Anda di halaman 1dari 16

KATEKESE GEREJAWI

ISTILAH-ISTILAH DALAM PERJANJIAN BARU

DOSEN: MARIANA L M. LAUSAN, M.Pd.


KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur kami naikan kepada Tuhan yang maha kuasa, karena
atas berkat dan Rahmat-Nya sehingga kami kelompok bisa menyelesaikan Tugas
Ujian Tengah Semester (UTS) Modul kateketika kami dengan judul “Katekese
Gerejawi dan Istilah-istilah dalam Perjanjian Baru” ini dengan segala baik.

Tentunya kami sebagai kelompok dalam pembuatan modul ini masih banyak
kekurangan, baik dari cara penulisan, ketepatan kata bahkan sampai pada isi materi
yang dibahas di dalamnya, oleh karena itu kami kelompok sangat mengharapkan
kritikan maupun saran dari pembaca untuk memperbaiki isi dari modul kami ini.

Harapan kami kelompok, semoga modul ini bisa bermanfaat bagi para
pembaca, dan kiranya modul ini bisa menambah wawasan kita tentang katekese
gerejawi dan istilahnya di dalam perjanjian baru. Tuhan Memberkati kita semua.

Terima kasih…….

Manado, 11 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... 1

BAB I KATEKESE GEREJAWI ........................................................................ 2-4

BAB II ISTILAH-ISTILAH DALAM PERJANJIAN BARU


1. Katekhein ............................................................................................... 5
2. Didaskein ............................................................................................... 6
3. Ginoskein ...............................................................................................7-8
4. Manthanein ............................................................................................9-10
5. Paideuein ...............................................................................................11-13

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14


BAB I
KATEKESE GEREJAWI

Salah satu pelayanan yang paling tua dan yang paling banyak dipakai oleh
Gereja-Gereja di Indonesia ialah pelayanan katekese. Tidak ada Gereja di sini yang
tidak mengenal pelayanan katekese ini. Hal itu nyata antara lain dalam tata gereja
yang dimiliki oleh Gereja-Gereja kita di Indonesia. 1 Ada Gereja yang menganggap
katekese sama dengan pengajaran agama Kristen, yang diberikan di sekolah-
sekolah. Ada pula yang menganggapnya lebih daripada itu yaitu sebagai pendidikan
agama Kristen. Dan jika merujuk Juga tentang maksud atau tujuannya, gereja-gereja
kita masih berbeda pendapat. 2 Oleh karena itu untuk dapat memahami anggapan
yang beragam itu, perlu kita mengetahui tentang katekese gerejawi yang akan kita
bahas mendalam saat ini.

Katekese gerejawi berasal dari Israel.3 Dalam Perjanjian Lama (Ul 6:20-25;
Mzm 78:1-7) kita membaca, bahwa kepada orangtua ditugaskan untuk memberikan
pengajaran tentang perbuatan-perbuatan Allah yang besar, karena apa yang telah
mereka dengar dari orangtua mereka, dengan jalan itu maksudnya ialah jalan
memberikan pengajaran secara lisan, tradisi tentang perbuatan-perbuatan Allah
yang besar yang diteruskan dari generasi ke generasi.

