Anda di halaman 1dari 7

NAMA : NOVERENSIA FRIGRINA BAWEMBANG

NIM : 20200210005

MK : TEOLOGI PASTORAL

DOSEN : Dr. A. O. Supit, STM

REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP PELAYANAN PASTORAL KEPADA WARGA


JEMAAT YANG BERGAYA HIDUP HEDONIS DAN KONSUMERISTIS

PENDAHULUAN

Seiring berjalannya waktu dunia semakin modern, manusia mengalami perubahan total
baik secara sosial, budaya, intelektual dan spiritual. Perkembangan terus terjadi dengan didukung
oleh teknologi yang perlahan menjadi candu, tak terkecuali orang-orang Kristen dalam
pertumbuhan spiritualnya yang juga terikat dengan perkembangan teknologi serta mengalami
perubahan sikap serta pemikiran. Perubahan ini juga serta merta menghadirkan permasalahan
dalam gereja diantaranya sikap hidup materialisme dan hedonism. Permasalahan ini terjadi
disemua kalangan bukan hanya anak muda yang mulai bersaing dan bekerja unuk mendapatkan
apa yang diinginkan secara berlebihan. Hal ini nantinya akan berdampak terhadap pertumbuhan
gereja yang jika tak terkontrol maka tidak akan sesuai dengan realitas pertumbuhan gereja.

Banyak gaya hidup modern saat ini bertentangan dengan nilai-nilai Kristiani. Ada
beberapa paham yang mendorong gaya hidup yang menyimpang tersebut antara lain
materialisme yang menempatkan materi sebagai tujuan tertinggi dalam hidup manusia dan
hedonisme yakni kesenangan sebagai tujuan tertinggi segala usaha manusia. Ketika manusia
menjadi hedonis dan konsumeris atau manusia menjadikan gaya hidup modern sebagai tujuan
hidupnya, maka seluruh kemampuan, usaha dan hidupnya dikorbankan untuk memiliki atau
mengonsumsi barang-barang modern tersebut. Sehingga manusia lebih percaya bahwa materi
memberikan rasa aman, jadi manusia bersandar kepadanya dan bukan bersandar kepada Tuhan.
PEMBAHASAN

Mengenal Hedonisme dan Gaya Hidup Konsumtif


Kata hedon lazim juga dilontarkan kepada seseorang yang mempunyai hasrat belanja
tinggi, membeli barang ini itu. Hodonisme adalah kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu
hedonismeos dengan kata dasar hedone artinya “kesenangan” sedangkan hedonismeos diartikan
sebuah cara pandang yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari
kesenangan sebanyak mungkin. Kesenangan tersebut bisa didapatkan melalui berbagai cara,
seperti menikmati hiburan, memiliki harta dan kegiatan seksual1.

Kata hedonisme sudah muncul sejak awal munculnya filsafat, atau saat manusia mulai
berfilsafat pada tahun 433 Sebelum Masehi. Pandangan ini muncul ketika Socrates, salah satu
filsuf paling terkenal mempertanyakan mengenai tujuan hidup manusia di dunia ini. Pertanyaan
tersebut akhirnya melahirkan pandangan hedonisme. Pada masa itu hedonisme bukan untuk
menggambarkan perilaku negatif, melainkan untuk mendeskripsikan esensi dari eksistensial
manusia di muka bumi ini. Dewasa ini, makna dari hedonism bagi sebagian besar masyarakan
mendeskripsikan hedonism sebagai sebuah perilaku konsumtif atau konsumerisme yang
berdampak buruk bagi siapapun.2

Konsumerisme sendiri merupakan ideology yang menjadikan seseorang atau kelompok


menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan,
tanpa sadar, berkelanjutan dan tidak mempertimbangkan kebutuhan. 3 Pada awalnya
konsumerisme adalah sebuah gerakan perlindungan terhadap konsumen dan seiring waktu
pandangan konsumerisme berkembang menjadi suatu konsumsi yang bersifat boros. 4Pada
penelitian ini terdapat lima aspek perilaku konsumtif, yaitu 1) pembelian impulsif, 2)
pemborosan, 3) mudah terbujuk rayuan, 4) kepuasan dan 5) kesenangan5.

