Anda di halaman 1dari 34

Khotbah: 

Mengucap syukur

Pdt Ir Sutadi Rusli

RINGKASAN KHOTBAH
Kebaktian Ibadah Raya
Tanggal Minggu, 8 Juli 2001
Gereja GBI Danau Bogor Raya
Lokasi Graha Amal Kasih
Kota Bogor
Lukas 17 : 11-19, Pada suatu waktu Tuhan tiba disuatu desa Samaria dan
Galilea, Dia melihat di kejauhan ada 10 orang kusta. Orang kusta pada saat itu
harus berdiri jauh antara orang sehat, karena penyakit kusta adalah suatu
penyakit yang belum ada obatnya pada saat itu. Mereka berdiri jauh minimal
sekitar 300 kaki atau hampir 100 meter. Pada waktu mereka melihat Yesus
mereka berteriak, Yesus menoleh kepada mereka dan berkata "Pergilah
perlihatkan dirimu kepada Imam-Imam. Sementara mereka berjalan apa yang
terjadi? Kesepuluh orang kusta itu semuanya sembuh, semuanya ditahirkan
oleh Tuhan.

Saat ini saya bukan berbicara mengenai kesembuhan secara jasmani tetapi apa
yang saya ingin bagikan kepada saudara, seperti 1 orang diantara sepuluh orang
yang tahir. Sepuluh orang semua sudah disembuhkan oleh Tuhan tetapi hanya 1
orang yang kembali kepada Tuhan dan lalu dia mengucap syukur, berterima kasih
kepada Tuhan Yesus, dia tersungkur dihadapan Tuhan. Saat itu Yesus bertanya
"Mana lagi yang 9 orang?"

Orang itu mendapatkan porsi yang luar biasa, keselamatan ada didalam satu orang
yang sudah disembuhkan. Sembilan orang lain yang sudah disembuhkan mereka
berjalan lenggang-kangkung ketempat yang lain. Mereka sama sekali lupa akan apa
yang sudah mereka alami, mereka lupa semuanya.

Tuhan berbicara kepada kita semuanya pada hari ini kita semua adalah orang-orang
kusta waktu dulu kita semua adalah orang berdosa. Angka 10 adalah satu angka,
angka yang genap dan angka yang tertinggi. 100%. Roma 3:10 berkata tidak ada
seorangpun yang benar semuanya sudah berbuat kesalahan. Memang saat ini orang
yang percaya didalam Yesus kita semua sudah dibenarkan, dikuduskan, bahkan
diselamatkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Artinya seperti 10 orang kusta tadi
begitu kita semua sudah ditahirkan oleh Yesus, seharusnya kita bersyukur tetapi
yang bersyukur hanya 1 orang, 9 orang yang lain tidak ingat lagi siapa yang telah
menyembuhkan.
Waktu saya mempersiapkan khotbah ini, saya merenungkan Tuhan apa betul begitu
banyak orang Kristen yang diselamatkan apa betul 9 orang ini mewakili 90% dari
orang percaya yang tidak ingat lagi apa yang sudah dilakukan oleh Yesus. Apakah
ini gambaran dari 90% jemaat di Rayon VII atau jemaat di seluruh dunia yang sudah
diselamatkan tetapi tidak mengucap syukur. Satu orang ini mewakili 10% dari jemaat
Rayon VII atau seluruh jemaat yang ada boleh mengucap suykur atas pertolongan
Tuhan.

Mari kita renungkan apakah hari-hari ini kita bersyukur atas segala yang sudah
Tuhan berikan kepada kita. Tapi kembali lagi bertanya ulang apakah kita berada
diantara yang satu orang, atau kita diantara 9 orang dimana mereka tidak mengucap
syukur. Kenapa orang tidak dapat mengucap syukur dan berterima kasih kepada
Tuhan? Kenapa banyak orang lupa akan akan apa yang terjadi dalam
kehidupannya?

Ada seorang Panglima perang dari Cina dia tidak pernah lupa akan kehidupannya
dulu, yaitu seorang petani. Dia merasa dirinya tidak ada apa-apanya. Banyak orang
percaya tidak lakukan hal ini, dia lupa semuanya. Kalau hari-hari ini saya boleh
berkhotbah dengan satu Alkitab. Alkitab ini adalah Alkitab kesayangan saya di mana
beberapa belas tahun yang lampau istri saya memberikan Alkitab ini. Dengan Alkitab
inilah pertama kali di mana saya membaca seluruh isi Alkitab dari perjanjian lama
sampai perjanjian baru. Alkitab ini yang saya gunakan waktu saya bersekolah untuk
menjadi pendeta dan juga ketika pertama kali saya berkhotbah di salah satu daerah
Cipinang Jakarta. Pada saat sekarang saya lihat Alkitab ini dan pada waktu saya
membacanya, saya ingat siapa saya dulu.

Banyak orang Kristen lupa siapa mereka sesungguhnya, mereka tidak ingat lagi
kehidupan waktu dulu, kita semua belum ditahirkan, pada waktu kita lupa dan mulai
tidak bisa mengucap syukur kita anggap Tuhan belum memberkati kita. Kita
mengeluh dan bersungut-sungut, kita ngomel, kita ingat siapa kita dulu kita tidak bisa
ngomel kita bisa mengucap syukur senantiasa.

Di dalam Menara Doa Rayon VII satu bulan yang lalu para pendoa dan saya sendiri
Tuhan memberikan suatu penglihatan didalam alam roh ada satu kepala ular naga
yang sedang mengintip mencari celah untuk menerkam jemaat maupun hamba-
hamba Tuhan.

Dua minggu yang lampau Tuhan membukakan satu firman Tuhan: Bilangan 21:4-6.
Tuhan mengingatkan mengenai ular tedung yang menyerang orang Israel yang tidak
mengucap syukur dan yang bersungut-sungut. Orang Israel bersungut-sungut
kepada Tuhan, mereka komplain padahal sebelum ini Tuhan telah melakukan
muzizat 41 kali tapi mereka masih bersungut-sungut, ngomel. Pada waktu itu Tuhan
perintahkan ular tedung untuk menggigit mereka, sehingga mati. Alkitab mencatat
ada 12.530 muzizat yang Tuhan lakukan didalam kehidupan orang Israel selama 40
tahun mereka di padang gurun. Tapi mereka berkali-kali bersungut-sungut, mereka
terus ngomel.

Ada seorang tidak pernah mengucap syukur, tetapi sekali waktu dia didorong oleh
Tuhan pergi mengunjungi temannya di rumah sakit, di ruangan ICU. Temannya
terbaring di situ dan pada waktu itu Roh Kudus bicara kepadanya "Coba kamu lihat
siapa yang ada di depan kamu". Saat itu juga dia mengucap syukur kepada Tuhan.
Bukan saya yang terbaring di Rumah Sakit, saya mengucap syukur dan berterima
kasih kepada Tuhan.
Seorang pengulas Alkitab yang terkenal dari Amerika, Netti Headry, suatu waktu
dirampok. Dompetnya dikuras habis. Selesai dirampok dia pulang ke rumah, ia
menulis dalam buku hariannya bahwa ia mengucap syukur yang dirampok itu
dompetnya, bukan nyawanya, dan yang kedua ia bersyukur bahwa ia dirampok,
bukan merampok.

Jika kita mau berjalan maju dalam kehidupan kita, kita harus selalu melihat ke atas,
kita melihat kepada Tuhan, tapi kita juga harus bisa melihat kebawah jangan melihat
keatas supaya kita dapat mengucap syukur. Kita katakan "Tuhan terima kasih atas
semua berkat yang ada dalam kehidupan saya". Hati-hati ular naga sedang
mengintip, ia hendak menyerang saudara sampai saudara mati secara rohani karena
saudara bersungut-sungut, mengeluh tidak dapat mengucap syukur, padahal Dia
selalu dan senantiasa melakukan muzizat besar dalam kehidupan kita.

Lukas 7:41-47 memberikan gambaran mengenai dua macam orang. Orang pertama


adalah Simon seorang farisi ahli taurat, sedangkan orang kedua adalah seorang
pendosa bernama Maria Magdalena. Pada kesempatan ini Yesus memberikan
perumpamaan satu orang yang punya hutang 500 dinnar dan orang yang lain 50
dinnar, kedua-duanya dihapuskan hutangnya. Perbedaannya adalah bagaimana
mereka mengucap syukur. Waktu Yesus datang, Simon orang farisi tersebut hanya
tenang-tenang saja. Sedangkan wanita pendosa ini pada waktu Yesus datang,
disekanya kaki Tuhan yang penuh debu dengan air matanya lalu ia cium kaki yang
kotor lalu ia siram dengan minyak narwastu yang wangi dan mahal harganya lalu ia
usap dengan rambutnya.

Coba kita nilai diri kita sendiri? Apakah kita seperti orang farisi itu? Kita merasa kita
boleh ada karena kekuatan kita sendiri? Mazmur 100:4, pada waktu kita mengucap
syukur pintu pertolongan Tuhan dibuka, berkat Tuhan dicurahkan. Pada waktu kita
mengucap syukur Tuhan lebih lagi memberkati kita, baik berkat jasmani maupun
rohani. Oleh sebab itu mari kita mengucap syukur seperti orang kusta dan wanita
pendosa yang mengucap syukur dengan berlimpah-limpah kepada Tuhan. Amin.

Belajar dari sepuluh orang kusta

Sikap yang berterima kasih adalah syarat untuk memperoleh pertolongan dari Tuhan.
Sikap ini membantu kita untuk menjadi rendah hati sehingga kita mampu mengucap
syukur dan menerima orang lain sebagai sebagai saudara yang perlu dikasihi.

Tetapi ada banyak orang yang selalu meminta dan meminta tetapi tidak pernah
berterima kasih. Sikap yang demikian memperlihatkan egoisme.

