Anda di halaman 1dari 2

BAHAN SERMON WILAYAH XI JAWA-KALIMANTAN

MINGGU : EXAUDI (DENGARKANLAH TUHAN SERUAN YANG KUSAMPAIKAN )


16 MEI 2021
TEMA : KEBAHAGIAAN ORANG BENAR
NAS : MAZMUR 1 : 1 – 6
Pendahuluan
Secara umum tujuan yang paling tinggi dalam hidup ini adalah mencapai kebahagiaan, maka
banyak diantara kita melakukan apa pun untuk memperoleh kebahagiaan, walupun konsep kebahagiaan
yang di maksudkan berbeda-beda. Namun banyak juga yang menggeneralisasi kebahagaiaan di dapat
saat keadaan kita sehat, jikalau sakit tidaklah bahagia. Juga ukuran kekayaan harta adalah kebahagiaan,
namun dalam kemiskinan tentu tidak ada kebahagiaan. bagiamanakah sesungguhnya kebahagiaan
diperoleh?
Pada minggu ini nama minggu kita adalah Exaudi dimana kita memohon kiranya Tuhan
mendengarkan seruan kita. Seruan itu adalah bukti bahwa kita juga mengenal Tuhan, dan Tuhan
mengenal kita. Kedatangan manusia kepada Tuhan bukanlah datang layaknya seperti orang jahat dan
brutal, namun tentunya sikap kita sebagai orang benar dihadapan Allah. Seruan kepada Allah akan di
dengar hanya kepada mereka yang berlaku benar dihadapaNya.
Penjelasan Nas
Kebahagiaan orang benar
Siapa yang berbahagia/namartua1? Menurut versi pemazmur orang yang berbahagia ialah mereka yang
suka, atau yang kesukaanya ialah Taurat Tuhan/Firman Tuhan. Kesukaan ini juga bisa dimaksudkan
dengan kegembiraan, dan kesenangan. Ungkapan berbahagia tentu selalu dipadankan kepada Firman
Tuhan dalam hal ini pada Lukas 11:28 Tetapi Ia berkata: "Yang berbahagia ialah mereka yang
mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya." Penjelasan kitab injil yang lain misalnya pada
Matius 5 : 3 - 12, Lukas 6 : 20 - 23 hal ini memberikan pengertian tentang berbahagia bukanlah pada
situasi dan keadaan yang dialami, namun secara paradox kebahagiaan itu pada konteks kerajaan Sorga.
Maka dengan berani dan tegas disebutkan berbahagialah orang yang miskin dihadpan Allah, orang yang
haus dan yang lapar, yang murah hati dan sebagainya. Konsistensi kebahagiaan Alkitab ini malah
membuat manusia menjadi tidak nyaman, karena manusia selalu memperhadapkan kebahagiaan kepada
konteks yang dialami secara lahiria saja.
Didalam kata Ibrani disebut asyere‫אשר‬ (tuana i, betapa bahagia, alangkah indahnya) pada bahasa
Yunani sering disebut dengan μακά ριος (Matius 5:3-11, berbahagialah...). pemakain kata asyere‫אשר‬
menggambarkan hati yang bersukacita/roha marhasonanangan, gok las ni roha/situasi realitas keadaan
badani/jiwani (1 Sam 26:25, 1 Raj 2:45). Kebahagiaan/lasniroha itu tidak akan pernah terikat kepada
harta yang dimiliki, namun focus kepada jiwa yang bersukacita, ndang tergantung tu situasi manang
pogos manang mamora, uli manang satonga uli. Las ni roha na marondolan, na so olo marhutik, paholang
diri sian roha na ahut, sian roha na paburnang diri.
Pada bahasan ini kitab Mazmur memang tidak lepas dari konteks bangsa Israel dengan segala
kebiasaanya untuk tunduk kepada hukum Tuhan Hukum Taurat adalah hal utama yang harus
disampaikan turun temurun dari nenek moyang Israel sampai kepada anak cucunya. Dengan
memberitakan dan membacakan hukum ini maka mereka telah mendengarkan kebaikan Tuhan.
kebaikan Tuhan inilah yang membuat kita merasakan kebahagiaan itu.
Jalan orang benar
Manusia selalu diperhadapkan kepada sisih kehidupan yang beragam, dalam hal ini kitab Mazmur dan
kitab Amsal memberikan perbandingan antara orang benar yang kesukaanya Firman Tuhan, sedangkan
orang fasik sebaliknya. Kebahagiaan adalah buah atau dampak dari keberan itu sendiri maka pemazmur
mengaris bawahi yang berbahagia ialah mereka hidup benar. Hidup benar itu adalah yang kesukaanya

