Anda di halaman 1dari 9

Bagaimana kabar rekan-rekan yang sama dikasihi Tuhan :)

Setelah beberapa waktu lalu saya mengupload beberapa makalah, dan saya berharap kita yang
membaca diberkati, dan kali ini saya rindu membagikan lagi makalah yang berjudul "PWJ tentang
PKP".

Kita akan belajr tentang peran dan fungsi PKP dalam sebuah persekutuan, dimana sebagian besar
kita sudah saksikan bahwa PKP sangat jarang mengambil bagian dalam pelayanan yang diberikan.

Nah, kali ini penulis akan membagikan beberapa fungsi yang mungkin bisa dipelajari dan
dikembangkan untuk membangkitkan kembali semangat para Kaum Pria dalam mengambil
andil dalam pelayanan.

Godd Luck :)

Tuhan Berkati :)

Artikel terkati klik Disini

NB: Penulis membuat makalah ini ketika masih mengikuti studi di Sekolah Tinggi Teologi Kibaid
Makale :)

DAFTAR ISI

Daftar Isi............................................................................................................................ i

Bab I Pendahuluan.......................................................................................................... 1

Bab II Pengertian Jemaat Yang Dewasa, Pandangan Alkitab Tentang Kaum Pria, dan Potensi Kaum
Pria Dalam Jemaat.................................................................................................................... 3

a. Pengertian Tentang Jemaat Yang Bertumbuh ...................................................... 3

b. Pandangan Alkitab Tentang Kaum Pria................................................................ 3

c. Potensi Kaum Pria Dalam Jemaat......................................................................... 4

Bab III Rancangan Pembinaan/ Pendidikan Kaum Pria Dalam Jemaat........................... 9

a. Lewat Pengajaran.................................................................................................. 9

b. Lewat Pelayanan khusus (kategorial).................................................................... 9

c. Lewat Pemuridan................................................................................................ 10

d. Lewat Kelompok Kecil....................................................................................... 10

e. Lewat Pelatihan keterampilan hidup................................................................... 10


Bab IV Kesimpulan......................................................................................................... 11

Kepustakaan...................................................................................................................... ii

BAB I

Pendahuluan

Pertumbuhan gereja, merupakan dinamika yang terus menyertai eksistensi gereja di atas
muka bumi ini. Gereja telah terbukti selalu menang melintasi masa dan tantangan. Sebab memang
pertumbuhan gereja adalah kehendak kekal Kristus yang selalu menang (Mat. 16:18 c.f Rm. 8:31).

Pada masa kini kelompk-kelompok dalam jemaat yang telah terbentuk dan yang telah aktif
bergerak dengan baik, pada umumnya adalah Kaum Pelayan (Gembala, Guru Injil, majelis), kaum
wanita, Kaum Muda, dan Sekolah Minggu/ Remaja. Banyaknya karya nyata dan membangun yang
telah dihasilkan oleh unit-unit jemaat tersebut yang merupakan andil besar bagi pertumbuhan
jemaat. Capaian/ hasil-hasil itu menjadi “meterai” Ilahi bahwa Tuhan Yesus Kristus, kepala Gereja
memperkenankan kehadiran unit-unit tersebut dalam jemaat.[1]

Sebagai bagian dari Tubuh Kristus, sudahkah kaum laki-laki secara terorganisir dan
terstruktur, Pro-aktif bergerak di dalam kehendak Tuhan.[2] Kaum laki-laki perlu mengorganisir diri
ke dalam satu struktur pelayanan gereja (lokal), sehingga menjadi satu kekuaton rohani yang akan
lebih efektif dalam menuntaskan peran pada pertumbuhan yang Kristus kerjakan atas gereja-Nya.

