I. Identitas Buku
a. Judul Buku :
b. Pengarang :
c. Penerbit :
d. Kota Penerbit :
e. Tebal Buku : 255 halaman
f. Cetakan ke :
Bab 1
Arti Keputusan Etis
1. Beberapa contoh
a. Ketika seorang pedagang mendapat kesempatan untuk membeli sebuah perusahaan
yang menguntungkannya, dan juga bermanfaat untuk penduduk kota tempat
tinggalnya. Hasil perusahaan itu sangat perlu untuk pembangunan negri. Perusahaan
itu tidak mungkin berjalan tanpa adanya sedikit penyuapan dan penggelapan.
Pedagang itu merasa ia dapat mengurangi ketidak jujuran itu tetapi tentu tidak dapat
menghapuskannya. Apakah pedagang itu sebaiknya membeli perusahaan itu atau
tidak?
b. Ketika seorang ayah sudah lama menabung uang agar dapat memperbesar rumahnya
yang terlalu kecil untukmya bersama istri dan tiga anaknya. Menjelang permulaan
pembangunan dua kamar baru, dua adiknya ingin menikah. Orang tua sang ayah
mengharapkan agar ia memberikan uang pembangunan itu untuk pernikahan
adikmya. Keluarga tersebut tidak mempunyai sumber uang lain. Apakah orang itu
sebaiknya memakai uangnya untuk kamar - kamar baru atau untuk pernikahan
adiknya?
2. Ciri - ciri keputusan etis
a. Pertimbangan tentang apa yang benar dan apa yang salah.
b. Pengambilan keputusan etis sering menyangkut pilihan yang sukar
c. Keputusan – keputusan etis tidak mungkin di elakkan
d. Keputusan etis dipengaruhi oleh norma – norma yang dipertimbangkan dan
pengertian kita tentang situasi, tetapi juga oleh kepercayaan kita, tabiat dan
lingkungan sosial.
3. Mengapa kita belajar etika?
Agar kita mengetahui tentang mana prilaku yang baik dan mana prilaku yang
buruk.
4. Relative
Kadang – kadang kita mendengar orang mengatakan bahwa keputusan –
keputusan moral itu relative. Kata “relative” mempunyai bermacam –macam arti. Kadang
kadang relative berarti bahwa keputusan bukan pilihan yang baik dan buruk secara
mutlak melaikan antara camputan – campuran baik dengan buruk.
1
Bab 2
Tiga Jalan Dalam Etika Krister : Etika Akibat, Etika Kewajiban Dan Etika Tanggung
Jawab.
1. Persamaan Dalam Etika Kristen
a. Orang – orang Kristen sependapat bahwa Allah adalah pusat dan sumber dari
semua yang baik.
b. Semua etika Kristen berdasarkan iman kepada Allah yang dinyatakan dalam
Yesus Kristus.
c. Kewajiban Yesus Kristus diakui oleh semua etika Kristen.
d. Kasih merupakan ciri semua etika Kristen.
e. Orang – orang Kristensependapat bahwa etika itu berkenaan baik dengan
perbuatan – perbuatan lahiriah maupun dengan hati manusia.
f. Orang –orang Kristen sependapat bahwa alkitab berwenang bagi perbuatan dan
iman.
g. Semua etika Kristen berkenaan dengan persekutuan orang – orang Kristen.
h. Etika Kristen berlaku untuk seluruh kehidupan manusia.
2. Tiga Jalan Dalam Etika
Keyakinan utama yang dipunyai oleh semua orang Kristenialah bahwa kehendak
tuhan adalah patokan terakhir mengenai apa yang benar dan apa yang salah. Bagi orang
Kristenpertanyaan “apa yang harus saya lakukan?” selalu dapat dijawab “lakukanlah
kehendak tuhan”.
1. Etika akibat
Menurut penganut etika akibat kehendak tuhan dinyatakan dalam maksudnya,
rencananya, dan tujuannya. Pertanyaan etis yang paling penting ialah : nilai – nilai
apa yang cocok dengan kehendak Allah sehingga kita harus mencarinya? Tujuan –
tujuan apa yang cocok dengan kehendak Allah sehingga kita harus mencapainya?
