Anda di halaman 1dari 6

BAHAN SERMON

Minggu, 10 Januari 2016


EP: Mazmur 29:1-11 EV: Lukas 3:15-17+21-22 HT: 1-10

Minggu ini adalah minggu ke dua ditahun 2016, Semangat Natal (tema natal: Allah telah
mengasihi kita) telah kita terima yang menjadi kekuatan atau modal bagi kita untuk
memasuki tahun 2016 dan menjalani Tahun 2016. Minggu kedua tahun 2016 ini, tema
khotbah kita, Yesus adalah raja penolong (Mesias). Tema ini menyadarkan kita betapa
pentingnya penolong dalam hidup ini. Coba kita renungkan kalau Pembantu Rumah Tangga
(PRT) mogok kerja atau pulang ke desa. Betapa repotnya kita yang ditinggalkan PRT
tersebut, untuk mengerjakan pekerjaan pembantu tkita tersebut. Yang paling merepotkan
adalah pekerjaan yang biasa dikerjakan PRT tidak biasa kita kerjakan. Pada waktu demikian
biasanya berkeluh kesah dan menyadari betapa pentingnya pembantu itu dalam kehidupan
keluarga kita.

Saudara-saudara yang kekasih dalam Nama Tuhan Yesus,


Nats khotbah kita menawarkan penolong dalam perjalanan hidup kita. Untuk memahami Raja
Penolong (Mesias) tersebut perlu kita pahami konsep Mesias bagi bangsa Israel. Konsep
Mesias bagi bangsa Israel adalah:
Mesias berasal dari bahasa Ibrani yaitu:Mashiah yang berarti yang diurapi. Didalam
bahasa Yunani kata Mesias diterjemahkan dengan kata Kristos (Kristus)., yang menjadi salah
satu gelar Yesus. Sebutan Mesias bagi orang Yahudi mengenai seorang tokoh pada masa
depan yang akan datang sebagai wakil Allah untuk membawa keselamatan bagi umat Yahudi.

Saudara-saudara yang kekasih dalam nama Tuhan Yesus,


Di dalam kekristenan Yesus Kristus adalah sebagai Mesias yang membawa keselamatan dari
Allah kepada manusia. Yang diurapi biasanya adalah Raja, Imam, dan Nabi. Jadi Yesus
adalah:Pertama, Yesus itu adalah raja, berarti Ia adalah raja diatas segala raja, Alfa dan
Omega, semua kuasa telah berada di bawah telapak kaki Yesus. Kedua, Yesus itu adalah
imam, berarti Ia adalah perarntara dan sekaligus jalan untuk sampai kepada Bapa, (Yoh.
14:6), Ia yang menyelamatkan orang yang percaya (Yoh. 3:16; 5:24). Ketiga, Ia adalah Nabi,
berarti Ia yang menyampaikan Firman Allah, bukan saja Ia yang menyampaikan tetapi Ia
sendiri adalah Firman Allah (Yoh. 1:14).

Saudara-saudara yang kekasih adalam Nama Tuhan Yesus,


Dalam nats Khotbah kita Lukas 3: 15-17, 21-22 menerangkan Mesias Penolong dalam
kehidupan. Yang pertama, saudara-saudara, Yohanes Pembaptis, menerangkan siapa dirinya
dan siapa Tuhan Yesus (Lukas 3:15-17). Dugaan orang banyak bahwa Yohanes Pembaptis
adalah Mesias yang diharapkan (Lukas 3:15), dimentahkan oleh pernyataan Yohanes
Pembaptis sendiri, bahwa dirinya bukanlah Mesias dengan perbedaan pembabtisan yang
dilakukannya dan yang dilakukan Mesias yang akan datang. Yohanes membaptis dengan air,
tetapi Mesias yang akan adatang membaptis dengan Roh Kudus dan api (Lukas 3:16). Ini
merupakan tanda yang baru untuk umat Allah. Yang kedua, saudara-saudara, Yohanes
Pembaptis menyatakan bahwa kedatangan Mesias menuntut setiap orang percaya mengambil
keputusan percaya atau tidak percaya, tidak ada tempat yang netral. Yohanes Pembaptis
menyatakan bahwa alat penampi sudah siap di tanganNya. Untuk membersihkan tempat
pengirikanNya dan untuk mengumpulkan ganndumNya ke dalam lumbungNya, tetapi debu
jerami itu akan dibakarNya dengan api yang tak terpadamkan (Lukas 3:17). Orang yang mau
ditolonglah yang tertolong, orang yang tidak mau ditolong tidak mendapat pertolongan.
Yang ketiga, saudara-saudara, Roh Kudus turun ke atas Yesus dan proklamasi dari Allah
sendiri bahwa Yesus adalah AnakNya yang Dia kasihi dan KepadaNya Dia berkenan (Lukas
3:22). Yesus diurapi dan diberi kuasa oleh Roh Kudus bagi pelayananNya, sehingga Ia dapat
melakukan tugasnya dengan berkemenangan.