Menilik tegasnya tanggungjawab dan panggilan kaum laki-laki di dalam gereja, maka
wajarlah jika kemudian terbangun harapan besar akan partisipasi dari kaum laki-laki pada berbagai
kegiatan rohani, baik di dalam maupun di luar gereja. Dan diantara fakta umum yang dimaksud itu
ialah:

Masih kurangnya gereja lokal yang mempersekutukan kaum laki-laki. "Ada


persekutuan/ibadat komisi perempuan; persekutuan/ibadah komisi pemuda remaja;
persekutuan/ibadah komisi anak dan sebagainya, tetapi mengapa belum ada persekutuan/ibadah
komisi laki-laki.” Kurangnya kaum laki-laki yang proaktif dalam kegiatan gereja lokal. "Banyak dari
kegiatan dan tugas pelayanan di dalam gereja, seperti ibadah doa puasa, pemuridan, pelayan pujian,
kolektan dan lainnya, lebih didominasi kaum perempuan dibanding kaum pria.”

Masih seringnya kaum laki-laki yang mengabaikan fungsi keimaman di dalam keluarga."
Sering terlontar alasan karena sudah focus mencari nafkah, maka tugas keimaman pun diserahkan
kepada istri. Dan mungkin masih banyak lagi fakta-fakta lain yang teramati terkait belum
maksimalnya peran kaum laki-laki di dalam pertumbuhan gereja sesuai dengan situasi dan kondisi
lokal di mana kita bergereja. Pada hal kelompok tersebut tidak kalah besar potensinya bagi
pengembangan jemaat.

DR. H. Kraemer mengatakan “Kita selalu mengertikan secara axiomatic bahwa dalam istilah
kaum awam itu, laki-laki dan perempuan adalah sama-sama termasuk.”[3]

Oeh karena itu penentuan pokok bahaasan dalam tulisan ini, menunjukkan adanya kiat yang
kuat dari para pelayan Tuhan untuk mengoresi penganaktirian Kaum Pria dalam jemaat, dan apabila
kiat ini diejahwantakan atau dilakukan di dalam setuap jemaat, maka hal ini merupakan satu
terobosan baru yang perlu dicatat dalam lembaran sejarah Gereja.

[1]O.E.Ch. Wuwungan, Bina Warga, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 3

[2] J. Alan Petersan, Pria dan Dunianya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1973), 34

[3] Tehologia Kaum Awam, Jakarta: BPK Gunung Mulia 1981) 51

BAB II

Pengertian Tentang Jemaat Yang Bertumbuh dan Pandangan Alkitab Tentang Kaum Pria,
dan Potensi Kaum Pria Dalam Jemaat

Pengertian Tentang Jemaat Yang Bertumbuh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pertumbuhan adalah hal atau keadaan tumbuh;
perkembangan, kemajuan dan sebagainya.[1]

Jika kegiatan Kaum Pria diadakan hanya untuk menambah daftar kegiatan dalam jemaat,
maka tindakan tersebut tidak akan memenuhi tujuannya yang utama. Sama seperti semua unit
kegiatan dalam jemaat, kegiatan Kaum Pria harus diserahkan kepada oencapaian pertumbuhan
jemaat. Oleh karena itu, kita harus memahami secara benar, artu/ makna jemaat yang bertumbuh
menurut konsep Alkitab. Jemaat yang bertumbuh adalah jemaat yang:

 Kehidupannya mengalami peningkatan Mutu Rohani (Kualitas)

 Mengalami peningkatan dalam Mutu Organisasi

 Mengalami peningkatan Jumlah (Kuantitas)[2]

Pandangan Alkitab Tentang Kaum Pria

Di dalam Alkitab, “Bapak-bapak” dan “Bapak” tertulis sebanyak 1634 kali; 1215 kali di dalam
PL dan 419 kali di dalam PB. Fungsi Kaum Pria secar teologis dapat ditarik dari paling kurang 10
makna atau arti yang diberikan oleh Alkitab terhadap Kaum Pria.

Bapak adalah ayah (orangtua) dari satu pribadi: bapak adalah kepala dan pembentuk rumah
tangga, satu kelompk, satu keluarga dan satu suku/ marga; Bapa adalah nenek moyang atau leluhur;
Bapak adalah pemula dan model dari satu kelompok dan profesi; Bapak adalah penghasil dan
pembangkit; Bapak adalah sumber kebajikan dan perlindungan; Bapak adalah alamat penghargaan
dan penghormatan; Bapak adalah pemimpin/ kepala; Bapak adalah seorang yang menanamkan
semangatnya kepada seseorang; Bapak adalah gelar penghormatan. [3]

Tujuan penyajian makna/fungsi (kaum) Bapak oleh Alkitab adalah supaya fungsi-fungsi
tersebut dapat terlaksana atau tercapai di dalam kehidupan setiap Kaum Pria, secara kelompok
maupun perorangan. Jemaat berkewajiban memberikan pelayanan kepada mereka supaya mereka
mampu menunaikan semua tugas panggilan tersebut, secara utuh dan memuliakan Tuhan. Kaum
Pria harus menunaikan tugasnya sebagai “bayangan” dari ke “Bapak”an Allah atas ciptaan-Nya, baik
manusia maupun alam semesta.