Marilah kita belajar dari sepuluh orang kusta (Luk 17:11-19)

[11-14a] Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan


Galilea. Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia.
Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" Lalu Ia
memandang mereka dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam."

» Bagi orang Yahudi, orang sakit kusta (kata Ibraninya "sara at" yang berarti "yang
dihukum Allah") adalah orang-orang yang paling malang di dunia.

Mereka adalah kelompok manusia yang paling menderita, paling disingkirkan/dikucilkan


oleh masyarakat, karena mereka dianggap najis dan berdosa.

Jadi, mereka hidup dalam suasana serba susah: hidup dalam proses mati dan mati tetapi
masih hidup. Mereka berteriak karena yakin gurunya mampu membuat mujizat. Yesus
memandang kesepuluh orang kusta itu, sebab mereka tidak berani mendekat.

Bagi Yesus penyakit kusta adalah sama dengan penyakit-penyakit lain yang menghambat
manusia untuk berkomunikasi dengan Tuhan dan berbuat baik terhadap sesama.

Jika seseorang sudah sembuh dari penyakit kusta, ia harus menjalani upacara khusus
pentahiran yang dipimpin oleh seorang imam. Kemudian orang itu diberi suatu
pernyataan resmi sehingga mereka dapat mengikuti upacara keagamaan kembali (Im 13-
14). Bagaimana kita bisa yakin bahwa Tuhan akan membuat mujizat bagi kita? Kita harus
belajar Lectio Devina

[14b-18] Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. Seorang dari
mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh kembali sambil memuliakan Allah dengan
suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya.
Orang itu adalah seorang Samaria.

Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di
manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk
memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?"
» Kesepuluh orang kusta itu sembuh dan tahir di tengah jalan. Mengapa Yesus
menanyakan sembilan orang yang telah sembuh dari penyakit kusta kepada orang
Samaria itu? Kesembilan orang yang telah sembuh itu beragama Yahudi.

Jadi, mereka meneruskan perjalanan mereka sesuai dengan perintah Yesus untuk
memperlihatkan diri pada para imam, dan mereka juga membawa persembahan sesuai
dengan peraturan yang berlaku ( taat hukum Taurat - Im 14).

Mengapa orang Samaria itu setelah sembuh langsung kembali dan tersungkur di depan
kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya? Orang Samaria adalah orang asing
sehingga peraturan-peraturan orang Yahudi tidak berlaku baginya dan tidak perlu
ditaatinya.

Dia memuliakan Allah dan mengimani bahwa "kesembuhan itu berasal dari Tuhan"
(Yesus), Yesus adalah segala-galanya bagi dia.

Bagi Yesus, melakukan hukum cinta kasih lebih mulia dari pada hanya menjalankan
perintah dan taat pada peraturan agama saja.

[19] Lalu Ia berkata kepada orang itu: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah
menyelamatkan engkau."

» Orang Samaria itu kembali kepada Yesus dan percaya bahwa Yesus telah menghapus
segala perbedaan antara orang najis dan orang bersih, sehingga peraturan-peraturan
yang menekan itu tidak berlaku lagi. Dia benar-benar telah diselamatkan secara jasmani
rohani (keadaan badannya yang berubah; seluruh lingkungan hidupnya menjadi baru,
semua orang menjadi saudara).

Sembilan orang kusta yang sedang dalam perjalanan menuju kepada para iman itu
memang sudah sembuh secara jasmani tetapi mereka belum sepenuhnya diselamatkan
(tetap tertekan oleh peraturan-peraturan yang serba tidak adil).
Dalam pengharapan akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke
dalam kemerdekaaan kemuliaan anak-anak Allah (Rm 8:21).

Orang Samaria yang Tahu Mengucap Syukur

Oleh: Pdt. Bob Jokiman

Jikalau kita membaca Kitab-Kitab Injil maka kita akan menemukan bahwa orang Samaria,
yang dihina oleh bangsa Yahudi, mempunyai tempat tersendiri dalam hati dan
pelayanan Tuhan Yesus. Bagi mereka yang senang dengan Penginjilan Pribadi maka
penginjilan yang dilakukan Yesus kepada wanita Samaria di tepi sumur dapat menjadi
model P.I. Pribadi (Yohanes 4). Dalam memberi teladan bagaimana mengasihi sesama
manusia, Tuhan Yesus memberi perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati
(Lukas 10). Demikian pula ketika Ia akan kembali ke surga maka Ia mengingatkan murid-
murid-Nya untuk tidak lupa bersaksi kepada orang Samaria: "Tetapi kamu akan
menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku
di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para
Rasul 1:8)

Dalam rangka Hari Thanksgiving ini, saya mengajak Anda semua untuk belajar dari orang
Samaria yang tahu mengucap syukur seperti yang dikisahkan dalam Injil Lukas 17:11-19:

"Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea.


Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka
tinggal berdiri agak jauh dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" Lalu Ia
memandang mereka dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-
imam." Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. Seorang dari
mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah
dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur
kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. Lalu Yesus berkata: "Bukankah
kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang
itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari
pada orang asing ini?" Lalu Ia berkata kepada orang itu: "Berdirilah dan pergilah,
imanmu telah menyelamatkan engkau."

Kita tidak tahu bilamana mereka menyadari atau mengetahui bahwa mereka telah
sembuh atau tahir. Hal itu bisa terjadi tidak lama setelah mereka meninggalkan Yesus.
Melihat satu dengan yang lain mungkin ada diantara mereka yang berkata: "Hei apa
yang terjadi dengan engkau. Kustamu nampaknya sudah sembuh. Wajahmu sudah
bersih. Lihat tanganmu sudah licin dan lembut." Kemudian setiap mereka memeriksa diri
masing-masing. Betapa mereka kaget, heran dan terpesonanya mereka, semuanya
sembuh, kustanya telah lenyap, kutukan telah terangkat! Suatu peristiwa ajaib yang
harus dirayakan! Lalu mereka cepat-cepat berlari untuk menunjukkan kesembuhan
mereka kepada imam di desa terdekat. Mereka sudah tidak sabar untuk kembali dan
bertemu dengan sanak-keluarga masing-masing, dengan isteri atau anak-anak yang
sudah sekian lama ditinggal karena mereka dikucilkan dari masyarakat menurut hukum
Yahudi (Imamat 13-14). Namun salah seorang diantara mereka, yaitu orang Samaria itu
tidak seperti rekan-rekannya yang lain, ia berhenti, tertekun, dan merenung. Alkitab
mencatat ia kembali kepada Yesus sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu
tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur di depan kaki Yesus dan mengucap
syukur kepada-Nya. Kesepuluh penderita kusta itu sadar dan tahu bahwa mereka sudah
disembuhkan tetapi hanya seorang yang kembali mengucap syukur sambil memuliakan
Allah. Mengapa orang Samaria tersebut tahu mengucap syukur dan tidak seperti
kesembilan orang Yahudi kusta lain yang disembuhkan itu namun tidak tahu mengucap
syukur?

MENGAPA DIRI TIDAK LAYAK MENERIMA KESEMBUHAN

Mungkin sekali ketika ia tahu bahwa kustanya telah sembuh ia bertanya dalam hatinya:
"Ke mana aku harus pergi sekarang?". Bukankah Tuhan menyuruh mereka untuk
memperlihatkan diri mereka kepada imam-imam, sesuai dengan Hukum Taurat "Inilah
yang harus menjadi hukum tentang orang yang sakit kusta pada hari pentahirannya: ia
harus dibawa kepada imam, dan imam harus pergi ke luar perkemahan; kalau menurut
pemeriksaan imam penyakit kusta itu telah sembuh dari padanya" (Imamat 14:2-3).
Orang Samaria itu bisa berkata dalam hatinya: "Tetapi aku, siapakah aku ini, aku bukan
orang Yahudi, aku bukan umat pilihan Allah. Aku tidak layak mendapat kesembuhan ini.
Karenanya aku tidak layak menghadap para imam Yahudi." Orang Samaria itu sadar
bahwa dirinya adalah dari etnis yang rendah. Orang Samaria dihina oleh orang Yahudi
karena ras mereka campuran dan tidak murni lagi, juga adalah orang melalaikan Hukum
Musa. Mereka adalah pelanggar Hukum dan Peraturan Yahudi karena orang Samaria
membangun tempat ibadah sendiri untuk menyaingi Bait Allah di Yerusalem. Orang
Yahudi menganggap bahwa memakan roti orang Samaria sama dengan makan daging
babi. Bahkan orang Yahudi berdoa supaya orang Samaria tidak masuk ke dalam hidup
kekal.
Nama Samaria diberikan kepada penduduk campuran yang dibawa oleh Raja Asyur atau
Assyria, Esarhaddon (2Raja 19:36-38)(677 BC) dari Babilonia dan tempat-tempat lain
serta ditempatkan di kota-kota Samaria (Israel Utara) menggantikan penduduk asli yang
telah dipindahkan ke pembuangan (2Raja 17:24; Ezra 4:2,9,10) oleh Raja Sargon (721
BC). Orang-orang asing ini membaur dengan orang Yahudi yang masih tertinggal dan
dengan perlahan namun pasti meninggalkan penyembahan berhala lama mereka dan
mengadaptasi sebagian agama Yahudi. Setelah kembali dari pembuangan, orang Yahudi
di Yerusalem tidak mengizinkan mereka untuk mengambil bahagian dalam
pembangunan kembali Bait Allah yang mengakibatkan permusuhan terbuka antara
keduanya. Orang Samaria lalu membangun Bait Allah saingan di gunung Gerizim, yang
kelak dimusnahkan oleh Raja Yahudi pada tahun 130 BC. Kemudian mereka membangun
lagi yang lain di Sikhar. Permusuhan yang pahit antara orang Yahudi dan Samaria
berkelanjutan hingga di masa Tuhan Yesus "Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan
orang Samaria" (Yohanes 4:9) Tuhan Yesus sendiri pernah diejek sebagai orang Samaria
(Yohanes 8:48).

