalui Yesus yang hadir bersama anda didalam ruangan tertutup. Gunakan
gambar batin dan kata-kata dalam hati dan membantu Anda membuat kehadiran itu, sungguh-
sungguh nyata bagi anda. Nikmatilah dengan santai kehadiran Yesus ini selama mungkin,
sambil menyadari bahwa anda dimengerti dan diKasihi selamanya. Jika anda menyadari
ketakutan dan hambatan yang dalam, nyatakan lah Kasih Allah-biarkan terang Kristus secara
lembut menyingkapkan ketakutan batin ini.

Bab 4

Spiritualitas Inkarnasional

Menurut Injil Lukas, ada kegembiraan dan sukacita yang dirasakan oleh para murid pada
malam paskah. Yesus meyakinkan kita bahwa Ia bukan hantu. Ia meminta sesuatu dari
mereka untuk dimakan dan menunjukkan bahwa Ia bisa mengunyah dan menelan roti dan
ikan. Dengan perpaduan dan perleburan roh dan daging ini Yesus menunjukkan bahwa sosok
itu sungguh-sungguh adalah Diri-Nya. Selama waktu ini saya masih yakin bahwa
pertumbuhan spiritual akan membuat saya bersikap objektif dan tenang. Saya akan mampu
mentransedesikan dorongan emosional jasmani saya, yang membuat saya lebih tenang. Akan
tetapi, itu bukan berarti saya menganggap bahwa tubuh jasmani saya pada dasarnya memang
penuh dosa, tercela, dan hina. Sebagai orang yang dibesarkan dalam sebuah gereja liberal,
secara keseluruhan saya sangat menghargai ekstensi tubuh.

Istilah yang saya gunakan “Spiritual Inkarnasional”, muncul secara spontan dalam pikiran
saya sekitar 15 tahun yang lalu. Bagi saya istilah ini mengacu pada hubungan dengan Allah
yang menjumpai, menghargai dan merangkul sepenuhnya kondisi manusia. Spiritualitas
Inkarnasional mengajak semua aspek diri kita kepada Sang Tabib yang akan mendengarkan
kita, yang akan menyembuhkan jika kita membutuhkan penyembuhan, mentransformasi jika
kita membutuhkan transformasi, mengukuhkan serta memberdayakan jika kita membutuhkan
pemeliharaan dan pengasuhan. Ketika saya merenungkan kepenuhan dan keterbukaan cara
Allah berhubungan dengan diri kita yang kompleks – energi, kekuatan, anugerah, kelemahan
kita – saya teringat pada teks yang memiliki kekuatan, yakni Yehezkiel 34. Dalam bacaan ini
Allah berbicara melalui sang nabi dan saksi-saksi Allah terhadap domba-domba-Nya sesuai
dengan keragaman kebutuhan dan kemampuan mereka.

Refleksi dan Meditasi


Bergerak lah perlahan-lahan sepanjang meditasi ini. Posisikan tubuh anda dengan santai,
hiruplah nafas kehidupan Allah secara perlahan dan lembut. Renungkan kasih Allah yang
membentang dan mewujud sempurna didalam Yesus. Bila telah siap, tanyalah diri anda
bagaimana perasaan Anda tentang “gunung Kudus”. Jangan menghukum atau mengkhotbahi
perasaan anda, nikmati saja. Bersantailah sambil menyadari kehadiran Dia yang telah
berinkarnasi. Yang tahu apa yang anda rasakan. Apakah ada perasaan sakit atau tidak
nyaman? Apakah ada bagian tubuh anda yang belakangan ini mengalami tekanan berat?
Sentuhlah bagian itu dengan lembut atau pikirkanlah bagian itu sambil bersyukur.

