Anda di halaman 1dari 11

MENGERTI KASIH KARUNIA YANG BESAR

(1 Korintus 2:6-16)
Kebaktian Minggu, 3 Maret 2013
Pendahuluan
Hikmat dan Nikmat

Isi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan:


- Membandingkan antara hikmat dunia dan hikmat Allah
- Hikmat dunia tidak mampu untuk memahami hikmat Allah
- Hikmat dunia hanya mengandalkan roh manusia
- Hikmat Allah dapat dimengerti dengan pertolongan Roh Allah yang telah diberikan
kepada kita
- Roh Allah membuat kita mengerti apa yang ada di dalam hati Allah (baca ayat 9)
- Melalui Roh Allah kita dapat memahami hikmat salib di mana itu merupakan rencana
Allah untuk menyelamatkan dunia
- Hikmat dunia malah menyalibkan Yesus di atas kayu salib
- Yesus disalib merupakan suatu kebodohan (makna salib: untuk penjahat-penjahat
kelas kakap)

Penutup

Salib Kristus
Topik : -

Nats : Aku sekali-kali tidak mau bermegah selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus
(Galatia 6:14)
Bacaan : Kolose 1:9-23

Berabad-abad sebelum Yesus lahir, salib digunakan sebagai alat untuk menyiksa dan
membunuh. Sebagai contoh, pada tahun 519 SM, Raja Darius I dari Persia menyalibkan
3.000 musuh di Babel. Hukuman mati seperti ini kemudian dipakai bangsa Roma untuk
menghukum orang asing dan budak.

Sejak Yesus Kristus memikul dosa kita di Kalvari (1 Petrus 2:24), kayu salib mendapat arti
yang baru. Di Kalvari, melalui “darah salib Kristus” sang Juruselamat melepaskan kita dari
penghakiman dan mendamaikan kita dengan Allah (Kolose 1:20,21).

Rasul Paulus mengerti benar akan arti salib. Di waktu lalu ia telah melakukan banyak hal
yang membuat dirinya mendapat kepuasan dan kebanggaan pribadi (2 Korintus 11:16-12:13).
Namun ia telah meninggalkan semua itu sehingga kepada jemaat di Galatia ia menulis, “Aku
sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus” (6:14). Bila
kita mengerti apa yang telah Yesus perbuat bagi kita di atas kayu salib, niscaya kita akan
menjadi rendah hati. Sebab segala usaha kita sia-sia adanya; Dialah yang telah mengerjakan
segalanya!

Sang Juruselamat yang telah bangkit mengundang semua orang untuk datang dan percaya
kepada-Nya dengan sikap rendah hati. Dengan percaya bahwa Dia telah mati di kayu salib
untuk menggantikan kita yang berdosa, maka kita akan menerima pengampunan.

Tak heran jika seorang penulis lagu pujian yang terkenal bernama Horatius Bonar
menyerukan, “Haleluya bagi salib Kristus!” –HGB

SALIB KRISTUS ADALAH JEMBATAN


YANG MENGHUBUNGKAN ALLAH DENGAN MANUSIA

Hikmat yang Lebih Tinggi


Topik : -

Nats : Pemberitaan tentang salib ... bagi kita yang diselamatkan ... adalah kekuatan Allah (1
Korintus 1:18)
Bacaan : 1 Korintus 1:18-31

Betapa sulitnya orang-orang yang berintelektual tinggi mengakui bahwa dalam hikmat
mereka, sesungguhnya mereka tetap tak dapat menjawab berbagai pertanyaan penting tentang
kehidupan.

Seorang astrofisika terkenal, Fred Hoyle, berkata: "Sekalipun seorang yang sangat pandai
telah berkutat dengan ilmu-ilmu fisika, kimia, maupun biologi, namun tak ada satu pun
kekuatan yang dapat mengungkapkan rahasia alam semesta." Namun, ia tetap menjadi orang
yang tidak percaya.

Carl Sagan pernah berkata tentang "sejenis kuasa atau kekuatan" di alam semesta yang
mampu menciptakan dirinya sendiri. Tetapi ia pun "menentang adanya segala macam
agama."

Sebagian besar dari kita adalah orang Kristen yang mungkin merasa tidak pantas berdebat
tentang hal-hal tersebut. Lagi pula Allah tidak bermaksud mematahkan hikmat manusia
dengan berbagai argumentasi intelektual. Dia dapat menundukkan hikmat dan kekuatan
manusia dengan menunjukkan hikmat dan kekuatan-Nya yang lebih besar, yakni dengan
menyelamatkan orang biasa seperti Anda dan saya melalui "pemberitaan tentang salib" (1
Korintus 1:18). Kebenaran bahwa Yesus mati untuk dosa kita dan bangkit kembali dianggap
sebagai kebodohan bagi dunia.

