TESIS
Diajukan kepada
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Methodist Indonesia
(STT GMI)
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Magister Teologi (M.Th)
Oleh:
JONNI AMAN SARAGIH
2021129
TESIS
Diajukan kepada
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Methodist Indonesia
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Teologi (M.Th)
Bidang: Konseling Pastoral
Oleh:
JONNI AMAN SARAGIH
2021128
Peguji/Pembimbing 1 Penguji/Pembimbing 2
Penguji 3
Kata Kunci: Pendampingan, Malas Beribadah, Anggota P2MI dan Metode Rational-
Emotive Therapy.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Allah Bapa yang Maha
Kudus atas berkat dan anugerah-Nya serta penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat
Gereja Methodist Indonesia Bandar Baru dan karena kemurahan-Nya penulis dapat
banyak kelemahan dan kekurangan dalam penulisan tesis ini. Oleh karena itu dengan
kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
khususnya dari para dosen dan juga teman mahasiswa di Sekolah Tinggi Theologia
Gereja Methodist Indonesia Bandar Baru agar pada kesempatan yang lain penulis
Pada kesempatan ini penulis menyadari bahwa penyelesaian tesis ini tidak
lepas dari dukungan dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak berupa moral,
material, dan lain sebagainya. Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang turut membantu penulis selama proses penulisan
1. Pimpinan GMI Wilayah I, Bishop Kristi Wilson Sinurat, S.Th., M.Pd yang
6. Gereja, Pimpinan Jemaat, Jemaat dan anggota P2MI GMI Marmahani Bandar
7. Para rekan Pendeta serta warga yang berkontribusi selama perkuliahan dan
penyusunan tesis.
8. Isteri Spida Irmawati Purba, S.H dan buah hati kami; Aurellia PJ Saragih,
Akhir kata kiranya tulisan ini bermanfaatdengan baik untuk Gereja, P2MI dan pihak
Penulis
Bab 1 Pendahuluan............................................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah............................................................................................... 1
1.2. Indetifikasi Masalah ..................................................................................................... 13
1.3. Pembatasan Masalah .................................................................................................... 14
1.4. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 14
1.5. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 15
1.6. Manfaat Penelitian......................................................................................................... 15
1.7. Metode Penelitian.......................................................................................................... 16
1.8. Sistematika Penulisan.................................................................................................. 17
LAMPIRAN............................................................................................................................................. 148
DAFTAR SINGKATAN ALKITAB
A. Perjanjian Lama
Kej. : Kejadian Kid. : Kidung Agung
Kel. : Keluaran Yes. : Yesaya
Im. : Imamat Yer. : Yeremia
Bil. : Bilangan Rat. : Ratapan
Ul. : Ulangan Yeh. : Yehezkiel
Yos. : Yosua Dan. : Daniel
Hak. : Habakuk Hos. : Hosea
Rut. : Rut Yl. : Yoel
1 Sam. : 1 Samuel Am. : Amos
2 Sam : 2 Samuel Ob. : Obaja
1 Raj. : 1 Raja-raja Yun. : Yunus
2 Raj. : 2 Raja-raja Mi. : Mikha
1 Taw. : 1 Tawarikh Nah. : Nahum
2 Taw. : 2 Tawarikh Hab. : Habakuk
Ezr. : Ezra Zef. : Zefanya
Neh. : Nehemia Hag. : Hagai
Est. : Ester Mal. : Maleakhi
Ayb. : Ayub
Maz. : Mazmur
Ams. : Amsal
Pkh. : Pengkhotbah
B. Perjanjian Baru
Mat. : Matius 1 Tim. : 1 Timotius
Mrk. : Markus 2 Tim. : 2 Timotius
Luk. : Lukas Tit. : Titus
Yoh. : Yohanes Flm. : Filemon
Kis. : Kisah Para Rasul Ibr. : Ibrani
Rm. : Roma Yak. : Yakobus
1 Kor. : 1 Korintus 1 Ptr. : 1 Petrus
2 Kor. : 2 Korintus 2 Ptr. : 2 Petrus
Gal. : Galatia 1 Yoh. : 1 Yohanes
Ef. : Efesus 2 Yoh. : 2 Yohanes
Flp. : Filipi 3 Yoh. : 3 Yohanes
Kol. : Kolose Yud. : Yudas
1 Tes. : 1 Tesalonika Why. : Wahyu
2 Tes. : 2 Tesalonika
Singkatan-Singkatan Umum
No. : Nomor
DAFTAR TABEL
Tabel VI Tingkat kerajinan Beribadah Kaum Bapak GMI Marmahani sebelum dan
Tabel VII Tingkat Keaktifan dalam Pelayanan Kaum Bapak GMI Marmahani
yang disebut “Tri Tugas Panggilan Gereja” yaitu: bersekutu (koinonia), bersaksi
(marturia) dan melayani (diakonia). Dalam ketiga tugas panggilan ini di harapkan
bersaksi dan melayani. Sehingga merupakan suatu kerinduan besar bagi setiap Gereja
agar kaum bapak-bapak rajin menghadiri ibadah-ibadah dan aktip dalam melayani di
kesamaan atau berbagi. Orang percaya yang bersekutu adalah juga bersekutu dengan
Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus (1 Yoh. 1:3) dan dengan sesama (1 Yoh. 1:7).
Persekutuan yang tidak memandang kepada ras, warna kulit, suku dan latar belakang
seseorang, tetapi terbuka menyambut siapa saja. Persekutuan yang saling menerima
satu sama lainnya yang di dalamnya terjalin persahabatan erat antara anggota dalam
kasih Kristus dan antara mereka dengan Kristus.1 Dalam Gereja Methodist Indonesia
(GMI) ada enam poin yang menjadi tugas dan tanggung jawab sebagai anggota
jemaat;
1 ?
Nicky Gumbel, Berbagai Pertanyaan dalam Kehidupan, (Tangerang: Gospel Press, 2007), 315-316.
3. Rajin mengikuti setiap kebaktian, seperti Kebaktian Keluarga, Kebaktian Rumah
Pada poin yang ketiga diatas dengan jelas sebagai anggota jemaat GMI baik itu
di selenggarakan Gereja. Bagi Gereja Methodist keaktifan semua jemaat itu dalam
mengikuti seluruh ibadah sangatlah ditekankan. Dan menjadi tugas para pendeta dan
majelis untuk memastikan seluruh jemaat aktif dalam mengikuti seluruh ibadah
“Jika seorang anggota jemaat lalai dan mengabaikan janjinya serta tidak
menghadiri kebaktian dengan alasan yang tidak dapat di terima, maka pendeta
dan atau guru injil serta ketua komisi keanggotaan dan evanggelisasi
melaporkannya kepada panitia khusus yang dibentuk oleh komisi
keanggotaan dan evanggelisasi untuk mengusahakan agar orang yang lalai
tersebut dapat aktif kembali”. 3
Keaktifan jemaat dalam hal ini juga anggota P2MI dalam menghadiri ibadah yang
Demikian juga peran para Pendeta yang adalah sebagai gembala dan pemimpin di
utuh melalui berbagai kegiatan yang meliputi dimensi fisik, sosial, psikologis dan
2 ?
Bab II Pasal 12 “Tugas dan Tanggung Jawab Anggota Jemaat” dalam Disiplin GMI 2017 (Medan: Kantor
Pusat GMI, 2017), 41.
3 ?
Bab II, Pasal 14 “Administrasi Keanggotaan” dalam Disiplin Gereja Methodist Indonesia 2017,
(Medan: Gereja Methodist Indonesia 2017). 42.
spiritual. Secara teori, bentuk pelayanan pengasuhan dalam pelayanan gerejawi ini
pastoral).4
merupakan suatu kegiatan menolong orang lain yang karena suatu sebab perlu
artinya “gembala” (Yohanes 10). Dalam pelayanan, terdapat beberapa istilah untuk
istilah struktural untuk mempersiapkan para rohaniawan untuk tugas “pastoral” atau
tugas penggembalaan.5
seseorang dan mendidik mereka untuk menjadi murid Kristus yang baik; Kedua,
atau dalam kelompok kecil, walaupun juga dapat dilakukan dalam khotbah dan
4 ?
Hendri Wijayatsih, Pendampingan dan Konseling Pastoral, Jurnal Fakultas Theologia Vol.
35. No. 1/2. April/Oktober 2011 dalam: Gema Teologi, (Yogyakarta: UKDW, 2011), h.3
5 ?
Aart van Beek, Pendampingan Pastoral (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 9-11.
kepada masyarakat, yaitu pelayaan sosial dan pelayanan berjuang melawan
manusia yang terlibat dalam interaksi menantikan dan menerima kehadiran Tuhan
Allah, yaitu pernyataan dari Allah; Ketujuh, konseling pastoral yang menggunakan
holistik (menyeluruh) yang diberikan kepada jemaat yang melibatkan seorang pastor
sebagai gembala yang membimbing jemaat ke arah pengenalan akan Tuhan dan
bermanfaat mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak
Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan
pastoral adalah sebuah layanan percakapan terarah, menolong orang yang tengah
dalam keadaan krisis agar mampu melihat dengan jernih krisis yang dihadapinya. 7
pastoral memiliki aspek yang luas dalam kehidupan gereja, meliputi seluruh kegiatan
pelayanan yang ada dalam gereja, dan konseling pastoral menjadi salah satu bagian
peran penting dalam pelayanan. Oleh sebab itulah penulis menggunakan istilah
6 ?
Aart van Beek, Pendampingan Pastoral, 11-12.
7 ?
Hendri Wijayatsih, Pendampingan dan Konseling Pastoral, 4.
Pendampingan harus terbuka dalam metode-metodenya. Selain itu, harus
bersifat transkultural, terbuka terhadap cara-cara yang baru untuk orang miskin dan
lemah, golongan etnis minoritas, wanita dan orang-orang dari kebudayaan asing.
perspektif orang lain dalam mendampinginya. 8 Krisis anggota P2MI di GMI dalam
gereja pada hari Minggu. Pada hari Minggu orang Kristen harusnya berhimpun
bersama untuk mendengar dan memperhatikan firman Allah, lalu memuji Allah,
bernyanyi, dan berdoa.9 Anggota P2MI di GMI diharapkan menjadi teladan yang baik
Dengan kata lain, anggota P2MI harus memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan
baru kemudian mengharapkan anaknya memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan.
tidak perduli betapa besarnya usaha gereja atau lembaga lainnya. 10 Dengan demikian,
anggota P2MI memainkan peranan penting di tengah keluarga Kristen, salah satunya
keluarganya.
pendampingan bagi anggota P2MI, sebagai bagian dari orangtua yang memiliki
tanggung jawab besar dalam keluarga. Pendampingan pastoral bagi anggota P2MI di
GMI bukan hanya untuk menolong anggota P2MI atas krisisnya dalam aspek spiritual
menggantikan cara-cara lama dan menciptakan cara baru untuk bertumbuh bersama
dalam Iman.11
untuk memahami dan kemudian menolong anggota P2MI perlu dikaji dan ditinjau
arti bagaimana menjadi manusia secara penuh dan utuh, kebebasan dan tanggung
target dalam pelayanan gereja atau jemaat, para hamba Tuhan mengajak,
gereja supaya dalam setiap persekutuan, ibadah, atau rapat majelis dapat bertumbuh
dan berkembangkan secara maksimal dengan daya, dana, dan sarana yang tersedia.
Para majelis atau aktivis gereja diharapkan dapat terus meningkatkan pelayanan
mereka sesuai dengan tugas dan panggilan mereka masing-masing. Banyak pelayan
11
Marjorie L Thompson, Keluarga Sebagai Pusat Pembentukan (Jakarta: BPK. Gunung Mulia,
2012).21.
12
Engel J.D, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2016).1.
tersebut, ada satu pelayanan yang luput dan seharusnya diberi perhatian oleh gereja
atau jemaat, terutama bagi para hamba Tuhan. Pelayanan itu adalah Pelayanan
“kepada kaum Bapak”. Khususnya bagi mereka yang dalam keadaan krisis
dan merasa luput dari tidak adanya perhatian gereja dan masyarakat sekitarnya
Dalam teks Perjanjian Lama Kitab Yosua. Yosua pernah memberikan contoh
untuk membuat keputusan, bahwa Yosua dan keluarganya akan tetap setia beribadah
kepada Tuhan, Yosua katakanan: “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan
beribadah kepada TUHAN” (Yosua 24:15b). Bapak juga adalah menjadi imam 13 yang
memimpin kerohanian rumah tangganya seperti yang di perbuat oleh Yosu. Peran
bapak dalam keluarga sangat penting sampai-sampai Allah memakai peran itu untuk
menyebut diri-Nya, Bapa. Kepala keluarga adalah pemimpin dan pemandu dalam
keluarga dan bagai mana cara dia dalam memimpin pasti mempunya dampak
Perjanjian Lama mencatat bahwa di zaman Patriarkh bangsa Israel ayah atau
mempersembahkan kurban (Kejadian 8:20;12:7; Ayb 1:5). Peran bapak dan imam
merupakan dua peran yang berhubungan satu sama lain (Hak 17:10; 18:19). Maka
Kitab Suci mencatat adanya peran imam dan bapak dalam lingkup keluarga, yaitu
para bapak maupun imam dan bapak dalam lingkup bangsa Israel, yang dilakukan
oleh mereka yang menjabat sebagai imam, yaitu mereka yang berasal dari keluarga
atau keturunan Harun dan suku Lewi (Kel 19:22, 29:1-37; 40:12, Im 8:1-36). Dalam
13 ?
Edwin Louis Cole dengan Dough Brendel. Kesempurnaan Seorang Pria-- Penuntun Kepada Kelangsungan
Hidup Keluarga, (Jakarta: Metanoia, 2013), 80.
14 ?
Voddie Baucham JR., Family Shepherds Gembala-Gembala Keluarga, 1st ed. (Bandung: Pionir Jaya,
2012), 8
Perjanjian Baru, kita semua melalui sakramen Pembaptisan mengambil bagian dalam
Artinya kita semua yang dibaptis memperoleh peran imamat bersama (1 Pet
2:9) walaupun peran ini meniadakan adanya peran imamat jabatan. Imamat bersama
Namun dalam kesehariannya, orang tua secara khusus bapak menjalankan peran
sebagai imam dalam keluarga, yang adalah Gereja rumah tangga (ecclesia domestica).
bapak juga perlu ditingkatkan dalam gereja GMI. Bagaimana mungkin ada ibu tanpa
bapak? Namun dalam gereja sering terjadi persekutuan ibu ada tetapi persekutuan
kaum bapak tidak ada. Hal ini telah merupakan salah satu masalah yang menonjol
dalam pelayanan gereja GMI. Di mana tidak seimbangnya kaum bapak yang hadir
dalam kebaktian minggu dibandingkan dengan kaum ibu. Tidak seimbangnya peran
kaum bapak dalam pelayanan gereja dibanding kaum ibu. Jika hal ini telah seimbang
maka telah ada kemajuan di dalam gereja tersebut. Pada umumnya persekutuan
kaum bapak di dalam gereja dianggap dengan adanya Paduan Suara Bapak (P2MI).
Padahal tidak semuanya kaum bapa yang hobby atau berminat koor. Maka untuk
memikirkan berbagai metode dan bentuk pelayanan yang tepat bagi kaum bapak. Jika
ada paduan suara kaum bapak di dalam suatu gereja hal ini telah menjadi basis
membantu dan menolong kaum bapak agar mampu menjadi kepala keluarga yang
baik sebagaimana pesan Alkitab. Tentu sebagai bapak, mereka memiliki tanggung
jawab yang besar seperti: memenuhi kebutuhan keluarga, memberikan perlindungan
bukan merupakan persoalan baru yang mungkin disebabkan karena pandemi covid-
19 yang sedang melanda dunia. Karena, bahkan sebelum pandemi melanda dunia
kehadiran P2MI untuk beribadah di gereja pada hari Minggu lebih sedikit
pemuda/i, dan kaum ibu yang beribadah ke gereja. Kenyataan yang demikian
ternyata juga disadari oleh beberapa jemaat GMI Marmahani, salah satunya oleh A.
P2MI ini yang paling susah, bahkan disemua daerah kehadiran P2MI untuk
beribadah di gereja sangat sedikit. P2MI hanya sedikit lebih menonjol
dikegiatan adat Batak, bahkan itu pun sudah mulai berkurang. Bahkan
dikegiatan adat pun kaum ibu sudah lebih di depan, permasalahannya P2MI
masih mempertahankan identitasnya sebagai kepala keluarga, namun dalam
segi kemampuan sebenarnya dapat dikatakan tidak mampu lagi. Demikian
juga di gereja, kehadiran P2MI sudah sangat minim untuk beribadah ke gereja,
bahkan di daerah lain yang saya perhatikan, kehadiran P2MI untuk beribadah
pada hari Minggu di gereja sudah sangat minim.15
Berkaitan dengan hal di atas, penulis menemukan fakta bahwa anggota P2MI
GMI Marmahani Resor Bandar Maruhur mengalami hidup rohani yang suam-suam
kuku, malas menghadiri kebaktian (malas beribadah) dan tidak aktif melayani.
Kenyataan ini menimbulkan masalah dalam hidup mereka, yakni iman yang tidak
bertumbuh, pertengkaran dan tidak adanya keharmonisan di dalam keluarga, iri hati,
berpikiran negatif, tidak aktif mengikuti persekutuan doa dan ibadah. Pada 6 Juni
15 ?
A. Damanik, Wawancara oleh penulis, (Bandar Maruhur, Indonesia, 3 Mei, 2021).
2021 pukul 19.00-21.00 WIB berlangsung pertemuan sharing pimpinan jemaat yang
dihadiri 10 orang P2MI GMI Marmahani Bandar Maruhur. Dalam pertemuan itu
dibicarakan kegiatan, program dan evaluasi P2MI GMI Marmahani Bandar Maruhur
yang meliputi kegiatan paduan suara (koor), kegiatan sharing pemahaman PA, doa
bersama, doa berantai, dan doa puasa. Kegiatan-kegiatan ini kurang dilaksanakan
pada waktu yang lalu, sehingga kegiatan tersebut perlu diarahkan menurut
ketetapan yang terdapat dalam Disiplin Gereja Methodist Indonesia, khususnya hal
berjumlah 3-4 orang. Dan kenyataan ini menunjukkan bahwa sebagian besar anggota
P2MI GMI Marmahani Bandar Maruhur belum memiliki kesadaran akan pentingnya
kelelahan karena sudah bekerja seharian, tidak sempat karena pekerjaan menyita
waktu, dan kemalasan. Kenyataan ini mengakibatkan kehidupan rohani anggota P2MI
tidak bertumbuh atau iman mereka lemah. Dengan kata lain, mereka mengalami
kelesuan rohani. Penulis juga menemukan bahwa anggota P2MI meninggalkan Tuhan
dengan tidak beribadah pada setiap hari Minggu; sebaliknya, mereka nongkrong di
warung kopi atau memancing. Kenyataan ini mengatakan potret lain yakni mereka
tetap melakukan kegiatan lain semisal bermain kartu atau kesibukan lainnya untuk
sebagaimana dikutip oleh Jean Fleming, mengatakan “Apa saja yang terlibat saat
16 ?
Wawancara dalam pertemuan sharing dengan 6 orang anggota P2MI GMI Marmahani
Bandar Maruhur dengan Penulis, minggu 6 Juni 2021 pukul 19.00 -21.00 Wib.
memasuki masa-masa kelam bagi jiwa? Masa-masa kelam merupakan salah satu cara
perubahan batin di dalam jiwa.”17 Pada kenyataannya, banyak orang Kristen tidak
sekarang ini adalah zaman yang tidak mengenal disiplin dan telah hilang tidak
berbekas. Dalam bidang rohani pun disiplin sudah merupakan sesuatu yang asing
bagi generasi yang sebagian besar buta terhadap firman Tuhan. Kita memerlukan
Oleh karena itu, untuk mengejar kekudusan hidup anggota P2MI GMI
Marmahani Bandar Maruhur harus melatih diri dalam melaksanakan disiplin rohani.
Pernyataan dalam 1 Tim. 4:7a yang berbunyi “Latihlah dirimu beribadah” merupakan
perintah Tuhan, bukan anjuran, yang mutlak perlu untuk pengembangan hidup
rohani.
Penulis menemukan juga bahwa kegiatan membaca Alkitab dan berdoa yang
dilakukan oleh sebagian anggota P2MI hanya merupakan rutinitas atau karena
perintah saja. Karena itu, tidaklah mengherankan bahwa anggota P2MI mengalami
hidup rohani yang suam-suam kuku, malas menghadiri kebaktian dan tidak aktif
melayani. Dengan kata lain, disiplin rohani tidak diterapkan oleh anggota P2MI GMI
rohani. Melaksanakan disiplin rohani dengan setia akan berdampak pada keaktifan
17
Jean Fleming, Waktu Bersama Tuhan, (Yogyakarta: Katalis, 2011), 147-150.
18
Donald S. Whitney, Disiplin Rohani: 10 Pilar Penopang Kehidupan Rohani, (Bandung: Kalam
Hidup, 1994), 11-18.
dalam pelayanan di kalangan anggota P2MI GMI Marmahani Bandar Maruhur. Itu
berarti bahwa masalah anggota P2MI yang mengalami hidup rohani yang malas
menghadiri kebaktian dan tidak aktif melayani perlu mendapat penanganan khusus
mereka menghadiri kebaktian meningkat dan mereka aktif melayani. Ketiga masalah
cara ini efektif dalam mengatasi masalah anggota P2MI, karena secara umum laki-laki
lebih menggunakan logika dari pada perasaan dalam melakukan suatu keputusan.
konseli yang dihubungkan dengan perilaku serta kesulitan psikologis dan emosional.
Pendekatan RET lebih di orientasikan pada kognisi, perilaku dan aksi yang lebih
disebabkan oleh lingkungan dan perasaannya, tetapi lebih pada sistem keyakinan,
bagaimana dia menilai dan bagaimana dia menginterpretasi apa yang terjadi
padanya.19
dengan langkah-langakah : (1) Mengelola Pandangan dan Pikiran Klien, yang meliputi
irasional, (2) Mengelola emosi dan afeksi, yang meliputi kegiatan membina
19
Hartono & Boy Soedarmadji, Psikologi Konseling (Jakarta: Kencana, 2012), 131.
kesepakatan ke arah perubahan klien dan memelihara suasana konseling, (3)
Dari hasil penelitian awal yang dilakukan oleh penulis kepada anggota P2MI yang
diharapkan dapat menolong Kaum Bapak yang mengalami malas beribadah. Dengan
yaitu memilih beberapa masalah yang paling layak dan penting untuk diteliti yaitu
sebagai berikut:
1. Ditemukan adanya anggota P2MI yang tidak hadir dalam kebaktian Minggu dan
2. Kurangnya kesadaran anggota P2MI tentang arti dan makna beribadah untuk
kurang aktif dalam kegiatan rohani di jemaat GMI Marmahani Bandar maruhur.
