Daftar Isi................................................................................................................1
BAB I: PENDAHULUAN......................................................................................2
1.1. Latar Belakang...................................................................................2
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN......................................................................................3
2.1. Pengertian ........................................................................................3
2.2. Sejarah Liberal...................................................................................4
2.3. Liberal Protestan...............................................................................4
2.4. Tokoh dan Pandangan Tokoh...........................................................7
Friedrich Schleiermacher ..................................................................7
Albrecht Ritschl .................................................................................9
Adolph Von Harnack .......................................................................10
David Strauss .................................................................................10
Horace Bushnell .............................................................................11
Walter Rauschenbusch ..................................................................12
Karl Barth .......................................................................................12
BAB III: PENUTUP.............................................................................................13
3.1. Simpulan..........................................................................................13
3.2. Saran...............................................................................................13
Daftar Pustaka...................................................................................................14
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
1
Team Penyusun, Ensiklopedia Nasional Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1994). Hal, 178
2
Ibid.
2
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Secara etimologi, Kata “Liberal” berasal dari bahasa latin “liber” yang
artinya “bebas” atau “merdeka” kata ini juga sering disebut sebagai “liberty”
yang artinya “kemerdekaan”.
Secara Terminologi, liberalis adalah mereka yang “bebas” dalam
pendirian. Mereka yang memiliki kebebasan untuk berpikir, dalam
kekristenan, kaum liberal adalah mereka yang bebas dari otoritas tertentu.
bahkan mereka juga bebas dari otoritas gereja dan otoritas Alkitab. Bahkan
banyak para ahli juga menyebutkan bahwa kaum liberal juga ingin bebas dari
otoritas Yesus Kristus.
Dalam bidang teologi, liberalisme adalah salah satu pemikiran agama
yang menekankan penyelidikan agama yang belandaskan norma diluar
otoritas tradisi gereja. Liberalisme adalah keinginan untuk dibebaskan dari
paksaan control dari luar dan secara konsekuen bersangkutan dengan
motivasi dari dalam diri manusia.
Kekristenan liberal (teologi liberal) mencakup beragam gerakan dan
gagasan keagaamaan yang secara filosofis dan berdasarkan informasi
Alkitab dalam kekristenan sejak akhir abad ke-18 dst. Liberal tidak merujuk
pada Kristen progresif atau liberlisme politik. Akan tetapi, liberal adalah
pemikiran filosofis dan religius yang berkembang dan tumbuh sebagai
konskuensi pencerahan.
Kekristenan liberal secara luas adalah metode hermeneutika alkitabiah,
metode yang tidak logis untuk memahami Allah melalui penggunaan tulisan
suci dengan menerapkan hermeneutika modern yang sama untuk
memahami tulisan, symbol dan tulisan suci kuno. Kekristenan liberal tidak
berasal sebagai struktur kepercayaan, dank arena itu tidak bergantung pada
dogma atau doktrin kredo gereja. Kekristenan liberal sejak awal menganut
metodologi ilmu pencerahan, termasuk bukti empiris dan penggunaan akal,
sebagai dasar menafsirkan Alkitab, kehidupan, iman dan teologi.
3
2.2. Sejarah Liberal
Liberalisme mulai diperkenalkan pertama kali pada abad ke-18
dinegara jerman sebagai hasil dari zaman-pencerahan. Imanuel Kant (1724-
1804) yang biasa dikenal sebagai bapak dari religius liberlisme modern. Kant
menyangkali bukti-bukti eksistensi Allah, dan mempertanyakan bahwa
manusia hanya dapat mengetahui Allah melalui penalaran. Ia memandang
tradisi dan otoritas Alkitab dengan kecurigaan dan mengklaim jasa dari
penalaran. Pada masa itu, tokoh lain bernama Friedrich Schleiermacher
(1768-1834) membawa gambaran baru pada teologi melalui penekanannya
pada “perasaan”. Dalam agama, Schleiermacher berusaha untuk membuat
teologi cocok dengan pikiran modern. la mengajarkan bahwa agama tidak
dapat diidentifikasi dengan kredo-kredo, melainkan dengan ekspresi dari
perasaan, baik itu ekspresi seni, literatur atau yang lain, Schleiermacher
mendefinisikan agama sebagai "perasaan dari kebergantungan yang
absolut", Sebaliknya, ia mengidentifikasikan dosa sebagai keegoisan yang
menguasai seseorang akan dunia ini.
