Anda di halaman 1dari 3

Khotbah Minggu, 22 Januari 2023 (3 Set.

Epiphanias)
Epistel : Mika 7: 7 - 20
Evangelium : 1 Korintus 1: 10 – 18

KEKUATAN ALLAH YANG MENYELAMATKAN

Persaingan dan permusuhan menjadi ciri khas masyarakat Yunani-Romawi, tidak hanya
dalam dunia politik, orasi-orasi politik tetapi juga dalam pentas seni (dunia sandiwara), filsafat,
olah raga dan sebagainya. Persaingan seperti itu memang menumbuhkan kesetiaan namun
berbahaya; berteman dengan musuh orang lain membuat seseorang menjadi bagian dalam
permusuhan yang terjadi. Kadang-kadang orang akan menemukan alasan untuk membawa
musuhnya ke pengadilan (1 Kor. 6:6). Namun semua orang menyadari bahwa permusuhan atau
perpecahan akan melemahkan negara, hal yang sama sering terjadi dalam gereja.
Mengidolakan para filsuf Yunani pada masa itu menjadi sebuah trend bagi masyarakat
Yunani-Romawi. Korintus sebagai kota terpenting dunia perekonomian dan perdagangan saat
itu menjadi tempat tujuan orang-orang untuk meningkatkan taraf hidup, baik dari segi
ekonomi maupun pendidikan (pengetahuan). Persaingan dan mengidolakan tokoh-tokoh
filsafat juga sampai memengaruhi anggota jemaat di Korintus dengan mengidolakan para
tokoh-tokoh kekristenan pada masa itu.
Laporan yang diterima oleh Paulus dari keluarga Kloe yang mengatakan gereja di
Korintus berada dalam ambang perpecahan karena berbagai perselisihan padangan terhadap
tokoh-tokoh Kristen (ay. 11), tidak hanya sampai disitu perselisihan di jemaat Korintus
semakin memanas dengan berbagai pandangan tentang percabulan (pasal 5-6), tentang
makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala (pasal 8-10), dan penyembahan (pasal
11-14).
Dalam nas khotbah kita kali ini kita akan melihat betapa berharganya keharmonisan
dan kesatuan serta kesamaan pikiran dalam persekutuan Allah. Karena persatuan Kristen
sangat erat hubungannya dengan salib Kristus.
Dari teks kita ini kita akan belajar beberapa hal, sebagai langkah untuk memahami teks
ini secara mendalam. Kita akan melakukan beberapa hal:
1. Mengidentifikasi sifat perpecahan yang dihadapi oleh Paulus di Korintus.
2. Bagaimana Paulus membongkar akar perpecahan itu dan usahanya untuk
membangun fondasi persatuan
3. Paulus memberikan tujuan dan sifat persatuan Kristen.