Bab 5

Penyembuhan yang mendalam: kebutuhan mendesak seorang pemimpin

Mengapa Yesus masih mempunyai luka-luka pada tubuh-Nya yang telah bangkit? Jawaban
tradisional nya adalah bahwa luka-luka itu membuktikan bahwa Sesungguhnya Dia adalah
Yesus dan bukan seorang penipu. Membawa dan memperlihatkan luka-luka merupakan
tindakan yang tepat untuk menunjukkan Kasih-Nya kepada para sahabat yang sedang berada
dalam keadaan bercampur-baur antara bingung dan curiga. Yesus yang bangkit tidak
tenggelam dalam kemuliaan dan berada di luar jangkauan kita, tak terjangkau oleh teriakan
kita. Ia ada diantara kita, menanggung luka-luka kita, bahkan dalam tubuh yang bercahaya.
Setiap kata dan tindakan-Nya, memancarkan arti dan hati Allah. Hati Allah menanggung
luka-luka kita. Allah menderita bersama-sama dengan kita.

Banyak penderitaan yang kita alami adalah bukan kehendak Allah :

 Duri dalam daging : Penyakit, kecelakaan, bencana alam, cacat, dan trauma fisik
 Lonjakan : pengalaman traumatik mendadak secara komunal, kejahatan moral,
penolakan dan/atau ketidakadilan, emosional mendadak, suatu hubungan Pribadi yang
terputus, kabar buruk yang mengejutkan, perjumpaan tanpa makna karena saling tidak
memperdulikan dan penuh permusuhan.
 Karat : Kekerasan jangka panjang – fisik, verbal, atau emosional; setiap hubungan
yang secara mendalam mengikis rasa percaya diri dan harga diri seseorang.
 Keinginan yang tak terpenuhi : kehilangan kronis secara fisik atau emosional;
penderitaan karena tidak adanya kasih dan kurangnya keakraban yang hangat dan
emosional.
 Rasa Malu :perasaan tidak berharga yang terbawa sejak lahir, penurunan martabat,
dan pelecehan yang disebabkan oleh kedudukan sosial, ekonomi, atau etnis seseorang;
luka akibat penolakan atas dasar siapa orang itu dan bukan atas dasar apa yang
dilakukan nya.
 Terkuras habis : kelelahan kronis akibat kerja yang berlebihan, intensitas tinggi, dan
kekeringan.
 Pencekikan : kekuatan dan bakat batin yang tak terekspresikan; penderitaan ketika
bakat, talenta, dan energi terkukung didalam diri kita karena ketakutan, kelalaian, dll.
 Racun Komunal : keadaan terluka yang tidak dimulai dengan sejarah pribadi kita,
tetapi kita warisi dan internalisasi kan dari penderitaan keluarga atau dari keterlibatan
kita dalam komunitas yang menderita, komunitas yang mengandung racun.

Bab 6

Berjalan bersama Kristus memasuki memori-memori yang terluka dan terpendam

Kedua murid yang sedang dalam perjalanan ke Emaus pada petang hari itu sungguh
diselimuti keterkejutan, kesedihan, dan kekecewaan. Bermacam-macam kenangan atau
memori yang membakar, mengecewakan, dan membingungkan berkecamuk didalam pikiran
mereka. Apa yang dikatakan Allah kepada setiap orang diantara kita dalam proses
penyembuhan luka-luka kita tentu berbeda-beda, karena luka setiap orang itu unik. Namun,
kehadiran yang menyembuhkan memiliki makna yang sama untuk semua orang. Kehadiran
Kristus adalah sumber kekuatan penyembuhan yang menaruh api dihati kita, api yang
membakar memori-memori yang tak tersembuhkan.

Kebanyakan dari kita, perjalanan ke Emaus telah menjadi suatu kiasan Alkitabiah yang
memancarkan cahaya bagi zaman tradisional kita, bagi keterbukaan dan pertumbuhan kita
didalam hidup Yesus Kristus. Cerita Alkitab ini banyak mengandung makna. Bagi saya,
perjalanan ke Emaus juga mencerminkan perjalanan kita dengan Kristus yang bangkit
menuju apa saja yang telah menyakitkan kita dan masih menyulitkan kita.