George Hegel (1770-1831) membawa pemikiran liberal ke arah lain,
Hegel membawa konsep evolusi ke dalam sejarah (dan agama) pada waktu
ia mengajarkan bahwa sejarah adalah pertemuan dari gerakan-gerakan yang
berlawanan (tesis-antitesis) dengan percampuran dari keduanya (sintesis),
beberapa orang merasakan bahwa filsafat Hegelian sangat dipengaruhi oleh
Ferdinand C, Baur (1792-1860) dan Julius Wellhausen (1844-1918) di dalam
hal studi kritis terhadap Alkitab. Maka, lahirlah higher criticism, di mana
pandangan tradisional tentang penulis kitab-kitab di Alkitab dipertanyakan.
3
Alister E. Mc. Grath, Christian Confessions: A Historical Introduction to History of Christian
Thought.(__:Wiley-Blackwell, 2013). Hal, 196.
4
Ted A Campbell, Christian Confessions: A Historical Introduction. (___:Westminster, 1996) , Hal
128
5
Schubert M. Ogden, Sources of Religious Authority in Liberal Protestantism, (American: Oxford
University, 1976), Hal. 403-416
6
Ibid. Hal, 408
7
Op. Cit. Hal, 128
8
Op. Cit. Hal, 408-409
9
Loc. Cit. Hal,409
5
Kedua kelompok seperti Kaum Liberal dan protestan tradisional memiliki
paham yang berbeda tentang peran pengalaman dalam mengkorfimasikan
klaim kebenaran. Protestan tradisional percaya bahwa kitab suci dan wahyu
selalu menegaskan pengalaman dan alasan manusia. Sedangkan kaum
Protestan liberal, percaya bahwa ada dua sumber utama otoritas
keagamaan: pengalaman Kristen tentang Tuhan sebagaimana diungkapkan
dalam Yesus Kristus dan pengalaman universal manusia. Dengan kata lain,
hanya seruan kepada akal sehat manusia dan pengalaman yang bisa
mengkonfirmasi klaim kebenaran agama Kristen. 10
Kaum liberal meninggalkan atau menafsirkan kembali doktrin-doktrin
tradisional berdasarkan pengetahuan baru-baru ini. Misalnya, doktrin
tradisional tentang dosa asal ditolak karena berasal dari Agustinus Hippo,
yang pandangannya tentang Perjanjian Baru diyakini telah terdistorsi oleh
keterlibatannya dengan Manichaeisme. Kristologi juga ditafsirkan kembali.
Kaum liberal menekankan kemanusiaan Kristus, dan keilahiannya menjadi
"penegasan Yesus yang menunjukkan kualitas-kualitas yang bisa ditiru oleh
umat manusia secara keseluruhan".11 kaum protestan liberal berupaya
mengangkat ajaran kemanusiaan Yesus sebagai standar untuk peradaban
dunia yang terbebas dari tradisi kultus dan jejak kepercayaan kafir dalam hal
supranatural.12 sebagai Akibatnya, orang Kristen liberal kurang menekankan
pada peristiwa ajaib yang terkait dengan kehidupan Yesus daripada pada
ajarannya.
