Anda di halaman 1dari 22

THEOLOGI MISI

1. PENGERTIAN THEOLOGI MISI


A. PENGERTIAN THEOLOGI
1. Secara etimologi, theologia dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata, yakni
theos dan logos. Theos yang berarti Allah, dan logos yang berarti perkataan,
pikiran, alasan atau hikmat. Sehingga secara harafiah theologia berarti perkataan
dari Allah. maksudnya yang diwahyukan oleh Allah hanya dan melalui Alkitab.
Sehingga theologi adalah suatu pemikiran atau perkataan atau refleksi mengenai
dan dengan Allah dari studi Alkitab. Jadi dengan mempelajari Alkitab orang
bertheologi, dan theologi yang dimaksud adalah pengalaman yang lengkap dan
utuh, yakni: theologia adalah mengenal Allah. theologia adalah bersekutu dengan
Allah. theologia adalah menjadi serupa dengan Allah. theologia adalah
melakukan kehendak Allah.
2. Secara historis, istilah theologia di dunia adalah berasal dari ibu bahasa theologia,
yakni bahasa Latin. Karena bahasa Latin bahasa pengantar ilmu theologia, yang
kemudian bergeser ke bahasa Inggris menjadi bahasa pendidikan dunia. Bahasa
Yunani theologos. Bahasa Latin Theologiae. Bahasa Inggris theology. Bahasa
Indonesia theologia.
B. PENGERTIAN MISI
1. MENURUT GEORGE W. PETERS
a. Misi adalah merujuk pada penugasan gereja Yesus Kristus yang bersifat
biblikal sepenuhnya. Penugasan tersebut adalah dalam suatu pengertian yang
bersifat menyeluruh, termasuk pelayanan-pelayanan gereja yang ke atas, ke
dalam dan ke luar. Itulah gereja yang seutuhnya ke dalam dunia.
b. Misi adalah pengutusan pribadi-pribadi yang berwibawa melampaui batas-
batas gereja Perjanjian Baru dan pengaruh Injil yang dibawahnya untuk
memberitakan Injil Yesus Kristus di wilayah-wilayah yang sangat miskin dan
papa, untuk memenangkan petobat-petobat dari iman-iman mereka yang lain,
tanpa iman dan berimana kepada Yesus Kristus, dan memberdayakan,
melipatrgandakan gereja-gereja lokal yang akan menghasilkan buah
kekristenan dalam masyarakat dan negara tersebut.1
2. DONALD MCGARVAN
Membawa injil melintasi batasan-batasan budaya, kepada mereka yang tidak ada
hubungan dengan Yesus Kristus, dan mendorong mereka untuk menerima Dia
sebagai Tuhan dan Juru Selamat, dan menjadi anggota gereja-Nya yang
bertanggung jawab, bekerja, dalam pimpinan Roh Kudus, baik dalam bentuk
penginjilan maupun dalam upaya keadilan, mewujudkan kehendak Allah di dunia
seperti di Sorga.2

3. VAN ENGEN
1
George W. Peters, A Bibical Theology of Missions, (Chicago: Moody Press, 1974), 11
2
Arthur F. Glasser, Donald A. McGavran, Contemporary Theologies of Mission, (Grand Rapins: Baker Book
House, 1983), 26
a. Umat Allah dengan internasional melintasi batasan-batasan dari wilayah gereja
kepada wilayah-wilayah tanpa gereja, dari komunitas beriman kepada
komunitas tidak beriman untuk memproklamasikan kedatangan kerajaan Allah
dalam Yesus Kristus melalui perkataan dan perbuatan.
b. Tugas tersebut terpenuhi melalui partisipasi gereja dalam misi Allah, yang
memulihkan manusia dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesamanya
(satu kepada yang lain), dan dengan dunia, dan mengumpulkan mereka ke
dalam gereja melalui pertobatan dan iman kepada Yesus Kristus oleh
pekerjaan Roh Kudus, dengan maksud untuk transformasi dunia sebagai tanda
kedatangan kerajaan Allah dalam Yesus Kristus.3
4. DAVID J. BOSCH
a. Misi lebih luas dari penginjilan.
b. Evangelisasi adalah misi, misi tidak sekedar evangelisasi.
c. Karenanya penginjilan tidak boleh disamakan dengan misi.
d. Penginjilan dapat dipandang sebagai dimensi yang hakiki dari seluruh kegiatan
gereja.
e. Penginjilan melibatkan kesaksian tentang apa yang telah Allah, sedang dan
akan perbuat.
f. Kendatipun demikian penginjilan toh membutuhkan satu tanggapan.
Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.
g. Penginjilan selalu berarti undangan
h. Orang yang menginjili adalah saksi, bukan hakim.
i. Meskipun kita harus bersikap rendah hati mengenai sifat dan efektivitas
kesaksian kita, penginjilan tetap merupakan suatu pelayanan yang tidak dapat
disisihkan.
j. Penginjilan hanyalah mungkin apabila komunitas yang menginjili itu gereja
menjadi perwujudan yang bercahaya dari iman kristen dan memperlihatkan
gaya hidup yang menarik.
k. Penginjilan menawarkan kepada manusia keselamatan sebagai karunia masa
kini dan dengan jaminan sukacita yang kekal.
l. Penginjilan bukanlah proselitisme.
m. Penginjilan tidaklah sama dengan perluasan gereja.
n. Meskipun demikian, membedakan penginjilan dengan rekrutmen anggota
tidaklah berarti bahwa keduanya saling tidak terkait.
o. Dalam penginjilan hanya manusia yang dapat disapa dan hanya manusia yang
dapat menjawab.
p. Penginjilan yang otentik selalu bersifat kontekstual.
q. Karenanya, penginjilan tidak dapat dipisahkan dari pemberitaan dan praktek
keadilan.
r. Penginjilan bukanlah sebuah mekanisme untuk mempercepat kedatangan
Kristus kembali, seperti yang dikatakan sebagian orang.
s. Penginjilan bukanlah hanya pemberitaan verbal.
3
Charles Van Engen, Mission on the Way: Issuen in Mission Theology, (Grand Rapids: Baker Books, 1996),
26-27
t. Kendatipun demikian, penginjilan mempunyai dimensi verbal yang tidak dapat
dielakan.4
5. J. R. W. STOTT
a. Misi bukanlah satu kata untuk segala sesuatu yang gereja kerjakan. Gereja
adalah mission’sounds fine, tetapi itu bukanlah suatu pernyataan yang
berlebih-lebihan. Karena gereja adalah suatu komunitas yang menyembah dan
melayani, dan sekalipun keduanya, baik menyembah maupun melayani adalah
saling memiliki (tidak bisa dipisahkan satu sama lain), keduanya tidak menjadi
kacau. Misi juga bukan dalam pengertian sebagaimana yang tertulis, bahwa
misi adalah Allah mengatasi segala sesuatu dalam dunia. Karena Allah,
pencita adalah aktif dan tetap memelihara dunia dalam anugerah-Nya, dan
dalam penghakiman-Nya yang umum, terlepas dari maksud-maksud yang
olehnya Ia mengutus Anak-Nya Roh-Nya dan gereja-Nya ke dalam dunia.
b. Misi menggambarkan lebih dari segala sesuatu yang dilakukan oleh gereja,
yang olehnya ia diutus ke dalam dunia. Misi mencakup wilayan kerja yang
rangkap, yakni menjadi “garam dunia” dan “terang dunia”. Karena Kristus
mengutus umat-Nya ke dalam dunia untuk menjadi garan-Nya dan terang-Nya
(Matius 5:13-16).5
C. PENGERTIAN THEOLOGI MISI
1. Lumintang mendefinisikan pengertian Theologi misi dalam tulisannya, bahwa sisi
pertama theologi mengajarkan tentang Allah (sisi theologi) dan sisi kedua ialah
theologi memimpin orang kepada Allah (sisi bertheologi dalam misi).6
2. Tomatala menegaskan bahwa: Kata, “theology” dapat dijelaskan sebagai ilmu
pengetahuan tentang Allah, sedangkan kata “mission” ialah pengutusan Allah yang
diwujudkan dalam “self revelation of God”, yaitu penyataan diri Allah dalam
melaksanakan rencana-Nya yang kekal.7
3. Sedangkan Kirk, berpendapat berdasarkan kutipan dari F.J. versraelen, L.A.
Hoedemaker dan M.R Spindler, bahwa: Teologi misi adalah suatu disiplin ilmu
yang berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan yang timbul ketika orang
beriman berusaha memahami dan memenuhi maksud Allah di dunia, sebagaimana
hal itu dinyatakan dalam pelayanan Yesus Kristus. Teologi misi merupakan suatu
refleksi kritis tentang sikap dan tindakan yang dipakai orang-orang kristen dalam
menjalankan mandat misioner. Tugas tersebut adalah mengesahkan, mengoreksi,
dan menegaskan seluruh praktik misi berdasarkan landasan yang lebih baik.8
4. Pengertian yang searah diungkapkan oleh Tambunan, bahwa definisi misi menurut
Westminsnter Dictionary of Cristian Theology adalah refleksi dari sifat dasar dan
tujuan misi Kristiani.
2. SUMBER THEOLOGI MISI
a. Sumber primer (utama)
4
David J. Bosch, Transformasi Misi Kristen: Sejarah Teologi Misi Yang Mengubah dan Berubah, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2000), 631-644
5
John R. W. Stott, Christian Mission in the Modern Word, (London: Intervarsity Press, 1975), 30-31
6
Stevri I. Lumintang, Theologia & Misiologia Reformed, (Batu: Dep. Literatur PPII, 2006), 360
7
Yakob Tomatala, Theologi Misi, (Jakarta: YT Leadership Foundation, 2003), 23
8
J. Andrew Kirk, Apa Itu Misi? (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012),22
Yang menjadi sumber primer (utama) untuk mendapat informasi guna memahami,
merancang/ membangun theologia misi ialah alkitab yang ditulis oleh para Nabi
dan Para Rasul dengan pimpinan Roh Kudus.
b. Sumber lain atau sekunder adalah buku-buku yang bertuliskan misi.
3. FUNGSI THEOLOGI BAGI MISI
a. Sebagai dasar misi kristen.
Dikatakan misi kristen apabila dibangun di atas dasar theologi kristen
yang merupakan dasar dari semua pemahaman dan praktek kristen termasuk
misi.
b. Sebagai pengontrol konsep dan praktek misi kristen.
Karena penyimpangan konsep dan praktek misi kristen, bukan berakar pada
penyimpangan visi misi, berita, proses dan tujuan, melainkan pada
penyimpangan Theologinya.
c. Sebagai pemberi nafas (menghidupkan) misi kristen.
d. Jadi theologi misi akan menuntun pemahaman dan pelaksanaan misi gereja
kepada misi Allah. karena misi Allah adalah titik berangkat, sekaligus titik-
tujuan misi gereja.
4. SIFAT/KARAKTERISTIK THEOLOGI MISI
a. Theologia Misi Besifat Kristo-setris
Kristus menjadi pusat baik theologi misi maupun berthologi dalam misi.
Kristus adalah dasar misi, model misi, berita misi, dan tujuan misi.
b. Theologia Misi Bersifat Multidisiplin Ilmu
Karena theologia misi berurusan dengan word dan deed maka theologi
berkaitan erat dengan semua disiplin ilmu theologi (biblikal, sistematika,
historika, dan praktika) dan semua ilmu umum, seperti: sosiologi, antropologi,
psikologi, kepemimpinan, studi agama-agama, dan lain-lain. Semua ilmu
umum dipakai dalam arti ancila theologiae, alat/hamba theologi misi.
c. Theologia Misi Bersifat Integratif
Suatu integrasi dari tiga wilayah studi theologia misi, yakni: integrasi antara
teks (pemahaman biblikal atau theologi) dan diterapkan dalam suatu aktifitas
misi komunitas tertentu, serta konteks dengan dimana teks dapat diterapkan
dalam tempat dan waktu tertentu.
d. Theologia Misi Bersifat Definitif
Theologi yang dapat dijelaskan artinya dan theologi misi yang dapat
dibedakan dengan yang bukan theologia misi.
e. Theologia Misi Bersifat Analitis
Menganalisa presuposisi misi, arti misi, motif-motif misi, metode misi,
strategi-strategi dan sasaran misi. Semuanya itu harus diperiksa secara
theologi misi.
f. Theologia Misi Bersifat Penuh Kebenaran
Memperhatikan validity (kebenaran, keabsahan, berlaku) dan reability
(kecakapan, kemampuan, ketangkasan dan kesanggupan).
5. CARA PENDEKATAN THEOLOGI MISI
Cara atau metode pendekatan theologi misi harus dari teks (biblikal) dan
diterapkan dalam komunitas orang percaya dan diterapkan dalam konteks waktu
dan tempat tertentu. Pendekatan seperti ini merupakan perpaduan antara
pendekatan dari atas (from above) dan dari bawah (from below). Teks Alkitab-
rekleksi pemahaman mengenai misi Allah-kepada pelaksanaan misi oleh suatu
komunitas orang beriman dan kepada suatu konteks tempat dan waktu tertentu.
6. WILAYAH STUDI THEOLOGI MISI
A. TEKS
Dasar Alkitabiah, maka perlu penelitian dengan studi eksegese/eksposisi
B. KOMUNITAS
Mempelajari, Refleksi theologi misi gereja, lembaga misi/orang percaya dll,
maka perlu penelitian historis
C. KONTEKS
Misi Gereja dalam dunia, wilayah aplikasi misi, maka perlu penelitian
lapangan
7. LANGKAH-LANGKAH MEMBANGUN THEOLOGI MISI
A. TENTUKAN TEKS
B. TENTUKAN THEMA/TOPIK
C. BUAT OUTLINE/GARUS BESAR
D. STUDI EKSEGESE/EKSPOSISI
E. BUAT FORMULASI THEOLOGIA MISI
F. BUAT APLIKASI MISI
G. CONTOH:

HAKEKAT MISI YESUS BERDASARKAN MATIUS 10:1-15


SEBAGAI DASAR MISI GEREJA
DALAM MENJALANKAN MISI ALLAH
(SUATU STUDI EKSEGETIKAL/EKSPOSISI
UNTUK MENEMUKAN/MEMBANGUN FORMULASI THEOLOGI MISI
BAGI GEREJA MASA KINI)

Oleh: Yohanis Udju Rohi, M.Th

A. PENDAHULUAN
Kedatangan Yesus ke dunia memiliki misi yang jelas, dimana Yesus datang untuk
menyatakan kasih Allah yang menyelamatkan. Gereja sebagai tubuh Kristus bukan hanya
diselamatkan tetapi juga dipanggil untuk menjadi pembawa berita keselamatan bagi orang
yang belum percaya kepada Tuhan Yesus, sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Oleh
karena itu gereja harus memiliki dasar pemahaman dan praktek misi yang benar sesuai
dengan misi Yesus.

B. HAKEKAT MISI YESUS DALAM MATIUS 10:1-15


1. Peranan Yesus Dalam Misi-Nya (ayat 1-5)
Peranan Yesus dalam misinya sebagai dasar pelayanan misi para murid, dapat dipahami
dari empat hal penting, yakni:

a. Yesus sebagai inisiator (caller) misi (ayat 1a).


Pelayanan misi Yesus adalah prakarsa Yesus sendiri, dimana Yesus dapat disebut
sebagai inisiator sekaligus sebagai pelaku misi. Hal ini nampak dalam frasa: “Yesus
memanggil.” Dalam terjemahan NIV menuliskan “He called”9, dapat berarti:Dia memanggil
atau meneriakkan.10 Sedangkan terjemahan bahasa Yunani Kai. Proska le,samenoj11 yang
secara literal dapat berarti “adapun setelah memanggil datang”. 12 Kata “proskale,saj” berasal
dari kata dasar “proskale,w” yang memiliki pengertian: memanggil datang, memanggil ke
depan, memanggil. 13 Kata “proskale,saj” merupakan kata kerja Aorist Medium Partisif
maskulin tunggal.14 Kata kerja Aorist menyatakan tindakan/pekerjaan yang selesai dilakukan
pada masa lampau dan digambarkan sebagai suatu titik atau bersifat pungtiliar. Tens/kala
aorist menjelaskan suatu tindakan/pekerjaan yang pernah ada dan dapat dibuktikan. 15 Midlle
dalam diathesis/arah medial, subjek bertindak demikian rupa hingga ia mengambil bagian
dalam akibat dari tindakan tersebut, tekanan utamanya ada pada subjek dan bukan pada
tindakan yang dilakukan. Diathesis medial menunjuk pada subjek yang mengalami dampak
dari tindakan yang dilakukan.16 Partisip maskulin tunggal sebagai nominative menyatakan
bahwa subjek bertindak untuk memanggil. Subjek dalam teks Yunani tidak disebutkan
dengan jelas, namun jika dilihat perikop sebelumnya (9:35) dan ayat sesudahnya (10:5), maka
jelaslah bahwa subjek yang dimaksud dalam ayat ini adalah Yesus sendiri.
Dalam konteks teks ini, dapat dipahami bahwa Yesus adalah subjek yang telah
bertindak memanggil. Inisiatif dan tindakan untuk memanggil dari dan oleh Yesus sendiri.
Tindakan itu benar-benar dilakukan dan dengan sungguh-sungguh sebagai bentuk keseriusan
Yesus dalam pelayanan misi. Kehadiran dan keterlibatan para murid dalam pelayanan misi
9
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia,
2006),47
10
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramesia, 1997), 94
11
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 47
12
Ibid.,47
13
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia,
2006),677
14
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 47
15
Ferdinan K. Suawa, Memahami Gramatika Dasar Bahasa Yunani Koine, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2006), 1118
16
Ferdinan K. Suawa, Memahami Gramatika Dasar Bahasa Yunani Koine …,45
semata-mata dimungkinkan hanya oleh anugerah Tuhan Yesus yang memanggil. Dasar
panggilan dan pelayanan misi para murid berdasarkan pada Yesus sebagai inisiator misi.

b. Yesus sebagai dinamisator (authorial) misi (ayat 1b).