Mari kita lupakan luka-luka kita, memaafkan dan melupakan (sebagaimana seharusnya sikap
Kristiani) dan melanjutkan hidup. Namun, berbagai upaya penyembuhan memori didalam diri
kita yang dalam, dengan perintah untuk melupakan dan memaafkan, tidak akan
menyembuhkan kita. Hasil nya akan sama saja dengan menyembuhkan luka batin melalui
pengakuan dosa. Suatu memori dapat terus menyala didalam batin kita selama bertahun-tahun
atau tetap hidup didalam pikiran-pikiran kita seperti rekaman musik pada pita kaset. Kadang-
kadang memori tersebut muncul sendiri pada tingkat sadar, kadang-kadang dibawah sadar.
Kalau kita memaksakan proses pengampunan secara sederhana, kita justru makin
memperdalam masalah kemarahan dan mencemari kemarahan tersebut. Dalam setiap Proses
pengampunan, kita perlu menyediakan waktu untuk melewati beberapa tahapan dibawah ini
walaupun tidak mesti mengikuti urutan berikut ini :

 Kita harus mampu menyebutkan nama luka, kejahatan, ketidakadilan, atau trauma
yang kita alami
 Kita perlu mengambil langkah-langkah untuk merasa aman dengan menetapkan batas-
batas yang jelas, mengambil jarak emosional, atau meninggalkan situasi bila perlu
 Kita perlu untuk bersentuhan dengan kekuatan batin dan kebebasan kita sendiri. Kita
mengabaikan langkah ini, padahal ini sangat penting.
 Kita perlu membangun kembali sikap menghargai diri sendiri ( self esteem) dan baik
menilai diri sendiri (self value). Seringkali kita merasa sangat malu pada diri kita
sendiri setelah disakiti Atau di perlakukan jahat oleh orang lain.
 Kita memerlukan waktu untuk bekerja dalam kesedihan dan kemarahan, khususnya
berbagi dengan orang lain yang kita percayai.
 Kita perlu berhati-hati dalam menjalani beberapa bentuk penyembuhan memori. Kita
perlu memastikan bahwa metode yang kita gunakan atau panduan yang mungkin kita
pilih tidak mendesak kita, tetapi memungkinkan Kita untuk menhentikan proses pada
suatu titik tertentu.
 Pada waktu kita dapat mulai melihat orang lain sebagai korban juga. Luka-luka
berpindah dari orang ke orang dan generasi ke generasi.
 Bersamaan dengan langkah ini, kita dapat mulai melepaskan orang lain dari harapan
kita. Tak seorangpun dapat memoles luka masa lampau sehingga pada akhirnya kita
perlu membebaskan dia dan diri kita sendiri dari penjarah kemarahan.
 Akhirnya, selama dan setelah penyembuhan setiap luka dalam proses pengampunan,
kita perlu bertanya kepada diri apa yang dapat dipelajari dari pengalaman tersebut?
Apa yang kita pelajari mengenai diri kita dan orang lain? Apa yang kita pelajari
mengenai Allah? Allah tidak mengirimkan penderitaan, tetapi tidak ada penderitaan
yang perlu dibuang.
Tetapi perlu kita mengingat bahwa Allah hadir pada setiap langkah proses penyembuhan dan
pengampunan ini, bukan hanya pada saat doa dimulai. Entah kita dapat langsung mendoakan
luka kita atau tidak, kita tidak boleh mengabaikan kehadiran Allah barang semenit pun,
karena Allah tidak pernah meninggalkan kita barang semenit pun.

Bab 7

Kelelahan Spiritual dan pembaruan yang mendalam

Setiap orang yang pernah mengalami ketakutan dan kesedihan yang mendalam tahu dan
betapa dalam dan meresap nya kelelahan tersebut. Sekejap setelah respons yang
menegangkan terjadi pada saat yang genting, kelelahan menyebar ke seluruh tubuh dan
pikiran. Respon emosional mulai tertutup. Murid-murid Yesus telah mengalami berbagai
penghianatan dan kesedihan yang tak terlukiskan pedihnya, yang terjadi tidak seberapa lama
setelah kemegahan Minggu Palma. Mereka juga telah mengalami permusuhan dalam
masyarakat, bahaya yang mengancam mereka, makam kosong, gosip-gosip seputar
kebangkitan, dan akhirnya kejutan sukacita pada malam paskah. Bahkan setelah kebangkitan
pun, kita masih merasakan kebingungan dan ketidakpastian para murid Yesus.

