Anda di halaman 1dari 12

PENYEMBAHAN YANG BENAR

MAKALAH
Disusun Untuk memenuhi persyaratan
Mata Kuliah Dogmatika IV
Rudy Roberto Walean, M. Th.

DiSusun Oleh:

Franciskus Salabbaet

20198608

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI MAWAR SARON LAMPUNG

Menggala, 03 Desember 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan kiat Yesus Kristus, yang memebebasakan kita akan
dosa-dosa kita. Dengana ini, penulis dapat menulis makalah tentang “Peyembahan yang
Benar”.

Secara khusus makalah ini memberikan arti yang benar dalam memaknai
“Penyembahan yang Benar.” Supaya orang percaya menyadari dirinya bahwa hidupnya
sebagai peyembah yang benar untuk memuliakan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.

Makalah ini juga menolong mahasiswa untuk mengerti dan memahami dirinya
bahwa ia adalah peneyembah yanag benar yang dipakai oleh Tuhan. Bukan hanya
orang-orang yang duduk di bangku Pendidikan Agama Kristen yang ditugaskan untuk
menyembah Tuhan. Melinkan setiap orang yang percaya kepada Yesus diperintahkan
untuk menyembah Allah Sang Agung itu. Makalah ini juga, memeberikan wawasan
kepada para gembala yang membimbing jemaatnya atau kepada hamba-hamba Tuhan.

Penulis, meyakini bahwa dengan adanya makalah ini. Penulis, rekan-rekan


mahasiswa dan dosen serta orang-orang yang memikul pelayanan Kristus akan diberkati
dan mengerti arti atau makna kehidupan kita, bahwa kita adalah Penyembah-penyembah
yang benar atau alat yang digunakan Tuhan Yesus untuk membawa orang dalam hadirat
Allah.
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................................i
Daftar Isi......................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Penulisan.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................1
Bab II Pembahasan
A. Hakikat Penyembahan...........................................................................................2
B. Makna Teologis dari penyembahan.......................................................................3
C. Mengapa kita memiliki sikap penyembah yang benar...........................................4
D. Siapakah yang disembah........................................................................................5
E. Kapan dan dimana kita menyembah......................................................................6
F. Dampak dari peneyembahan yang benar...............................................................7
Bab III penutup
A. Kesimpulan............................................................................................................8
B. Saran.....................................................................................................................8
Daftar Pustaka...........................................................................................................9
Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Kata penyembahan yang benar, tidak asing lagi dalam kehidupan kita. Karena
hapur setiap hari orang-orang percaya membahaas tentang penyembahan yang benar
mungkin lewat khotbah atau lewat perkumpulan orang-orang percaya.

Memang penyembahan yang benar, sering kali gereja menyinggung hal ini. Karena
gereja mengharap jemaatnya atau orang-orang percaya memiliki sikap penyembahan
yang benar dihadapan Allah.

Sehingga dalam pikiran orang-orang percaya terkonsep bahwa, pemenyembahan


yang benar adalah dengan menyanyikan pujian yang terkenal untuk Tuhan atau pujian
yang sering dinyanyikan oleh gereja (kesukaan gereja). Abhakan sering kali terjaji
perdebatan diantara jemaat-jemaat, karena perbedaan pendapat terhadap “penyembahan
yang benar ini”.

Oleh sebab itu banyak orang Kristen terutama orang awam tidak mengerti arti dan
makna Penyembahan yang benar itu sendiri. Itulah penulis menawarkan sesuatu yang
penting untuk dipahami supaya orang percaya mengerti makna sesungguhnya tentang
penyembahan yang benar tersebut.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana mengerti dan memahami arti dari Penyembahan Yang Benar dalam setiap
kehidupan orang percaya.

C. Tujuan Penulisan

Untuk mengerti dan memahani arti dari Penyembahan Yang Benar dalam setiap
kehidupan orang percaya.
Bab II

Pembahasan

A. Hakikat Penyembahan

Sebelum mengerti dari arti dari penyembahan, penulis memberikan arti dari
hakikat, hakikat dalam KBBI disebut kenyataan sesungguhnya.1

Sedangkan penyembahan, dalam Kamus Bahasa Indonesia menyatakan bahwa


penyembahan dari kata dasar sembah yang berarti memberi penghormatan kepada
Tuhan sambal menundukan diri.2

Dapat disimpulkan arti sesunggunya penyembahan adalah orang yang meng


hormati Tuhan dengan menundukan diri dihadapan Tuhan.