Wilayah I.
yang akan membantu penulis dalam menulis karya ilmiah ini, yaitu:
1. Apa latar belakang penyebab anggota P2MI sehingga tidak hadir dan tidak
berkontribusi
3. Untuk mengetahui Hal-hal apa saja yang terjadi setelah proses pendampingan
pastoral berkontribusi
1. Bagi penulis dan pembaca agar dapat digunakan sebagai dasar untuk
Wilayah I.
menggunakan metode penelitian yaitu mixed methods (metode campuran). Metode ini
kualitatif dan kuantitatif.20 Untuk hal itu selaian wawancara mendalam kepada subyek
pelayanan.
Bab I Pendahuluan
Bab ini akan membahas tentang latar belakang masalah, idetifikasi masalah,
Bab ini akan membahas tentang: metode penelitian, lokasi penelitian, letak
Bab ini akan membahas tentang: Keterangan sebelum uji hipotesis, hasil alat
Pada bab ini, akan dipaparkan landasan teori, kerangka konseptul dan
teori yang dipaparkan berkaitan dengan variabel dan indikator dalam penelitan,
yaitu: tentang pendampingan pastoral dan Anggota P2MI yang malas beribadah,
beribadah dan tidak aktif dalam pelayanan. Kerangka konseptual mencakup langkah-
langkah dalam melakukan penelitian. Setelah landasan teori dan kerangka konseptual
dipaparkan maka akan dibuat hipotesis yang menjadi jawaban sementara sebelum
penelitian.
Pendampingan ini mengacu pada relasi antara Allah sang Pencipta dengan “ the
universe” (alam semesta), dan dengan “the human being” (manusia) ciptaan-Nya.
Allah adalah maha pengasih dan maha penyayang. Allah adalah “the Supreme Care
Giver ” (Pendamping Agung), dari waktu ke waktu. Apabila diperlukan, Allah masuk
ke dalam hidup dunia dan hidup manusia, menerima kondisi dunia dan hidup
manusia; melalui berbagai model untuk menolong manusia (Yoh. 3:6-17). Peranan
dan konseling pastoral. Namun keduanya tidak perlu harus dipisah, sebab asas
menyebutkan, bahwa kata pendampingan pastoral adalah gabungan dua kata yang
pendampingan berasal dari kata kerja mendampingi (to care), kata ini merupakan
suatu bentuk kegiatan yang bertujuan untuk menolong orang lain. Oleh karena itu
perlu pendampingan, sehingga terbentuk suatu interaksi yang sejajar dan relasi
timbal-balik. Dalam hal ini, pihak yang paling bertanggungjawab (sejauh mungkin
Secara etimologis, konseling sendiri berasal dari kata counsel atau counseling
(Lat. counsilium dari kata dasar consilere) yang berarti perundingan, pertimbangan
atau musyawarah. Istilah ini dipakai untuk memahami atau mengambil inti sari dari
perembukan, perundingan yang diadakan bersama dengan orang lain untuk mencari
jalan keluar atau sebagai cara konselor membimbing konseli ke dalam suasana
percakapan konseli yang ideal, dengan tujuan supaya konseli betul-betul dapat
mengenal dan mengerti apa yang sedang tejadi pada dirinya sendiri, persoalannya,
kondisi hidupnya, dan keberadaannya, Sehingga ia mampu melihat tujuan hidup dan
mencoba mencapai tujuan itu dengan takaran kekuatan seperti yang sudah diberikan
Tuhan kepadanya. Pendampingan menurut Van Beek memiliki aspek yang lebih luas,
di dalamnya mencakup nasihat dan bimbingan. Menurut penulis, pendampingan
merupakan suatu dimensi dari penggembalaan untuk menolong orang, agar dapat
Sebagaimana juga yang disebut oleh Van Beek, bahwa istilah pendampingan
Pendampingan menyangkut juga persoalan fisik, mental, sosial dan spiritual. Menurut
Van Beek dalam pendampingan, contohnya di rumah sakit membutuhkan lebih dari
satu orang. Misalnya untuk satu orang ia membutuhkan pendamping medis yang
yang didampingi. Pendamping harus mempunyai fasilitas yang lebih dari orang yang
sehingga ketika terjadi interaksi, pendamping memiliki perspektif yang lebih luas.
Apabila salah satu kebutuhan holistik mengalami gangguan atau sakit, maka dapat
menimbulkan prilaku yang berbeda. Kenyataan ini digambarkan dan dijelaskan oleh
yang tidak memiliki motivasi yang kuat tidak akan berhasil dalam karirnya
3. Masalah spiritual cenderung menimbulkan masalah sosial, misalnya
yang tidak memiliki relasi yang baik dengan tetangganya cenderung mudah sakit hati
dan depresi.
penasihat, karena kurang menghargai subyektivitas klien. Dalam hal ini, arah dalam
pusat perhatian dalam proses tersebut. Pendamping hanya berperan menolong dan
masuk dalam dunia yang didampingi, menghayati pengalaman yang didampingi tanpa
melakukan penilaian, walaupun pendamping tidak setuju pada ide yang didampingi.
dasarnya merupakan sebuah proses, yang dibuat dengan tujuan untuk menolong
klien yang sedang bermasalah atau tidak. Pendampingan dapat terus berlangsung
anggota gereja maupun dari persekutuan yang menderita gangguan fungsi dalam
yang dilakukan oleh pastor kepada seseorang dengan tujuan untuk merawat,
dikuatkan.
Pastoral berasal dari akar kata “Pastor” dalam bahasa Yunani disebut
“Poimen” atau “poimenos” yang berarti “gembala” atau pendeta. Gembala diartikan
seseorang yang memperlihatkan kepedulian yang penuh kasih sayang. Dalam bahasa
Inggris, kata gembala ialah sheeper, berakar dan' kata sheep yang artinya domba.
Dalam bahasa Ibrani ialah ro'e dari bentuk participle.21 Dalam bahasa Latin, pastoral
disebut “pastoraat” yang juga diartikan sama dengan “gembala”.22 Kata Pastoral
merupakan bentuk kata sifat dari pastor, seseorang yang bersifat pastor merupakan
21 ?
Pusat penelitian dan pengembanagn Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakrta:
Balai Pustaka, 1988), 652.
22 ?
Liston Butarbutar, Keluarga yang dipulihkan, (Jakarta, 2002), 70.
wujud dari seorang gembala yang bersedia merawat, memelihara, melindungi dan
menolong orang lain.23 Pengertian ini berkaitan erat dengan tradisi orang Yahudi
dombanya dalam keadaan terluka. Itulah sebabnya, istilah gembala dipakai kemudian
dalam tradisi gereja sampai saat ini dan menyebut pendeta atau pastor sebagai
gembala.
diselenggarakan oleh gereja dan didasarkan atas iman Kristiani, untuk mencari dan
hidup melalui pemberitaan firman Tuhan. Hal ini tentu sangat relevan dengan apa
yang disebut oleh Capps26 bahwa tugas seorang pastor adalah memperhatikan
dilakukan oleh gereja, supaya dengan pelayanan pastoral yang dilakukan oleh pastor,
dapat menyadarkan jemaat akan imannya dan hidup dengan mengandalkan Tuhan. 27
jemaat yang menghadapi permasalahan hidup, pastor tidak hanya berhenti pada aksi
kunjungan dan penjabaran firman saja. Tentu ada tahap yang harus dilalui, yaitu
melakukan konseling. Pada tahapan ini, pastor tidak hanya menjadi penasihat saja,
23 ?
Van Beek, Konseling Pastoral, (Semarang: Satyawacana, 1987), 34.
24 ?
Michael E. Cavanagh, The Counseling Experience, (USA: E-Brook/ Cole Publishing
Company, 1982), 1.
25 ?
Yakub B. Subsada, Pastoral Konseling Jilid II, (Malang: Gandum Mas, 1983), 19.
26 ?
Donald Capps, Repraming A New Method in Pastoral Care, (American: Fortress Press,
1990), 91.
27 ?
Tu’u Tulus, Dasar-dasar Konseling Pastoral, (Yogyakarta: Andi, 2007), 20-21.
akan tetapi pastor juga harus mampu memberi petunjuk, bahkan teguran, apabila
dari pada itu, pastor juga berperan sebagai pendorong (motivator) dan juga pengajar.
Konseling juga bertujuan untuk memberi pandangan kepada seseorang yang sedang
hidupnya, sehingga harapan yang ditimbulkan dari sebuah kegiatan konseling adalah
kepribadian yang telah berubah.29 Dengan melihat urain definisi pastoral di atas,
maka penulis menarik kesimpulan, bahwa kata “pastor” merupakan sebuah fungsi
jemaat. Tugas dan tanggung jawab seorang pastor adalah melakukan penggembalaan,
hubungan yang akrab dan terus menerus mengadakan konseling sebagai wadah
28 ?
Secara Etimologis, istilah Konseling atau counseling dalam kamus Webster’s New Collegiate
Dictionary disebut Consilium yang berarti perundingan, pertimbangan atau musyawarah. Istilah ini
dipakai untuk memahami atau mengambil inti sari dari pembicaraan, pemikiran, atau ide orang lain.
Counselingmerupakan suatu perembukan atau perundingan yang diadakan bersama denganorang lain
untuk mencari jalan keluar atau putusan yang menyelamatkan atau membebaskan. Dalam bahasa latin
konseling disebut sebagai consilium yang berasal dari kata consilere (Ing. To concult), yang berati
mencari pandangan atau nasehat orang lain yang berfungsi untuk pertimbanagn dan pembuatan
keputusan. E.P. Gintings, Konseling Pastoral, (bandung: Jurnal Info Media, 2009), 10, Lihat juga
Magdalena Tomatala, Konselor Kompeten, (Jakarta: Leadership Foundation, 2003), 1.
29 ?
Buku Carl Rogers yang berjudul Client Centered Psycotherapy dan dikutip kembali oleh E.P.
Gintings, Konseling Pastoral Penggembalaan Kontekstual, (Bandung, Bina Media Informasi 2009), 13.
musyawarah kerohanian, yang bertujuan untuk membangun sebuah upaya dalam
untuk semua anggota komunitas beriman. Tujuan dari pendampingan ini adalah
2. Pelayanan liturgi, misalnya apa saja yang perlu kita tata dan persiapkan agar
gereja kita.
Namun dalam kehidupan ini, kita menyadari bahwa tak jarang kita
diperhadapkan pada situasi / krisis tertentu yang tidak mungkin dipenuhi melalui
pendampingan (Care). Dalam rangka menolong orang dengan kondisi yang krisis
khusus, misalnya:
Dalam pendampingan dan konseling pastoral yang ada bukanlah dialog tetapi
Allah
menggembalakan ternak. Kedua, orang yang mengasuh dan membina manusia, yaitu
gembala yang bersifat ilahi dan fana.32 Dalam Yeremia 2:8 pemimpin-pemimpin Israel
31
Wayne E Oates, Pastoral Counseling, (Philadelphia, Fortress Press, 1974), 1.
?
32 ?
Hal inilah yang membuat Pastoral Konseling yang dilakukan seorang Hamba
Tuhan/Pastor/Pendeta berbeda dengan Pastoral Konseling yang dilakukan oleh seorang konselor
umum, sebab Pastoral konseling bagi seorang hamba Tuhan/Pastor/Pendeta adalah pelayanan yang
dibedakan menjadi empat golongan yaitu iman, pemegang hukum, gembala dan nabi.
bangsa-bangsa lain juga dibandingkan gembala (lih. Nah. 3:18; Yer. 25:34-37; Zakh.
10:3-11:3).33
Penggunaan kiasan domba dan gembala cukup dikenal dalam Perjanjian Lama,
dimana Daud (2 Sam. 7:8) dan Allah (Yer.31:10) dikiaskan sebagai gembala
dalam kiasan yang lebih mendalam terdapat dalam Mazmur 23:80; Yesaya 40:44,56;
Yeremia 2,3,10,23,25,31; Yehezkiel 34:37. Memang masih ada lagi kitab-kitab dalam
Perjanjian Lama (PL) yang menceritakan tentang gembala, namun penulis akan
Dalam kitab Yehezkiel, kata “gembala” memakai kata “ro’eh” berasal dari kata
berasal dari zaman pembuangan Babilonia. Kitab ini berisi pesan-pesan yang
disampaikan Allah melalui Nabi Yehezkiel pada awal pembuangan antara 593 sM dan
571 sM.36
Secara garis besar, kitab Yehezkiel ini dibagi menjadi 3 (tiga)bagian besar.
Pertama, hukuman atas Israel (psl 1-24); kedua, hukumana atas bangsa-bangsa kafir
(psl 25-32); ketiga, pembaharuan Israel (psl 33-48). Pada bagian ketiga ini, tepatnya
dipercayakan Allah, dimana keberhasilan dari sebuah percakapan Pastoral Konseling tidak bisa
terlepas dari peranan Roh Kudus, hal ini dapat dilakukan dengan mempergunakan ayat-ayat Firman
Tuhan ataupun melalui doa-doa yang disampaikan dalam sebuah percakapan pastoral konseling.
33 ?
Hasil Karya Sidang lengkap ke-V DGI, Jesus Kristus Gembala Jang Baik (Djakarta, Mei 1964),
62.
34 ?
D.A. Darson, dkk (Consuiting editors), New Bible Comentary, 21 st Century Edition, (Egland,
Interwasity Press, 1994), 1047.
35 ?
Gerhard Kittel, Gerhard Friedrich, The Theological Dictionary of the New Testament, (Grand
Rapids, Ml: Wm. B. Eerdmans Publishing Company), 2000.
36 ?
W.S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama, (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2005), 383.
di pasal 34 muncul istilah gembala sebagai bagian dari pengharapan bangsa Israel
Dalam Yeh. 34:1-16 kata “gembala” terdapat 14 kali dan kata “kambing
domba” juga terdapat 14 kali. Nilai seorang gembala ditentukan oleh kelakuannya
rakyat yang dipercayakan oleh Allah kepada mereka. Bahkan Allah sendiri juga
disebut sebagai Gembala bagi umat-Nya, di mana Israel dapat memanggil Dia ketika
mengkomunikasikan pesan ilahi yang dia terima. Penggunaan kata “gembala” dalam
Yeh. 34 merujuk kepada dua karakter yaitu ayat.l-10 merujuk kepada pemimpin-
pemimpin Israel, sedangkan ayat 11-31 merujuk kepada seorang pemimpin yang
Tindakan Allah untuk bangkit menjadi Gembala umat-Nya (ayat 11-16) dan
suatu keadaan yang menyedihkan dari para gembala Israel. Bukan hanya Raja
maupun pejabat (bdk. II Samuel 7:7; Yeremia 25:18-19) tetapi juga para nabi dan
imam-imam (bdk. Yesaya 56:11; Yeremia 23:9-1), yang tidak menjalankan tugasnya
37
W.S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama, 383
38 ?
Hasil Karya Sidang lengkap ke-V DGI, Jesus Kristus Gembala Jang Baik, 63.
39 ?
Sebutan raja sebgai gembala bagi rakyatnya merupakan suatu kebiasaan yang dipakai di
daerah Timur Dekat Kuno pada masa itu. Leslie C. Allen, Word Biblical Comentary, Volume 29: Ezekiel
20-48, Electronic Edition, (Dallas, Texas: Word Books, Publisher, 1998) 1882.
40 ?
F.E. Gaeblein – ed, Expositor Bible Commentary, Electronic Edition, (Grand Rapids:
Zondervan Publishing House), 1992.
41 ?
Leslie C. Allen, Word Biblical Comentary, Volume 29: Ezekiel 20-48, Electronic Edition, 1998.
sebagaimana yang Tuhan perintahkan. Kebobrokan moralitas pemimpin Israel yang
tidak bertanggung jawab atas umat ini juga sudah pernah disinggung oleh Yehezkiel
Manasye, Raja Yehuda yang telah mendatangkan kerusakan dalam bidang politik
maupun keagaman. Manasye telah melakukan apa yang benar-benar jahat di mata
allah-allah asing seperti Baal, Asyera dan segala tentara langit. Dia juga
mengorbankan anaknya sebagai korban dalam api, dia melakukan ramal dan tenung,
berhubungan dengan pemanggil arwah dan yang paling buruk adalah dia
didalamnya (II Raj. 21:1-18). Kejahatan Manasye sebagai gembala umat telah
mengakibatkan kerusakan moral dan spiritual bangsa. Dalam pasal 34 ini Yehezkiel
mereka sendiri.
3. Mereka memperlakukan umat dengan keji dan tidak termulia (ayat 5-6).
Dari apa yang dipaparkan dalam pasal 34 kita dapat melihat bagaimana kasih
Allah yang luar biasa dalam sejarah umat-Nya. Kita sudah melihat kegagalan manusia
42 ?
Kenneth Barker- Ed, The MV Study Bible, (Grand Rapid Michigan: Zondervan Publishing
House, 1992), 1274.
43 ?
Ensiklopedia Masa Kini Jilid I, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih 2002), 330.
dalam menjalankan tanggung jawab dari Allah menyebabkan kehancuran dan
kecelakaan umat. tetapi Allah sendiri yang akhirnya bertindak menunjukkan kasih
karunia-Nya yang tiada berkesudahan atas umat-Nya. Allah melakukan yang terbaik
bagi umatNya dengan memberikan perjanjian abadi tentang kehadiran gembala sejati
10).
5. Dia yang akan memulihkan ibadah lsrael kepada Allah yang sejati (ayat 30-31.
yang akan memulihkan hati Israel kembali terpaut kepada Allah serta yang akan
menjadikan Allah sebagai Tuhan mereka dan mereka kembali menjadi umat-Nya.
berikut: dia adalah seorang pemimpin yang tahu keadaan umatnya dengan sangat
baik. Dia mengenal dosa-dosa umatnya dan mengetahui dengan pasti konsekuensi
apa yang mengikutinya. Tidak hanya mengetahui tetapi dia juga tahu bagaimana
44 ?
Adam Clarke, Adam Clarke’s Comentary on The Old Testament, Electronic Edition, (Cedar
Rapids lawa: Parsons Technology, 1999), 1887.
Konsep Allah digambarkan sebagai Allah yang tidak tinggal diam, melainkan
tanggungjawabnya (Yes. 34:10).45 Jika tidak Allah sendiri yang akan mengambil alih,
seorang gembala yang akan menggembalakan mereka, sehingga mereka tidak takut,
Dari uraian di atas jelas bahwa sifat Allah yang peduli dengan umat
melakukan tugas penggembalaannya terhadap jemaat, sama seperti Allah yang sangat
mengasihi umat-Nya. Tugas seorang gembala bukanlah tugas yang gampangan, perlu
“gembala” adalah “poimen” yang diambil dari bahasa Yunani. Arti kata “poimen”
dari kawanan umat”, “raja”, atau “pemimpin”.47 Dalam Injil Yohanes 10:11, dikatakan
bahwa “gembala yang baik adalah gembala yang rela memberikan nyawanya bagi
domba - dombanya”. Dalam 1 Petrus 5:2 dan Yohanes 21 :15-17 juga dinyatakan,
bahwa kawanan domba Allah dipercayakan kepada gembala. Gembala itu harus
45 ?
Abineno, Pedoman Praktis, 9.
46 ?
Derek Tidball, Teologi Penggembalaan, (Malang: Gandum Mas, 1998), 35-36.
47 ?
Lihat Barcalay M. Newman Jr, Kamus Yunani-Indonesia, (Jakarta: BPK-GM, 2003), 136.
kepada dirinya sendiri, karena sebagai gembala ia harus hidup bersama dengan
pergumulan umat-Nya.48
seperti dalam konteks Injil Yohanes pasal 10 tentang “Gembala yang Baik”, istilah itu
dipakai oleh Yesus untuk menyatakan, bahwa ada “gembala yang baik”. 49
Menjadi seorang gembala harus bekerja sampai lelah, waspada, berani, dan
dengan benar.51
Hal ini terjadi akibat persepsi lama yang tertanam pada masyarakat Yahudi,
bahwa orang-orang Yahudi hanya mengenal orang-orang Farisi dan ahli Taurat,
sebagai orang-orang yang diutus oleh Allah dan menganggap pengikut Yesus adalah
bidat sesat yang dipengaruhi oleh Gnostisisme. Itulah sebabnya orang-orang Farisi
dan ahli Taurat menganggap, bahwa ajaran dan diri mereka sendirilah yang benar
dan utusan Allah.52 Dalam Yoh. 10, Yesus mengajarkan perbandingan gembala yang
48 ?
E.P. Gintings, Gembala dan Pengembalaan, (Kabanjahe, Abdi Karya, 2002), 6.
49 ?
F. D. Gealy, Interpreter Dictionary, (Nashville: Abindon Press, 1980), 295. Lihat juga Keith
Krim (ed), The Interpreter’s Dictionary of the Bible: An Illustrated Encyclopedia, (Nashville: Abingdon
Press, 1976), 930.
50 ?
M. Bons-Strom, Apakah Penggembalaan itu? Petunjuk Praktis Pelayanan Pastoral, (Jakarta:
BPK-GM, 1967), 16-19
51 ?
Tulus Tu’u, Dasar-dasar Konseling Pastoral, (Yogyakarta: ANDI, 2007) 26.
52 ?
C. Gronen, Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 1984), 14.
upahan dengan memberikan sebuah pilihan bahwa gembala yang baik itu adalah
dan domba-Nya sangat mengenal Dia, mencari domba yang hilang, dan akan
Penjelasan tentang gembala yang baik menyatakan, bahwa gembala yang baik
tidak bertindak untuk dirinya sendiri, akan tetapi bertindak untuk domba-dombaNya
(Pro Nobis), dan bertindak atas kehendak Bapa (pro Deo). Sebab antara gembala dan
domba akan saling mengenal, sama seperti Yesus yang dikenal Bapa, dan Yesus
lain:54
1. Yesus berempati, sikap empati ini pun diteguhkan dengan kata penguatan
ditanggung oleh konseli (Marialihat ayat 35). Di sini terlihat suatu prinsip
mendasar bahwa dalam kasus kematian sikap empati sangat diperlukan untuk
14:13). Melalui Firman Allah akan ada penghiburan sejati dari Allah pada diri
53 ?
Crig S. Kenner, The IVP, Bible Backgroun Comentary New Testament, (USA: Intervarsity
Press, 1993), 290.
54 ?
Magdalena Tomatala, Konselor Kompeten, 34-35.
konseli, yang akan terjadi secara pasti tahap demi tahap, bahwa konseli akan
menurut Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, maka dapat disimpulkan, bahwa tugas
kasih, dan berani berkorban untuk domba-dombaNya. Hal ini sejajar dengan apa yang
disebutkan Yesus, bahwa menjadi seorang gembala yang baik haruslah memiliki
sudah memperhitungkan resiko yang akan dihadapinya dan siap atas resiko itu.
Tingkat kepedulian yang dibangun oleh gembala yang baik tidak sama dengan
dari serangan- serangan serigala, yang akan menerkam dan memangsa dombanya.