Potensi Kaum Pria Dalam Jemaat

Andil terbesar bagi terjadinya pertumbuhan dunia di semua sektor, disumbangkan oleh Kaum
Pria, tanpa kita menutup mata terhadap semakin meningkatnya peran kaum wanita. Satu
pertanyaan besar terentang di depan kita: “Apakah sebabnya kaum yang lebih dahulu diciptakan
oleh Tuhan itu, lebih dimanfaatkan oleh dunia daripada oleh gereja/jemaat?”

Kunci keberhasilan dunia dalam pemanfaatan kaum pria tersebut, terletak dalam
pemahamannya akan potensi kaum pria lalu memanfaatkan potensi tersebut seluas-luasnya,
walaupun tidak jarang dengan cara mengeksploitasi baik secara halus maupun secara kasar. Gereja
dan jemaat harus memahami akan potensi Kaum Pria dalam jemaat, karena dengan pemahaman itu,
akan menjadi suatu daya dorong yang kuat untuk melayani dan membina mereka secara lebih
intensif supaya berdaya-guna di dalam perluasan Kerajaan Allah di dunia ini. Kaum Pria mampunyai
paling kurang empat potensi penting.

Yang pertama, adalah potensi hubungan keluar (extern). Ia memiliki potensi ini disebabkan
terutama oleh karena tugas/kerja kesehariannya di luar rumah, di tengah-tengah lingkungan
ramai/banyak orang, sehingga secara otomatis dia telah membangun hubungan dengan banyak
orang, baik rakyat biasa, baik kelompok usaha/kegiatan/profesi tertentu, maupun dengan pemimpin
organisasi pemerintahan dan swasta. [4]

Hubungan-hubungan yang telah tercipta tersebut, tidak selamanya terbangun secara


harmonis, tetapi hal semacam itu berada diluar pagar kewajaran, dan karena itu harus semakin
menunjukkan perlunya pembinaan khusus terhadap Kaum Pria. Dengan potensi hubungan extern
tersebut, maka jika jemaat dilukiskan sebagai pasukan prajurit Kristus, maka Kaum Pria merupakan
prajurit di barisan terdepan; jika jemaat dilihat sebagai penjala manusia, maka Kaum Pria adalah
jaring yang jangkauannya paling jauh dan luas; jika jemaat adalah menara jaga Kristus di dunia ini,
maka Kaum Pria adalah menara jaga yang jarak pandang dan pengaruh suaranya paling jauh. Betapa
mereka perlu diperlengkapi supaya potensi hubungan luar mereka mendatangkan keuntungan
sebesar-besarnya bagi pertumbuhan jemaat.

Yang kedua, adalah potensi ketrampilan dan pengalaman Sebagai Kepala dan pelindung
keluarga, kaum pria telah dilengkapi dengan naluri alamiah oleh Tuhan untuk mengupayakan diri
lebih mampu dan lebih berpengalaman. Ia menjadi teladan dalam kasih.[5] Termasuk upaya
memunyai pendidikan yang baik dan memadai. Dan Tuhan melangkapi dia dengan keadaan,
kesempatan dan kemampuan serta daya fisik untuk mencapainya. Sejarah dan kehidupan sehari-
hari di seluruh dunia menjadi saksi kebenaran ini, paling tidak sampai sekarang. Karena keahlian,
ketrampilan dan pengalaman yang dimilikinya, maka kaum pria memainkan peranan penting di
berbagai sektor.
Di sana mereka menjadi panutan, dihormati, dijadikan gantungan nasib banyak orang, ya,
mereka menjadi pelindung dan pemimpin. Mereka mampu menciptakan terobosan-terobosan
untuk menembus benteng-benteng penghalang pelaksanaan secara sukses tugas mereka. Mereka
menjadi alamat kekaguman banyak orang.