Istilah teknis untuk teori akibat ini adalah etikateleologi, dari kata Yunaniyang berarti
pengetahuan tentang akibat (telos= tujuan, akibat; logos= pengetahuan).
2. Etika kewajiban
Menurut penganut etika kewajiban kehendak tuhan dinyatakan dalam hukumnya,
perintahnya, dan kaidahnya. Kita harus menaati perintah Allah yang terwujud dalam
norma – norma yang diberikannya kepada kita. Pertanyaan etis yang paling ialah
norma – norma apa yang sesuai dengan perintah Allah sehingga kita harus
menaatinya. Suatu tindakan adalah baik apabila tidak berlawanan dengan kewajiban
yang diperintahkan dalam hukum tuhan. Istilah teknisuntuk teori kewajiban ini adalah
etika deontologis, dari kata Yunani yang berarti “pengetahuan tentang keharusan atau
kewajiban” (deon= wajib logos= pengetahuan).
3. Etika tanggung jawab
Menurut penganut etika tanggung jawab, kehendak tuhan dinyatakan terutama
bukan dalam rencananya atau hukumnya, melainkan dalam perbuatannya,
pekerjaannya, dan kegiatannya. Perbuatan kita dianggap baik jika sesuai terhadap
pekerjaan Allah. Pertanyaan etis yang penting adalah : apakah yang dikerjakan Allah
dan bagaimana kita menanggapinya.
2
Bab 3
Pola Pertimbangan Etis
3
Bab 5
Tabiat
1. Tabiat Sebagai Sumber Perbuatan – Perbuatan Lahiriah
Orang – orang biasanya memberikan dua macam alasan mengapa mereka
mengagumi seseorang. Pertama, karena perbuatan – perbuatan orang itu, misalnya : “dia
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia,” atau “waktu saya sakit, dia mengunjungi saya
setiap hari.” Kedua, karena sifat – sifatnya, tabiatnya atau kepribadiannya, misalnya :
“wah, orang itu pandai sekali dan hebat juga,” atau “dia senantiasa bertanggung jawab
dan setia.” Kedua hal ini merupakan unsur – unsur penting dalam etika Kristen. Kita
harus melakukan perbuatan – perbuatan yang baik. Kita juga harus menjadi orang – orang
yang baik. Ternyata dua unsur ini berhubungan erat satu dengan yang lain, seperti pohon
dan buahnya. Pohon yang baik mengeluarkan buah yang baik. Tabiat yang baik
menghasilkan perbuatan – perbuatan yang baik.
Tabiat yang baik menghasilkan kelakuan yang baik. Orang – orang yang jujur
biasanya menyatakan yang benar. Orang – orang yang berani cenderung bertindak
dengan berani. Orang – orang yang tamak biasanya melakukan apa saja yang perlu untuk
memperoleh keuntungan yang banyak. Sifat – sifat kejujuran, keberanian, atau
ketamakan dalam tabiat menghasilkan perbuatan lahiriah yang jujur, berani, atau tamak.
Tabiat tidak sama dengan watak. Watak biasanya dianggap sebagai bentuk diri
kita yang kita dapat secara alamiah waktu kita lahir. Watak itu bersifat tetap. Tetapi tabiat
kita berkembang da berubah sepanjang hidup kita. Tabiat mempunyai kontinuitas tetapi
tidak mempunyai ketetapan. Sifat – sifat tabiat bertahan tetapi tabiat tidak pernah dalam
sudah jadi. Tabiat memberi keselarasan kepada perbuatan – perbuatan kita tetapi juga
dapat dibina dan diubah.
2. Pentingnya Tabiat Dalam Etika Kristen
Pentingnya tabiat yang mantap nyata dalam istilah “hidup baru” dalam perjanjian
baru. Kristus tidak hanya memberikan kepada pengikut – pengikutnya hukum baru yang
menuntut perbuatan – perbuatan lahiriah. Dia juga memberikan hidup baru. Hubungan
kita dengan tuhan mengubah hati dan kepribadian kita. “jadi siapa siapa yang ada
didalam kristus, ia adalah ciptaan baru” (2 kor 5 : 17). “kamu telah dilahirkan kembali,
bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman allah, yang
hidup dan kekal” (1 ptr 1 : 23). “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama – sama
dengan dia oleh baptisan dalam kematian, sama seperti kristus telah dibangkitkan dari
antara orang mati oleh kemuliaan bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang
baru”(rm 6 : 4).