Upaya untuk menghilangkan unsur-unsur "takhayul" dari iman Kristen
berasal dari orang-orang Kristen Renaisains yang mengalami reformasi
intelektual seperti Erasmus (yang menyusun Perjanjian Baru Yunani modern
pertama) pada akhir abad ke-15 dan awal hingga pertengahan ke-16, dan,
kemudian, alam. pandangan agama para Deis, yang mengingkari agama apa
pun yang terungkap atau interaksi antara Pencipta dan ciptaan, pada abad
10
Ibid. Hal, 409
11
Ibid. hal, 409-411
12
Burton L. Mack, The Lost Gospel: The Book of Q and Christian Origins, (___: HarperCollins,
1993), Hal, 29
6
17-18.13 Perdebatan mengenai apakah kepercayaan akan mukjizat adalah
takhayul belaka atau esensial untuk menerima keilahian Kristus merupakan
krisis dalam gereja abad ke-19, di mana kompromi teologis dicari. 14 Halaman
diperlukan] Banyak kaum liberal lebih suka membaca Yesus. mukjizat
sebagai narasi metaforis untuk memahami kuasa Allah. 15sumber yang lebih
baik diperlukan] Tidak semua teolog dengan kecenderungan liberal menolak
kemungkinan mukjizat, tetapi banyak dari mereka yang menolak
polemikisme yang menyangkali atau ditegaskan dengan peneguhan.16
13
Linda Woodhead, Religions in the Modern World (____: Routledge, 2002), Hal. 186 - 193
14
Gary J. Dorrien, The Making of American Liberal Theology: Imagining Progressive Religion,
1805–1900, (___: Westminster John Knox Press, 2001), Hal. 413
15
Ann-Marie Brandom, The Role of Language in Religious Education, in Learning to Teach
Religious Education in the Secondary School: A Companion to School Experience (___: Routledge,
2000), Hal. 76
16
Op. Cit. Hal. 413, 223, 436
7
definisikan sebagai "perasaan kebergantungan secara mutlak" atau
"kesadaran akan Allah"17 la tidak menganggap dosa sebagai suatu
pelanggaran terhadap hukum Allah. ia mendefinisikan dosa sebagai
peristiwa "di mana manusia berusaha untuk hidup sendiri, terpisah
dari alam semesta dan sesamanya". 18 Schleiermacher juga menolak
doktrin-doktrin historik seperti kelahiran dari anak dara, penebusan
substitusionari, dan keilahian Kristus, Semua itu tidak penting. Ia
mengajarkan bahwa Kristus adalah seorang penebus, hanya dalam
arti bahwa la merupakan teladan yang ideal dan sumber dari
kesadaran akan Allah yang mengatasi dosa. Orang-orang percaya
mengalami regenerasi (kesadaran akan Allah dari Yesus) "dengan
berpartisipasi dalam hidup persekutuan dari gereja kontemporer,
bukan dengan hanya percaya kepada kematian Kristus dan
kebangkitan-Nya dalam sejarah"19
8
Teolog ini berasal dari Protestanisme Jerman, seperti halnya
Schleiermacher, ia mengajarkan bahwa agama tidak boleh teoritis,
tetapi praktis. Ia menolak baik spekulasi filosofi kal dari para filsuf
maupun penekanan atas pengalaman dari Schleiermacher. Ia
mengajarkan kepentingan dari nilai etika. "Hal itu harus dimulai
dengan pertanyaan, "Apa yang harus saya lakukan untuk
diselamatkan?" tetapi apabila pertanyaan itu berarti "Bagaimana saya
dapat pergi ke surga ketika saya mati?" maka hal itu merupakan
pertanyaan yang bersifat teoritis. Diselamatkan berarti hidup dalam
suatu kehidupan yang baru, diselamatkan dari dosa, keegoisan,
ketakutan dan kebersalahan"21
Ritschl menolak doktrin-doktrin tradisional dari dosa asal,
inkarnasi, keilahian Kristus, penebusan substitusionari Kristus,
kebangkitan tubuh Kristus, mukjizat-mukjizat, dan doktrin-doktrin
kardinal lainnya, Doktrin-doktrin ini tidaklah penting karena semua itu
tidak praktikal, semua doktrin itu tidak berkaitan dengan isu-isu moral.