Sekitar permulaan abad pertama rupanya telah ada “sekolah-sekolah” yang


didirikan oleh Jemaat-Jemaat Yahudi, di mana anak-anak kecil (dari enam atau tujuh
tahun) mendapat pengajaran atau bimbingan dari guru-guru Taurat. Maksud
pengajaran atau bimbingan ini bukanlah untuk memberikan pengetahuan umum
kepada anak-anak, akan tetapi pengetahuan tentang Torah atau taurat Allah.
Pengetahuan itu terdiri dari pembacaan dan penghafalan nas-nas Torah secara
harfiah. Sesuai dengan itu “sekolah dasar” ini disebut “beth-ha-sefer” = numah-buku.
Pengajaran dan pembimbingan yang lebih tinggi diberikan dalam “mad rasah” yang
disebut “beth-ha-midrasy yaitu rumah pengajaran. Maksud pengajaran dan
1
Bnd terutama pasal yang membahas “amanat(=tugas) Gereja”
2
Bnd antara lain “peraturan-peraturan” yang dipakai oleh gereja-gereja kita tentang katekese gerejawi.
3
Bnd R. bijsma, Klenie catechetiek, 19069, nlz. 37.
bimbingan di sini ialah bukan hanya tentang membaca dan menghafal nas-nas
Torah, tetapi juga untuk mengetahui arti dan maknanya. Pengajaran dan bimbingan
diatur menurut umur tiap anak-anak. Pada umur enam atau tujuh tahun mereka
mulai dengan pengajaran bimbingan elementer yaitu, belajar membaca nas Torah.
Kemudian kira-kira pada umur sepuluh tahun mereka mulai dengan pengajaran yang
sebenarnya misyna. Dan pada umur dua belas atau tiga belas tahun mereka
diwajibkan untuk menuruti serta melaksanakan seluruh syariat Yahudi. Pada taraf ini
anak-anak laki-laki dianggap sebagai “anak-anak syariat”. 4

Pengajaran atau bimbingan dalam “rumah-pengajaran” erat dihubungkan


dengan “rumah-ibadah” = sinagoge Yahudi. 5 Anak-anak duduk pada kaki guru-guru
Torah dan menerima pengajaran dan bimbingan dari mereka dalam rahasia Torah.
Pengaiaran dan bimbingan ini telah telah selesai Yesus terima, waktu ia sebagai
anak yang berumur dua belas tahun membuat para ulama tercengang-cengang akan
kecerdasan-Nya dalam Bait-Allah (Luk 2:46-48). Tidak semua anak mendapat
kesempatan untuk memperoleh pengajaran dan bimbingan yang demikian.
Kebanyakan dari mereka hanya dapat mengikuti pengajaran serta bimbingan dalam
pembacaan Torah di “rumah-rumah ibadah” atau sinagoge-sinagoge, yang Sesudah
pembuangan ke Babel di-adakan tiap-tiap minggu. Sebenarnya sebagian besar dari
“rumah-rumah ibadah” atau sinagoge-sinagoge dimaksudkan sebagai rumah-
pengajaran bagi seluruh rakyat untuk mengajar dan membimbing mereka dalam
pengetahuan dan ajaran Torah. 6 Dalam Perjanjian Baru kita membaca bahwa,
mengajar dalam rumah-rumah ibadah” atau sinagoge-sinagoge adalah suatu
kebiasaan lama pada hari Sabat. 7 Menurut Kisah Para Rasul 15:21 “hukum Musa”
( Torah) sejak zaman dahulu diberitakan di tiap-tiap kota, karena hukum itu
dibacakan tiap-tiap hari Sabat di “rumah-rumah-ibadah” atau sinagoge-sinagoge. 8
Yang penting kita catat di sini ialah, bahwa Jemaat-Jemaat Yahudi Sinagoge adalah
presupposisi dari pengajaran Torah. Hal itu menyatakan bahwa, pengajaran yang
4
Dari dahulu telah ada peraturan, bahwa tiap-tiap anak laki-laki harus menjadi "bar-mitswa", kalau a sudah
berumur tigabelas tahun dan satu hari. Pada waktu ini ada juga perayaan-bar-mitswa" bagi anak-anak wanita.
Bnd J. Soetendrop, Symboliek der Joodse religie, 1958, blz. 20-25.
5
Tentang arti dan fungsi rumah-pengajaran" dan “rumah-ibadah" Yahudi pada waktu Perjanjian Baru, bnd E.
Schurer, Geschichte des judischen Volkes im Zeitaler Jesu Christi, II, 1898,S. 419-463.
6
Bnd Mzm 74:8, di mana kita membaca tentang rumah Allah, yang oleh LAI diterjemahkan dengan "tempat
pertemuan Allah".
7
hal itu menyatakan bahwa pengajaran yang diberikan di situ mempunyai sifat “pemberitaan”.
8
Bnd J.L.Ch. Abineno, Mazmur dan Ibadah, 1987, hal. 7.
diberikan disitu mempunyai sifat “pemberitaan”. Yang mendukung pengajaran itu,
Bahan pengajaran dan bimbingan terdiri dari beberapa bagian :