Kegiatan Kaum Pria dalam jemaat akan menjadi tempat dan kesempatan di mana mereka
perlu didorong dan diberi motivasi yang benar serta dilengkapi dengan cara dan etika kerja yang
berorientasi kebenaran Firman Tuhan, dan dengan demikian, keahlian, ketrampilan dan pengalaman
dunia mereka dapat disucikan.

Yang ketiga, adalah potensi Kepemimpinan Pentingnya peran kepemimpinan dalam


pertumbuhan gereja dan jemaat, dibuktikan dalam strategi kerja Tuhan Yesus.[6] Jauh sebelum Dia
menggulirkan lembaga jemaat-Nya, Dia terlebih dahulu menyiapkan beberapa lapis kepemimpinan.
Roh Kudus memimpin sehingga terdapat 4 kitab dalam PB yang mencatat semua proses
pembelajaran yang Tuhan Yesus terapkan dalam menyiapkan kader pemimpin, 1 kitab yang
mencatat sejarah sepakterjang, baik tantangan-tantangan maupun keberhasilan-keberhasilan para
kader terdidik tersebut.

Satu pilar/tiang jemaat adalah rumah tangga warga jemaat, yang dikomandani oleh kepala
rumah tangga: Bapak. Jika jemaat ingin membangun dirinya secara teguh, hal itu dapat dicapai
dengan memperkokoh kehidupan rumah tangga warga jemaat. Walaupun “kebaktian rumah
tangga” memunyai peran dalam upaya itu, tetapi strategi yang paling jitu dan berakibat tetap ialah
melalui “pembentukan” komandan rumah tangga. Anak-anak dari keluarga yang dikomandani
secara benar oleh seorang Bapak yang terbina baik dalam jemaat, akan menjadi generasi
kepemimpinan berikutnya, yang akan menjalarkan kehidupan yang benar di dalam rumah tangga
mereka, jemaat dan masyarakat.[7]

Yang keempat, adalah potensi psikologis. Atas penentuan Tuhan, maka kaum pria lebih
mudah didengar, diterima dan diikuti oleh orang lain. Sulit membayangkan akibat positif yang
dihasilkan apabila jemaat “mengutus” kaum pria yang dibina secara khusus dan baik, ke dalam
masyarakat. Walaupun Iblis akan “menempatkan” lebih banyak kaum pria miliknya ke dalam
lingkungan yang sama, tetapi walaupun hanya satu lilin kecil dari kehidupan kaum pria jemaat, yang
menyalah dengan baik, telah cukup untuk mengusir kegelapan dari kehidupan setiap orang yang
hatinya “diterik” oleh Bapa yang di Sorga.

Ada dua kebutuhan psikologis paling mendasar dari manusia yaitu rasa aman dan rasa
berharga. Rasa aman lebih dibutuhkan oleh kaum wanita sedang rasa berharga lebih dibutuhkan
oleh kaum pria. Keahlian, ketrampilan dan pengalaman yang dimiliki oleh kaum pria membawa
mereka mendapat posisi-posisi di berbagai sektor kehidupan di dalam masyarakat dengan tingkatan
yang berbeda-beda. Dengan berperan dalam masyarakat, melalui bidang tugas yang diembannya,
maka akibat pertama dan terutama yang didapatkannya ialah dia merasa dihargai. Merasa bahwa
kehadirannya diperlukan oleh pihak atau orang lain. Tatkala ia pulang ke rumah membawa hasil dari
karyanya, maka dia semakin bangga karena dia berguna kepada warga rumah tangganya. Lalu
mereka masuk ke dalam jemaat, mengikuti kebaktian atau acara jemaat lainnya.