Dengan latar belakang itulah orang Samaria tersebut menganggap dirinya tidak layak
menerima penyembuhan tersebut seperti Rasul Paulus yang menyatakan bahwa ia tidak
layak menerima pengampunan Tuhan: "Perkataan ini benar dan patut diterima
sepenuhnya: 'Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa, dan
di antara mereka akulah yang paling berdosa.'" (1Timotius 1:15). Hingga tidak heran jika
orang Samaria "lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya".
Dengan tersungkur bukan saja menyatakan kerendahan hati orang Samaria itu untuk
mengakui ketidak- layakannya menerima kesembuhan itu, tetapi juga sekaligus
mengakui bahwa Yesus adalah Allah, karena hanya Allah yang patut disembah sambil
tersungkur. Itulah sebabnya Tuhan berkata: "Imanmu telah menyelamatkan engkau."
(Lukas 17:19). Iman orang Samaria itu telah memberinya kesembuhan fisik sekaligus
keselamatan bagi jiwa dan rohnya. Di bulan Thanksgiving ini adakah kita juga mengucap
syukur sambil tersungkur kepada Tuhan yang telah menyembuhkan dan menyelamatkan
kita dari penyakit dosa?

DOA PERMOHONANNYA DIKABULKAN TUHAN

Sangat menarik sekali jika kita perhatikan bahwa ketika mereka tahu Yesus sedang lewat
mereka berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" Dan sekarang setelah orang Samaria
disembuhkan ia juga memuliakan Allah dengan suara nyaring. Sekalipun orang Yahudi
dan orang Samaria bermusuhan, namun dalam keterkucilan karena kusta mereka bisa
bersatu. Hal ini menunjukkan bahwa penderitaan menyebabkan manusia yang
bermusuhan bisa bersatu. Penyakit kusta adalah simbol daripada dosa dan dibawah
dosa kita semua menjadi satu "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah
kehilangan kemuliaan Allah," (Roma 3:23). Tuhan yang maha kuasa dan pengasih, bukan
saja mendengarkan doa mereka tetapi juga mengabulkan permohonan mereka.
Semuanya disembuhkan tanpa kecuali. Tapi sayang hanya seorang, yaitu orang Samaria
yang kembali dan mengucap syukur. Di bulan Thanksgiving ini dapatkah ucapan syukur
kita senyaring doa permohonan kita kepada Tuhan?

Leluhur bangsa Amerika mengadakan Thanksgiving pertama pada tahun 1621 setelah
mereka menuai hasil panen yang pertama. Jadi mereka menghitung berkat Tuhan
selama setahun yang sedang berjalan, lalu memanjatkan doa ucapan syukur. Dalam
tahun ini ada berapa banyak doa permohonan kita yang didengar dan telah dikabulkan
Tuhan? Marilah kita memghitung berkat-Nya seperti syair yang ditulis oleh Johnson
Oatman Jr.: "Berkat Tuhan, mari hitunglah, kau 'kan kagum oleh kasih-Nya. Berkat Tuhan
mari hitunglah, kau niscaya kagum oleh kasih-Nya" (Nyanyian Kidung Jemaat No. 439)

Kita terlalu sering dirasuk dengan banyak doa permohonan yang tak habis-habisnya
sehingga kita tidak punya waktu untuk menghitung berkat-Nya sepanjang tahun ini.
Marilah di bulan Thanksgiving ini kita mau berhenti sejenak, menghitung doa-doa
permohonan kita yang sudah dikabulkan Tuhan setahun ini:

Doa permohonan untuk kesehatan dan pekerjaan keluarga kita, anak- isteri dan suami.

Doa permohonan untuk kelancaran dan kebutuhan kuliah/sekolah.

Doa permohonan untuk keamanan dan perlindungan bagi keluarga.

Doa permohonan untuk persekutuan, pelayanan, pertumbuhan dan kecukupan gereja.

Doa permohonan untuk kehidupan dan kesembuhan anggota keluarga serta saudara/i
seiman yang sakit.

Doa permohonan untuk keselamatan dan perlindungan dalam perjalanan baik di darat,
di laut, maupun di udara.
Serta banyak lagi doa permohonan yang dapat Anda tambahkan sendiri.

Sudahkah kita mengucap syukur untuk semuanya itu seperti yang dilakukan oleh orang
Samaria tersebut?

Sangat jelas dalam peristiwa itu Tuhan menghendaki agar kita dapat menjadi anak-anak-
Nya yang tahu mengucap syukur sebagai orang percaya serta yang telah diselamatkan
dan diberkati-Nya. Jelas juga Tuhan kecewa dengan kesembilan orang kusta Yahudi itu
yang tidak kembali untuk bersyukur pada-Nya. Itulah sebabnya Ia bertanya: "Di manakah
yang sembilan orang itu?" Kita yang telah menerima kasih, karunia, keselamatan, dan
semua berkat rohani dari Allah tidak boleh lupa untuk mengucap syukur kepada-Nya.
Apa yang telah dilakukan-Nya bagi kita dan keluarga serta gereja, khususnya di tahun ini
seharusnya mendorong kita untuk datang kepada-Nya dengan hati yang penuh syukur.
Kiranya Tuhan menolong kita meneladani orang Samaria yang tahu mengucap syukur
itu.

Sumber: Newsletter GKI Monrovia, Edisi November 2002

==> http://www.gki.org/article/

“Panas setahun dibalas hujan sehari”, itulah peribahasa yang menunjukkan salah satu
sifat manusia yang mudah melupakan kebaikan yang dia terima. Setiap hari Tuhan
memberikan banyak berkat dalam kehidupan manusia, yang tidak terhitung, misalnya
perlindungan, kesehatan, damai sejahtera, kecukupan dan udara untuk bernafas. Atas
semua berkat tersebut, manusia kadang lupa untuk mengucap syukur kepada Tuhan.
Namun demikian, ketika ada keadaan yang dirasakan tidak baik, misalnya sakit,
kehilangan orang yang dicintai atau kegagalan, manusia mudah sekali untuk meragukan
kasih Tuhan, bahkan protes kepada Tuhan. Apa yang Tuhan ceritakan dalam Lukas
17:11-19 menjadi gambaran akan sikap manusia pada umumnya. Dikisahkan ada 10
orang kusta. Orang yang sakit kusta merupakan orang yang sangat menderita. Secara
fisik, mereka merasakan sakit, bahkan bisa kehilangan sebagian anggota tubuhnya.
Penderitaan tersebut semakin diperparah oleh penolakan masyarakat terhadap mereka,
karena takut akan tertular. Orang kusta akan diasingkan dari kehidupan masyarakat.
Belum lagi adanya anggapan akan keadaan najis yang ada pada seorang kusta. Oleh
karena itu, dalam pengasingan mereka biasanya bersatu dalam penderitaan dan datang
ke pinggir kampung jika hendak mencari belas kasihan dalam mencukupi kebutuhan
hidupnya. Agar tidak ada kontak antara orang kusta tersebut dengan masyarakat, maka
orang kusta itu akan berdiri jauh dan berteriak. Itulah yang mereka lakukan ketika
meminta belas kasih Tuhan Yesus. Permintaan mereka dijawab Tuhan dengan berkata:
“Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam.” Perkataan tersebut bisa mereka
mengerti karena memang seorang yang sembuh dari sakit kusta, bisa kembali ke
masyarakat setelah dinyatakan tahir dan menjalani ritual pentahiran oleh seorang imam.
Mereka melakukan apa yang Tuhan firmankan, sekalipun mereka belum melihat
kesembuhan. Dalam perjalanan mereka kepada imam itulah, mereka semua menjadi
tahir.

Cerita menjadi semakin menarik ketika ternyata dari sepuluh orang kusta yang menjadi
tahir, hanya satu orang yang memuliakan Allah dan kembali kepada Yesus untuk
mengucap syukur. Hebatnya lagi, orang itu adalah Orang Samaria, orang dari bangsa
yang dikatakan kafir atau najis oleh orang Yahudi. Ternyata kemampuan seseorang
mengucap syukur tidak berasal dari status seseorang, tapi dari hati yang bisa merasakan
berkat Tuhan di dalam kehidupannya.

Dalam II Raja-Raja 5:1-3,7-15, juga diceritakan tentang Naaman, panglima raja Aram
yang disembuhkan dari penyakit kusta. Dia juga belajar bahwa kuasa Tuhanlah yang
telah menyembuhkan dia. Bukan Elisa, abdi Allah, atau air sungai Yordan. Semua itu
hanyalah sarana yang dipakai oleh Tuhan bagi kesembuhannya. Seperti dinyatakan oleh
pemazmur dalam Mazmur 111 bahwa dia akan selalu bersyukur kepada Tuhan dengan
segenap hati karena Tuhan adalah Tuhan yang Maha Kuasa, setia dan adil. Pada-Nya ada
perlindungan dan pertolongan.

Bagaimana dengan kehidupan kita sebagai anak-anak Tuhan? Apakah kita juga mampu
mengucap syukur senantiasa di dalam kehidupan kita? Sepuluh orang kusta, sama-sama
mendapat kesembuhan. Tetapi hanya satu yang kembali dan mengucap syukur. Apakah
kita juga bisa merasakan berkat-berkat Tuhan untuk kembali kepada-Nya dengan
ungkapan syukur? Bagaimana syukur itu kita nyatakan dalam kehidupan?