Akan tetapi tim WRP menyatakan bahwa penyembahan yang benar adalah orang
yang sungguh-sungguh memiliki cara hidup dan pemikiran seorang penyembah.3

Artinya seorang yang miliki cara hidupa yang benar, kudus, dan berkenan kepada
Allah serta mimiliki pikiran atau cara hidup terus-menerus merendahkan hati.

Jadi hakikat penyembahan yang banar adalah seseorang yang memiliki sikap yang
kudus, benar sebagai penghormatan kepada Tuhan, serta memiliki sikap yang
merendah dihadapan Tuhan.

Penyembahan yang benar dapat kita artikan sebagai seorang yang menyembah
Tuhan, dan didalam hati tidak ada kesombongan atau kecongkakan sebab kita hadapi
adalah Allah yang memiliki segalanya. Sesorang yang datang dihadapan Tuhan untuk
menyembah akan tetapi masih ada noda, dan kesombongan itu tidak disebut
penyembahan sebab. Allah yang dihadapi adalah bukan manusia tetapi Allah yang
kudus. Karena itu dia tidak layak dikatan sebagai penyembah yang benar, melainkan
seorang yang memuji dirinya sendiri.

1
Tim Prima Pena, Kamus Besar Indonesia, ((K.T): Gitamedia Press, (T.T)), 308
2
Sanjoyo Bono, Nimpuno. Dkk, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pndom Media Nusantara,
2014),778
3
Michael Candra. Dkk, Worship Revolution, (Jakarta: Meta Noia, 2000), 89
B. Makna Teologi dari penyembahan

Penulis mencoba mencari makna teologi yang berkaitan tema ini, dan dalam hal ini
penulis mencoba menafsirkan makna teologi dari penyembahan yang berdasarkan Injil
Yohanes 4: 23. Dalam Injil Yohanes 4:23, diawali dengan kalimat “penyembah-
penyembah” dalam bahasa Yunani proskunhthv artinya proskunetes. Dalam bahasa
Indonesia itu artinya seorang pemuja. Kata kedua yaitu “benar” dalam bahasa Yunani
alhyinov artinya alethinos, dalam bahasa Indonesia berarti berlawanan dengan apa
yang tidak sempurna, cacat, rapuh, tidak pasti, benar, jujur dan tulus. Kata ketiga
adalah akan menyembah dalam bahasa Yunani proskunew proskuneo, dalam bahasa
Indonesia berarti dengan berlutut atau sujud untuk melakukan penghormatan (kepada
satu) atau membuat sujud, baik untuk menggunakan rasa hormat atau untuk membuat
permohonan kepada Tuhan, kepada Kristus. Kata ke empat yaitu “Bapa” dalam bahasa
Yunani pathr pater, dalam bahasa Indonesia sebagai gelar kehormatan, menyatakan
kedekatan orang percaya kepada Tuhan atau Yesus. kata kelima yaitu “roh”
pneuma pneuma, dalam bahasa Indonesia berarti sifat Ilahi Yesus. kata ke eman yaitu
alhyeia aletheia, dalam bahasa Indonesia berarti benar-benar menurut kebenaran, apa
yang benar dalam hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan dan kewajiban manusia,
kebenaran moral dan agama, kebenaran yang diajarkan dalam agama Kristen,
menghormati Tuhan dan melaksanakan tujuannya melalui Kristus dan menghormati
kewajiban-kewajiban manusia, yang sama-sama menantang takhyul-takhyul.4

Dari makna teologis yang uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa seorang
penyembah harus memiliki kerendahan hati, serta memuliakan Yesus dengan seluruh
kehidupannya (totalitas), bukan hanya dimulut tetapi roh, jiwa, dan tubuh harus
menyambah Yesus sebagai Bapa sesuai dengan kehendak Tuhan (kebenaran) yang
berarti bukan kemunafikan. Inilah yang Tuhan inginkan dalam hidup kita, jangan
sampai kebiasaan Yahudi mengrogoti hidup kita. Markus 7:6-7 “mereka memuliakan
Tuhan dengan mulut mereka. Tetapi hati mereka jauh dari hadapan Tuhan” (munafik).

4
https://alkitab.sabda.org/strong.php?
C. Mengapa kita memiliki sikap penyembahan yang benar

Berkaitan dari pertanyaan diatas, dapat kita ketahui bersama bahwa kita harus
memiliki sikap penyembahan yang benar karena kita berhadapan dengan Allah yang
bena, itulah sebabnya kita dituntut memiliki sikap penyembahan yang benar.

