TUJUAN
Warga Gereja menghayati kemelekatan pada Allah agar mampu
membangun persahabatan bersama disabilitas sebagai sahabat yang
direngkuh dalam kasih Allah.
DAFTAR BACAAN
Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 381:1-4
Nyanyian Penyesalan : KJ 309:1-3
Nyanyian Kesanggupan : KJ 356:1-2
Nyanyian Persembahan : KJ 403:1-...
Nyanyian Pengutusan : KJ 378:1-2
Bahasa Jawa Kidung
Pamuji : KPJ 26:1-3
Kidung Panelangsa : KPJ 55:1, 3
Kidung Kesanggeman : KPJ 192:1, 3
85
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Kidung Pisungsung : KPJ 162:1-...
Kidung Pangutusan : KPJ 452:1, 3
DASAR PEMIKIRAN
Istilah “disabilitas” merupakan istilah yang relatif baru, sebagai pengganti
istilah “cacat” yang selama ini dipakai. Mengapa harus ada istilah baru?
Karena istilah “cacat” berarti tidak lengkap, tidak sempurna. Padahal
penyandang disabilitas bukanlah orang yang tidak lengkap dan tidak
sempurna. Mereka adalah orang-orang yang lengkap dan sempurna,
dengan suatu perbedaan tertentu. Sebelum istilah “penyandang
disabilitas” secara resmi dipakai dalam Undang-undang no. 8 tahun 2016,
terlebih dahulu dikenal istilah “difabel” yang merupakan singkatan dari
bahasa Inggris differently abled (berkemampuan berbeda). Namun istilah
differently abled tidak lagi dipakai secara internasional karena setiap orang
merasa differently abled. Maka istilah resmi yang dipakai adalah persons
with disabilities, yang diterjemahkan menjadi “penyandang disabilitas.”
Apa yang dilakukan oleh Gereja terhadap penyandang disabilitas? Gereja
sebagai persekutuan yang melekat pada Kristus diundang untuk melakukan
kasih. Perwujudan kasih dilakukan dalam kehidupan seharihari kepada
semua orang tanpa memandang apa, siapa dan seperti apa keberadaan
seseorang. Dengan berefleksi dari perjumpaan Filipus dengan Sida-Sida dari
Etiopia yang merupakan penyandang disabilitas, gereja diajak untuk
membangun persaudaraan bersama disabilitas sebagai sahabat yang
direngkuh dalam kasih Allah.
KETERANGAN BACAAN
Kisah Para Rasul 8:26-40
Kisah Rasul 8:26-40 berbicara tentang sikap Gereja perdana terhadap orang
yang dianggap hina, najis. Dalam kisah ini secara khusus sikap Gereja
diwakili oleh Filipus. Ia menjumpai sida-sida Etiopia. Dalam karirnya, sida-
sida Etiopia adalah orang penting yang dihargai di kerajaan. Ia seorang
pembesar dan kepala perbendaharaan di kerajaan Sri Kandake, ratu
86
Januari-Desember 2018
Etiopia. Meski ia dihargai di mata orang-orang Etiopia, di mata hukum
Taurat, sida-sida itu dianggap najis. Ulangan 23:1 berbunyi, ”Orang yang
hancur buah pelirnya atau yang terpotong kemaluannya, janganlah masuk
jemaah TUHAN”.
Sida-sida adalah seorang yang dikebiri. Ia dipaksa untuk membuang buah
pelirnya supaya bisa melakukan karya di istana Sri Kandake. Dengan
demikian sida-sida itu penyandang disabilitas bukan bawaan (bukan sejak
lahir).
Dalam Perjanjian Lama, kalangan disabilitas (timpang, buta, hancur buah
pelirnya) dilarang masuk ke kumpulan jamaah [bdk. 2 Sam. 5:8]. Filipus
yang merupakan murid Yesus mengamalkan ajaran kasih Yesus dalam
karyanya. Gerak Roh Allah yang meneguhkan dia supaya mendekat dan
merangkul sida-sida itu. Ia melihat sida-sida Etiopia itu mengalami
kebingungan memahami kitab Yesaya. Karena itu ia mendekat kepada sida-
sida itu dan memberikan penjelasan. Dampak dari rengkuhan kasih Filipus
pada sida-sida itu adalah permintaan dari sida-sida Etiopia pada Filipus
untuk membaptisnya (Kis. 8:36-38).
Kisah ini memberi teladan pada kita untuk bersikap ramah, penuh kasih,
bersahabat terhadap mereka yang dipinggirkan dengan cara tidak layak.
Kepada siapapun, Gereja mesti menunjukkan cinta kasih sebab itulah yang
dikehendaki Tuhan Yesus. Gereja mesti menjauhkan diri dari sikap
menghakimi, menyingkirkan sesama ciptaan Allah.