Ritschl mengevaluasi segala sesuatu berkaitan dengan penilaian dari
fakta (peristiwa historis) dan penilaian dari nilai (implikasi-implikasi
bagi individu), Jadi, seseorang dapat berbicara tentang fakta Yesus
dan nilai Kristus.22
Kepentingan dari diskusi itu sekadar pada nilai Kristus bagi
komunitas orang percaya, Kristus yang seperti ini dipahami melalui
iman, realitas historis dari pribadi-Nya tidaklah penting, Pernyataan-
pernyataan doktrinal tidaklah penting, karena semua itu tidak
menolong seseorang dalam perilaku moralnya; jadi, kematian Kristus
bukan merupakan kematian penebusan, tetapi suatu teladan moral
tentang kesetiaan terhadap panggilan-Nya, yang seharusnya
menginspirasikan orang lain untuk memiliki kehidupan yang serupa,
Sangatlah jelas bahwa Ritschl meletakkan dasar bagi dikotomi
dari perbedaan antara historie (peristiwa dari sejarah) dan geschichte
21
Warren F Groff dan Donald E. Miller, The Shaping of Modern Christian Thought , (Cleveland
World, 1968), Hal. 99-100.
22
Hordern, A Layman's Guide to Protestant Theology, hal. 46-47.
9
(cerita atau mite) yang muncul kemudian, Dengan penekanannya
pada nilai moral, ia terlihat meletakkan dasar untuk "injil sosial"
liberal.23
10
dokumen yang berbeda, yang ditulis dalam periode lima abad (bukan
ditulis secara keseluruhan oleh Musa). 26 Jean Astruc (1684-1766),
seorang dokter Perancis berpendapat bahwa Musa menyalin dari dua
dokumen yang berbeda, salah satunya yang menggunakan nama
Elohim untuk Allah dan yang lain yang menggunakan Jehovah
Pendapat Astruc menjadi dasar bagi hipotesa dokumentari. Eichhorn
mengembangkan pendapat ini dengan membagi Kejadian dan
sebagian dari Keluaran; DeWette melanjutkan pekerjaan itu dengan
menerapkan tesis Astruc pada Ulangan, Ada kontribusi dari yang
lainnya, dan teori terakhir menghubungkan komposisi dari Pentateukh
dengan pola evolusionari dari Julius Wellhausen. 27
26
Gleason L. Archer, A Survey of Old Testament Introduction (Chicago Moody, 1964), hal. 73-109
27
John A T Robinson's, Redating the New Testament (Philadelphia: Westminster, 1976), Hal. 701
11
di kota New York, di mana ia melihat kehidupan yang penuh
penderitaan dari para imigran, pengeksploitasian para buruh, dan
perlakuan diskriminatif dari pemerintah terhadap orang miskin yang
menderita.28 Ketika ia kembali untuk mengajar di Baptist Theological
Seminary di Rochester, New York, ia mengajar dan menulis cukup
panjang lebar berkaitan dengan kepercayaannya tentang teologi
keprihatinan sosial. Ia mengkritik sistem kapitalistik yang telah
dimotivasi oleh keserakahan dan penganutan dari kepemilikan
properti secara kolektif (namun dia menolak Marxisme). Bagi
Rauschenbush, injil bukan tentang berita keselamatan pribadi,
melainkan etika kasih Yesus yang akan mentransformasi masyarakat
melalui penyelesaian masalah kejahatan sosial .
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Istilah liberal mencakup pandangan yang umum, dan memiliki
pandangan yang berbeda sesuai dengan bidang masing-masing. Namun,
secara umum, liberal diartikan sebagai kebebasan atau kemerdekaan. Inti
28
Mark ANoii, Rauschenbusch—Walter, dalam Evangelical Dictionary of Theology, hal. 912.
12
dari teologi liberal adalah suatu penekanan pada penalaran manusia dan
pengalaman; liberalis memandang bahwa kepercayaan-kepercayaan agama
harus lulus tes penalaran manusia dan penemuan-penemuan ilmiah; dan
Kekristenan harus beradaptasi pada dunia modern. Alkitab dipercaya bukan
tanpa salah, dan bukan kitab yang berotoritas; Alkitab adalah catatan dari
pengalaman-pengalaman orang lain; dan memiliki nilai keteladanan bukan
dogmatik. Tidak ada perbedaan di antara natural dan supranatural:
perbedaan antara Allah dan natur, manusia dan binatang, Kristus dan
manusia dihilangkan; hasil logis dari pandangan ini adalah panteisrne.