3. Hubungan Tabiat Dengan Hukum Dalam Ajaran Yesus
Yesus lebih menekankan pembaharuan hati manusia dari pada penyesuaian lahir
dengan hukum – hukum. Kepatuhan pada hukum harus disertai dengan sikap kasih
kepada sesame dan ketaatan kepada allah. Allah tidak hanya memandang pelaksanaan
hukum taurat yang lahiriah, melainkan lebih memperhatikan motif yang mendasari
perbuatan manusia.
Perlu diperhatikan bahwa perkataan yesus tentang hati dan tabiat sering diucapkan
dalam bentuk perintah atau hukum. Bukan nasihat, melainkan perintah yang sama dengan
perintah tentang kelakuan lahiriah. Perintah - perintah yesus berlainan dengan undang -
undang negri. Undang - undang negri hanya mengenai perbuatan lahiriah. Tetapi perintah
4
- perintah yesus juga mengenai sikap batin. kita wajib untuk mengasihi, kita wajib untuk
menjadi murah hati dan bersuka cita, kita dilarang menjadi cemas atau marah. Maka
kurang tepatlah pandangan bahwa tekanan yesus kepada hati manusia berlawanan dengan
hukum. Lebih tepat dikatakan bahwa yesus menekankan hukum tuhan berlaku untuk baik
perbuatan lahiriah, maupun motif, hati, dan tabiat manusia.
4. Pengaruh – Pengaruh Yang Membentuk Tabiat
Dalam membahas tabiat perlu dibedakan antara bagian diri kita yang diberikan
kepada kita dan bagian diri kita yang dibentuk oleh usaha kita sendiri. Sebagian diri kita
ditentukan oleh pembawaan biologis, oleh lingkungan sosial, dan oleh faktor – faktor lain
yang tidak kita pilih sendiri. Baggian ini tidak boleh diremehkan. Bagian yang diberikan
itu merupakan bahan mentah tabiat kita. Bagian ini menyediakan kemungkinan –
kemungkinan dan kemampuan – kemampuan yang dapat dibentuk dan dikembangkan
untuk menyediakan tabiat dan kepribadian kita.
Kita tidak dapat memilih atau mengubah pembawaan kita. Tetapi cara
pembawaan itu berkembang dan digunakan bergantung kepada kita. Satu orang secara
ilmiah mungkin lebih cerdas dari pada orang yang kedua. Namun, seandainya jika orang
kedua belajar dan orang pertama malas, kecerdasan orang kedua dapat berkembang
sehingga dapat melebihi kecerdasan orang pertama. Lagi, kedua orang itu dapat memakai
kecerdasannya untuk tujuan yang baik atau tujuan yang jahat.
5. Perkembangan Tabiat Kristen
Didalam perkembangan tabiat harus ada pembongkaran dan pembangunan. Ada
diskontinuitas/pemutusan dengan dosa dalam tabiat kita. Ada kontinuitas/kelangsungan
unsur – unsure tabiat kita yang diperkenankan allah. Perjanjian baru memakai istilah
kematian manusia lama dan kebangkitan manusia baru untuk menerangkan
pembongkaran dan pembangunan ini. Bagian hidup kita yang tidak sesuai dengan
kehendak tuhan harus kita sesali dan dijauhi. Bagian hidup kita yang berakar dalam allah
dan berpusat padanya harus dihidupkan dan dikembangkan.
Kita telah melihat bahwa tabiat kita dapat diubah. Kecendrungan jahat didalam
diri kita dapat dilawan dan diatasi. Pemarah tidak harus tetap pemarah. Penyombong
tidak harus tetap sombong. Manusia dapat berubah namun, tabiat tidak gampang diubah.
Kebiasaan yang lama tidak dapat ditinggalkan tanpa berperang. Perlu kita tahu bahwa
perperangan itu adalah tanda pekerjaan roh kudus dalam diri kita.