Mari kita uji mempelajari nas ini berangkat dari ketiga hal di atas:
1. Mengidentifikasi sifat perpecahan
Sifat dari perpecahan yang dihadapi oleh Paulus dalam jemaat Korintus sangat jelas
dituliskan dalam ay. 11-12 yang diperolehnya dari laporan keluarga Kloe yang datang
mengunjunginya, yang mengatakan ada perselisihan di antara kamu dan masing-masing
mereka mengaku: “Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari
golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus.” Jadi jelas bahwa orang-orang di Korintus
telah terpolarisasi di belakang guru favorit mereka. Mereka melakukan perbandingan
antara pengajar-pengajar sesuai dengan kualifikasi mereka dan mulai membual tentang
guru-guru tersebut. Dengan berada di belakang guru favorit ini, masing-masing mereka
memiliki superioritas (kebanggaan yang berlebihan).
Nah, sifat perpecahan adalah meningkatnya rasa superioritas seseorang atau
kelompok (ego) atas orang lain atau kelompok lain apalagi bila dikaitkan dengan orang-
orang penting sehingga timbul pemikiran bahwa dirinya lebih benar dari orang lain
sehingga berhak menghakimi orang lain.
Selanjutnya perpecahan itu akan semakin lebar apabila di setiap orang atau kelompok
bersifat defensif (bertahan) tidak mau mengalah dan reaktif terhadap segala jenis
pengaruh yang datang dari seorang panutan. Akan membela dengan membabi-buta orang
yang diidolakan, bahkan tidak dapat melihat kebenaran lain diluar diri orang yang
diidolakan. Bahkan apabila ada pendapat yang berbeda tentang idola tersebut akan dibalas
secara rekatif dan berlebihan.
Jadi ada dua sifat perpecahan dalam gereja yang dapat kita ambil dari Korintus yaitu:
superioritas atau ego yang berlebihan atas seseorang yang dianggap lebih unggul dari yang
lain dan defensif-reaktif terhadap tokoh sehingga orang lain yang tidak sesuai dianggap
musuh ((istilah bahasa batak: Dang donganta i). sifat dan perkataan dang donganta i inilah
yang sering menjadi sifat dasar dari perpecahan atau polarisasi dalam jemaat.
2. Membongkar atau mencabut akar masalah dan membangun persatuan
Bagaimana Paulus membongkar atau mencabut akar masalah dan membangun kembali
persatuan di Korintus? Paulus memiliki cara dengan mendesak beberapa ajaran yang benar
kepada jemaat Korintus. Kebenaran ini perlu kita tulis secara singkat dan biarkan
kebenaran ini meresap dalam hati kita dan mengubah kita juga:
Adakah Kristus terbagi-bagi? Jawabannya: TIDAK! Dia adalah Satu. Paulus
menekankan perlunya jemaat di Korintus memikirkan ulang tentang tubuh Kristus yang
tidak terbagi-bagi. Tubuh Kristus adalah utuh. Kita adalah anggota tubuh itu, setiap anggota
tubuh tidak boleh saling menyombongkan. Alasan lain yang mengatakan bahwa tubuh
Kristus tidak terbagi-bagi adalah bahwa ketika orang percaya memiliki Kristus, dia
memiliki Kristus yang utuh. Tidak seorang pun dapat menyombongkan diri atau merasa
rendah jika benar-benar mempercayai bahwa Kristus adalah harta terbesar kita. Kristus
tidak terbagi-bagi. Jika kita memiliki Kristus maka kita memiliki Kristus seutuhnya.
Memiliki Kristus yang seutuhnya berarti memiliki semua yang kita butuhkan untuk
kebahagiaan kekal.
Orang percaya memiliki segala sesuatu dalam Kristus (baca 1 Korintus 3: 21-23).
Paulus dengan jelas menyatakan bahwa tidak perlu ada kesombongan di dalam Kristus
karena itu adalah kebodohan. Karena ketika kita di dalam Kristus, baik Paulus, Apolos, dan
Kefas adalah milik semua orang percaya, karena Paulus, Apolos, Kefas, dan seluruh orang
percaya adalah milik Kristus dan Kristus adalah milik Allah. Jadi kebenaran kedua ini yang
membongkar akar perpecahan adalah bahwa Tuhan telah menjadikan segala sesuatu
menjadi milik anak-anak-Nya, dan anak-anak-Nya tidak perlu mengamankan dan
berlindung pada hal kecil dari ciptaan Tuhan.
Paulus tidak disalibkan untuk kita dan tidak dibaptis dalam nama Paulus, Kristus-lah
yang disalibkan untuk kita dan kita dibaptis dalam nama Kristus. Paulus langsung