Dalam hal ini, praktek pendampingan pastoral yang dilakukan oleh pastor
merupakan mandat dan tugas yang diberikan oleh Allah sebagai sebuah tanggung
jawab iman seorang gembala. Dasar teologia yang tepat adalah, Allah sebagai
gembala Israel menjadi patron dalam mengemban tugas penggembalaan. Allah hadir
Tuhan Allah telah menjadikan Yesus sebagai aktualisasi diriNya, untuk menyatakan
gambaran gembala yang baik, dan kasih menjadi sebuah dasar yang kokoh dalam diri
jemaat.
menjaga umat kristiani untuk tetap berada pada jalur tradisi kristiani, dalam
kehidupannya bermasyarakat dan bergereja. Sampai saat ini masih banyak pendapat
fungsi yaitu:56
membimbing orang yang dalam kondisi kesehatan mental spiritual yang buruk dan
memberi dukungan pada orang yang mengalami masalah yang mendalam, di mana
orang tersebut tidak dapat segera ke luar dari masalah tersebut, sehingga orang
kepada orang yang sedang dihadapkan pada beberapa alternatif pilihan yang harus
hubungan yang terputus atau konflik antara sesama manusia, atau hubungan antara
fungsi ini untuk membantu konseli menjadi penolong bagi dirinya sendiri pada masa
yang akan datang pada waktu menghadapi kesulitan kembali. Fungsi ini juga dipakai
untuk membantu konseli menjadi penolong bagi orang lain yang mendapat kesulitan.
untuk menolong individu dan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri, dan
juga dapat dilakukan dengan menjalin kerja sama dengan orang atau kelompok
pastoral membawa misi untuk memperbaiki moral dari pihak-pihak yang dilayani.
Pendapat ini sesuai dengan John T. McNeill yang mengatakan bahwa seorang akan
57
Horward Clinebell, Basic Type of Pastoral Care and Counseling, (Nashville: Abington Press,
1984), 43.
58
E.Y. Lartey, In Living Colour: An Intercultural Approach to Pastoral Care and Counseling, 68.
membawa kebenaran bagi Allah dan memberi pertimbangan pada manusia, dan
fungsi ini terlihat dari metode yang dipakai untuk tahap pendampingan pastoral yang
2.3 P2MI
pria, yang memiliki peraturan dan angaran dasar yang dimuatkan dalam Disiplin GMI.
Dalam anggaran dasar dijelaskan bahwa P2MI adalah sebuah organisasi yang
organisasi pria yang resmi dalam Gereja Methodist Indonesia. 60 Organisasi ini
keluarga, gereja, masyarakat, bangsa dan negara.61 Yang menjadi anggota P2MI
adalah pria anggota Jemaat GMI yang minimal telah berumur 21 tahun dan atau
sudah menikah dan terdaftar sebagai anggota P2MI.62 Namun dalam pelaksanaannya
secara umum anggota P2MI adalah pria yang sudah menikah atau yang secara umum
di sebut bapak-bapak. Pada bab III pasal 13 yang mengatur tentang hak dan
59
John T McNeill, A History of the Cure of Souls (New York, Evanston, London: Harper & Row
?
Publishers, 1965), 9.
60
Bab 1 Pasal I Poin 1. “Nama, Kedudukan Dan Waktu”. Dalam Disiplin GMI 2013. Badan Disiplin.
Disiplin Gereja Methodist Indonesia 2013, (Medan: Gereja Methodist Indonesia 2013). 203.
61
Bab 1 Pasal 3 “Tujuan” dalam Disiplin GMI 2013. Panitia Disiplin. Disiplin Gereja Methodist Indonesia 2013,
(Medan: Gereja Methodist Indonesia 2013). 203.
62
Bab III “Keanggotaan” Pasal 12 poin 1, Dalam Disiplin GMI 2013. Badan Disiplin. Disiplin Gereja
Methodist Indonesia 2013, (Medan: Gereja Methodist Indonesia 2013). 203.
kewajiban anggota dikatakan : setiap anggota wajib mengikuti segala kegiatan-
P2MI secara resmi diterima sebagai bagian integral dari GMI pada Konferensi
Agung yang ke-8 pada tanggal 7 sampai 12 Oktober 1997 di Parapat. Kaum pria GMI
untuk menjadi murid Yesus. Mereka mengambil peran sebagai pelayan Kristus di
melalui sebuah persekutuan. Artinya, mereka diutus oleh Yesus Kristus untuk
memberitakan Injil Keselamatan ke seluruh muka bumi, supaya setiap orang yang
percaya menjadi muridNya. Kasih karunia Yesus Kristus dengan pertolongan Roh
Kudus telah menjadikan setiap orang Imamat yang Rajani serta mempersatukan
pria/laki-laki yang umumnya sudah menikah yang disebut bapak dan merupakan
anggota Jemaat GMI. Organisasi P2MI bertujuan: untuk menuntun dan membangun
pria Methodist dalam pelayanan untuk keluarga, gereja, masyarakat, bangsa dan
Teori-teori konseling tidak terlepas dari konsep yang terdapat dalam ilmu
emosi, dan perilaku yang berbeda dan merupakan karakteristik yang menentukan
Kepribadian bukan hanya yang melekat pada diri seseorang tetap lebih merupakan
hasil dari suatu pertumbuhan yang lama dalam suatu lingkungan kultural. Dengan
dalam bentuk karakteristik personal individu yang khas dan terintegrasi baik berupa
pola pikir, emosi, dan perilaku yang sifatnya berbeda antara individu dan individu
memiliki respon yang berbeda dalam menghadapi segala sesuatu. Jika perempuan
memiliki verbal center pada kedua bagian otaknya yang membuat perempuan suka
bergosip atau bercerita panjang lebar. Maka laki-laki memiliki verbal center di bagian
otak kiri saja sehingga ia lebih suka menganggap sesuatu itu mudah dan tidak terlalu
diambil pusing. Dengan perbedaan ini kita bisa memahami bagaimana cara laki-laki
65
Muh. Farozin, Pemahaman Tingkah Laku, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 3-4.
66
Risma Nurul Khotimah, Perbedaan Cara Berpikir Laki-laki dan Perempuan! hipwee.com
Pria berpikir dengan logika, bukan dengan emosi. Secara umum alasan dan
perasaan saling berkaitan satu sama lainnya, Oleh sebab itu manusia cenderung tidak
objektif dalam menilai sesuatu karena keputusan yang dibayangi perasaan. Men don't
Kata malas diartikan sebagai tindakan tidak mau bekerja atau tidak suka,
enggan untuk mengerjakan sesuatu. Kemalasan berasal dari kata sifat untuk
menunjukkan keadaan malas.68 Kata malas juga diartikan seseorang yang tidak
memiliki keinginan untuk serius dengan dirinya sendiri. Dia malas untuk belajar atau
bekerja, dia malas untuk menjaga apa yang dia makan dan minum, dia malas untuk
menjaga kesehatan dirinya, kemalasan adalah unsur perusak dalam hidup sehari-
hari.69
Kata beribadah berasal dari kata Ibadah, ibadah dalam KBBI, adalah
perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan dalam
67
Dia Rahasia Cara Berpikir Pria yang Perlu Kamu Ketahui,
https://www.fimela.com/beauty/read/3753891/ssst-ini-dia-rahasia-cara-berpikir-pria-yang-perlu-kamu-ketahui
fimela.com
68
Malas, https://kbbi.web.id/malas.html, (diakses 1 Juli 2020).
69 ?
Apa Kata Alkitab Tentang Malas, https://masadepansuper.blogspot.com/2011/04/apa-kata-
alkitab-tentang-malas.html, (diakses 1 Juli 2020).
menjalankan ibadah, menunaikan segala kewajiban dan segala kewajiban yang
diperintahkan Allah.70
terlebih bagi mereka yang hidup dan percaya kepada Tuhan. Ibadah selain bentuk
penyerahan hidup total kepada Tuhan, juga berhubungan dengan kehadiran dalam
yang terkait dengan iman seseorang, dan yang dapat memengaruhi perkembangan
kerohanian mereka.71 Pada dasarnya ibadah itu adalah perbuatan untuk menyatakan
bakti kepada Allah yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi
seseorang lebih mengenal Allah, karena ketika manusia beribadah maka di situlah
Allah hadir dan menyatakan kehendak-Nya bagi mereka.73 Dari sini dapat dilihat
bahwa ibadah mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan dan
pertumbuhan iman, yang juga dapat mendatangkan berkat bagi orang yang
melakukannya.
hormat dan kasih kepada Allah yang adalah satu-satunya yang layak kita sembah
karena Dia adalah pencipta dan penguasa alam semesta. Kita mengakui kedudukan-
Nya sebagai yang Mahatinggi dan memuliakan nama-Nya. Ibadah dalam hal ini tidak
saja melibatkan perasaan, tapi juga tindakan. Saat kita membaktikan diri kepada
Allah, kita berikrar bahwa dalam segala hal, kita akan menaati Dia sebagai penguasa
hidup kita.74
70
W.J.P Poerwardaminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 211.
71
Gene A. Getz, Hiduplah dalam Kekudusan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992) 27.
72
Tim Penyusus, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003) 588.
73
N. S. Meliala, Diktat Perkuliahan Tabernakel (Jember: JBC, 2007/2008) 8.
74
Apa Arti Ibadah Kepada Allah? https://www.apa-arti-ibadah-kepada Allah? jw.org, (diakses 1
Juli 2020).
2.4.1.3 Pengertian Malas Beribadah
keinginan untuk memperhatikan dan giat dalam kehidupan rohaninya, sementara dia
menyadari bahwa melakukan ibadah atau hal-hal rohani itu adalah baik, misalnya:
kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh gereja, setia berdoa dan membaca Alkitab.
Kemalasan juga menyebabkan cara hidup negatif, yaitu hidup yang terhenti dan tidak
efektif yang kesemuanya itu membuat rohani menjadi gersang dan kering.
Kemalasan rohani bukan saja dosa terhadap Allah, tapi juga dosa terhadap diri
sendiri.75 Dalam hal ini penulis memahami, bahwa kemalasan dalam beribadah akan
tingkah laku yang negatif dan mudah terpengaruh dengan tindakan buruk, tidak baik
Banyak hal yang menjadi penyebab seseorang malas beribadah, antara lain;
1. Cuaca. Sering kali orang menyalahkan cuaca sebagai sumber penyebab rasa
malas untuk beribadah. Padahal ibadah di hari Minggu ini adalah bagian dari
10 perintah Allah.
2. Sengketa. Memiliki masalah dengan orang lain bisa jadi menjadi penyebab
rasa malas beribadah ke gereja. Bukan hanya kepada sesama jemaat saja,
tetapi bisa saja hal ini terjadi akibat adanya perselisihan dengan pengurus
mudah merasa malu dan takut saat harus datang ke gereja untuk bertemu
banyak orang.
5. Tidak Ada Kerinduan. Sebagian orang Kristen sering kali tidak sepenuhnya
mengikut Tuhan dengan sungguh dan tidak memiliki kerinduan akan Allah.
6. Kesibukan. Sudah merupakan hal yang umum jika banyak orang masa kini
sangat sibuk dengan berbagai macam acara. Karena itu sebaiknya singkirkan
dahulu hal yang berkaitan dengan duniawi dan fokus pada ibadah. Dengan
demikian maka kita bisa bijaksana memilih mana waktu untuk beribadah dan
tidak terampil berkhotbah dan mengajar. Maka Kondisi seperti ini tidaklah
adalah hal yang mengerikan dalam sebuah jemaat. Alkitab memberikan syarat
3:2).78
76
6 Penyebab Orang Malas Ke Gereja Yang Harus Dihindari, https://tuhanyesus.org/6-penyebab-orang-malas-
ke-gereja-yang-harus-dihindari
77
Article read, https://www.superbookindonesia.com/article/read/584, (diakses 17 Juni 2020).
78
.Benjamin. L. Corey, 10 Reasons Why People Leave Church. https://www.
kristenalkitabiah.com /10-alasan-mengapa-orang-meninggalkan-gereja/ (di akses 14 Maret 2015)
2.4.3 Dampak Kemalasan Dalam Beribadah.
Dampak dari malas beribadah menimbulkan banyak hal masalah dalam hidup
mereka, yakni iman yang tidak bertumbuh, gossip, pertengkaran dan tidak adanya
memberi hikmat terkait soal kemalasan dan sekaligus peringatan kepada orang
malas. Sebagian orang, kemalasan merupakan gaya hidup, karena itu kemalasan
merupakan dosa, akan tetapi Alkitab dengan jelas menyatakan kalau Allah
memerintahkan manusia untuk bekerja. Dalam Amsal 6:6 mencatat; “Hai pemalas,
pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak”. Malas menjadikan
manusia “seperti tidak bernilai” bahkan kalah dengan semut. Ketika melihat orang
yang malas, Amsal meminta kita untuk belajar dari semut. Mengapa Amsal
melakukan ini? Supaya orang malas malu dan kembali rajin. Semut yang kecil begitu
rajin padahal tidak ada yang menyuruh, sedangkan manusia yang diciptakan
setiap orang yang malas agar menggunakan setiap kemampuan dan kesempatan yang
Alkitab menyinggung ini dalam kitab Amsal 21:25 yaitu: “Si pemalas dibunuh oleh
79 ?
Apa Kata Alkitab Tentang Malas, https://masadepansuper.blogspot.com/2011/04/apa-
kata-alkitab-tentang-malas.html, (diakses 1 Juli 2020).
keinginannya, karena tangannya enggan bekerja.” Kemalasan menimbulkan kerugian
bagi diri sendiri. Kemalasan dapat mematikan atau mengerdilkan kemampuan dan
potensi yang sebenarnya ada dalam diri kita. Hidup kitapun menjadi tidak berguna.
Kemalasan rohani akan mengakibatkan kita tidak lagi dekat dengan Tuhan. Alkitab
juga mengatakan dalam Ibrani 10:25 yakni: “Janganlah kita menjauhkan diri dari
marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari
Tidak ada tempat bagi kemalasan dalam kehidupan orang Kristen. Orang
percaya harus diajarkan bahwa; “...karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh
iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu;
jangan ada orang yang memegahkan diri” (Ef. 2:8-9). Namun orang percaya bisa
menjadi malas jika ia mengira kalau Allah tidak mengharapkan adanya buah dari
kehidupan mereka yang sudah diubahkan itu. Allah menghendaki agar orang percaya
melakukan pekerjaan baik walau bukan karena perbuatan baiknya itu yang membuat
ia selamat, akan tetapi iman dari orang-orang percaya harus dibuktikan melalui
perbuatan baiknya (Yak. 2:18, 26).80 Kemalasan melanggar tujuan Allah bagi orang
percaya, yaitu untuk melakukan pekerjaan yang baik. Namun Allah memberikan
kuasa kepada orang-orang Kristen untuk mengatasi natur dosa untuk bermalas-
malasan dengan memberikan sifat baru kepada manusia (2 Kor. 5:17). Melalui sifat
baru itu, kita termotivasi untuk bertekun dan produktif karena kasih dari Allah.
berasal dari kata ‘tumbuh’ yang artinya ‘bertunas, menjadi tanaman baru, beranjak
Secara etimologi Iman (πίστιν– pisti) adalah rasa percaya kepada Tuhan. Iman
sering dimaknai “percaya” (kata sifat) dan tidak jarang juga diartikan sebagai
terhadap Tuhan.83 Seseorang yang memiliki ketetapan hati dalam kepercayaan kepada
Allah. Iman kepada Allah berarti iman kepada FirmanNya84 kata Iman (Faith) memiliki
arti sebagai suatu kebenaran yang objektif, yang diwahyukan yang dipercaya
Pengertian iman dalam Perjanjian Lama, yakni: Perkataan ‘iman’ dalam bahasa
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari
segala sesuatu yang tidak kita lihat. Dasar keyakinan ini adalah Firman Allah (Ibrani
81
Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Kartika Surabaya, 1997), 129.
82
http://id.Wikipedia.org/wki/iman, diambil 25 Agustus 2022, pukul 22.00 wib.
83
Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Kartika Surabaya, 1997), 239.
84
Billy Joe Daugherty, Kuasa Iman, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004), 4.
85
Gerald Licollins. Edward G. Farrugia, Kamus Teologia, (Yogyakarta: Kanasius, 1996), 113.
86
F.C. Grand dan H.H. Rawley, Dictionary Of The Bible, Edisi II, (Original Editor : James Hastings) T
dan T Clark and Charles Scribner).
87
Xavier Leon-Dufour, Eksiklopedia Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kansius, 1990), 281.
11:1). Dalam Ibrani 11:1 dikatakan: “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita
harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”. Iman mengandung
unsur ilahi dan kemanusiaan. Iman adalah karunia Allah dan juga tindakan manusia.
Dasar iman adalah Firman Allah (Roma 4: 20-21). Tujuan iman adalah iman kepada
Yesus Kristus. Iman yang menyelamatkan adalah iman kepada Yesus Kristus sebagai
Juruselamat.
ketaatan adalah bunga dan buah yang indah yang terjadi jika iman itu telah
Menurut Andrew iman adalah: “Kepastian bahwa apa yang dikatakan Allah itu
benar. Apabila Allah menyatakan bahwa sesuatu akan terjadi, iman itu bersukacita
walaupun tidak melihat tanda-tanda apapun mengenai hal itu. Bagi iman semuanya
sama-sama pasti. Iman selalu hanya menurut pada apa yang telah dikatakan Allah
maksudnya disini adalah iman merupakan inti manusia yang mendasar, disposisi
Definisi Iman menurut Ichwei G. Indra, “dalam Ibr. 11:1 ada dua hal tentang
iman, yakni pertama iman adalah ‘dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan.
Kedua iman adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”. 90
sebagai suatu pengalaman yang nyata mempunyai tiga dimensi yang esensial,
88
Wofford, Kepemimpinan yang Mengubahkan, (Yogyakarta: Andi, 1990), 133.
89
Wofford, Kepemimpinan yang Mengubahkan, 133.
90
Ichwei G. Indra, Dinamika Iman, (Bandung: Yayasan Kalam Kudus, 1993), 10.
yakni:1). Suatu keyakinan / kepercayaan; 2). Suatu hubungan memercayakan diri;
menghendaki agar didalamnya ada suatu keyakinan dan percaya tentang kebenaran-
kebenaran yang diakui sebagai esensi dalam iman kristiani. Dimensi iman sebagai
Dimensi iman sebagai keyakinan tertuju pada dimensi afektif yaitu mengambil
mengambil bentuk dalam hubungan memercayakan diri, serta yakin akan Allah yang
Iman Kristen sebagai suatu respons terhadap kerajaan Allah dalam Yesus
memperoleh perwujudan dalam kehidupan yang dijalani dalam kasih agape, yakni
Ketika Daud memberitahukan dosa dan salahnya kepada Allah, ia bukan hanya
Berdoa adalah hal yang paling penting, apalagi saat menantikan Tuhan dengan tenang
dan teratur didalam doa. Tanpa berdoa, iman tidak akan ada.
Iman timbul dari pendengaran, jika menginginkan iman tumbuh dan dikuatkan,
Bekerja terus dan melayani Tuhan dan sesama dengan bersandar kepada pimpinan
Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya (Yohanes 1:12), diberi kuasa jadi anak
Allah, lalu rindu mendengar, menerima dan memahami kebenaran Firman Allah
dalam hidupnya setiap hari (1 Korintus 10:17), selanjutnya di dalam diri orang
mengatakan dalam bukunya bahwa: “Hidup di dalam iman kepada Kristus bagaikan
tunas yang baru, terus bertumbuh dan berbuah. Bertumbuh dalam pengenalan yang
benar akan Allah, sehingga hidup umat berkenan kepada Allah dalam segala hal dan
terus mengarah kepada Kristus (Efesus 4:13-16). Berbuah dalam kesaksian hidup
Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku
datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh
berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita
Bagaimana iman dapat tumbuh, sebagai contohnya dapat dilihat pada kisah
situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan.
semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya
Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan
menjamah jubah-Nya. Sebab katanya: “Asal ku jamah saja jubah-Nya, aku akan
berita tentang Yesus,” menjelaskan darimana iman perempuan itu mulai tumbuh.
93
Nacy Poyah dan Bentty Simanjuntak, Bahan PA Mengenai Allah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2004), h. 30
Kabar-kabar yang dia dengar dari banyak orang bahwa Yesus menyembuhkan semua
orang dan semua penyakit membuat perempuan malang itu memiliki harapan baru
dan keyakinan baru bahwa penyakitnya pasti dapat sembuh asalkan dia ketemu
Yesus Kristus, bahkan dia berkata dalam hati “Asal ku jamah saja jubah-Nya, aku akan
dirangkum beberapa cara untuk menumbuhkan iman agar dapat terus hidup dalam
Yesus Kristus dan bahkan berbuah sesuai dengan yang diharapkan-Nya, yakni
sebagai berikut:94
1. Berdoa
Martin Luther menyebut doa adalah nafas hidup orang percaya. Dalam doa dapat
kepadaNya.
Manusia mengenal Allah yang menyatakan diriNya dalam sejarah keselamatan melalui
Firman dan karyaNya. KaryaNya dinyatakan melalui para nabi dan utusannya, dan
dikumpulkan dalam Alkitab. Membaca Alkitab adalah upaya dalam mengenal Allah,
3. Beribadah
Ibadah adalah pengabdian hidup dan pelayanan terhadap Tuhan dan sesama. Ibadah
adalah aktivitas hidup beriman. Ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti
kepada Tuhan.
94
Kelompok Kerja PAK-PGI, Pendidikan Agama Kristen untuk Kelas 8 SMP, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2006), 41.
Fowler dalam Thomas H. Groome, mengindikasikan bahwa ada enam tahap
yang berbeda yang dapat dikenali dan dilihat dalam kemampuan beriman manusia
yang berkembang, dimana setiap tahap memiliki strukturnya sendiri, setiap tahapan
Tahapan dimana iman seseorang kira-kira dari usia empat sampai delapan tahun,
iman kepercayaan dibentuk secara intuitif dan dengan cara meniru suasana hati,
contoh dan tindakan – tindakan iman orang-orang lain yang dapat dilihat, terutama
orang tua.
Tahapan ini terjadi kira-kira antara usia tujuh atau delapan sampai sebelas atau dua
belas tahun. Tahapan ini adalah tahapan iman afiliatif dimana seseorang datang
dengan lebih sadar untuk bergabung dan menjadi anggota komunikasi iman.
Tahapan ini biasanya mulai pada usia 11 atau 12 tahun, bisa bertahan secara
permanen. Pada tahap ketiga, iman menafsirkan, menghubungkan diri dengan dan
membuat makna keluar dari kehidupan sesuai dengan petunjuk. Tahapan ini adalah
Tahapan ini muncul hanya pada usia 35 sampai 40 tahun, dan banyak orang dewasa
tidak pernah mencapai tahap ini. Tahapan ini adalah kemampuan baru untuk berdiri
sendiri, dan kelompok miliknya dipilih berdasarkan refleksi dan bukan hanya
diterima.
95
Wofford, Kepemimpinan Yang Mengubahkan, (Yogyakarta: Andi, 1990), 100.
5. Tahapan kelima: Iman Konjungtif
Kegiatan iman pada tahap ini jarang muncul sebelum setengah baya. Iman pada tahap
Orang yang berada pada tahapan keenam ini tinggal di dunia sebagai orang yang
hadir untuk mengubah (transform). Pada tahap keenam, diri sendiri “Menggunakan
dan digunakan untuk mengubah realitas masa kini ke arah keadaan yang sebenarnya
yang transenden. Dalam istilah spiritual, tahap keenam adalah keadaan penyatuan
yang paling sempurna dengan Allah yang dapat dilakukan dalam kekekalan.
persekutuan yang beribadah, pengetahuan yang benar tentang anak Allah semakin
mendalam, dan berkat kuasa Roh Kudus iman jemaat semakin bertumbuh. Dalam
kitab Roma 10:17 dikatakan: “Jadi, iman timbul dari pendengaran, pendengaran oleh
firman Tuhan.”