Bukti terbesar yang Allah berikan untuk mematahkan hikmat duniawi adalah adanya hidup
yang diubahkan. Merupakan suatu kehormatan bagi kita bila dapat memberitakan pesan ini!
Bahkan lebih lagi, merupakan suatu tantangan bagi kita untuk hidup di dalamnya!-HVL
HIKMAT YANG SEJATI DIMULAI DAN DIAKHIRI BERSAMA ALLAH

Hikmat Firman Allah


Topik : Kebenaran vs Kesalahan

Nats : Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? ... Bukankah Allah telah
membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan? (1Korintus 1:20)
Bacaan : Amsal 8:12-21

Kita menggali Kitab Suci. Kitab Suci diilhamkan oleh Allah dan mengajarkan kepada kita
jalan menuju hidup yang berkelimpahan di dunia ini serta hidup kekal di dunia yang akan
datang. Memang benar, Kitab Suci merupakan sumber hikmat yang melebihi hikmat para
filsuf yang paling bijaksana sekalipun (1 Korintus 1:20). Akan tetapi, fakta ini jarang diakui
dalam kebudayaan kita.

Maka saya pun gembira pada saat membaca sebuah artikel yang ditulis oleh kolumnis The
New York Times, David Brooks, yang memuji hikmat alkitabiah. Ia memuji Martin Luther
King Jr. karena wawasan tentang sifat manusia diperolehnya dari Kitab Suci. Ia merasa
bahwa King "memiliki pandangan yang lebih akurat tentang realitas politik dibandingkan
sekutu-sekutu liberalnya yang lebih sekuler karena ia dapat memanfaatkan hikmat alkitabiah
mengenai sifat manusia. Agama tidak hanya membuat para pemimpin yang merumuskan hak
asasi manusia lebih kuat—agama membuat mereka lebih pintar". Dan Brooks berkata lebih
lanjut, "Hikmat alkitabiah lebih dalam dan lebih akurat daripada hikmat yang ditawarkan
ilmu-ilmu sosial sekuler."

Apakah kita memanfaatkan sumber hikmat itu di dalam kehidupan kita? Kita membutuhkan
hikmat Kitab Suci untuk mengatasi masalah-masalah pribadi kita dan persoalan politik. Jika
kita mempelajari dan menaati Alkitab, kita akan dapat bersaksi dengan rendah hati bersama
sang pemazmur, "Aku lebih berakal budi daripada semua pengajarku, sebab peringatan-
peringatan-Mu kurenungkan" (Mazmur 119:99) —VCG

SATU KEBENARAN DARI ALKITAB LEBIH BERNILAI


DARIPADA SEMUA HIKMAT MANUSIA

Hikmat yang Mana?


Topik : -

Nats : Hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah,
penurut (Yakobus 3:17)
Bacaan : Yakobus 3:13-18

Apakah bijaksana bila kita cemburu akan milik, bakat atau penampilan orang lain? Apakah
bijaksana bila kita berambisi secara egois--dan kemudian membual tentang hasil dari ambisi
kita?
Suatu bagian dalam Alkitab tampaknya menyebut sikap di atas sebagai bijaksana. Yakobus
menggunakan kata hikmat untuk menggambarkan "perasaan iri hati dan mementingkan diri
sendiri" (3:14,15). Hal ini mengejutkan, sebab biasanya kita menyamakan hikmat dengan
sesuatu yang baik. Namun Yakobus menggunakan kata itu dalam konteks khusus. Sumber
hikmat ini, katanya, adalah kejahatan. Hikmat itu tidak datang "dari atas, tetapi dari dunia,
dari nafsu manusia, dari setan-setan." Inilah hikmat yang membuat kita mengambil keputusan
yang tidak benar mengenai bagaimana seharusnya kita hidup.

"Hikmat" ini berada di sekeliling kita. Kecemburuan dan ambisi yang egois mengancam
sebagian besar lembaga dan menghancurkan hubungan kita. Masyarakat menanggung akibat
pemikiran yang menyimpang ini, karena menimbulkan "kekacauan dan segala macam
perbuatan jahat" (ayat 16).