6. Ciri – ciri tabiat Kristen
Sekarang kita akan membicarakan beberapa segi tabiat Kristen. Harus diakui
bahwa didunia ini segi – segi ini sedang diwujudkan tetapi belum disempurnakan dalam
kehidupan Kristen. Kita sedang “diubah menjadi gambarnya, dalam kemuliaan yang
semakin besar” (2 kor 3 : 18). Tetapi kita masih menantikan “kemuliaan yang akan
dinyatakan kepada kita” (rm 8 : 18). Identitas orang Kristen baru diketahui secara penuh
ketika kristus datang kembali, namun identitasnya sedang diwujudkan dalam
kehidupannya didunia ini.
Bab 6
Lingkungan Sosial
Mau tidak mau pengambilan keputusan dipengaruhi oleh lingkungan seperti : keluarga,
teman – teman, pandangan umum dalam masyarakat, komunikasi massa, dan mungkin oleh
gereja. Kita dipengaruhi oleh orang lain entah mungkin kita minta nasehat mereka atau tidak.
Sebagai manusia sosial kita menghargai persetujuan orang – orang lain dan tidak menyukai
5
celaan mereka. Sistem nilai budaya dalam masyarakat juga memegang peranan besar dalam
pembentukan tabiat dan pandangan moral kita. Nilai - nilai masyarakat meresap kedalam hati
kita. Kita ada dalam lingkungan sosial, dan lingkungan sosial ada dalam kita.
1. Pengaruh masyarakat atas kehidupan moral
a. Manusia dalam masyarakat
Setiap masyarakati mempunyai adat yang terdiri dari nilai –nilai, norma –norma,
system hukum dan aturan –aturan.
b. Masyarakat dalam manusia.
Sampai sekarang kita memandang masyarakat sebagai kenyataan lahir yang
mempengaruhi manusia dari luar dirinya.
c. Pengaruh lingkungan sebagai karunia allah
Kenyataan bahwa kita dipengaruhi oleh orang lain tidak harus dinilai negative.
d. Unsure dosa dalam pengaruh lingkungan
Segi negative dalam pengaruh masyarakat juga perlu diperhatikan. Pengaruh ini
dapat mempersempit pengelihatan kita dan mengurangi kebebasan kita untuk
berpikir jujur dengan hati terbuka kepada bimbingan tuhan.
e. Hubungan antara lingkungan sosial dan tabiat
Ada hubungan timbale balik antara lingkungan sosial dan tabiat seseorang. Pada
satu segi, tabiat di pengaruhi oleh lingkungan sosial.
2. Gereja sebagai lingkungan Kristen
Kita membutuhkan persekutuan Kristen karena lingkungan sosial sangat kuat
pengaruhnya atas kelakuan kita, maka perlu sekali kita dilindungi pengaruh –
pengaruh kelompok yang ingin hidup sesuai dengan kehendak tuhan.
Tujuh fungsi gereja menyangkut keputusan etis.
1. Gereja sebagai jemaat pertanggung jawaban etis
2. Gereja sebagai jemaat pengampunan
3. Gereja sebagai jemaat pendidikan moral
4. Gereja sebagai pembentuk tabiat moral
5. Gereja sebagai jemmat dukungan moral
6. Gereja sebagai jemaat diskusi moral
7. Gereja sebagai jemaat perbuatan moral
Bab 7
Norma – Norma
1. Perbedaan pendapat tentang peranan norma – norma dalam etika Kristen
Kebanyakan orang merasa bahwa norma - norma dan hukum - hukum mempunyai
peranan besar dalam bidang etika. Kata Indonesia “kesusilaan” yang artinya sama
dengan etika terdiri dari bahasa sanskerta “sila” sila yang berarti “norma kehidupan”
dan “su” yang berarti “baik”. Etika menyangkut kelakuan yang menuruti norma -
norma yang baik.