Kolose 2:6-7 adalah nasehat agar berakar dalam Kristus, bertambah teguh,
jangan goyah, bertumbuh dengan baik. Berikut ini adalah tahapan iman yang
bertumbuh, yakni:96
Orang percaya yang dewasa, adalah orang yang menjadi hamba Yesus Kristus
96
Woo Young Kim, Yesuslah Jawaban, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2005), 160.
3. Iman Komunitas (community)
Orang beriman tidak hidup sendiri, tetapi hidup serasi dalam kehidupan iman.
Iman yang bisa mengorbankan diri dan menyerahkan diri untuk orang lain.
Orang yang memiliki iman seperti ini adalah orang yang mengkhawatirkan dunia
dengan imannya.
Salah satu hal yang mengagumkan tentang Alkitab adalah seseorang dapat membaca
Firman Tuhan, dan tanpa bantuan orang lain, menemukan siapa Tuhan dan mengenal
Yesus Kristus sebagai juruselamat. Alkitab adalah kitab yang begitu kaya dan
menakjubkan sehingga kita dapat selalu belajar darinya dan makin mengenal Tuhan
dan diri sendiri. Penggunaan tafsiran, penelitian, kajian arkeologis, dan buku sejarah
akan menghasilkan pemahaman yang lebih dalam dan menyeluruh mengenai waktu
dan tempat dari setiap kisah yang ditulis. Melalui Alkitab dapat belajar melihat
mereka sebagai pengalaman riil. Pemahaman ini merupakan bagian penting dari
persiapan untuk melayani anak-anak, karena jika ingin menghdirkan Firman Tuhan
sebagai dokumen yang hidup dan memberi hidup kepada anak-anak, kita perlu
khusus mereka, dan kemampuan mereka, kita dapat belajar tentang anak-anak dalam
Alkitab. Ada sejumlah perikop dimana anak-anak memainkan peran dan perikop
lainnya ketika Yesus berbicara tentang anak-anak. Namun, Alkitab tidak ditulis sebagai
psikolog dan pakar pendidikan mengenai anak-anak. Banyak hal mengenai cara belajar
dan cara berpikir anak telah ditulis. Teori perkembangan kognitif menjelaskan bahwa
kemampuan anak untuk berpikir terus bertumbuh dan berubah seiring dengan
pertambahan usia. Kita juga perlu memahami bagaimana anak-anak berubah secara
yang utuh.
sama.
98
Robert J. Keeley, Menjadikan Anak-Anak Kita Bertumbuh Dalam Iman, (Yogyakarta: Andi,
2009), 13.
Bertumbuh dalam iman adalah tujuan setiap orang percaya, bertumbuh dalam
iman adalah kehendak Allah dalam hidup orang percaya. Namun sering sekali iman
kita tidak dapat bertumbuh dengan baik dan benar karena ada hambatan atau
1. Dosa
Ryrie cara orang Kristen duniawi merusak empat hal dalam hidup orang percaya,
yaitu: 1). Persekutuanl; 2). Sukacita; 3). Cara hidup; 4). Dosa-dosa mengakibatkan
2.6 Pelayanan
perorangan dan sikap Kristus merupakan dasar kehidupannya. Sikap pribadi yang
99 ?
Charles Ryrie, Teologia Dasar, (Yogyakarta: Andi, 1993), .28-135.
Gereja suatu lembaga yang berada di tengah-tengah masyarakat dituntut
tidak bisa lepas dari Rasul Paulus, yang nampak pada surat-suratnya yang terdapat
dalam 1 Kor 12:28-30. Paulus menunjukkan rupa- rupa pelayanan di dalam umat.
Ada yang menerima kurnia sebagai rasul, kurnia sebagai nabi, dan ada kurnia sebagai
pengajar. Kurnia pelayanan yang berbeda-beda menurut pemberian Tuhan. Tidak ada
batasan yang jelas dari setiap tugas, karena menyangkut berbagai macam pelayanan
Tujuan dari semua pelayanan ialah untuk pembinaan dan pembangunan umat.
Norma bagi setiap pelayanan ialah kesaksian warta gembira. Kesaksian harus
Tuhan. Semua orang kristen bertanggung jawab bersama untuk membina diri sebagai
jemaat dengan cara serba berbeda menurut situasi hidup dan kurnia atau pelayanan
mereka.100
Arti kata “melayani” menunjuk pada sikap perbuatan melayani atau dengan
kata lain perbuatan dalam menolong menyediakan segala apa yang diperlukan orang
lain. Dengan arti seperti di atas maka penulis dapat memberikan gambaran bahwa
dalam pelayanan ada hal-hal yang harus diperhatikan yaitu tahu secara pasti siapa
yang dilayani, sarana prasarana yang dibutuhkan sehingga orang yang dilayani betul-
betul mendapatkan apa yang dibutuhkan. Orang yang melayani di andaikan orang
100
R. SJ. Hardawiryana, R. SJ, Membina Jemaat Beriman, (Jakarta: Dokpen MAWI, 1976), 18.
pelayanan. Sesuai dengan situasi di atas maka pelayanan juga mempunyai warna
Pelayanan merupakan suatu pengabdian yang menuntut dari pelayan itu suatu
diakui dalam lingkup jemaat tertentu. Maka sifatnya lebih resmi daripada amal baik
bagi sesama begitu saja. Tetapi tak sedikit pula orang beriman yang menjalankan
pengabdian tanpa pengakuan resmi itu. Setiap pelayanan mengandaikan suatu kurnia
atau kharisma, sebab pada hakekatnya ialah ungkapan Roh yang menghidupkan dan
Dari kutipan di atas pelayanan tidak menuntut balas dari orang yang telah
dilayani. Melayani lebih dihayati sebagai suatu panggilan hidup sebagaimana telah
dilakukan oleh Yesus sendiri. Bila pelayanan dihayati sebagai suatu panggilan, maka
pelayanan tidak dianggap sebagai suatu beban yang berat tapi dilakukan dengan
tujuan untuk memuliakan Tuhan dan menyucikan diri sendiri. Dalam hal ini dituntut
suatu kesadaran dan kerelaan yang besar untuk ikut ambil bagian meringankan
Pelayanan merupakan suatu kegiatan khusus yang didukung oleh Gereja, yang
lebih penuh dalam misteri Allah, dalam persekutuan dengan Allah dan manusia.
melihat Allah dalam diri orang-orang yang dilayani. Definisi yang diberikan ini
membawa konsekuensi.103
Kitab Suci merupakan sumber dasar pelayanan bagi orang Kristen. Guru satu-
satunya yang mereka ikuti adalah Yesus melalui pengajaran dan tugas pelayanan-
dari segala tingkat dan latar belakang sosial terutama mereka yang miskin dan sakit,
kaum wanita dan anak-anak (Luk 4:18-19). Maka pada kesempatan ini akan
diuraikan beberapa pelayanan menurut Kitab Suci terutama dalam keempat Injil.
23:11) Matius berbicara seperti itu bermaksud untuk menghindarkan orang dari
maka untuk mengatasi hal tersebut Matius menyarankan yang terbesar menjadi
hormat kepada Allah. Seperti gelar rabbi karena hanya Yesus satu-satunya guru,
103
Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Bahasa Indonesia, 15.
Pemimpin yang meniru Yesus harus menjadi hamba jemaat. Hal ini sudah
dilakukan oleh Yesus sendiri ketika ia membasuh kaki para murid. Yesus datang ke
dunia bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani ini membedakan dirinya
dengan penguasa yang ada di dunia, yang “menjalankan kuasanya dengan keras”
(Mrk 10:42) Yesus melakukan pelayanan tanpa mengharapkan balas jasa dari orang
lain, berani berkorban dalam segalanya. Hanya Yesus yang memberikan teladan dan
pesan kepada manusia dan bila dilakukan akan mengubah seluruh hidup manusia.
Yesus tidak pernah memandang orang lain lebih rendah dari diri-Nya.
pelayanan mengandaikan orang menjadi kecil (Mat 23:11) pemusatan ditujukan pada
orang lain yang dilayani, seperti seorang ibu memusatkan perhatiannya kepada
kebutuhan si anak, guru memusatkan pada kebutuhan murid, maka dimana seorang
yang ada di dunia ini yang masih memikirkan untung dan rugi dalam melakukan
pelayanan.104
Pertanyaan mengenai status dalam kerajaan yang akan datang dalam (Mat 20:
20-28) yang dilakukan oleh ibu Yohanes dan Yakobus, supaya anaknya mendapat
tempat terhormat dalam kerajaan. Yesus menjawab, bila ingin mengambil bagian
kesengsaraan, dan bukan hak-Nya untuk menempatkan seseorang pada tempat yang
(Mat 20:24) untuk menerangkan dan mengajar mengenai pelayanan kepada orang
104
Bergant, Dianne, CSA. & Karris, Robert, J., OFM. (Ed.), (2002), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru (A.S.
Hadiwiyata, Penerjemah, (Yogyakarta: Kanisius, 1989), 68.
Kepemimpinan dipandang sebagai kekuasaan menurut pola orang kafir, yaitu
pola Yesus, hamba dari semua, sebagai pelayan yang berani mengurbankan diri demi
tebusan bagi banyak orang (Mat 20:25-27) gambaran tentang pelayanan kepada
orang miskin merupakan pelayanan kepada Yesus sendiri. Hal itu mendorong banyak
orang melakukan pelayanan (Mat 25:45) “sesungguhnya segala sesuatu yang tidak
kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukan
Matius mengajak semua orang untuk belajar rendah hati seperti Yesus dalam
bagian secara penuh dalam pelayanan umatnya, ikut merasakan, menyentuh dan
kepada manusia. Demikian juga yang diharapkan dalam pelayanan para suster
dan berani merendahkan diri untuk menjadi seorang pelayan yang total seperti yang
Gambaran tentang pelayanan terdapat dalam kitab Suci antara lain: Markus
yang memberi gambaran tentang pelayanan yang diberikan oleh Yesus Kristus bagi
melayani dan untuk memberitakan bahwa nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak
orang” (Mrk 10:45) Yesus mengajak semua orang Kristen sebagai pengikutnya untuk
menjadi hamba seperti yang sudah dilakukanNya, untuk menjadi yang pertama dan
105
Bergant, Dianne, CSA. & Karris, Robert, J., OFM. (Ed.), (2002), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru (A.S.
Hadiwiyata, Penerjemah, 71.
terbesar adalah melayani kebutuhan semua orang seperti yang dilakukan oleh Yesus
yang luar biasa, tanpa mengingat lelah dan kebutuhan istirahat pribadi, semua
disisihkan untuk pelayanan istimewa, karena Ia merasa tergerak hati-Nya (Mrk 6: 30-
34) para murid Yesus ditarik oleh contoh dan teladan Yesus untuk ikut melayani
bersama Dia. Mengikuti Yesus berarti melakukan apa yang dilakukan oleh Yesus
Apabila seseorang ingin menjadi orang besar, itu hal yang biasa tidak aneh,
justru merupakan tanda yang baik bahwa manusia berusaha untuk menjadi yang
lebih baik. Yang menjadi masalah ialah cara yang ditempuh oleh manusia itu baik
atau buruk. Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang
terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya (Mrk 9:35). Bila seseorang
mengikuti Yesus ia harus melakukan apa yang diajarkan oleh Yesus. Cara yang
dilakukan dan diajarkan Yesus ialah menjadi pelayan. Petunjuk menjadi pelayan itu
juga diberikan kepada kedua belas Rasul pilihan Yesus sendiri. Mereka diharapkan
meniru cara Yesus menjadi pelayan dan harus menguasai cara Yesus berkarya,
karena mereka akan menjadi teladan bagi anggota Gereja yang lainnya. 108
Kata pelayan sendiri oleh kedua belas rasul sudah tidak menarik lagi
mengingat bahwa mereka mempunyai hak istimewa sebagai seorang Rasul pilihan
Yesus sendiri. Bukankah nasib mereka harus baik? Bukankah mereka patut menerima
hormat dan yang lainnya. Namun semua pikiran itu menurut Yesus tidak pada
106
Bergant, Dianne, CSA. & Karris, Robert, J., OFM. (Ed.), (2002), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru (A.S.
Hadiwiyata, Penerjemah, 102.
107
Bergant, Dianne, CSA. & Karris, Robert, J., OFM. (Ed.), (2002), Tafsir Alkitab…, 102.
108
Stefan Leks, Stefan Yesus Kristus Menurut Keempat Injil Jilid 5, (Yogyakarta: Kanisius, 1987), 142.
tempatnya, karena orang yang patut mendapatkan hormat ialah mereka yang
menyambut Aku. Dan barang siapa menyambut Aku, bukan aku yang disambut-Nya,
tetapi Dia yang mengutus Aku (Mrk 9:37). Adegan itu disaksikan oleh para Rasul,
sebab adegan itu tak lazim bagi bangsa Yahudi. Mereka cinta pada anak-anak dan
memandang mereka sebagai bukti berkat Allah, pemberi hidup. Tetapi bangsa Yahudi
berkeyakinan bahwa selama manusia masih anak, ia tidak berperan sama sekali
dalam masyarakat. Anak adalah urusan orang tuanya, tidak mempunyai hak apa-apa
Apa yang disaksikan oleh mereka ketika Yesus memeluk anak dan begitu
mementingkannya, mereka terheran-heran. Dalam hal ini maksud Yesus sudah cukup
jelas. Para Rasul harus menyambut anak, mereka harus mementingkan anak-anak
yaitu orang-orang yang sama sekali tidak pernah dipentingkan dunia. Siapa anak
semacam itu ialah semua orang yang tidak mempunyai uang, tidak berpangkat, yang
diremehkan masyarakat. Dengan menyambut anak-anak itu rasul akan belajar untuk
melayani. Dengan melayani rasul akan menjadi terbesar, sesuai dengan keinginan
hatinya sendiri.111
Injil memberikan gambaran yang disebut orang kecil itu ialah mereka yang
dianggap tidak berarti oleh kebanyakan orang, mereka tidak terpelajar, tidak
berkedudukan, tidak berpangkat, agak bodoh, kurang pandai bicara, kurang berani,
tidak mampu memberla diri. Sering kali mereka dianggap rendah oleh mereka yang
tidak menganggap diri tidak rendah. Yesus sendiri mengatakan, “Ingatlah jangan
109
Stefan Leks, Stefan Yesus Kristus Menurut Keempat Injil Jilid 5, 142.
110
Stefan Leks, Stefan Yesus Kristus Menurut Keempat Injil Jilid 5, 143.
111
Stefan Leks, Stefan Yesus Kristus Menurut Keempat Injil Jilid 5, 143
menganggap rendah seorang dari mereka yang kecil ini!” (Mrk 18:10). Yesus lebih
mementingkan soal hati, tetapi orang Yahudi tidak mementingkan hal batiniah,
rendah orang kecil Ia melihat luka hati orang yang direndahkan itu dan itu tidak
Pelayanan diibaratkan juga seperti gembala yang mencari domba yang sesat.
Seorang gembala itu penuh prakarsa dan penuh perhatian demikian juga bila orang
Perumpamaan gembala yang mencari domba satu yang sesat itu merupakan
hal yang aneh. Karena kebanyakkan orang akan berkata biarlah yang satu sesat asal
yang lain tidak, tetapi Yesus justru mengajarkan hal lain, Ia tidak membiarkan yang
satu itu hilang. Dari perumpamaan ini jelas bahwa gembala yaitu orang yang
memimpin dan bertanggung jawab atas kawanan domba harus berdaya upaya untuk
mencari domba yang sesat. Inilah ajaran pelayanan yang memperhatikan hati. Domba
yang sesat denga dicari oleh gembalanya akan merasa dirinya diperhatikan dan tidak
dianggap remeh tapi ia merasa dihargai secara nyata. Seorang pelayan harus bisa
Pelayanan yang digambarkan oleh Injil Markus antara lain mendesak setiap
orang supaya belajar dari Yesus tentang makna radikal menjadi seorang murid
sekarang ini seperti tidak ada hari esok. Setiap orang harus memanfaatkan setiap
kesempatan untuk melayani orang lain dalam kasih bila mereka ingin menjadi
112
Stefan Leks, Stefan Yesus Kristus Menurut Keempat Injil Jilid 5, 155.
113
Stefan Leks, Stefan Yesus Kristus Menurut Keempat Injil Jilid 5, 158.
Lukas menunjukkan hal lain tentang pelayanan yaitu pelayanan bukan hanya
yang bersifat praktis seperti yang dilakukan oleh Marta (Luk 10:40) tetapi bagaimana
secara pribadi kita mempunyai keterikatan yang mendalam akan Yesus dengan
memiliki waktu untuk mendengarkan SabdaNya (Luk 10:39) Karena tanpa doa
orang Samaria yang baik hati dan cerita mengenai Marta dan Maria dimaksudkan
untuk memberikan ilustrasi ganda tentang pelayanan, tidak ada pertentangan antara
pilihan Marta dan Maria, sebab keduanya saling melengkapi, kisah ini tidak
bermaksud mempertentangkan pelayanan dan doa atau bahkan hidup aktif dengan
merupakan cara melayani Tuhan yang lebih tepat dan lebih perlu daripada
tindakan Maria menekankan kasih kepada Tuhan (Luk 10:38-42). Yesus memberi
pengarahan tentang pelayanan, membagi perhatian dan waktu untuk Allah demi
sesama dan melayani sesama demi Tuhan. Yesus sebagai Tuhan dan sesama menilai
dan menginginkan pelayanan yang sejalan, seimbang menurut kepentingan pada saat
itu.115
Dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati (Luk 10:25-37)
kasih kepada sesama yaitu pelayanan dan kasih kepada Yesus. Keduanya
114
Stefan Leks, Stefan Yesus Kristus Menurut Keempat Injil Jilid 5, 304.
115
Bergant, Dianne, CSA. & Karris, Robert, J., OFM. (Ed.), (2002), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru (A.S.
Hadiwiyata, Penerjemah, 136.
perumpamaan, cerita mengenai orang Samaria yang baik hati dimaksudkan untuk
menentang suatu pola pikir yang salah tetapi diterima, yaitu orang Samaria sebagai
anggota yang dihina dan dicemooh oleh orang-orang Yahudi melakukan pelayanan
kasih yang dihindari oleh para pemimpin agama Yahudi. Cerita ini memberikan suatu
orang Lewi dan para Imam mengetahui secara jelas mengenai hukum Taurat dan
bagaimana menafsirkannya bagi orang lain tetapi mereka tidak mempunyai tujuan
pendengarnya yang bertanya siapakah yang disebut sesama manusia, orang yang
berada dalam keadaan setengah mati, terkapar, dan jadi korban perampokan itu
adalah orang Yahudi (Luk 10:30). Imam dan orang Lewi yang melihat orang itu
tetapi tidak menolongnya adalah sesama orang Yahudi, bahkan orang-orang yang
biasanya dianggap teladan oleh masyarakat. Mereka adalah orang-orang yang hari-
harinya berkecimpung dalam dunia agama tetapi tidak menolong, dan orang Samaria
yang lewat adalah musuh bebuyutan orang Yahudi. Dengan pertanyaan itu
sebenarnya para ahli Taurat itu sudah tahu siapa sebenarnya sesamanya itu dan
Tetapi Yesus memberi kejutan dan mengajak orang untuk masuk kedalam
dunia lain sehingga orang sadar bahwa ia belum tahu apa-apa. Yesus memberi
tekanan bahwa disini musuh bersedia menolong, sedangkan bangsa sendiri tidak
menolong (Luk 10:33). Yesus mau menunjukkan bahwa yang dimaksud sesama ialah
siapa saja yang menunjukkan belas kasihan dan menolong pada saat yang
116
Bergant, Dianne, CSA. & Karris, Robert, J., OFM. (Ed.), (2002), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru (A.S.
Hadiwiyata, Penerjemah, 135.
dibutuhkan. Bukan hanya untuk satu golongan saja manusia berbuat kasih tetapi
manusia juga harus melakukan kasih seandainya musuh memerlukan bantuan (Luk
10:34), mereka harus dengan rela hati melakukannya, dengan kata lain bahwa bila
manusia melayani bukan terbatas pada golongan sendiri tetapi harus juga melampui
menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan
penyamun itu?, hal itu mau menyadarkan kita bahwa sesama ialah orang yang
mengasihi, ia tidak memerlukan dan tidak minta definisi sesama. Ia tidak pernah
belas kasih Kristus terhadap orang miskin, itu sangat cocok untuk pelayanan masa
masuk kepada umat yang dilayaninya dan Lukas selalu menunjukkan rasa belas kasih
Allah. Dari teladan itu Yesus ingin mengajar kepada pengikutnya untuk melakukan
hal yang sama, dan yang jelas supaya umatnya tidak sombong. Yohanes juga
menekankan bahwa makanan Yesus adalah pemenuhan kehendak Allah. Bagian dari
kehendak itu adalah karya missioner dalam ladang yang sudah siap untuk dipanen.
“makananku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan
Panggilan untuk melayani merupakan ciri khas sebagai orang Kristiani untuk
“supaya saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu” (Yoh 15:21) dengan
melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya. Jadi dengan kata lain Allah tidak akan
Adegan pembasuhan kaki yang terdapat dalam (Yoh 13:1-30), memiliki makna
bahwa Yesus melakukan pekerjaan seorang hamba, demikian juga murid- muridNya
harus saling melayani. Meskipun pelayanan yang dilakukan oleh Yesus tidak
dimengerti oleh para murid dan baru dipahami setelah Yesus tidak ada. Pembasuhan
sebagai hamba, untuk dapat ambil bagian dalam kematian Yesus syaratnya harus
melalui baptis. Untuk itulah kita dibaptis dalam kematian Yesus harus meniru
Ajaran Yohanes sering berupa wejangan yang bersifat rohani, sebagian besar
wejangan dikaitkan dengan masa yang akan datang dan pada akhirnya segala ajaran
dikaitkan dengan wafat Yesus di kayu salib sebagai lambang kemuliaan-Nya. dalam
117
Bergant, Dianne, CSA. & Karris, Robert, J., OFM. (Ed.), (2002), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru (A.S.
Hadiwiyata, Penerjemah, 145.
118
Bergant, Dianne, CSA. & Karris, Robert, J., OFM. (Ed.), (2002), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru (A.S.
Hadiwiyata, Penerjemah, 188.
yang hidup di tengah-tengah muridnya, untuk memberi gambaran bahwa Bapa tidak
Pelayanan bukan suatu rumusan yang sudah jadi dan serba jelas segala
artinya. Banyak orang sedang mempelajari bahkan para teolog sedang mempelajari
latar belakang biblis serta perkembangan historis dari faham itu. Titik tolak paling
tepat adalah pelayanan dari Yesus. Dalam Yesus manusia menemukan pola dasar
bagaimana keempat Injil ini memberikan terangnya dalam pelayanan maka bisa
dipahami seperti berikut ini. Pelayanan terjemahan dari kata Yunani, diakonia, dalam
dunia Yunani Purba diakonia biasa dipakai untuk pelayanan di meja makan, sebagai
pelayanan pribadi kepada orang lain. Pelayanan ini yang terutama dijalankan oleh
merdeka dan orang-orang yang terpelajar tidak melayani di meja makan, mereka
persiapkan atau menghidangkan makanan di meja (Mrk 3:13, 31). Kata diakonia
penginapan, kunjungan, dll (Mat 25:31-46). Yang baru dari Tuhan Yesus ialah bahwa
kata diakonia ini bukan saja Ia ambil alih tetapi juga mengisinya dengan suatu arti
119
Annie Jaubert, Mengenal Injil Yohanes, (Yogyakarta: Kanisius, 1980), 7.