Ketersediaan tempat tidur

SMS

BACAAN Kitab Suci Minggu ke-28 ini menyampaikan dua cerita tentang penyembuhan
orang kusta, yaitu penyembuhan Naaman (2Raj 5:14-17) dan penyembuhan 10 orang
kusta oleh Yesus (Luk 17:11-19). Kedua mukjizat penyembuhan itu menyampaikan
sejumlah pesan, baik penyembuhan secara fisik maupun rohani menghadapi aneka
tantangan, penderitaan dalam hidup sehari-hari.
Kisah penyembuhan itu menyatakan kepada kita bahwa karya keselamatan Allah
bersifat universal dan diperuntukkan bagi semua orang, lebih-lebih mereka yang
menderita. Allah berbelas kasih kepada manusia tanpa memperhatikan asal-usul,
kedudukan, prestasi, jenis kelamin, tapi karena sikap hati dan iman mereka. Iman
dipahami sebagai hubungan pribadi seseorang dengan Tuhan-nya. Manusia
mengandalkan kekuatan Allah dan meletakkan seluruh pengharapan hidupnya pada
penyelenggaraan Ilahi. Manusia percaya dan bergantung sepenuh hati kepada Tuhan
serta menjalankan kehendak-Nya.

Bacaan pertama Minggu ini bercerita tentang penyembuhan Naaman, Panglima Besar
Raja Aram, dari sakit kusta. Seorang pelayan perempuan, tawanan dari Israel, yang
menjadi pelayan istri Naaman menyarankan agar ia menemui Nabi di Siria, Nabi Elisa.
Naaman pun pergi ke Samaria, tapi tidak bertemu Nabi Elisa. Ia bertemu seorang
pengantara yang membawa pesan Nabi Elisa agar Naaman membenamkan diri atau
mandi di Sungai Yordan sebanyak tujuh kali.

Awalnya Naaman gusar hati dan menolak saran itu. Karena dinasihati pegawainya, ia
pun pergi membenamkan diri di Sungai Yordan. Hasilnya ia sembuh. Lalu ia dan seluruh
pasukannya kembali kepada abdi Allah itu dan di depan Nabi ia berkata, “Sekarang
aku tahu bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel”. Pengakuan iman ini
sekaligus ungkapan syukur atas kesembuhannya. Peristiwa penyembuhan Naaman ini
diangkat kembali oleh Lukas dalam Injilnya (Luk 4:27).

Dalam Injil diceritakan tentang 10 orang kusta yang datang menemui Yesus. Mereka
berdiri agak jauh sambil berteriak minta belas kasihan, “Yesus, Rabi, kasihanilah
kami”. Yesus “memandang” mereka dan berkata, “Pergilah, perlihatkan
dirimu kepada imam-imam”. Ini perintah yang amat berat dan menantang karena
dalam masyarakat Yahudi, orang kusta dianggap najis, tak boleh bergaul dan
bersentuhan dengan orang lain sampai dinyatakan sembuh oleh imam-imam. Pastilah
para imam akan menolak mereka. Namun karena taat pada perintah Yesus, mereka
pergi juga.

Di tengah jalan, mereka menjadi sembuh total. Kuasa Tuhan telah menyembuhkan
mereka, tak hanya secara fisik tapi juga psikis, dan sosial. Kini mereka dapat kembali
ketengah masyarakat serta bergaul dan beribadat. Seorang di antara mereka bersukacita
dan memuliakan Allah dengan suara nyaring serta kembali kepada Yesus dan tersungkur
di depan kaki-Nya sambil mengucap syukur.
Dialah seorang Samaria. Yesus berkata kepadanya, “Berdirilah dan pergilah, imanmu
telah menyelamatkan engkau”. Naaman dan orang Samaria disembuhkan berkat
iman. Mereka menjadi pintu masuk bagi keselamatan mesianik yang bersifat universal
bagi seluruh umat manusia.

Kita sedang berada di bulan-bulan terakhir Tahun Suci Kerahiman Allah. Yesus adalah
wajah kerahiman Allah yang tampak nyata (Doa Tahun Kerahiman). Yesus berkuasa
memulihkan dan mengutuhkan kembali kehidupan manusia betapapun berat
permasalahannya.

Kita di panggil untuk bersatu erat dengan Kristus agar mampu bertekun dalam
mewartakan kabar sukacita Injil seperti Yesus (Luk 4:18-19). Ini bisa dilakukan dengan
hidup penuh syukur dan pujian kepada Allah yang senantiasa memandang manusia
penuh belas kasihan dan menjamin kehidupan tiap orang. Orang kusta yang tersungkur
di hadapan Yesus hendaknya mewakili kita semua yang menerima penyembuhan, kasih,
dan kebaikan Allah dalam hidup kita. Selayaknya dalam mengalami peristiwa besar di
dalam hidup kita atau bila menjumpai pergulatan, kita kembali kepada Tuhan,
menjumpai-Nya dan bersyukur atas segala kerahiman-Nya.

Kerahiman dan cinta kasih Allah tak pernah berhenti. Demikian pula hendaknya pujian
dan ucapan syukur kita kepada-Nya tak pernah berhenti.

BERSYUKURLAH

Sabtu, 22 April 2017

(Bacaan: Lukas 17: 11-19)

Pernahkah saudara mengenal orang yang begitu "setia" mencari Tuhan karena butuh
pekerjaan, namun setelah dikasih pekerjaan, karena kerjaannya itu justru dia tidak lagi
punya waktu lagi untuk Tuhan. Atau orang yang begitu mencari Tuhan karena butuh
pasangan hidup, tapi setelah dikasih Tuhan sudah tidak lagi punya waktu untuk ibadah.
Teks kita mengisahkan sepuluh orang kusta yang mengharapkan penyembuhan dari
Yesus. Kali ini Yesus dalam perjalanan ke Yerusalem dan Ia menyusur perbatasan
Samaria dan Galilea. Ketika mendengar bahwa Yesus berada di suatu desa, orang-orang
kusta itu datang, berdiri dari jauh dan berteriak: “Yesus, Guru, kasihanilah kami”.
Mengapa mereka berdiri dari jarak jauh? Karena mereka dikucilkan masyarakat. Ketika
mereka mengalami penyakit kusta maka mereka itu dianggap najis. Bagaimana sikap
Yesus? Ia mendengar dan memandang mereka. Mendengar dan memandang itu berarti
mengasihi mereka apa adanya, dan mau menyembuhkan mereka. Setelah itu Ia
menyuruh mereka untuk memperlihatkan diri mereka kepada imam bahwa mereka
sudah sembuh supaya bisa kembali bergabung di dalam komunitas. Namun ironis, dari
kesepuluh orang kusta itu, hanya ada satu orang yang tahu bersyukur dan dia adalah
orang Samaria yang dikenal sebagai orang yang tidak kenal Tuhan. Ia kembali kepada
Yesus dan menyembahNya. Imannya kepada Yesus menyelamatkan dia.

Kadang-kadang kita seperti sembilan orang kusta Yahudi yang setelah merasa sembuh
tidak kembali kepada Tuhan untuk bersyukur. Ada banyak hal yang telah dianugerahkan
Tuhan kepada kita, namun kita jarang merasa bersyukur bahkan cenderung bersungut-
sungut di hadapanNya. Jika ini yang sering terjadi, segeralah bertobat.

Bersyukur Kepada Tuhan (Lukas 17 : 11-19)

Bahan Ajar PAR 31 Juli 2016

Tema : “Bersyukur Kepada Tuhan” (Lukas 17 : 11-19)

Tujuan :

- Anak-anak belajar untuk mengucap syukur kepada Tuhan

- Anak-anak mau berterima kasih kepada semua orang yang melakukan kebaikan
baginya

untuk bahan ajar lengkap aktivitas dan kunci jawaban dalam format pdf klik disini atau
download di Scribd 

Pokok Renungan

Cerita tentang 10 orang kusta ini hanya diceritakan dalam Injil Lukas.
Penyakit kusta merupakan penyakit yang oleh orang Yahudi dipandang sebagai
hukuman atas dosa tertentu, dan diartikan sebagai tanda ketidaksenangan Allah. Karena
itu Tuhan Yesus nampaknya sangat peduli untuk menyembuhkan orang kusta yang Ia
temui dalam perjalanan-Nya, sebagaimana ia datang untuk menyelamatkan orang
berdosa.

Dalam bacaan ini, saat perjalanan menuju Yerusalem, di perbatasan antara Samaria dan
Galilea, Tuhan Yesus menemukan orang-orang kusta yang mungkin berasal dari desa
yang dilaluinya.

Beberapa hal menarik yang bisa direnungkan berkaitan dengan tema tentang bersyukur:

Kesepuluh penderita kusta itu sadar akan diri mereka yang tidak bersih, sehingga
mereka tidak berani mendekat kepada Tuhan Yesus. Hal ini sesuai aturan hukum Taurat
yang mengharuskan penderita kusta menjaga jarak dari orang lain (bnd. Im. 13:46)

Mereka bersama berseru, memohon dengan sangat, kepada Tuhan Yesus untuk
mengasihani mereka, tidak secara spesifik meminta kesembuhan.

Tuhan Yesus menyuruh mereka pergi kepada imam dan tanpa membantah, dengan
percaya mereka pergi walaupun saat itu mereka belum sembuh. Kepercayaan mereka
terjawab ketika kesembuhan itu terjadi dalam perjalanan menuju imam.

Bagian yang sangat menarik dari cerita ini adalah ketika hanya 1 orang, yang adalah
orang Samaria, yang kembali untuk berterima kasih kepada Tuhan Yesus, setelah tahu
dirinya sembuh.

Tuhan Yesus kemudian mempertanyakan kesembilan orang lain yang sudah


disembuhkan itu. Tentu Tuhan Yesus tidak butuh balasan atas apa yang telah
diberikanNya. Namun pertanyaan Tuhan Yesus itu menggambarkan betapa sangat
sedikit orang yang benar-benar bisa megingat Tuhan disaat senang/bahagia.