Liberal juga berkaitan dengan penafsiran Hermeneutika yang dilandasi
dengan akal, atau dengan kata lain, melakukan metode penafsiran dengan
rasio manusia.
3.2. Saran
Berdasarkan pemaparan diatas, kelompok menyadari bahwa
pandangan liberal merupakan paham yang kontroversial dalam kekristenan.
Meskipun kelompok liberal memandang bahwa agama atau sebuah
kepercayaan dapat dikatakan sah, apabila ia lulus tes penalaran manusia
dan penemuan-penemuan ilmiah. Kesimpulannya, paham ini menyebutkan
bahwasanya agama hanya berdasarkan iman bukan rasio.
Dari statement tersebut, kelompok menanggapi bahwasanya agama
kepercayaan bukanlah merupakan loncatan iman semata. Akan tetapi
sejalan dengan rasio. Penemuan-penemuan ilmiah, seperti halnya eksistensi
alam semesta yang mengindikasikan keberadaan seorang pencipta yang
mendesain dengan seindah mungkin. Penemuan ilmiah seperti DNA, yang
disusun oleh berbagai macam kode yang tidak muncul dengan sendirinya.
Pertanyaannya; siapakah yang membuat semua itu. Teori ini biasa dikenal
dengan teori kosmologis.
Berhubungan dengan penafsiran Alkitab yang didasarkan dengan rasio
semata yang mengandalkan akal manusia. Kelompok menanggapi
bahwasanya Alkitab ditulis beberapa abad yang lalu, dan seorang penulis
tentu saja menulis dengan situasi atau konteks tertentu. ditambah lagi
13
konteks historis masyahrakat, social dan budaya pada zaman itu. Tentu akan
mengalami penyimpangan apabila kaum liberalis menafsirkan Alkitab secara
liberal. Akan tetapi yang sebenarnya teks Alkitab harus ditafsirkan dengan
mancari dan menemukan makna asli dari teks tersebut.
Dengan demikian, kelompok berdiri teguh pada apa yang dikatakan
bahwa Alkitab adalah Firman Allah. Ini berdasarkan iman semata. Namun,
juga berdasarkan rasio, kelompok menyadari bahwa Alkitab mengatakan
demikian.
DAFTAR PUSTAKA
Anoi, Mark,
____ Rauschenbusch—Walter, dalam Evangelical Dictionary of
Theology,
Archer, Gleason, L.,
14
1964 A Survey of Old Testament Introduction, Chicago Moody
Brandom, Ann-Marie,
2000 The Role of Language in Religious Education, in Learning to
Teach Religious Education in the Secondary School: A
Companion to School Experience, Routledge
Dorrien, Gary, J.,
2001 The Making of American Liberal Theology: Imagining
Progressive Religion, 1805–1900, Westminster John Knox
Press
Groff, Warren, F. dan Donald E. Miller,
1968 The Shaping of Modern Christian Thought, Cleveland World
Hordern, William, E.,
1968 A Layman's Guide to Protestant Theology, rev.ed, London:
Macmillan
Hoffecker, WA.,
1984 Schleiermacher, Friedrich Daniel Ernst, dalam Walter A Elwell,
ed., Evangelical Oictionary of Theology Grand Rapids Baker
Mack, Burton L.,
1993 The Lost Gospel: The Book of Q and Christian Origins,
HarperCollins
Mc. Grath, Alister E.,
2013 Christian Confessions: A Historical Introduction to History of
Christian Thought. Wiley-Blackwell
Ogden, Schubert, M.,
1976 Sources of Religious Authority in Liberal Protestantism,
American: Oxford University,
Pierard, R. V.,
____ Strauss, David Friedrich, dalam Evangelical Oictionary of
Theology
Robert Lightner,
1959 Neo-Liberalism, Nutley, N.J.: Craig
Robinson's, John A. T.,
15
1976 Redating the New Testament, Philadelphia: Westminster,
Team Penyusun,
1994 Ensiklopedia Nasional Indonesia, Jakarta: Gramedia
Ted, A., Campbell,
1996 Christian Confessions: A Historical Introduction, Westminster
Woodhead, Linda,
2002 Religions in the Modern World Routledge
16