Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

Daftar Isi................................................................................................................1
BAB I: PENDAHULUAN......................................................................................2
1.1. Latar Belakang...................................................................................2
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN......................................................................................3
2.1. Pengertian ........................................................................................3
2.2. Sejarah Liberal...................................................................................4
2.3. Liberal Protestan...............................................................................4
2.4. Tokoh dan Pandangan Tokoh...........................................................7
Friedrich Schleiermacher ..................................................................7
Albrecht Ritschl .................................................................................9
Adolph Von Harnack .......................................................................10
David Strauss .................................................................................10
Horace Bushnell .............................................................................11
Walter Rauschenbusch ..................................................................12
Karl Barth .......................................................................................12
BAB III: PENUTUP.............................................................................................13
3.1. Simpulan..........................................................................................13
3.2. Saran...............................................................................................13
Daftar Pustaka...................................................................................................14

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Secara umum, Ensiklopedia Nasional Indonesia menyebut liberalisme
sebagai aliran pikiran yang mengharapkan kemajuan dalam berbagai bidang
atas dasar kebebasan individu yang dapat mengembangkan bakat dan
kemampuannya sebebas mungkin.1 Lebih lanjut Heuken dalam ensiklopedia
menyebut liberalisme pada dasarnya adalah padangan zaman-pencerahan.
Pada zaman ini, manusia tidak hanya ingin berhak mengusahakan
masyahrakat yang bebas dari kekuasaan Negara, yang kurang
mengindahkan hak-hak azazi manusia. Melainkan juga membebaskan diri
dari kuasa rohani yang tidak mendapatkan mandate dari umat. Pandangan
ini menolak kuasa “dari atas”.2
Kata Liberalisme dapat diartikan dengan berbagai macam pengertian
dalam berbagai bidang yang berbeda. Namun, dalam bidang teologi, makna
liberalisme memiliki arti yang berbeda pula. Dengan demikian, melalui
makalah ini, kelompok secara khusus akan membahas makna liberal dalam
bidang teologia. Atau apa yang disebut dengan “Teologia liberal”

1.2. Rumusan Masalah


Adapun perumusan masalah yang hendak kelompok bahas pada
makalah ini, dalam bentuk pertanyaan
1. Apa pengertian dari Teologi liberal
2. Bagaimana pandangan teologia liberal terhadap kekristenan

BAB II

1
Team Penyusun, Ensiklopedia Nasional Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1994). Hal, 178
2
Ibid.

2
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian
Secara etimologi, Kata “Liberal” berasal dari bahasa latin “liber” yang
artinya “bebas” atau “merdeka” kata ini juga sering disebut sebagai “liberty”
yang artinya “kemerdekaan”.
Secara Terminologi, liberalis adalah mereka yang “bebas” dalam
pendirian. Mereka yang memiliki kebebasan untuk berpikir, dalam
kekristenan, kaum liberal adalah mereka yang bebas dari otoritas tertentu.
bahkan mereka juga bebas dari otoritas gereja dan otoritas Alkitab. Bahkan
banyak para ahli juga menyebutkan bahwa kaum liberal juga ingin bebas dari
otoritas Yesus Kristus.
Dalam bidang teologi, liberalisme adalah salah satu pemikiran agama
yang menekankan penyelidikan agama yang belandaskan norma diluar
otoritas tradisi gereja. Liberalisme adalah keinginan untuk dibebaskan dari
paksaan control dari luar dan secara konsekuen bersangkutan dengan
motivasi dari dalam diri manusia.
Kekristenan liberal (teologi liberal) mencakup beragam gerakan dan
gagasan keagaamaan yang secara filosofis dan berdasarkan informasi
Alkitab dalam kekristenan sejak akhir abad ke-18 dst. Liberal tidak merujuk
pada Kristen progresif atau liberlisme politik. Akan tetapi, liberal adalah
pemikiran filosofis dan religius yang berkembang dan tumbuh sebagai
konskuensi pencerahan.
Kekristenan liberal secara luas adalah metode hermeneutika alkitabiah,
metode yang tidak logis untuk memahami Allah melalui penggunaan tulisan
suci dengan menerapkan hermeneutika modern yang sama untuk
memahami tulisan, symbol dan tulisan suci kuno. Kekristenan liberal tidak
berasal sebagai struktur kepercayaan, dank arena itu tidak bergantung pada
dogma atau doktrin kredo gereja. Kekristenan liberal sejak awal menganut
metodologi ilmu pencerahan, termasuk bukti empiris dan penggunaan akal,
sebagai dasar menafsirkan Alkitab, kehidupan, iman dan teologi.