Mengingat Tuhan disaat susah atau menghadapi masalah kemudian melupakanNya


disaat senang atau terlepas dari masalah itu nampaknya sesuatu yang biasa terjadi
dalam kehidupan kita. Karena itu ada beberapa pokok yang penting yang harusnya
menjadi pelajaran bagi para pengajar dan anak-anak tentang bagaimana kita bisa
mengucap syukur dengan sungguh kepada Tuhan.

Seperti kesepuluh penderita kusta yang tahu dirinya tidak bersih, seharusnya kita juga
sadar bahwa diri kita tidak layak mendapat pertolongan dari Tuhan. Hal ini harus
menjadi kesadaran diri dan bukan topeng untuk mendapat belas kasihan Tuhan.
Memohon belas kasih dari Tuhan haruslah dengan penyerahan sepenuhnya kepada
kehendak-Nya, tanpa menuntut Tuhan melakukan seperti yang kita inginkan
sebagaimana yang dilakukan oleh kesepuluh orang kusta itu, mereka hanya meminta
belas kasih dari Tuhan.

Percaya sepenuhnya pada Tuhan dan melakukan perintahnya sebagai wujud percaya itu
tanpa mempertanyakan maksud Tuhan, sebagaimana kesepuluh orang kusta itu pergi
tanpa bertanya ketika Tuhan Yesus menyuruh mereka menghadap imam.

Didasari dengan kerendahan hati, penyerahan sepenuhnya kepada Tuhan dan


ketertundukan kepada kehendak Tuhan akan membuat kita sadar bahwa sepantasnya
kita mengucap syukur atas semua yang sudah kita terima dalam hidup ini. Hal ini
nampaknya yang dirasakan oleh orang Samaria yang kembali dan mengucap syukur
kepada Tuhan Yesus

Sejak kecil anak-anak sudah harus dibiasakan untuk melihat setiap kebaikan yang
mereka terima itu sebagai sesuatu yang patut disyukuri. Teristimewa untuk kebaikan
Tuhan yang mereka rasakan dalam kehidupan setiap hari.

Cerita Kelas Kecil

Adik-adik ingat apa yang biasa kita lakukan saat memulai sekolah minggu? Hal yang
sama juga kita lakukan saat selesai sekolah minggu? Berdoa.

Apa saja yang kita doakan? Kita berdoa meminta Tuhan memimpin dan menjaga, baik
saat di sekolah minggu maupun saat kita pulang, kita juga berdoa minta pertolongan dan
berkat dari Tuhan, dan yang penting juga adalah kita berdoa untuk bersyukur dan
berterima kasih kepada Tuhan.

Mengapa kita harus bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan?

Hari ini kita mendengar cerita tentang orang yang bersyukur dan berterima kasih kepada
Tuhan.

Pada suatu hari, Tuhan Yesus pergi ke Yerusalem. Dalam perjalanan itu, Tuhan Yesus
melewati sebuah desa. Di desa itu ada sepuluh orang yang sedang menderita sakit yang
sangat parah. Karena sakit itu, badan mereka penuh luka yang tidak dapat disembuhkan
bahkan jari kaki dan tangan mereka ada yang putus, penyakit itu disebut penyakit kusta.
Karena penyakit itu tidak dapat disembuhkan, orang-orang mengusir kesepuluh orang
itu dan melarang mereka untuk mendekati orang lain, bahkan mereka juga dilarang
untuk pulang kerumah mereka. Tentunya mereka sangat sedih.
Ketika sepuluh orang yang sakit kusta itu melihat Tuhan Yesus, mereka tidak berani
mendekat tapi mereka berdiri dari jauh sambil berteriak: "Tuhan Yesus, Guru,
kasihanilah kami!"

Tuhan Yesus melihat mereka dan kasihan kepada mereka, lalu Tuhan Yesus mau
menyembuhkan mereka, karena itu Ia menyuruh mereka pergi kepada imam-imam,
untuk diperiksa apakah mereka sudah sembuh atau belum. Mereka percaya pasti Tuhan
Yesus menyembuhkan mereka sehingga saat itu juga mereka langsung pergi.

Saat dalam perjalanan ke tempat imam-imam itu, mereka melihat bahwa penyakit
mereka telah sembuh, sehingga mereka sangat senang dan ingin cepat-cepat sampai ke
tempat imam-imam itu. Tetapi satu orang diantara sepuluh orang itu, tiba-tiba ingat
bahwa dia telah disembuhkan oleh Tuhan Yesus tetapi dia belum berterima kasih
kepada Tuhan Yesus, sehingga ia tidak mengikuti sembilan orang itu melainkan segera
kembali kepada Tuhan Yesus dan mengucapkan syukur dan terima kasih pada Tuhan
Yesus. Ia sangat berterima karena tanpa pertolongan Tuhan Yesus tentu penyakitnya
tidak akan sembuh dan ia tidak bisa bertemu lagi dengan keluarganya, orang-orang yang
disayanginya. Ia sangat bersyukur karena Tuhan Yesus masih mengasihi dan mau
menolong mereka walaupun karena penyakit kusta itu mereka tidak disukai banyak
orang.

Lalu kemana sembilan orang yang lain? Sepertinya mereka terlalu senang sampai lupa
berterima kasih kepada Tuhan. Walaupun Tuhan Yesus tidak marah kepada mereka
namun, Tuhan Yesus lebih senang kepada satu orang yang kembali dan mengucapkan
syukur dan terima kasih itu.

Demikian juga Tuhan Yesus akan senang kepada anak-anak yang tahu berterima kasih,
baik itu kepada Tuhan maupun kepada orang lain yang telah berbuat baik kepada kita.

Apakah adik-adik pernah mengucapkan terima kasih kepada mama atau papa yang
sudah menjaga dan merawat adik-adik, memberi makan, pakaian, tempat tinggal dan
sebagainya? Kepada kakak atau adik, teman dan siapa saja yang sudah menyayangi adik-
adik?

Apakah adik-adik pernah mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yesus yang sudah
menjaga dan melindungi adik-adik saat tidur, bermain, belajar, bahkan dimana saja adik-
adik berada Tuhan Yesus selalu ada dan melindungi adik-adik.

Cerita Kelas Besar

Sebelum membaca Alkitab, kakak minta kesediaan 5 orang untuk menjawab pertanyaan
kakak. Pertanyaannya sangat mudah: Kapan terakhir adik-adik mengucapkan kata terima
kasih dan kepada siapa kata itu diucapkan.
(Setelah mendengar jawaban dari 5 anak yang bersedia menjawab, minta masing-
masing anak menjelaskan alasan mengucapkan terima kasih itu.)

Baiklah, kita sudah dengar dari kelima teman kita kapan terakhir mereka mengucapkan
terima kasih dan apa alasan mereka mengucapkannya.

Hari ini kakak akan mengajak adik-adik membaca dan mendengarkan cerita tentang 10
orang kusta yang disembuhkan oleh Tuhan Yesus.

Apakah ada diantara adik-adik yang tahu, apa itu penyakit kusta? (kalau ada biarkan
anak menjawab) Ya, pada masa Tuhan Yesus, penyakit kusta adalah sebuah penyakit
yang cukup berbahaya dan sangat sulit disembuhkan, orang yang terkena penyakit ini
biasanya akan mengalami luka-luka bahkan sampai jari-jarinya putus dengan sendiri.
Karena sulit disembuhkan dan gampang menular, orang-orang pada masa itu sangat
takut bertemu dengan orang yang mengidap penyakit kusta, bahkan mereka mengusir
para penderita kusta dan melarang mereka mendekati orang yang sehat, kalau mereka
berani mendekat mereka pasti dilempari.

Pada suatu waktu ketika Tuhan Yesus sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem,
memasuki suatu desa di perbatasan Samaria dan Galilea, Tuhan Yesus bertemu dengan
10 orang kusta. Ketika mereka melihat Tuhan Yesus, mereka tahu bahwa mereka tidak
boleh mendekati-Nya, namun mereka juga pernah mendengar bahwa Tuhan Yesus bisa
melakukan mujizat, dan tentunya bisa menyembuhkan mereka. Karena itu dari jauh
mereka berteriak memohon kepada Tuhan Yesus, mereka berkata, “Guru, kasihanilah
kami!”.

Melihat itu Tuhan Yesus juga kasihan karena Ia tahu mereka pasti menderita karena
sakit tubuh mereka juga karena mereka dikucilkan, sehingga Tuhan Yesus menyuruh
mereka pergi kepada imam-imam untuk diperiksa apakah penyakit mereka sudah
sembuh.

Walaupun kesepuluh orang kusta itu belum merasa sembuh saat itu, namun mereka
percaya pasti mereka akan disembuhkan, sehingga mereka segera pergi menemui imam-
imam.

Saat mereka masih di perjalanan, mereka melihat bahwa tubuh mereka sudah bersih
kembali dan penyakit itu telah hilang, sehingga mereka sangat senang dan ingin cepat-
cepat menunjukkan diri mereka kepada imam-imam. Tetapi ada satu orang yang berasal
dari Samaria, langsung teringat bahwa kesembuhan yang dia peroleh itu pasti karena
kuasa Tuhan Yesus, karena itu ia segera berbalik kembali menemui Tuhan Yesus, dari
jauh ia langsung bersorak memuji Tuhan kemudian ia sujud menyembah kepada Tuhan
Yesus. Ia sangat berterima kasih kepada Tuhan Yesus.

