0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
702 tayangan5 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang sermon dan penelaahan Alkitab. Sermon digunakan untuk mempersiapkan bahan khotbah minggu depan, sedangkan penelaahan Alkitab bertujuan untuk memperdalam pemahaman peserta tentang ayat Alkitab melalui diskusi bersama. Keduanya memiliki perbedaan dalam anggota yang mengikuti, posisi pemimpin, dan tujuan kegiatan.
Dokumen tersebut membahas tentang sermon dan penelaahan Alkitab. Sermon digunakan untuk mempersiapkan bahan khotbah minggu depan, sedangkan penelaahan Alkitab bertujuan untuk memperdalam pemahaman peserta tentang ayat Alkitab melalui diskusi bersama. Keduanya memiliki perbedaan dalam anggota yang mengikuti, posisi pemimpin, dan tujuan kegiatan.
Dokumen tersebut membahas tentang sermon dan penelaahan Alkitab. Sermon digunakan untuk mempersiapkan bahan khotbah minggu depan, sedangkan penelaahan Alkitab bertujuan untuk memperdalam pemahaman peserta tentang ayat Alkitab melalui diskusi bersama. Keduanya memiliki perbedaan dalam anggota yang mengikuti, posisi pemimpin, dan tujuan kegiatan.
Kata sermon berasal dari suatu kata bahasa Latin, yakni Sermo yang memiliki arti percakapan, ataupun dapat diartikan sebagai khotbah. Jika dalam bahasa Inggris, kata Sermon mendapat terjemahan khotbah. Namun, apakah memang ini sermon yang dimaksud jika kita melihat konteks kegiatan sermon yang dilakukan di gereja kita? Tentu saja jawabannya tidak. Kegiatan sermon gereja sama sekali berbeda dengan kegiatan berkhotbah. Bentuk dan model sermon adalah suatu bentuk pemberitaan Firman Tuhan yang dilakukan kepada beberapa orang dan dipimpin satu atau dua orang yang dianggap lebih mengerti mengenai Firman Tuhan. Dalam model sermon ini dilakukan diskusi dengan tujuan dapat mempelajari lebih dalam lagi tentang Firman Tuhan dan mempersiapkan seseorang untuk menyampaikan Firman Tuhan. Dapat kita ibaratkan bahwa sermon itu adalah sebuah “DAPUR”. Dalam pembagian ruangan, dapur merupakan tempat persiapan, tempat mengolah bahan-bahan makanan agar dijadikan sebagai suatu makanan yang siap untuk disantap. Nah dari pengertian ini, maka jelaslah bahwa Sermon yang ada di gereja kita berbeda pengertiannya dengan khotbah. Sermon secara pengertian di atas, memiliki fungsi sebagai dapur, yang artinya di sermon lah kita membahas, mengolah bahan- bahan (ayat Alkitab, dan lain-lainnya) agar dijadikan sebagai bahan matang (khotbah) untuk difirmankan kepada jemaat pada hari minggunya. Jadi sejalan dengan fungsi, maka tujuan daripada sermon adalah untuk memberikan, mendiskusikan, bahan mentah khotbah menjadi bahan siap jadi. Apa-apa saja yang dibahas dan dilakukan dalam sermon? Tentu yang dipersiapkan adalah mengenai kelengkapan dan perlengkapan yang dibutuhkan dan diperlukan untuk kelancaran dan kenyamanan peribadahan minggu. Pertama, bagian yang harus disiapkan tentu adalah firman Tuhan. Sistem dan caranya adalah: 1. Membuka di dalam nyanyian dan doa, 2. Membaca firman Tuhan, 3. Membaca Bahan sermon yang telah disiapkan. Biasanya, yang menjadi pemimpin sermon adalah Pendeta dan vikaris. Namun pada beberapa hal, mahasiswa praktek pun juga dapat memimpin sermon (setelah konsultasi dan diizinkan oleh pendeta pembimbingnya). Jadi sermon ini untuk mempersiapkan para penatua-penatua agar mereka memiliki kesiapan untuk berkhotbah. Hal ini penting karena di gereja-gereja kita terkadang memiliki beberapa jemaat dalam satu resort, sehingga pendeta tidak bisa setiap minggu pergi ke gereja tersebut. Jadi melalui sermon, pendeta memberikan perpanjangan lidah kepada jemaat dalam menyebarkan firman melalui penatua. Perlengkapan-perlengkapan lain juga yang harus dilakukan adalah seperti melihat warna altar dalam kalender gerejawi yang sesuai dengan nama minggu (biasanya tertera di almanak gereja masing-masing), petugas peribadahan, lagu-lagu, alat-alat music dan lain-lain yang menyangkut dengan peribadahan. Tetapi pembahasan mengenai ini dilakukan setelah selesai membahas mengenai firman Tuhan yang menjadi khotbah di hari minggu. Berikut adalah salah satu contoh dari bentuk Sermon (hal ini dapat memiliki perbedaan di setiap tempat, karena tidak ada model baku untuk ini. Oleh karenanya penting untuk mendiskusikan kepada pendeta tempat kita praktek agar dibimbing). Allah Kekuatan Kita Yesaya 40:27-31 Pendahuluan Hidup ini adalah perjuangan. Tidak ada hidup yang tidak