Saudara-saudara yang kekasih dalam Nama Tuhan Yesus,


Dari nats khotbah Lukas 3:15-17, 21-22, kita mendapat peneguhan tentang janji pertolongan
dari Raja penolong yaitu Mesias :
Pertama, saudara-saudara, bahwa Mesias yang dinanti-nantikan itu adalah Yesus
Kristus, sehingga kita tidak perlu lagi menantikan yang lain atau mengharapkan Mesias yang
lain, sebab dalam Yesus Kristus janji Allah tentang Mesias sudah digenapi. Yohanes
Pembaptis meyaksikannya dan pelayanan Yesus sendiri menjadi saksi bahwa Ia adalah Raja
penolong.
Kedua, saudara-saudara, ada tiga tipe kepemimpinan yaitu: pertama, pemimpin yang
mengorbankan orang lain. Kedua, pemimpin yang sama-sama memajukan orang lain, ketiga,
pemimpin yang mengorbankan dirinya untuk kebaikan orang lain. Mesias adalah pemimpin
yang mengorbankan dirinya untuk kebaikan manusia yang berdosa. Ia menolong orang lain
dengan mengorbankan diriNya untuk kita yang berdosa (Introitus Filipi 2:6-7).
Ketiga, saudara-saudara, pemberian Allah Mesias terhadap kita orang berdosa adalah
inisiatif Allah melulu dan kita harus menyambutnya dengan percaya. (pisteuo). Kata percaya
(pisteuo) mengandung tiga unsur yaitu: kenyakinan yang kokoh bahwa Yesus adalah Anak
Allah dan satu-satunya Mesias, persekutuan yang menyangkal diri dan dan ketaatan kepada
Mesias , kepercayaan penuh kepada Mesias bahwa Mesias mampu menuntun kita kepada
kehidupan yang kekal, sehingga bolehlah kita hidup dalam berkemenangan. Berkemenangan
oleh karena ditolong Mesias Raja Penolong, semogaAmin
BAHAN SERMON
Minggu, 24 Januari 2016
EP: Nehemia 8:1-10 EV: Lukas 4:14-21 HT:

Yesus datang Untuk Orang Miskin, Untuk Menyelamatkan dan Memulihkan


Kata miskin dalam nats kita menggunakan istilah ptochos (bhs Yunani). Kata ini berarti miskin,
melarat, orang yang meminta-minta, pengemis. Istilah ini menunjuk kepada kemiskinan yang
semiskin-miskinnya yang hanya mampu mencari pertolongan pada orang lain dengan mengemis.