Kita perlu bertanggung jawab atas diri kita sendiri atas masa sabat kita dengan tegas dan
jelas. Meskipun kita punya hak untuk mengharapkan penghargaan dan perhatian dari pada
kolega, teman, sahabat, pasangan, jemaat, sinode atas keberadaan dan kebutuhan kita. Saya
percaya bahwa Kristus juga pernah berkata “Gembalakanlah Domba-Domba-Ku” kepada kita
secara pribadi. Kita mulai memahami bahwa menjaga diri didalam nama Yesus adalah suatu
tindakan yang suci, bukan hanya sebagai tindakan mengurus “Bait” Allah didalam diri kita,
melainkan sebagai kesaksian mendalam terhadap Iman kita, bahwa kita adalah orang-orang
yang dikasihi Allah. Kita bukan alat atau budak. Kita adalah rekan, anak, pasangan dan orang
yang paling dicintai di hati Allah.

Renungan dan Meditasi

Lalu berFirmanlah Tuhan kepada Musa “Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit
hujan roti bagimu; maka bangsa itu akan keluar dan memungut tiap-tiap hari sebanyak yang
perlu untuk sehari”. (Kel. 16:4).

1. Doa yang Meresap

Pikirkanlah kehangatan dan terang Allah disekitar mu seolah-olah anda berbaring dibawah
Matahari. Barangkali anda hanya ingin tiduran dan membiarkan cahaya serta napas Allah
mengalir perlahan dan mendalam keseluruh bagian tubuh, memenuhi seluruh diri anda seperti
air yang meresap memenuhi sebuah spon. Seluruh diri anda dibasuh atas kehadiran Allah.
Doa ini dapat berlangsung selama 15 menit saja atau sampai berjam-jam.

2. Doa tubuh

Setelah beberapa menit melakukan doa yang Meresap, letakkan tangan anda pelan-pelan
diatas jantung, perut, dahi, atau mata anda dan berdoalah dengan suara pelan, diselingi jeda
sebentar.

3. Doa napas

Sementara tubuh anda beristirahat, bayangkan lah napas Anda mengalir kedalam dan keluar.
Bernapas lah dengan lembut (jangan dipaksakan) sehingga menjadi napas kehidupan Allah
yang ditiupkan kepada anda. Biarkan lah Roh Kudus, Sang Penghibur mengalir kedalam
tubuh anda seperti cahaya sewaktu anda bernapas.

4. Kata-kata Doa khusus

Pilihlah atau buatlah kata atau dia singkat yang dapat membantu anda dapat memusatkan diri
pada hadirat Allah. Bisa satu patah kata seperti damai, membebaskan Allah, Yesus, Roh, atau
cahaya. Bisa juga Frase seperti: “Allah, saya ingin merasakan kedekatan-Mu” atau “Yesus,
penuhi lah diriku dengan Cahaya-Mu” atau “Roh Kudus, embuskanlah napas-Mu kepadaku”.
Biarkanlah kata-kata atau frase khusus ini bersama anda sepanjang hari menjadi pusat
kedamaian dan kekuatan untukmu. Akhirnya, anda akan menyadari bahwa doa itu berubah
secara spontan seperti diri anda yang berubah.

5. Meditasi berjalan

Berjalan-jalan sendiri lah tanpa agenda atau tujuan khusus. Berjalanlah pelan-pelan dan
mintalah Allah menunjukkan sesuatu dalam perjalanan anda sesuatu yang ingin anda dengar,
cium, atau sentuh. Anda akan liat tanda itu sewaktu anda mengalami nya. Tanda itu akan
memiliki arti khusus bagi anda dan akan sangat berarti bagi anda saat ini.