120
Ch. J.L. Abineno, Melayani dan Beribadah di dalam Dunia, (Jakarta: Gunung Mulia, 1974), 44.
yang baru, diakonia sejak itu menjadi bentuk dan pola hidup dari tiap murid yang
bagi manusia. Kerajaan Allah bukan alat penenang, tetapi justru harus bekerja keras
seperti yang dilakukan oleh Yesus sendiri. Yesus memang membawa damai tetapi
bukan damai yang mudah untuk dicapai tetapi yang dicapai bahkan dengan
perlawanan. Gereja dituntut untuk supaya tidak menjadi himpunan saleh tetapi
43), sebagai mana biji-bijian yang ditanam akan menunjukkan hasil tanpa
mengatur jalannya alam pada jalannya alam manusia juga melihat penyelenggaraan
Manusia juga tidak boleh heran, kalau Tuhan menggunakan kesabaran, mulai
dari benih kecil dan menunggu waktu untuk bertumbuh dan menjadi besar, bahwa ia
bekerja tersembunyi dan tidak nampak mengagumkan, Tuhan bisa menunggu dengan
sabar, menunggu lama, sampai akhir zaman, tetapi akhirnya rencana Tuhan terjadi.
Kegiatan Allah yang nampaknya kecil seperti biji sesawi atau ragi yang sedikit, tetapi
Dalam Injil menunjukkan bahwa pelayanan harus ada unsur kerelaan, tanpa
mengingat lelah dan kebutuhan istirahat pribadi (Mrk 6:30-34). Semua disisihkan
121
Ch. J.L. Abineno, Melayani dan Beribadah di dalam Dunia, 45.
122
Konferensi Waligereja Indonesia, Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi, (Yogyakarta:
Kanisius, 1996), 456.
123
Bergant, Dianne, CSA. & Karris, Robert, J., OFM. (Ed.), (2002), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru (A.S.
Hadiwiyata, Penerjemah, 54.
untuk pelayanan. Berarti dalam pelayanan harus berani mengorbankan kepentingan
untuk Allah demi sesama dan melayani sesama demi Tuhan (Luk 10:38-42). Yesus
sebagai Tuhan dan sebagai sesama menilai, menginginkan pelayanan yang sejalan,
inspirasi dan hidup. Tuhan menilai lebih penting, kalau manusia membiarkan diri
dilayani oleh Tuhan dalam hal satu-satunya yang perlu, yang tidak akan diambil
daripadanya. Ini lebih baik daripada menyibukkan diri bagi sesama, seakan-akan
Tuhan memerlukan pelayanan manusia, dalam hal materiil padahal tidak sama
sekali.125
Allah yang mencari, menerima kembali, dan memperbaiki atau mengembalikan yang
hilang kepada tata keadaan dan hubungan yang hilang sangat tampak dalam
perumpamaan tentang anak domba yang hilang, dan memperbaiki tampak dalam
perumpamaan anak yang hilang. Tindakan Allah disini adalah tindakan yang aktif
mencari anak-Nya yang hilang. Tuhan tidak memikirkan hartanya yang habis untuk
mencari anaknya yang hilang. Demikian juga manusia dalam pelayanan hendanya
mencari bukannya menunggu tamu, bisa menerima kembali umat atau saudara kita
dan tata relasi kembali seperti semula sebagai anak-anak Allah dan memberi
124
Bergant, Dianne, CSA. & Karris, Robert, J., OFM. (Ed.), (2002), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru (A.S.
Hadiwiyata, Penerjemah, 47
125
Bergant, Dianne, CSA. & Karris, Robert, J., OFM. (Ed.), (2002), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru (A.S.
Hadiwiyata, Penerjemah, 136.
126
Pr. E. Martasudjita, Pelayanan yang Murah Hati, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 30.
Ciri dari pelayanan Gereja bisa dilihat dari segi hidup religius ialah seperti
yang diperintahkan oleh Yesus sendiri yaitu supaya para muridnya selalu bersikap
sebagai yang paling rendah dari semua dan sebagai pelayan dari semua (Mrk 9:35).
Bapa (Yoh 4:34). Oleh karena itulah pelayanan kristiani tidak berdasarkan
terhadap Allah Pencipta, yang telah membuat manusia sesuai dengan citra-Nya dan
Ciri kedua ialah kesetiaan kepada Kristus sebagai Tuhan dan Guru, dengan
sikap pelayanan Kristus, Gereja menyatakan diri sebagai murid Kristus. Pelayanan
secara konkrit Gereja merupakan ciri dari kristiani yang menimba kekuataan dari
Ciri ketiga ialah mengambil bagian dalam sengasara dan penderitaan Kristus,
yang tetap senasib dengan semua orang yang menderita. Ciri ketiga ini yang kuat
mendasari para suster Puteri Kasih dalam pelayanan. “Segala sesuatu yang kamu
lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu lakukan
untuk Aku” (Mat 25:40). Yesus menekankan pentingnya memperhatikan saudara kita
yang miskin dan terlantar. Ia juga menunjukkan bahwa diri-Nya saudara semua orang
Ciri yang keempat yang menjadi sangat penting ialah kerendahan hati. Gereja
sederhana mengakui dirinya sebagai hamba tidak berguna (Luk 17:10). Kerendahan
127
Konferensi Waligereja Indonesia, Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi, (Yogyakarta:
Kanisius, 1996), 105.
128
Konferensi Waligereja Indonesia, Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi, (Yogyakarta:
Kanisius, 1996),451.
129
Konferensi Waligereja Indonesia, Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi, (Yogyakarta:
Kanisius, 1996), 451.
hati Gereja bukan merupakan suatu yang istimewa sebagi lambang kesucian tetapi
justru dengan sikap itu Gereja mau mengakui segala keterbatasanya dan
kebersamaan dan interaksi antara berfikir dengan akal sehat, berperasaan, dan
dalam cara berfikir dapat menghasilkan perubahan yang berarti dalam cara
berperasaan dan berperilaku. Maka, orang yang mengalami gangguan dalam alam
Teori ini kembangkan pada tahun 1950-an oleh Albert Ellis, seorang ahli
130
Konferensi Waligereja Indonesia, Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi, (Yogyakarta:
Kanisius, 1996), 452.
131
Andi Mappiare AT, Pengantar Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2010), 156
132
W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta:
Media Abadi, 2004), 429.
133
Drs. Dewa Ketut Sukardi, MBA, MM, Pengantar Pelaksanaan Bimbingan Konseling di Sekolah,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 51.
emosional dan tingkah laku. Atau secara ringkasnya seorang klien didukung untuk
menggantikan ide-ide yang tidak rasional dengan ide yang lebih rasional untuk
perilaku yang rasional, kebahagiaan, dan aktualisasi diri.135 Dalam konseling rational
emotive, seorang konselor harus menempatkan dirinya sebagai seorang pribadi yang
bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur
maupun untuk berpikir irasional dan jahat.136 Ada beberapa pandangan terkait
hakikat manusia yang diajukan oleh Albert Ellis, yang mewarnai teori Rational
Manusia dipandang sebagai makhluk yang rasional dan juga tidak rasional.
Pada hakikatnya manusia itu memiliki kecenderungan untuk berpikir yang rasional
atau logis, disamping itu juga ia memiliki kecenderungan untuk berpikir tidak
rasional atau tidak logis. Kedua kecenderungan yang dimiliki oleh manusia ini akan
tampak dengan jelas dan tergambar dalam bentuk tingkah lakunya yang nyata.
Dengan kata lain, dapat dijelaskan apabila seseorang telah berpikir rasional atau logis
134
Andi Mappiare AT, Pengantar Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2010), 156
135
Andi Mappiare AT, Pengantar Konseling dan Psikoterapi, 157.
136
Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010),
238.
137 ?
Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, 146-147
yang dapat diterima dengan akal sehat, maka orang itu akan bertingkah laku rasional
Tetapi sebaliknya apabila seseorang itu berpikir yang tidak rasional atau tidak
bisa diterima akal sehat maka ia menunjukkan tingkah laku yang tidak rasional, atau
dalam Rational Emotive Therapy (RET) disebut sebagai manusia yang tidak sehat.
Pola berpikir semacam inilah oleh Ellis yang disebut sebagai penyebab seseorang itu
3. Bahwa diantara manusia ini tidak semuanya tergolong baik, dan ada pula
lain.
masalah orang lain. Karena dipandang oleh seseorag bahwa masalah orang
yang sempurna.
Rational Emotive Therapy (RET) memandang bahwa manusia itu tidak akan
bertindak tentang sesuatu itu. Demikian pula sebaliknya. Karena itu untuk
melaksanakan sesuatu itu, serta apa yang ada dibalik semua itu.
serta potensi mengubah pandangan dasar dan nilai-nilai yang diterimanya secara
tidak kritis.
Sesuai dengan prinsip diferensiasi bahwa seseorang itu tidak ada yang identik atau
sama persis. Rational Emotive Therapy (RET) memandang bahwa individu itu
memiliki potensi untuk memahami kelebihan-kelebihan dan keterbatasan-
harus memiliki potensi untuk berpandangan yang rasional dan realistis, agar individu
2.7.5 Fungsi dan peran konselor dalam Rational Emotive Therapy (RET)
Fungsi konselor dalam Rational Emotive Therapy ini adalah mengajak dan
terang.138
Peran konselor dalam proses konseling rasional emotif akan tampak jelas
a. Langkah pertama
masalah yang dihadapinya berkaitan dengan keyakinannya yang tidak rasional. Disini
klien harus belajar untuk memisahkan keyakinan rasional dari yang tidak rasional.
Pada tahap ini peranan konselor adalah sebagai propagandis yang berusaha
untuk menerima gagasan yang logis dan rasional. Jadi, pada langkah ini peran
konseling ialah menyadarkan klien bahwa gangguan atau masalah yang dihadapinya
b. Langkah kedua
138
W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta:
Media Abadi, 2004), 429.
139
Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: PT Eresco, 1997), 144-
145.
Peranan konselor adalah meyadarkan klien bahwa pemecahan masalah yang
dihadapinya merupakan tanggung jawab sendiri. Maka dari itu dalam konseling
rasional emotif ini konselor berperan untuk menunjukkkan dan menyadakan klien,
bahwa gangguan emosional yang selama ini dirasakannya akan terus menghantuinya
apabila dirinya akan tetap berpikir secara tidak logis. Oleh karenanya klienlah yang
c. Langkah ketiga
menghilangkan cara berpikir dan gagasan yang tidak rasional. Konselor tidaklah
cukup menunjukkan klien bagaimana proses ketidaklogisan berpikir ini, tetapi lebih
jauh dari itu konselor harus berusaha mengajak klien mengubah cara berpikirnya
d. Langkah keempat
menghindarkan diri dari keyakinan yang tidak rasional. Konselor berperan untuk
menyerang inti cara berpikir yang tidak rasional dari klien dan mengajarkan
bagaimana caranya mengganti cara berpikir yang tidak rasional dengan rasional.
Sebagaimana telah diuraikan dimuka bahwa inti dari konseling rasional emotif
adalah menghilangkan cara berpkir yang tidak logis yang dapat menimbulkan
a. Teknik pengajaran
140
Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, 145-146.
Dalam konseling rasional emotif konselor mengambil peranan lebih aktif dari klien.
Maka dari itu teknik pengajaran disini memberikan keleluasaan kepada konselor
b. Teknik konfrontasi
Dalam teknik konfrontasi ini, konselor menyerang ketidaklogisan berpikir klien dan
c. Teknik persuasif
yang diannggap oleh klien benar tidak bisa diterima atau tidak benar.
Dalam teknik ini konselor menugaskan klien untuk mencoba melakukan tindakan
tertentu dalam situasi nyata. Teknik ini bisa dilakukan dengan menugaskan kepada
klien untuk bergaul kepada anggota masyarakat kalau mereka merasa dikucilkan
untuk meneliti sesuai dengan tujuan penelitian. Landasan pemikiran ini juga
hipotesis.141
DAMPAK
Rational-Emotive Therarpy
jawaban sementara atas masalah yang akan diselesaikan, sebelum dibuktikan melalui
pengumpulan data, pengelolahan data, sampai kepada analisis data. Hipotesis akan
dan proses pengumpulan data yang akan dilakukan. Hipotesis bukanlah jawaban
tentang sesuatu hal, adalah bersifat sementara yang belum dibuktikan kebenarannya,
141
I. Made wiranta, Pedoman penulisan Usulan penelitian Skripsi dan Tesis, (Yogyakarta:
Andi), 23-24.
sementara disebut empiris. Hipotesis adalah pernyataan tentatif 142 yang merupakan
dugaan atau terkaan tentang apa yang diamati dalam usaha untuk memahami.
Dengan mengacu pada bagian latar belakang masalah dalam tulisan ini, dan
untuk mengarahkan pembahasan lebih tepat dan terarah, maka disini penulis
kerajinan beribadah dan keaktifan dalam pelayanan di P2MI GMI Marmahani Resor
142
S. Nasution dan Thomel M, Metodologi Research, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1995), 68.
BAB 3
Metodologi Penelitian
sedang diteliti. Kata sistematis adalah merupakan kata kunci yang berkaitan dengan metode
ilmiah yang berarti ada prosedur di tandai dengan keteraturan dan ketuntasan.
Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam penulisan tesis ini,
dalam pelayanan. Selain wawan cara mendalam dengan konseli penulis juga akan
pendampingan Pastoral di dalam gereja. Ada beberapa catatan penting yang menjadi dasar
mengenai sifat-sifat metode penelitian, hal ini berkaitan dengan ciri dan karakteristik metode
1. Bersifat kritis dan analistis: menunjukkan adanya proses yang tepat dan benar untuk
143
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). (Bandung : CV. Alfabeta, 2013)404.
144
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
?
2006), 36.
observasi menjadi kekuatan yang utama dalam menganalisis keadaan setiap individu
2. Bersifat sistematis: memiliki metode yang bersistem, yaitu cara dan tata urutan serta
bentuk kegiatan yang jelas.145 Selain menggunakan sistem wawancara dan observasi
berhubungan dengan peristiwa yang sedang diteliti. Selanjutnya, penulis juga akan
3. Bersifat logis: argumentasi yang digunakan harus secara ilmiah, kesimpulan yang
dibuat secara rasional di dasarkan pada bukti-bukti yang tersedia dan dapat diterima
ilmuwan lainnya dalam studi yang sama, dengan kondisi yang sama pula. Konseptual
dan teoritis: untuk mengarahkan proses penelitian yang dijalankan, maka penulis
kesimpulan yang akan dibuat dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap Anggota
4. Bersifat empiris: metode yang dipakai didasarkan pada kenyataan dan fakta
dilapangan.147 Adapun metode ini sangat relevan digunakan untuk meneliti kenyataan
dan fakta dilapangan. Hal ini diperkuat melalui pemahaman bahwa metode ini
bertujuan utama untuk menangkap arti secara mendalam dari suatu peristiwa, gejala,
Dari uraian di atas, maka tesis ini perlu melakukan penelitian kepustakaan ( library
research). Adapun penelitian kepustakaan yang dilakukan bertujuan untuk memahami mutu
145 ?
Gempur Santoso, Metodologi Penelitian Kuatitatif dan Kualitatif, (Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2005), 4.
146 ?
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, 17.
147 ?
Gempur Santoso, Metodologi Penelitian Kuatitatif dan Kualitatif, 5.
peristiwa yang akan diteliti melalui buku-buku, dokumen dan bahan literiasi lainnya. Penulis
Pastoral sebagai teori, kaum Bapak sebagai subjek penelitian, dan malas beribadah
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan analisis yang mendalam, dilakukan juga
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan teknik
triangulasi, yaitu gabungan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
1. Wawancara
Wawacara adalah interaksi bahasa yang berlangsung antara dua orang dalam situasi
saling berhadapan salah seorang yaitu yang melakukan wawancara meminta informasi atau
ungkapan kepada orang yang diteliti yang berputar disekitar pendapat dan keyakinannya. 148
Dalam jenis wawancara ada beberapa macam yaitu wawancara terstruktur, semi terstruktur,
wawancara terstruktur setiap responden diberikan pertanyaan yang sama dan penulis akan
mencatatnya. Penulis akan menyiapkan pertanyaan yang sudah disusun sebelumnya untuk
memudahkan proses wawancara dan memperoleh hasil yang diinginkan. Informan utama
dalam wawancara ini adalah kaum Bapak (anggota P2MI) yang malas Beribadah.
2. Dokumentasi
148
Emzir, Metode Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 50.
149
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, 317.
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. 150 Dokumen ini sebagai
pelengkap atas hasil observasi dan wawancara. Bentuk dari dokumen ini beraneka ragam,
seperti tulisan, gambar ataupun sebuah karya monumental. Dengan metode dokumentasi ini
penulis mencari dan mendapatkan data-data tertulis laporan tentang kesalahan yang
dilakukan oleh kaum Bapak (P2MI) dan juga laporan-laporan perilaku kaum Bapak (P2MI).
3. Kuesioner
Kuesioner adalah Suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu
masalah atau bidang yang akan diteliti. Tujuan menggunakan kuesioner adalah memperoleh
Menurut Sugiyono kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangakat pertanyaan atau pernyataan yang tertulis kepada responden untuk
dijawabnya.152
Pada penelitian mengenai anggota P2MI yang malas beribadah dan kurangnya
keaktifan dalam kegiatan dan pelayanan dalam gereja di GMI Marmahani, penulis
menggunakan metode dengan cara menyebarkan angket sebagai salah satu alat ukur
di dalam meneliti masalah yang terjadi terkait mengapa anggota P2MI di GMI
Marmahani tidak rajin untuk mengikuti ibadah dan bagaimana tingkat keaktifan
diajukan kepada setiap anggota P2MI masing-masing akan dihitung berdasarkan skor
150
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, 326
151
Cholid dan Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 76.
152
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, 135
atau nilai yang telah disiapkan oleh penulis. Adapun skor yang telah dirancang itu
sebagai berikut:
SKOR/NILAI TINGKATAN
0 – 10 Sangat Rendah
11 – 20 Rendah
21 – 30 Tinggi
31 – 40 Sangat Tinggi
Berdasarkan skor atau nilai yang telah dirancang tersebut, maka akan
diperoleh informasi yang akurat dari diri setiap Kaum Bapak. Adapun tujuannya
adalah supaya mudah untuk melihat tingkat krisisi kerajinan beribadah dan
minimnya tingkat keaktifan melayani dari setiap anggota P2MI. Melalui pertanyaan
yang akan diajukan, dalam bentuk angket, penulis juga menyusun lima pilihan
jawaban yang harus dipilih oleh anggota P2MI tersebut. Tiap-tiap jawaban dalam
angket juga memiliki nilai. Adapun lima pilihan jawaban tersebut, yaitu:
Penulis telah menyusun dua puluh bahan informasi untuk mengukur tingkat
kerajinan beribadah dan keaktifan melayani anggota P2MI. Adapun bahan informasi
tersebut terdiri dari 20 bahan informasi berupa pertanyaan dalam bentuk angket,
dan setiap 10 pertanyaan dalam angket dibagi sesuai dengan yang di ukur. Masing-
beribadah dengan 10 pertanyaan, dan pada ukuran keaktifan melayani juga terdiri
dari 10 pertanyaan. Adapun masing-masing yang akan diukur dapat dilihat dalam
tabel berikut:
NO UKURAN INDIKATOR
1. Mengikuti ibadah
4. Tepat waktu
7. Kesadaran
8. Tidak pilih-pilih
4. Tidak terlambat
5. Senang beribadah
2 KEAKTIFAN MELAYANI
6. Bermisi/Bersifat Perduli
Metode penelitian adalah cara digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data
penelitiannya sedangkan istrumen penelitian alat atau fasilitas yang digunakan oleh penulis
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih sistematis.
Dalam penelitian ini penulis secara khusus memfokuskan kepada laki-laki yaitu kaum
Bapak. Itu sebabnya penulis membatasi jenis kelamin sampel hanya kepada laki-laki/Bapak-
Bapak. Dengan demikian jenis kelamin dari sampel yang akan diteliti oleh penulis adalah
3.4.2 Usia
Dalam penelitian yang akan dilakukan di GMI Marmahani, penulis akan membatasi
usia Bapak yang akan menjadi konseli, yaitu kaum Bapak yang berusia anggota P2MI (35-65
tahun. Table di bawah ini akan menunjukkan nama (telah disamarkan), jenis kelamin dan
usia konseli.
Tabel I
Data Klien
No. Nama Jenis Kelamin Usia
1. IP Laki-laki 43 tahun
2. EP Laki-laki 50 tahun
3. UP Laki-laki 40 tahun
4. RB Laki-Laki 60 tahun
5. AD Laki-Laki 40 tahun
6. SD Laki-laki 48 tahun
8. YP Laki-laki 30 tahun
Dalam penentuan sampel ini, penulis tidak membatasi jumlah konseli pada laki-laki
untuk dipilih, karena penulis lebih berfokus kepada permasalahan malas beribadah kepada
Ditinjau dari status pendidikan dan status kekeluargaan, berdasarkan data yang
diperoleh dari GMI Marmahani, diketahui bahwa kebanyakan konseli berasal dari keluarga:
Tabel II
anak
Populasi unit yang akan diteliti untuk di analisis sifat-sifatnya. Populasi terdiri
dari kelompok yang menjadi pusat perhatian penelitian. Sedangkan sampel adalah
bagian dari objek penelitian secara keseluruhan yang diharapkan dapat mewakili
karakteristik objek secara keseluruhan.153 Adapun populasi atau kelompok yang akan
penulis teliti adalah dimaksud anggota P2MI GMI Marmahani Resor Bandar Maruhur.
Menurut data yang ada, jumlah anggota P2MI GMI Marmahani Resor Bandar Maruhur
yang disebut sebagai populasi adalah sebanyak 13 orang sementara lebih kurang 8
orang dari antara populasi tersebut tergolong pada anggota P2MI yang malas
beribadah dan kurang aktif dalam pelayanan di gereja.154 Dari 8 orang anggota P2MI
tersebut, yang menjadi sampel atau sebagai mewakili karakteristik objek penelitian
Maruhur Distrik 4 Wilayah I berdiri sejak tahun 1962 yang beralamat di Jalan Besar
Negeri Dolok Desa Bandar maruhur Kecamatan Silau Kahean, Kabupaten Simalungun.
Cikal bakal berdirinya GMI Marmahani Bandar Maruhur berasal dari beberapa
penduduk yang ingin masuk beragama Kristen dari yang sebelumnya belum terdaftar
153
Consuelo G. Sevilia, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: UI Press, 1993), 160-161
154
Dokumen Laporan Konferensi Resor GMI Marmahani Resor Maruhur Distrik 4 Wil. 1
tentang data statistik keanggotaan, pada Konferensi Resor terkini tahun 2022.
