Anda di halaman 1dari 3

DIPILIH DAN DIPAKAI TUHAN

(1 Korintus 1:27-31)
Kebaktian Sektor Kanaan, 21 Juni 2014 di Kel. Yohanes N. Paspampres

Pendahuluan
Ilustrasi: Anak Seorang Tukang Becak Mendapatkan IP Tertinggi
Pemberitaan layar kaca dewasa ini dihiasi oleh sebuah berita mengenai seorang
wisudawati di Universitas Negeri Semarang, yaitu Raeni. Dia adalah mahasiswa jurusan
Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi yang lulus dengan predikat cum laude terbaik dan
nyaris sempurna, yakni 3,96.
Ada hal yang sangat menarik ketika kedatangannya ke acara wisuda kampus. Dia di
antar oleh ayahnya, Mugiyono dengan menggunakan becak. Ternyata, Mugiyono adalah
seorang penarik becak yang penghasilannya tidak menentu, yaitu sekitar 10-50rb perharinya.
Dia pun mencari sambilan dengan bekerja sebagai penjaga malam di sebuah sekolah dengan
gaji 450rb/bulan.
Hal yang diluar pemikiran manusia bahwa seorang anak becak yang penghasilan yang
kurang bisa berhasil dan menjadi mahasiwa terbaik. Kalau kita memakai pemikiran manusia,
itu adalah hal yang sulit. Bahkan tidak hanya menjadi mahasiwa dengan lulusan terbaik, dia
pun mendapatkan beasiswa dari presiden RI untuk melanjutkan studi S2 di Inggris.

Isi
Dari kisah di atas dapat dilihat bahwa siapapun dapat berhasil di dalam hidup ini.
Apapun keadaan kita dan siapapun kita masih memiliki kesempatan untuk menjadi orang
yang berhasil dan menjadi berkat bagi orang lain.
Hal ini jugalah yang hendak disampaikan oleh Paulus kepada jemaat di Korintus.
Korintus adalah kota Pelabuhan yang penting saat itu dan merupakan salah satu rute yang
paling ramai di Laut Tengah. Di tempat ini banyak orang dari berbagai daerah dan latar
belakang bertemu, di antaranya para prajurit Roma, orang-orang mistik dari Timur, orang
Yahudi dari Palestina, dan para filsuf Yunani. Mereka memiliki tingkat intelektual yang
berlainan. Pada umumnya, orang-orang dan dunia bahkan, lebih mengunggulkan yang
memiliki intelektual yang tinggi atau mungkin disebut juga orang yang berhikmat.
Memang benar, pada saat itu dunia menilai dan lebih mengunggulkan orang yang
berhikmat, berpengaruh, atau keturunan bangsawan. Hikmat yang dimiliki oleh manusia
dianggap sebagai suatu patokan orang itu terhormat atau tidak. Berbeda dengan yang
umumnya, orang-orang Korintus (jemaat Korintus) tidak termasuk ke dalam kelompok yang
di atas. Mereka sering menjadi bahan cemooh oleh dunia, dianggap tidak layak dan tidak
jujur oleh orang-orang saleh, bahkan mungkin oleh orang Yahudi Kristen yang lebih matang
dan lebih mengakar. Mereka malah dicurigai oleh banyak pembesar Kristen.
Lalu apakah yang hendak dikatakan oleh Paulus kepada jemaat yang dianggap bodoh
dan dicemooh ini? Paulus dengan tegas mengatakan: “Tetapi apa yang bodoh bagi dunia,
dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi
dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan
yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk
meniadakan apa yang berarti” (ay. 27-28). Di sini Paulus hendak menekankan bahwa siapa
saja bisa dipilih dan dipakai oleh Tuhan menjadi alat-Nya. Siapa saja bisa mendapatkan kasih
karunia Tuhan. Inilah yang menjadi hak multak dari Tuhan yang tidak bisa disanggah atau
diganggu gugat oleh manusia. Masih ingatkah kita dengan ke-12 murid Tuhan Yesus?
Bukankah sebagian dari mereka adalah penjala ikan yang tidak berpendidikan dan juga yang
tidak memiliki harta kekayaan. Tetapi mereka dipilih dan dipakai oleh Tuhan untuk
menyatakan kasih-Nya di tengah-tengah dunia. Mereka dipilih dan dipakai oleh Tuhan untuk
mengubah dunia.
Aplikasi
Oleh karena itu, bagi kita yang saat ini dianggap bodoh oleh orang lain, yang sering
dicemooh oleh orang lain, ingatlah bahwa Tuhan dapat memilih dan memakai kita untuk
menunjukkan kasih-Nya kepada dunia. Karena itu jangan patah semangat.

