Anda di halaman 1dari 4

PERSIAPAN PENGGEMBALAAN PRA-NIKAH

Pandangan Alkitab Tentang Perkawinan

 Perkawinan atau pernikahan adalah antara satu laki-laki dengan satu perempuan
(Kejadian 2:18-25).
 Lembaga perkawinan diciptakan oleh Allah. Dia berinisiatif menjodohkan Adam
dengan Hawa. Ia mengawinkan keduanya dalam suatu ikatan perkawinan yang kudus
(Kejadian 2:21-25).
 Perkawinan Kristen adalah perkawinan Monogami. Kekristenan tidak membenarkan
poligami (1 Korintus 7:2; 1 Tesalonika 4:2-5).
 Ikatan perkawinan disebut juga sebagai ikatan yang “telah dipersatukan” oleh Allah.
Oleh sebab itu dalam Perkawinan Kristen tidak dikenal adanya kata cerai. Sebab Allah
membenci perceraian (Matius 19:6; Markus 10:9; 1 Korintus 7:10-11).

Arti Perkawinan Kristen

 Suami istri tersebut dinyatakan sebagai telah dipersatukan oleh Allah. Inilah konsep
jodoh yang sejati. Jodoh dalam iman Kristen adalah suami/istri yang dikawinkan resmi
dihadapan Allah (pemberkatan nikah) dan pemerintah (kantor catatan sipil). Allah
menjadikan keduanya menjadi “satu daging” (Kejadian 2:24). Mereka bukan lagi dua
melainkan satu. Dalam kesatuan inilah Allah menyediakan berkat yang melimpah
dalam perkawinan orang-orang benar (Kejadian 1:26-29; Mazmur 112:1-9; 128:1-6).
 Kesatuan suami istri adalah seperti kesatuan kepala dan tubuh manusia. Kristus adalah
Kepala jemaat dan jemaat adalah tubuh-Nya. Suami disebut sebagai kepala dari istri
(Efesus 5:22-25). Tubuh tidak mungkin hidup tanpa kepala demikian juga sebaliknya
tidak ada kepala tanpa tubuh. Hal ini menjelaskan bahwa Allah memandang kesatuan
perkawinan sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan oleh alasan-alasan manusiawi.
Hanya dosa zinah dan maut yang dapat memisahkan (Matius 19:9; 1 Korintus 7:39).
 Suami harus mengasihi istri sama seperti ia mengasihi tubuhnya sendiri. Seorang suami
tidak boleh suami berlaku kasar kepada istrinya (Efesus 5:25-33; Kolose 3:19).
 Istri harus tunduk kepada suami seperti kepada Tuhan (Efesus 5:22; Kolose 3:18; 1
Petrus 3:1-2).
 Suami harus hidup dengan bijaksana terhadap istrinya dan menghormati istrinya
sebagai kaum yang lebih lemah dan sesama pewaris anugerah Allah (1 Petrus 3:7). Hal
ini penting, agar doanya tidak terhalang. 

 
 

Pernikahan dikategorikan dalam tiga golongan yaitu:


1.       Pernikahan yang terputus, dalam pengertian pernikahan itu sudah berada di jurang perceraian.
2.       Pernikahan yang terlepas, artinya pernikahan itu sudah mengalami problem di alam hubungan
suami-istri.
3.       Pernikahan yang terikat, artinya hubungan suami-istri baik dan suami-istri menikmati
keakraban.
Tujuan dan tugas utama pernikahan: Penyatuan Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan
ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya sehingga keduanya menjadi satu daging.
Kejadian 2:24 Penyatuan dicapai melalui: Keintiman  Mereka keduanya telanjang, manusia dan
istrinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu. Kejadian 2:25 Hambatan terhadap penyatuan:
Keterpisahan Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu bahwa mereka telanjang,
lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.Kejadian 3:7 Keterpisahan
menimbulkan: Ketakutan Ketika aku mendengar bahwa Engkau ada di taman ini aku menjadi
takut karena aku telanjang sebab itu aku bersembunyi. Kejadian 3:8 Ketakutan yang paling
mendasar adalah: Ketakutan untuk Bergantung Penikahan yang Terlepas adalah pernikahan
yang telah kehilangan Keintiman. Jika kita ingin mengetahui berapa intimnya atau tidak
hubungan kita dengan pasangan kita, salah satu kriterianya adalah dengan melihat berapa besar
rasa percaya kita pada pasangan kita.
Membangun keintiman melalui kepercayaan dapat dilakukan dengan:
a.        Membuktikan diri melalui perbuatan-perbuatan kita, bahwa kita layak dipercaya. Dengan cara:
Memegang janji, artinya kita tidak berbohong.
b.       Menjalani kehidupan yang benar, artinya tidak berdosa.
c.        Memikirkan kepentingan pasangan kita dan keluarga.Percaya begitu penting untuk membangun
keintiman, bangunlah kepercayaan, ini prasyarat adanya keintiman dan keintiman harus ada
sebelum kita bisa menyatu dengan pasangan kita.

ARTI DAN HAKIKAT PERKAWINAN KRISTEN


Memahami pengertian tentang perkawinan dan hakikat perkawinan layak dan perlu dimiliki
oleh setiap orang yang telah mengambil keputusan untuk menikah. Jangan sampai sepasang
calon mempelai menghadapi kehidupan perkawinan dengan pikiran dan hati yang kosong.
Berikut ini akan dijelaskan tentang definisi, pengertian dan hakikat perkawinan Kristen.
Selayaknyalah setiap orang yang mengambil keputusan untuk menikah memahaminya.
DEFINISI PERKAWINAN KRISTEN
Sebelum menetapkan rumusan, batasan atau definisi tentang perkawinan Kristen, terlebih
dahulu kita simak apa kata Undang-Undang Perkawinan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
pada tahun 1974. Undang-Undang Perkawinan tahun 1974 merumuskan bahwa "Perkawinan
ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan
tujuan membentuk keluarga (-rumah tangga-) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa."
 Catatan yang dapat kita berikan atas rumusan ini ialah:

 Perkawinan itu bersifat utuh atau bulat, yang meliputi keadaan lahir maupun batin.
 Perkawinan itu bersifat  monogami, yaitu terdiri dari seorang pria dan seorang wanita.
 Tujuan dari lembaga perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia, bahkan
tidak hanya bahagia, tetapi juga kekal.
 Bahwasanya perkawinan itu berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Bukan
berdasarkan tradisi maupun dorongan biologis semata-mata. 