155
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), 61-62
Gereja Methodist Indonesia yang membuka lahan PARPEM (Partisipasi Pembangunan
pendahulu seperti; keluarga Jadiam Purba yang menjadi Pangulu (Kepala kampung
pertama) masa itu, adiknya Keluarga Tinggi Purba yang di gelari oppung Gereja
pertapakan Gereja berasal dari keluarga ini, adiknya JL Purba, suami dari adik
perempuan mereka Utin Saragih yang menjadi bendahara Gereja. Keluarga Taraman
Purba, Keluarga Tamat Purba. Dan beberapa jemaat dari berbagai dusun pada masa
Bahkan dari Gereja ini lahirlah beberapa pos-pos kebaktian yang anggota jemaatnya
berasal dari jemaat ini sebelumnya. Awalnya di sebabkan jarak yang lumayan jauh
dari Kampung mereka kegereja, maka mereka membuka pos kebaktian di daerah
mereka dan akhirnya berdirilah beberapa Gereja GMI, seperi; GMI Misbou
Damakitang, GMI Sibakkudu, Pos Pelayanan GMI Bongbongan Bawang dan Pos
jemaat juga terjadi dari jemaat jemaat Gereja-Gereja lainnya yang ada disekitar
mereka.
Pada tahun 2021 tercatat jumlah Jemaat GMI Marmahani Resor Bandar
maruhur telah beranggotakan 31 KK, Jemaat GMI Misbou Damakitang 54 KK, Jemaat
jemaat GMI Efata Sidiamdiam 16 KK. Dan masing-masing telah memiliki gedung
gereja permanen. Mengenai kehidupan pekerjaan jemaat GMI Marmahani Bandar
Maruhur terdiri dari beberapa kategori yaitu petani, pedagang, dan satu orang PNS.
3.8. Dinamika Pendampingan Pastoral Kepada Anggota P2MI yang malas beribadah dalam
Pelayanan
Pendampingan Anggota P2MI yang malas beribadah merupakan suatu cara yang
digunakan dalam upaya mengembalikan anggota P2MI pada kondisi keberfungsian sosial dan
dapat terpenuhi semua hak-haknya. Pendampingan yang diberikan kepada Anggota P2MI
yang malas beribadah memiliki tujuan utama yaitu untuk memposisikan Anggota P2MI pada
pelayanan. Adanya ciri-ciri khusus untuk Anggota P2MI yang didampingi yaitu, Anggota
P2MI yang berusia 35-65 tahun yang mengalami malas beribadah. Adapun tahap-tahap
pelaksanaan pendampingan mulai dari perekrutan klien sampai tahap terminasi sebagai
berikut:
1. Persiapan, Pada persiapan untuk kegiatan pendampingan ini pertama kepada jemaat
mendapatkan informasi perihal keberadaan kaum bapak anggota P2MI yang malas
beribadah dan tidak aktif melayani dari majelis Gereja. Kemudian penulis
melaksanakan pendampingan.
dilakukan dengan cara home visit tidak ada materi khusus yang diberikan karena
Bapak secara individu. Dalam proses pendampingan, suasana dibangun sangat akrab,
kekeluargaan, santai dan non formal agar kaum bapak nyaman dan leluasa untuk
adalah sebagai mediator, pembela, motivator dan fasilitator. Kriteria utama untuk
beserta faktor pendukung dan penghambatnya, hasil serta dampak yang ditimbulkan
dari proses pendampingan, sehingga diperoleh dasar yang kuat untuk menetapkan
keluarganya.
4. Terminasi dan rujukan, Terminasi dilaksanakan ketika tujuan telah dicapai dan
pelayanan telah lengkap, ketika kegiatan lebih lanjut tidak ada lagi, ketika
pertolongan yang lain dan pekerja sosial sudah tidak akan terlibat lama lagi.
BAB 4
ANALISA DATA, UJI HIPOTESIS, dan REFLEKSI TEOLOGIS
Samaran)
telah meliki dua orang anak. Namun isteri bapak IP kurang sehat tetapi mereka tidak
begitu terbuka dengan penyakit isterinya. Bapak IP merupakan seorang pekerja yang
gigih dia mengambil banyak jenis pekerjaan yang penting menghasilkan uang untuk
keluarganya. Sambal dia juga mengolah sedikit kebunnya dan diluar waktu ke kebun
Dalam kehidupan sehari-hari bapak IP bukan type bapak yang suka main judi
atau mabuk mabukan. Baginya sayang uang itu di pergunakan untuk mabuk-
mabukan atau di belikan rokok, atau bermain judi. Dia tahu tanpa itu dia juga masih
Kehadiran bapak IP untuk beribadah juga tidak aktif dan tergolong malas
beribadah, hal ini menurut bapak IP hanya karena dia berpikir bahwa dia tidak bisa
memberi yang terbaik seperti jemaat atau kawan-kawan lainnya dalam pemberian
dan dalam pelayanan kepada sesama jemaat atau persekutuan P2MI. Bapak IP
berkata: kadang aku berpikir di rumah orang mewahnya hidangan mereka kalau
P2MI) jadi takut awak hadir marminggu (beribadah Minggu) nanti dimintakan pula
partonggoan dirumahku, ditolak salah, tidak di tolak juga salah. Jadi udahlah biarlah
dulu seperti itu pak pendeta. Dalam hal ini penulis melihat bahwa bapak itu memiliki
kecenderungan untuk ingin yang serba sempurna dalam hidupnya. Ketika itu tidak
terpenuhi lahirlah pemikiran irasional. Hari pertama konselor datang untuk menyapa
dan ingin bertanya bagaimana kabar konseli. Di hari pertama ini juga konseli sudah
dan memberikan masukkan demi masukkan untuk konseli, itu terjadi pada
pertemuan kedua, konselor sedikit demi sedikit memasukkan teori RET dalam
pembicaraan kepada konseli, konselor melihat konseli dengan keadaan yang baik dan
suasana yang baik. Dalam pertemuan ketiga konselor melihat bahwa keadaan konseli
sudah mau mengikuti dan diajak untuk beribadah P2MI, akhirnya konseli mau
mengikuti ibadah dan setelah pulang beribadah konselor memberi masukkan dalam
dan konseli tau apa tujuan konselor datang dan pada akhirnya konseli mau
mengambil komitmen untuk datang. Setelah beberapa kali datang beribadah konselor
Sesi Follow Up
rasional. Bahwa dalam beribadah tujuan utama para jemaat tentu bukanlah makanan
dan minum (Snake) yang di hidangkan, tapi beribadah dan mendengarkan Firman
Tuhan. Jemat tidak berpikir seperti apa yang dipikirkan oleh bapak IP. Karena pada
kenyataannya tidak semua juga jemaat itu ketika ibadah di rumahnya memberikan
pelayanan konsumsi (Snake) yang mewah dirumahnya, tapi justru apa yang bisa dan
mampu ia berikan saja. Lima hari kemudian Penulis kembali menjumpai bapak IP di
rumahnya, bapak IP tersenyum dan berkata: saya akan berpikir seperti Maria pak
pendeta, bahwa mendengar Firman Tuhan harus menjadi yang lebih utama(Luk
10:39). Dan saya yakin juga itu yang paling di inginkan jemaat bukan apa jedah
(snake) kita yang di pikirkan. Biarlah komitmen itu dipegang dan beribadah dengan
sepasang anak laki dan perempuan. Bapak EP seorang pengepul atau tokeh sawit,
dari segi penghasilan bapak EP memiliki penghasilan yang terbilang baik sekali.
Namun bapak EP juga adalah orang yang malas beribadah bahkan dikatakannya tidak
aktif beribadah. Isteri bapak EP adalah seorang pengurus PWMI (persekutuan wanita
Methodis Indonesia) di Gereja GMI Marmahani. Yang selalu aktif dalam pelayannan
bapak EP ingin supaya baju itu berkualitas bagus maka harus dibeli yang harga
kebersamaan di P2MI. Akhirnya membeli baju seragam gagal dan bapak EP merasa
kecewa karena usulnya tidak di terima padahal itu adalah untuk kebaikan dan
penampilan baik bagi P2MI menurut dia. Dan akhirnya membuat ia malas bertemu
dengan beberapa orang anggota P2MI dan lainnya termasuk bertemu di Gereja.
Penulis melihat bahwa bapak EP berpikir dia tidak di hargai dan di hormati sehingga
usulannya di tolak.
Hari pertama konseli datang untuk menyapa dan ingin bertanya bagaimana
kabar konseli. Di hari pertama ini juga konseli sudah membuka permasalahan yang
jemaatnya.
dan memberikan masukkan demi masukkan untuk konseli itu terjadi untuk
pertemuan kedua, konselor sedikit demi sedikit memasukkan teori RET dalam
pembicaraan kepada konseli, konselor melihat konseli dengan keadaan yang baik dan
suasana yang baik. Dalam pertemuan ketiga konselor melihat bahwa keadaan konseli
sudah mau mengikuti dan diajak untuk beribadah di P2MI, dan akhirnya konseli mau
dan konseli tau apa tujuan konselor datang dan pada akhirnya konseli mau
mengambil komitmen untuk datang. Setelah beberapa kali datang beribadah konselor
Sesi Follow Up
Bahwa ketidak sepakatan dalam menerima usulan dari bapak EP untuk membeli baju
yang bagus dengan harga yang lebih mahal itu bukanlah karena bapak-bapak tidak
menghargai dan menghormati beliau. Tapi ada hal hal lain yang mereka sampaikan
yang tidak dipertimbangkan oleh bapak EP seperti jumlah uang kas yang tidak
mungkin di habiskan semua untuk membeli baju sementara ada rencana kegiatan
lainnya juga yang membutuhkan dana untuk pelaksanaannya. Hal itu juga memang
disampaikan dalam pertemuan itu menurut EP tapi dia tidak berpikir seperti itu. Dari
kerjanya untuk berbicara dengan bapak EP . Konselor bertukar pikiran dengan Bapak
ini bahwa tidak semua jemaat sanggup untuk membeli baju dengan harga yang
disampaikan Bapak EP karena mengingat bahwa gaji dari rekan-rekan lainnya sedikit
dan banyaknya kebutuhan yang diperlukan. Setelah lima hari kemudian penulis
pertemuan enam hari yang lalu. Dengan sedikit tersenyum bapak EP mengatakan;
“Tongon do hatamu ai lae”(betulnya yang lae katakana itu) bahwa banyak hal yang
paling perlu kita lakukan di Gereja kita bukan masalah baju, apalah itu? paling berapa
kali tampil udah itu dah malunya awak make lagi kalua ngak ganti. Yang murah
meriah juga bagusnya itu. Tapi yang utama ibadah kita memuliakan Tuhan. Penulis
angkat jempol dan mengatakan beribadahlah dengan setia kepada Tuhan, itu yang
Bapak UP telah menikah dengan WS dan telah di karunia 2 orang putri. Bapak
UP adalah seorang karyawan di pabrik sawit yang mengawasi bagian tertentu pada
pengolahan sawit. Dari segi penghasilan bapak ini memiliki gaji yang lumayan di
dianggap bergaul dengan banyak masyerakat. Dan pergaulan itu juga membuat UP
Dan inilah menurutnnya yang menjadi alasan dia tidak bisa aktif dalam
sengdong nahape ibagas pikiranku pakon uhurhu da” (Kalau aku tulang ngak ada
yang kemana-mana dalam pikiranku dan hatiku) bagusnya semua tapi itulah
maklumlah akan keadaanku yang sibuk, harus ku ikutinya semua kesibukan sosial,
Pada hari pertama ini penulis menilai bahwa bapak UP dengan memberikan
anggota Gereja.
Hari kedua konseli datang untuk menyapa dan ingin bertanya bagaimana
kabar konseli. Di hari kedua ini juga konseli sudah membuka permasalahan yang ada.
jemaatnya.
dan memberikan masukkan demi masukkan untuk konseli itu terjadi untuk
pertemuan kedua konselor sedikit demi sedikit memasukkan teori RET dalam
pembicaraan kepada konseli, konselor melihat konseli dengan keadaan yang baik dan
suasana yang baik. Dalam pertemuan ketiga konselor melihat bahwa keadaan konseli
sudah mau mengikuti untuk beribdah P2MI. Konselor selalu berusaha memberikan
dan konseli tau apa tujuan konselor datang dan pada akhirnya konseli mau
Sesi Follow Up
Penulis menilai bahwa bapak UP sebenarnya bukan tidak memiliki waktu untuk
datang beribadah tetapi dia tidak memiliki keinginan untuk datang beribadah. Karena
kata pepatah mengatakan: Dimana ada kemauan disitu ada jalan. Bapak UP harus
pertama meyakini bahwa dia harus beribaha karena itu adalah perintah Tuhan dan
aturan dari Gereja. jadi jangan pikirkan tidak ada waktu, atau tidak sempat tapi
pikirkan bahwa aku harus beribadah karena itu kewajiban saya sebagai umat dan
sebagai jemaat.
Bahwa apa yang dipikirkan bapak UP yang berpikir dia tidak memiliki waktu
karena kesibukan. Dan mumgkin akan mempengaruhi pekerjaannya hal itu tidak
benar, karena pada kenyataanya banyak waktu yang di kerjakannya untuk duduk-
duduk di warung dan tempat-tempat lainnya. Dan meyakinkan bapak UP kalua dia
mengatur waktu dengan baik pasti di bisa melakukan semuanya dengan baik.
mengatakan akan saya pikirkan saran tulang. Pertemuan di akhiri dengan berdoa.
Lima hari kemudian penulis kembali menemui bapak UP dan bertanya tentang
hasil pertemuan enam hari lalu, apakah ada yang dipirkan tentang hal itu. Sambal
yang tulang katakan memang betul itu karena tidak ada ke inginannya itu, kalau ada
keinginan ngakpun terus datang setiap hari minggu, pasti bisanya beribadah dengan
baik. Jadi saya akan upayakan beribadah setiap minggunya dengan baik Tulang,
perempuan yang bernama SS (nama samaran). Pernikahan itu berjalan dengan baik,
baik itu pemberkatan pernikahan maupun dalam pesta adat. Namun tidak tahu
kenapa pernikahan itu hanya berlangsung lebih kurang tiga bulan dan si perempuan
pun meninggalkan suaminya dan tidak tahu kemana dia pergi. Semua keluarga
keluarga juga tidak mengetahui apa penyebab isteri pertamanya itu meninggalkan
suaminya begitu saja. Tapi ada kemungkinan menurut beberapa keluarga RB bahwa
si perempuan itu kemungkinan terkejut melihat sikap dan kehidupan sehari-hari dari
Memang bapak RB orang yang pendiam tidak suka banyak berbicara dia lebih
pergi keluar rumah tanpa memberitahu isteri dan pulang malam, bahkan pulang pagi
tanpa memberitahu si isteri. Mereka menikah karena ada perjodohan yang dibuat
oleh orang tua mereka karena ada keluarga yang memperkenalkan sosok si
seorang anak. Bapak RB adalah seorang anggota P2MI di GMI Marmahani Bandar
Maruhur, namun keaktifan bapak RB dalam beribadah di Gereja sangat tidak Nampak
bahkan bisa dikatakan hanya beberapa kali yaitu pada saat tahun baru. Padahal isteri
dari RB adalah guru sekolah minggu di Gereja yang mengharapkan supaya RB aktif
yang melayani di gereja itu adalah orang-orang yang di bawah umurnya dan
mengatakan; “siapa rupanya mereka itu, anak-anak kemarin sorenya, masak mereka
yang mengajari saya? Lebih pandainya aku dari mereka. Tapi kalau mereka pendeta
atau guru injil oke lah, ini kan dibawah bawah awaknya itu”. Makanya aku malas
bergereja (beribadah)”. Dalam hal ini penulis memahami bahwa penyebab berpikir
irasional bapak RB adalah ia ingin di hargai sebagai orang yang lebih tua dari yang
lainnya.
Hari pertama konseli datang untuk menyapa dan ingin bertanya bagaimana
kabar konseli. Di hari pertama ini juga konseli sudah membuka permasalahan yang
jemaatnya.
dan memberikan masukkan demi masukkan untuk konseli itu terjadi untuk
pertemuan kedua konselor sedikit demi sedikit memasukkan teori RET dalam
pembicaraan kepada konseli, konselor melihat konseli dengan keadaan yang baik dan
suasana yang baik. Dalam pertemuan ketiga konselor melihat bahwa keadaan konseli
sudah mau mengikuti untuk diajak untuk beribdah P2MI, konselor senantiasa
dan konseli tau apa tujuan konselor datang dan pada akhirnya konseli mau
mengambil komitmen untuk selalu hadir beribadah . Setelah beberapa kali datang
Sesi Follow Up
Pada sesi ini penulis berusaha menunjukkan kepada RB bahwa masalah yang
melayani, itu bukan masalah siapa yang lebih tua umurnya, siapa yang lebih pintar,
siapa yang lebih kaya. Tetapi siapa yang bersedia memberi dirinya untuk terpanggil
menjadi pelayan di Gereja. Kalau masalah umur dalam Alkitab (1 Timotius 4:12) juga
di katakana bahwa Timotius masih muda, banyak yang lebih tua dari Timotius. Tapi
Semuanya itu untuk kemuliaan Tuhan bukan untuk kemuliaan manusia atau pelayan
Tuhan. Pelayanan itu tidak hanya di percayakan kepada Pendeta Atau Guru Injil
tetapi kepada Jemaat juga diharapkan aktif dan melayani. Konselor melakukan
pendekatan kepada Bapak RB dengan terus datang kerumahnya, juga ikut dalam
kegiatan yang bisa dijangkau konselor. Setelah konseli berkata bahwa hanya pak
pendeta mau dekat dengan saya tanpa memandang usia dan kedewasaan saya.
Setelah itu konselor dengan giat terus mendekatinya dan merubah pikiran si bapak
tadi supaya bapak ini terpengaruh, setelah itu konselor mengajaknya dalam kegiatan
P2MI dan memperlihatkan bahwa ikut ibadah dan juga aktif dalam pelayanan itu
tidak harus menilai seseorang tetapi hati konseli yang sudah dekat/mengenal dengan
Tuhan. Setelah beberapa hari akhirnya si Bapak mau ikut dalam kebaktian P2MI dan
Pertemuan ditutup dengan berdoa bersama bapak RB. Lima hari kemudian
penulis kembali menemui bapak RB sambil tersenyum dan agak tertawa bapak RB
pelayan-pelayan yang masih muda, itu karena mereka adalah “juak-juak ni Naibata do
homa” (pelayan pelayan Tuhan juga) untuuk memimpin persekutuan dalam ibadah
Gereja. Saya juga sadar bahwa saya juga orang yang tidak pantas berdiri didepan
sebagai contoh, karena kelakuan ku juga banyak yang tidak baik. Saya akan beribadah
walaupun sebagai jemaat ajalah dulu lae. Pertemuan di akhiri dengan doa dan
Bapak AD telah menikah dengan IR namun sampai tulisan ini dibuat keluarga
ini belum mendapatkan anak dari hasil pernikahan mereka. Walaupun memang
mereka juga telah mengadopsi anak kandung dari abang kandung dari bapak AD.
Abang bapak AD telah lama meninggal kemudian isteri dari abang bapak Ad
anaknya, maka ana-anak itu diambil oleh bapak AD menjadi anaknya dan sudah
namun pisang barangan tidak bertahan lama kemudian diapun beralih membuka
toko kelontong di rumah yang dia bangun kembali. Bapak AD adalah orang yang aktif
(bagian daging Babi atau lembu yang dibagi sesuai aturan adat) dan patuh teguh
kawan-kawan yang lain juga malas beribadah. “iyak sideape malas do marminggu
partonggoan pe hu rumah diri seng roh sidea” (iyah merekapun malasnya beribadah
kebaktian rumah pun dirumah saya mereka tidak hadir) malas aku melihat semuanya
kecenderungan untuk hidup bergantung kepada orang lain seperti yang dikatakan
Hari pertama konseli datang untuk menyapa dan ingin bertanya bagaimana kabar
konseli. Di hari pertama ini juga konseli sudah membuka permasalahan yang ada.
jemaatnya.
dan memberikan masukkan demi masukkan untuk konseli, itu terjadi untuk
pertemuan kedua, konselor sedikit demi sedikit memasukkan teori RET dalam
pembicaraan kepada konseli, konselor melihat konseli dengan keadaan yang baik dan
suasana yang baik. Dalam pertemuan ketiga konselor melihat bahwa keadaan konseli
sudah mau mengikuti dan diajak untuk beribdah P2MI, dan setelah pulang ibadah
dan konseli tau apa tujuan konselor datang dan pada akhirnya konseli mau
mengambil komitmen untuk selalu datang beribadah. Setelah beberapa kali datang
Sesi Follow Up
rasional. bapak AD telah menggantungkan imanya kepada orang lain, bapak AD telah
mencontoh dan mengikuti hal-hal yang tidak baik dari orang-orang tertentu. Dan ini
merupakan kekeliruan yang besar, seharusnya yang di ikuti atau yang dicontoh
Keinginan Tuhan dan juga keinginan Gereja bahwa semua jemaat itu rajin
mengikuti setiap kebaktian/ibadah gereja jadi jangan kita buat orang lain menjadi
ukuran kerajina beribadah kita. Orang lain itu banyak masalahnya juga yang perlu
kita kuatkan dan bantu. Setidaknya kita menjadi contoh bagi yang lainnya tentang ke
aktifan kita beribadah. Sehingga orang lain melihat ini yang baik seperti yang di
“Betul yang tulang katakan kenapa malah saya mencontoh yang tidak baik, maka saya
berpikir saya akan menjadi contoh yang baik bagi orang lain bila perlu Tuhan pakai
menolong orang lain untuk ber iman kepada Tuhan. Dan rajin beribadah”. Penulis
Bapak EPT sudah menikah dengan ibu WS dan dikaruniai tiga orang anak
laki-laki dan anaknya sebagian sudah berhasil satu mejadi anggota TNI satu lagi lulus
di perpajakan dan satu masih tingkat SLTA. Isteri bapak EPT adalah seorang guru
(PNS) dan kesibukan bapak EPT sebagai petani dan memiliki mobil langsir. Dalam hal
Menurut bapak EPT Kemalasan bapak EPT untuk aktif beribadah disebabkan karena
melihat rekan-rekannya yang tetap tidak aktif beribadah, pada hal, ia katakan: “Sudah
saya buat contohnya diri saya rajin beribadah, di P2MI juga, sudah saya ajak, tapi
kawan-kawan tidak berubah tidak menghargai usaha saya itu, jadi gimana lagi
menurut lae, akhirnya ya udahlah akupun jadi malas beribadah, capek saya“.
Bapak EPT berpikir bahwa dia telah menjadikan dirinya contoh seharusnya
yang lain menghargai itu dengan mengikutinya, tetapi dia melihat tidak ada yang
mengikutinya, berarti tidak ada dari mereka yang menghargainya. Hal ini menurut
pemahaman penulis bahwa seseorang itu pada hakikatnya ingin dihargai, dan ketika
itu tidak terjadi bisa menimbulkan pikiran irasional dan prilaku irasional juga.
Hari pertama konseli datang untuk menyapa dan bertanya bagaimana kabar konseli.