1
Menurut Robert Guelich, dalam judul bukunya A Foundation for Understanding the Sermon on the Mount, Kata ―berbahagialah‖ berasal dari
kata Yunani makarioi. Ada berbagai terjemahan dari kata makarioi, yaitu: ―Diberkatilah, bagaimana diberkati, agaimana bahagia, bahagia dan
beruntung.‖ Bagi siapa yang mempertimbangkan ucapan bahagiaberdasarkan latar belakang pemujaan; maka ucapan bahagia merupakan
semacam berkat, ekspresi pemujaan dengan segala sifatnya, dan peran yang dinamis tentang akibat dari apa yang sudah diucapkan. Oleh karena
itu, terjemahan yang lebih tepat adalah ―diberkatilah.‖ Bagi siapa yang mempertimbangkan ucapan bahagia berdasarkan latar belakang hikmat,
maka ucapan bahagia menjadi suatu dorongan bagi seseorang untuk mempraktekkan suatu sikap atau tingkah laku yang khusus. Oleh karena itu,
terjemahan yang lebih tepat adalah ―berbahagialah‖ atau ―beruntunglah.‖
ialah Firman Tuhan dan merenungkanya siang dan malam. Fokus pemazmur mengiring pembaca kepada
Jalan orang benar adalah jalan berkat dan kebahagiaan. Jika kita tidak memiliki pikiran firman Tuhan,
dan tetap berpihak pada orang jahat maka kita berada pada situasi yang berbahaya. Sehingga
kebahagiaan tidak ada pada orang Fasik.
Ada tiga pekerjaan yang harus dilakukan oleh orang benar .tidak berjalan menurut orang fasik, Orang
fasik adalah orang yang bersalah yang tidak setia kepada Tuhan, melakukan kejahatan kepada
Tuhan/melawan/tidak mempercayai Tuhan gambaran pemazmur pada pasal 119 :155 Keselamatan
menjauh dari orang-orang fasik, sebab ketetapan-ketetapan-Mu tidaklah mereka cari.
Tidak berdiri dijalan orang berdosa, Orang berdosa diartikan sinners pendosa,/dalan ni pardosa,
seorang pelanggar, sesat dan layak dikenakan hukuman. Pendapat ini mempertanyakan dimanakah
posisi dia berdiri, apakah jalan sesat atau benar. Posisi kita berdiri cukup mempengaruhi kepada orang
lain sehingga ada istilah yang mengatakan “air berkumpul dengan air dan minyak berkumpul
dengan minyak” yang artinya orang punya kecenderungan untuk berkumpul dengan orang-orang yang
memiliki watak dan karakter yang sama seperti dia. Ai maralo do dalan ni parjahat tu halak
namartua. ima angka halak na so olo jongjong jala parsidohot di horong ni angka parjahat,
pardosa. Sai dipaholang dirina sian horong ni angka parjahat i, asa tongtong polin parngoluonna. Dan
cenderung akan menjari kawan untuk melwan Tuhan. Amsal 1 : 10 Hai anakku, jikalau orang berdosa
hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut;. Tentu berjalan dan mengikuti orang berdosa
adalah keburukan, dan ia tidak akan pernah senang kepada kebenaran.
Tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, dalam bahasa batak di dok mai pangarehei. Pencemooh
yaitu yang suka mengejek, menghina, mengolok-olok. Amsal 21:24 Orang yang kurang ajar dan
sombong pencemooh namanya, ia berlaku dengan keangkuhan yang tak terhingga. Dari tiga
karakter ini tentu tidak akan pernah mendatangkan kebahagiaan.
Orang benar seperti pohon
Pohon yang tertanam di tepi aliran air akan lebih berkualitas dari pada pohon yang jauh dari tepi aliran
air. Pohon ini memiliki akar yang dalam dan sangat kokoh. Orang yang diberkati memiliki stabilitas
seperti pohon dalam hidupnya. Angina bertiup, hujan datang, pohon tetap berdiri dan tumbuh perlahan
serta konsisten dari waktu ke waktu. Pada ayat 4 dimulai dengan kontras yang sangat kuat - "Tidak
begitu orang fasik." Secara tata bahasa, ini adalah penyangkalan yang tegas, cara orang fasik bukanlah
seperti cara orang benar. Mereka memiliki kehidupan yang sangat berbeda, tujuan yang berbeda,
motivasi yang berbeda, karakter yang berbeda, dan hasil yang berbeda - baik di dunia ini maupun di
masa depan. Tidak seperti orang benar, orang jahat tidak memiliki akar dan tidak menghasilkan buah.
Mereka seperti sekam, sekam adalah penutup biji dan sisa-sisa biji dipisahkan dari biji selama
dipengirikan. Sekam tidak ada arti bagi Israel kuno kecuali dibakar. Tidak memiliki isi atau substansi
sehingga tertiup angin menjadikan ia tidak stabil. Angin tidak dapat merusak pohon, tetapi dapat
merusak sekam. Tuhan tentu mengenal jalan orang benar dan akan mendengarkan seruannya.
Renungan
- Manusia berpikir dapat melakukan apa saja di dalam dunia ini termasuk mencapai kebahagiaan,
walaupun cara-cara yang digunakan hanya dengan liburan kepantai, gunung, atau taman. Ada seorang
pengkotbah pernah berkata demikian : jika manusia dapat membeli menu makanan mahal dan bergizi
namun ia tidak dapat membeli selera makan, jika manusia dapat membeli tempat tidur mewah dan
mahal namun ia tidak dapat membeli tidur nyenyak. Kebahagiaan itu tidak dapat dibagi bagi atau dibeli
sesuka hati. Keberuntunga/kebahagiaan/hatuaon hanya dimiliki oleh orang benar.
- Jalan kebahagiaan yang sempurna datangnya dari Tuhan, bukan dari kondisi dan keadaan berupa
harta, kesehatan dan jabatan.
- Jalan orang benar adalah jalan kehidupan itulah kebahagiaan yang sesungguhnya. Jalan orang benar
selalu menginginkan kebenaran. Ada istilah yang mengatakan semakin banyak keinginan maka akan
semakin dekat dengan penderitaan dan jauh dari pada kebahagiaan. Maka orang benar akan selalu
menyerahkan segala keinginanya kepada Tuhan dan selalu mengandalkan Tuhan dalam segala
lakunya. Yesaya 17:7 Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada
TUHAN! 8 Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi
batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak
kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.
SELAMAT BERBAHAGIA

Anda mungkin juga menyukai