Mazmur 22:26-32
Pemazmur mengajak jamaah mengangkat hati memuji Tuhan. Ia pantas
dipuji karena satu-satunya sumber nyanyian pujian. Selain itu, jamaah juga
diajak untuk membayar nazarnya kepada Allah. Nazar dibayar dengan suatu
korban syukur. Hal yang elok dari ibadah pemazmur yaitu diundangnya
orang-orang miskin dan tertindas untuk turut memuji Tuhan. Pemazmur
mendoakan semua orang (termasuk yang miskin dan menderita) supaya
tersorak-sorai bahagia. Agar pujian bagi Allah tidak berhenti, pemazmur
mengajak jamaah untuk memuji Tuhan bersama generasi yang lain. Ayat 31
menuturkan ajakan pemazmur supaya anakcucu diajak beribadah kepada
Tuhan.
87
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Ajakan memuji Tuhan kepada orang-orang miskin dan tertindas merupakan
ajaran yang “tidak lumrah” dilakukan pada masa itu. Biasanya orang miskin,
tertindas dan anak-anak akan diabaikan. Peribadatan umat acapkali
melihat orang miskin, tertindas dan anak-anak dengan sebelah mata.
Karena itu melalui nyanyian pujian ini, pemazmur mengajak supaya semua
orang saling merangkul.
1 Yohanes 4:7-21
Pada bagian ini kita menemukan bahwa kasih mempunyai asal-usulnya,
yaitu dari Allah (ayat 7). Allah adalah kasih dan manusia yang hidup dalam
kasih lahir dari Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah
(ayat 8). Melalui kasihlah, Allah dikenal (ayat 12). Ia adalah Roh. Karena Ia
Roh, kita tidak bisa melihat-Nya secara langsung (seperti orang tidak bisa
melihat bentuk angin). Saat ini kita melihat Diaakibat dari hasil karya Allah.
William Barclay meberikan penggambaran yang bagus. Ia mengatakan: kita
tidak bisa melihat angin, tetapi kita dapat melihat apa yang angin kerjakan.
Kasih Allah diwujudnyatakan dalam Kristus (ayat 9). Apabila kita
memandang Yesus, kita belajar hidup mengasihi tanpa batas. Kasih yang
tanpa batas itu seperti yang dinyatakan pada ayat 17-18 yaitu hilangnya
perasaan takut. Ketika rasa takut hilang, manusia akan berhubungan satu
sama lain dengan cair, ramah, terbuka. Maka dari itu barangsiapa
mengasihi sesamanya, ia mengasihi Allah sebab Allah adalah kasih.
Sebaliknya, bila kita mengatakan mengasihi Allah, maka harus mengasihi
sesama. Satu-satunya jalan untuk membuktikan bahwa Allah berada dalam
hati kita adalah dengan terus hidup dalam kasih kepada sesama.
Yohanes 15:1-8
Yohanes 15:1-8 tidak dapat dipisahkan dari bacaan sesudahnya (pasca ayat
8). Konteks sesudah pasal 15:1-8 adalah perintah supaya saling mengasihi
dan peringatan mengenai dunia yang tidak simpatik kepada murid-murid.
Dalam segala keadaan, para murid diminta untuk saling mengasihi. Dengan
hidup saling mengasihi, para murid akan sungguhsungguh hidup. Dari mana
murid-murid Yesus mampu mewujudkan kasih? Jawabnya ada pada
Yohanes 15:1-8.
Perumpamaan Yesus sebagai pokok anggur yang benar dan para murid
adalah ranting-rantingnya merupakan metafora. Rupanya metafora itu
88
Januari-Desember 2018
diambil dari Yeremia 2:21. Pokok anggur yang benar maksudnya adalah
pokok anggur yang dijamin menghasilkan buah banyak dan buahnya bagus,
tidak busuk pula.
Pengusaha yang menjaga, merawat kebun anggur adalah pekerja keras dan
menghendaki hasil buah anggur yang baik. Maka ia tidak segan untuk
memotong, membersihkan ranting-ranting yang tidak menghasilkan buah.
Ia juga rajin melakukan pembersihan terhadap ranting-ranting itu (ayat 2).
Para murid digambarkan sebagai ranting-ranting yang harus meghasilkan
buah. Prasyarat ranting berbuah adalah hidup. Agar bisa hidup, ranting
harus melekat pada pokoknya. Ayat 5 menyatakan ajakan Yesus pada para
murid agar tinggal (melekat) pada Dia. Dengan demikian, ranting akan
hidup dan berbuah. Ayat 8 menyatakan bahwa tujuan dari berbuah banyak
bukan tujuan dari dan bagi dirinya sendiri, melainkan untuk kemuliaan Allah
Bapa, Sang Pengusaha kebun anggur. Dari buahnya orang lain akan
mengetahui bahwa seseorang adalah murid Yesus.