Di hari pertama ini juga konseli sudah membuka permasalahan yang ada. Konseli
dan memberikan masukkan demi masukkan untuk konseli, pada pertemuan kedua
konselor sedikit demi sedikit memasukkan teori RET dalam pembicaraan kepada
konseli, konselor melihat konseli dengan keadaan yang baik dan suasana yang baik.
Dalam pertemuan ketiga konselor melihat bahwa keadaan konseli sudah mau diajak
untuk beribdah di P2MI, dan setelah pulangnya konselor memberi masukkan dalam
beberapa kali datang beribadah konselor mengajak konseli untuk ikut melayani.
Sesi Follow Up
bahwa hasil dari usaha bapak EPT menjadi contoh dan teladan yang menurutnya
seharusnya di ikuti orang lain ukuranya tidak kepada manusia. Tapi itu merupakan
kewajiban kita sebagai orang yang percaya kepada Tuhan untuk tetap beribadah
kepada Tuhan dan menjadi teladan bagi orang lain. Tanpa harus melihat ukurannya
dari respon orang dengan mencontohnya langsung, mungkin hari ini biasa saja belum
Tetap melakukan yang baik dan menjadi contoh dan teladan bagi orang lain.
Seperti yang di harapkan dalam Firman Tuhan agar seperti Timotius tetap menjadi
teladan. Dalam nas itu di katakan: “Jadilah teladan bagi orang-orang percaya” (1
Timotius 4:12). Artinya itu adalah kewajiban kita orang-orang percaya untuk menjadi
mengikutinya atau tidak. Tapi tetaplah lakukan yang terbaik menjadi teladan yang
baik. Pertemuan di akhiri dengan berdoa bersama karena kebetulan bapak itu ada
Enam hari kemudian penulis mendatangi bapak EPT di rumahnya. Bapak EPT
menyambut dengan mengatakan: “Horas Lae, naha kabar” penulis menjawab: “kabar
baik lae”. Penulis menanyakan bagaimana hasil dari pertemuan yang lewat? bapak
EPT mengatakan: “betulah yang lae katakana, saya seharusnya tidak melihat kepada
orang lain tentang perbuatan iman saya, karena memang kewajiban saya, kewajiban
orang beriman untuk beribadah dengan baik kepada Tuhan, tanpa mengukurkannya
kepada siapapun, jadi saya akan tetap memberi contoh yang baik dalam ibadah dan
pelayanan saya”. Lalu pertemuan diakhiri dengan doa karena bapak EPT sedang
Samaran)
Bapak SD sudah menikah dengan ibu RS dan telah dikaruniai tiga orang anak
laki-laki pekerjaan bapak SD selain berkebun, dan beternak lembu bapak ini juga
pengepul atau tokeh karet (Getah) namun sekarang sudah sangat berkurang pohon
karet, karena masyerakat sudah banyak beralih kepada menanam kelapa sawit. Maka
Bapak SD memang orang yang memiliki sifat pendiam, bapak ini tidak suka
banyak bicara dan terkadang hanya menjawab dengan senyum saja. Kehadiran dan
memang lagi malasnya ajanya itu pendeta, ngak adanya penyebab yang lain-lain,
doakan pak pendeta sajalah supaya aku jangan malas beribadah itu sajanya itu”.
Namun penulis ingin mengetahui lebih dalam tentang hal penyebab malas beribadah
mengatakan: “itulah juga yang kukesalkan dengan kawan-kawan ini terkadang sulit
sekali mengambil kebersamaan dalam program kegiatan P2MI, seprtinya lang dong
na martoruhni uhur (ngak ada yang merendahkan hati).” Sehingga banyak usulan
tapi tidak ada keputusan gantung semua, contohnya kesepakatan membuat baju
seragam gagal dan lainnya. Penulis melihat bapak SD sangat kecewa melihat sikap
dan keadaan beberapa anggota P2MI. Ketidak senangan, ketidak puasan, ataupun
ketidak bahagiaan pada seseorang bisa menimbulkan pikiran irasional dan prilaku
irasional.
Hari pertama konseli datang untuk menyapa dan ingin bertanya bagaimana
kabar konseli. Di hari pertama ini konseli sudah mulai membuka permasalahan yang
jemaatnya.
dan memberikan masukkan demi masukkan untuk konseli, itu terjadi pada
pertemuan kedua dan konselor sedikit demi sedikit memasukkan teori RET dalam
pembicaraan kepada konseli, konselor melihat konseli dengan keadaan yang baik dan
suasana yang baik. Dalam pertemuan ketiga konselor melihat bahwa keadaan konseli
sudah mau diajak untuk beribadah P2MI, akhirnya konseli mau mengikuti ibadah
kepada konseli.
dan konseli tau apa tujuan konselor datang dan pada akhirnya konseli mau
Sesi Follow Up
Bahwa kekecewaan bapak SD kepada anggota P2MI yang lain bukan mejadi
alasan untuk mengalihkan hukuman itu kepada Tuhan. Orang boleh kecewa kepada
orang lain tetapi tidak menjadikannya itu alasan untuk melawan Tuhan. Kewajiban
orang yang percaya kepada Tuhan adalah untuk tetap memberikan dan melakukan
yang terbaik kepada Tuhan. Tanggung jawab kita kepada Tuhan tidak diukurkan
Enam hari kemudian penulis menemui bapak SD di teras rumah beliau. Dan
menyapa dengan kata “Horas”, dan menanyakan tanggapannya sebagai hasil dari
sandokahon lae jadi hu uhumi Tuhan halani lang sosok uhurhu mangidah hasoman
par bapaon (memang salahlah aku selama ini ya lae, jadi kuhukum Tuhan karena
hanya ketidak cocokan hatiku melihat teman kaum bapak). Jadi kedepan ini saya
akan memuliakan Tuhan dengan rajin beribadah kepada Tuhan”. Penulis mengangkat
mereka telah di karuniai dua orang anak perempuan. Bapak YP adalah seorang
pedagang untuk pangkalan Gas elpiji yang ukuran 3 Kg. Di Desa itu dia menjadi
pemasok gas elpiji untuk rumah tangga. Memang selain dia ada juga yang menjual gas
Bapak YP juga adalah orang yang sering ikut bermain judi bahkan kadang dia
pulang malam sekali bahkan sampai pagi, apalagi kalua ada pesta yang memakai
organ tunggal atau disebut keyboar. Maka bapak ini suka mengikutinya karena di
sana pasti ada orang yang bermain judi. Dan ada juga biduan dangdut yang bisa
diajak berjoget ada minuman dan lain-lain. Memang orang tua laki-laki dari bapak YP
semasa hidupnya adalah orang yang sangat dikenal sebagai pemain judi, asal di ajak
pasti dia akan ikut. Orang tua dari bapak YP adalah seorang pensiunan PNS di kantor
kecamatan.
tanyakan, ia katakan tiadak ada karena ada apa-apa. Tapi karena saya tau siapa diri
saya yang penuh dengan dosa dan orang pun tahu siapa saya banyak dosa. Saya
berpikir jangan-jangan nanti saya datang ke Gereja di bilang orang pula kepada saya:
ngak salah masuk kantor ini ?, makanya saya berpikir ya udahlah. Tidak usahlah aku
ke Gereja kupikir. Itunya itu pak pedeta ngak ada yang lain-lain dalam pikiran dan
hatiku baiknya semua mereka jemaat. Ketika penulis menanyakan apakah memang
sudah ada bukti orang yang pernah mengatakan hal seperti itu kepada bapak YP, dia
katakana memang belum pernah ada. Saya hanya memikirkan mungkin itu lah yang
akan terjadi. Hal ini bapak YP memiliki pikiran pikiran negative tentang orang lain
Hari pertama konseli datang untuk menyapa dan ingin bertanya bagaimana
kabar konseli. Di hari pertama ini juga konseli sudah membuka permasalahan yang
jemaatnya.
dan memberikan masukkan demi masukkan untuk konseli itu terjadi untuk
pertemuan kedua konselor sedikit demi sedikit memasukkan teori RET dalam
pembicaraan kepada konseli, konselor melihat konseli dengan keadaan yang baik dan
suasana yang baik. Dalam pertemuan ketiga konselor melihat bahwa keadaan konseli
sudah mau mengikuti ibadah P2MI, dan setelah pulangnya konselor memberi
dan konseli tau apa tujuan konselor datang dan pada akhirnya konseli mau
mengambil komitmen untuk datang. Setelah beberapa kali datang beribadah konselor
Sesi Follow Up
rasional. Disini bapak YP harus belajar untuk memisahkan keyakinan rasional dari
yang tidak rasional. Bahwa apa yang dipikirkan bapak YP itu adalah hal-hal yang
menurut penafsirannya saja. Sehingga dia memandang semua orang sebagai yang
jemaat, penyebabnya itu dari pikiran YP saja dan ia harus merubah pikiran irasional
itu.
menghindarkan diri dari keyakinan yang tidak rasional. Bahwa jemaat jemaat tidak
pernah berpikir yang aneh-aneh terhadap bapak YP. Justru Gereja membutuhkan ke
aktifan beribadah dan kehadiran serta pelayaan bapak YP di Gereja GMI Marmahani
Bandar maruhur.
keadaan bapak setelah beberapa hari lalu , bapak YP mengatakan: saya bermohon
kepada Tuhan agar mengapuni dosa-dosaku dan aku akan beribadah dengan rajin di
Berdasarkan hasil analisis data di atas, diketahui bahwa konseli yang memiliki
konsep diri negatif terdapat 8 orang. Kaum Bapak yang berada pada konsep diri
pelayanan. Berdasarkan hal ini terlihat bahwa konseling dengan pendekatan RET
menggunakan teknik self talk ini dapat meningkatkan konsep pertumbuhan Rohani,
konseling yang telah dilakukan, diketahui bahwa kaum bapak tersebut belum pernah
mengalami hal tersebut secara langsung, ia mengaku mereka hanya datang dan
setelah itu pulang juga sering tidak hadir dalam ibadah P2MI. Pada kaum Bapak yang
menjadi sampel penelitian itu terjadi dan memang sudah diakui oleh Kaum Bapak.
untuk berfikir secara rasional. Berdasarkan hasil skor pengukuran skala kerajinan
beribadah dan keaktifan Pelayanan yang diperoleh Kaum Bapak yang dijadikan
sampel yaitu IP, EP, UP, RB, AD, EPT, SD, YP mengalami peningkatan, ini terlihat dari
skor pada kondisi baseline konsep malas beribadah. Setelah diberikan konseling
berupa konseling pendekatan RET menggunakan teknik self talk sebanyak 5 kali
memang tidak terlalu banyak, namun setelah konseling skor yang diperoleh ke
delapan sampel tersebut sudah berada pada kategori pertumbuhan rohani juga
kerajinan beribadah.
rohani, kerajinan beribadah, juga tidak aktif dalam pelayanan dan merasa dirinya
tidak sebanding dengan orang lain, hal inilah yang membuat Kaum Bapak menjadi
pesimis.
negatif individu terhadap dirinya, respon orang lain terhadap dirinya. Ketidak
mampuan Kaum Bapak dalam memandang dirinya secara baik merupakan salah satu
penyebab rendahnya konsep diri yang paling terlihat dari Kaum Bapak. Jika Kaum
Bapak sudah memandang dirinya tidak baik maka Kaum Bapak tersebut akan
bertingkah laku seperti apa yang ia pikirkan. Sesuai dengan yang di ungkapkan oleh
Desmita156
“perilaku individu selaras dengan cara individu memandang dirinya sendiri. Apabila
individu memandang dirinya sebagai orang yang tidak mempunyai kemampuan
untuk melakukan suatu tugas, maka seluruh perilakunya akan menunjukkan
ketidakmampuannya tersebut.”
positif maka positiflah individu tersebut, namun jika individu memandang dirinya
mempengaruhi konsep diri, yaitu “self apprial, reaction and responses of others, role
you play. Self apprial yaitu kesan individu terhadap dirinya, reaction and responses of
156
Desmita, Psikologi Pendidikan, (STAIN Batusangkar Press: Batusangkar, 2014), 176.
157
A. Sobur, Psikologi Umum, (Pustaka Setia: Bandung, 2003), 505
others yaitu reaksi serta respon orang lain terhadap dirinya, role you play yaitu peran
konsep diri seseorang, diantaranya kesan atau pandangan individu terhadap dirinya
sendiri, jika individu memandang dirinya positif, maka positiflah konsep dirinya dan
sebaliknya. Faktor lain yang dapat mempengaruhi konsep diri yaitu reaksi atau
respon orang lain terhadap dirinya, jika individu menerima respon yang negatif dari
orang lain terhadap dirinya maka individu dengan konsep diri yang negatif akan
memandang negatif juga dirinya dan peran yang dimainkan oleh individu itu sendiri.
potensi yang dimiliki secara optimal, dapat menyesuaikan diri secara baik dengan
angka pemikiran irasional dan meningkatnya kepercayaan diri anggota P2MI. Hal ini
diharapkan.
anggota P2MI tersebut begitu antusias untuk melayani, masing-masing sesuai dengan
bakat atau potensi yang mereka miliki, dan tidak dapat dipungkiri bahwa hal ini
konseli sebelum melakukan RET dan sesudah melakukan RET berikut tabelnya:
Tabel III
merendahkan hati
Tabel IV
Nama
1 IP 43 L 2 1 0 2 2 2 2 2 1 1 15 Rendah
2 EP 50 L 2 1 0 0 1 0 0 2 2 0 8 Sangat Rendah
3 UP 40 L 1 2 2 0 2 0 2 3 2 0 14 Rendah
4 RB 60 P 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 17 Rendah
5 AD 40 L 1 0 0 1 1 0 2 3 0 0 8 Sangat Rendah
6 EPT 55 L 2 2 2 1 2 1 3 3 1 0 17 Rendah
7 SD 48 L 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 15 Rendah
8 YP 30 L 2 1 0 2 2 1 1 3 2 1 15 Rendah
Pada tabel 4 di atas dapat lihat bahwa ada 10 pertanyaan yang di jawab oleh
Kaum Bapak dengan memilih jawaban salah satu angka yang sudah disedikan oleh
sebelumnya.
1 = Pernah
2 = Kadang-kadang
3 = Sering
4 = Selalu
Penulis menguraikan penilaian test untuk tingkat kerajinan Kaum Bapak beribadah
adalah:
1). Nilai 0 – 10: Pada tahap ini, tingkat kerajinan konseli untuk beribadah sangat
rendah
2). Nilai 11 – 20: Pada tahap ini, tingkat kerajinan konseli untuk beribadah rendah
3). Nilai 21 – 30: Pada tahap ini, tingkat kerajinan konseli untuk beribadah tinggi
4). Nilai 31 – 40: Pada tahap ini, tingkat kerajinan konseli untuk beribadah sangat
tinggi
Dari pengolahan data sesuai dengan acuan ukuran nilai yang terdapat di atas,
maka tingkat kerajinan anggota P2MI dalam beribadah di jemaat GMI Marmahani,
Nama Konseli
No Skor Keterangan
(Inisial)
1 IP 15 Rendah
2 EP 8 Sangat Rendah
3 UP 14 Rendah
4 RB 17 Rendah
5 AD 8 Sangat Rendah
6 EPT 17 Rendah
7 SD 15 Rendah
8 YP 15 Rendah
Dari hasil data yang ditunjukkan di atas dapat dilihat bahwa tingkat kerajinan
anggota P2MI beribadah di GMI Marmahani adalah tergolong sangat rendah dan
Tabel V
(Inisial)
1 IP 43 L 1 0 0 2 2 2 1 1 1 0 10 Sangat Rendah
2 EP 18 L 2 2 0 2 2 0 0 1 1 1 11 Rendah
3 UP 17 L 1 0 0 0 2 2 2 1 0 1 9 Sangat Rendah
4 RB 15 L 2 1 1 0 2 1 1 0 1 1 10 Sangat Rendah
5 AD 15 L 1 0 0 1 2 1 1 0 0 1 7 Sangat Rendah
7 SD 13 P 1 0 1 2 2 2 2 2 1 1 14 Rendah
8 YP 17 L 0 1 0 2 2 1 0 1 0 1 8 Sangat Rendah
Pada tabel 5 di atas, dapat dilihat dengan jelas bahwa dari 10 pertanyaan yang
di jawab oleh anggota P2MI dengan memilih jawaban salah satu angka yang sudah
1 = Pernah
2 = Kadang-kadang
3 = Sering
4 = Selalu
Penulis menguraikan penilaian test untuk tingkat keaktifan Kaum Bapak melayani
adalah:
1). Nilai 0 – 10: Pada tahap ini tingkat keaktifan Kaum Bapak dalam melayani sangat
rendah
2). Nilai 11 – 20: Pada tahap ini tingkat keaktifan Kaum Bapak dalam melayani
rendah
3). Nilai 21 – 30: Pada tahap ini, tingkat keaktifan Kaum Bapak dalam melayani tinggi
4). Nilai 31 – 40: Pada tahap ini, tingkat kerajinan konseli untuk beribadah sangat
tinggi
Dari pengolahan data sesuai dengan acuan ukuran nilai yang terdapat di atas,
melalui tabel di bawah ini, maka tingkat keaktifan anggota P2MI dalam melayani di
jemaat GMI Marmahani Resor Maruhur Distrik 4 Wil. 1, dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
(Inisial)
1 IP 10 Sangat Rendah
2 EP 11 Rendah
3 UP 9 Sangat Rendah
4 RB 10 Sangat Rendah
5 AD 7 Sangat Rendah
7 SD 14 Rendah
8 YP 8 Sangat Rendah
Melalui data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat keaktifan anggota P2MI
konseling pastoral supaya anggota P2MI menjadi aktif melayani. Dengan keadaan
seperti ini penulis dapat berhasil memberikan konseling kepada Kaum Bapak untuk
Pastoral Dilakukan
Pada tahap ini, penulis membuat tabel perbandingan tentang keadaan anggota
P2MI GMI Marmahani Resor Maruhur Distrik 4 Wil. 1 sebelum dan sesudah
dalam tingkat kehadiran anggota P2MI beribadah dan tingkat keaktifan anggota P2MI
melayani. Berikut ini data yang telah penulis peroleh melalui hasil angket yang
dibagikan kepada ke 8 anggota P2MI, dan penulis telah melakukan pengolahan data
tersebut dalam bentuk tabel sehingga dapat lebih jelas terlihat perubahan atas
Kaum Bapak GMI Marmahani Sebelum dan Sesudah Pendampingan Pastoral Dilakukan
1 IP 2 1 0 2 2 2 2 2 1 1 15 3 3 4 4 3 2 3 2 4 3 31
2 EP 2 1 0 0 1 0 0 2 2 0 8 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 28
3 UP 1 2 2 0 2 0 2 3 2 0 14 3 4 4 4 3 3 3 2 4 3 33
4 RB 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 17 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 35
5 AD 1 0 0 1 1 0 2 3 0 0 8 3 3 3 4 3 3 4 3 4 2 32
6 EPT 2 2 2 1 2 1 3 3 1 0 17 4 4 4 4 4 3 4 2 4 2 35
7 SD 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 15 3 3 4 4 4 3 4 2 4 3 34
8 YP 2 1 0 2 2 1 1 3 2 1 15 3 3 4 4 3 3 4 3 4 2 33
1 IP 1 0 0 2 2 2 1 1 1 0 10 4 3 1 4 3 4 3 3 3 4 32
2 EP 2 2 0 2 2 0 0 1 1 1 11 4 3 0 4 3 3 2 2 2 3 26
3 UP 1 0 0 0 2 2 2 1 0 1 9 4 3 1 4 4 4 3 3 2 3 31
4 RB 2 1 1 0 2 1 1 0 1 1 10 4 3 1 4 4 4 3 3 3 3 32
5 AD 1 0 0 1 2 1 1 0 0 1 7 3 2 0 4 3 3 3 2 2 3 25
6 EPT 2 0 0 1 1 2 0 2 1 1 10 3 2 0 4 3 3 2 2 2 3 24
7 SD 1 0 1 2 2 2 2 2 1 1 14 3 2 0 3 3 3 2 2 2 3 23
8 YP 0 1 0 2 2 1 0 1 0 1 8 3 2 1 4 3 3 2 3 3 3 27
Sangat
2 EP 8 28 Tinggi 11 Rendah 26 Tinggi
Rendah
Sangat Sangat
6 EPT 17 Rendah 35 10 24 Tinggi
Tinggi Rendah
Sangat
7 SD 15 Rendah 34 14 Rendah 23 Tinggi
Tinggi
Sangat Sangat
8 YP 15 Rendah 33 8 27 Tinggi
Tinggi Rendah
1. Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa tingkat kerajinan beribadah Kaum
angka yang rendah bahkan sangat rendah, apa lagi ditingkat keaktifan
angka yang tinggi bahkan ada ditingkat sangat tinggi. Hal ini membuktikan
bakat atau potensi yang mereka miliki, dan tidak dapat dipungkiri bahwa hal
Ada pun landasan yang menjadi hipotesis yang telah penulis rumuskan
kerajinan Beribadah dan keaktifan dalam Pelayanan di P2MI GMI Marmahani Resor
2. Tingkat kekatifan melayani: dari 8 orang yang penulis teliti, 2 orang memiliki
Melalui pendampingan pastoral yang dilakukan oleh penulis, telah berdampak dan
Maka penulis menyimpulkan bahwa hasil dari penelitian ini telah membuktian
kebenaran dari hipotesis. Kebenaran ini dapat dibuktikan dari fakta yang penulis
amati secara langsung yaitu: mereka mulai mengambil bagian untuk turut serta
Yosua 24:15. Secara umum peristiwa Yosua terjadi pada masa Amenhotepa II
(tepatnya antara 1450-1423 SM), dan masa itu disebut sebagai zaman perunggu
akhir.158 Kitab ini bercerita tentang bangsa Israel memasuki tanah kanaan dan cara
membagi-bagi tanah itu kepada suku-suku Israel yang dipimpin oleh Yosua yang
menggantikan Musa setelah kematian Musa. Kitab Yosua menceritakan secara rinci
bagaimana mereka menyeberangi Sungai Yordan dan merebut kota Yeriko, sebagai
basis untuk serangan selanjutnya. situasi sosial, ekonomi, agama, dan politik
sifat dursila dari dewa-dewa Kanaan telah membuat para penganutnya terjerumus ke
158
Charles F. Preifer, The Wycliffe Bible Commentary vol. 1 Kejadian-Ester. (Malang: Gandum mas, 2004), 563
dalam ritus-ritus yang paling rendah seperti pelacuran baik wanita, maupun pria,
seluruh orang Israel oleh karena mereka telah memasuki dan menduduki tanah
Kanaan. Di dalam upacara tersebut atas arahan Yosua, seluruh bangsa Israel
menyatakan kebulatan tekat dan janjinya hanya beribadah kepada Allah saja 160.