Yesus bukan hanya memanggil, namun sebelum mengutus para murid, Yesus juga
memperlengkapi mereka dengan kuasa. Hal ini dapat terbaca dalam frasa “Ia memberi kuasa
kepada mereka”, menurut terjemahan baru Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). 17 Dalam
bahasa Yunani e;dwken eivj auvtou.j evxousi,an yang secara literal dapat berarti: “Ia
memberi kepada mereka kuasa”.18 Kata e;dwken berasal dari kata dasar didwmi yang berarti
memberikan, mengijinkan, membagi-bagikan, mengirim, mempercayakan, mengeluarkan,
menaruh, mengenakan, mengadakan, membuat, menyerahkan.19 Kata ini dalam bentuk kata
kerja orang ketiga tunggal, aorist, aktiv, indikatif.20 Hal itu mengindikasikan bahwa Yesus
benar-benar telah bertindak memberikan kuasa kepada para murid.
Kuasa yang telah diberikan Yesus kepada para murid dalam bahasa Yunani evxousi,an
yang berarti: kuasa, hak, tugas, kekuatan, kekuasaan, pengontrolan, kuasa supernatural,
penguasa, penguasa supernatural, pemerintah, wilayah yang dikuasai, media yang memberi
kuasa, tanda martabat, tanda tunduk kepada kuasa.21 Sedangkan dalam terjemahan NIV
menuliskan”authority”22 yang berarti: wibawa, hak untuk bertindak, ahli, wewenang,
sumber.23 Pasaribu, menuliskan, bahwa: “Seorang utusan bertindak dengan penuh kuasa
untuk menyampaikan berita dari si pengutus atau si pemberi kuasa dan Yesus memberi kuasa
kepada para murid sama seperti kuasa Yesus sebab kuasa itu berasal dari Yesus”.24
Sebelum para murid terlibat dalam pelayanan misi, mereka sudah terlebih dahulu
diperlengkapi dengan kuasa, kekuasaan supernatural, kekuatan, pengontrolan wibawa oleh
Yesus. Kuasa yang diberikan Yesus kepada para murid menjadikan mereka mampu
melakukan hal-hal yang supernatural seperti: Mengusir roh-roh jahat, melenyapkan segala
penyakit dan kelemahan (ayat 1b). Kemampuan dan keberanian para murid dalam bermisi
berasal dan bergantung pada Yesus sebagai sumber kuasa misi.

c. Yesus sebagai delegator (sender) misi (ayat 5).


Setelah Yesus memanggil dan memperlengkapi para murid dengan kuasa, kemudian
Yesus mengutus para murid untuk bermisi. Hal tersebut dijelaskan dalam frasa “diutus oleh
Yesus” menurut terjemahan baru Lembaga Alkitab Indonesia (LAI).25 Dalam terjemahan NIV
“Jesus sent out” yang berarti: Yesus mengedarkan, memancarkan, menyuruh.26 Dalam bahasa
Yunani kata avpe,steilen dari kata dasar avposte,llw yang berarti:mengirim.27 Kata itu dalam
bentuk kata kerja orang ketiga tunggal aorist aktiv indikatif. 28 Hal itu mengindikasikan bahwa
Yesus telah bertindak mengutus para murid pada masa lampau secara factual (sungguh-
sungguh pernah terjadi). Oleh karena itu Yesus benar-benar telah mengutus para murid untuk
pelayanan misi. Misi adalah misi Yesus yang mengutus, para murid hanya sebagai utusan.

17
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 47
18
Ibid., 47
19
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II…, 206
20
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 47
21
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II…, 289
22
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 47
23
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia…,46
24
Marulak Pasaribu, Injil Sinoptik, Yesus Yang Diberitakan Dalam Injil Matius, Markus & Lukas, (Batu: Departemen Literatur YPPII,),
172
25
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 47
26
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia…, 513
27
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II…, 105
28
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 48
Sebagai utusan harus bertindak atas nama dan menyampaikan berita dari Yesus yang
mengutus. Keterlibatan dan kelayakan para murid dalam pelayanan misi hanya dimungkinkan
oleh Yesus yang mengutus.

d. Yesus sebagai instructor misi (ayat 5).


Yesus telah memberikan arah pelayanan misi yang jelas kepada para murid untuk
bermisi. Hal itu terlihat pada frasa “Ia berpesan kepada mereka” menurut terjemahan baru
Lembaga Alkitab Indonesia (LAI).29 Hal itu menyatakan bahwa dalam waktu yang bersamaan
ketika Yesus memanggil, memperlengkapi dengan kuasa, dan mengutus, Yesus juga menjadi
instruktur misi bagi para murid. Kata berpesan menurut terjemahan NIV “following
instructions” yang berarti: menyertakan pengajaran-pengajaran, perintah-perintah.30 Dalam
bahasa Yunaninya kata parh,ggeilavj dari kata dasar parh,ggeillw yang berarti: memberi
perintah, berpesan, menyuruh.31 Kata ini merupakan kata kerja aorist aktiv participle
maskulin singular nominative.32 Artinya Yesus telah terlebih dahulu menginstruksikan atau
memberikan pengajaran-pengajaran atau perintah-perintah sebagai pedoman bagi para murid
sebelum bermisi. Jadi pelayanan dan pelaksanaan misi para murid harus berdasarkan
pengajaran-pengajaran atau perintah-perintah Yesus. Pengajaran-pengajaran atau perintah-
perintah itu akan dikaji dan dipahami dalam pembahasan berikutnya, tentang tanggung jawab
para murid sebagai agen tunggal misi Yesus dalam bermisi.

2. Tanggung jawab Para murid sebagai agen tunggal misi Yesus dalam bermisi
(ayat 6-8a).
Dalam perikop ini nama kedua belas murid Yesus secara lengkap dituliskan, mereka
ialah Simon yang disebut Petrus dan Andreas saudaranya, Yakobus anak Zebedeus dan
Yohanes Saudaranya, Filipus dan Bartolomeus, Tomas dan Matius Pemungut Cukai,
Yakobus anak Alfeus, dan Tadeus, Simon orang Zelot dan Yudas Iskariot yang mengkhianati
Yesus (ayat 2). Para murid dipanggil, diberi kuasa, diutus dan diberikan instruksi oleh Yesus
untuk bermisi, hal itu nampak pada pembahasan berikut ini, yakni:

a. Para murid harus pergi (going) (ayat 6-7).


Pada pembahasan ini para murid diperintahkan untuk pergi, hal itu nampak dalam
frasa”pergilah” sebagaimana terjemahan baru Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). 33
Terjemahan NIV “go” yang berarti: pergi, berangkat.34 Sedangkan dalam terjemahan bahasa
Yunani poreu,esqe dari kata poreuw yang berarti: pergi, berangkat, bepergian, berjalan,
meneruskan, perjalanan, berlalu, hidup, meninggal. 35 Kata poreu,esqe dalam bentuk kata
kerja orang kedua jamak present middle imperative. 36 Presen menyatakan waktu sekarang.
Middle dalam diathesis/arah medial, subjek bertindak demikian rupa hingga ia mengambil
bagian dalam akibat dari tindakan tersebut, tekanan utamanya ada pada subjek dan bukan
pada tindakan yang dilakukan. Diathesis medial menunjuk pada subjek yang mengalami
dampak dari tindakan yang dilakukan.37 Sedangkan imperative menyatakan suatu perintah.
Artinya, Yesus sedang memerintahkan para murid untuk pergi segera sesudah perintah itu

29
Ibid…, 47
30
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia…,325
31
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II…, 604
32
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 48
33
Ibid…,48
34
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia…,272
35
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II…, 661
36
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…,48
37
Ferdinan K. Suawa, Memahami Gramatika Dasar Bahasa Yunani Koine…, 45
diberikan. Kerinduan Yesus supaya para murid menjadi pelaksana misi yang antusias dan
proaktif.

b. Para murid harus memberitakan (preaching): Kerajaan Sorga sudah dekat


(ayat 7).
Yesus memerintahkan para murid untuk pergi dengan tujuan misi yang sangat jelas,
seperti yang nampak dalam terjemahan baru Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) 38 dari frasa
“… dan beritakanlah: kerajaan Sorga sudah dekat” Menurut terjemahan NIV “As you go,
preach this massage: “The kingdom of heaven is near”.39 Dalam ayat 7 kata “pergi” ditulis
bukan dalam bentuk perintah, melainkan bentuk partisip dengan arah medium. Bentuk ini
menyatakan bahwa pergi merupakan tindakan yang bersamaan dengan kata kerja pokok
dalam ayat 7, yakni “memberitakan.” Terjemahan NIV “preach” berarti: mengajarkan,
berkhotbah, menasihati.40 Sedangkan dalam bahasa Yunani kata beritakanlah “keruvssete”41
yang berarti: memberitahukan, menceritakan, berkhotbah, memuji secara terbuka.42
Kata “keruvssete” merupakan kata kerja orang kedua jamak, presen, aktif, imperative. 43
Dapat dipahami bahwa Yesus sedang memerintahkan para murid untuk memberitakan,
Kerajaan Sorga sudah dekat. Pemberitaan itu segera dilakukan sesudah perintah itu diberikan.
Isi berita misi yang disampaikan oleh para murid harus jelas, yang mana hal ini
ditegaskan dengan kata le,gontej44 yang bentuknya sama dengan bentuk kata “pergi” dalam
ayat ini, yaitu bentuk partisip namun dengan arah aktif. Artinya bahwa Kerajaan Sorga harus
diberitakan dengan perkataan atau proklamasi Injil. Dalam terjemahan baru Lembaga
Alkitab Indonesia (LAI) memakai istilah “Kerajaan Sorga”45 dan dalam terjemahan NIV
“The Kingdom of heaven”.46 Dalam bahasa Yunani basilei,a tw/n ouvranw/n47 kata basilei,a
memiliki pengertian: kuasa sebagai raja, kuasa kerajaan, (wilayah) kerajaan, kerajaan,
kerajaan (Allah).48 Kata ouvranw/n berarti: langit, surga.49 Penggunaan istilah “kerajaan
Surga” berkaitan dengan latar belakang dan tujuan penulisan Injil Matius yang dialamatkan
kepada orang Yahudi,50 Penghindaran Matius terhadap penggunaan nama Allah dengan
memakai kata Surga semata-mata mengingat pembacanya yang berlatar belakang Yahudi.
Bagi orang Yahudi penggunaaan nama Allah itu bertentangan dengan hukum ketiga dari
sepuluh hukum (Keluaran 20:7.51 Vine menjelaskan istilah kerajaan Surga, demikian:
Frasa “sudah dekat” dalam terjemahan NIV “is near”52 yang berarti: dekat.53
Sedangkan dalam terjemahan bahasa Yunani h;ggiken54 dari kata e,ggi,zw yang berarti:
mendekat, dekat.55 Hakh memberi pandangan sebagai berikut:

38
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…,48
39
Ibid.
40
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia…,442
41
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 48
42
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II…,447
43
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…,48
44
Ibid.
45
Ibid.
46
Ibid.
47
Ibid.
48
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II…,144
49
Ibid…,588
50
Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru, (Batu: Departemen Literatur YPPII, tt), 35-36
51
Samuel Benyamin Hakh, Pemberitaan Tentang Yesus Menurut Injil-Injil Sinoptik, (Bandung: Jurnal Info Media, 2008), 42
52
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…,48
53
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia…,391
54
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…,48
55
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II…, 233
Di sini kita melihat bahwa istilah eggiken (=sudah dekat) (lihat juga Mat. 3:2;
10:7) membentuk suatu ketegangan antara masa kini dan masa depan. Pada satu
pihak istilah itu menyatakan bahwa kerajaan itu sudah dekat, begitu dekat dalam
pribadi Yesus sehingga kuasa kerajaan itu secara menentukan bertindih dengan
atau dialami pada masa kini. namun pada pihak lain, istilah itu (eggeken)
menyatakan bahwa pemenuhan kerajaan itu belum tiba, ia (pemenuhan kerajaan
itu) masih di depan karena Allah belum secara penuh menyatakan pemerintahan-
Nya.56
Kerajaan Allah sudah dekat artinya: Dalam diri Yesus kerajaan itu telah hadir secara
radikal. Arah dan tujuan dari proklamasi Injil adalah bahwa Allah dalam pemerintahan-Nya
sedang datang mendekat kepada manusia dalam pribadi Yesus Kristus. Jadi penekanan
pemberitaan yang harus diberitakan oleh para murid dalam pelayanan misi ialah: tentang
Yesus sendiri sebagai wujud kehadiran kerajaan Allah untuk membebaskan manusia dari
kuasa dosa dan kuasa iblis.

c. Para murid harus Menyembuhkan (Healing) orang sakit (ayat 8a)


Pendekatan pelayanan misi yang harus dilakukan oleh para murid bukan hanya misi
pemberitaan atau proklamasi saja, karena dalam ayat 8a Yesus memerintahkan para murid
untuk melakukan pendekatan pelayan misi penyembuhan orang sakit. Hal itu nampak dalam
Frasa “sembuhkanlah orang sakit”.57 Dalam terjemahan NIV “Heal” yang berarti:
menyembuhkan.58 Sedangkan dalam terjemahan bahasa Yunani qerapeu,ete59 dari kata
qerapeuw yang berarti: melayani, menyembuhkan.60 Merupakan kata kerja orang kedua
jamak, presen, aktif, imperative.61 Dapat dipahami bahwa Yesus sedang memerintahkan para
murid untuk melakukan misi penyembuhan. Pelayanan tersebut harus segera dilakukan
sesudah perintah itu diberikan.
Frasa “orang sakit” dalam terjemahan NIV “ the sick” yang berarti: orang-orang yang
sakit.62 Dalam terjemahan bahasa Yunani vsqenou/ntaj dari kata asqenew yang berarti:
menjadi lemah, atau tidak berdaya, (termasuk dalam pengertian ekonomi, rasa takut, moral,
atau agama), menderita penyakit.63 Bila dipahami dari berbagai keadaan orang yang harus
dilayani berdasarkan kata asteneo, maka pendekatan pelayanan misi penyembuhan yang
Yesus maksudkan bagi para murid ialah bersifat holistik. Jadi bentuk dan pendekatan
pelayanan misi para murid harus bersifat holostik berdasarkan perintah dan misi Yesus.

d. Para Murid harus membangkitkan (Raising) orang mati (ayat 8b)


Misi membangkitkan yang diperintahkan Yesus kepada para murid pada pembahasan
ini ialah membangkitkan orang mati sebagai mana tertulis dalam terjemahan baru Lembaga
Alkitab Indonesia (LAI).64 Dalam terjemahan NIV memakai kata “raise the dead”65 yang
dapat berarti hidupkanlah yang mati. Sedangkan dalam terjemahan bahasa Yunani nekrou.j
evgei,rete66 kata nekrou.j dari kata dasar nekro.j yang berarti: mati, yang tidak berguna.67
56
Samuel Benyamin Hakh, Pemberitaan Tentang Yesus Menurut Injil-Injil Sinoptik..,44
57
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…,48
58
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia…,293
59
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…,48
60
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II…, 71
61
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 48
62
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia…, 525
63
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II…, 123
64
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 48
65
Ibid.
66
Ibid
67
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II…, 536
Sedangkan kata evgei,rete dari kata dasar evgei,rw yang berarti: membangunkan (orang
tidur), bangun (dari tidur), membangkitkan (agar berdiri), bangkit (berdiri), membangkitkan
(orang mati), mendirikan kembali, menjadikan, tampil. 68 Kata evgei,rete merupakan kata
kerja orang kedua jamak presen aktif imperative. 69 Dapat dipahami bahwa Yesus sedang
memerintahkan para murid untuk melakukan pendekatan dan pelayanan misi membangkitkan
orang mati. Membangkitkan orang mati tidak boleh dipahami secara sempit, karena kematian
yang dimaksud dalam teks ini bukan hanya kematian secara fisik (tubuh), tetapi juga
kematian secara roh (rohnya mati, tubuhnya masih hidup), hal itu dapat juga dipahami dari
kata nekro.j yang berarti tidak berguna.
Misi membangkitkan orang mati adalah merupakan salah satu mujizat dalam PB. 70
Tujuan mujizat ialah untuk menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan atas alam (Luk.8:41-56)
dan sebagai bukti bahwa Kerajaan Allah telah hadir dalam pelayanan-Nya (Mat.11:2-5;
12:28). Mujizat menjadi suatu tanda bahwa keselamatan telah hadir dalam kuasa Allah, sebab
orang mati telah dibangkitkan dan setan-setan telah diikat, orang sakit disembuhkan. 71 Tujuan
mujizat bukan sekedar membangkitkan orang yang telah mati saja, tetapi bertujuan misiologi
dan soteriologi. Jadi pelayanan misi para murid untuk membangkitkan orang mati harus
berdasarkan pada tujuan misi Yesus yang bersifat misiologis dan soteriologis.

e. Para murid harus mentahirkan (Cleansing) orang kusta (ayat 8c)


Misi mentahirkan merupakan bentuk misi Yesus kepada para murid, hal tersebut
nampak dalam frasa, “tahirkanlah orang kusta” dalam terjemahan baru Lemabaga Alkitab
Indonesia (LAI).72 Dalam terjemahan NIV memakai kata “cleanse those who hev leprosy” 73
dalam terjemahan bahasa Yunani leprou.j kaqari,zete74 kata leprou.j dari kata dasar lepro.j
yang berarti: yang sakit kusta.75 Sedangkan kata kaqari,zete dari kata dasar kaqari,zw yang
berarti: membersihkan, mentahirkan, melenyapkan, menyatakan bersih, menyucikan. 76
Berbentuk kata kerja orang ke dua jamak presen aktif imperative. 77 Dapat dimengerti bahwa
Yesus sedang memerintahkan para murid untuk melakukan pendekatan dan pelayanan misi
mentahirkan orang kusta adalah misi yang harus dilakukan oleh para murid karena
merupakan suatu perintah dan segera dilakukan sesudah menerima perintah tersebut. Dalam
PL orang yang mengalami penyakit kusta dianggap najis dan dikucilkan dari tengah
masyarakat.78 Penjangkauan para murid dalam misi berdasarkan hakekat misi Yesus,
termasuk kepada orang yang termarjinalkan dalam masyarakat.

f. Para murid harus Mengusir (Driving Out) Setan-Setan (ayat 8d).


Selain misi pemberitaan atau proklamasi dan penyembuhan, Yesus juga memerintahkan
dan mengarahkan para murid untuk melakukan pendekatan dan pelayanan misi pengusiran
setan-setan, hal itu nampak dalam frasa “usirlah setan-setan” dalam terjemahan baru
Lembaga Alkitab Indonesia (LAI).79 Sedangkan dalam terjemahan NIV “drive out

68
Ibid., 234
69
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 48
70
J. D. Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2005), 96
71
Marulak Pasaribu, Injil Sinoptik, (Batu: Departemen Literatur YPPII, tt), 147
72
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 48
73
Ibid.
74
Ibid.
75
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II…, 485
76
Ibid., 409
77
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 48
78
Herbert Haag, Kamus Alkitab, (Flores: Nusa Indah, 1992), 241
79
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 48
demons”.80 Drive out artinya: mengusir, mengeluarkan.81 Sedangkan kata demons memiliki
pengertian: setan-setan. Iblis-iblis, jin-jin.82 Dalam terjemahan bahasa Yunani daimo,nia
evkba,llete\83 kata daimo,nia dari kata daimo,nia yang berarti: roh jahat, dewa. 84 Karena
berbentuk plural, maka dapat dipahami bahwa roh jahat itu berjumlah lebih dari satu
(banyak), sehingga lebih tepat jika memakai kata roh-roh jahat. Sedangkan kata evkba,llete
dari kata evkba,llw berarti: melemparkan keluar, mengusir, membawa keluar, menyuruh
pergi, membawa, mengucilkan, menghina, memfitnah.85 Kata evkba,llete berasal dari kata
kerja orang kedua jamak aktif imperative. 86 Dapat dimengerti bahwa Yesus memerintahkan
para murid untuk melakukan pendekatan dan pelayanan misi pengusiran setan-setan. Hal itu
harus segera dilakukan sesudah Yesus memerintahkannya. Jadi Penjangkauan dan pelayanan
misi para murid berdasarkan misi Yesus ialah melakukan misi pelepasan dari ikatan kuasa
setan-setan. Takaliuang menegaskan, bahwa: “ini adalah roh iblis yang jahat, berupa dewa-
dewa yang menakutkan dan mengerikan. Setelah orang dilepaskan dari roh jahat ini, setan
atau dewa yang menakutkan ini, barulah ia bebas dari ketakutan yang tidak wajar.87

