Anda di halaman 1dari 3

Minggu, 6 Agustus 2023 (9 Set.

TRINITATIS)
Epistel : Pengkhotbah 3: 11-15
Evangelium : Matius 14: 13-21

MAKANAN DAN MINUMAN ADALAH PEMBERIAN ALLAH

Kisah Yesus memberi makan 5000 orang adalah kisah yang sangat akrab atau familier
bagi orang Kristen. Cerita ini telah kita dengarkan sejak sekolah minggu. Walaupun kisah ini
sangat akrab tetapi kisah ini mengajarkan kepada kita sebuah pelajaran yang masih harus kita
pelajari terus menerus.
Memberi makan 5000 orang ini mengingatkan kita pada mukjizat pemberian makanan
oleh Elisa dalam 2 Raja-raja 4:42-44. Dalam kisah tersebut, Elisa hanya memiliki dua puluh
roti jelai untuk memberi makan 100 orang. Ketika ia memerintahkan hambanya untuk
membagikan roti tersebut, hambanya protes, "bagaimanakah aku dapat menghidangkan ini,
supaya mereka makan?" Elisa menegaskan kembali perintahnya, dan berjanji, "Mereka akan
makan, dan akan ada yang tersisa." Hamba itu membagikan roti itu; orang-orang itu makan,
dan masih ada sisa roti sesuai dengan janjinya. Hubungan antara kedua kisah ini semakin erat
dengan adanya referensi tentang roti jelai dalam Yohanes 6:9. Perlu dicatat bahwa baik Elisa
maupun Yesus melibatkan orang lain (hamba Elisa dan murid-murid Yesus) untuk
melaksanakan mukjizat mereka.
Pemberian makanan ini juga mengingatkan kita akan Manna di padang gurun
(Keluaran 16; Bilangan 11). Seperti Musa, Yesus telah menyeberangi air menuju padang gurun
(ayat 13). Seperti Musa, Ia dikelilingi oleh orang-orang yang lapar. Dalam Injil Yohanes, Yesus
membuat hubungan ini semakin eksplisit dengan merujuk kepada manna sebagai Roti dari
Surga setelah memberi makan lima ribu orang (Yohanes 6:31, 49).
Sebenarnya untuk memahami nas ini, kita harus membaca pasal 14: 1-12, supaya kita
dapat membandingkan 2 perjamuan makan, yakni antara perjamuan makan Herodes dan
perjamuan makan Yesus. Perjamuan makan Herodes ditandai dengan kemewahan – Yesus
makan dengan roti, makanan yang paling sederhana. Tuan rumah di perjamuan Herodes
adalah sorang tirani yang mementingkan kekuasaan dan kesejahteraan sendiri – tuan rumah
perjamuan Yesus adalah seorang penyelamat yang penuh kasih yang mementingkan
kesejahteraan orang-orang yang datang kepada-Nya. Jamuan Herodes berakhir dengan
kematian – jamuan Yesus berakhir dengan kehidupan.
Kisah memberi makan 5000 orang adalah satu-satunya mukjizat yang dicatat secara
bersamaan dalam keempat Injil (lihat Markus 6:35-44, Lukas 9:12-17, dan Yohanes 6:1-14),
sebuah fakta yang menunjukkan betapa pentingnya mukjizat ini bagi jemaat mula-mula.
Mari kita mendalami nas ini di bawah terang tema: Makanan dan Minuman adalah
Pemberian Allah.
1. Tergerak oleh belas kasihan
Pasal 13 diakhiri dengan penolakan Yesus di Nazaret, di mana Ia tidak dapat
“mengadakan banyak mukjizat karena ketidakpercayaan mereka.” (13: 53-58). Hal yang tidak
menyenangkan itu diikuti dengan kisah pemenggalan kepala seorang kerabat dan sahabat
Yesus, Yohanes Pembaptis (14: 1-12). Dalam 14: 1-2, Herodes mendengar laporan tentang
Yesus dan menyimpulkan bahwa Dia adalah Yohanes Pembaptis yang telah bangkit dari
antara orang mati. Walaupun Herodes tidak mengancam untuk membunuh Yesus,
kemungkinan rencana itu ada tampak jelas dalam ayat-ayat ini.
Dari titik ini dalam Injil Matius, pelayanan Yesus semakin tidak terbuka untuk umum,
karena semakin mendapat perhatian para pembesar Yahudi yang merasa terganggu dengan
kehadiran dan pengajaran Yesus. Matius mengatakan: “Setelah mendengar berita itu
menyingkirlah Ia (Yesus) dari situ, dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ke tempat