Bab 8

Kekurangan kita merupakan pemberian terbesar

Alkitab jelas menyebutkan bahwa Petrus adalah seorang pemberani. Dia pasti punya
kesalahan-kesalahan, tetapi dia bukan seorang pengecut. Dialah orang pertama yang selalu
siap mengambil resiko, melakukan hal-hal yang sangat berbahaya, seperti melompat ke air
untuk berenang mendekati Yesus atau menghunuskan pedang nya ditaman getsemani untuk
Melindungi Yesus dari sergapan tentara. Ketika Yesus digiring oleh para tentara, dia
mengikuti Yesus sampai di halaman kediaman imam agung, dekat perapian dimana para
penjaga biasa berkumpul. Petrus berdiri di sana dan bercakap-cakap dengan mereka, seolah-
olah mereka tidak sama sekali tidak terlibat dalam peristiwa penangkapan Yesus. Dia berani
mengambil resiko, yang tidak mampu melakukan para murid lainnya. Jelaslah bagi dia
sekarang, Untuk pertama kalinya dalam hidupku, bahwa Petrus menganggap hanya dirinya
yang mampu melakukan sesuatu untuk menyelamatkan Yesus. Yesus tau dengan pasti
keberanian Petrus, hati terus dengan penuh kasih, tetapi juga keras kepala. Bisa jadi, Yesus
juga melihat Petrus berada diantara para tentara dan berusaha keras mencari jalan untuk
menyelamatkan sahabat dan Gurunya. Dari pengalaman selama Pelayanan-nya, Yesus sangat
mengenal sifat Petrus yang suka menentang, sering salah mengerti, tegas dan pada saat saat
tertentu mampu mengendalikan situasi.

Refleksi dan Meditasi

Beristirahatlah dengan posisi yang nyaman. Tarik napas dalam-dalam, pelan-pelan, kemudian
bernapas lah dengan tenang, ringan, dan lembut. Manakah diantara “Domba-Domba” batin
anda, sebagai anugerah dan kekuatan anda, yang anda rasa telah menyimpang, sakit, lemah
terluka atau lebih kuat dan dominan daripada yang lainnya? Inilah yang dicari dan dirangkul
dengan penuh kasih oleh Allah sendiri.

Bab 9

Perlindungan Spiritual dalam hubungan yang tidak sehat

Setiap kita, baik awam maupun profesional, memerlukan pakaian anti-api, perlindungan
Spiritual cahaya Kristus. Seperti dikatakan dalam Injil Lukas, kita perlu “diperlengkapi
dengan kekuasaan dari tempat tinggi”. Jika kita terjun kedalam penderitaan manusia tanpa
menyadari bahwa Yesus terjun bersama kita; jika kita masuk kedalam kobaran api tanpa
kuasa kasih Yesus, kita hanya akan menjadi ranting kering. Pencarian terhadap inti
penderitaan dan penyembuhan justru akan membakar dan menghancurkan diri kita (lihat
Yoh. 15:6). Penulis surat Efesus mengingatkan gereja di Efesus untuk mengenakan
perlengkapan senjata Allah. Peringatan ini meliputi apa yang kita sebut kekuatan setan, tetapi
tidak terbatas pada aspek kehancuran saja. Sejauh ini, kebanyakan serangan dan kekeringan
batin yang kita alami secara tidak sadar berasal dari orang-orang disekitar kita dan lembaga-
lembaga komunal tempat kita menjadi anggota nya.
Kekeringan dan racun ini tampaknya terjadi dalam empat cara utama :

1. Melalui kebutuhan orang lain


2. Melalui proyeksi dan perpindahan harapan, kerinduan, atau pertentangan orang lain
terhadap diri kita
3. Melalui internalisasi diri atas masalah penyakit didalam diri orang lain disekitar kita
4. Melalui warisan masalah generasi sebelumnya dari keluarga kita atau lembaga
komunal lain yang telah kita ikuti.

Kekeringan

Kita mungkin mengalami kekeringan sebagai akibat dari kelelahan, kelesuan, kedinginan,
ketidaksadaran, kemarahan yang tidak semestinya atau kecemasan yang muncul tiba-tiba.
Kita mungkin lebih banyak memerlukan lebih banyak udara atau ingin tidur. Secara
Alkitabiah, tangan melambangkan sesuatu yang menguatkan kita, mata melambangkan
sesuatu yang membuat kita jelas. Kita dapat masuk kedalam komitmen hubungan yang
bertujuan untuk memberi dan menerima penguatan dan pencerahan.