3. Sikap dan motivasi para murid dalam bermisi sebagai agen tunggal misi Yesus
(ayat 8b)
Sikap dan motivasi yang Yesus ajarkan kepada para murid sebagai agen tunggal misi
Yesus terdapat pada frasa “kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu
berikanlah juga dengan cuma-cuma”.88 Kata dengan cuma-cuma dalam bahasa Yunani
dwrea.n yang berarti: dengan cuma-cuma, tanpa alasan, dengan sia-sia.89 Sedangkan kata
evla,bete dari kata dasar lambanw yang berarti: mengambil, menerima, memegang,
membawa. Memikul, mengenakan, memiliki, beroleh.90 kata evla,bete berbentuk kata kerja
orang kedua jamak aorist aktif indikstif.91 Artinya bahwa para murid telah benar-benar
memperolehnya, sudah dimiliki dengan gratis. Yang mereka peroleh ialah: panggilan sebagai
kepercayaan bermisi, kuasa sebagai kemampuan bermisi, pengutusan sebagai kelayakan dan
keabsahan bermisi dan arahan, petunjuk sebagai pedoman dan strategi bermisi. Hal tersebut
juga dapat mengacu kepada semua yang telah diterima oleh para murid selama bersama
Yesus. Kata “berikanlah” yaitu do,te dari kata dasar dido,tmi yang berarti: memberikan,
membagi-bagikan, mengurbankan,92 dari kata kerja orang kedua jamak aorist aktif
imperative.93 Artinya: Yesus telah memerintahkan para murid untuk melakukan pelayanan
misi dengan penuh pengurbanan bukan mencari keuntungan. Sikap dan motivasi misi para
murid berdasarkan perintah dan misi Yesus ialah misi yang rela berkurban.

4. Objek pelayanan misi Yesus dalam pelayanan misi para murid (ayat 6)
Frasa yang menyatakan objek misi Yesus dalam pelayanan misi para murid dapat
dimengerti dari frasa “domba-domba yang hilang dari umat Israel” dalam terjemahan baru
80
Ibid…, 48
81
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia…, 199
82
Ibid., 173
83
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 48
84
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II…, 480
85
Ibid., 256
86
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 48
87
Ponsius & Susana Takaliuang, Antara Kuasa Gelap dan Kuasa Terang, (Batu: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia, 2000),
42
88
Ibid…, 48
89
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II…, 231
90
Ibid…, 477
91
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 48
92
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II…, 206
93
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 48
Lembaga Alkitab Indonesia (LAI).94 Dalam terjemahan NIV memakai kata “rather to the lost
sheep of Israel”.95 Sedangkan dalam terjemahan bahasa Yunani pro,bata ta. avpolwlo,ta
oi;kou VIsrah,lÅ96 kata tersesat (avpolwlo,ta) dari kata dasar avpollumi yang memiliki arti:
membinasakan, membunuh, mati, menuju kebinasaan, kehilangan, rusak, terbuang, tersesat.97
Kata avpolwlo,ta (berbentuk kata kerja pervek actif partisip maskulin plural akusiatif. 98
Artinya orang-orang Israel yang dianalogikan dengan domba telah dan masih berada dalam
keadaan tersesat jauh dari Tuhan, sebagai akibat dari kehidupan mereka yang telah menjauh
dari Tuhan. Dalam konteks ini, misi Yesus secara khusus dialamatkan kepada orang-orang
Israel yang masih belum percaya. Namun dalam keseluruhan kitab Matius dapat dilihat
bahwa sesungguhnya misi Yesus bukan hanya menjangkau orang Israel saja tetapi juga
menjangkau semua orang di luar bangsa Israel (band. Matius 28:19-20). Dengan demikian,
semakin jelas bahwa misi Yesus bersifat universal karena menjangkau semua orang, baik
orang Israel sendiri, maupun di luar Israel yang belum percaya. Oleh karena itu objek misi
para murid harus bersifat universal sebagaimana misi Yesus yang universal.

5. Tindakan terhadap Kebutuhan misi Yesus dalam pelayanan misi para murid
(ayat 9 dan 10)
Dalam terjemahan baru Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) menuliskan bahwa para
murid diilarang oleh Yesus untuk membawa: emas, perak, tembaga, bekal, baju dua helei,
kasut dan tongkat.99 Sedangkan dalam terjemahan bahasa Indonesia sehari-hari (BIS) dan
juga dari terjemahan bahasa Yunani lebih memperjelas lagi bahwa yang dimaksud dengan
emas, perak, tembaga itu ialah uang yang terbuat dari emas, perak, tembaga. 100 Larangan
untuk membawa itu nampak dalam frasa “janganlah”. 101 Janganlah dalam bahasa Yunani Mh
yang berarti: tidak, jangan, supaya jangan, apakah mungkin, jangan lagi. 102 Kata Mh
merupakan kata partisip negative.103 Artinya: Para murid tidak boleh membawa selama
mereka pelayanan misi dalam konteks teks Matius 10:1-15. Sedangan kata membawa dalam
terjemahan NIV “take” yang berarti: mengambil, menerima, memerlukan, membawa,
menggunakan, melakukan.104 Dalam bahasa Yunani kth,shsqe dari kata dasar ktsomai yang
berarti: memperoleh.105 Kata kth,shsqe berbentuk kata kerja orang kedua jamak aorist middle
subjunctive.106 Yesus telah mengajak para murid untuk tidak membawa uang, baju lebih dari
dua, bekal, kasut dan tongkat. Yesus mengerti bahwa para murid tentu memerlukan
kebutuhan pelayan misi, tetapi Yesus mau membawa mereka pada suatu pemahaman yang
benar mengenai kebutuhan pelayan misi, hal itu nampak dalam frasa “sebab seorang pekerja
patut mendapat upah”. Upah dalam bahasa Yunani trofh/j107 dari kata dasar trofh yang berarti
makanan.108 Dapat dimengerti bahwa yang harus menjadi focus dan prioritas para murid ialah

94
Ibid.
95
Ibid.
96
Ibid.
97
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II…, 102
98
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 48
99
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 48
100
Ibid.
101
Ibid.
102
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II…, 517
103
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 48
104
Ibid…, 48
105
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II…, 466
106
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 48
107
Ibid…, 49
108
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II…, 765
pelayanan misi, bukan kebutuhan. kebutuhan akan dicukupi oleh Tuhan, Ia memperhitungkan
jeri lelah dan kebutuhan pelayanan para murid sebagai misionaris-Nya.

6. Wilayah pelayanan misi Yesus dalam pelayanan misi para murid(ayat 11)
Yang mengungkapkan wilayah pelayanan misi dalam pengajaran Yesus kepada para
murid nampak dalam frasa “apabila kamu masuk kota atau desa” terjamahan baru Lembaga
Alkitab Indonesia (LAI).109 Dalam terjemahan NIV “whatever town or village you enter”.110
Whatever artinya: apa saja, apapun.111 Town artinya:kota112 dan village artinya: desa, dusun,
kampung.113 Sedangkan dalam terjemahan bahasa Yunani eivj h]n dV a'n po,lin h' kw,mhn114
kata h]n berarti: apa saja.115 Kata h]n berbentuk kata ganti (pronoun) relative feminism
singular akusiatif.116 kata po,lin dari kata dasar po,lij yang berarti: kota (penduduk) kota.117
Sedangkan kata kw,mhn dari kata dasar kw,mh yang artinya: desa, penduduk desa.118 Jika
dipahami dari bentuk kasus kata h]n memang Yesus tidak mewajibkan para murid untuk
pelayanan di kota atau desa, karena bersifat relative tidak mutlak berlaku untuk semua
orang/tempat. Tetapi setidaknya lewat pengajaran Yesus pada waktu mengutus para murid
dalam Matius 10:1-15 nampak adanya penjangkauan misi kepada penduduk di kota dan desa.
Dapat juga dipahami bahwa bukan masalah tempat yang menjadi prioritas, tetapi orang yang
tersesat (jiwa yang belum diselamatkan) yang berdomisili di kota atau desa. maka sebenarnya
melakukan pelayanan misi harus secara holistic baik dari segi geografis (wilayah), maupun
strategi, metode dan jenis pelayanan, misi tidak hanya difokuskan pada daerah perkotaan atau
pedesaan saja. Keberadaan orang terabaikan ada di kota maupun desa (yang miskin,
pemulung).

