Anda di halaman 1dari 2

MEMBERI DENGAN SUKACITA MEMBAWA BERKAT

2 Korintus 9:6-11

“Memberi”, mungkin kata ini adalah kata yang sudah tidak asing lagi bagi semua orang. Dan
jika berbicara tentang memberi maka banyak orang akan mengatakan bahwa: apa yang sanggup ku beri
bagi Tuhan dan bagi manusia makan akan ku beri. Itulah mengapa ada peribahasa juga yang
mengatakan “lebih baik memberi daripada menerima”. Namun kita harus secara jujur berani
mengatakan bahwa dalam hal memberi itu ternyata juga dipengaruhi dari dasar (motivasi seseorang)
dalam memberi. Ada yang memberi karena dia memang mau untuk memberi, ada yang memberi untuk
mencari nama atau dianggap baik oleh orang lain (dianggap dermawan), dan ada juga yang mau
memberi karena dia terpaksa untuk memberi. Bahkan kita juga harus berani mengatakan bahwa ternyata
pencuri sekalipun mau untuk memberi, dimana dia membagi-bagikan hasil curiannya dan dibagikan
bagi orang-orang yang membutuhkan bahkan juga memberi bagi gereja.

Dalam kitab 2 Korintus 6:9-11 ini marilah kita melihat bagaimana hal “memberi” yang ingin
di sampaikan oleh Paulus kepada jemaat Korintus. Korintus, adalah kota besar, titik temu jalan
perdagangan darat utara selatan di Propinsi Akhaya. Lagipula Korintus adalah kota pelabuhan.
Penduduknya makmur. Di Korintus hanya ada 200 ribu penduduk, tetapi disitu ada 600 ribu tenaga
pelayan. Bandingkan rasionya, yaitu 1:3. Untuk satu orang tersedia tiga pelayan. Orang Korintus
memang makmur, namun satu hal yang harus diketahui bahwa mereka kurang suka memberi bantuan
kepada Gereja di Yerusalem. Mereka kurang perhatian tentang gerja lain. Gereja Korintus hanya sibuk
dengan urusan diri sendiri. Yang mereka sibuki adalah persoalan rebutan kedudukan pemimpin, apa
dari golongan Paulus, atau golongan Apolis atau golongan Kefas. Yang juga mereka sibuki adalah
persoalan makanan sembahyang persoalan tutup kepala perempuan dalam ibadah, persoalan bahasa
lidah, dsb. Singkatnya yang mereka sibuki hanyalah urusan internal. Kalau urusan “memberi”, yang
menyokong gereja lain, memang berbicara tentang uang, tapi jauh dari itu disini Paulus sedang
mendidik dan mengubah gaya hidup orang Korintus, agar mereka “.... kaya dalam pelayanan kasih”
(8:7). Bahkan Paulus juga memberikan sebuah contoh yakni jemaat Makedonia, sekalipun mereka
miskin, susah dan penuh dengan penganiayaan tetapi mereka mau untuk memberi.

 Memberilah dengan kerelaan hati dan sukacita ayat 6-7


Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga dan orang yang
menabur banyak akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut
kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang
yang memberi dengan sukacita. Disini Paulus dengan keras mengingatkan jemaat Korintus
bahwa konsep memberi adalah tentang menabur dan menuai. Dan yang harus menjadi jelas
disini adalah kata menabur sedikit dan menabur banyak. Paulus ingin mengatakan bahwa
memberi bukan persoalan sedikit atau banyak, namun persoalan di mana benih itu ditabur, di
tanah yang baik kah atau di tanah yang tidak baik. Memberi bukan soal banyak atau sedikit,
melainkan memberi adalah persoalan bagaimana kita memberi. Dasar memberi haruslah
dengan kerelaan hati (bukan masalah banyak atau sedikit tetapi apa yang didorong oleh hati)
memberi juga adalah cerminan dari bagaimana hubungan kita dengan Tuhan atau penyadaran
akan berkat yang Tuhan berikan dalam hidup kita. Dengan kerelaan hati berarti (persembahan
yang diberikan itu atas dasar hubungan yang erat dnegan Tuhan Allah, di dalam kontrol yang
baik, pikiran yang jernih dan memberi berdasarkan apa yang ada pada kita bukan dengan apa
yang tidak ada pada kita). Dasar memberi bukanlah banyak atau sedikit tetapi dari hati, karena
dari hati tidak akan ada paksaan dan sedih hati. Bandingkan dengan janda yang di Sarfat dan
janda yang mempersembahkan seluruh apa yang ada padanya. Mereka mempersembahkan apa
yang ada padanya dengan dorongan hati mereka. Untuk kita diingatkan memberilah dengan
keterbukaan hati (ingkon hiras roha pasahathon pelean i). Memberilah karena kita menyadari
bahwa Tuhan selalu memberikan apa yang paling baik bagi kita, sehingga dengan penyadaran
itulah kita terdorong juga untuk memberi apa yang paling baik bagi orang lain.

 Aku memberi bukan supaya aku berkecukupan, tetapi aku memberi karena aku sadar aku selalu
dicukupkaan oleh Tuhan.
Pada ayat 8 Paulus mengatakan Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada
kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan
di dalam pelbagai kebajikan.
Kita harus jujur banyak sekali orang yang memikirkan untung rugi dalam hal memberi, bahkan
tidak sedikit dari jemaat yang sering mengungkit-ungkit kembali apa yang sudah diberikannya
kepada Tuhan melalui persembahannya ke gereja dan para hambanya. Dan ternyata kebiasaan
ini sudah terjadi di dalam kehidupan jemaat mula-mula di Korintus itu mengapa Paulus
mengatakan Allah sanggup melimpahkan..., dan kamu senantiasi dicukupkan dan tidak
kekurangan bahkan kaya dalam pelbagai kebajikan. Penyadaran yang dalam akan memberi
tidak akan membuat kita memikirkan untung rugi melainkan memberi adalah suatu bentuk
karya iman dan kepercayaan seseorang. Dan konsep memberi seperti itulah yang akan selalu
menyadarkan kita bahwa justru kita semakin kaya (bukan melulu soal materi) ketika kita mau
untuk memberi.

 Memberi adalah sebuah bentuk pelayanan kasih


Ya memberi juga adalah sebuah bentuk pelayanan kasih, Paulus mengingatkan jemaat Korintus
dengan sebuah contoh konkrit yang nyata dari pengalaman jemaat Makedonia (Pasal 8) yang
memberi dengan sukacita. Dan kita dapat menyimpulkan bahwa memberi itu adalah sebuah
cerminan dari hati kita, cerminan dari bagaimana hubungan dan pengenalan kita terhadap
Tuhan Allah yang terlebih dahulu memberi kepada kita. Memberi membuat kita semakin kaya,
bukan kaya soal materi, tetapi kaya dalam pengalaman iman. Janda di Sarfat itu pun kaya,
bukan karna roti dan minyaknya yang tidak pernah habis. Tetapi bagaimana Tuhan Allah selalu
mencukupkan kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Roti segenggam dan minyak yang
didalam tempayan itu tidak banyak (masalah banyak atau sedikit) tetapi CUKUP untuk mereka
(1 Raja-Raja 17:16). Dan janda yang mempersembahkan seluruh yang dia miliki ituu adalah
bukti bahwa memberi bukan persoalan kaya atau miskin. Tetapi memberi merupakan cerminan
dan gambaran kualitas diri seseorang (Markus 12:43-44).

Anda mungkin juga menyukai