(1 Korintus 1:10-17)
Rapat Rohaniwan Wilayah Barat
Semua yang hadir di tempat ini adalah orang-orang sudah Tuhan tempatkan di tempat
pelayanannya masing-masing. Ada yang masih baru, dan juga ada yang sudah lama. Susah
dan senangnya pelayanan pasti sudah pernah dirasakan. Bahkan sulitnya pelayanan pun
pernah di alami.
Dalam pelayanan yang dilakukan, tentunya kita dapat menemukan berbagai
permasalahan yang dihadapi, baik masalah keluarga (suami, istri, anak), masalah ekonomi,
pekerjaan, dll. Mungkin juga kita pernah mengalami permasalahan dalam perbedaan
pendapat baik antara jemaat, majelis jemaat ataupun hamba Tuhan. Adanya perbedaan
merupakan hal yang wajar di dalam sebuah komunitas. Terkadang perbedaan itu dapat
menimbulkan perselisihan hingga perpecahan. Bukankah sebagian besar gereja hancur karena
konflik dari dalam? Bukankah semuanya dilakukan atas nama pelayanan dan Tuhan? Itulah
katanya. Tetapi pada kenyataannya, ada saja orang yang tidak mau melepaskan egonya.
Mereka keliru memandang salib Kristus. Mereka memandang salib Kristus hanya memakai
hikmat sendiri, bukan hikmat Tuhan. Salib Kristus tidak membuat orang terpecah belah. Salib
Kristus seharusnya mempersatukan.
Setelah Paulus menerima informasi jemaat di Korintus dari keluarga Kloe, Paulus
memberikan nasihat kepada jemaat supaya tidak terpecah. Karena perpecahan di antara
mereka adalah ancaman utama bagi Injil. Perpecahan mereka ternyata diawali dari masalah
baptisan. Baptisan saat itu merupakan hal yang penting dan sebagai tanda bahwa pemberitaan
Injil telah diterima oleh orang yang hendak dibaptis. Permasalahan ini memunculkan
beberapa kelompok atau golongan yang berkaitan siapa yang membaptiskan mereka. Ada
yang menyebutkan bahwa mereka adalah golongan Paulus. Mungkin tuntutan beberapa
orang yang bertobat karena pekerjaan Paulus. Ada yang lain mengatakan bahwa mereka
adalah dari golongan Apolos. Apolos menggantikan Paulus di Korintus (Kis. 18:24). Apolos
adalah orang yang pandai dalam berpidato dan itu merupakan hal yang menarik bagi orang-
orang Yunani serta pengetahuannya akan Alkitab menarik bagi orang-orang Yahudi. Ada
juga yang mengatakan bahwa mereka adalah dari golongan Kefas. Dan yang terakhir adalah
mereka yang dari golongan Kristus. Ini merupakan sebutan bagi mereka yang
membanggakan diri karena perasaan memiliki kebebasan rohani.
Yang menjadi salah adalah mereka mengingkari tujuan dari baptisan itu sendiri, yaitu
dipersatukan atau menjadi milik Allah. Mereka lebih cenderung melihat orang yang
membaptis dan keunggulan orang yang membaptisnya, bahkan menilai pentingnya
kedudukan mereka dalam hubungannya dengan keunggulan ini. Inilah yang menjadi salah.
Inilah yang menyebabkan perselisihan dan perpecahan. Mereka hanya melihat pemimpin,
bukan Kristus. Bukankah semua melalui baptis menjadi anggota-anggota dari satu tubuh,
yaitu tubuh Kristus?
Paulus menasihatkan mereka untuk seia sekata, erat bersatu, dan sehati sepikir karena
Kristus tidak terbagi-bagi. Seia sekata memiliki arti mengatakan hal yang sama. Erat bersatu
memiliki arti diperbaki. Sehati sepikir memiliki arti pandangan yang sama. Paulus
menasihatkan kepada mereka supaya mereka kembali kepada makna baptisan sebenarnya.
Semua orang yang telah menjadi percaya dibaptis dalam nama Kristus. Kristus memampukan
orang-orang Kristen “sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan”. Bukan orang
yang membaptis, melainkan Kristus yang disalibkan bagi semua, mempersatukan mereka.
Oleh karena itu, belajar dari peristiwa yang dialami oleh Paulus dengan jemaat di
Korintus, marilah kita sikapi perbedaan yang ada dengan bijaksana. Perlu diingat adalah
bahwa tempatkan Kristus di atas setiap ego yang ada di dalam diri kita karena pelayanan
yang kita lakukan adalah untuk-Nya, bukan untuk diri kita sendiri.