3
2.2. Sejarah Liberal
Liberalisme mulai diperkenalkan pertama kali pada abad ke-18
dinegara jerman sebagai hasil dari zaman-pencerahan. Imanuel Kant (1724-
1804) yang biasa dikenal sebagai bapak dari religius liberlisme modern. Kant
menyangkali bukti-bukti eksistensi Allah, dan mempertanyakan bahwa
manusia hanya dapat mengetahui Allah melalui penalaran. Ia memandang
tradisi dan otoritas Alkitab dengan kecurigaan dan mengklaim jasa dari
penalaran. Pada masa itu, tokoh lain bernama Friedrich Schleiermacher
(1768-1834) membawa gambaran baru pada teologi melalui penekanannya
pada “perasaan”. Dalam agama, Schleiermacher berusaha untuk membuat
teologi cocok dengan pikiran modern. la mengajarkan bahwa agama tidak
dapat diidentifikasi dengan kredo-kredo, melainkan dengan ekspresi dari
perasaan, baik itu ekspresi seni, literatur atau yang lain, Schleiermacher
mendefinisikan agama sebagai "perasaan dari kebergantungan yang
absolut", Sebaliknya, ia mengidentifikasikan dosa sebagai keegoisan yang
menguasai seseorang akan dunia ini.
George Hegel (1770-1831) membawa pemikiran liberal ke arah lain,
Hegel membawa konsep evolusi ke dalam sejarah (dan agama) pada waktu
ia mengajarkan bahwa sejarah adalah pertemuan dari gerakan-gerakan yang
berlawanan (tesis-antitesis) dengan percampuran dari keduanya (sintesis),
beberapa orang merasakan bahwa filsafat Hegelian sangat dipengaruhi oleh
Ferdinand C, Baur (1792-1860) dan Julius Wellhausen (1844-1918) di dalam
hal studi kritis terhadap Alkitab. Maka, lahirlah higher criticism, di mana
pandangan tradisional tentang penulis kitab-kitab di Alkitab dipertanyakan.

2.3. Liberalime protestan


Pada abad yang ke-19 berkembang suatu paham yang dikenal dengan
protestan liberal. Pada masa ini, agama Kristen dibandingkan dengan
konteks intelektual modern. Setelah diterimanya pemikiran dari teori seleksi
alam oleh Charles Darwin, maka beberapa kepercayaan Kristen tradisional,
seperti halnya penciptaan dalam kitab kejadian semakin sulit dipertahankan.
Ketika iman kekristenan tidak dapat disuarakan secara eksklusif yang
4
berkaitan dengan kitab suci dan Pribadi Yesus Kristus, maka menurut
beberapa ahli teologi dan sejarahwan intelektual Alister McGrath, kaum
liberal berusaha untuk melabuhkan iman itu dalam pengalaman manusia
yang sama, dan menafsirkannya dengan cara rasional di kalangan
pandangan dunia modern. "3 Paham ini dimulai di jerman. Yang dipengaruhi
oleh beberapa alur pemikiran, termasuk pandangan tinggi pencerahan
tentang akal manusia dan penekanan pietisme pada pengalaman religius
dan toleransi antar kelompok keagamaan.4
Sumber-sumber otoritas keagamaan yang diakui oleh Protestan liberal
berbeda dari Protestan tradisional. Orang Protestan tradisional memahami
bahwa Alkitab adalah otoritas yang unik (sola scriptura); semua doktrin,
pengajaran, dan gereja sendiri memperoleh otoritas darinya. 5 Karena itu,
seorang Protestan tradisional dapat menegaskan bahwa "apa yang Alkitab
katakan, itu adalah perkataan Tuhan."6 Namun, kaum liberal berusaha
memahami Alkitab melalui kritik biblika modern, seperti kritik historis, yang
mulai digunakan pada akhir 1700-an untuk bertanya apakah catatan Alkitab
didasarkan pada teks-teks yang lebih tua atau apakah Injil mencatat kata-
kata Yesus yang sebenarnya.7 Penggunaan metode-metode penafsiran
alkitabiah ini membuat kaum liberal menyimpulkan bahwa "tidak ada tulisan
Perjanjian Baru yang dapat dikatakan apostolik dalam pengertian yang
secara tradisional dianggap demikian”.8 dari kesimpulan ini, membuat sola
scriptura tidak bisa dipertahankan. Dan digantikan dengan pengidentifikasian
Yesus kristus yang Historis oleh kaum liberal sebagai Kanon sejati gereja
Kristen.9