Nabi Yesaya berkata, "Celakalah mereka yang memandang dirinya bijaksana" (Yesaya 5:21).
Sebagai orang-orang yang percaya kepada Kristus, kita harus mengejar hikmat yang lebih
tinggi--hikmat yang datang dari Allah. Hikmat ini murni, pendamai dan peramah. Hikmat ini
penuh belas kasihan dan tidak munafik (Yakobus 3:17). Mintalah hikmat seperti ini kepada
Allah. Masih adakah keraguan mengenai hikmat mana yang lebih baik? [JDB]

The wisdom from above flies in the face


Of what the world holds in death's embrace;
Willing to yield, yet resolutely pure
And peaceable, God's wisdom will endure. --Gustafson

ADA JALAN YANG DISANGKA LURUS


TETAPI UJUNGNYA MENUJU MAUT --Amsal 16:25

Informasi Bukanlah Hikmat


Topik : -

Nats : Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan
kepandaian (Amsal 2:6)
Bacaan : Amsal 2:1-9

Adakah hal-hal yang menghalangi kita untuk menggali ilmu pengetahuan? Dengan teknologi
yang menakjubkan pada masa kini, kita dapat memasuki berbagai sumber informasi yang luar
biasa. Bill Gates, pendiri Microsoft yang kaya akan imajinasi masa depan, mengungkapkan
bahwa kita sudah berada di ambang keajaiban yang tak terkatakan. Dalam bukunya The Road
Ahead (Jalan di Hadapan Kita) Gates meramalkan: "Saat teknologi informasi yang canggih di
masa depan sudah digunakan...Anda akan dapat berhubungan dengan siapa saja, di mana
saja, yang Anda kehendaki, juga untuk menjelajahi sebagian dari ribuan perpustakaan yang
ada, siang maupun malam."

Tentu saja kita bersyukur atas teknologi maju yang memungkinkan kita memperoleh berbagai
informasi. Namun bila kita hanya mengumpulkan informasi, maka wawasan dan pengertian
kita tidak akan berkembang. Semua pengajaran dari para filsuf, hasil pemikiran dari para ahli
etika dan prestasi dari para ilmuwan, tidak dapat menyatakan kebenaran tentang Allah dan
kehendak-Nya, anugerah-Nya, ataupun kabar baik tentang Yesus Kristus dan penyelamatan
dari dosa. Untuk mengetahui hal-hal ini kita membutuhkan Alkitab--dan selalu
membutuhkannya.

Oleh karena itu, janganlah membuang waktu Anda untuk mengumpulkan informasi belaka.
Akan jauh lebih baik bila Anda mempelajari kebenaran yang Allah berikan kepada kita
melalui Firman-Nya. Ingat: "TUHANlah yang memberikan hikmat" (Amsal 2:6) VCG

Holy Bible, Book divine,


Precious treasure, thou art mine;
Mine to tell me whence I came;
Mine to teach me what I am. --Burton

KITA DAPAT MEMPEROLEH INFORMASI DENGAN TEKNOLOGI


TETAPI HIKMAT DATANG DARI ATAS

HIKMAT [ensiklopedia]

I. Dalam PL

Seperti halnya semua kebajikan intelektual Ibrani, hikmat (umumnya dipakai khokhma,
meskipun dipakai juga kata-kata lain, ump: bina, 'pengertian', Ayb 39:20; tevuna, 'kebijakan',
Mzm 136:5) senantiasa adalah praktis, bukan teoritis. Pada dasarnya hikmat adalah
kepintaran mencapai hasil, menyusun rencana yg benar untuk memperoleh hasil yg
dikehendaki. Tempat kedudukannya ialah hati, pusat keputusan moral dan intelektual (bnd 1
Raj 3:9, 12).

Mereka yg memiliki kecakapan teknis disebut bijaksana, antara lain: Bezaleel, pengrajin
kepala kemah pertemuan (Kel 31:3, TBI 'pengertian'); seniman patung (Yes 40:20; Yer 10:9);
para perempuan peratap (Yer 9:17); para pengemudi kapal atau para pembuat kapal (Yeh
27:8,9). Hikmat praktis dapat membawa serta segi jahat, seperti dalam nasihat licik Yonadab
(2 Sam 13:3).