Tuhan Yesus tahu bahwa sepuluh orang itu telah sembuh semuanya, tetapi karena
hanya satu orang yang kembali, sehingga Tuhan Yesus bertanya kemana sembilan orang
yang lain. Tuhan Yesus bertanya mengapa mereka tidak kembali untuk bersyukur dan
berterima kasih. Walaupun Tuhan Yesus tidak marah dan membuat sembilan orang itu
menjadi sakit kembali namun Tuhan Yesus bertanya demikian untuk menunjukkan
bahwa Ia menyukai orang-orang yang tahu bersyukur dan berterima kasih, baik kepada
Tuhan maupun kepada sesama yang telah melakukan kebaikan.

Apakah adik-adik seperti satu orang yang kembali atau seperti sembilan orang yang
tidak kembali?

Jika demikian, apakah adik-adik sudah berterima kasih kepada Tuhan Yesus karena hari
ini adik-adik masih bisa bangun pagi, mengikuti sekolah minggu dan melakukan semua
yang menyenangkan adik-adik?

Apakah hari ini adik-adik sudah mengucapkan terima kasih kepada mama dan papa yang
sudah memberikan adik-adik makan dan minum, pakaian yang bersih untuk dipakai dan
semua yang baik yang disediakan oleh orang tua?

Jika belum, ingatlah mulai saat ini untuk selalu bersyukurt dan mengucapkan terima
kasih kepada Tuhan Yesus juga setiap orang yang telah melakukan hal yang baik bagi
adik-adik.

Presentasi berjudul: "10 Orang Kusta. Pesan Rasa Syukur kita menyukakan Allah."—
Transcript presentasi:

1 10 Orang Kusta

2 Pesan Rasa Syukur kita menyukakan Allah

3 Tujuan Pembelajaran Anak-anak akan belajar : Kita harus mengucap syukur atas
pertolongan Allah Lukas 17:11-19

4 Lead in Apa yang kalian rasakan setelah menerima pemberian yang dibagikan oleh
teman kalian … Bertanya kepada anak yang membagikan, adakah yang berkata terima
kasih setelah menerima..

5 Apa alasan kalian mengucapkan terimakasih ? Hari ini kita akan belajar mengenai
seseorang yang mengucapkan terimakasih kepada Tuhan Yesus setelah ditolong olehNya

6 Saat Tuhan Yesus dalam perjalanan ke kota Yerusalem. Beliau melewati desa kecil

7 Tidak jauh dari desa Yesus bertemu dengan 10 orang yang menderita penyakit kusta.

8 Mereka memanggil Yesus dan berkata Yesus, guru, kasihanilah kami..

9 Mengapa mereka yang menderita penyakit kusta tinggal di luar desa ? Mereka yang
berpenyakit kusta dijauhkan dari keluarganya karena penyakit lepra menular dan orang-
orang takut tertular penyakit itu.. Untuk dapat bertahan hidup mereka berharap akan
kebaikan orang lain yang meninggalkan makanan kepada mereka. Penderita kusta harus
mengingatkan orang untuk tidak mendekati mereka.
10 Yesus mendengar permohonan mereka dan berkata : Pergilah, perlihatkan diri kalian
ke hadapan imam

11 Saat mereka dalam perjalanan menemui para imam, mereka ditahirkan …

12 Alasan Tuhan Yesus menyuruh mereka untuk memperlihatkan diri kepada para imam
adalah karena pada saat itu Para Imam memeriksa siapa yang sehat dan siapa yang sakit.
Mereka yang memutuskan apakah seseorang sudah boleh atau belum boleh kembali ke
desa.

13 Seorang dari antara mereka kembali dan ketika ia melihat Yesus, ia memuji dan
memuliakan Yesus dengan suara yang lantang

14 Dia berlutut di hadapan Tuhan Yesus dan mengucapkan terima kasih. Orang ini
adalah seorang Samaria

15 Tuhan Yesus berkata : Bukankah tadi ada 10 orang yang disembuhkan. Tetapi
dimanakah sembilan penderita kusta yang lain

16 Mengapa tak seorangpun dari antara mereka kembali untuk memuliakan Allah,
kecuali orang asing ini…

17 Tuhan berkata kepada orang asing itu : Bangkitlah pergilah. Kepercayaanmu yang
menyelamatkan engkau.

18 Saat kita memohon pertolongan Tuhan, Kita harus mengikuti perintahNya dan
percaya bahwa Ia akan menolong kita. Saat kita mendapatkan pertolongan, kita harus
berterimakasih. Kita tidak boleh bersikap tidak menghargai setiap pertolongan yang
diberikan kepada kita

20 Real Application Pernahkah seseorang memberikan pertolongan atau melakukan hal-


hal yang baik kepada kalian ! Diskusikan apa yang kalian rasakan ! Tuliskan jawaban
kalian pada lks !

21 1 RL Apa yang kalian ucapkan ketika seseorang melakukan hal-hal yang menyukakan
kalian ? Saat kita menerima pemberian kita harus mengucapkan terima kasih karena itu
membuat yang menolong kita berbahagia. Itu seperti memberikan hadiah kembali
kepada orang yang telah melakukan hal yang baik kepada kalian.

22 2 RL Pernahkan kalian memohon sesuatu kepada Allah Bapa kita ? Apa yang kalian
lakukan setelah Allah Bapa mengabulkan permohonan kalian ? Sangat penting untuk
memperlihatkan rasa syukur kita kepada Bapa Surgawi Tuliskan bagaimana kita
menunjukkan rasa syukur kita kepada Allah …

23 3RL Masih ingat kisah 10 orang kusta tadi…

24 3RL Tuhan Yesus berbahagia karena satu orang yang kembali dan kecewa terhadap 9
orang yang lain Kita juga tidak ingin mengecewakan Bapa Surgawi kita dan harus
bersyukur kapanpun saat kita menerima pertolongan Mereview kembali cara-cara yang
dapat dilakukan untuk menunjukkan rasa syukur dan terimakasih kita kepada Allah Bapa
Apa yang dirasakan Tuhan Yesus ketika hanya satu orang yang kembali menghadapNya
untuk mengucapkan terimakasih ?

CARI MATERI YESUS MENYEMBUHKAN SAKIT KUSTA OLEH ESRA SORU

Yesus Sendiri Menghampiri Orang Kusta, Kenapa Kita Malah Menjauhi Mereka?

Di Indonesia stigma negatif terhadap penderita kusta masih sangat kuat. Masyarakat
bahkan cenderung menjauhi penderita kusta dan mengasingkannya. Penolakan yang
dialami penderita kusta inilah yang membuat mereka menjadi malu, tak percaya diri dan
memandang rendah dirinya sendiri.

Mereka bahkan enggan berobat ke rumah sakit umum karena malu terhadap pandangan
orang lain.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (kemenkes) tahun 2007-2008, diskriminasi


kepada penderita kusta terjadi dalam berbagai bentuk diantaranya ditolak sebagai
pegawai, dikeluarkan dari pekerjaan, tidak boleh sekolah, diejek atau diolok-olok dan
bahkan ditolak naik kendaraan umum.

Sebagai orang Kristen, tanpa sadar kita adalah pelaku diskriminasi terhadap orang kusta.
Bahkan jika diskriminasi tersebut dilakukan hanya secara pandanganpun, kita telah
mendiskriminasi mereka dengan kejam. Apakah kita pantas memperlakukan penderita
kusta sedemikian?

Di dalam Alkitab, dituliskan bagaimana sepanjang pelayanan-Nya, Yesus sendiri


menyembuhkan penderita kusta sebanyak dua kali. Kasus pertama terjadi dimana
seorang pria penderita kusta disembuhkan seperti dikisahkan dalam Matius 8: 2-4;
Markus 1: 40-45 dan Lukas 5: 12-16. Sementara kasus kedua terjadi ketika Yesus
menyembuhkan 10 orang kusta yang ditemuinya di tengah jalan (ditulis dalam Lukas 17:
12-19).

Pandangan Alkitab Soal Kusta

Sepanjang sejarah, beberapa penyakit sama menakutkannya dengan penderitaan


mengerikan yang dikenal dengan kusta.

Di masa Alkitab, penyakit kulit ini sangat umum terjadi sehingga Allah memberi Musa
instruksi untuk menghadapinya (Imamat 13-14). Menurut Alkitab, kusta merujuk pada
beberapa penyakit kulit dan bahkan beberapa jenis jamur.
Jenis kusta yang disembuhkan Yesus mirip dengan penyakit yang sekarang kita sebut
dengan Hansen atau infeksi kulit yang bisa merusak dan menghancurkan tubuh
perlahan-lahan. Meskipun tidak menular seperti demam berdarah, penyakit ini masih
bisa ditularkan melalui sekresi terhadap penderita.

Di masa itu, orang Israel sangat takut terhadap kusta karena sifatnya yang begitu
merusak fisik. Karena itulah penderitanya harus menjalani hukuman isolasi bahkan
dibuang. Hal inilah yang membuat penderita merasa dikucilkan dan terbuang.

Penderita kusta sendiri muncul dalam dua bentuk yaitu lepromatosa atau kusta yang
bersifat sangat berbahaya dan tuberculoid yang terbilang sebagai kusta jinak.

Di jaman Alkitab, masyarakat percaya bahwa penyakit kusta sendiri hanya bisa
disembuhkan oleh Tuhan. Bahkan raja Israel sendiri mengakui bahwa dirinya bukan
Tuhan yang mampu menyembuhkan penyakit kusta dari pegawai raja Aram (2 Raja-raja
5: 7).

Dan melalui nabi Elisa, Tuhan pun memampukannya untuk menyembuhkan penyakit
kusta Naaman. Keyakinan bahwa hanya Tuhan sendiri yang dapat menyembuhkan kusta
adalah kunci kenapa Yesus bisa melakukan mujizat kesembuhan tersebut.