Melalui metafora ini, Tuhan Yesus mengajak para murid untuk tetap
melekat pada Dia supaya dimampukan mewujudkan kasih pada sesama
manusia. Dengan demikian, kehidupan yang dijalani murid Yesus adalah
hidup yang memanusiakan manusia dengankasih Bapa.
89
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
pokok anggur (Yoh. 15:1-8) menjadikan umat mampu membuahkan kasih
pada sesama. Dengan demikian umat melekat pada Tuhan untuk
memanusiakan manusia.
Saudaraku,
Mungkin kita pernah melihat cuplikan video atau membaca kisah
seorang anak bernama He Ah Lee. Dia adalah seorang pianis asal Korea,
memang mencengangkan dunia. Terlahir sebagai penderita ectrodoctyly
atau dikenal dengan lobster claw syndrome (sindrom capit lobster), di
mana kedua tangan Hee Ah Lee hanya memiliki dua jari yang bentuknya
menyerupai capit dan huruf "V". Kedua kaki Hee Ah Lee juga tak sempurna,
hanya sebatas lutut. Kelainan pada tangan dan kaki ini langka. Tidak
90
Januari-Desember 2018
terdapat celah di tempat metakarpal jari seharusnya berada. Kondisi yang
alaminya juga tergolong langka karena hanya ada satu kasus dari setiap
10.000 kelahiran. Bahkan, ada yang menyebutkan 1:18.000 kelahiran. Akan
tetapi, ketidaksempurnaan itu tak pernah menghalangi Hee Ah Lee
menjadi “sesuatu”. Ibunya, keluarganya mendukung dia untuk menjadi
pribadi yang mandiri dan menghayati Tuhan sebagai Sang Cinta yang
mengasihi hidupya. Cara pandang itulah yang membuat Hee Ah Lee
melampaui keterbatasan yang ada padanya. Disabilitas tidak lagi menjadi
kendala untuk memaknai hidup.
91
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Disabilitas bisa terjadi karena gangguan atau kerusakan organ fisik yang
dapat menyebabkan kelainan atau kerusakan organ tubuh. Hal itu bisa jadi
bawaan lahir atau karena peristiwa tertentu (kecelakaan) yang membuat
seseorang menjadi penyandang disabilitas. Dr. Luh Karunia juga
menyampaikan bahwa kesadaran masyarakat di Indonesia terhadap
disabilitas masih rendah. Rendahnya kesadaran itu terlihat dari stigma atau
anggapan bahwa disabilitas itu kutuk, isolasi dan perlindungan berlebihan.
Karena penyandang disabilitas diperlakukan seperti itu, maka tidak jarang
mereka menjadi tidak berdaya, malu, menutup diri.
Melihat realitas seperti itu, apa yang akan dilakukan keluarga, gereja
terhadap penyandang disabilitas di sekitar kita?
92
Januari-Desember 2018
karyanya. Gerak Roh Allah yang meneguhkan dia supaya mendekat dan
merangkul sida-sida itu. Filipus melihat sida-sida Etiopia itu mengalami
kebingungan memahami kitab Yesaya, ia mau mendekat kepada sida-sida
itu dan memberikan penjelasan. Dampak dari rengkuhan kasih Filipus pada
sida-sida itu adalah permintaan dari sida-sida Etiopia pada Filipus untuk
membaptiskannya (Kis. 8:36-38).
93
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Murid-murid Tuhan Yesus dan gereja perdana menjadi teladan
memanusiakan manusia dengan kasih. Rengkuhan terhadap sida-sida
Etiopia yang merupakan penyandang disabilitas adalah bentuk kasih yang
nyata. Kasih mereka menjadi nyata karena senantiasa melekat pada Allah,
sumber kasih.
Teladan gereja perdana perlu diikuti oleh gereja di masa kini. Gereja
hadir, merengkuh semua orang. Mereka yang lemah dan tidak berdaya
harus diberdayakan. Gereja akan mampu melakukan hal ini bila tetap
tinggal – melekat pada Allah.
94
Januari-Desember 2018
Teologi di Indonesia (Persetia) telah dua kali mengadakan semiloka tentang
pengarusutamaan teologi disabilitas dalam kurikulum pendidikan teologi
(tahun 2011 dan 2013). Hasilnya antara lain adanya mata kuliah Teologi
Disabilitas di UKDW, UKSW dan STT Jakarta. Dalam lingkup gereja, Lembaga
Pembinaan dan Pengaderan Sinode (LPP Sinode) GKJ dan GKI SW Jawa
Tengah mengadakan pertemuan studi Pembinaan Warga Gereja (PWG)
pada akhir April 2014 membahas teologi disabilitas dalam kehidupan
bergereja.