3
Alister E. Mc. Grath, Christian Confessions: A Historical Introduction to History of Christian
Thought.(__:Wiley-Blackwell, 2013). Hal, 196.
4
Ted A Campbell, Christian Confessions: A Historical Introduction. (___:Westminster, 1996) , Hal
128
5
Schubert M. Ogden, Sources of Religious Authority in Liberal Protestantism, (American: Oxford
University, 1976), Hal. 403-416
6
Ibid. Hal, 408
7
Op. Cit. Hal, 128
8
Op. Cit. Hal, 408-409
9
Loc. Cit. Hal,409

5
Kedua kelompok seperti Kaum Liberal dan protestan tradisional memiliki
paham yang berbeda tentang peran pengalaman dalam mengkorfimasikan
klaim kebenaran. Protestan tradisional percaya bahwa kitab suci dan wahyu
selalu menegaskan pengalaman dan alasan manusia. Sedangkan kaum
Protestan liberal, percaya bahwa ada dua sumber utama otoritas
keagamaan: pengalaman Kristen tentang Tuhan sebagaimana diungkapkan
dalam Yesus Kristus dan pengalaman universal manusia. Dengan kata lain,
hanya seruan kepada akal sehat manusia dan pengalaman yang bisa
mengkonfirmasi klaim kebenaran agama Kristen. 10
Kaum liberal meninggalkan atau menafsirkan kembali doktrin-doktrin
tradisional berdasarkan pengetahuan baru-baru ini. Misalnya, doktrin
tradisional tentang dosa asal ditolak karena berasal dari Agustinus Hippo,
yang pandangannya tentang Perjanjian Baru diyakini telah terdistorsi oleh
keterlibatannya dengan Manichaeisme. Kristologi juga ditafsirkan kembali.
Kaum liberal menekankan kemanusiaan Kristus, dan keilahiannya menjadi
"penegasan Yesus yang menunjukkan kualitas-kualitas yang bisa ditiru oleh
umat manusia secara keseluruhan".11 kaum protestan liberal berupaya
mengangkat ajaran kemanusiaan Yesus sebagai standar untuk peradaban
dunia yang terbebas dari tradisi kultus dan jejak kepercayaan kafir dalam hal
supranatural.12 sebagai Akibatnya, orang Kristen liberal kurang menekankan
pada peristiwa ajaib yang terkait dengan kehidupan Yesus daripada pada
ajarannya.
Upaya untuk menghilangkan unsur-unsur "takhayul" dari iman Kristen
berasal dari orang-orang Kristen Renaisains yang mengalami reformasi
intelektual seperti Erasmus (yang menyusun Perjanjian Baru Yunani modern
pertama) pada akhir abad ke-15 dan awal hingga pertengahan ke-16, dan,
kemudian, alam. pandangan agama para Deis, yang mengingkari agama apa
pun yang terungkap atau interaksi antara Pencipta dan ciptaan, pada abad

10
Ibid. Hal, 409
11
Ibid. hal, 409-411
12
Burton L. Mack, The Lost Gospel: The Book of Q and Christian Origins, (___: HarperCollins,
1993), Hal, 29

6
17-18.13 Perdebatan mengenai apakah kepercayaan akan mukjizat adalah
takhayul belaka atau esensial untuk menerima keilahian Kristus merupakan
krisis dalam gereja abad ke-19, di mana kompromi teologis dicari. 14 Halaman
diperlukan] Banyak kaum liberal lebih suka membaca Yesus. mukjizat
sebagai narasi metaforis untuk memahami kuasa Allah. 15sumber yang lebih
baik diperlukan] Tidak semua teolog dengan kecenderungan liberal menolak
kemungkinan mukjizat, tetapi banyak dari mereka yang menolak
polemikisme yang menyangkali atau ditegaskan dengan peneguhan.16

2.4. Tokoh dan Pandangan tokoh


Ada beberapa tokoh yang mengambil alih dalam perkembangan
Liberalisme beserta dengan keberanekaragaman pandangan. Diantaranya:

1. Friedrich Schleiermacher (1763-1834), Teolog Protestan Jerman ini


bereaksi terhadap rasionalisme yang dingin dari para filsuf, dan
berusaha untuk membela Kekristenan dengan dasar perasaan la
mengembangkan suatu "teologi perasaan" dan dengan itu ia disebut
sebagai bapak dari neo-ortodoksi (ia juga dikenal sebagai bapak dari
religius liberalisme modern), Schleiermacher menekankan bahwa
agama tidak ditemukan dalam penalaran filosofis atau dalam
pengakuan doktrinal (ia menolak doktrin-doktrin historik dari
Kekristenan), melainkan ditemukan dalam perasaan, di mana
seseorang dapat mengalami Allah, la menekankan sifat subjektifitas
dari agama, yang penekanan nya kemudian ditemukan dengan
ekspresi seutuhnya dalam neo-ortodoksi.

Schleiermacher menekankan suatu agama etika, yang ia

13
Linda Woodhead, Religions in the Modern World (____: Routledge, 2002), Hal. 186 - 193
14
Gary J. Dorrien, The Making of American Liberal Theology: Imagining Progressive Religion,
1805–1900, (___: Westminster John Knox Press, 2001), Hal. 413
15
Ann-Marie Brandom, The Role of Language in Religious Education, in Learning to Teach
Religious Education in the Secondary School: A Companion to School Experience (___: Routledge,
2000), Hal. 76
16
Op. Cit. Hal. 413, 223, 436

7
definisikan sebagai "perasaan kebergantungan secara mutlak" atau
"kesadaran akan Allah"17 la tidak menganggap dosa sebagai suatu
pelanggaran terhadap hukum Allah. ia mendefinisikan dosa sebagai
peristiwa "di mana manusia berusaha untuk hidup sendiri, terpisah
dari alam semesta dan sesamanya". 18 Schleiermacher juga menolak
doktrin-doktrin historik seperti kelahiran dari anak dara, penebusan
substitusionari, dan keilahian Kristus, Semua itu tidak penting. Ia
mengajarkan bahwa Kristus adalah seorang penebus, hanya dalam
arti bahwa la merupakan teladan yang ideal dan sumber dari
kesadaran akan Allah yang mengatasi dosa. Orang-orang percaya
mengalami regenerasi (kesadaran akan Allah dari Yesus) "dengan
berpartisipasi dalam hidup persekutuan dari gereja kontemporer,
bukan dengan hanya percaya kepada kematian Kristus dan
kebangkitan-Nya dalam sejarah"19

Teologi Schleiermacher memiliki efek dramatik pada isu otoritas.


"Tidak ada otoritas eksternal, baik itu Kitab Suci, gereja. atau
pernyataan kredo historik, yang mengatasi pengalaman langsung dari
orang-orang percaya".20 Akar dari subjektivisme (dengan penekanan
pada pengalaman, bukannya pada yang objektif, kebenaran doktrinal),
secara prinsipil dapat dilihat dalam neo-ortodoksi, demikian pula
dalam teologi Schleiermacher. ditemukan penolakan liberal pada
otoritas KitabSuci,

2. Albrecht Ritschl (1822-1889),


17
WA Hoffecker, Schleiermacher, Friedrich Daniel Ernst, dalam Walter A Elwell, ed., Evangelical
Oictionary of Theology (Grand Rapids Baker, 1984), Hal. 982 .
18
William E. Hordern, A Layman's Guide to Protestant Theology, rev.ed, (London: Macmillan,
1968), Hal. 45.
19
Op.Cit. Hal. 982.
20
Ibid

8
Teolog ini berasal dari Protestanisme Jerman, seperti halnya
Schleiermacher, ia mengajarkan bahwa agama tidak boleh teoritis,
tetapi praktis. Ia menolak baik spekulasi filosofi kal dari para filsuf
maupun penekanan atas pengalaman dari Schleiermacher. Ia
mengajarkan kepentingan dari nilai etika. "Hal itu harus dimulai
dengan pertanyaan, "Apa yang harus saya lakukan untuk
diselamatkan?" tetapi apabila pertanyaan itu berarti "Bagaimana saya
dapat pergi ke surga ketika saya mati?" maka hal itu merupakan
pertanyaan yang bersifat teoritis. Diselamatkan berarti hidup dalam
suatu kehidupan yang baru, diselamatkan dari dosa, keegoisan,
ketakutan dan kebersalahan"21
Ritschl menolak doktrin-doktrin tradisional dari dosa asal,
inkarnasi, keilahian Kristus, penebusan substitusionari Kristus,
kebangkitan tubuh Kristus, mukjizat-mukjizat, dan doktrin-doktrin
kardinal lainnya, Doktrin-doktrin ini tidaklah penting karena semua itu
tidak praktikal, semua doktrin itu tidak berkaitan dengan isu-isu moral.
Ritschl mengevaluasi segala sesuatu berkaitan dengan penilaian dari
fakta (peristiwa historis) dan penilaian dari nilai (implikasi-implikasi
bagi individu), Jadi, seseorang dapat berbicara tentang fakta Yesus
dan nilai Kristus.22
Kepentingan dari diskusi itu sekadar pada nilai Kristus bagi
komunitas orang percaya, Kristus yang seperti ini dipahami melalui
iman, realitas historis dari pribadi-Nya tidaklah penting, Pernyataan-
pernyataan doktrinal tidaklah penting, karena semua itu tidak
menolong seseorang dalam perilaku moralnya; jadi, kematian Kristus
bukan merupakan kematian penebusan, tetapi suatu teladan moral
tentang kesetiaan terhadap panggilan-Nya, yang seharusnya
menginspirasikan orang lain untuk memiliki kehidupan yang serupa,
Sangatlah jelas bahwa Ritschl meletakkan dasar bagi dikotomi
dari perbedaan antara historie (peristiwa dari sejarah) dan geschichte
21
Warren F Groff dan Donald E. Miller, The Shaping of Modern Christian Thought , (Cleveland
World, 1968), Hal. 99-100.
22
Hordern, A Layman's Guide to Protestant Theology, hal. 46-47.

9
(cerita atau mite) yang muncul kemudian, Dengan penekanannya
pada nilai moral, ia terlihat meletakkan dasar untuk "injil sosial"
liberal.23

3. Adolph Von Harnack (1851-1930). Teolog Jerman ini merupakan


pengikut Ritschl, yang percaya "bahwa kepercayaan Kristen
dibungkus oleh pemikiran Yunani yang diperkenalkan ke dalam Injil,
yang kebanyakan bukan esensi iman yang sebenarnya". 24 Von
Harnack mempopulerkan pandangan Ritchi melalui buku terlarisnya
What ls Christianity? yang diterbitkan pada tahun 1901.
Von Harnack menyangkali bahwa Yesus pernah mengklaim keilahian-
Nya, menyangkali mukjizat, dan mengatakan bahwa Paulus telah
mencemarkan agama sederhana dari Yesus. Ia menekankan
kebutuhan untuk kembali pada agama dari Yesus, bukan agama
tentang Yesus. Jadi, adalah penting untuk kembali pada kebenaran
sentral atau intinya, dengan cara mengangkat kabut budaya yang
melingkupi kebenaran itu, Benih-benih dari demitologisasi Rudolf
Bultmann terlihat di dalam pendekatan Von Harnack.

4. David Strauss (1808-1874), Seorang murid dari Baur, menyangkali


keakuratan dari catatan historis Alkitab, dengan mengatakan bahwa
terjadi pencemaran yang dilakukan oleh para pengikut Yesus, Jadi, ia
memandang Alkitab sebagai dipenuhi oleh "mitos". suatu konsep yang
diambil dari filsafat Hegel, Dalam menafsirkan PB, Strauss
mengajarkan bahwa Yesus merupakan simbol dari Ide Absolut dalam
umat manusia, Jadi, Allah-manusia yang sejati bukan hanya pada
Yesus, melainkan pada seluruh umat manusia. 25

Perjanjian Lama, Dalam kritikisme PL, teori hipotesa dokumentari


berpendapat bahwa Pentateukh merupakan kumpulan dari dokumen-
23
Robert Lightner, Neo-Liberalism (Nutley, N.J.: Craig, 1959), Hal. 23.
24
Ibid. Hal. 22-23
25
R. V Pierard, Strauss, David Friedrich, dalam Evangelical Oictionary of Theology, hal. 1056.

10
dokumen yang berbeda, yang ditulis dalam periode lima abad (bukan
ditulis secara keseluruhan oleh Musa). 26 Jean Astruc (1684-1766),
seorang dokter Perancis berpendapat bahwa Musa menyalin dari dua
dokumen yang berbeda, salah satunya yang menggunakan nama
Elohim untuk Allah dan yang lain yang menggunakan Jehovah
Pendapat Astruc menjadi dasar bagi hipotesa dokumentari. Eichhorn
mengembangkan pendapat ini dengan membagi Kejadian dan
sebagian dari Keluaran; DeWette melanjutkan pekerjaan itu dengan
menerapkan tesis Astruc pada Ulangan, Ada kontribusi dari yang
lainnya, dan teori terakhir menghubungkan komposisi dari Pentateukh
dengan pola evolusionari dari Julius Wellhausen. 27

5. Horace Bushnell (1802-1876), Seorang klergi Amerika bagi orang


Amerika sebagaimana halnya Schleiermacher bagi Eropa, la
kemudian dikenal sebagai "bapak dan teologi liberalisme Amerika",
Berbeda dengan pertobatan seketika dan dramatik yang dianut oleh
para penginjil pada zamannya, Bushnell menjadi berpengaruh dalam
pengajarannya bahwa anak-anak "akan bertumbuh ke dalam"
Kekristenan dalam suatu periode waktu, bukan melalui pertobatan
secara instan, Dalam pengajuan filsafatnya, Bushnell menolak doktrin
dosa asal. Ia berpendapat bahwa anak-anak dilahirkan dalam
keadaan baik dan akan tetap baik apabila dirawat dengan benar.
Bushnell menolak doktrin inspirasi Alkitab (di antara doktrin-doktrin
lain yang ia tolak) dan juga menganut teori keteladanan dari kematian
Kristus.

6. Walter Rauschenbusch (1861-1918). Seorang klergi Baptis dari


Amerika mengajarkan injil sosial dan kemudian dikenal sebagai
"bapak dari injil sosial". Teologi Rauschenbusch dipengaruhi oleh
pengalamannya sebagai pendeta dari gereja Second German Baptis

26
Gleason L. Archer, A Survey of Old Testament Introduction (Chicago Moody, 1964), hal. 73-109
27
John A T Robinson's, Redating the New Testament (Philadelphia: Westminster, 1976), Hal. 701

11
di kota New York, di mana ia melihat kehidupan yang penuh
penderitaan dari para imigran, pengeksploitasian para buruh, dan
perlakuan diskriminatif dari pemerintah terhadap orang miskin yang
menderita.28 Ketika ia kembali untuk mengajar di Baptist Theological
Seminary di Rochester, New York, ia mengajar dan menulis cukup
panjang lebar berkaitan dengan kepercayaannya tentang teologi
keprihatinan sosial. Ia mengkritik sistem kapitalistik yang telah
dimotivasi oleh keserakahan dan penganutan dari kepemilikan
properti secara kolektif (namun dia menolak Marxisme). Bagi
Rauschenbush, injil bukan tentang berita keselamatan pribadi,
melainkan etika kasih Yesus yang akan mentransformasi masyarakat
melalui penyelesaian masalah kejahatan sosial .

7. Karl Barth telah dididik di bawah Harnack, tetapi dengan terjadinya


perang dunia, maka ia tidak memiliki berita untuk dikhotbahkan. Berita
liberal tentang keoptimisan tidak dapat diterima oleh orang-orang yang
menderita karena perang. Barth kembali ke Kitab Suci untuk mencari
berita yang baru. Ia kemudian memimpin dunia teologikal ke dalam
teologi yang baru sebagai akibat dari krisis ini.

BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Istilah liberal mencakup pandangan yang umum, dan memiliki
pandangan yang berbeda sesuai dengan bidang masing-masing. Namun,
secara umum, liberal diartikan sebagai kebebasan atau kemerdekaan. Inti
28
Mark ANoii, Rauschenbusch—Walter, dalam Evangelical Dictionary of Theology, hal. 912.

12
dari teologi liberal adalah suatu penekanan pada penalaran manusia dan
pengalaman; liberalis memandang bahwa kepercayaan-kepercayaan agama
harus lulus tes penalaran manusia dan penemuan-penemuan ilmiah; dan
Kekristenan harus beradaptasi pada dunia modern. Alkitab dipercaya bukan
tanpa salah, dan bukan kitab yang berotoritas; Alkitab adalah catatan dari
pengalaman-pengalaman orang lain; dan memiliki nilai keteladanan bukan
dogmatik. Tidak ada perbedaan di antara natural dan supranatural:
perbedaan antara Allah dan natur, manusia dan binatang, Kristus dan
manusia dihilangkan; hasil logis dari pandangan ini adalah panteisrne.
Liberal juga berkaitan dengan penafsiran Hermeneutika yang dilandasi
dengan akal, atau dengan kata lain, melakukan metode penafsiran dengan
rasio manusia.