Kisah Sembilan Orang Kusta yang Lupa Bersyukur

Berbahagialah yang Selalu Optimis, Kamu Jauh Lebih Sehat dari Mereka yang Selalu
Pesimis! Yesus sendiri gak menjauh dan merasa jijik dengan penderita kusta. Tapi dalam
dua kasus di atas, Dia malah menghampiri mereka, menyentuh dan memperkatakan
kesembuhkan atas tubuh mereka.

Peristiwa ini harusnya mengajarkan kita 3 hal yang tentang pandangan Yesus terhadap
orang kusta di masa itu.

1. Yesus tidak jijik dengan penyakit atau kondisi seseorang

Di dalam Alkitab, kita bisa membaca bahwa masyarakat di jaman itu benar-benar
mengisolasi penderita kusta dan bahkan mengusir mereka dari kota. Akibatnya, para
penderita kusta ini harus hidup sendirian dan tak punya apa-apa (Imamat 13: 46).

Intinya, mereka dijauhi bukan karena banyaknya harta yang mereka punya. Tapi karena
kondisi kesehatan mereka.
Tapi kehadiran Yesus mengubah pandangan tersebut. Dia melakukan sesuatu yang satu
orangpun yang pernah lakukan dimasa itu.

“Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: "Aku mau,
jadilah engkau tahir." (Matius 8: 3)

Yesus dengan sempurna mewujudkan dan menunjukkan kasih Allah yang sempurna. Dia
sama sekali tidak jijik dengan penderita kusta itu. Sebaliknya, Dia menghampiri dan
menyentuhnya.

2. Tuhan adalah satu-satunya sang tabib yang mampu menyembuhkan

Pertukaran yang terjadi antara Yesus dan penderita kusta sekali lagi menunjukkan
kepada kita soal kebenaran Allah. Bahwa Allah sendiri mau kita disembuhkan dari segala
penyakit yang kita alami.

Yesus tidak ingin melihat satu orangpun menderita penyakit yang paling terkutuk seperti
kusta. Karena itulah Dia datang untuk menawarkan kasih tanpa syarat dan yang mampu
menyembuhkan. Melalui tindakannya, Yesus juga mau mengajarkan kita bahwa Dia
mampu mengubah cara pandang masyarakat yang salah.

3. Yesus mau semua orang sakit meminta pertolongan kepada sumber yang tepat

Tentu saja tak secara kebetulan Yesus bertemu dengan pria penderita kusta itu. Karena
peristiwa itu akhirnya membuktikan kuasa Yesus. Dia mau menunjukkan bahwa hanya di
dalam Dialah semua orang yang sakit bisa mengalami kesembuhan.

Apakah kita mau melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Yesus? Atau kita sama
dengan orang Israel yang ikut-ikutan memandang penderita kusta sebagai kejijikan atau
harus dijauhi. Teladan Yesus cukup untuk mengajarkan kita bahwa orang percaya harus
berlaku sama seperti Yesus.

SULIT BERSYUKUR

- February 26, 2018

Senin, 26 Februari 2018

-----------

Bacaan : Lukas 17:11-19


Nats Alkitab : “Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah
selain orang asing ini?”

(Lukas 17:18)

-----------

Ilustrasi dan renungan:

-----------

Saya sering mendengar orang berkata, “Kita lebih mudah bersyukur ketika sedang
bahagia daripada ketika sedang sengsara.” Pada umumnya memang begitu. Namun,
tidak jarang saya menemukan situasi yang, jujur saja, memalukan: bahkan dalam
keadaan yang seharusnya membahagiakan pun, saya tidak bersyukur. Di meja makan
sudah tersedia hidangan yang sehat, misalnya, namun saya menganggapnya biasa saja,
dan malah iri ketika melihat ada teman di Facebook memasang foto sedang menikmati
sajian lezat di restoran mewah.

Kisah dalam Injil Lukas ini meneguhkan kecenderungan tersebut. Sepuluh orang kusta
mengharapkan kesembuhan, Yesus menyuruh mereka mendatangi imam, dan di tengah
jalan mereka ditahirkan. Namun, hanya satu orang yang, setelah menyadari
kesembuhan itu, berbalik untuk memuliakan Allah dan bersyukur kepada-Nya. Jika
dihitung, hanya 10% orang yang tahu bersyukur. Sisanya—90% alias mayoritas—tidak
tahu bersyukur. Memprihatinkan, bukan?

Hari ini kita belajar satu bagian firman Tuhan yang merujuk kepada satu judul perikop :
“Kesepuluh orang kusta”.

Suatu bagian firman Tuhan yang mengisahkan mengenai 10 (sepuluh) orang sakit kusta
yang disembuhkan oleh Tuhan Yesus, tetapi hanya 1 (satu) orang yang kembali,
berterima kasih dan mengabdikan hidupnya kepada Tuhan.

Bagaimanakah dengan hidup kita?

Apakah kita termasuk 9 (sembilan) orang yang tidak tahu arti berterima kasih, ataukah
kita termasuk 1 (satu) orang yang tahu arti berterimakasih?

Pengajaran firman Tuhan hari ini adalah sebagai berikut:

PENGAJARAN PERTAMA.
Manusia adalah mahluk penerima berkat.

Bacaan di atas menggambarkan adanya sepuluh orang berpenyakit kusta, dan


menjumpai Yesus (ay. 12). Mereka berdiri agak jauh dan berteriak (ay.12 dan 13a),
karena memang adat istiadat mengharuskan mereka memisahkan diri dari orang lain
dan memberikan tanda bahwa mereka sakit kusta. Mereka meminta belas kasihan
Tuhan Yesus. Dan DIA memandang mereka dan berkata : “ Pergilah dan perilihatkan
dirimu kepada imam-iman”. Ketika mereka dalam perjalanan mendatangi imam-imam,
mereka menjadi sembuh (ay. 14).

Gambaran “sakit kusta” adalah gambaran paling menyedihkan berkenaan dengan hidup
manusia, karena “sakit kusta” adalah sakit yang paling membahayakan pada saat itu.
Sakit yang tidak ada obat dan penawarnya, sakit yang dapat menghilangkan dan
mencopot satu persatu bagian tubuh, dan sakit yang pasti akan membawa seseorang
kepada kematian, sehingga “sakit kusta” menjadi sakit yang paling ditakuti, harus
dipisahkan dari orang lain karena dianggap paling menular, bahkan dianggap penyakit
yang paling “buruk” dan paling identik dengan sakit hukuman karena terlalu banyak
dosa.

Bacaan di atas menggambarkan mengenai pribadi orang-orang percaya yang telah


mengalami perjumpaan dengan Tuhan Yesus.

Orang-orang percaya adalah bukan orang-orang yang sempurna, tetapi pada mulanya
dia adalah manusia “berpenyakit kusta”. “Penyakit kusta” adalah “dosa” yang melilit
hidup kita. Dosa membuat kita menjadikan diri sebagai mahluk tidak sempurna, berada
dalam kelemahan, “terpisah dari Allah”, berpotensi kehilangan kesempatan untuk hidup,
dan akhirnya dijemput maut? Dan hanya karena karya firman Allah yang hidup, yaitu
Tuhan Yesus melalui pengorbanan di atas kayu saliblah kita dapat menjadi tahir,
dipulihkan, diselamatkan, dan diangkatnya menjadi anak-anak Allah (baca : Yohanes
1:12).

Karya Tuhan Yesus untuk menjadikan kita tahir, dipulihkan, diselamatkan, dan
diangkatnya menjadi anak-anak Allah, adalah berkat luar biasa besar dalam hidup kita.
Bahkan kasihNYA telah dilakukan “sebelum kita sampai kepada imam-imam”. KasihNYA
telah dilakukan ketika kita masih berdosa. Ingatlah firman Tuhan dalam Roma 5:8 yang
menyatakan:

“Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati
untuk kita, ketika kita masih berdosa”.
Firman Tuhan hari ini menegur kita secara keras, bahwa manusia adalah pribadi satu-
satunya penerima berkat paling istimewa dari Allah, tetapi seringkali kita melupakannya
dan sulit bersyukur di hadapan Allah.

PENGAJARAN KEDUA.

Kembali kepada Yesus dan berterima kasih

Menarik apa yang terjadi dan respon dari satu dari sepuluh orang sakit kusta, seorang
Samaria yang kembali, tersungkur, dan mengucap syukur kepada Yesus (ay.15-16), dan
memuliakan Allah (18).

Firman Tuhan hari ini menolong kita untuk mengerti bahwa kita, orang-orang percaya
harus merespon secara benar, karya dan berkat keselamatan yang telah Tuhan lakukan
dalam hidup kita.

Apa yang harus kita lakukan?

“..kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki
Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya.. (ay.15c-16a).

Kata “kembali kepada Yesus” menunjukkan suatu sikap kita mengubah arah hidup,
sebagai manusia baru. Manusia yang tidak lagi berorientasi kepada dosa, dan keinginan-
keinginan duniawi, tetapi manusia “baru” yang berorientasi kepada Kristus, menjadi
hambaNYA, dan melayani DIA, sebagaimana dituliskan dalam Galatia 2:20 yang
menyatakan : “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan
Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging,
adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan
diri-Nya untuk aku”.

Kata “tersungkur” mengandung pemahaman sebagai ketertundukan, hidup sebagai


anak-anak “penurut” Allah, sebagaimana dituliskan dalam Filipi 5:1 yang menyatakan :
“Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih”.

Kata “mengucap syukur” artinya bahwa kita mempersembahkan hidup kita untuk Allah,
sebagaimana dituliskan dalam Roma 12:1 yang menyatakan: “Karena itu, saudara-
saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu
mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang
berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.”

Menjadi perenungan dalam hidup kita adalah, apakah kita telah merespon secara benar,
karya dan berkat keselamatan yang telah Tuhan lakukan dalam hidup kita dengan
“kembali kepada Yesus”, “tersungkur”, dan “mengucap syukur”?