Berbicara tentang sikap berarti mengacu pada pembawaan kita atau memiliki sifat
yang benar dihadapan Allah. Christoper, dalam bukunya mengatakan penyembahan
yang benar adalah orang yang berkata benar, memiliki motif yang benar, menghindari
perbuatan, kata-kata dan pikiran yang jahat, bijaksana memilih teman, berpegang
dengan janji, tidak tergiur dengan uang, dan tidak menyuap. 5

Dalam tafsiaran Matthew Henry menyatakan bahwa sikap penyembahan yang


benar adalah orang-orang Kristen yang baik, yang berbeda dengan orang-orang
munafik, harus menyembah Tuhan dalam roh dan kebenaran karena itulah sifat dan
kewajiban bagi orang Kristen serta memiliki hati yang tulus dan iklas.6

Didukung juga dengan Kitab Penuntun, didalamnya menyatakan bahwa


menyembah yang benar memiliki sikap yang tulus dan sungguh-sungguh.7

Jadi, mengapa kita memiliki sikap penyembahan yang benar? Karena kita
menyembah Allah yang Agung dan Kudus. Oleh sebab itu, kita harus menyembahNya
dengan sikap yang benar dan penuh dengan ketulusan hati.

Sering kali penyembahan itu, dilakukan hanya utuk rutinitas orang Kristen. Tetapi,
pada kenyataannya tidak betul-betul dari hati atau kerinduan dalam penyembahan,
inilah yang membuat seseorang tidak mengalami perubahan secara siknifikan dalam
kehidupan sehari-hari.

Penyembahan yang berfokus pada Tuhan, akan mendatangankan suatu yang


berbeda dengan yang lain dan pastinya penyembahan yang benar kepada Allah akan
memberikan berkat tersendiri. Seperti suka cita, ketenangan dalam batin dan lain
sebagainya.

5
Christoper J.H. Wright, Hidup Sebagai Umat Allah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 212
6
Mattew Henry, Tafsisran Mattew Henry Injil Yohanes 1-11, (Surabaya: Momentum, 2010), 229
7
LAI, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang: LAI dan Gandum Mas, 2016), 2163
D. Siapa yang disembah

Dari penyataan diatas, jelas bahwa yang disembah adalah Allah sebagai pencipta
didalam nama Tuhan Yesus. manusia tidak bisa menyembah manusia, sekalipun masih
menyembah manusia, Akan tetapi mereka tidak bisa melakukan sesuatu yang melabihi
kuasa Tuhan.

Siapakah yang disembah? Yesuslah yang disembah karena Dialah yang layak
menerima pujian dan layak disembah. Dalam buku yang ditulis oleh Sammy Tippit
menyatakan bahwa:

Yesus bukan salah satu dari illah diantara ilah-ilah. Dia itu Allah. Dia bukan saja manusia yang baik.
Dia satu-satunya manusia kebaikanNya sempurna. Dia bukan saja pemimpin yang hebat. Dia itu
satu-satunya pemimpin yang layak dipuja dan disembah. Dia bukan saja berasal dari lingkungan
kerajaan. Dia itu raja diatas segala raja dan Tuhan dari segala yang dipertuankan. 8

Allah patut disembah dan dimuliakan, karena Allah lebih besar dari pada semua
ciptaan bahkan tanpa Allah, tidak ada sesuatu yang ada didunia ini, oleh kerena Dialah
semuanya ada didunia.

Sebab apa pun yang kita miliki itu, tidak bisa kita jadikan sebagai pusat
penyembahan kita. Dalam buku yang berjudul memimpin dengan melayani menyatakan
bahwa “jangan sembah pekerjaan anda sembahlah Allah!9

Dari pernyataan diatas dapat disimpulakan bahwa siapakah yang disembah? Yang
disembah adalah Allah dalam nama Yesus Kristus. Sebab Dialah yang menciptakan
segalah sesuatu, bahkan Dialah Allah dari segala allah. Mengapa manusia tidak bisa
menyambah hartanya atau pekerjaannya. Karena harta atau pekerjaan itu berasal dari
Allah. Itulah sebabnya segala sesuatu itu dari Allah dalam hal yang benar.