Namun demikian peranan norma dan hukum dalam kehidupan orang Kristen terus
menerus dipersoalkan dan digumuli dalam sejarah gereja. Dalam abad ini peranan
hukum dalam etika disangkal karena alasan theologies oleh karl barth, dietrich
bonhoefher, h. Richard Niebuhr, dan paul lehmann. Mereka menganggap penggunaan
hukum tidak sesuai dengan kedaulatan dan kasih karunia tuhan allah. Orang Kristen
harus mematuhi dan mempercayai allah saja, bukan hukum - hukum.
6
Ketidaksetujuan tentang peranan hukum bukan masalah baru. Pada zaman
reformasi protestan, luther dan calvin tidak sependapat tentang fungsi hukum dalam
kehidupan orang Kristen walaupun mereka setuju hukum itu perlu. Menurut luther
hukum mempunyai dua fungsi. Pertama, hukum memberi aturan kepada masyarakat
dan melindungi masyarakat dari kejahatan. Kedua, hukum menolong manusia untuk
mengerti dosanya, sehingga ia bertobat dan percaya akan allah.
2. Lima masalah
1. Norma – norma dan kasih karunia allah
2. Norma –norma dan kedaulatan tuhan
3. Norma –norma dan situasi
4. Kasih dan norma –norma yang lebih terperinci
5. Norma – norma batin
3. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa walaupun pemakaian norma –norma mengandung
Bahaya,Namun Demikian Norma - Norma Sangat Penting Dalam Etika Kristen.
Bab 8
Situasi
1. Mengapa Kita Perlu Mengerti Situasi
Mengapa kita perlu mengerti situasi. Pertama, kita perlu mengerti situasi supaya
bisa menerapkan norma – norma dan nilai –nilai etis kepada situasi itu seringkali
penilaian kita tentang apakanh suatu perbuatan baik atau salah bergantung kepada situasi.
Perbuatan yang dianggap salah dalam situasi tertentu kadang – kadang dibolehkan
ataupun diharuskan dalam situasi yang lain.
Kedua, kita perlu mengerti situasi supaya kita dapat melakukan perbuatan yang
tepat dan berguna dalam situasi itu. Seringkali orang bertindak sesuai norma –norma dan
nilai etis yang baik, tetapi tindakannya sia –sia atau celaka karna ia tidak mengerti situasi.
Ketiga, kita perlu mengerti situasi supaya kita dapat mengetahui masalah –
masalah yang memerlukan perhatian. Jemaat Kristen perlu menyadari masalah –masalah
yang ada dalam masyarakat disekitarnya serta masalah –masalah yang menghantam
anggota –anggota jemaat sendiri. Apakah ada kemiskinan dan pengangguran ? apakah
buruh –buruh , pelayan – pelayan, dan pegawai – pegawai menerima gaji yang adil?
Apakah banyak orang yang berjudi? Apakah ada rekreasi yang sehat untuk anak –anak
dan pemuda – pemuda? Apakah pemberian dan penerimaan suap menjadi kebiasaan?.
Gereja juga perlu mengetahui dan mengerti masalah -masalah nasional dan internasional,
misalnya masalah yang berkaitan dengan pembangunan, ekonomi, hukum, dan politik,
teknologi dan lingkungan hidup, kebudayaan dan komunikasi massa.
2. Kesulitan – kesulitan dalam mengerti situasi.
Kadang – kadang kita dapat cukup mengerti situasi dengan intuisi pikiran sehat
tanpa penyelidikan baru. Tetapi seringkali situasi tidak gampang dimengerti. Ada dua
sebab, pertama, kekusutan situasi serta keterbatasan pengetahuan kita. Kedua, pengertian
kita tentang situasi dipengaruhi oleh nilai –nilai, kepentingan, pengalaman,prasangka dan
faktor –faktor subyektif lain yang lebih banyak dipengaruhi oleh sikap mental kita dari
pada situasi.
3. Bagaiman kita memperbaiki pengertian kita tentang situasi
a. Penyelidikan yang memadai
b. Penggunaan bahan ilmiah dan keterangan ahli – ahli
7
c. Memperluan pengelihatan tentang situasi
d. Kepekaan terhadap pekerjaan dan kehendak allah
e. Kepekaan kepada kebutuhan orang lain
Bab 9
Cara Pengambilan Keputusan Etis