Kita melihat secara historis sebagian besar kemiskinan terjadi akibat struktural ekonomi yang
tidak adil. Namun kemiskinan itu tidak dapat dilepaskan dari relasi dengan Allah. Kemiskinan
berakar dari hubungan yang rusak antara manusia dengan Allah dan sesama. Ketika Allah menyingkir
dari kehidupam manusia maka hal duniawi menjadi pusat kehidupan sehingga seringlah terjadi
penindasan dan penghisapan terhadap sesama manusia. Kemiskinan bukan hanya masalah sosial
tetapi juga masalah teologis ( dosa). Oleh karena itu perjuangan mengatasi kemiskinan bukan sekedar
kegiatan pelayanan sosial tetapi juga wujud penghayatan iman.
Kemiskinan struktural (yang kuat menindas yang lemah) merupakan kemiskinan yang tercipta
dari perwujudan dosa struktural yang mana struktur sosial mengondisikan dan mengarahkan pribadi
perseorangan untuk berbuat dosa atau bertindak tidak adil. Oleh sebab itu kemiskinan membutuhkan
pertobatan pribadi maupun pertobatan sosial. Pertobatan pribadi dapat menggerakkan pertobatan
kelompok. Dengan adanya pertobatan ini diharapkan gerakan bersama mengunah struktur yang tidak
adil menjadi adil. Melalui perubahan ini maka dapatlah ditunjukkan perjuangan transformasi sosial
yang memiliki nilai yang lebih dari semata perjuangan sosial yakni keterlibatan untuk mewujudkan
rahmat Allah secara nyata dalam sejarah. Sebab penderitaan rakyat miskin di zaman ini telah
membuka kedok kuasa dosa yang menyejarah.
Allah dalam Yesus Kristus menyelamatkan semua orang dengan mendahulukan orang miskin.
Dalam sejarah, Allah telah terlibat untuk menyelamatkan semua orang khususnya yang lemah,
sengsara dan tertindas. Allah adalah pembebas Israel dari perbudakan dan kesengsaraan di Mesir ( Kel
3: 7-8). Membela darah orang yang menderita tak bersalah ( Kej. 4: 10-11: 19: 1-29). Namun puncak
dari keterlibatan Allah dalam sejarah manusia berpuncak dalam diri Yesus Kristus ( Yoh. 1: 5, 14).
Melalui inkarnasi Allah merangkum seluruh umat manusia dan meresap dalam diri manusia yang
utuh. Dalam pewartaan kerajaan Allah, Ia menyatakan pembebasan bagi semua orang khususnya
kaum miskin ( Luk. 4: 18-21). Dalam kematian dan kebangkitannya manusia dianugrahi pembebasan
dari dosa dan jati diri anak Allah.Anugrah pembebasan inilah yang menjadi dasar dan arah seluruh
perjuangan Kristen. Dalam diri Yesus janji Allah untuk menyelamatkan manusia terpenuhi secara
definitif ( 2 Kor 1: 20 ).
Pembaharuan yang dilakukan Yesus berarti bahwa struktur masyarakat dan hati manusia harus
diperbaharui. Yesus tidak memperhatikan individu atau kelompok saja, Ia juga memperhatikan
individu dalam keberadaannya dalam masyarakat. Tidak ada individu yang tersisih dan tertindas
dalam masyarakat, misalnya orang miskin, buta, lumpuh. Maka Ia akan memulihkan mereka untuk
mendapat tempat yang sewajarnya. Jadi jelas bahwa solidaritas dan keberpihakan Yesus kepada kaum
miskin dan tersisih bukan hanya keber[ihakan pada kemiskinan dan ketersisihan mereka, melainkan
keberpihakn pada sistem yang adi lyang tidak mereka dapatkansehingga mereka menjadi miskin dan
tersisihkan. Inilah yang menyelamatkan dan memulihkan setiap orang dalam keberadaan yang wajar
dalam masyarakat. Sebab itulah tujuan-Nya datang ke dunia, yaitu untuk menyelamatkan dan
memulihkan.
Yesus adalah Mesias, yang diurapi dan diutus Allah untuk melaksanakan misi penyelamatan Allah.
Dengan tegas Ia memproklamirkan diri ketika menyatakan bahwa, "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh
sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin. Ia telah
mengutus Aku." Tugas "menyampaikan kabar baik" terdiri atas empat kegiatan (18-19), yang
sekaligus menjelaskan siapa yang dimaksud dengan "orang miskin," yakni mereka yang "tertawan,
buta, dan tertindas". Dalam masyarakat zaman itu, yang termasuk di dalamnya adalah orang-orang
yang tersisih, terkucil, tanpa status sosial, dan tanpa kuasa. Melalui kabar baik itu manusia
terbebas dari belenggu dosa. Kabar baik itu terdiri dari empat hal mendasar: pembebasan dari
kemiskinan, dari keterpenjaraan, dari kebutaan, maupun dari ketertindasan. Dosa telah membuat
seseorang miskin segala-galanya di hadapan Allah. Orang itu buta karena tidak dapat melihat
rencana-rencana Allah bagi dunia dan bagi dirinya sendiri, dan ia ditindas oleh rupa-rupa kuasa yang
melawan Allah. Inilah visi dan misi Yesus datang ke dunia yaitu memberitahukan bahwa tahun rahmat
Allah sudah datang Yesus memberitakan "pembebasan" kepada yang tertawan dan tertindas, (19 a, c).
Dalam konteks Injil Lukas pembebasan selain arti rohani (pengampunan dari dosa), juga bermakna
sosial. Ia menghadirkan "tahun rahmat Tuhan" (19 d). Ungkapan ini sering dipakai untuk tahun Yobel
(Im 25:10), yakni tahun pembebasan bagi kaum miskin yang ditindas oleh sebab utang-utang mereka.
Kepada yang buta, Yesus membawa penyembuhan (19 b), baik dari kebutaan fisik (bdk. Luk 18:35-
43) maupun kebutaan rohani. Mereka yang buta rohani akan melihat "terang keselamatan dari Tuhan"
di dalam Yesus (Luk 1:78-79; 2:29-32; 3:6). Yesus membawa kabar baik Kerajaan Allah, tidak
terbatas untuk orang Yahudi saja, tetapi juga untuk orang bukan Yahudi, seperti yang telah dirintis
oleh nabi Elia dan Elisa

Perenungan
1. Hidup dan tindakan Yesus adalah kepedulian dan campur tangan Allah menyelesaikan
masalah-masalah manusia. VISI DAN MISI YESUS adalah Pembebasan dari belenggu dosa
dan Keselamatan. Melalui solidaritas Yesus kepada kaum miskin dan yang terpinggirkan,
hendaknya kiya memiliki rasa solidaritas bagi orang miskin.
2. Orang beriman berati ikut di dalam karya pembebasan Allah. Kita dipanggil Allah menjadi
subjek pembebasan dalam sejarah. Perjumpaan dengan Allah menggerakkan relasi dengan
sesama dalam membangun masyarakat yang adil. Iman selalu mengandung dimensi
perjumpaan dengan Allah dan dimensi perjumpaan dengan sesama.

BAHAN SERMON
Minggu, 31 Januari 2016
EP: 1 Korintus 13:1-13 EV: YeremiA 1:4-10 HT:

Pendahuluan
Nabi Yeremia adalah anak Imam Hilkia dari Anatot-Tanah Benyamin. Yeremia adalah salah seorang
Nabi besar di Perjanjian lama. Arti nama Yeremia ialah: Tuhan Adalah Tinggi (Luhur).
Pelayanannya meliputi masa waktu 40 tahun, sekitar tahun 626 SM-587 SM; pada pemerintahan raja
Yehuda: Raja Yosia, Yoahas, Yoyakhin, Yoyakhim dan Zedekia. Pada masa itu kerajaan-kerajaan
sekitar Yehuda mulai berkembang, dan bangkit ingin menguasai Yehuda. Kerajaan tersebut antara
lain: Asyur, Mesir dan Babel. Situasi Yehuda pada saat itu berada dalam krisis moral, kepemimpinan,
agama, tidak memperdulikan hak-hak orang miskin, janda, yatim piatu, dll. Dalam situasi yang
demikianlah Yeremia dipanggil Allah dengan tugas: Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat
engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk
membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam. Bagaimana sikap dan reaksi
Yeremia atas tugas tersebut? Inilah yang menjadi bahan renungan kita pada minggu ini.

Uraian Nats: Yeremia 1: 4-10


Ayat 5. Mengenal: Kata ini hampir sama dengan memilih atau mengasihi. Dalam Kejadian 18: 19
kata kerja yang sama diterjemahkan dengan memilih. Bandingkan juga Mazmur 1:6, sebab
TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.
Menguduskan: Kata ini berarti bahwa Yeremia ditetapkan untuk memainkan pernan yang khusus
dalam rencana TUHAN. Jadi, tidak diartikan bahwa Yeremia disucikan secara batin. Nabi: Tugas
seorang nabi ialah menerima firman dari Tuhan dan memberitahukannya kepada orang-orang lain.
Yeremia justru untuk tugas yang demikian.

Ayat 6. Muda: Kata ini tidak menjelaskan umur Yeremia secara persis. Tetapi kemungkinan besar
bahwa Yeremia belum berumur 20 tahun, sebab di Israel kuno biasanya seseorang kawin pada umur
18 atau 19 tahun dan Yeremia tidak kawin karena pemanggilannya/panggilannya (16: 1-2).
Diperhadapkan dengan tugas yang berat ini, Yeremia mengajukan protes/keberatan. Alasannya bahwa
dia masih muda, merasa belum matang dan belum sanggup, sebab di Israel kuno tua-tualah, bukan
pemuda yang memberi perintah dan nasihat yang patut dihormati. Yeremia mempunyai sifat yang
sensitif dan dia ingin hidup dengan tenang sehingga tidak disalahpahami, dibenci dan diolok-olokkan.
Pergolakan antara kehendak Yeremia dan kehendak Tuhan telah mulai pada saat itu dan akan
berlangsung lama.

Ayat 7. Dan apa pun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan. Tuhan tidak
membebaskan Yeremia dari tugasnya karena keberatannya itu; sebalikna, Dia tidak memberikan
kepadanya pilihan lain, kecuali menanti kehendak-Nya. Tentu Yeremia akan mengalami perlawanan
dan bahaya, tetapi dia tidak boleh takut karena Tuhan akan menyertai dan menolongnya.

Ayat 8. Janganlah takut kepada mereka. Yeremia selalu mengingat panggilan Tuhan padanya dan
mengingat begitu besar kasih Allah padanya, yang menyertai dan memberikan kekuatan baginya.
Karena tetap terngiang di telinganya janji-janji Tuhan pada waktu pemanggilannya mengatakan
jangan takut. Janji inilah yang menguatkan hatinya sehingga dia tidak gentar dan takut, tetapi malah
membuatnya ulet dan tangguh, karena bukan dirinya yang ditonjolkan tetapi Roh Tuhan yang
menyertai, memberikan kekuatan untuk supaya rencana-Nya dapat tercapai di dunia ini.

Ayat 9. Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu. Yeremia mengakui; Tuhan dapat
melihat batin dan hati, dapat mengetahui yang benar dan salah, tidak ada rencana manusia yang tidak
diketahui Tuhan, karena tidak ada yang tersembunyi dari hadapan Allah. Oleh karena itu Yeremia
memasrahkan diri kepada tangan pengasihan Tuhan, segala tantangan, segala perkara, segalanya
dipasrahkan kepada Tuhan; sebab kepadamulah kuserahkkan perkaraku. Yeremia mengetahui
bahwa setiap perkataan-perkataan yang disampaikan kepada orang banyak adalah berasal dari Allah,
bukan dari dirinya.
Ayat 10. Mencabut, merobohkan, membinasakan, meruntuhkan: Keempat kata kerja ini menunjuk
kepada hukuman yang akan Tuhan jatuhkan atas bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan yang tidak taat.
Membangun, menanam: kedua kata kerja ini menunjuk kepada keselamatan yang akan mengikuti
hukuman tersebut.

Renungan
Persoalan kehidupan yang sangat aktual dan menjadi wacana yang hangat saat ini adalah bagaimana
menata kehidupan kebangsaan kita di tengah-tengah negeri ini. Kalau kita bicara dalam konteks
khusus yakni bangsa Indonesia, maka boleh dikatakan bahwa waktu dan dana bahkan harga diri dan
nyawa telah begitu banyak dipertaruhkan (baca: menjadi korban) secara sia-sia. Sementara itu, tidak
ada seorangpun dari komponen bangsa ini yang tidak merasa bahwa ia sedang memperjuangkan
keadilan dan hak azasi; apakah itu dalam arah perpolitikan, apakah itu Legislatig, Eksekutif, Judikatif,
dunia akademisi, bisnis, LSM, kelompok agama masyaraat adat hingga :parengge-rengge. Yang
aneh, adalah hampir semuanya selalu mengharapkan berada di pihak yang diuntungkan. Dan sungguh
ironis bahwa semua yang merasa sedang memperjuangkan rakyat sekalipun tumbal mereka adalah
rakyat juga. Kehidupan yang damai, aman, sejahtera telah seolah-olah hanya sebuah cita-cita belaka
yang diwujudkan. Dan tidak kurang orang yang menjadikannya menjadi komoditi yang dapat
menghasilkan keuntungan pribadi dan kelompok.
Nabi Yeremia adalah seorang yang turut dalam perjuangan meraih keadilan dan damai
sejahtera. Ia bahkan menjadi korban penindasan dalam upaya meraih cita-cita tersebut. Ia tidak
berbicara atas nama pribadi atau kelompoknya. Ia berbicara atas nama Tuhan Allah untuk
kesejahteraan umat Allah. Kesejahteraan umat telah sedemikan berharga bagi Allah, sebab hal itu
maksud dari semula dijanjikannya untuk umat ciptaan-Nya. Allah melihat betapa umat Israel telah
sedemikian menderita dalam pembuangan. Sebab sejak zaman raja Zedekia dan Yoyakim memerintah,
bahkan sejak mereka terbuang dan menjadi tawanan. Kehidupan yang aman, damai, adil dan sejahtera
telah begitu jauh terenggut dari kehidupan mereka. Keadilan menjadi kata kunci dalam seluruh gerak
dan dinamika hubungan mereka dengan TUHAN. Keadilan adalah teriakan mereka, sebab mereka
diperlakukan tidak adil.
Perikope ini jelas mengatakan bahwa barang siapa yang tidak mau hidup dalam terang Tuhan
tidak akan mengalami penerangan dalam hidupnya. Bangsa yang selalu berpaling dari Firman Tuhan
akan mengalami pembuangan dan jauh dari keselamatan. Tetapi bangsa yang selalu dekat dengan
Firman Tuhan akan memperoleh keselamatan, bahkan Tuhan akan berkenan kepadaNya senantiasa.
Sesungguhnya tidak ada damai yang sejati kalau tidak hidup bersama-sama dengan Tuhan. Sehingga
tidak ada tawar menawar harus bulatkan hati dan tekad untuk hidup bersama-sama dengan Tuhan.
Keberpihakan Yesus kepada murid-muridNya perlu juga dipahami sebagai kesempatan untuk
berpartisipasi dalam pekerjaan Allah lewat pelayanan murid-muridNya. Artinya, seseorang yang tidak
memiliki kesempatan untuk menjadi pendeta, evanglis atau pemberita firman, baik di tengah-tengah
jemaat maupun ke tengah-tengah bangsa yang belum pernah mendengarkan Injil Kristus, maka ia
tetap dapat berpartisipasi di dalam pelayanan itu dengan berbagai dukungan moral, material dan lain
sebagainya. Hal itu dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung
misalnya dengan mengkampanyekan solidaritas sosial, mmenghentikan kekerasan, korupsi dan
membela kebenaran serta keadilan sosial, di tempat atau lingkungan kerjanya, sudah dapat
diperhitungkan menyambut murid-murid Yesus, dan mereka akan menerima upah sebagaimana
diterima seorang nabi atau orang benar.

Kesempulan
1. Tuhan memberitahukan kepada geraja dan orang percaya, bahwa di dunia ini selalu akan ada ancaman yaitu
rancangan sitematis penghancuran gereja/orang percaya secara moral dan spiritual. Hanya orang yang dengar-
dengaran akan Firman Tuhanlah yang dapat menyadari hal ini dan diselamatkan.
2. Tuhanlah yang bentuk dan berkuasa untuk menghakimi dunia ini. KepadaNya gereja harus percaya dan
menaruh harap akan keadilan, kebenaran, serta mohon perlindungan.
3. Panggilan dan suruhan gereja secara organisasi dan gereja secara pribadi untuk Bersukutu, Bersaksi dan
Melayani harus menjadi pola hidup orang percaya setiap saat.
4. Tuhan selalu bersedia dan selalu mendengar segala keluh kesah kita jika kita berserah kepadaNya. Amin.

Anda mungkin juga menyukai