Dialah adalah Allah yang hidup dari antara orang mati, sepanjang sejarah tidak ada
orang mati bangkit dan naik kesorga. Hanya Yesus Kristus yang naik kesurga dan
disaksikan oleh orang-orang banyak termasuk murid-murid Yesus. Tidak bisa
dipungkiri sejarah mengakui Yesus adalah Tuhan.

E. Kapan dan diaman kita menyembah


8
Sammy Tippit, Anda Dipanggil Untuk Berjumpa Tuhan Dalam Ibadah, (Bandung: Lembaga
Literatur Baptis, 1993), 39
9
Lie Harris.dkk, Memimpin Dengan Melayani, (Jakarta: Metanoia, 2005), 108
Kita tidak bisa berpatokan oleh waktu, seperti saudara kita yang lain yang mengatur
waktu persekutuan dengan allahnya, dan tidak juga menunggu waktu dengan hari-hari
yang tepat seperti yang terjadi pada budaya-budaya Indonesia yaitu mencari waktu
yang baik.

Akan tetapi penulis menyatakan bahwa tidak ada batasan waktu untuk menyembah
Tuhan. Tergantung kerinduan dan kemauan kita. Dalam Alkitab penuntun menyatakan
bahwa Allah itu Roh berarti Dia bukanlah Makhluk fisik yang terbatas di suatu tempat.
Dia hadir dimana-mana dan dan disembah dimana saja, kapan saja. Bukan tempat kita
menyembah kita yang penting, melainkan bagaiman kita menyembah apakah
peneyembahan yang tulu dan seungguh-sungguh atau tidak.10

Dari pernyataan diatas, menyembah Allah tak terbatas waktu atau tidak berpatokan
oleh waktu. Sebab Allah tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Kapan saja dan dimana
saja kita menyembah, intinya kita menyembah Allah yang benar bukan allah lain atu
roh leluhur. Serta penyembahan yang berdasarkan ketulusan hati kepada Tuhan.

Kristen awam pasti memahami bahwa menyembah Tuhan hanya digereja saja,
tentunya hanya hari minggu pada saat kebaktian. Sehingga dalam pemikiran Kriten
awam sudah terkonsep sedemikian rupa. Tidak salah ketika ada kebaktian tengah
minggu, mereka kaget bahkan mereka tidak setuju akan kebaktian itu kerena
mengganggu aktifitas sehari-hari. Dengan alasan hari sabat adalah hari minggu. Jadi
hari lain, bukan hari untuk menyembah Tuhan. Inilah konsep yang salah, itulah
sebabnya dari kata pengatar, penulis sudah memberikan pemahaman kepad kita, supaya
kita memahami penyembahan serta dapat mengetahui bahwa menyembah Tuhan bukan
hanya hari minggu sebagai hari sabat bagi Kristen awam.

Ini sebuah kekeliruan, jika gereja tidak memberikan pemahaman yang betul-betul
tentang penyembahan. Maka, itu menjadi sebuah rutinitas yang terpola bagi jemaat.
Oleh karena itu, menyembah Tuhan tidak terikat oleh waktu, menyembah Tuhan kapan
saja dan dimana saja.

F. Dampak dari penyembahan yang benar

10
LAI, 2163
Dampak dari penyembahan yang benar, akan berpengaruh dalam kehidupan orang
percaya bahkan gereja akan mengalami terobosan baru karena adanya hadiarat Allah.
Ir. Jarot Wijanarko mengatakan gereja Tuhan sedang dipulihkan kembali kerancangan
Allah terhadap gereja dan orang-orang percaya dan salah satu pemulihannya adalah
pujian dan penyembahan.11

John Dawson dalam bukunya menyatakan bahwa ketika pujian dan penyembahan
dilakukan, musuh dikalahkan terang dinyalahkan disitulah kegelapan melarikan diri.12

Dalam buku yang ditulis oleh Pdt. Dr. Ir. Niko Njotohardjo mengatakan pengaruh
pujian dan penyembahan, pada tahun 1946 orang-orang Taiwan Timur, terjadi mujizat,
orang buta hurus diberi kempuan untuk mengarang lagu-lagu. 13

Jadi, dapat disimpulkan, dampak penyembahan yang benar akan mengundang


hadirat Allah. Sehingga terjadi perubahan dan tranformasi gereja atau mengemabalikan
gereja kepada misi Allah. Bukan hanya itu saja, punyembahan yang benar mampuh
mengalahkan benteng musuh-musuh (kuasa kegelapan) orang percaya, serta terjadinya
berbagai kesembuhan dan mujizat terjadi.