- Pertama, pengakuan-iman (syema). Nas pengakuan-iman terdiri dari Ulangan


6:4.9.11,13-21 dan Bilangan 15:37-41.
- Kedua, doa-utama syemone Esre, yang harus didoakan oleh tiap-tiap orang
Israel, yang tua dan yang muda, tiga kali sehari. Doa ini adalah suatu puji-
pujian kepada Allah Abraham, Ishak dan Yakob, dan suatu permohonan untuk
pemulihan Yerusalem dan kerajaan Daud.
- Ketiga, pembacaan Torah. Pembacaan ini mendapat tempat yang sentral.
Seperti kita tahu Torah adalah bagian yang fundamental dari Perjanjian Lama.
Pembacaan dan pengajaran ini telah kita temui dalam Nehemia 8:9.
- Keempat, pengajaran tentang arti dari hariraya-hariraya Yahudi, yaitu hari raya
Paskah, hari raya Pentakosta, hari raya Pendamaian, hari raya Pondok Daun,
hari raya Purim, dan lain-lain.9

Bahan tradisional dari katekese gerejawi yang juga terdiri dari empat bagian:
pengakuan-iman (Apostolicum), doa (Bapa Kami), dasar-firman (dekalog) dan
sakramen-sakramen (Baptisan dan Perjamuan).

9
Bnd Abineno, k.t., hal. 62-87.
BAB II
ISTILAH-ISTILAH DALAM PERJANJIAN BARU

1. Katekhein
Istilah atau kata kerja pertama yang kita mau sebutkan disini ialah “katekhein” 10.
istilah ini berarti memberitakan, memberitahukan, mengajar, memberi pengajaran.11
Dalam perjanjian baru “Katekhein” kita temui dalam arti-arti ini. Beberapa contoh
sebagai berikut :
- “Mereka mendengar kabar/berita tentang engkau (Paulus), bahwa engkau
mengajar semua orang Yahudi yang tinggal di antara bangsa-bangsa lain
untuk melepaskan hukum Musa dan seterusnya” (Kis 21:21)
- “maka semua orang tahu, bahwa segala kabar/berita yang mereka dengar
tentang engkau (Paulus) sama sekali tidak benar, melainkan bahwa engkau
tetap memelihara hukum Taurat” (Kis 21:24)
- “Ia (Apolos) telah menerima pengajaran dalam jalan Tuhan” (Kis 18:25).
Maksudnya: kepadanya telah diberitahukan (telah dijelaskan) tentang jalan
Tuhan.12”
- “Tetapi jika kamu menyebutkan dirimu orang Yahudi dan bersandar pada
Hukum Taurat, bermegah dalam Allah dan tahu akan kehendak-Nya dan
oleh karena diajar dalam Taurat Tuhan, bagaimanakah kamu tidak
mengajarkan dirimu sendiri?” (Rm 2:17-18).
- “Tetapi dalam pertemuan Jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata
yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga daripada beribu-ribu
kata dengan bahasa Roh” (1 Kor 14:19). Yang penting dalam “Katekhein”
ialah bukan banyaknya kata-kata yang digunakan, tetapi penyampaian yang
jelas dari pengetahuan yang berguna.
- “Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala
yang ada padanya dengan orang yang memberi pengajaran itu” (Gal 6:6). 13
Dari nas ini nyata bahwa, dalam Jemaat pada waktu itu telah ada orang-
orang yang mendapat tugas untuk mengajar.