1
Larasati, Sukari, Perilaku konsumtif siswa SMA di Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Balai
Pelestarian Nilai Budaya (Bpnb), 2013.
2
P.N.A, Nugrahani, Perbedaan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis pada Remaja Ditinjau dari Lokasi
Tempat Tinggal. Skripsi. (Tidak Diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi UMS, . 2003.
3
Sumartono, Terperangkap dalam iklan. Bandung: Alfabeta, 2002.
4
https://www.cermati.com/artikel/mengenal-hedonisme-gaya-hidup-konsumtif-yang-bisa-bikin-keuangan-
merana,
5
Lina & Rosyid, Perilaku konsumtif berdasar locus of control pada remaja putri. Psikologika, 1997. 5-
13.
Menurut Kotler dalma bukunya yang dikutip Rianton menyatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi gaya hidup seseorang individu terdiri atas faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yang dimaksud adalah sikap, pengalaman, pengamatan, kepribadian, dan konsep
diri. Menurutnya, faktor internal ini adalah sesuatu yang datang dari diri seseorang setelah ia
mencerna apa yang ia lihat. Sedangkan faktor eksternal yang dimaksud adalah sikap,
pengalaman, pengamatan kepribadian, dan konsep diri yang datang dari luar diri seseorang.6

Pandangan Kristen
Gaya hidup seharusnya menjadi urusan pribadi setiap orang. Setiap orang berhak memilih
gaya hidup yang disukainya. Sekalipun benar merupakan hak individu yang tidak bisa diganggu
gugat, tetapi gaya hidup selalu punya pengaruh terhadap masyarakat secara keseluruhan. Suatu
gaya hidup yang baik tentu akan menghasilkan masyarakat yang baik pula, begitu pun
sebaliknya, suatu gaya hidup yang tidak baik tentu akan menghasilkan sebuah masyarakat yang
tidak kita inginkan. Maka tidak heran jika semua kemampuan, usaha dan kerja keras manusia
diarahkan untuk memiliki uang dan mengonsumsi barang-barang gaya hidup ini.7

Hasrat untuk selalu memamerkan kekayaan yang dimilikinya, tampaknya memang telah
begitu mendarah daging dalam diri manusia. Semua orang ingin terlihat kaya dan memamerkan
kekayaan mereka dan banyak penelitian menyebutkan bahwa hal ini sudah terjadi mulai dari usia
remaja. Dewasa ini, gaya hidup hedonis merupakan salah satu bentuk gaya hidup yang memiliki
daya tarik bagi remaja. Dengan adanya fenomena tersebut, remaja cenderung untuk lebih
memilih hidup yang mewah, enak, dan serba berkecukupan tanpa harus bekerja keras8

Kekayaan maupun kemakmuran dapat dikatakan adalah sebuah karunia Tuhan bagi
kehidupan manusia, namun demikian menjadi hedonisme merupakan suatu masalah yang lain.
Alkitab dengan jelas memberitahukan bahwa bapak-bapak beriman yakni Abraham, Ishak, dan
Yakub adalah orang-orang yang kaya secara materi.  Alkitab secara eksplisit mengatakan mereka
6
Rianton, Hubungan Antara Konformitas Kelompok Teman Sebaya Dengan Gaya Hidup Hedonis
(Yogyakarta: Dhamasraya, 2013), 20.
7
Fransisca, & Suyasa, Perbandingan perilaku konsumtif berdasarkan metode pembayaran. Jurnal
Phronesis, 7(2), 2005, 172-199.
8
Gushevinalti, Telaah kritis perspektif Jean Baudrilard pada perilaku hedonisme remaja. Jurnal Idea
Fisipol UMB, 2010, 4(15), 45-59.
sangat kaya berupa ternak, hasil tanah atu perkebunan, emas, dan lain-lain. Selain itu kita juga
mendapati Ayub, Salomo juga adalah orang-orang yang kaya atau makmur secara material
bahkan dikatakan melebihi siapapun.  Dengan demikian kita ketahui bahwa Allah tidaklah anti
kepada kekayaan atau orang kaya, karena kekayaan atau bumi ini dalam arti kekayaan-Nya
memang diciptakan dan diserahkan oleh Tuhan untuk manusia kuasai dan mengusahakan-nya
(Kej. 1: 28).9  Namun demikian perlu disadari bahwa harta atau kekayaan juga dikuasai oleh
iblis, dimana iblis bisa menggoda manusia dengan kemakmuran (Mat. 4: 8-9), bahkan iblis dapat
merusak kekayaan manusia misalnya apa yang terjadi pada Ayub.