7. Strategi pelayanan misi Yesus dalam pelayanan misi para murid (ayat 11 12 dan
13).
Strategi misi Yesus sebagai instruktur misi kepada para murid dapat dipahami dari
frasa: carilah orang yang layak untuk tinggal (ayat 11). Masuk rumah dan berilah salam (ayat
12).119 Kata carilah dalam bahasa Yunani evxeta,sate dari kata dasar evxeta,zw yang berarti:
menyelidiki, bertanya, menanyai.120 Kata evxeta,sate dalam bentuk kata kerja orang kedua
jamak aorist imperative.121 Artinya Yesus telah memerintahkan para murid untuk melakukan
pendekatan misi lewat atau berbentuk kehidupan sosial masyarakat, dengan mencari orang
yang layak, yang mau menerima mereka untuk menginap di rumahnya, tinggal ditengah-
tengah masyarakat dan hidup bermasyarakat. Sedangkan kata berilah salam, dalam bahasa
Yunani avspa,sasqe dari kata dasar avspa,zomai yang berarti: memberi salam kepada,
meminta diri, member.0

109
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…,48
110
Ibid…, 49
111
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia…,644
112
Ibid…,599
113
Ibid., 630
114
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 49
115
Ibid…,49
116
Ibid…, 49
117
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II…, 657
118
Ibid., 475
119
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 48
120
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II…, 288
121
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 48
hormat, menyambut, merasa berharga, mengucapkan selamat. 122 Kata avspa,sasqe dalam
bentuk kata kerja orang kedua jamak aorist middle imperative.123 Artinya Yesus telah
memerintahkan para murid supaya menerapkan pendekatan misi etika kehidupan sosial
masyarakat, dengan memberi salam dan hormat tatkala masuk ke rumah orang lain.

8. Sikap terhadap penolakan misi Yesus dalam pelayanan misi para murid (ayat
14)
Bagaimana para murid harus bersikap tatkala menghadapi penolakan dalam pelayanan
misi sudah diajarkan oleh Yesus seperti yang nampak dalam Frasa di ayat 14 “ apabila
seseorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataan mu, keluarlah dan
tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debu dari kaki mu. Ada dua langkah yang
perlu dilakukan oleh para murid apabila ditolak, yaitu: tinggalkanlah dan kebaskanlah. Kata
tinggalkanlah dalam bahasa Yunani evxerco,menoi dari kata dasar evxerco,mai yang berarti:
pergi ke luar, datang, pergi, berangkat, keluar turun, meninggal (dunia), menyebar, lenyap. 124
Kata evxerco,menoi dari kata kerja presen middle participle maskulin jamak nominative. 125
Artinya Yesus sedang memerintahkan para murid untuk keluar dan pergi tinggalkan.
Sedangkan kata evktina,xate dari kata dasar evktina,ssw yang berarti: mengebaskan (debu)-
mengebaskan debu dari kaki sebagai tanda pemutusan hubungan.126 Kata evktina,xate
berbentuk kata kerja orang kedua jamak aorist aktiv imperative. 127 Artinya Yesus telah
memerintahkan para murid untuk mengebaskan debu dari kaki mereka. Sikap terhadap
penolakan misi dalam ajaran misi Yesus ialah pergi dan meninggalkan, indikasinya ialah
tidak boleh melakukan perlawanan dan pemaksaan misi. Misi Yesus bukanlah misi
kekerasan dan paksaan, tetapi misi kasih yang mencari dan menyelamatkan. Misi para murid
berdasarkan perintah dan misi Yesus bukan misi kekerasan dan pemaksaan, tetapi misi kasih
Allah yang mencari dan menyelamatkan.

9. Penghakiman terhadap para penolak misi Yesus dalam pelayanan misi para
murid (ayat 15)
Penghakiman dan penghukuman terhadap orang yang menolak misi Allah tertulis pada
ayat 15: “sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan
tanggungannya dari pada kota itu. Sedangkan dalam terjemahan bahasa Indonesia Sehari-hari
(BIS) menuliskan: “pada hari kiamat, orang-orang kota Sodom dan Gomora akan lebih
mudah diampuni Allah, dari pada orang-orang di Kota itu!”. 128 Frasa “penghakiman” dalam
bahasa Yunani kri,sewj dari kata dasar kri,sij yang berarti: penghakiman, pengadilan,
pengadilan (lokal), tuduhan, putusan, kuasa, menghakimi, dasar menghakimi, hukuman,
keadilan.129 Jelas dalam pengajaran misi Yesus bahwa setiap orang yang menolak utusan dan
misi Yesus akan dihakimi pada hari kiamat, dengan penghukuman yang sangat berat dan
pasti. Penghakiman dan penghukuman itu pasti dan serius, hal itu dapat dipahami dari
penegasan Yesus dalam frasa : “Aku berkat kepada mu:..” menurut Terjemahan baru
Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). Sedangkan dalam terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-
hari, memakai kata “Ingatlah!” dan dalam terjemahan bahasa Yunani avmh.n130 artinya:

122
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II…, 124
123
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 49
124
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II…, 287
125
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 49
126
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II…, 265
127
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 49
128
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 49
129
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II…, 464
130
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid I…, 49
amin,sesungguhnya, sungguh-sungguh.131 Itu berarti bahwa apa yang dikatakan oleh Yesus
tentang adanya penghakiman dan penghukuman bagi para penolak pelayanan dan misi Allah
pasti dihakimi dan dihukum.

C. FORMULASI THEOLOGI MISI BERDASRAKAN MATIUS 10:1-15 BAGI


GEREJA/ORANG PERCAYA MASA KINI
Beberapa formulasi Theologia misi berdasarkan Injil Matius 10:1-15 bagi Gereja atau
orang percaya masa kini antara lain, ialah:
1. Tuhan Yesus adalah prakarsa, inisiator dan pelaku misi. Karena misi adalah misi
Yesus yang juga adalah misi Allah.
2. Tuhan Yesus adalah dinamisator misi. Ia memberikan kuasa kepada orang percaya
dalam bermisi.
3. Tuhan Yesus adalah delegator misi. Ia yang mengirim/mengutus orang percaya untuk
bermisi.
4. Tuhan Yesus adalah instruktur misi. Ia yang memberikan petunjuk/arah dengan
pengajaran dan tindakan-Nya sendiri dalam bermisi.
5. Orang percaya (para murid) adalah agen tunggal misi Yesus yang juga misi Allah
dalam dunia.
6. Pelayanan misi bersifat holistik dan integral, yakni:
a. Misi proklamisi/pemberitaan injil, tentang Tuhan Yesus sebagai perwujudan
kehadiran kerajaan Allah dalam setiap kehidupan manusia.
b. Misi di bidang kesehatan (menyembuhkan orang sakit).
c. Misi kebangunan rohani (membangkitkan orang mati secara rohani)
d. Misi di bidang sosial kesehatan masyarakat/orang miskin/marjinal/sakit kusta
(mentahirkan orang kusta).
e. Misi pelayanan okultisme/pelapasan kuasa kegelapan/pelayanan pribadi
(pengusiran setan-setan).
7. Motivasi dalam pelayanan misi harus dengan rela berkurban (hidup, harta dll), bukan
sikap terpaksa dan motivasi bisnis, tetapi karena taat pada perintah Tuhan Yesus
untuk menjangkau jiwa-jiwa yang tersesat.
8. Objek pelayanan misi ialah setiap orang yang hidup dalam kegelapan dan tersesat,
hidup menuju kebinasaan (baik orang Israel maupun diluar Israel).
9. Segala kebutuhan pelayanan misi pasti dicukupi oleh Tuhan Yesus, oleh karena itu
yang perlu diprioritas ialah pelayanan misi, bukan kebutuhan dari pelayanan tersebut,
karena setiap orang yang melayani pasti ada upahnya.
10. Wilayah pelayanan misi universal, yakni: wilayan perkotaan dan pedesaan (misi
perkotaan dan pedesaan).
11. Pendekatan pelayanan misi harus perhatikan kehidupan etika sosial masyarakat (teks-
konteks-komunitas).
12. Sikap/tindakan dalam pelayanan misi harus dengan kasih yang mencari dan
menyelamatkan bukan kekerasaan dan paksaan (tidak boleh ada pemaksaan misi)
13. Ada penghakiman oleh Allah pada akhir zaman terhadap orang yang menolak dan
menghambat pelayanan misi Allah.

D. APLIKASI MISINYA BAGI GEREJA/ORANG PERCAYA MASA KINI


Beberapa hal penting sebagai aplikasi untuk memahami misi gereja berdasarkan
hakekat misi Yesus, antara lain:
131
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia dan Konkordansi (PBIK) Jilid II…, 55
1. Dasar misi Gereja
Gereja dipanggil Allah untuk melaksanakan misi-Nya di tengah-tengah dunia ini.
Gereja merupakan agen tunggal misi Yesus, sehingga seluruh kehidupan gereja seharusnya
diresapi oleh beban misi. Pelayanan misi bukan merupakan pelayanan sampingan gereja.
Oleh karena itu kekuatan pemahaman dan semangat kegerakan misi gereja sebagai agen
tunggal misi Allah yang juga adalah misi Yesus, hanya berdasarkan pada hakekat misi Yesus
yang juga adalah misi Allah. Pelayanan misi gereja tidak dapat dilepaskan dari Yesus sendiri
yang memiliki peran utama dalam bermisi. Yesuslah yang menjadi inisiator misi gereja,
dimana misi gereja harus dilaksanakan sesuai dengan kehendak Tuhan Yesus. Selain itu
gereja juga sangat bergantung pada kuasa Tuhan yang memampukan. Misi Tuhan Yesus
memanggil gereja-Nya bukan untuk berpangku tangan, tetapi Yesus juga mengutus gereja-
Nya untuk pergi bermisi dengan petunjuk-petunjuk yang lengkap, yang harus dikerjakan oleh
gereja. Sehingga pelayanan misi gereja memiliki arah yang jelas dan efektif. Empat dasar
misi Yesus kepada para murid juga menjadi empat dasar Gereja dalam bermisi.