10
Kata “katekese” berasal dari istilah (=katakerja) ini.
11
Bnd Theologisches Worterbuch zum Neuen Testament ( T.W.z.N.T.), III, S. 638 f.
12
Bnd T.W.z.N.T., III, S. 639.
13
Bnd T.W.z.N.T., III, S. 639.
2. Didaskein
Istilah atau Kata kerja kedua yang kita mau sebutkan disini ialah “didaskein”. 14
Dalam dunia Yunani, kata ini biasa digunakan untuk pekerjaan menyampaikan
pengetahuan, dengan maksud supaya orang yang “diajar” itu dapat bertindak
dengan terampil.15
Dalam Septuaginta terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani, kata
“didaskein” digunakan sebagai terjemahan dari kata Ibrani untuk “mengajar” yaitu
mengajar dengan maksud, supaya apa yang diajarkan itu dipraktikkan atau dilakukan
dalam praktik. Contoh yang paling jelas dari hal ini ialah Ulangan 4:1 “maka
sekarang, hai orang-orang Israel, dengarlah ketetapan-ketetapan dan peraturan-
peraturan, yang kuajarkan kepadamu untuk dilakukan, supaya kamu hidup dan
memasuki serta menduduki negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah
nenek moyang kamu”.
Yang penting dalam “didaskein” dalam arti ini ialah, supaya Torah yang
manusia telah pelajari itu, diterjemahkan dalam perbuatan-perbuatan yang konkrit
dalam hidupnya. Belajar dalam Perjanjian Lama ialah terutama belajar menempuh
sesuatu jalan. Sebagai sebuah contoh yaitu :
- “…. Aku (Samuel) akan mengajarkan kepada kamu jalan yang baik dan yang
lurus” (1 Sam 12:23), dengan maksud, supaya jalan itu ditempuh.
- “Beritahukanlah jalan-jalanMu kepadaku, ya Tuhan ajarkanlah ( tunjukkanlah)
kepadaku lorong-lorongMu” (Mzm 25:4), dengan maksud yang sama, yaitu
supaya lorong-lorong itu ia tempuh.
- “Tuhan itu baik dan benar; karena itu Ia akan mengajarkan jalan-Nya ( ia akan
menunjukkan jalanNya) kepada orang yang sesat” (Mzm 25:8), supaya orang
itu tidak sesat lagi.
- “Ajarkanlah aku, ya Tuhan, jalan ketetapan-ketetapanMu (Perlihatkanlah
kepadaku, ya Tuhan, petunjuk ketetapan-ketetapanMu), maka aku akan
memegangnya sampai saat yang terakhir” (Mzm 119:33).
- “Aku mengajarkan jalan hikmat kepadamu, aku memimpin engkau di jalan
yang lurus” (Ams 4:11)
“Didaskein” dalam Perjanjian Baru ialah supaya murid-murid Yesus
melakukan apa yang diperintahkan kepada mereka. Oleh perbuatan itu mereka mulai

14
Kata “didaktik” berasal dari istilah (=katakerja) ini.
15
Bnd T.W.z.N.T., III, S. 138.
menempuh jalan Guru mereka, tetapi jalan itu hanya dapat mereka tempuh kalau
mereka berjalan di belakangNya. Sebagai murid, mereka bergantung seluruhnya
padaNya. Ditinjau dari sudut itu “didaskein” juga berarti : membimbing orang untuk
menjadi pengikut kristus!.
Dari kesaksian-kesaksian diatas kita dapat menarik kesimpulan-kesimpulan
yang berikut :
- pertama, bahwa “didaskein” dalam Alkitab lebih daripada dalam
dunia pemikiran Yunani terarah kepada seluruh manusia.
- Kedua, bahwa “didaskein” disitu sangat bersifat praktis, sebab yang
paling penting dalam Alkitab ialah pemahaman dan penghayatan
akan perbuatan-perbuatan penyelamatan Allah.
- Ketiga, bahwa “pengajaran” Yesus dan para rasul mempunyai
makna konstitutif bagi pengajaran dalam seluruh zaman Perjanjian
Baru.

3. Ginoskein
Arti dasar dari istilah ini ialah “mengenal” atau “belajar mengenal”. Dalam dunia
pemikiran Yunani “ginoskein” terutama bersifat intellektualistis dan dapat berarti
“mengetahui” sesuatu yaitu mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman (sebagai
hasil dari pemikiran dan pertimbangan otak manusia) 16.
Disamping arti ini ada lagi suatu bunyi yang terdengar dalam kata “ginoskein”.
Dalam agama-agama misteri pada waktu hellenistik orang berkata-kata tentang
“genosis” sebagai suatu “pengetahuan” yang bersifat filosofis-eksistensialistis
dimana manusia “ditahbis” didalam pengetahuan ilahi yang rahasia dan didalam
realitas-realitas yang.17
Dalam Perjanjian Baru kata “ginoskein” tidak mempunyai sifat intellektualistis. Ia
sama atau mirip dengan kata “yada” dalam Perjanjian Lama. Dan kata ini berarti
“mengenal”; mengenal secara intim dengan jalan bergaul dan berdasarkan
pengalaman. Sebagai contoh contoh :
- “kamu tahu sekarang aku tidak katakan kepada anak-anak kamu, yang tidak
mengenal dan tidak melihat ajaran Tuhan Allahmu, kebesaran-Nya, tangan-
Nya yang kuat dan lengan-Nya yang terancung” (Ul 11:2) Dalam nas ini Israel