yang sunyi.” (Ay. 13). Kata "menyingkir" (Yunani: anechoresen: mundur, menyingkir, atau
menghindar) muncul lima kali dalam pasal-pasal sebelumnya, setiap kali sebagai tanggapan
terhadap bahaya (2:12, 14, 22; 4:12; 12:14). Yesus mengasingkan diri, mundur, atau
menghindar bukan karena takut mati, karena memang Dia datang ke dunia ini untuk mati.
Pada kesempatan lain, Yesus memilih untuk tidak pergi ke Yerusalem karena "Saat-Ku belum
tiba" (Yohanes 7:5). Yesus datang untuk mati, tetapi ada waktu untuk mati dan ini belum
waktu-Nya.
Bisa jadi ada kesedihan atas kematian Yohanes. Yohanes adalah kerabat dan lebih dari
kerabat. Ia datang untuk mempersiapkan jalan bagi Yesus dan atas permintaan Yesus, telah
membaptis Yesus. Ia adalah seorang sahabat dekat, rekan kerja yang terpercaya, dan anggota
keluarga. Yesus tentu saja membutuhkan waktu untuk menyendiri, waktu untuk berduka,
waktu untuk menyembuhkan, waktu untuk mempersiapkan diri.
"Orang banyak mendengar dan mengikut Dia dengan mengambil jalan darat (berjalan
kaki) dari kota-kota mereka" (Ay. 13b). Betapa frustrasinya ketika kita membutuhkan waktu
untuk menyendiri dan ditolak! Yesus memiliki alasan yang kuat untuk marah kepada orang
banyak karena mengganggu kesendirian dan kedukaan-Nya. Namun, "Ia melihat orang banyak
yang besar jumlahnya. Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia
menyembuhkan mereka yang sakit" (Ay. 14) (Yunani: arrostous, orang yang malang). Belas
kasihan Yesus mengalahkan kebutuhan-Nya untuk menyendiri.
Pernahkah kita merenungkan bagaimana Yesus menangani luka-luka (kemalangan)
orang lain dari tengah-tengah luka batin-Nya sendiri? Mungkin cara baru untuk mendekati
kisah yang sudah sangat kita kenal ini adalah dengan tidak membayangkan atau menyatakan,
Yesus sebagai sosok yang tenang di atas semuanya. Mungkin kita perlu melihat Yesus sebagai
sosok dengan mata merah dan pipi yang berlinang air mata, serta tangan yang gemetar
karena kesedihan atas semuanya. Namun, di tengah-tengah situasi-Nya, di tengah-tengah
kekacauan emosional-Nya, Ia tetap menjadi sumber kelimpahan kehidupan dan sukacita.
Yesus adalah “Gembala yang terluka mengobati domba yang terluka.”
2. “Hanya ada 5 Roti dan 2 Ikan!”
Para murid peduli terhadap orang banyak, tetapi mereka juga peduli terhadap Yesus.
Kerumunan orang banyak dapat dengan cepat menjadi massa jika tidak dikelola dengan baik.
Bahkan jika keadaan tidak sampai seperti itu, niat baik yang telah Yesus bangkitkan akan
lenyap jika kerumunan orang banyak itu pergi dalam keadaan lapar. Para murid juga
memperhatikan diri mereka sendiri. Dalam sebuah krisis, Yesus ingin mereka melakukan
sesuatu-dan mereka tidak dapat membayangkan apa yang dapat mereka lakukan.
"Tidak perlu mereka pergi. Kamu harus memberi mereka makan. (Ay. 16). Kata "kamu"
dalam bahasa Yunani sangat tegas, "KAMU yang harus memberi mereka makan." Ketaatan
para murid sangat penting dalam mukjizat ini, sama seperti ketaatan kita juga penting bagi
kerajaan surga saat ini.
“Yang ada pada kami hanya lima roti dan dua ikan.” Perkataan ini adalah jawaban
putus asa atas situasi yang mereka hadapi. Matius memberitahu kita jumlah orang yang harus
diberi makan, “lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak” (Ay. 21). Jika
kita hitung istri dan anak-anak dari 5000 orang laki-laki jumlah orang kelaparan ini lebih
kurang 20.000 orang. Dan yang dimiliki para murid untuk memberi makan orang banyak ini
hanyalah "lima roti dan dua ikan" (Ay. 17). Tidak perlu waktu lama bagi orang yang paling
optimis sekalipun untuk menyimpulkan bahwa hal itu tidak mungkin memberi makan orang
sebanyak itu!
Untuk melihat adegan keputusasaan para murid ini kita harus baca Yoh. 6: 1-13.