Lebih dari itu Perkawinan Kristen memiliki karakteristik yang berbeda. Perkawinan Kristen
bukan hanya berdasarkan Ketuhanan, melainkan direncanakan, ditetapkan dan diatur oleh
TUHAN. Perkawinan Kristen dirumuskan sebagai suatu persekutuan hidup total dalam pertalian
kasih antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang berlangsung seumur hidup yang
dimeteraikan dengan berkat nikah kudus.
Berdasarkan definisi di atas, berikut ini dijelaskan 5 (lima) kebenaran yang terkandung di
dalamnya.
 1. Perkawinan Kristen adalah persekutuan hidup total
 Perkawinan Kristen disebut persekutuan hidup karena persekutuan itu diakui eksistensinya
seumur hidup, dan atau jika kedua-duanya masih hidup. Jika salah satunya telah meninggal
dunia, maka persekutuan hidup itu selesai. Hukum yang mengikatnya sudah berakhir dan
dimungkinkan pihak yang masih hidup akan menikah lagi untuk membentuk persekutuan hidup
yang baru (Roma 7:2). Perkawinan Kristen disebut persekutuan hidup total karena persekutuan
hidup itu meliputi seluruh aspek hidup, aspek kehidupan dan aspek penghidupan.
 2. Perkawinan Kristen terjadi karena pertalian kasih
 Perkawinan kristen terjadi bukan semata-mata untuk menyalurkan libido, bukan karena
paksaan atau karena tradisi, melainkan karena kasih. Kasih yang mengalir dari Allah. Mula-
mula kasih eros dan kemudian di dalamnya bermuatan kasih agape. Kasih eros saja tidak cukup
untuk membangun keluarga Allah. Oleh karena itu Allah menganugerahkan kasih agape. Kasih
agape adalah kasih yang hanya untuk mengasihi, tidak menuntut persyaratan tertentu, kasih
yang hanya untuk berkorban bagi pihak yang dikasihi. Hal demikian telah dicontohkan sendiri
oleh Allah, Dia menyerahkan dan mengorbankan Anak-Nya yang tunggal supaya dunia yang
berdosa diselamatkan oleh-Nya (Yoh 3:16).
3. Perkawinan Kristen itu abadi
Perkawinan itu berlangsung seumur hidup, hal itu berarti bahwa di dalam perkawinan Kristen
tidak ada pembatalan atau perceraian. Perkawinan Kristen hanya mengenal cerai mati, bukan
cerai hidup. Selama kedua-duanya masih hidup tidak ada pembatalan atau perceraian. Akan
tetapi jika kematian telah memisahkan keduanya, bagi pihak yang masih hidup bebas untuk
menikah lagi (Mat 19:16 Band Roma 7:2)
4. Perkawinan Kristen harus bermeterai pemberkatan nikah kudus
Suatu perkawinan dinyatakan syah oleh TUHAN jika telah dimeteraikan dengan berkat nikah
kudus. Pemberkatan nikah kudus itu tidak dilakukan secara tersembunyi, melainkan secara
terbuka dan disaksikan oleh jemaat TUHAN. Pengakuan Pemerintah atas perkawinan Kristen
didasarkan pada Surat Keterangan yang dikeluarkan oleh Gereja. Meterai perkawinan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah berupa Akta Perkawinan.
 Tanpa berkat nikah kudus sesungguhnya perkawinan Kristen tidak pernah ada, sekalipun
mungkin suatu kehidupan bersama telah dibangun dan generasi baru pun telah dilahirkan.
Dengan perkawinan kudus ini Allah akan bebas berkarya atas keluarga Kristen untuk
memberkati, melindungi dan menurunkan benih-benih illahi (Kej 1:28,29;2:23,24).
5. Perlunya pemberkatan nikah
Orang yang hidup bersama tanpa pemberkatan nikah berarti mereka hidup dalam perzinahan.
Sekalipun mungkin yang bersangkutan sudah melakukannya secara adat atau menikah secara
catatan sipil. Mengapa? Sebab Allah sebagai pencipta lembaga perkawinan tidak dihormati dan
kepada-Nya tidak dimohon untuk memberkati. Sesuatu yang aneh bukan? Orang yang kawin
tetapi tidak menerima pemberkatan nikah kudus akan mengakibatkan hal-hal buruk turun-
menurun dalam kehidupan keluarga mereka. 
Pemberkatan nikah adalah pemberian otoritas kepada masing-masing maupun kepada keduanya
untuk melakukan tanggung jawab rohani, yaitu melakukan tanggung jawab di bumi atas nama
dan untuk kemuliaan Allah (Kej 1:28).
Kesimpulan:
Perkawinan adalah sesuatu yang kudus karena diciptakan oleh Allah. Itu sebabnya Alkitab
menyebut ikatan perkawinan sebagai “dipersatukan” oleh Allah. Perkawinan Kristen adalah
monogami. Allah membenci perceraian, oleh sebab itu suami istri harus mengusahakan dan
merawat perkawinan mereka dengan sebaik mungkin dengan landasan Kasih Allah. Perkawinan
yang sukses akan dipenuhi dengan berkat Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai