Anda di halaman 1dari 4

KELUARGA YANG BERSYUKUR

(Lukas 17: 11-19)

Ada satu kisah di sekitar betapa sulitnya orang tahu bersyukur atas kasih dan
kebaikan orang lain dalam hidup. Konon, Almarhum Jenderal Harry Trexler salah
seorang pengusaha kaya di Pennsylvania, Amerika. Ia adalah orang yang bermurah
hati membantu lebih dari 1000 orang Mahasiswa yang kuliah hingga tamat. Setiap
tahun ia mengundang para Mahasiswa yang pernah dibantu guna berdoa dan
bersyukur bersama atas kasih dan kemurahan Tuhan yang terjadi dalam hidup.

Empat bulan sebelum Jenderal Harry meninggal, ia mengundang banyak orang


termasuk lebih dari mantan 1000 Mahasiswa yang dibantu itu untuk berdoa dan
bersyukur bersama. Ribuan orang hadiri acara itu. Usai syukur ia memanggil
sekretarisnya dan bertanya berapa jumlah mantan Mahasiswa yang hadir dalam doa
syukur itu. Ternyata hanya 30 yang hadir. Dengan sedih Jenderal Harry berkata:
“Sulit memang bagi manusia untuk tahu bersyukur pada Tuhan yang telah
menolong mereka melalui doa, dukungan dan pengorbanan orang lain.

Persoalan di sekitar orang-orang yang tidak tahu bersyukur juga mendapat


perhatian Yesus. Lukas memberi kesaksian tentang sepuluh (10) orang kusta yang
disembuhkan Yesus. Penyakit kusta atau Lepra atau Hansen di kalangan masyarakat
Yahudi dianggap sebagai kutukan. Di Zaman Yesus hidup, belum ada obat yang dipakai
untuk penyembuhkan penyakit kusta.

Penyakit kusta dianggap sebagai penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Ada
stigma (cap) negatif: orang yang mengalami penyakit kusta dianggap sebagai kutuk
Tuhan karena hidupnya tidak berkenan di hadapan Tuhan. Orang yang menderita kusta
dianggap sebagai orang najis oleh Imam dan harus diasingkan. Jadi orang yang hidup
dengan penyakit kusta adalah orang yang benar-benar terpisah karena dipisahkan dari
sesamanya.

1
Kita dapat membayangkan derita hebat yang dialami orang yang terserang
penyakit kusta. Berawal dari derita fisik (anggota tubuh terserang penyakit), bergeser
ke penderitaan ekonomi (tidak dapat bekerja memenuhi kebutuhan hidup), derita batin
karena isolasi sosial: (dijauhi dan diasingkan dari hidup bersama atau masyarakat
umum), Isolasi keagamaan:(aturan agama tidak memperbolehkan orang kusta ikut
beribadah karena dianggap kotor dan najis).

Hal yang pasti, 10 orang kusta ini menghabiskan hari-hari hidup dalam derita,
kesendirian, kesunyian dan kesepian. Jauh dari keramaian dan hiruk pikuk dunia. Tidak
ada yang perhatikan dan peduli dengan hidup mereka. Mereka ada dipinggiran
perhatian mata dan hati banyak orang. Namun orang yang ditempatkan dipinggiran
perhatian mata dan hati banyak orang ternyata ada di pusat perhatian mata dan hati
Tuhan.

Penulis Injil Lukas mencatat saat Yesus dalam perjalanan ke Yerusalem dan
menyusur perbatasan Samaria dan Galilea, Ia didatangi oleh 10 orang kusta. Karena
mereka telah dijauhkan dalam hidup bersama maka mereka juga tidak berani dekat-
dekat dengan Yesus. Namun dari jauh mereka berteriak: ”Guru kasihanilah kami” (ay
13). Meski derita hidup melanda 10 orang kusta ini tidak hilang pengharapan.

Tentu mereka pernah mendengar tentang kisah pelayanan Yesus, orang Nazaret.
Bahwa Yesus menyembuhkan banyak orang sakit: Yang buta melihat, yang tuli
mendengar, yang lumpuh dan pincang berjalan bahkan yang mati dibangkitkan. Semua
perbuatan ajaib Yesus itu yang membuat 10 orang kusta ini hidup dalam sebuah
pengharapan. Pengharapan sekiranya kelak dalam perjalanan hidup yang penuh derita
itu, ada Yesus yang datang dan menjumpai dan menolong mereka.

Ternyata pengharapan itu tidak mengecewakan. 10 orang kusta ini telah datang
dan membawa pengharapan pada alamat yang tepat dan benar yakni Yesus. Yesus
menyatakan belas-kasihan-Nya dengan menyembuhkan mereka. Kuasa Yesus sanggup
memulihkan mereka bukan saja derita fisik tapi pemulihan dari derita batin.

2
Namun soal muncul setelah 10 orang kusta ini ditolong Yesus. Penulis Injil Lukas
mencatat demikian, Lalu Yesus berkata: ”Bukankah kesepuluh orang tadi
semuanya telah menjadi tahir ? Dimanakah yang sembilan orang itu ? Tidak
adakah diantara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari
pada orang asing ini ?

Kalimat ini, merupakan pertanyaan Yesus yang penuh nada heran di sekitar
respon orang-orang kusta yang telah mengalami kasih dan kebaikan Tuhan. Dalam
derita hidup, 10 orang kusta ini datang memohon belaskasihan Yesus. Setelah dapat
belas-kasihan Yesus, respon mereka akan kasih dan kebaikan Yesus itu berbeda. 90 %
(9 orang) lupa bahwa kesembuhan yang mereka alami karena pertolongan Yesus.
Mereka lupa untuk kembali menyatakan syukur dan memuliakan Yesus dalam hidup.

Hanya satu orang (10%) yang kembali pada Yesus sumber pertolongan hidup.
Lukas catat: Seorang dari mereka ketika melihat bahwa ia telah sembuh
kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di
depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya (ay 15-16a).

Orang Samaria ini tau diri. Dalam perjalanan pulang, ia sembuh, ia membangun
ingatan-Nya kepada Yesus, bahwa kesembuhan yang ia alami terjadi bukan perkara
kebetulan. Ada Yesus yang yang menolong. Itu sebab ia kembali berjumpa dengan
Yesus untuk bersyukur dan memuliakan Yesus. Ia tidak lupa diri dan lupa Yesus. Ia
sadar betapa hidup ini sia-sia tanpa Yesus. Itu yang membuatnya tersungkur sujud dan
menyembah Yesus sebagai rasa syukur belas-kasih Yesus yang telah menolong dirinya.

Ada hal penting yang kita ambil sebagai pelajaran dari teks ini:

Pertama, Tuhan sanggup menolong dan memulihkan hidup kita.

Persoalan apapun yang melanda, di dalam Yesus selalu ada pertolongan. Karena
itu, bawa setiap persoalanmu kepada Tuhan. Berseru kepada-Nya dalam doa. Alamat
yang tepat dan benar untuk kita datang di kala berbagai tantangan dan derita hidup
yang melanda adalah Yesus. Setiap orang, yang dalam Iman, berseru memohon belas-

3
kasihan Yesus, pasti ditolong oleh Yesus. Di dalam Yesus tidak ada perkara yang
mustahil.

Kedua, Jadilah keluarga Kristen yang selalu bersyukur dan memuliakan


Tuhan dalam hidup.

Ingat Tuhan saat susah-ingat Tuhan saat senang jadi pintu masuk untuk
bersyukur dan memuliakan Tuhan. Keluarga Kristen harus jadi wadah syukur dan hidup
memuliakan Tuhan. Bersyukur dan memuliakan Tuhan dalam hidup adalah ciri
kehidupan rumah tangga Kristen dan wujud respon Iman atas kasih dan pertolongan
Tuhan dalam hidup.

Kita bersyukur pada Tuhan bukan saja karena kita sembuh dari sakit. Dalam
segala hal baik sehat maupun sakit, kita harus tetap bersyukur sebab kasih setia Tuhan
tidak pernah meninggalkan kita. Ya… setiap apapun yang terjadi dan kita alami sebagai
orang keluarga Kristen biarlah kita menyatakan syukur dan memuliakan Tuhan dalam
hidup. Paulus berkata:”Mengucap syukurlah dalam segala hal sebab itulh yang
dikehendaki Allah dalam Kristus Yesus bagi kamu (I Tesalonika 5:18).

SOLI DEO GLORIA.

Anda mungkin juga menyukai