Lalu apa tujuan Allah memakai orang-orang Korintus yang bodoh dan dicemooh ini?
Tujuannya adalah untuk menyatakan bahwa hikmat Allah melebihi hikmat manusia dan
supaya tidak ada orang yang memegahkan diri di hadapan Allah. Dalam konteks jemaat di
Korintus tadi sudah dijelaskan bahwa pada saat itu orang-orang meninggikan hikmat yang
dimiliki oleh manusia. Hikmat manusia inilah yang menentukan apakah orang itu dihormati
atau tidak. Nah, Allah memilih dan memakai orang-orang yang saat itu dianggap bodoh
(tidak memiliki hikmat) pada saat itu untuk mempermalukan orang-orang yang mengklaim
memiliki hikmat. Allah ingin menunjukkan bahwa hikmat Allah melebihi dari hikmat yang
dimiliki oleh manusia. Oleh karena itu pada ayat 31 Paulus mengatakan bahwa:
“Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan”.

Ilustrasi: Jangan Merasa Memiliki Jabatan Penting


Pada suatu ketika, Presiden Amerika Serikat mengadakan perjalanan dengan pesawat
kepresidenan Air Force One. Di dalam pesawat tersebut terdapat 5 orang penumpang.
Mereka adalah sang Presiden, Menteri Pertahanan, Menteri Keuangan, Juru Bicara
Kepresidenan, dan seorang anak berumur 10 tahun yang masih berseragam sekolah.
Tiba-tiba pesawat menjadi oleng karena kerusakan mesin. Lalu pilot pesawat
memberi pengumuman melalui pengeras suara, sebagai berikut “Karena kerusakan mesin,
pesawat ini segera jatuh. Diharap para penumpang keluar dari pesawat menggunakan
Payung Parasut yang telah tersedia”. Ternyata di dalam kabin pesawat, hanya terdapat 4
buah payung parasut, padahal ada 5 orang penumpang yang memerlukannya. Giliran yang
pertama, parasut dipakai oleh Presiden, katanya: “Aku adalah orang paling penting di
Amerika, jika aku tidak ada maka negara bisa kacau”. Parasut kedua diambil oleh Menteri
Pertahanan sambil berkata: “Aku adalah orang penting, jika aku tidak ada maka Negara
dapat diserang oleh musuh”.
Tinggal tersisa dua buah payung parasut, dan masih ada tiga penumpang yang
memerlukannya. Melihat gelagat yang kurang menguntungkan, segera Juru Bicara
Kepresidenan mengambil satu, lalu mengenakannya dipunggungnya sambil berkata: “Aku
adalah orang penting, jika aku tidak ada maka rakyat Amerika akan kehilangan informasi
penting”. Kemudian ia meloncat keluar melalui pintu darurat. Sang Menteri Keuangan
merasa tidak tega meninggalkan seorang anak yang masih kecil akan tewas bersama pesawat
yang rusak, katanya: “Nak, biarlah satu payung parasut itu kamu yang pakai”. Si bocah
menjawab dengan tenang: “Jangan kuatir Pak Menteri, mari kita sama-sama pakai payung
parasut untuk menyelamatkan diri. Sebab yang dipakai oleh Juru Bicara Kepresidenan
dipunggungnya adalah tas sekolah saya”.
Pesan: Setiap orang melihat diri lebih penting dari orang lain sehingga tega mengorbankan
orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri.

Penutup
Untuk mengakhiri khotbah ini saya mengajak kita sekalian untuk coba mengingat
kembali akan kisah Daud dan Goliat. Goliat adalah seorang tentara Filistin yang menganggap
diri lebih hebat dan tidak ada yang bisa mengalahkannya. Tetapi apa yang terjadi? Tuhan
memakai Daud yang masih muda. Goliat memandang rendah Daud, tetapi Daud yang
dipandang rendah inilah yang mengalahkan Goliat.
Siapapun kita dan apapun keadaan kita, kita bisa dipilih dan dipakai oleh Tuhan
secara luar biasa untuk menunjukkan kekuasaan Tuhan dan kasih Tuhan kepada dunia ini.

Anda mungkin juga menyukai