Walaupun kekayaan atau kemakmuran bukan hanya salah satu yang diberikan oleh
Tuhan, namun manusia juga diberi tanggungjawab dan perlu aware (sadar) bahwa materi atau
kekayaan dapat berdampak pada banyak segi dalam kehidupan manusia jika manusia telah
menjadikan kekayaan itu sebagai satu-satunya tujuan dalam hidup dan sebagai sebuah
kesenangan yang membawa manusia menjadi sombong dan melupakan Tuhan sebagai pemilik
atau yang empunya (Owner) atas segala kekayaan yang ada di dunia ini.  Sebalikya sadar atau
tanpa sadar menjadikan kekayaan atau meteri sebagai "tuhan (lord)" atas dirinya yang akhirnya
bukan manusia yang menguasai materi atau kekayaan yang ada, tetapi justru manusia menjadi
dikuasai oleh materi atau kekayaan, atau dalam hal ini yang disebut sebagai Mamon (Mat. 6: 24,
Luk. 16: 9, 11, 13).  Mamon, merupakan transliterasi dari bahasa Aram yaitu mamona. Arti biasa
ialah kekayaan atau keuntungan.10

Pengajaran
Gaya hidup orang Kristen, pengikut Tuhan Yesus, seharusnya berbeda dengan gaya hidup yang
ditawarkan dunia ini. Alkitab menyatakan: “Jangan engkau serupa dengan dunia ini!” (Roma 12:12). Lalu
bagaimana seharusnya gaya hidup pengikut Kristen? Paling tidak ada 4 prinsip yang WAJIB menjadi
acuan kita menentukan gaya hidup kita dan inilah gaya hidup pengikut Kristus.

1. Gaya Hidup yang sesuai dengan Firman Tuhan (1 Yohanes 2:6)


Gaya hidup pengikut Tuhan Yesus seharusnya meneladani Tuhan Yesus! Kita wajib hidup
seperti Tuhan, Guru dan Juruselamat kita. Secara sederhana itu berarti kita harus sesuai dengan Firman

9
Needleman, Jacob, Uang dan Maknanya Dalam Kehidupan (Jakarta: Binarupa Aksara, 1977), 60
10
Colin, Brown.  Filsafat & Iman Kristen.  Ed. ke-1. Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1994.
Tuhan! Coba tanyakan apakah gaya hidup kita sudah sesuai Firman Tuhan? Apakah cara pikir kita sesuai
firman-Nya?

2. Gaya Hidup yang memuliakan Tuhan Yesus (1 Korintus 10:31; Roma 14:6-8)
Prinsip kedua: Gaya hidup orang Kristen seharusnya adalah gaya hidup yang memuliakan Tuhan
Yesus. Paulus berkata bahwa apa saja yang kita lakukan dan bicarakan hendaknya memuliakan Tuhan.
Jadi, seluruh pola tingkah laku kehidupan kita seharusnya memuliakan Tuhan Yesus. Cara berpikir kita,
cara berbicara, cara berumah tangga, cara mengatur keuangan, penampilan kita dan semua ‘gaya hidup’
kita, apakah semuanya memuliakan Tuhan Yesus? Mari kita tanyakan pertanyaan ini setiap kali kita
beraktivitas, berbicara dengan orang lain dan berpenampilan. Jika kita melakukannya, jangan heran
apabila nama Tuhan semakin dipermuliakan. Mari kita nyatakan Tuhan Yesus melalui gaya hidup kita.

3. Gaya Hidup yang menekankan manfaat bagi pertumbuhan rohani (1 Korintus 10:23-24)
Paulus menekankan bahwa gaya hidup yang kita pilih seharusnya berguna dan membangun
kerohanian kita. Semua sih boleh, tetapi tidak semua itu berguna dan membangun kerohanian kita. Yang
dimaksud Paulus dengan “semua diperbolehkan” pasti bukanlah mengenai dosa dan kejahatan, yang
dimaksud adalah gaya hidup. Dalam konteks ini adalah masalah makanan dan minuman. Pendeknya, gaya
hidup kita seharusnya ‘membantu’ kita untuk bertumbuh. Miliki gaya hidup yang sederhana, gaya hidup
beribadah, gaya hidup taat pada Tuhan dan pemimpin rohani, gaya hidup dalam kebenaran dan
kekudusan, gaya hidup berdoa, gaya hidup sehat dan seterusnya. Ini akan berguna dan membangun
kerohanian kita. Gaya hidup yang merugikan dan merusak kerohanian harus kita hindari bahkan kita
tolak!