Di sana, di jemaat, mereka menjadi pihak yang duduk untuk mendengar dan menerima
wejangan, serta menonton segelintir pengerja yang menjadi alamat tatapan mata, serta tempat
bergantung warga jemaat, untuk mendapat berkat rohani. Di dalam masyarakat dan rumah
tangganya, Kaum Pria/Laki-laki itu merasa dibutuhlkan, dan karena itu merasa dihargai, tetapi di
dalam jemaat, dia menemukan keadaan yang sangat lain. Dimana dia merasa tidak berguna, tidak
berharga, menjadi pihak yang hanya menggantungkan dirinya kepada pihak lain, karena dia merasa,
tidak tahu apa-apa. Maka pada situasi demikian, Kaum Pria menarik diri dari jemaat, mula-mula
sesekali, tetapi lama-kelamaan bisa “menghilang”.

Pada dewasa ini, yang hadir dalam setiap kebaktian kristen, terbanyak adalah kaum wanita.
Pernah ada yang mengatakan bahwa perbandingan jumlah kehadiran kaum wanita dengan kaum
pria dalam kebaktian kristen adalah 3:1. Apa sebabnya? Apakah memang wanita lebih rohani
sedangkan laki-laki lebih duniawi? Seorang pakar dalam penggembalaan menyatakan bahwa
penyebabnya ialah karena kebutuhan akan keberhargaan tidak diperoleh dalam jemaat oleh kaum
pria. Jelaslah bahwa pembinaan Kaum Pria supaya mereka didaya-fungsikan di dalam jemaat, sangat
penting bagi pertumbuhan jemaat.

[1] _______Kamus Besar Bahasa Indonesia, s.v. “Pertumbuhan”

[2] Titus Sampe, Materi perkuliahan Pertumbuhan Gereja 2016

[3]Https://sebutan.-Bapa.-dlm.-Alkitab.,.com diakses, 22 Oktober 2017

[4] J. Allan Petersan, Pria dan Dunianya, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1973), 44

[5] Edwin Louis Cole, Suami Idaman Dambaan Wanita, (Jakarta: Metanoia Publishing, 2002),
180

[6] Joyce Meyer, Pemimpin Yang sedang di Bentuk, (Jakarta: Immanuel, 2002), 135

[7] Benyamin Abednego, Liku-liku Kepemimpinan Kristen, (Surabaya:Yakin, 1986), 66

BAB III

Rancangan Pembinaan/ Pendidikan Kaum Pria Dalam Jemaat

Bahagian ini merupakan inti dari seluruh bahasan diatas. Pemfungsian Kaum Pria
sebagaimana yang terdapat di dalam Alkitab, pemanfaatan dan pengembangan potensi-potensi
mereka, hanya mungkin tercapai jika mereka dididik dengan baik, yaitu dengan bahan/materi
pelajaran yang tepat. Diskusi ini tidak bermaksud menyajikan satu bahan pendidikan yang lengkap
dan siap diterapkan, karena tugas untuk itu, harus dikerjakan oleh satu team khusus, melalui satu
proses kerja yang membutuhkan waktu, karena harus ditunjang dengan data yang diperoleh dari
penelitian lapangan dan banyak diskusi dengan para gembala jemaat.
Ada beberapa rancangan yang dilaksanakan gereja dalam membina persekutuan kaum
pria agar aktif dalam pelayanan:[1]

1. Lewat Pengajaran

Pengajaran Firman Tuhan adalah dasar dari semua program dalam Pembinaan Warga
Gereja. Pemberitaan Firman harus menjadi pusat pembinaan iman warga gereja, karena iman
datang dan bertumbuh dari mendengar akan Firman Tuhan (Roma 10:17).

2. Lewat Pelayanan khusus (kategorial)

Adanya pelayanan khusus (kategorial) ini adalah karena melibatkan warga yang mempunyai
kesamaan minat dalam bidang-bidang tertentu seperti kewanitaan, kepemudaan, pendidikan anak-
anak dan remaja, kebapaan. Warga gereja dibina sesuai dengan kelompok usia dan jenisnya
masing-masing agar tujuan pembinaan dapat diterima dengan kontekstual dan prosesnya dapat
berjalan efektif.[2]

3. Lewat Pemuridan

Banyak gereja yang menawarkan berbagai “program pemuridan” seperti kelas-kelas,


seminar-seminar, kelompok-kelompok kecil pemuridan. Apabila diamati lebih seksama, ternyata
“program-program pemuridan” yang demikian tidak efektif dalam menghasilkan perubahan hidup
yang kokoh. Perubahan hidup yang nampak hanya bersifat sementara bila tidak ditindaklanjuti
secara berkelanjutan. Esensi dari pemuridan yang sebenarnya adalah memberikan contoh atau
model dalam menuntun orang lain untuk mencapai potensi maksimalnya.