berjuang, karena dalam kehidupan ini, kita akan senantiasa mengalami kesusahan, kegelisahan, tekanan, arus globalisasi yang menghanyutkan, dan masih banyak lagi. Anak-anak berjuang dalam pendidikannya, orang dewasa berjuang untuk jodoh dan karirnya, orang tua berjuang untuk anak-anaknya, lansia pun turut berjuang dalam kehidupannya. Dengan perjuangan, maka akan timbul pengharapan, dan oleh pengharapan akan timbul kekuatan. Namun, kepada siapakah atau kepada apakah kita mendasarkan pengharapan kita tersebut? Sebagai orang percaya, sudah pasti kita harus mendasarkan pengarapan kita, iman kita, dan menyerahkan segala pergumulan kita kepada Tuhan. Namun sering kali, ketika dalam kesusahan, dalam kegelisahan, dalam keresahan hidup, kita berdoa kepada Tuhan dan sering pula kita merasa doa kita tidak dijawab. Kita seperti ditinggalkan oleh Tuhan. Perasaan seperti ini pun turut dirasakan oleh orang-orang Israel pada masa pembuangan. Dalam ayat 27 tampak bahwa orang- orang Israel seakan hilang pengharapan, doanya tidak di dengar dan merasa ditinggalkan oleh Allah. Benarkah demikian? Sekali-kali tidak. Yesaya mengingatkan bangsa Israel, juga kita pada hari ini bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya. Tuhan tidak pernah mengabaikan seruan dan doa umat-Nya. Allah adalah sumber kekuatan kita. Penjelasan Tuhan adalah Kekuatan kita. Perikop kali ini ingin mengajak kita merenungkan apakah bukti bahwa hanya Allah sajalah sumber pengharapan, perlindungan dan kekuatan kita di tengah-tengah badai pencobaan hidup ini? Pertama, Allah adalah pencipta dan kekal (28a). Jika kita membaca mulai dari ayat yang ke 12 sampai ayatnya yang 26, kita akan melihat betapa hebatnya dan dahsyatnya Allah yang kita sembah, puji dan muliakan. Ia adalah sumber dari segala sesuatu, Allah yang menciptakan segala sesuatu, tidak ada satupun kuasa yang dapat disamakan dengan apapun di dunia ini. Sehingga dalam ayat 25 Allah dengan tegas berfirman menentang segala sesuatu yang hendak disamakan kepada Dia. “Kepada siapakah kamu samakan Aku, seakan-akan Aku seperti dia?” Tiada satupun yang sama seperti Allah. Ia adalah sumber dari segalanya. Pengharapan, iman, kasih, persekutuan segala aspek kehidupan gereja dan umat percaya berpusat pada Allah. Bahkan untuk bernafas sekalipun, sumbernya adalah Allah karna Dia lah yang menciptakan segalanya. Perikop ini hendak mengingatkan kita, bahwa bukti Allah adalah sumber kekuatan adalah kemutlakan Allah atas segala ciptaan-Nya. Ia berkuasa atas segala ciptaan dan segala makhluk yang hidup. Tidak ada satupun yang mampu disamakan kepada Allah. Pengulangan pertanyaan “Kepada siapakah hendak kamu samakan Allah”dalam perikop ini menjadi penegas iman kita bahwa Allah, yang kita kenal dan kita sembah di dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, tiada satupun kuasa, kekuatan dunia ini yang mampu disejajarkan dan disamakan dengan Allah. Jika Allah adalah kemutlakan, kemahakuasaan itu sendiri, bukankah dia juga adalah satu-satunya sumber kekuatan dan pengaharapan manusia? Percayalah dan minta lah kekuatan kepada Allah. Kedua, Allah Adalah Sumber kekuatan dan Semangat (29). Bukti kedua bahwa Allah adalah kekuatan kita, karena Yesaya dengan jelas mengatakan dalam ayat yang ke-29 bahwa Allah adalah sumber kekuatan kepada yang lemah dan memberikan semangat kepada yang tidak berdaya. Dan hal ini jelas sekali dikatakan oleh Yesus Kristus kepada semua orang percaya dalam 28-30 bahwa Allah kita di dalam Yesus Kristus akan memberikan kelegaan, ketenangan, dan kita akan senantiasa diberi kekuatan untuk menghadapi segala permasalahan hidup kita. Aplikasi Allah adalah kekuatan kita. Segala sesuatu yang bersifat duniawi, yang dianggap dunia sebagai kekuatan, bersifat sementara dan tidak memberi jaminan pasti. Harta? Jabatan? Popularitas? Segala sesuatu yang dianggap dunia menjadi kekuatan, kebahagiaan hanyalah kepalsuan semata. Jika kekayaan adalah kekuatan, maka Adolf Merckle, orang terkaya di Jerman tidak akan menabrakkan dirinya ke kereta api. Jika kekuasaan adalah sumber kebahagiaan, maka G. Vargas presiden Brazil tidak akan menembak jantungnya sendiri. Jika ketenaran adalah kekuatan, maka Michael Jackson tidak akan overdosis oleh obat-obatan. Hanya Allah lah sumber kekuatan pasti. Oleh karenanya, dalam Matius 11:28-30 kita telah dijanjikan akan mendapat kelegaan, ketenangan, jika kita datang kepada Allah, sumber segala kekuatan dan pengharapan.