Raja-raja dan para pemimpin secara khusus membutuhkan hikmat. Pada mereka bergantung
keputusan-keputusan yg tepat dalam masalah sosial politik. Yosua (Ul 34:9), Daud (2 Sam
14:20), Salomo (1 Raj 3:9,12; 4:29 dab) dikaruniai kebijaksanaan untuk memampukan
mereka menunaikan tugas-tugas resmi mereka. Raja mesianik dalam Yes (11:2) akan
dilengkapi dengan roh hikmat untuk menghakimi dengan adil. 'Penasihat Ajaib' (9:5)
menandaskan bahwa nasihatnya akan mendampakkan hasil menakjubkan. Lih N. W
Porteous, 'Royal Wisdom' dalam Wisdom in Israel and in the Ancient Near East.

Suatu kelas khusus orang bijaksana (laki-laki atau perempuan, bnd 2 Sam 14:2) nampaknya
berkembang selama pemerintahan monarki. Pada masa Yeremia, mereka mempunyai peranan
penting disamping nabi-nabi dan para imam, sebagai yg berpengaruh besar atas masalah
agama dan sosial. Tugas mereka ialah merumuskan rencana-rencana yg dapat dilaksanakan,
menyusun nasihat untuk meraih hidup yg berhasil (Yer 18:18). Orang bijaksana atau
penasihat berperan sebagai 'bapak' dalam hubungannya dengan orang-orang yg kesejahteraan
mereka bergantung pada nasihatnya. Misalnya, Yusuf menjadi 'bapak' bagi Firaun (Kej 45:8);
Debora menjadi 'ibu' di Israel (Hak 5:7). Lih P. A. H de Boer, 'The Counsellor' dalam
Wisdom in Israel and in the Ancient Near East.

Hikmat dalam arti utuh dan mutlak hanyalah milik Allah (Ayb 12:13 dab; Yes 31:2; Dan
2:20-23). Hikmat-Nya mencakup bukan hanya sempurnanya dan lengkapnya pengetahuan-
Nya mengenai setiap segi bidang kehidupan (Ayb 10:4; 26:6; Ams 5:21; 15:3), tapi juga
mencakup kedaulatanNya menggenapi tuntas apa yg ada dalam pikiran-Nya, dan yg mustahil
dapat digagalkan (J Pedersen, Israel: Its life and Culture, 1-2, hlm 198). Alam semesta (Ams
3:19 dab, 8:22-31; Yer 10:12) dan manusia (Ayb 10:8 dab; Mzm 104:24; Ams 14:31; 22:2)
adalah buah karya hikmat-Nya yg kreatif. Proses-proses alamiah (Yes 28:23-29) dan historis
(Yes 31:2) di bawah kendali hikmat-Nya, meliputi pembedaan sempurna antara baik dan
jahat dan merupakan dasar untuk pahala dan hukuman yg diperoleh orang benar dan orang
jahat(Mzm 1;37;73;Ams 10:3; 11:4; 12:2,dst). Hikmat yg demikian mustahil tergarapi (Ayb
28:12-21); Allah dalam rahmat-Nya harus menyatakannya kalau manusia hendak
menggapainya juga (Ayb 28:23,28). Bahkan kebijakan yg berdasarkan kecakapan alamiah
atau yg disaring dari pengalaman, adalah karunia rahmani, sebab kegiatan kreatif Allah
sendirilah yg memungkinkan perolehan kebijaksanaan yg demikian itu.

Hikmat alkitabiah adalah sekaligus bersifat agamawi dan praktis, dan berasal dari 'takut
kepada Tuhan' (Ayb 28:28; Mzm 111:10; Ams 1:7; 9:10). Hikmat berkembang menyentuh
segenap hidup, seperti ditunjukkan dan dijelaskan secara luas dalam Ams. Hikmat
memperoleh pengertian yg dikumpulkan dari pengetahuan tentang jalan-jalan Allah dan
menerapkannya dalam hidup sehari-hari. Gabungan antara pengertian dan ketaatan ini (dan
segala pengertian yg mendalam harus beralaskan ketaatan) menghubungkan hikmat dengan
pengetahuan akan Allah, yg diberi penekanan oleh para nabi (seperti kasih yg tutus dan
ketaatan) (ump Hos 2:20; 4:1, 6; 6:6; Yer 4:22; 9:3,6; dan terutama Ams 9:10).

Kebijakan kafir, kendati mungkin juga agamawi, tidak berlabuh dalam perjanjian Allah, dan
karena itu pasti gagal, seperti seringkali ditunjukkan oleh nabi-nabi (Yes 19:11 dab; Yeh 28:2
dab; Ob 8). Apabila sekularisme, materialisme, dan penghinaan terhadap cita-cita perjanjian
menggusur 'takut akan Allah' dari hikmat Israel, maka ia praktis menjadi ateisme, yg sama
hambarnya dengan kebijakan kafir, atau seperti kecaman Yesaya, 'Celakalah mereka yg
memandang dirinya bijaksana' (Yes 5:21; bnd Yes 29:14; Yer 18:18).

Masalah istimewa adalah mempersonifikasikan hikmat dalam Ams 8:22 dab. Ayb 28
melakukan pempersonifikasian dengan melukiskan hikmat sebagai suatu rahasia yg tak
terselami manusia, tapi jelas bagi Allah. Dalam Ams 1:20-33 hikmat disamakan dengan
seorang wanita yg berseru-seru menghimbau sejumlah laki-laki supaya kembali dari jalan
mereka yg bodoh, dan supaya mendapatkan pengajaran dan keamanan padanya (bnd juga
Ams 3:15-20). Pempersonifikasian itu berlanjut dalam Ams 8 dan mencapai kemuncaknya
dalam ay 22 dab, yg di dalamnya hikmat menyatakan diri sebagai karya ciptaan Allah yg
pertama dan, barangkali, pembantu dalam pekerjaan penciptaan (8:30, bnd 3:19; kata 'amon
yg sulit itu, 'anak kesayangan' lebih baik diterjemahkan 'mandor', lih W. F Albright dlm
Wisdom in Israel and in the Ancient Near East, hlm 8).

Bahwa hikmat menyebut satu per satu isi surat kuasanya, tujuannya ialah supaya orang benar-
benar memperhatikannya, seperti ditunjukkan oleh 8:32-36. Karena itu, pembaca bagian ini
harus berhati-hati terhadap pandangan hipostatisasi, yakni pandangan yg mengatakan bahwa
hikmat mempunyai eksistensi yg mandiri. Penolakan yg khas Ibrani terhadap spekulasi dan
abstraksi, seringkali membawa penyair-penyair mereka memperlakukan obyek-obyek yg tak
bernyawa atau cita-cita seolah-olah memiliki kepribadian. Lih H. W Robinson, Inspiration
and Revelation in the Old Testament, 1946, hlm 260; H Ringgren, Word and Wisdom, 1947.
Mengenai pengaruh pempersonifikasian hikmat terhadap gagasan mengenai Logos (Firman)
dalam Injil keempat, *FIRMAN.

II. Dalam PB

Pada umumnya hikmat (sophia) dalam PB juga bersifat praktis, sama seperti dalam PL.
Hikmat jarang netral (meskipun bnd 'hikmat orang Mesir', Kis 7:22); ia adalah karunia Allah
atau melawan Allah. Kalau hikmat diceraikan dari penyataan Allah, maka hikmat itu
dipermiskin kalau tidak hendak disebut dimandulkan (1 Kor 1:17; 2:4; 2 Kor 1:12) dan bodoh
atau, paling jelek, malah jahat (1 Kor 1:19 dab; Yak 3:15 dab). Kebijakan duniawi didasarkan
pada pranata dan pengalaman tanpa penyataan, dan dengan demikian sangat terbatas.
Kegagalan untuk mengakui keterbatasan-keterbatasan itu mendatangkan penghukuman
alkitabiah atas semua (terutama orang Yunani) yg dengan sombong berusaha mengatasi
masalah-masalah rohani dengan hikmat manusia.

Orang yg benar berhikmat ialah mereka yg kepadanya Allah memberikan hikmat sebagai
karunia: Salomo (Mat 12:42; Luk 11:31), Stefanus (Kis 6:10), Paulus (2 Ptr 3:15), Yusuf (Kis
7:10). Salah satu dari karunia Kristus kepada murid-murid-Nya ialah hikmat untuk
mengatakan hal yg benar pada masa-masa penganiayaan dan pencobaan (Luk 21:15). Hikmat
yg sama dibutuhkan untuk memahami nubuat dan teka-teki apokaliptik (Why 13:18; 17:9).
Hikmat mutlak perlu bukan saja bagi para pemimpin gereja (Kis 6:3), tapi juga bagi orang-
orang percaya guna memahami maksud-maksud Allah dalam penyelamatan (Ef 1:8,9), dan
supaya dapat berjalan seperti semestinya di hadirat Allah (Kol 1:9; Yak 1:5; 3:13-17), dan
juga supaya berhati-hati di depan orang-orang yg tidak percaya (Kol 4:5). Sebagaimana
Paulus telah mengajar para pendengarnya dalam segala hikmat (Kol 1:28), demikian pula
hendaknya mereka yg telah cukup dewasa untuk memahami hikmat rohani (1 Kor 2:6, 7),
wajib pula mengajar orang-orang lain di dalam hikmat (Kol 3:16).