16
Bnd T.W.z.N.T., I,S.688 f.
17
Bnd T. Brienen, Wegwijer in het veld van de catechese, 1985, blz. 20.
diingatkan akan perbuatan-perbuatan pembebasan Allah dimesir dan selama
perjalanan mereka melalui padang gurun dengan maksud supaya, mereka
mentaati perintah-perintah Allah, yang disampaikan Musa kepada mereka.
- “UmatKu binasa karena tidak mengenal Allah” (Hos 4:6). Tidak mengenal
disini bukan disebabkan oleh kebodohan Israel. Tetapi seperti yang nyata dari
lanjutan nas ini oleh ketidakmauannya “karena engkaulah yang menolak
pengenalan itu dan melupakan pengajaran Allahmu”
Sesuai dengan itu “ginoskein” (mengenal, mengenal secara intim, mengerti,
mengakui) dalam Perjanjian Baru juga mempunyai arti yaitu mempunyai
pengetahuan tentang kehendak Allah untuk melakukannnya. Ginoskein disitu
meminta ketaatan, penyerahan diri dan kepercayaan kepada Allah. Sebagai
contoh yaitu :
- “Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliahkanNya
sebagai Allah atau mengucap syukur kepadaNya” (Rm 1:21)
- “Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengenal (mengetahui)
Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang
terkutuk” (Rm 1:28)
- “Kami mematahkan setiap siasat orang yang merubuhkan setiap kubu yang
dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan
Allah” (1 Kor 10:5)
- “Dahulu waktu kamu tidak mengenal Allah, kamu memperhambakan diri
kepada alah-alah yang pada hakekatnya bukan Allah. Tetapi sekarang
sesudah kamu mengenal Allah atau lebih baik, sesudah kamu dikenal
Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah
dan miskin dan mulai memperhambakan diri lagi kepadanya?” (Gal 4:8-9)
Kita mengulai sekali lagi dengan singkat: “Ginoskein “ dalam Perjanjian Baru
mempunyai arti yang sama dengan “yada” dalam Perjanjian Lama, yaitu
pengetahuan (pengenalan) yang manusia peroleh tentang kehendak Allah
karena pergaulan yang intim dengan Dia, dan yang menyatakan diri dalam
suatu hidup yang taat kepadaNya.
4. Manthanein
Kata “manthanein” adalah suatu istilah (kata kerja) lain untuk, “belajar”. Dalam
arti umum kata ini mengidentifikasikan suatu proses rohani, dimana orang mencapai
sesuatu bagi dirinya untuk perkembangan kepribadiannya. 18
Dalam Septuaginta (terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani) kata
”manthanein” beberapa kali kita temui sebagai indikasi dari sikap manusia yang
menaklukkan dirinya dari kehendak Allah. “mathanein” mencakup seluruh eksistensi
manusia, tanpa ada sesuatu daripadanya yang dikecualikan. Ia digunakan untuk
mepelajari Torah dan melakukan apa yang dipelajari itu. 19
Namun di mana ia digunakan dalam Perjanjian Baru, di situ ia selalu
mengandung arti, bahwa murid adalah sekaligus pengikut. Yesus selalu
memakainya dalam arti itu: mempelajari untuk melakukan. Sebagai contoh:
- "Pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas-
kasihan (yang dilakukan atau di nyatakan pada sesama manusia) dan
bukan persembahan” (Mat 9:13).
- "Dalam hidup-Nya sebagai manusia la (Yesus) telah mempersembahkan
doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang
sanggup menyelamatkan dari maut, dan karena kesalehanNya la telah
didengarkan. Dan sekalipun la adalah Anak, la telah belajar menjadi taat
dari apa yang telah diderita-Nya” (ibrani 5:74). Dalam nas ini dikatakan,
bahwa Yesus sendiri juga menaklukkan kehendak-Nya di bawah kehendak
Bapa-Nya, dan bahwa Kitab Suci telah menunjukkanjalan Bapa-Nya
kepada-Nya sebagai jalan-sengsara. Dalam ke sengsaraan-Nya la telah
benar-benar belajar menjadi taat!.
Bukan saja pada Yesus, juga pada tiap-tiap orang Kristen sebagai muridNya,
berlaku "manthanein” ini. Hal itü jelas sekali kita baca dalam Efesus 4:20-32 yang
berbunyi,
"Tetapi kamu tidak demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena
kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut
kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, terhubung dengan
kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui

18
Bnd T. W.z.N.T., IV, S. 392 ff.
19
Bnd T. W.z.N.T., IV, S. 401 ff.
kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam
roh dan pikiran mu, dan mengenakan manusia banı, yang telah diciptakan menurut
kehendak Allah di dalam kebenaran dan keklid yang sesungguhnya. Hendaklah
kamu ramah seseorang terhadap yang lain, penuh kasih-mesra dan saling meng
ampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu”.
Sekarang arti "murid” juga sesudah penjelasan di atas menjadi lebih terang.
Murid ialah orang, yang menaklukkan kehendak-Nya di bawah kehendak gurunya.
Hal ini ia pelajari dalam persekutuannya dengan gurünya. Demikian pula halnya
dengan orang-orang percaya. Mereka juga memberi diri mereka dalam pikiran dan
perbuatan mereka dipimpin oleh Guru mereka, yang mereka ikuti.
Murid-murid Yesus ialah pertama-tama mereka, yang la sendiri pilih dan panggil
untuk mengikuti-Nya dalam pekerjaan-Nya. Mereka biasa disebut rasul-rasul. Tetapi
bukan mereka saja murid-murid Yesus. Dari Kisah Para Rasul 11 :26 nyata, bahwa
semua orang yang oleh pekerjaan Roh Kudus percaya kepada-Nya, adalah murid-
murid-Nya. Juga mereka la panggil untuk menğkuti-Nya. Dari dalam persekutuan
dengan Dia mereka belajar untuk mentaati panggilan itu yaitu untuk mengikuti dan
melayani-Nya.
Kalau apa yang kita katakan di atas ini kita rangkumkan sekali lagi dengan
singkat, dapat dikatakan bahwa, "mathanein” dalam Perjanjian Baru adalah kata yang
mengindikasikan suatu realitas, di mana terdapat suatu persekutuan (suatu
keterikatan) yang tetap antara murid-murid dan Yesus sebagai Tuhan yang hidup,
yaitu Tuhan yang memanggil mereka untuk meng ikuti-Nya dan melakukan apa yang
la ajarkan kepada mereka. Untuk tugas itü dalam hidup mereka yang baru mereka la
lengkapi dengan pemberian-pemberianNya.

5. Paideuein
Kata "paideuein"20 adalah istilah (katakerja) terakhir yang kita mau bahas di
sini. Arti kata ini menunjuk ke arah kata Indonesia "mendidik'. Yang dimaksudkan
dengan "paideuein ialah memberikan bimbingan kepada anak-anak, supaya mereka
dalam dunia orang dewasa dapat menempati diri pada tempat mereka. 21
Dalam dunia Yunani kata "paideuein" memainkan peranan penting. Kata ini
mengandung segala aktivitas, yang bermaksud untuk mempersiapkan anak-anak kecil
(orang-orang muda) di dalam masyarakat, sehingga mereka dapat menunaikan tugas
mereka di situ sesuai dengan tuntutan-tuntutan pada waktu itu. Jadi "paideuein" berarti
membimbing dan mendidik warganegara muda yang harus mengetahui dan mentaati
hukum-hukum yang berlaku. Karena itu tugas ini sebenarnya adalah tugas politis
dalam arti antic. 22
Dalam Perjanjian Lama tugas mendidik berlangsung dalam suatu kerangka
yang lain, yaitu di bawah aspek pengudusan untuk Allah dan PerjanjianNya. Untuk
menjelaskan hal ini kita mau mengutip beberapa kesaksian dari kitab Imamat sebagai
berikut :
- "Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN Allahmu, kudus" (19:2).
- "Kuduslah kamu bagiKu, sebab Aku ini, TUHAN, kudus dan Aku telah
memisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain, supaya kamu menjadi milikKu"
(20:26).