2. Tanggungjawab Gereja dalam Bermisi


Gereja sebagai agen tunggal misi Yesus diperintahkan untuk pergi melaksanakan misi-
Nya. Gereja tidak boleh berdiam diri dalam kenyamanan menikmati berkat-berkat Tuhan,
namun gereja harus bergerak dan memikul tanggungjawab misi yang Tuhan Yesus embankan
kepada gereja. Inti pemberitaan gereja dalam bermisi adalah memproklamirkan atau
memberitakan Kerajaan Allah, pemberitaan tentang Kristus sebagai wujud kehadiran
kerajaan Allah. Misi proklamasi kerajaan Allah dapat terimplementasi dalam pelayanan
penyembuhan orang “sakit”, yaitu yang lemah/ tidak berdaya (termasuk dalam pengertian
ekonomi, rasa takut, moral, atau agama), juga yang menderita penyakit. Selain itu, kerajaan
Allah juga diimplementasikan melalui pelayanan Kebangunan Rohani (membangkitkan orang
yang mati secara rohani), juga membangkitkan orang yang sudah mati (secara fisik). Gereja
juga terpanggil untuk mentahirkan orang-orang yang dianggap najis, yang termarjinalkan dari
tengah masyarakat serta melakukan pelayanan pengusiran roh-roh jahat, iblis, setan-setan
yang merasuk dan merusak bahkan menghancurkan hidup ataupun masa depan manusia. Jadi
pelayanan misi gereja untuk menjangkau orang-orang masih tersesat dengan Injil haruslah
bersifat holistic mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.

3. Sikap dan motivasi gereja sebagai agen tunggal misi Yesus


Gereja dipanggil, diberi otoritas/kuasa dan diutus sebagai agen tunggal misi Allah
berdasarkan kasih karunia Allah, bukan karena kelayakan gereja. Karena itu, motivasi gereja
dalam melaksanakan misi harus benar, bukan untuk mencari kebesaran namanya sendiri,
bukan pula mencari keuntungan berupa harta kekayaan. Karena Yesus memerintahkan
gereja-Nya untuk melakukan pelayanan misi dengan penuh pengurbanan bukan mencari
keuntungan. Sikap dan motivasi misi gereja berdasarkan misi Yesus ialah misi dengan kasih
yang rela berkurban.

4. Objek pelayanan misi Gereja


Pelayanan misi gereja harus memiliki sasaran yang tepat sesuai dengan maksud Tuhan
Yesus. Obyek pelayanan misi gereja harus bersifat universal. Penjangkauan dalam pelayanan
misi gereja bukan hanya kepada golongan tertentu, melainkan kepada semua orang yang
berada dalam keadaan tersesat, belum menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat
pribadinya.

5. Tindakan Gereja terhadap Kebutuhan pelayanan misi


Yesus menghendaki gerejanya tidak terikat atau tidak bergantung kepada materi dalam
melaksanakan pelayanan misi. Tuhan Yesus sangat memahami bahwa pelayanan misi gereja
memiliki kebutuhan yang diperlukan untuk pelayanan misi, namun Tuhan menghendaki
supaya gereja memilki pemahaman yang benar tentang kebutuhan pelayanan misi. gereja
yang aktif dan berjeri lelah dalam pelayanan misi pasti akan dicukupi kebutuhan pelayanan
misi nya oleh Tuhan, karena Tuhan Yesus mengatakan bahwa: seorang pekerja patut
mendapat upah. Dengan demikian keterbatasan materi tidak boleh menjadi alasan bagi gereja
untuk tidak bermisi. gereja harus percaya kepada Yesus yang akan memelihara gereja dalam
bermisi. Yesus yang akan memberi upah kepada setiap gereja yang bekerja dan melayani
dengan sungguh-sungguh. Oleh karena itu gereja harus bergantung kepada Tuhan Yesus
sumber pemeliharaan kebutuhan misi.

6. Wilayah pelayanan misi gereja


Pelayanan misi gereja memiliki jangkauan yang sangat luas, yaitu di daerah perkotaan
dan pedesaan, karena wilayah hunian manusia adalah kota-kota dan desa-desa. Namun
penekanan dalam pelayanan misi bukan pada wilayah, namun pada manusia yang menjadi
penghuni wilayah tersebut (kota atau desa). Oleh karena itu, gereja tidak boleh melakukan
pengkotakan wilayah penjangkauan misi.

7. Strategi pelayanan misi gereja


Gereja perlu memiliki strategi dalam pelayanan misi, karena strategi misi sangat
mempengaruhi efektifitas pelayanan misi gereja. Tentu banyak strategi dalam pelayanan
misi. tetapi strategi pelayanan misi yang diajarkan oleh Tuhan Yesus kepada para murid
berdasarkan Matius 10:1-15 sebagai aplikasi bagi gereja adalah pendekatan misi melalui atau
berbasis kehidupan sosial masyarakat dan pendekatan misi etika salam dalam kehidupan
sosial masyarakat. Jadi Gereja harus terbuka dan hadir sebagai saksi Kristus atau saksi misi
ditengah-tengah masyarakat.

8. Sikap gereja terhadap penolakan dalam pelayanan misi


Keseriusan gereja dalam melaksanakan pelayanan misi bukan tanpa resiko. Resiko
penolakan dalam pelayanan misi telah diingatkan oleh Tuhan Yesus pada saat mengutus para
murid-Nya. Hal ini menjadi peringatan kepada gereja bahwa akan ada resiko penolakan yang
akan diterima oleh gereja dalam menjalankan pelayanan misi. Oleh karena itu dalam
menyikapi penolakan tersebut, gereja harus mengambil tindakan yang tepat sebagimana telah
diajarkan oleh Tuhan Yesus kepada para murid-Nya, yakni meninggalkan orang yang
menolak pekerjaan dan misi Allah tanpa melakukan perdebatan, perlawanan dan pemaksaan
misi kepada orang tersebut. Karena pelayanan misi gereja bersifat kasih yang mencari dan
menyelamatkan berdasarkan misi Yesus, bukan kekerasan.

9. Penghakiman terhadap para penolak pelayanan misi gereja


Dalam pelayanan misi, gereja tidak boleh gentar dan tawar hati apabila ditolak, karena
setiap orang yang menolak utusan misi Yesus akan dihakimi dan dihukum pada hari kiamat,
dengan penghukuman yang pasti dan serius. Oleh karena itu gereja atau utusan misi tidak
perlu menghakimi para penolak misi karena penghakiman adalah hak Allah. Disamping itu,
hal ini menjadi penghiburan bagi gereja dan setiap utusan-utusan misi, tatkala menghadapi
penolakan. Maka gereja dan para utusan misi harus tetap bersemangat dan terus maju dalam
pekerjaan misi, sekalipun ada penolakan berupa penganiayaan bahkan ancaman kematian
sebagaimana perkataan Tertulianus yang seringkali dikutip oleh orang percaya bahwa darah
martir adalah benih gereja.
8. TOPIK-TOPIK THEOLOGI MISI
A. DUA BENTUK MISI ALLAH :
1. MISI PENCIPTAAN
Allah Tritunggal adalah pencipta langit dan bumi serta segala isinya.
Puncak dari segala ciptaan Allah adalah manusia. Manusia diciptakan
sesuai dengan gambar dan rupa Allah. Kata “gambar” dan “rupa” dalam
bahasa ibrani ialah tselem dan demuth. Dalam bahasa latin imago dan
similitudo. Dalam PB, kata-kata yang mirip untuk itu ialah eikon dan
homoiosis. Tselem berarti gambar yang dihias, suatu bentuk dan figur yang
reprentatif. Demuth mengacu pada arti kesamaan tapi lebih bersifat abstrak
atau ideal.132
Kata gambar dan rupa sebenarnya merupakan istilah yang paralel
untuk meyatakan satu gagasan. Kedua kata tersebut hendak menunjukan
kepada keberadaan manusia yang berkepribadian dan bertanggung jawab
di hadapan Allah, yang pantas untuk mencerminkan pencipta mereka
dalam pekerjaan yang mereka lakukan, serta mengenal dan mengasihi Dia
dalam segala perbuatan mereka.133
2. MISI PENYELAMATAN
Misi penyelamatan berasal dari Allah, Allah yang merencanakan dan
bertindak, hal itu nampak setelah manusia jatuh dalam dosa Allah datang
untuk mencari dan menyelamatkan sebagaimana ditulis dalam kitab
Kejadian pasal 3.
B. DOSA DAN MISI

Yang mau dibereskan oleh Allah dalam kehidupan manusia adalah dosa.
Karena kejatuh dalam dosa, manusia yang adalah gambar Allah telah
rusak total. Dosa adalah: Pelanggaran, Melenceng, Tidak mencapai
sasaran. Oleh karena itu manusia tidak dapat menyelamatrkan dirinya
sendiri, inilah alasan penting untuk bermisi, keselamatan hanya dapat
dikerjakan oleh Allah sendiri, maka Allah datang mencari dan
menyelamatkan.

C. MANUSIA DAN MISI


Yang menjadi Objek misi Allah adalah manusia, maka kita perlu memahami
manusia dengan benar sebagaimana tertulis dalam alkitab. Semua manusia
berdosa (Roma 3:9-20), maka secara theologis misi harus menjangkau semua
manusia sehingga mereka mendengarkan injil, bertobat (berbalik kepada Allah
dan meninggalkan dosa mereka).