B. PENELAAHAN ALKITAB: PENGERTIAN, FUNGSI, TUJUAN
Seperti namanya penelaahhan Alkitab sendiri berarti adalah untuk mencari, menggumulkan, meneliti, makna dari suatu ayat atau suatu topik yang ada dalam Alkitab melalui cara berdiskusi dengan beberapa orang. Sekilas, antara penelaahan Alkitab dan juga sermon dalam gereja-gereja kita terlihat tidak memiliki perbedaan. Namun sebenarnya ada perbedaan-perbedaan mendasar yang dapat kita jumpai antara PA dan sermon. Perbedaannya ialah: 1. Anggota yang mengikuti. Jika sermon hanya diikuti oleh para pelayan tahbisan, PA dapat diikuti oleh siapa saja. Baik itu pemuda, ibu-ibu, bapak, dan tidak harus sebagai pelayana tahbisan. 2. Posisi pemimpin PA dan sermon. Di sermon, pemimpin (dalam hal ini salah satunya pendeta) dianggap sebagai pengajar, sumber ilmu, dan intinya pemimpin sermon sebagai pengajar dan penuntun. Dapat diibaratkan sebagai guru dan murid. Pemimpin adalah guru dan penatua adalah murid. Sementara posisi pemimpin PA itu seperti moderator. Jadi peserta PA meskipun mereka tidaklah pelayan tahbisan, dan juga tidak berlatar teolog, tetapi kita anggap semua peserta PA sebagai para penafsir dan sebagai guru. Artinya dalam PA, pemimpin PA hanya sebagai pemimpin jalannya diskusi dan yang menyimpulkan hasil diskusi. Para peserta sebagai penafsir. Antara pemimpin PA dan juga peserta, tidaklah seperti guru dan murid, tetapi semua adalah guru. 3. Dari segi bahan, dan tujuan, jika sermon untuk mempersiapkan khotbah pada hari minggu, tetapi tujuan PA adalah untuk memberikan dan mengumpulkan pemahaman tentang suatu ayat dari para peserta agar memperdalam pemahaman tentang ayat tersebut sebagai suatu refleksi bagi setiap peserta agar lebih paham dan mampu bertumbuh dalam iman.
Berikut adalah contoh dari bahan PA:
PA Pemuda/i Selasa, 5 Mei 2020 Di GKPI Pekanbaru Kota Resort Pekanbaru Kota Keuniversalan Anugerah (Roma 10:1-13) Pengantar Anugerah kepada orang percaya adalah keselamatan dan pembenaran melalui penebusan Kristus yang diterima oleh iman kepada-Nya. Anugerah itu diberikan secara universal, yang artinya, anugerah itu tidak memandang suku dan ras. Apapun sukunya, jika dia beriman kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, ia memperoleh anugerah itu dengan cuma-cuma. Hal mendasar ini perlu ditekankan lebih lagi kepada pemuda pemudi agar iman mereka lebih teguh lagi, dan mereka lebih menyadari lagi betapa anugerah itu adalah semata-mata karena kasih Allah. Diskusi 1. Dalam ayat 4, terdapat kata “Kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya”. Apa arti dan makna nya itu jika kita baca dari : Rm 1:17, Rm 4:13, Rm 3:23-24,28? 2. Dalam ayat 10 ada kata “Percaya dalam Hati”. Apa maknanya jika kita membaca dari 1 Petrus 3:15a, Matius 13:19-23, Yesaya 29:13? 3. Bagaimana kita memahami isi ayat 13 dalam perikop ini, jika kita membandingkan dengan Yohanes3:16, Yohanes 14:6? 4. Bagaimana saudara menanggapi mengenai orang yang mengaku Kristen, tetapi tetap melakukan praktik perdukunan? 5. Bagaimana tanggapan peserta, apakah yang hendak perikop ini ingatkan pada kita masa kini? 6. Apa yang saudara dapatkan melalui PA ini sebagai perefleksian diri bagi pertumbuhan iman saudara?
Nama :David Kharis Hamonangan Lubis
Tingkat/Jurusan :III-A/Theologia Mata Kuliah :Homiletika-II Dosen Pengampu :Pardomuan Munthe, M.Th
NB: Untuk ukuran Kertas dari bahan PA, dapat dibuat dengan ukuran ½ kertas A4.