Hikmat Allah jelas ditunjukkan dalam persediaan-Nya mengenai penebusan (Rm 11:33), yg
dinyatakan dalam gereja (Ef 3:10). Itu dinyatakan dengan cara yg paling mantap 'bukannya di
dalam suatu ajaran untuk kelompok terbatas... yg ditujukan kepada ... anggota-anggota suatu
agama rahasia, melainkan dalam tindakan, yaitu tindakan Allah yg paling akbar dalam
Kristus di kayu salib' (N. W Porteous, buku tersebut hlm 258). Hikmat ini, yg sebelumnya
terselubung bagi manusia, tak tersaingi baik oleh hikmat filsafat maupun oleh kebijakan
praktis. Usaha-usaha manusia yg paling jitu untuk menguraikan masalah-masalah keberadaan
man sia nampak sebagai kebodohan dalam terang salib.

Kristus yg berinkarnasi menjadi daging bertumbuh dalam hikmat (Luk 2:40,52) sebagai anak-
anak, dan sebagai manusia sejati Ia mencengangkan para pendengar-Nya dengan hikmat Nya
(Mat 13:54; Mrk 6:2). Klaim diriNya meliputi hikmat (Mat 12:42) dan pengetahuan yg unik
tentang Allah (Mat 11:25 dab). Dua kali Ia mempersonifikasikan hikmat dengan cara yg
mengingatkan orang pada Ams; Mat 11:19 (= Luk 7:35) dan Luk 11:49 (Mat 23:34 dab).
Dalam kedua ay itu Kristus mungkin mengacu pada diriNya sebagai 'Hikmat' meskipun itu
tidak pasti, terutama dalam hal yg terakhir (lih Arndt, untuk tafsiran-tafsiran yg lain).
Kristologi hikmat Paulus (1 Kor 1:24, 30) barangkali dipengaruhi baik oleh klaim-klaim
Kristus maupun oleh kesadaran rasuli (berdasarkan ajaran-ajaran Kristus dlm Mat) bahwa
Kristus adalah Taurat Baru, penyataan tentang kehendak Allah yg lengkap, yg menggantikan
hukum lama. Karena perintah dan hukum dihubungkan dalam Ul 4:6, dan terutama dalam
pikiran Yahudi (ump Ecclus 24:23; Apocalypse of Baruch 3:37 dst), maka bukannya tidak
mungkin bahwa Paulus memandang Yesus, Taurat Baru, sebagai hikmat Allah. Bahwa
Paulus melihat dalam Kristus penggenapan Ams 8:22 dab, itu kelihatan jelas pada Kol 1:15
dab, yg secara setia mencerminkan penggambaran PL tentang hikmat.

Kristologi hikmat Paulus adalah suatu konsepsi yg dinamis, sebagaimana diperlihatkan pada
penekanan kegiatan Kristus dalam penciptaan, dalam Kol 1:15 dab, dan dalam penebusan
serta 1 Kor 1:24, 30. Ay-ay terakhir menegaskan bahwa dalam penyaliban, Allah membuat
Yesus menjadi hikmat kita, suatu hikmat yg lebih jauh diterangkan sebagai merangkumi
pembenaran, pengudusan, dan penebusan. Sebagai Tuhan Gereja yg disembelih lalu
ditinggikan, Yesus dipuji sebagai layak untuk menerima hikmat (Why 5:12). 'Menerima'
dalam ay ini berarti pengakuan atas sifat-sifat yg telah menjadi milik Kristus; sebab di dalam
Dia'tersembunyi segala harta hikmat' (Kol 2:3).