132
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar (buku 1), (Yogyakarta: Yayasan Andi, 1991), 256-257
133
William Dyrness, Tema-Tema Dalam Theologi Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2001), 67-68
D. ALLAH TRITUNGGAL DAN MISI
1. MISSIO DEI-selain sebagai perancang misi, Allah Bapa juga sebagai
pelaksaan misi secara holistik. Pada zaman PL Ia melibatkan Israel dalam
misiNya sambil menunggu waktu penggenapan nubuatanNya tentang
Tuhan Yesus untuk melaksanakan misiNya dan hal tersebut telah digenapi
pada zaman PB.
2. MISSION CHARISTI-Oknum kedua dari Allah Tritunggal Tuhan Yesus
Kristus diutus oleh Allah Bapa untuk melaksanakan misi Allah secara
holistik. Dalam pelaksaaan misi Allah tersebut Ia melibatkan para murid
untuk bermisi, termasuk orang percaya disepanjang abad.
3. MISSIO HOLYSPIRIT-Oknum ke tiga dari Allah Tritunggal, yakni Allah
Roh Kudus di utus oleh Allah Bapa dan Allah Anak Tuhan Yesus Kristus
sebagai dinamisator misi bagi orang percaya untuk bermisi, tanpa Kuasa
Roh Kudus semua orang percaya sebagai instrumen misi Allah tidak
mungkin dapat melaksanakan misi.
E. KERAJAAN ALLAH DAN MISI.
KERAJAAN ALLAH -Allah sebagai penguasa yang memerintah atas segala
sesuatu, perwujudan kehadiran kerajaan Allah untuk memerintahkan atas
hidup manusia dan memberikan kemenangan dari belenggu dosa dan maut
ialah dengan kehadiran Tuhan Yesus, maka MISI-memberitakan kehadiran
kerajaan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus memerintah atas orang berdosa.
F. GEREJA DAN MISI-
Kata Gereja dalam bahasa Inggris kata “gereja” Churh dalam bahasa Gerika
kuriakon yang berarti “milik Tuhan”. Sebagai milik Tuhan gereja dilibatkan
sebagai agen tunggal misi Allah dalam dunia. Maka dalam formulasi theologi
misi: Allah-Gereja-dunia. Tugas ini merupakan tugas utama gereja, karena
misi hanya dipercayakan kepada gereja. Maksud misi Allah lewat gereja
supaya manusia berdosa (dunia) kembali bersekutu dengan Allah, dengan
jalan menjadi murid. Jadi gereja tidak boleh mengabaikan misi. Gereja harus
buat kegerakan misi, seperti: Doa misi, dana misi, mengutus misonaris,
memberikan seminar misi, membekali jemaat dengan misi, khotbah yang
bertemakan misi, dll.
G. JEMAAT BIASA/KAUM AWAM DAN MISI
Banyak orang merasa bahwa kata awam mengandung makna pelecehan. Kata
awam dapat berarti orang biasa atau bukan ahli. Dalam terjemahan bahasa
Yunani Laikos atau Laos yang berarti umat. Dalam budaya Yunani-Romawi
kata Laos digunakan sebagai lawan dari kata Klero. Klero adalah penguasa
kekaiseran yang mengetahui peraturan pemerintah, sehingga mereka
mempunyai kekuasaan. Dari kata Klero ini kemudian ada kata kleric yaitu
administrator negara dan clergy rohaniawan. Kaum dapat berarti anggota
jemaat, bukan pendeta atau theolog dan misiolog. Mereka juga adalah
instrumen misi Allah yang harus dibekali dan dilatih dengan pengetahuan
misi. Pendeta dapat terbatas waktunya untuk bermisi, tetapi jemaat yang
dibekali dengan hati misi dapat menjadi aktor misi, karena merekalah yang
tinggal ditengah masyarakat. Dalam Alkitab contoh Jemaat mula-mula KPR.
H. KAUM PROFESIONAL DAN MISI
Profesional adalah seorang yang ahli dibidangnya, memiliki suatu keahlian
atau kemampuan khusus dalam pekerjaannya. Contoh seperti: Dokter,
guru, ,montir dll. Lewat profesi dan keahlian mereka dapat mendukung
pekerjaan misi, maka mereka perlu direkrut oleh gereja. contoh dalam Alkitab
Priskila dan Akwila yang menjadi rekan pelayanan misi Rasul Paulus.
I. ORANG MISKIN DAN MISI
Orang miskin yang dimaksud dapat berarti kaum yang termarjinalkan di
masyarakat, seperti: pemulung, pengemis, orang yang mengalami gangguan
jiwa dll. Teks Matius 25:40. Penerapan pelayanan misinya, yakni: Pendekatan
sosial kehidupan masyarakat (dunianya kaum marjinal) sesudah itu-
menerapkan misi secara integral dan holistik, yakni: Pelayanan sosial dan
penginjilan.
J. ORANG KAYA DAN MISI
Orang kaya yang dimaksud adalah orang memiliki banyak harta dan kekayaan.
Harta tidak dapat membawa mereka ke Sorga, mereka memerlukan Tuhan
Yesus. Tetapi terkadang mereka dibuat tidak sadarkan diri akan hal itu karena
dipengaruhi oleh harta mereka (hatinya terikan oleh dan pada harta), seperti
yang tertulis dalam Matius 19:16-30. Harta tidak dilarang oleh Allah, yang
dilarang adalah jika harta itu dijadikan lebih dari Tuhan (penyembahan berhala
moderen) dan menghalanginya untuk datang kepada Tuhan Yesus. Jadi
sebenarnya kaya dan menerima Tuhan Yesus, sesudah bertobat hidup dan
kekayaannya untuk memuliakan Tuhan, mendukung pelayanan Tuhan
(memperhatikan orang miskin, mendukung pekerjaan misi Allah). Pendekatan
pelayanan misinya: Pendekatan pribadi-membahas tentang masalah kehidupan
dan pekerjaan (bisnis, usaha), doakan dia dan memberikan pengertian tentang
kerinduan Allah baginya untuk masuk Sorga, karena ke Sorga bukan
perbuatan baik, bukan kekayanan, tetapi datang dan mengikuti Tuhan Yesus
(Matius 19:21). Kaya masuk Sorga jauh lebih baik dari pada kaya masuk
neraka.
K. SIFAT MISI- HOLISTIK DAN INTEGRATIF
Secara Theologis misi itu integratif dan holistik, yakni: pelayanan dalam
berbagai segi kehidupan manusia (sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, dan
penginjilan). Misi tidak layak dipahami dengan sempit, karena misi itu luas,
misi bukan hanya penginjilan atau hanya pelayanan sosial kemanusiaan, misi
mencakup semuanya.
L. MOTIVASI MISI-MENGASIHI ALLAH (FLP 1:15-17)
Pelayanan misi harus dilakukan dengan motivasi, yakni: (karena Kasih
terjemahan LAI, karena mengasihi Allah terjemahan BIS, dan dalam bahasa
Yunani memakai kata agape, yang mempunyai pengertian cinta atau kasih
yang sejati, cintai atau kasih Ilahi. cinta kasih agape ini tidak akan digoyahkan
oleh karena situasi atau kondisi yang bagaimanapun jeleknya. kasih ini kasih
yang relaberkurban dan tidak diskriminasi. kasih agape inilah yang
menyebabkan Allah mengutus Tuhan Yesus PutraNya yang tunggal, untuk
datang dan mati mengurbankan diriNya mati bagi manusia berdosa. kasih
agape ini juga menggerakan Yesus Kristus rela meninggalkan kemuliaan
Sorga untuk datang ke dunia, menderita dan mati untuk manusia berdosa.)
M. INSTRUMEN MISI: MASA PL, YAKNI: ISRAEL DAN MASA PB-
SAMPAI TUHAN YESUS DATANG KE 2X, YAKNI: MULAI DARI
MISI YANG DILAKUKAN OLEH PARA MURID, RASUL DAN
GEREJA PADA SAMAN SEKARANG.
N. OBJEK MISI-MANUSIA BERDOSA
O. JANGKAUAN MISI-UNIVERSAL, YAKNI: KEPADA SEMUA KAUM,
SUKU DAN BANGSA.
P. WILAYAH PELAYANAN MISI-SELURUH WILAYAH DI MUKA
BUMI SECARA GEOGRAFI, YAKNI: PERKOTAAN DAN
PEDESAAN. DIMANA ORANG BERDOSA BERDOMISILI.
Q. DUKUNGAN PELAYANAN MISI-DAPAT BERUPA DOA-DANA-
DAYA.
R. TUJUAN MISI-MEMULIAKAN ALLAH DAN MENJANGKAU JIWA-
JIWA.
S. JANGKA WAKTU PELAYANAN MISI, YAKNI: SAMPAI TUHAN
YESUS DATANG KE 2X
T. TANTANGAN DALAM PELAYANAN MISI-SECARA INTERNAL
DAN EKSTERNAL. SECARA INTERNAL DAPAT KARENA MALAS,
TIDAK MENGERTI MISI, SIBUK DENGAN KEHIDUPAN SENDIRI.
SECARA EKSTERNAL DAPAT BERUPA KUASA KEGELAPAN,
KUASA SOSIAL POLITIK DLL.
U. STRATEGI MISI-KONTEKSTUALISASI DAN INKULTURASI.
KONTEKSTUALISASI DAN INKULTURASI MISI DALAM SEGALA
BIDANG KEHIDUPAN MANUSIA, DIANTARANYA: SOSIAL
MASYARAKAT, SOSIAL-POLITIK, ALIRAN KEPERCAYAAN,
AGAMA DUNIA DAN KEBUDAYAAN, EKONOMI, PENDIDIKAN
DLL.

Anda mungkin juga menyukai