Janganlah menjadi pribadi arogan yang meninggalkan dan tidak mengingat karya
keselamatan Tuhan Yesus yang begitu luar biasa dan berpengaruh dalam hidup kita.
“Kembali kepada Yesus”, “tersungkur”, dan “mengucap syukur” adalah respon paling
benar yang seharusnya kita lakukan kepada Tuhan.

PENGAJARAN KETIGA.

Berdiri dan pergi untuk mengimplementasikan iman.

Ucapan syukur dan penghargaan kepada berkat luar biasa dalam hidup orang percaya,
yaitu keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus, tidak dapat dilakukan hanya berdiam
diri, pasif dan menunggu terus pelayanan dan kasih Tuhan.

Setiap orang orang yang percaya dan diselamatkan, harus mengambil sikap untuk
mengimplementasikan imannya di dunia ini kepada orang lain.

Tuhan Yesus menyatakan kepada orang Samaria yang kembali kepadaNYA : “Berdirilah
dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau."

Kata “berdirilah” dan “pergilah” menunjukkan kepada kita bahwa ktia harus mengambil
tindakan dan langkah untuk mengimplementasikan iman kita di dalam Kristus.

Apakah yang harus kita implementasikan?

“Tunjukkan buah-buah roh sebagai manusia baru di dalam Kristus melalui karakter kasih,
sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan, penguasaan diri” (Galatia 5:22-23).

“Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan
pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!” (2 Timotius 4:5)
Bersyukurlah melalui iman yang terimplementasi di dalam Tuhan Yesus Kristus.

Biarlah nama Tuhan boleh dimuliakan di dalam hidup kita, kita menjadi berkat dan hidup
kita adalah saluran berkat bagi orang lain agar mereka melihat, menerima dan
mengalami kasih Allah melalui hidup kita.

-----------

Renungan Pribadi:

-----------

Bagiamanakah dengan hidup kita?

Apakah kita telah menjadi pribadi yang mengerti berterimakasih kepada Tuhan, ataukah
kita menjadi pribadi yang tidak tahu berterimakasih kepada Tuhan?

Hidup kita adalah anugerah, berkat dan kasih karunia Allah semata-mata.

Firman-Nya menunjukkan bahwa kehidupan kita berdasarkan kepada iman, atau


kepercayaan kepada kuasa Yesus (ay. 19).

Iman yang kita miliki seharusnya mencelikkan mata rohani sehingga kita dapat
mengenali kebaikan Allah, memuliakan Dia, dan bersyukur kepada-Nya.

Lebih jauh lagi, iman merupakan kunci untuk mengalami keselamatan.

Apakah iman kita telah menjadi “pencelik” kasih Allah sehingga kita bersyukur
kepadaNYA?

Tentu saja, kita ingin menjadi orang yang tahu bersyukur.

Kenyataannya, kita kerap tergelincir untuk memberontak, mengumpat, protes, dan


mengeluh serta menjadi pribadi yang tidak tahu bersyukur.

Jadi, bagaimana?

Marilah kita belajar mempunyai kerendahan hati dan perlu berdoa: “Ya Allah,
hidupkanlah iman saya sehingga, dalam keadaan apa pun, saya dapat mengenali
kebaikan-Mu dan bersyukur kepada-Mu.”

Jadilah pribadi yang tahu berterimakasih kepada Tuhan melalui sikap rendah hati dan
ketertundukan diri.

-----------

ARS/www.renunganharian.net

-----------
Selamat beraktifitas, dan berkarya.

Tetap semangat di dalam Tuhan. Tetap teguh menjalankan firman Tuhan.

Dan teruslah berdoa untuk berkat dan perlindungan dalam hidup kita, sama seperti
Yabes yang telah berdoa demikian, sebagaimana tertulis dalam Kitab 1 Tawarikh pasal 4
ayat 10, yang demikian bunyinya:

Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-
limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan
melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!". Dan
Allah mengabulkan permintaannya itu.

Sukses dalam hidup kita di hari ini. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

-----------

Kata mutiara hari ini:

IMAN MENCELIKKAN MATA KITA UNTUK MENGENALI KEBAIKAN ALLAH DAN


MEMAMPUKAN KITA MENGUCAP SYUKUR KEPADA-NYA.

ORANG KUSTA MEMULIAKAN ALLAH

Renungan Harian 11 November 2015 


ORANG KUSTA MEMULIAKAN ALLAH 

(Lukas 17:11-19) 

Kebijaksanaan 6:1-11 
Mazmur 82:3-4,6-7 

Saudara/i dalam Yesus Kristus, 

Kemiskinan dan ketidak-adilan terlihat di segala pelosok dunia dan sepertinya


tak akan terselesaikan meski sudah banyak relawan dan pihak pemerintah
mencoba mengatasinya. 

hal ini disebabkan sangat sedikit orang tergerak hatinya peduli kepada
sesama memberikan bantuan untuk meringankan beban penderitaan mereka
yang miskin yang sangat rentan terkena penyakit. 

kemiskinan terjadi akibat ketidak-adilan di segala bidang kehidupan. 

yang kaya semakin kaya 

yang miskin makin tak berdaya 

kesenjangan sosial terlihat sangat jelas. 

Mazmur 82:3-4 

berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim, belalah
hak orang sengsara dan orang yang kekurangan! luputkanlah orang yang
lemah dan yang miskin, lepaskanlah mereka dari tangan orang fasik! 

kita sudah tahu situasi kondisi saat ini dan apa yang kita perbuat? 

tergantung masing2 pribadi meresponi; apakah tersentuh hatinya dan berbuat


sesuatu kepada mereka yang hidupnya serba kekurangan ataukah masa
bodoh tidak peduli dan sibuk urusan sendiri? 
bacaan hari ini dari Injil Lukas tentang Yesus menyembuhkan 10 orang kusta
dimana hanya satu orang yang bersyukur dan kembali menemui Yesus. 

Lukas 17:15-16 

seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil
memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus
dan mengucap syukur kepadaNya. orang itu adalah seorang Samaria . 

kembali kita lihat orang Samaria yang merupakan orang yang tidak disukai
oleh orang Yahudi dan mereka disebut orang kafir, justru yang menunjukkan
perilaku santun dan dengan ucapan syukur. 

Ia mengucapkan syukur karena Yesus telah menolong dan


menyembuhkannya sedangkan ke 9 orang kusta laimnya ? 

Lukas 17:17-18 

Yesus berkata: "bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi


tahir? di manakah yang sembilan orang itu? tidak adakah di antara mereka
yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" 

mengucap syukur itu simple namun tidak semua orang mau melakukannya. 

sebab dalam ungkapan syukur tercermin sikap hati yang mau menerima
keadaan dirinya meski tidak seluruhnya sesuai dengan yang diinginkan. 

kita tidak tahu apa alasan ke 9 orang yang telah menerima kesembuhan dari
penyakit kustanya; 
apakah mereka takut kepada para imam yang berwenang untuk menyatakan
kesembuhan penyakit kusta seseorang menurut hukum taurat. 

(Imamat pasal 14) 

Lukas 17:14 

Yesus memandang mereka dan berkata: "pergilah, perlihatkanlah dirimu


kepada imam-imam." dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi
tahir. 

tipe ke 9 orang kusta ini masih banyak dilakukan "sebagian orang beriman",
masih sopan lho jika mengacu pada kenyataan 9 dari 10 orang kusta tidak
tahu terima kasih!! 

mereka hanya datang kepada Yesus jika ada perlunya, misalnya : minta
rejeki, kesembuhan penyakit, minta pemulihan hubungan keluarga, minta
anak, jodoh dan masih banyak permintaan lainnya. 

setelah mendapatkan apa yang inginkan bye bye Jesus,  i'm so sorry Jesus 

sibuk banget nih Yesus, nanti deh setelah urusan ini selesai ... i promise. 

jika kita cermati ayat 14 diatas, 

sakit kusta mereka tahir justru pada saat di tengah perjalanan mereka pergi
ke imam-imam. 

artinya : kesembuhan akan terjadi bila mau melangkah menuruti apa yang
Yesus katakan dan sekarang ini perkataan Yesus ditulis di Injil/Alkitab yang
disebut sebagai Firman Tuhan. 
dengan memperkatakan Firman Tuhan dan mau melakukannya adalah
langkah pertama, selanjutnya bagaimana respon kita setelah menerima
"pentahiran" dulu. 

pentahiran, semacam pengampunan atau pelepasan atau pembebasan dari


penyakit kusta yang dinyatakan imam. 

jika imam katakan sembuh maka ada banyak persyaratan harus dilakukan
oleh si penderita kusta tersebut. 

kemudian barulah terjadi sesungguhnya kesembuhan/pemulihan/mukjijat dan


keselamatan hidup dari Allah. 

peraturan dari manusia, banyak syarat sedangkan dari Tuhan, cukup iman
saja asalkan percaya sungguh2 maka akan terjadi kesembuhan. 

Lukas 17:19 

Yesus berkata kepada orang itu: "berdirilah dan pergilah, imanmu telah
menyelamatkan engkau." 

Pertanyaannya adalah : 

iman seperti apa yang menyembuhkan dan menyelamatkan? 

dari ayat 18 

tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain


dari pada orang asing ini?" 

iman yang memuliakan Allah. 


artinya : 

iman seseorang dinyatakan melalui perbuatan yang memuliakan Allah. 

dengan iman dan perbuatan baik yang Tuhan berkenan maka iman kita telah
berbuah kasih dan menyenangkan Tuhan. 

REFLEKSI DIRI 

apakah imanku telah diwujudkan dalam perbuatan yang memuliakan Allah? 

Salam Kasih, 

Surya Darma 

Anda mungkin juga menyukai