3.2. Saran
Berdasarkan pemaparan diatas, kelompok menyadari bahwa
pandangan liberal merupakan paham yang kontroversial dalam kekristenan.
Meskipun kelompok liberal memandang bahwa agama atau sebuah
kepercayaan dapat dikatakan sah, apabila ia lulus tes penalaran manusia
dan penemuan-penemuan ilmiah. Kesimpulannya, paham ini menyebutkan
bahwasanya agama hanya berdasarkan iman bukan rasio.
Dari statement tersebut, kelompok menanggapi bahwasanya agama
kepercayaan bukanlah merupakan loncatan iman semata. Akan tetapi
sejalan dengan rasio. Penemuan-penemuan ilmiah, seperti halnya eksistensi
alam semesta yang mengindikasikan keberadaan seorang pencipta yang
mendesain dengan seindah mungkin. Penemuan ilmiah seperti DNA, yang
disusun oleh berbagai macam kode yang tidak muncul dengan sendirinya.
Pertanyaannya; siapakah yang membuat semua itu. Teori ini biasa dikenal
dengan teori kosmologis.
Berhubungan dengan penafsiran Alkitab yang didasarkan dengan rasio
semata yang mengandalkan akal manusia. Kelompok menanggapi
bahwasanya Alkitab ditulis beberapa abad yang lalu, dan seorang penulis
tentu saja menulis dengan situasi atau konteks tertentu. ditambah lagi
13
konteks historis masyahrakat, social dan budaya pada zaman itu. Tentu akan
mengalami penyimpangan apabila kaum liberalis menafsirkan Alkitab secara
liberal. Akan tetapi yang sebenarnya teks Alkitab harus ditafsirkan dengan
mancari dan menemukan makna asli dari teks tersebut.
Dengan demikian, kelompok berdiri teguh pada apa yang dikatakan
bahwa Alkitab adalah Firman Allah. Ini berdasarkan iman semata. Namun,
juga berdasarkan rasio, kelompok menyadari bahwa Alkitab mengatakan
demikian.

DAFTAR PUSTAKA

Anoi, Mark,
____ Rauschenbusch—Walter, dalam Evangelical Dictionary of
Theology,
Archer, Gleason, L.,
14
1964 A Survey of Old Testament Introduction, Chicago Moody
Brandom, Ann-Marie,
2000 The Role of Language in Religious Education, in Learning to
Teach Religious Education in the Secondary School: A
Companion to School Experience, Routledge
Dorrien, Gary, J.,
2001 The Making of American Liberal Theology: Imagining
Progressive Religion, 1805–1900, Westminster John Knox
Press
Groff, Warren, F. dan Donald E. Miller,
1968 The Shaping of Modern Christian Thought, Cleveland World
Hordern, William, E.,
1968 A Layman's Guide to Protestant Theology, rev.ed, London:
Macmillan
Hoffecker, WA.,
1984 Schleiermacher, Friedrich Daniel Ernst, dalam Walter A Elwell,
ed., Evangelical Oictionary of Theology Grand Rapids Baker
Mack, Burton L.,
1993 The Lost Gospel: The Book of Q and Christian Origins,
HarperCollins
Mc. Grath, Alister E.,
2013 Christian Confessions: A Historical Introduction to History of
Christian Thought. Wiley-Blackwell
Ogden, Schubert, M.,
1976 Sources of Religious Authority in Liberal Protestantism,
American: Oxford University,
Pierard, R. V.,
____ Strauss, David Friedrich, dalam Evangelical Oictionary of
Theology
Robert Lightner,
1959 Neo-Liberalism, Nutley, N.J.: Craig
Robinson's, John A. T.,
15
1976 Redating the New Testament, Philadelphia: Westminster,
Team Penyusun,
1994 Ensiklopedia Nasional Indonesia, Jakarta: Gramedia
Ted, A., Campbell,
1996 Christian Confessions: A Historical Introduction, Westminster
Woodhead, Linda,
2002 Religions in the Modern World Routledge

16

Anda mungkin juga menyukai