4. Lewat Kelompok Kecil

Pembentukan persekutuan warga jemaat dalam kelompok-kelompok kecil merupakan


strategi yang baik untuk menyediakan komunitas yang sehat kepada mereka, hal ini dimaksudkan
agar antar warga jemaat dapat saling memperhatikan dan membangun sehingga sama-sama
mengalami pertumbuhan jasmani dan rohani. Perlu ditegaskan bahwa memperhatikan antar warga
jemaat di dalam kelompok kecil tidak hanya sebatas masalah rohaninya saja, tetapi juga masalah lain
yang menyangkut seluruh segi kehidupan (kesehatan, ekonomi, pendidikan, keluarga, dll).

5. Lewat Pelatihan keterampilan hidup

Gereja yang benar sesungguhnya tidak pernah membatasi fungsinya hanya sebagai
pengelola program-program pembinaan bagi warga jemaat yang erat kaitannya dengan hal-hal
rohani saja. Gereja dapat mengadakan pelatihan keterampilan hidup sesuai dengan kebutuhan
warga jemaatnya.

[1] Wongso, Peter, Dr. : Tugas gereja dan misi masa kini, SAAT Malang, 1999. 23

[2]O.E.Ch. Wuwungan, Bina Warga, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009) 127
BAB IV

Kesimpulan

Warga jemaat dari kelompok Kaum Pria, adalah bahagian tak terpisahkan dari satu
jemaat; merupakan bahagian yang di dalam dan melaluinya pertumbuhan jemaat harus terjadi dan
nampak. Mereka perlu meningkat dalam kehidupan rohani dan di dalam ibadah kristiawi. Banyak
dimensi organisatoris dan manajemen jemaat dapat dikembangkan melalui peran-serta
mereka. Yang semuanya itu, akan membawa kepada pertumbuhan kualitas dan kuantitas
jemaat. Tuhan Yesus menghendaki supaya unit/kelompok Kaum Pria dihadirkan dan dikembangkan
dalam jemaat, terutama karena mereka harus dibina untuk menjadi gambaran yang kelihatan dari
Bapa yang tidak kelihatan, di sorga. Pembinaan secara intensif dan terencana terhadap kelompok ini
semakin terasa keperluannya karena mereka adalah ujung tombak dari jemaat di dalam masyarakat,
yang mengandung makna ganda yaitu jemaat dapat menjangkau lebih banyak jiwa melalui mereka,
di satu sisi, tetapi di sisi lain mereka menjadi alamat paling dekat dari segala godaan dan upaya
pengrusakan jemaat oleh kuasa musuh Injil.

Oleh karena itu, kegiatan/pelayanan terhadap Kaum Pria harus diramu secara seksama,
melalui suatu proses yaitu Pengajaran, pelayanan khusus/ kategorial, pemuridan, kelompok kecil,
dan pelatihan keterampilan.

KEPUSTAKAAN

Alkitab:

Alkitab – LAI

Buku-buku:

Abednego Benyamin. Liku-liku Kepemimpinan Kristen. Surabaya:Yakin. 1986.


Cole Edwin Louis. Suami Idaman Dambaan Wanita. Jakarta: Metanoia Publishing. 2002.

Meyer Joyce. Pemimpin Yang sedang di Bentuk. Jakarta: Immanuel. 2002.


Peter. Wongso. Tugas gereja dan misi masa kini. SAAT Malang. 1999.

Petersan J. Alan. Pria dan Dunianya. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1973.

Sampe Titus. Materi perkuliahan Pertumbuhan Gereja 2016.

Theologia Kaum Awam. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1981.

Wuwungan O.E.Ch. Bina Warga. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2009.

Kamus:
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. 1997

Internet:

Https://sebutan.-Bapa.-dlm.-Alkitab.,.com

Anda mungkin juga menyukai