KEPUSTAKAAN. W. D Davies, Paul and Rabbinic Judaism, 1948, hlm 147-176; E Jacob
dan R Mehl dalam Vocabulary of the Bible, ed J. J von Allmen, 1958; M Noth dan D. W
Thomas (red), Wisdom in Israel and in the Ancient Near East, 1955; W. G Lambert,
Babylonian Wisdom Literature, 1960; H Conzelmann, 'Wisdom in the NT', IDBS, 1976, hlm
956960; J. L Crenshaw (red), Studies in Ancient Israelite Wisdom, 1976; G von Rad,
Wisdom in Israel, 1972; R. L Wilken (red) Aspects of Wisdom in Judaism and Early
Christianity, 1975; J Goetzmann, dll, NIDNTT 3, hlm 1023-1038. DAH/BS

Wycliffe: 1Kor 1:18--4:5

B. Sebab-sebab Terjadinya Perpecahan (1:18-4:5)

Pertama-tama, mereka belum memahami sifat dasar dan arti dari berita Kristen, hikmat yang
sejati (1:18-3:4). Yang kedua, sikap mengelompok mereka menunjukkan bahwa mereka tidak
memiliki pemahaman yang benar mengenai pelayanan Kristen, yaitu bahwa pelayanan adalah
suatu kemitraan di bawah pimpinan Allah di dalam menyebarkan kebenaran (3:5-4:5).

Wycliffe: 1Kor 1:18--3:4

1) Sebab 1: Salah Pengertian tentang Berita Kristen (1:18-3:4).

Pertama, sang rasul menunjukkan bahwa Injil bukan sebuah berita bagi kaum intelektual
(1:18-25). Kenyataan ini dibuktikan dengan cukup kuat melalui fakta bahwa jemaat di
Korintus hampir tidak mempunyai anggota yang bijaksana menurut ukuran dunia (1:26-31)
dan bahwa Paulus tidak menyampaikan berita semacam itu ketika di Korintus (2:1-5).
Sesudah itu sang rasul menerangkan hikmat sejati Allah dengan melukiskan sifat rohaninya
(2:6-12), serta persepsi rohaninya (2:13-15); lalu mengakhiri dengan sebuah pernyataan yang
jujur bahwa kedagingan merupakan penyebab terjadinya perpecahan (3:1-4).
Wycliffe: 1Kor 2:6-12 - sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat,

2:6-12. Sampai di sini orang dapat menyimpulkan bahwa Paulus tidak memakai hikmat dan
bahwa ia menganggap kebenaran Kristen berada di luar bidang nalar. Sang rasul menghadapi
hal ini dengan mengemukakan bahwa Injil mengandung hikmat, tetapi hikmat yang rohani.
Kata-kata pembukaan, sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat, menunjukkan
kenyataan tersebut (sophian, "hikmat" memiliki kedudukan penting di dalam naskah Yunani).

Wycliffe: 1Kor 2:6 - Matang, // rohani // sungguhpun demikian kami memberitakan


hikmat di kalangan mereka yang telah matang, // Hikmat // kami berkata-kata //
mereka

6. Matang, dewasa dalam hal-hal yang berhubungan dengan Allah (bdg. 14:20: Flp. 3:15),
oleh Paulus disamakan dengan rohani (I Kor. 2:15). Anak kalimat, sungguhpun demikian
kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, mungkin
merupakan pernyataan rangkuman dari bagian ini. Hikmat adalah pokok dari ayat 6-12,
sedangkan perkataan, atau pengajaran. tentang hikmat tersebut merupakan pokok dari ayat
13 (perhatikan kami berkata-kata) dan mereka yang telah matang merupakan pokok dari
sisa bagian ini (F. Godet, Commentary on St. Paul's First Epistle to the Corinthians, I, hlm.
135).

Wycliffe: 1Kor 2:7-9 - Yang tersembunyi

7-9. Yang tersembunyi. Bukan sesuatu yang misterius, tetapi sebuah rahasia ilahi, suatu
kebenaran yang tidak dapat ditemukan di luar penyataan ilahi.

Wycliffe: 1Kor 2:10-12 - Kepada kita // Allah telah menyatakan // oleh Roh, // kita
tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita

10-12. Kepada kita (kedudukan yang tetas di dalam teks Yunani) membedakan orang-orang
percaya dengan dunia. Bagi mereka Allah telah menyatakan hikmat-Nya oleh Roh, yang
telah dianugerahkan agar kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita.

Wycliffe: 1Kor 2:13 - perkataan ... yang diajarkan ... oleh Roh -

13. Dengan demikian Paulus berpindah kepada metode komunikasi. Hikmat ini, katanya,
disampaikan dengan perkataan ... yang diajarkan ... oleh Roh - suatu pernyataan tegas
bahwa pengenalan akan kebenaran ilahi tidak dapat ditemukan dengan akal budi dan
kemampuan pikiran. Paulus menemukannya dengan kuasa Roh Kudus, Pengajar yang
sempurna dan Hakim yang sempurna dari doktrin. Perkataan telah dipergunakan sebagai
pendukung oleh para penganut pengilhaman secara verbal (sebuah doktrin yang benar).
Tetapi Paulus di sini menulis kami berkata-kata, bukan kami menulis, sehingga mengacu
kepada penyajian lisan.