kepada pendukungnya dengan mengatakan bahwa Paulus tidak disalibkan untuk
pendukungnya. Paulus langsung melancarkan serangan kepada dirinya sendiri agar orang-
orang yang mengidolakan dirinya tidak keliru, karena Paulus bukanlah juruselamat tetapi
Kristus. Pelajaran ini sangat penting bagi setiap pemimpin dan orang-orang untuk
menghancurkan ego dirinya agar jangan ditinggikan oleh orang lain. Tindakan Paulus ini
juga mengingatkan kita akan keterbatasan manusia yang tidak dapat menyelamatkan
manusia lain, hanya Kristus yang dapat menyelamatkan. Paulus ingin mengatakan kepada
kita “kesetiaan” yang berlebihan kepada manusia dapat menghancurkan kesetiaan kita
kepada Kristus. Kesetiaan terhadap salib Kristus dapat menghancurkan atau mencabut
akar perpecahan dan pengelompokan.
3. Kekuatan/kedaulatan Allah yang menyelamatkan
Apakah tujuan dan sifat dari persatuan Kristen? Jawabannya adalah: Kemuliaan Tuhan
adalah tujuan dan sifat dari persatuan orang-orang percaya. Sebenarnya di dalam
jemaat Korintus ada 2 kelompok yang sangat besar dan kuat yakni, orang-orang yang
mengatakan dirinya golongan Paulus dan golongan Apollos. Golongan Paulus mengatakan
bahwa Paulus yang terlebih dahulu di Korintus dan mendirikan gereja dan para pengikut
mengklaim mereka adalah orang yang terlebih dahulu menjadi Kristen di Korintus jadi
mereka ber-hak memiliki superioritas sedangkan golongan Apollos mengatakan bahwa
Apollos-lah yang telah membangun dan mengembangkan jemaat Korintus dengan
kebijaksanaan yang luar biasa. (catatan: Apollos seorang yang fasih berbicara dan sangat
mahir dalam soal-soal Kitab Suci; lih. Kisah Para Rasul 18: 24).
Untuk menjawab semua hal yang menjadi penyebab perselisihan atau perbedaan itu,
Paulus dengan tegas mengatakan: Kristus mengutus aku (para pemberita Injil), bukan untuk
membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil dan para pemberita Injil itu bukan
mengandalkan hikmat perkataan (atau mencari ketenaran pribadi pemberita Injil)
melainkan kemuliaan Kristus (bnd. Ay. 17). Paulus ingin mengatakan bahwa kefasihan
(dalam arti mengandalkan kepintaran) dapat menyia-nyiakan Salib. Seseorang dapat
menarik begitu banyak perhatian pada diri sendiri sehingga pemberitaan tentang Kristus
dan salib tertutupi. Salib bukanlah tempat orang untuk menonjolkan diri, tetapi salib adalah
tempat dimana orang harus mati. Artinya melihat salib atau berhadapan dengan salib, kita
harus mematikan/meniadakan diri kita, karena pemberitaan tentang salib bukan
pemberitaan tentang ego atau keberadaan manusia tetapi tempat meniadakan atau
menyangkal diri. Seperti perkataan Kristus:” Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Mat. 16: 24).
Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang mau binasa,
tetapi bagi kita pemberitaan itu adalah kekuatan Allah (ay. 18). Salib adalah kekuatan Allah
walaupun salib sering dianggap kebodohan. Tetapi Paulus ingin mengatakan bahwa
kebijaksanaan manusia adalah kebodohan, “kebodohan” Allah adalah hikmat bagi manusia,
tujuan hikmat Allah adalah keselamatan manusia dan hanya Kristus yang membawa hikmat
Allah, melalui salib yang dianggap kebodohan oleh manusia. Padahal Salib merupakan
kekuatan Allah yang menyelamatkan.
Paulus dengan tegas mengatakan bahwa jika kita bersandar pada hikmat/kefasihan
manusia, atau terpikat dengan “kebijaksanaan” dan keberhasilan seseorang adalah akar
dari masalah dan perpecahan, tetapi orang Kristen harus berjalan di jalan salib yang
merupakan kekuatan Allah yang menyelamatkan. Salib adalah tempat untuk mematikan
ego manusia dan disinilah kekuatan Allah yang luar biasa untuk menyelamatkan. Salib
bukanlah hikmat manusia melainkan kuasa Allah.
Allah memilih apa yang bodoh di dunia ini untuk mempermalukan kebijaksanaan manusia;
Tuhan memilih apa yang lemah di dunia ini untuk memperlemah yang kuat, sehingga tidak
ada yang bisa menyombongkan diri di hadapan Tuhan.

Pdt. Dr. Teddi Paul Sihombing


Ka. Departemen Pastorat GKPI

Anda mungkin juga menyukai