Semua yang dilakukan oleh Dewan Gereja-gereja se-Dunia,
sekolahsekolah Teologi di Indonesia, LPP Sinode GKJ dan GKI SW Jateng itu
menjadi ajakan bagi gereja-gereja di Indonesia untuk mewujudkan kasih
secara nyata.
Apa yang bisa dilakukan? Gereja bisa mewujudkan keramahan pada
disabilitas seperti:
95
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA
Para sadhèrèk,
Mbok manawi wonten ingkang naté mirsani vidéo utawi maos
cariyos satunggaling laré ingkang naminipun He Ah Lee. Laré punika salah
satunggaing pianis saking Koréa ingkang saèstu ngédap-édapi. Kalairaken
ing kawontenan dados èctroductyly utawi asring dipun sebat lobster claw
syndrome (sindrom capit lobster), kekalih tanganipun Hee Ah Lee namung
nggadhahi kalih driji ingkang wujudipun kados capit utawi huruf “V”.
Kekalih sukunipun Hee Ah Lee ugi boten sampurna, namung sak dhengkul
kemawon. Kelainan ing tangan lan sukunipun punika kagolong awis-awis
(langka). Boten wonten selah ing drijinipun kados limrahipun tiyang.
Kahanan ingkang dipun lampahi ugi kalebet langka awit namung setunggal
kasus ing saben 10.000 kelairan. Langkung-langkung, wonten ingkang
nyebataken 1:18.000 kelairan. Sanadyan mekaten, kahanan ingkang boten
sampurna punika boten dados pepalang kanggé Hee Ah Lee dados
“tiyang”. Ingkang ibu lan ugi brayatipun tansah nyengkuyung
piyambakipun dados pribadi ingkang mandhiri, lan saged ngraosaken Gusti
96
Januari-Desember 2018
Allah Sang sumbering Katresnan ingkang sampun nresnani piyambakipun.
Anggenipun nggadahi pamawas punika ndadosaken Hee Ah Lee saged
nglangkungi kawinatesan ing dhirinipun. Disabilitas boten malih dados
pepalang anggènipun saged ngraosaken gesang ingkang saèstu.
97
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
punika dados penyandang disabilitas. Dr. Luh Kurnia ugi ngendikakaken
bilih kesadaran masyarakat ing Indonesia babagan disabilitas taksih
endhèp. Kawontenan punika ketingal awit taksih wonten pamanggih ing
masyarakat bilih disabilitas punika kutuk (dosa), isolasi lan perlindungan
ingkang kelangkung (diumpetaken, ditutup-tutupi). Awit brayat lan
masyarakat nggadhahi pemanggih lan sikep ingkang makaten, mila kathah
penyandang disabilitas lajeng boten nggadahi daya, lingsem, nutup
dhirinipun saking lingkungan.
98
Januari-Desember 2018
Ing Prajanjian Lami, penyandhang disabilitas (tiyang lumpuh, wuta
lan ingkang pringsilanipun remuk) boten kepareng mlebet ing
pasamuwanipun Allah (bdk. 2 Sam. 5:8). Filipus, inggih punika sekabatipun
Yesus, nindakaken katresnanipun Yesus ing pakaryanipun. Roh Suci ingkang
makarya maringaken kekiyatan temah saged ngrangkul priyagung punika.
Filipus mirsani bilih priyagung punika bingung nalika maos kitab Yesaya,
lajeng nyelak dhateng priyagung punika lan maringi pangertosan. Ing
wusananipun, awit saking kawigatosan lan katresnanipun Filipus lajeng
ndadosaken priyagung punika nyuwun dipun baptis (PR. 8:36-38).
99
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
punika saged ketingal ing ayat 17-18, inggih punika nalika boten nggadahi
raos ajrih. Menawi raos ajrih punika ical, manungsa saged pitepangan
setunggal lan setunggalipun kanthi sumanak, kanthi mardika, kanthi
tinarbuka. Pramila sok sintena ingkang nresnani sesaminipun, tiyang
punika ugi nresnani Allah awit Allah punika katresnan. Kosok wangsulipun,
menawi kita matur kita nresnani Allah mila kita ugi kedah nresnani sesami
kita. Cara ingkang saged mbuktèkaken bilih Gusti Allah dedalem ing manah
kita, inggih punika gesang kanthi kebaking katresnan dhumateng sesami.
10
0 Januari-Desember 2018
Yesus dados gesang ingkang memanusiakan manusia adhedhasar
katresnanipun Allah.
10
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja 1
Punapa ingkang saged dipun tindakaken? Gréja saged mujudaken
kawigatosan tumrap disabilitas kanthi cara:
10
2 Januari-Desember 2018
10
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja 3