Kesatuan Israel dalam konteks Yosua bukan oleh ikatan politik atau yuridis antara
keduabelas suku Israel. Mereka bergabung manjadi satu hanya karena adanya ibadah
bersama kepada Tuhan dan adanya keinginan untuk menaati-Nya. Ikatan perjanjian
kepada Tuhan untuk beribadah dan setia kepadaNyalah yang telah mempersatukan
mereka.
meninggalkan dewa-dewa kafir, baik itu dewa-dewa kafir bangsa-bangsa yang ada di
sekitar mereka atau juga kekafiran yang sebelumnya ada pada mereka. Tuntutan
untuk lepas dari pengaruh kekafiran inilah membuat mereka harus berbeda.
perasaan bertanggung jawab satu terhadap yang lain di antara mereka 161.
juga merupakan sumber kitab Yosua) konsep kudus dipahami pertama-tama bukan
perihal moralitas tetapi lebih mengacu kepada kekhususan mereka dipisahkan dari
yang lainnya. Konsep inilah yang kita lihat berdasarkan etimologinya. Jadi kudus di
sini mengacu pada pada ide tentang pemisahan dalam satu hal atau yang lainnya.
159
Charles F. Preifer, The Wycliffe Bible Commentary vol. 1 Kejadian-Ester. (Malang: Gandum mas, 2004), 564
160
Wismoady Wahono, Di SIni Kutemukan (Jakarta: BPK GM, 2000), 115.
161
David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab (Jakarta: BPK GM, 1996), 99-100.
Ketika digunakan Allah mengacu pada keterpisahan-Nya dalam keagungan-Nya di
atas manusia162.
beribadah kepada Tuhan!”. Suatu indikasi yang sangat kuat dalam karakter Yosua
ialah bahwa dia seorang pribadi yang sangat setia pada Tuhan, sehingga dia tidak
akan terpengaruh dengan jawaban dan pandangan orang lain maupun sesamanya
umat Israel. Dia ingin melakukan pemurnian hidup Israel yakni umat yang berdiri
hanya oleh karena persekutuan dengan Allah saja163. Pemurnian itu atau ibadah dan
ketaatan pada Allah akan tetap dia lakukan meskipun hanya dia dan keluarganya saja.
Peran bapak-bapak dalam sebuah agama secara khusus dalam agama Kristen
sangatlah sentral memiliki nilai yang sangat penting, karena dalam tradisi ke timuran
(patriakhal) bahwa bapak itu adalah pemimpin paling tidak secara khusus dalam
tangganya seperti yang di perbuat oleh Yosua. Peran bapak dalam keluarga sangat
penting sampai-sampai Allah memakai peran itu untuk menyebut diri-Nya, Bapa.
Kepala keluarga adalah pemimpin dan pemandu dalam keluarga dan bagai mana cara
dia dalam memimpin pasti mempunya dampak panjang bagi kehidupan keluarga. 165
Dalam hal ini peran bapak-bapak sangat di harapkan untuk menjadi contoh
dan teladan iman bagi banyak orang. Berpartisipasi aktif dalam menghadiri ibadah-
ibadah dan dalam mengambil bagian dalam melayani. Peran bapak-bapak sebagai
162
Harry Mowvley, Penuntun ke dalam Nubuat Perjanjian Lama (Jakarta: BPK-GM, 2001), 122.
163
Nelson, Josiah in the Book of Joshua (Chicago: Chicago Journals), 540.
164
Edwin Louis Cole dengan Dough Brendel. Kesempurnaan Seorang Pria-- Penuntun Kepada Kelangsungan
Hidup Keluarga, (Jakarta: Metanoia, 2013), 80.
165
Voddie Baucham JR., Family Shepherds Gembala-Gembala Keluarga, 1st ed. (Bandung: Pionir Jaya,
2012), 8
pemimpin dan imam di tengah-tengah keluarga dan lingkungannya sangat di
harapkan menjadi contoh dan teladan iman bagi keluarga dan orang lain. Peran
kaum bapak dalam banyak bidang selalu diharapkan ke aktifanya keberadaan kaum
bapak seharusnya mewujud dalam banyak hal dalam kepimpinan, dalam kebijakan,
Namun bagaimana jikalau bapak itu tidak bisa menjadi contoh dan teladan
bagi keluarga dan bagi orang sekitarnya?. Tentu hal ini menjadi suatu masalah yang
besar bagi kehidupan bergereja dan bermasyerakat. Di dalam tugas dan tanggung
jawab sebagai anggota GMI salah satunya adalah rajin mengikuti setiap ibadah-
ibadah yang di adakan oleh Gereja. Dan jikalau ada anggota jemaat yang malas
beribadah maka pendeta dan majelis akan mengupayakan agar anggota jemaat itu
aktif kembali. Dalam mengupayakan keaktifan ini kembali maka Gereja dalam hal ini
pergunakan untuk mendampingi jemaat yang malas beribadah untuk dapat rajin
Seturut dengan itu anggota P2MI yang juga adalah jemaat memiliki tugas dan
seperti Josua dan bangsa Israel dalam Kitab Josua dimana mereka menghadapi
banyak tantangan iman dari dunia sekitar mereka. Berhadapan dengan penyembahan
kebebasan dan lainnya yang bisa membuat iman berpaling dari Tuhan.
Anggota P2MI juga berhadapan dengan banyaknya tantangan iman dari dunia
sekitar mereka seperti godaan lebih memilih duduk duduk di warung dengan teman-
dalam pelayanan. Tetapi tantangan itu akan hilang jika anggota P2MI telah
berkomitmen seperti Josua, untuk tetap setia beribadah kepada Tuhan, rajin
Berefleksi dari Yosua 24:15, bagaimana Yosua berkomitmen untuk tetap setia
beribadah meskipun banyak godaan untuk tidak beribadah kepada Tuhan. Adalah
bagaimana kita menolong dan mendampingi anggota P2MI yang mengalami masalah
tidak rajin beribadah dan aktif melayani untuk memperoleh kesadaran dan
tetap setia beribadah kepada Tuhan, dengan cara rajin beribadah dan aktif dalam
terhadap anggota P2MI lainnya, Program P2MI, keputusan keputusan rapat P2MI dan
lain-lainnya.
Dan yang tidak kalah penting adalah bagaimana kita menyampaikan Firman
Tuhan dan doa-doa kepada mereka agar mereka boleh semakin dimampukan
menjadi manusia yang bertanggung jawab atas kehidupan mereka sendiri. Salah satu
pendampingan yang dilakukan peranan Roh Kudus selalu terlibat membantu mereka
Dengan proses pendampingn pastoral melalui pendektan RET, anggota P2MI ditolong
untuk menjadi anggota P2MI yang memiliki pertumbuhan rohani, dengan rajin
beribadah dan aktif dalam Pelayanan. Dibuktikan dengan terjadinya peningkatan atas
Berdasarkan uraian dari bab I sampai dengan bab IV dalam tesis ini, maka ada
Wilayah I
5.1 Kesimpulan
kenyataan merasa rendah diri, kurang mampu bekerja sama, kurang mampu
GMI Marmahani Bandar Maruhur. Itu berarti bahwa masalah anggota P2MI
melayani.
satu perekutuan dan sudah barang tentu akan menarik diri dari kelompok
dengan menggunakan alat ukur bahwa Kaum Bapak terlihat sebelum dan
setiap apa yang menjadi penyebab malas ibadah dalam persekutuan, namun
luas, dan dengan tanggap menolong konseli untuk melihat secara lebih
obyektif akan dirinya sendiri, dan memberi kesadaran akan perlunya untuk
Dalam tahap ini, orientasi konselor adalah pada pertolongan pada klien untuk
meliputi semua aspek pelayanan, termasuk doa, penyembahan, dan aksi sosial
serta menjadi alat yang lebih baik di dalam poses transformasi dalam diri
dalam persekutan P2MI serta mulai aktif dalam kehidupan berjemaat serta
membuka diri terhadap orang lain dengan mau berbaur dan berinteraksi
berperasaan dan berperilaku. Dari penjelasan ini, tampak bahwa tugas utama
seorang konselor dalam pendampingan pastoral adalah mengatasi masalah di
balik emosi yang ada pada klien, dengan menolong dan membimbing emosi
yang kurang baik menuju emosi yang cerdas. Dengan kecerdasan emosinya,
maka klien dituntun untuk lebih berkepala dingin dan rasional di dalam
kerendahan hati, dari tidak dapat bekerja sama menjadi dapat bekerja sama.
terjadi perubahan terhadap sikonseli yang dulunya malas, tidak percaya diri,
tidak berdisiplin, tidak berpikir rasional maka terlihat dari sikap diri konseli
semakin baik dan tingkat pertumbuhan rohani menjadi mulai bertumbuh dan
yang luar biasa bagi mereka sehingga membuat anggota P2MI menjadi rajin
5.2 Saran
berikut perlu disampaikan kepada berbagai lembaga demi kemajuan pelayanan bagi
anggota P2MI GMI Marmahani Bandar Maruhur dan Sekolah Tinggi Theologi GMI
Bandar Baru.
1. Kepada P2MI GMI Marmahani Bandar Maruhur
sebagai imam dan pemimpin keluarga yang menjadi teladan iman bagi anak-anaknya
dan orang lain sangat diharapkan oleh Gereja, jemaat dan lainnya. Demikian juga
perlu di pahami bahwa Cara berpikir yang irasional akan melahirkan sikap, tindakan
dan perbuatan yang irasional. Dan hal itu akan menimbulkan hal-hal yang buruk
berkomitmen seperti Yosua, akan tetap setia beribadah kepada Tuhan walaupun
banyak tantangan dan godaan dari dunia sekitarnya. Namun tantangan dan godaan
Tuhan Allah. Dengan komitmen yang kuat, berpikir rasional maka anggota P2MI akan
P2MI dalam kehidupan rohani yang suam-suam kuku, malas menghadiri kebaktian
dan tidak aktif melayani merupakan masalah yang sangat besar dalam pertumbuhan
rohani.
yang malas menghadiri kebaktian dan tidak aktif melayani dialami oleh anggota
P2MI. Hal ini membuktikan bahwa pendampingan pastorl kepada setiap anggota
Bandar Maruhur sebagai berikut: Konseling merupakan alat yang sangat baik bagi
suatu organisasi atau gereja. Pendampingan pastoral merupakan alat yang sangat
baik bagi suatu organisasi atau gereja maupun individu untuk mengatasi masalah
yang dihadapi seseorang yang berada dalam kondisi yang tidak sehat secara mental
atau spiritual. Setelah proses konseling berlangsung dengan baik, maka masalah
dapat diselesaikan, yang berarti tugas pendampingan pastoral telah selesai. Namun
ada kemungkinan bahwa konseling tidak dapat diselesaikan dalam waktu yang
pengenalan dan pelatihan kepada setiap anggota P2MI dalam bidang pendampingan
Persoalan hidup rohani yang tidak bertumbuh, malas menghadiri kebaktian, dan
tidak aktif melayani yang terjadi pada anggota P2MI Marmahani Bandar Maruhur
merupakan fakta. Oleh karena itu, penulis memberikan saran kepada STT GMI Bandar
1. Perlunya perhatian khusus dari pihak kampus STT GMI, untuk memperlengkapi
P2MI.
3. Perlunya melanjutkan kerjasama antara STT GMI dan Gereja-gereja GMI dalam
seorang pembina yang khusus membina dan mendampingi Kaum Bapak, maka
tenaga pelayan ataupun pembina khusus kepada Kaum Bapak dan P2MI di GMI.
Sebagai tenaga pembina khusus mendampingi kaum Bapak dan P2MI yang memang
terhadap mereka.
Saran penulis kepada peneliti selanjutnya bila ada yang akan mengadakan
penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pembahasan ini, agar mengadakan
Abineno, Ch. J.L. Melayani dan Beribadah di dalam Dunia, Jakarta: Gunung
Mulia, 1974.
Allen, Leslie C. Word Biblical Comentary, Volume 29: Ezekiel 20-48, Electronic
Edition, Dallas, Texas: Word Books, Publisher, 1998.
B. Subsada, Yakub. Pastoral Konseling Jilid II, Malang: Gandum Mas, 1983.
Barker, Kenneth – Ed. The MV Study Bible, Grand Rapid Michigan: Zondervan
Publishing House, 1992.
Baucham JR, Voddie. Family Shepherds Gembala-Gembala Keluarga, 1st ed.
Bandung: Pionir Jaya, 2012.
Beek, Van, Konseling Pastoral, Semarang: Satyawacana, 1987.
Butarbutar, Liston Keluarga yang dipulihkan, Jakarta, 2002.
Capps, Donald. Repraming A New Method in Pastoral Care, American: Fortress
Press, 1990.
Cavanagh, Michael E. The Counseling Experience. USA: E-Brook/ Cole
Publishing, Company, 1982.
Cholid dan Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Clarke, Adam. Adam Clarke’s Comentary on The Old Testament, Electronic
Edition, Cedar Rapids lawa: Parsons Technology, 1999.
Clebsch William A. dan Charles R. Jaekle, Pastoral Care In Historical
Perspective, New York: Evanston, London: Harper & Row Publishers, 1967.
Clinebal, Howard, Tipe-Tipe Dasar Pendampingan Dan Konseling Pastoral.
Yogyakarta: Kanasius, 2002.
Clinebell, Horward. Basic Type of Pastoral Care and Counseling, Nashville:
Abington: Press, 1984.
Cole, Edwin Louis dengan Dough Brendel. Kesempurnaan Seorang Pria--
Penuntun Kepada Kelangsungan Hidup Keluarga. Jakarta: Metanoia, 2013.
Corey, Gerald. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Bandung: PT
Refika Aditama, 2010.
Darson, D.A. dkk (Consuiting editors), New Bible Comentary, 21 st Century
Edition, Egland, Interwasity Press, 1994.
Daugherty, Billy Joe. Kuasa Iman, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004.
Drescer, John M. Tujuh Kebutuhan Anak. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2001.
Dufour, Xavier Leon. Eksiklopedia Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kansius,
1990.
Emzir, Metode Penelitian Kualitatif: Analisis Data, Jakarta: Rajawali Pers,
2014.
Ensiklopedia Masa Kini Jilid I, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih 2002.
Farozin, Muh. Pemahaman Tingkah Laku, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Fleming, Jean. Waktu Bersama Tuhan, Yogyakarta: Katalis, 2011.
Foskett, John & David Lyall, Helping the Helpers, Supervision and Pastoral
Care, Tiptree: Courier International, 1990.
Gaeblein F.E. – ed, Expositor Bible Commentary, Electronic Edition, Grand
Rapids: Zondervan Publishing House, 1992.
Gealy, F. D. Interpreter Dictionary, Nashville: Abindon Press, 1980.
Getz, Gene A. Hiduplah dalam Kekudusan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992.
Gintings, E.P. Konseling Pastoral, Bandung: Jurnal Info Media, 2009.
Gintings, E.P. Gembala dan Pengembalaan, Kabanjahe, Abdi Karya, 2002
Gintings, E.P. Konseling Pastoral Penggembalaan Kontekstual, (Bandung, Bina
Media, Informasi 2009.
Grand, F.C. dan H.H. Rawley, Dictionary Of The Bible, Edisi II, Original Editor:
James Hastings.
Gronen, C. Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius, 1984.
Gumbel, Nicky. Berbagai Pertanyaan dalam Kehidupan, Tangerang: Gospel
Press, 2007.
Hadiwiyata, A.S. (Penerjemah) Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta:
Kanisius, 1989.
Hardawiryana, R. SJ, Membina Jemaat Beriman, Jakarta: Dokpen MAWI, 1976.
Hartono & Boy Soedarmadji, Psikologi Konseling. Jakarta: Kencana, 2012.
Hasil Karya Sidang lengkap ke-V DGI, Jesus Kristus Gembala Jang Baik,
Djakarta, Mei 1964.
Hinson, David F. Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab. Jakarta: BPK GM, 1996.
Hunter, R. J. Pastoral Care and Counseling (Comparative Terminology) ,
Nashville: Abingdon Press, 1990.
Indra, Ichwei G. Dinamika Iman, Bandung: Yayasan Kalam Kudus, 1993.
J.D, Engel. Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling. Jakarta: BPK. Gunung
Mulia, 2016.
Jaubert, Annie. Mengenal Injil Yohanes, Yogyakarta: Kanisius, 1980.
Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Kartika Surabaya, 1997.
Keeley, Robert J. Menjadikan Anak-Anak Kita Bertumbuh Dalam
Iman, Yogyakarta: Andi, 2009.
Kenner, Crig S. The IVP, Bible Backgroun Comentary New Testament, USA:
Intervarsity Press, 1993.
Kim, Woo Young. Yesuslah Jawaban, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2005.
Kittel, Gerhard. Gerhard Friedrich, The Theological Dictionary of the New
Testament, Grand Rapids, Ml: Wm. B. Eerdmans Publishing Company 2000.
Konferensi Waligereja Indonesia, Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi,
Yogyakarta: Kanisius,1996.
Krim, Keith (ed), The Interpreter’s Dictionary of the Bible: An Illustrated
Encyclopedia, Nashville: Abingdon Press, 1976.
Lartey, E.Y. In Living Colour: An Intercultural Approach to Pastoral Care and
Counseling, Jakarta: Metanoia, 2013.
Lasor, W.S. Pengantar Perjanjian Lama, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2005.
Licollins, Gerald. Edward G. Farrugia, Kamus Teologia, Yogyakarta: Kanasius,
1996.
Louis Cole, Edwin dengan Dough Brendel. Kesempurnaan Seorang Pria—
Penuntun Kepada Kelangsungan Hidup Keluarga, Jakarta: Metanoia, 2013.
Luther, Martin. Katekismus Besar, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2012.
Mappiare AT, Andi. Pengantar Konseling dan Psikoterapi, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2010.
Martasudjita, Pr. E. Pelayanan yang Murah Hati, Yogyakarta: Kanisius, 2003.
McNeill, John T. A History of the Cure of Souls, New York, Evanston, London:
Harper & Row Publishers, 1965.
Meliala, N. S. Diktat Perkuliahan Tabernakel, Jember: JBC, 2008.
Mowvley, Harry. Penuntun ke dalam Nubuat Perjanjian Lama. Jakarta: BPK-
GM, 2001.
Nasution S. dan Thomel M, Metodologi Research, Jakarta: BPK-Gunung Mulia,
1995.
Nelson, Josiah in the Book of Joshua. Chicago: Chicago Journals.
Newman Jr, Barcalay M. Kamus Yunani-Indonesia, Jakarta: BPK-GM, 2003.
Nuhamara, Daniel. Pembimbing PAK, Bandung: Jurnal Info Media, 2007.
Oates, Wayne E. Pastoral Counseling, Philadelphia, Fortress Press, 1974.
Panitia Disiplin, Disiplin Gereja Methodist Indonesia 2013, Jakarta: Badan
Disiplin GMI 2013.
Panitia Disiplin, Disiplin Gereja Methodist Indonesia 2017, Medan: Badan
Disiplin GMI 2017.
Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976.
Poyah, Nacy dan Bentty Simanjuntak, Bahan PA Mengenai Allah, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2004.
Preifer, Charles F. The Wycliffe Bible Commentary vol. 1 Kejadian-Ester.
Malang: Gandum mas, 2004.
Pusat penelitian dan pengembanagn Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa
Indonesia, Jakrta: Balai Pustaka, 1988.
Ryrie, Charles. Teologia Dasar, Yogyakarta: Andi, 1993.
S. Whitney, Donald. Disiplin Rohani: 10 Pilar Penopang Kehidupan Rohani ,
Bandung: Kalam Hidup, 1994.
Santoso, Gempur. Metodologi Penelitian Kuatitatif dan Kualitatif, Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher, 2005.
Sarwono, Jonathan. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2006.
Stefan Leks, Yesus Kristus Menurut Keempat Injil Jilid 5, Yogyakarta: Kanisius,
1987.
Strom, M. Bons-Apakah Penggembalaan itu? Petunjuk Praktis Pelayanan
Pastoral,
Sudjana, Nana. Tuntunan Penyusun Karya Ilmiah: Makalah Skripsi-Tesis-
Disertasi, Bandung: Sinar Baru, 1998.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2009.
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung : CV.
Alfabeta, 2013.
Sukardi, Dewa Ketut. Pengantar Pelaksanaan Bimbingan Konseling di Sekolah,
Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Thompson, Marjorie L. Keluarga Sebagai Pusat Pembentukan. Jakarta: BPK.
Gunung Mulia, 2012.
Tidball, Derek. Teologi Penggembalaan, Malang: Gandum Mas, 1998.
Tim Penyusus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003.
Tomatala, Magdalena Konselor Kompeten, Jakarta: Leadership Foundation,
2003.
Tulus, Tu’u. Dasar-dasar Konseling Pastoral, Yogyakarta: Andi, 2007.
van Beek, Aart. Pendampingan Pastoral, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002.
Wahono, Wismoady. Di SIni Kutemukan. Jakarta: BPK GM, 2000
Wijayatsih, Hendri. Pendampingan dan Konseling Pastoral, Jurnal Fakultas
Theologia Vol. 35. No. 1/2. April/Oktober 2011.
Winkel W.S. dan M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan, Yogyakarta: Media Abadi, 2004.
Wiranta, I. Made Pedoman penulisan Usulan penelitian Skripsi dan Tesis,
Yogyakarta: Andi.
Wofford, Kepemimpinan yang Mengubahkan, Yogyakarta: Andi, 1990.
Website
Rahasia Cara Berpikir Pria yang Perlu Kamu Ketahui,
https://www.fimela.com/beauty/read/3753891/ssst-ini-dia-
rahasia-cara-berpikir-pria-yang-perlu-kamu-ketahui fimela.com
Risma Nurul Khotimah, Perbedaan Cara Berpikir Laki-laki dan Perempuan!
hipwee.com
Apa Kata Alkitab Tentang Malas,
https://masadepansuper.blogspot.com/2011/04/apa-kata-alkitab-tentang-
malas.html, diakses 1 Juli 2020.
Kemalasan Menurut Alkitab, https://www.qotquestions.org/Indnesia/kemalasan-
Apa Arti Ibadah Kepada Allah? https://www.apa-arti-ibadah-kepada (diakses 1 Juli
2020.
6 Penyebab Orang Malas Ke Gereja Yang Harus Dihindari, https://tuhanyesus.org/6-
penyebab-orang-malas-ke-gereja-yang-harus-dihindari
Benjamin. L. Corey, 10 Reasons Why People Leave Church.
https://www.kristenalkitabiah.com/10-alasan-mengapa-orang-
meninggalkan-gereja/ di akses 14 Maret 2022
Kelompok Kerja PAK-PGI, Pendidikan Agama Kristen untuk Kelas 8 SMP, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2006
Wawan cara.
A. Damanik, Wawancara oleh penulis, (Bandar Maruhur, Indonesia, 3 Mei, 2021).
Lampiran 1
NAMA : ___________________________________
JENIS KELAMIN : ___________________________________
UMUR : ___________________________________
KETERANGAN:
Berilah tanda ( X ) pada angka yang menurutmu tepat dan benar
Mohon di isi dan di jawab dengan jujur, dengan cara:
0 : Tidak pernah
1 : Pernah
2 : Kadang-kadang
3 : Sering
4 : Selalu
ALAT UKUR KEAKTIFAN MELAYANAI
NAMA : ___________________________________
JENIS KELAMIN : ___________________________________
UMUR : ___________________________________
KETERANGAN:
Berilah tanda ( X ) pada angka yang menurutmu tepat dan benar
Mohon di isi dan di jawab dengan jujur, dengan cara:
0 : Tidak pernah
1 : Pernah
2 : Kadang-kadang
3 : Sering
4 : Selalu
150