Penulis yankini bahwa lebih dari pada itu, dampak penyembahan yang benar dapat
memulihkan hubungan kita dengan Tuhan, memperbaiki hubungan keluarga, gereja
dan masyarakat.

Adanya kehausan terus-menerus dengan Tuhan. Yang perlu kita pehami adalah
penyembahan yang tidak berkenan diahadapan Allah ketika kita menyembah hanya
dibibir saja.14

Bab III

11
Jarot Wijanarko, Seri Pemuliahn Gereja Pujian dan Penyembahan, (Jakarta: Suara Pemulihan,
(T.T)), 7
12
John Dawson, Merebut Kota Bagi Allah, (Jakarta: Metanoia,1998), 185
13
Niko Njotohardjo, Siap Menerima Warisan, (Jakarta: Immanuel, 2010), xix
14
Niko Njotohardjo, 36
Penutup

A. Kesimpulan

Penyembahan adalah orang yang menghormati Tuhan dengan menundukan diri


dihadapan Tuhan. Hakikat penyembahan yang banar adalah seseorang yang memiliki
sikap yang kudus, benar sebagai penghormatan kepada Tuhan, serta memiliki sikap
yang merendah dihadapan Tuhan. makna teologis dari penyembahan yang benar adalah
seorang penyembah harus memiliki kerendahan hati, serta memuliakan Yesus dengan
seluruh kehidupannya (totalitas), bukan hanya dimulut tetapi roh, jiwa, dan tubuh harus
menyambah Yesus sebagai Bapa sesuai dengan kehendak Tuhan (kebenaran) yang
berarti bukan kemunafikan. Allah patut disembah dan dimuliakan, karena Allah lebih
besar dari pada semua ciptaan bahkan tanpa Allah, tidak ada sesuatu yang ada didunia
ini, oleh kerena Dialah semuanya ada didunia. Menyembah Allah tak terbatas waktu
atau tidak berpatokan oleh waktu. Sebab Allah tidak terbatas oleh ruang dan waktu.
Kapan saja dan dimana saja kita menyembah, intinya kita menyembah Allah yang
benar bukan allah lain atu roh leluhur. Serta penyembahan yang berdasarkan ketulusan
hati kepada Tuhan.

Dampak penyembahan yang benar akan mengundang hadirat Allah. Sehingga


terjadi perubahan dan tranformasi gereja atau mengemabalikan gereja kepada misi
Allah.

B. Kritik dan Saran

Penulis, menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, untuk
mengetahui tentang “Penyembahan Yang Benar”, dan untuk mendapatkan informasi
yang lebih banyak dan akurat. Penulis sarankan untuk mencari sumber-sumber
informasi dapat diperoleh dari buku-buku, internet dan majalah-majalah yang berkaitan
tentang pandangan “Penyembahan Ynag Benar”. Dan tetap mencari juga informasi
lainnya bisa dalam bentuk renungan dan lain sebagainya. “orang yang sukses adalah
orang yang selalu membaca buku serta belajar dari pengalaman orang-orang hebat”.
Daftar Isi

Tim Prima Pena, (T.T) Kamus Besar Indonesia, (K.T): Gitamedia Press.

Dkk, Nimpuno Bono Sanjoyo. (2014) Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pndom Media
Nusantara.

Dkk, Candra Michael. (2000) Worship Revolution, Jakarta: Metanoia.

Wright, J.H. Christoper. (2012) Hidup Sebagai Umat Allah, Jakarta: BPK Gunung
Mulia.

Henry Mattew. (2010) Tafsisran Mattew Henry Injil Yohanes 1-11, Surabaya:
Momentum.

LAI, (2016) Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Malang: LAI dan Gandum Mas.

Tippit Sammy, (1993) Anda Dipanggil Untuk Berjumpa Tuhan Dalam Ibadah,
Bandung: Lembaga Literatur Baptis.

dkk, Harris Lie. (2005) Memimpin Dengan Melayani, Jakarta: Metanoia.

Wijanarko, Jarot. (T.T) Seri Pemuliahn Gereja Pujian dan Penyembahan, Jakarta: Suara
Pemulihan.

Dawson, John. (1998) Merebut Kota Bagi Allah, Jakarta: Metanoia.

Njotohardjo, Niko. (2010) Siap Menerima Warisan, Jakarta: Immanuel.

https://alkitab.sabda.org/strong.php?

Anda mungkin juga menyukai