Wycliffe: 1Kor 2:14 - manusia duniawi, // menerima // rohani

14. Penerimaan subjektif atas kebenaran itu kini dibahas. Tetapi memperkenalkan kontras
dengan manusia duniawi, orang non-Kristen (bdg. Yud. 19; Rm. 8:9). Kata Yunani yang
diterjemahkan dengan duniawi berarti "dikuasai oleh jiwa," dasar kehidupan jasmaniah.
Manusia kejiwaan ini tidak menerima (harfiah, menyambut, bdg. Kis. 17:11; I Tes. 1:6)
kebenaran ilahi, juga tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara
rohani (bdg. I Kor. 2:10, 11). Telinga manusia tidak dapat mendengar gelombang radio
berfrekuensi tinggi; orang tuli tidak dapat menilai perlombaan musik; orang buta tidak dapat
menikmati pemandangan yang indah, dan orang yang tidak diselamatkan tidak mampu
menilai hal-hal rohani, kebenaran praktis yang paling penting.

Wycliffe: 1Kor 2:15-16 - sesuatu

15, 16. Manusia rohani memiliki kemampuan untuk memahami segala sesuatu. Dia sendiri
tidak dinilai oleh orang lain (yang tidak rohani), sebab orang yang tidak rohani tidak
memiliki hubungan dengan Roh yang membuat dirinya dapat menilai orang yang rohani.
Inilah sebabnya mengapa orang Kristen sering merupakan teka-teki bagi orang-orang
duniawi, dan kadang-kadang merupakan teka-teki bagi orang Kristen yang berpikiran
lahiriah. Banyak pertentangan di kalangan Kristen dapat ditelusuri sumbernya pada soal ini.

buka semua
Tafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat

SH: 1Kor 2:6-16 - Apresiasi diri dan karunia. (Senin, 1 September 2003)

Apresiasi diri dan karunia.


Yesus pernah berkata, jangan berikan mutiara kepada babi (Mat. 7:6). Babi jantan tidak akan
makin tertarik kepada betinanya bila ia berkalungkan mutiara. Si jantan, karena kebabiannya,
tidak akan pernah mampu menghargai dan mengapresiasi mutiara sebagaimana kita manusia
memaknainya.

Jelas, jemaat Korintus bukan sekumpulan babi. Sejak awal surat, Paulus menyebut mereka
sebagai orang yang telah dikuduskan dan dipanggil menjadi orang-orang kudus (ayat 1:2).
Kepada mereka hikmat keselamatan Allah telah dinyatakan (ayat 10); hikmat tentang karya
keselamatan Allah yang tersembunyi bahkan bagi para penguasa, tetapi yang disediakan
Allah bagi kemuliaan mereka yang percaya seperti jemaat Korintus (ayat 7). Mereka pun
telah menerima Roh-Nya (ayat 12), yang dalam analogi kemanusiaan, bahkan tahu hal-hal
terdalam dari Allah (ayat 10-11). Luar biasa. Apa lagi yang kurang?

Atas dasar jati diri ini Paulus hendak menampilkan seperti apa itu manusia rohani: pertama,
ia adalah seperti Paulus dan rekan sekerjanya, mengajar dan berkata-kata berdasarkan hikmat
dan Roh Allah (ayat 6,13). Kedua, ia juga memahami hal-hal rohani, dan menilai segala
sesuatu berdasarkan hikmat Allah, tanpa dinilai orang lain (ayat 14-15). Ketiga, ia tidaklah
seperti manusia duniawi (Yun. psukhikos) yang tidak menerima hikmat dari Roh Allah,
menganggapnya sebagai kebodohan, dan tidak dapat memahaminya (ayat 14). Singkatnya,
manusia rohani dapat mengapresiasi hikmat dan penyertaan Roh Allah melalui hidupnya.

Jemaat Korintus, bersama semua yang berseru kepada nama Yesus Kristus seperti kita kini
(ayat 1:2) punya untaian indah mutiara karunia ilahi. Sekarang, tinggal bagaimana kita
mengapresiasinya.
Renungkan: Merasa ada yang kurang dari hidup Anda? Kadang, hal terpenting yang kurang
justru adalah apresiasi dan respons yang nyata dalam hidup kita atas karunia-karunia-Nya
yang besar itu.

Anda mungkin juga menyukai