Allah berada di tengah-tengah Israel sebagai Allah yang kudus. Ia


menghendaki supaya Israel juga hidup sebagai umatNya yang kudus di dunia ini.
Untuk dapat menjadi umat yang demikian Israel dikuduskan oleh Allah dengan jalan
memisahkannya dari bangsa-bangsa yang lain, mendidiknya dan .menggunakannya
sebagai "alat" dalam karya-penyelamatanNya di dunia. Untuk itu la memberikan
kepadanya Torah sebagai pengetahuan pengajaran yang mengatur, memimpin dan
memelihara.23

Dalam Perjanjian Lama tidak terdapat theori dan method Pendidikan yang
lengkap. Yang ada hanya amsal-amsal yang menunjuk kepada pengetahuan untuk
pengudusan hidup yaitu supaya manusia "takut akan Allah". Hanya manusia fasik,
yang tidak mau memberi dirinya diajar, dibentuk dan dididik deh Torah. Manusia

20
Kata "pedagogik" berasal dari istilah (= katakerja) ini
21
Bnd T. W.zW.T., V,S. 596 f
22
Bnd T.w.z.N.T., VS. 597 ff.
23
J.L.Ch. Abineno,Apa kata Alkitab?, V, hal. 59 dyb.
yang demikian wajar didisiplinkan atau diganjar. Demikianlah pembuangan ke Babel-
adalah "disiplin" ganjaran. Allah terhadap umatNya yang lari dan murtad. Maksud
nasihat-nasihat dan kecaman-kecaman para nabi dalam Perjanjian Lama ialah untuk
membangunkan umat supaya bertobat dan kembali kepada Torah. 24 Ditinjau dari
sudut ini para nabi dapat kita anggap sebagai "alat-alat", yang Allah gunakan untuk
mengajar mendidik Israel sebagai AnakNya, yang la pimpin, pelihara dan
"disiplinkan".

Hal yang sama kita juga temui dalam Perjanjian Baru. Bukan saja umat Allah
dalam Perjanjian Lama, tetapi juga anggota-anggota Jemaat dalam Perjanjian Baru
adalah orang-orang kudus, yang telah dipilih, dipanggil dan dikuduskan (diajar,
dididik) oleh Yang Kudus menjadi anggota-anggota dari umatNya. 25 Kita berikan
beberapa kesaksian sebagai contoh yaitu :

- "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar,


untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk
mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap orang milik
Allah, diperlengkapi untuk tiap-tiap- perbuatan yang baik (1 Tim 3:16-17).
- la Yesus, mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-
keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di
dalam dunia sekarang ini" (Tit 2:12).
- Jika kamu harus menanggung ganjaran, Allah memperlakukan kamu seperti
anak. Dimanakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?" (Ibr 12:7). 26
- "Kamulah bangsa yang terpilih, imamat rajawi, bangsa yang kudus, umat
kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan
besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada
terangNya yang ajaib" (1 Pet 2:9).

Dari kesaksian-kesaksian di atas nyata, bahwa yang dimaksudkan dengan


"paideuein" dalam Perjanjian Barú ialah: mendidik dan membirnbing anggota-
anggota Jemaat untuk belajar berjalan di jalan pengudusan dan tetap berada di jalan
itu.

24
Bnd Brienen, d.w., blz. 22 dyb.
25
Bnd Abineno, k.t., hal. 63.
26
''Mengganjar" dalam nas ini adalah terjemahan dari suatu kata yang mula-mula berarti "menarik", yaitu
menarik dari jalan yang salah dan mengembalikan ke jalan yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Abineno,J.L.Ch.(2016). Sekitar Katekese Gerejawi. Jakarta : BPK Gunung Mulia.

Anda mungkin juga menyukai