4. Gaya Hidup yang menjadi berkat orang lain (1 Korintus 10:32-33)


Gaya hidup Orang Kristen sejati adalah gaya hidup yang menjadi berkat bagi orang lain, bukan
menjadi batu sandungan! Rasul Paulus menekankan bahwa gaya hidupnya, gaya hidup yang menjadi
berkat bagi orang lain (band. ayat 27-28 dan Roma 14:19-21). Paulus tidak mau jadi batu sandungan.
Bahkan kalau bisa, gaya hidupnya menjadi ‘sarana’ Injil sehingga sedapat mungkin orang lain
diselamatkan. Bagaimana dengan kita? Cara bicara kita? Apakah memberkati orang lain? Gaya hidup kita
apakah mendatangkan berkat atau justru jadi ‘batu sandungan’? Mari kita memiliki gaya hidup: gaya
berpakaian, gaya berpikir, berumah tangga, bergaul, berpacaran dan apa saja adalah gaya hidup yang
memberkati orang lain. Nama Tuhan dimuliakan dan orang dapat ‘melihat’ ada Tuhan Yesus dalam
kehidupan kita.

Hedonisme tidaklah sesuai dengan iman Kristen, karena hedonisme mengutamakan


kesenangan semata-mata sebagai tujuan utama dalam kehidupan ini.  Hedonisme dapat dikatakan
lahir dari keinginan fisik atau kejatuhan manusia dalam dosa, serta ketidakmampuan manusia
hidup untuk mencapai standar atau hukum Allah. Orang Kristen kaya dan makmur tidak salah
bahkan merupakan berkat dari Tuhan, tetapi kita harus berhati-hati terhadap hedonisme yang
menjadi kesenangan semata-mata sebagai tujuan hidup.  Hedonisme bertentangan dengan Firman
Tuhan karena hedonisme menjadikan kesenangan manusia pribadi sebagai tujuan hidup dengan
kata lain semata-mata hidup untuk memuaskan keinginan daging, sehingga manusia lupa dan
menolak Tuhan atau merusakkan orang lain itulah yang tidak diperkenan oleh Tuhan.11

Orang Kristen boleh menikmati segala berkat Tuhan berupa kekayaan, tetapi bukan
sebagai tujuan utama hanya untuk menyenangkan diri sendiri, memuaskan keinginan diri,
memuliakan diri sendiri sebab tujuan yang tertinggi dari kehidupan orang Kristen ialah
menyenangkan dan mempermuliakan Allah.  Dengan demikian hendaknya segala kekayaan dan
kemakmuran yang Allah limpahkan kita dapat pakai untuk memuliakan Allah dan kabaikan atau
berkat bagi sesama.

KESIMPULAN

Memang manusia tidak dapat hidup tanpa materi namun sebaliknya sebagai orang
Kristen jemaat tentunya diajarkan bahwa hidup itu bukan hanya sekedar mengejar harta karena
seringkali hal itu yang membuat manusia jatuh dan hancur, yang sering menjadi persoalan utama
adalah materialis dijadikan sebagai tuan. Jika manusia telah terjebak dalam kehidupan
materialisme-hedonis, maka pola hidupnya meliputi: cinta uang, keinginan yang tidak terkendali
akan hal-hal materi. Zaman ini gaya hidup modern memang telah menjadi tujuan akhir dari kerja
keras manusia. Gengsi, harga diri, dan semua identitas sosial lainnya selalu akan diukur,
direpresentasikan dan dibalut dalam berbagai kriteria, nilai dan barang-barang dari gaya hidup
ini.

Kita terkadang sulit untuk menunda kesenangan. Dan terjebak lagi dan lagi pada
kebiasaan kebiasaan yang membuat kita nyaman. Nah jika sudah seperti ini, jangan-jangan kita
sudah terperangkap menjadi seorang yang berorientasi pada kenyamanan dan kesenangan semata
alias hedonis. Menjadi inti atau agar kita tidak terjebak dalam hiduo yang hedonis yaitu
11
Pilzer, Paul Zane, Tuhan Ingin Anda Kaya: Teologi Ilmu Ekonomi (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2006), 2
bersyukurlah dalam segala hal, memang manusia tidak akan pernah puas tetapi ketika kita
mengandalkanNya dalam setiap kehiduoan kita maka niscaya kita akan merasakan berkat yang
sangat indah biarpun di tengah kehidupan yang penuh lika-liku serta kerahasian yang hanya
Tuhan yang merancangnya.

Anda mungkin juga menyukai