Sekarang, pertama-tama, pikirkanlah tentang bagaimana para murid "putus asa" atas
kemustahilan yang mereka hadapi. Pertama, mereka putus asa atas apa yang tidak mereka
miliki. Kedua, mereka putus asa dengan apa yang mereka miliki, mungkin cukup untuk
memuaskan rasa lapar satu keluarga saja, tapi tentu saja tidak cukup untuk memberi makan
puluhan ribu orang. Ketiga, mereka putus asa dengan kerendahan hati atas apa yang mereka
miliki. Bukan hanya lima roti dan dua ikan, tetapi seperti yang dikatakan Yohanes kepada kita,
lima roti "jelai" dan dua ikan "kecil". Roti jelai adalah makanan yang sangat buruk untuk
ditawarkan kepada orang-orang. Jelai adalah makanan yang murah, dan biasanya hanya
digunakan sebagai pakan ternak. Dan terlebih lagi, kata yang Yohanes gunakan untuk
menggambarkan ikan-ikan itu adalah kata yang mengacu pada jenis ikan kecil yang dimakan
utuh dengan tulang-tulangnya.
Lihatlah apakah kita pernah "putus asa" dengan cara yang sama. Ketika masalah
kehidupan, pergumulan dalam keluarga, keadaan yang kita hadapi, atau kebutuhan yang kita
hadapi membuat kita berkata, "Saya hanya memiliki lima roti dan dua ikan". Hidup kita
mungkin pernah mengalami hari (keadaan) 'lima roti dan dua ikan' adalah hari yang penuh
dengan beban, hari di mana segala sesuatunya terasa sunyi, dan tanpa harapan. Hari di mana
kita merasa tidak berdaya. Hari di mana kita merasa tidak dapat mengubah keadaan atau
menghadapi apa yang ada di depan kita
3. “Bawalah ke mari kepada-Ku (Yesus)”
“Bawalah ke mari kepada-Ku (Yesus),” ditangan para murid, lima roti dan dua ikan
tidaklah banyak, tetapi Yesus menyuruh untuk menyerahkannya kepada-Nya. “Dan setelah
diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu
memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-
Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak.” (Ay. 19-20) Yesus mengambil tindakan
setelah para murid membawa lima roti dan dua ikan kepada-Nya. Dia tidak hanya berbagi
rasa sakit dengan orang banyak, tetapi juga memberi mereka makan. Pertama, Ia
memerintahkan mereka untuk duduk di atas rumput. Kemudian Dia melihat ke langit dan
memberkati serta memecah-mecahkan roti. Kemudian Dia memberikan roti (tetapi bukan
ikannya) kepada para murid. Sampai di sini, tidak ada indikasi bahwa mukjizat apa pun telah
terjadi.
Murid-murid membagi-bagikan roti itu, dan "Mereka semua makan sampai kenyang"
(Yunani: chortazo = puas) (ayat 20a). Ini adalah indikasi pertama bahwa sesuatu yang
istimewa telah terjadi. Kata kerja chortazo menunjukkan arti kenyang atau dipuaskan. Yesus
menggunakan kata ini sebelumnya untuk menjanjikan bahwa mereka yang lapar dan haus
akan kebenaran akan dikenyangkan (chortazo) yang berarti dipuaskan sepenuhnya. Ini
menunjukkan berkat ilahi dan bukannya suatu proses alamiah. Ini adalah usaha ilahi dan
bukan usaha manusia. Perbuatan Yesus ini juga menguatkan bahwa Allah adalah sumber
makan dan minuman. Dan menunjukkan sesuatu yang kita bawa kepada Yesus akan memberi
“kepuasan” sukacita dalam kehidupan kita.
"Mereka semua makan sampai kenyang." Tuhan campur tangan dalam peristiwa ini
untuk melipatgandakan sumber daya yang terbatas sehingga ada makanan yang berlimpah.
Tidak hanya lima ribu orang laki-laki ditambah perempuan dan anak-anak yang diberi makan,
tetapi juga masih ada sisa makanan, "dua belas bakul penuh." Yesus menunjukkan ketuhanan-
Nya atas sumber makanan dan minuman seperti Dia menunjukkan otoritas-Nya atas penyakit,
dosa, hari Sabat, kehidupan manusia, dll.

Pdt. Dr. Teddi Paul Sihombing


Kepala Departemen Pastorat GKPI

Anda mungkin juga menyukai