Bab 10

Disiplin Spiritual atau respons spiritual

Jika kebangkitan merupakan inti Spiritualitas Kristen, maka kebangkitan juga merupakan inti
dari disiplin Spiritualitas sehari-hari. Tetapi, secara pribadi saya agak keberatan dengan
istilah disiplin. Saya tau kata itu mengarah pada permuridan, perilaku seseorang yang
mempelajari sesuatu. Bagi saya, kata disiplin mengingatkan lonceng sekolah yang
menandakan dimulainya jam pelajaran selanjutnya. Sementara kita menyadari perubahan-
perubahan yang terjadi di dalam diri kita, kita perlu mendengarkan respons, kerinduan dan
penolakan-penolakan orang lain serta menghargai apa yang dikatakan nya. Jika kita merasa
tidak alami, merasa tertekan, luka, bersalah maka pasti ada yang tidak beres dengan sasaran
yang diberikan kepada kita, baik oleh orang lain ataupun oleh diri kita sendiri. Kalau
pendekatan spiritual sesuai dengan diri kita, hal itu akan terasa alami, langsung terasa
nyaman.

Sebagai pemimpin Kristen, kita harus bertanya kepada diri sendiri mengenai cara kita
memimpin orang lain menuju kehidupan spiritual yang lebih dalam :

 Apakah kita memaksa orang lain memakai cara-cara yang sesuai dengan diri kita?
 Apakah kita mendorong orang lain untuk melihat secara serius kedalam ritme respons
mereka pribadi?
 Apakah kita cukup hati-hati untuk menjelaskan bahwa pengalaman spiritual kita
merupakan pengalaman kita sendiri dan bukan tolak ukur untuk orang lain?
 Apakah kita menawarkan sumber-sumber bacaan atau seminar bagi mereka yang
ingin mendalami cara-cara alternatif?

Yang dapat kita lakukan adalah Melakukan seminar atau bimbingan spiritual kepada mereka.

Bab 11

Napas, Roti, dan Berkat

Dalam Injil Lukas dikatakan bahwa Yesus yang bangkit membawa murid-murid-Nya ke
Betania. Disana Ia memberikan berkat istimewa yang terakhir. Hanya Injil Lukas yang
melukiskan skenario terakhir yang sangat indah di Betania. Betania adalah kota kelahiran
Maria, Marta, dan Lazarus, sahabat-sahabat dekat Yesus serta Murid-murid-Nya. Bahkan,
hingga saat terakhir dan sesudah nya, Yesus terus memberi makan para calon gembala itu. Ia
menyuguhi mereka dengan pembaruan ketika Ia datang kepada murid-murid di ruangan
tertutup pada malam paskah dan mengembuskan Roh Kudus kepada mereka. Kata rumah
dalam bahasa Ibrani berarti “Roh”, “napas”, “angin”. Tujuan buku ini bukan untuk
memisahkan kebutuhan dan makanan para pemimpin kristiani dari orang-orang Kristen yang
pada saat ini sedang tidak memegang peranan apa-apa. Napas, Roti, Berkat diperlukan oleh
semua dan diberikan kepada semua.

Akan tetapi, seperti yang saya kemukakan di seluruh buku ini, apa yang dibutuhkan oleh
semua orang Kristen juga sangat dibutuhkan oleh para pemimpin Kristen. Dalam kegiatan
konseling dan retreat yang saya selenggarakan bagi para pejabat Gereja dan Pemimpin awam,
saya menemukan begitu banyak gembala yang sungguh-sungguh sangat membutuhkan
Pengembalaan. Banyak pemimpin yang begitu lapar sehingga mereka dicobai untuk
mengambil jalan pintas, mencoba mengubah batu-batu menjadi roti. Kita sering dicobai
dengan cara seperti itu. Aspek penting dari kelaparan ini adalah banyak nya gembala yang
kehilangan jati diri kependetaan nya. Gereja sering menjadi pusat drama dan pusat cerita,
gedung-gedung gereja menjulang keangkasa dan menjadi bangunan tertinggi di seluruh kota.
Anggota Jemaat memandang gembala atau pendeta sebagai suara Allah, modal spiritual dan
nilai-nilai moral.

Kelebihan Buku : Isi dari buku ini menarik untuk dibaca, karena terdapat dorongan yang
kuat untuk dibaca dan bisa dijadikan motivasi

Kelemahan Buku : Terdapat beberapa bab-bab yang sangat singkat penjelasan nya dan
terdapat beberapa bahasanya yang tinggi

Anda mungkin juga menyukai