Anda di halaman 1dari 7

Nama : Martini Hia, SE

Prodi : S2-Biblical Study, STTII Medan


Dosen : Dedi Bastanta, Th.M

Karya Eksposisi YOHANES 8 : 30-36


Kebenaran yang memerdekakan
30
Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya.
31
Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu
tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku
32
dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."
33
Jawab mereka: "Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba
siapapun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?"
34
Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang
berbuat dosa, adalah hamba dosa.
35
Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah.
36
Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka."
----------------
Yesus ketika berada di bait suci Yerusalem dalam rumah ibadah orang Yahudi pada
masa perayaan Pondok Daun, mengajar orang banyak (orang-orang Yahudi, orang-orang
Yerusalem, orang-orang Farisi, Nikodemus, Perempuan yang berzinah itu), mengenai
kerajaan Allah, memberi kesaksian tentang diriNya sendiri dan menyatakan bahwa Dialah
Mesias, bahwa Yesus adalah terang dunia dan bahwa Yesus bukanlah dari dunia ini (pasal 7,
pasal 8 : 1-30).
Dalam pasal 8 ayat 30-35 ini, Yesus menyampaikan kepada “orang-orang Yahudi yang
percaya kepadaNya” (ay.31a). Ayat 31a ini, menyatakan pada kita, bahwa pada saat itu
kemungkinan, hanya sebagian kecil saja orang-orang Yahudi yang “mau percaya pada Yesus”
dan sebagian besarnya lagi tidak mau percaya pada Yesus sebagai Mesias, Juruselamat
apalagi sebagai TUHAN (YAHWE). Sehingga pada saat itu, orang-orang Yahudi yang tidak
percaya pada keMesiasan Yesus, berkonspirasi dengan politik pemerintah, berusaha dengan
berbagai cara-cara yang licik untuk sedapat mungkin menjerat Yesus, mencari-cari kesalahan
bahkan berusaha membunuhNya.
Ayat 31a, Yesus menegaskan tentang status “yang benar-benar muridNya” adalah:
jikalau kamu (orang-orang Yahudi yang percaya) tetap di dalam firman-Ku, memiliki arti

M.Hia,SE hal.1
Tugas Karya Eksposisi Prodi S2 Biblical Study STTII Medan, Agustus 2019
bahwa, firman-Ku (firman Tuhan) menjadi syarat utama yang menentukan kualitas seorang
murid. Seberapa memahami, seberapa kokoh, seberapa dalamnya tertanam (radikal,
mengakar) pada firman Tuhan, akan menentukan kualitas seorang murid. ….”Jikalau kamu
tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku (ay.31b).
TETAP DALAM FIRMAN-KU, menjadi isu sentral dalam perikop ini karena memiliki
makna bahwa SELALU, KONSISTEN, MEMELIHARA FIRMAN TUHAN, HIDUP DALAM FIRMAN
TUHAN. Bahwa kamu (orang-orang Yahudi yang percaya), harus selalu menjadikan Firman
Tuhan sebagai KEBUTUHAN UTAMA (nomor-1), menjadikan firman Tuhan sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari hidup sehari-hari, sehingga Pikiran, perasaan, tindakan dan
tujuan hidup adalah berdasarkan firman Tuhan. Firman Tuhan adalah setiap perkataan yang
keluar dari mulut “Allah” yang disampaikan langsung ataupun melalui perantaraan, yang
tertulis dalam kitab-kitab, haruslah dipahami, didalami dan dipercayai untuk dihidupi
dengan baik dan benar. Dalam hal ini Yesus mengharapkan murid-muridNya, agar
memahami konsep bahwa firman Tuhan adalah sumber “power”, memberi kekuatan,
kemampuan pada setiap orang untuk dapat memahami, melakukan, taat dan setia pada
pribadi Tuhan. Tanpa memiliki “power” mustahil orang dapat mengenal apalagi mengikut
Tuhan dengan benar.
Penegasan Yesus ini menjadi sangatlah penting, karena “murid” memiliki arti sebagai:
“setiap orang yang mau belajar taat dan setia melakukan firman”, mau mengikuti
keteladanan Yesus sebagai guru (rabi), mau memberi hati bahkan seluruh hidupnya untuk
melayaniNya, yang akhirnya harapan Yesus bagi muridNya adalah muridNya tersebut dapat
mengajak orang lain datang kepada Tuhan, orang lain mengenal Tuhan, orang lain
menyembah Tuhan dan melayaniNya seumur hidup.
“Benar-benar” dalam kalimat benar-benar murid-Ku memiliki arti sungguh-sungguh,
dengan hati, dengan penuh keseriusan belajar pada Yesus, mengerahkan seluruh daya dan
kemampuan untuk mengikuti Yesus. Jadi sangatlah tegas dan jelas maksud, tujuan Yesus bagi
orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya pada waktu itu, agar mereka harus berbeda
dengan orang yang tidak percaya seperti ahli-ahli Taurat dan orang Farisi, dimana mereka tau
firman Tuhan (taurat) tetapi tidak mau melakukannya.

Ayat 32: ……dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan
memerdekakan kamu”. Setelah Yesus menjelaskan tentang status “yang benar-benar

M.Hia,SE hal.2
Tugas Karya Eksposisi Prodi S2 Biblical Study STTII Medan, Agustus 2019
murid”, Yesus melanjutkan, bahwa “yang benar-benar murid” tersebut akan mengetahui
KEBENARAN, memiliki arti bahwa: Dengan menjadi Murid, pastilah mengetahui kebenaran,
karena murid tersebut telah dan sedang belajar pada sang guru, “kebenaran” yang diketahui
murid adalah kebenaran yang telah diajarkan Yesus sendiri, kebenaran yang tertulis dalam
kitab-kitab suci Yahudi sebelumnya (taurat), yang disampaikan melalui Musa, Hakim-hakim,
Nabi-nabi beserta nubuatannya, setiap perkataan firman Tuhan yang menyatakan karya
kebesaran Tuhan di masa lampau, serta rencana Tuhan dimasa kini dan yang akan datang.
Yesus berkehendak, agar muridNya mengenal dan memahami dengan sungguh akan
siapa pribadiNya (Yesus sendiri yang adalah mesias) seperti yang tertulis dalam kitab-kitab
(seperti Yesaya 9:5; Mikha 5:2; Hosea 11:1; Mazmur 2:7), sebab mengenal pribadi Yesus
adalah mengenal kebenaran itu sendiri, sebab Dia adalah kebenaran yang sesungguhnya, Dia
datangnya (berasal) dari Allah. Perihal inilah yang sulit diterima oleh kalangan ahli-ahli Taurat
dan orang-orang Farisi, mereka memiliki konsep pemikiran bahwa Mesias yang datang
tersebut adalah seorang Raja yang besar, termasyur melebihi Raja Daud, yang sanggup
melepaskan mereka dari tekanan kerajaan Romawi yang sedang berkuasa atas mereka.
Kebutuhan pragmatis mereka, lepas dan bebas dari tekanan penjajahan Kolonial Romawi
itulah yang mereka anggap paling penting, sehingga mereka merindukan kehadiran Mesias
(sang Penyelamat) itu seperti kehadiran seorang Super Dewa, yang dapat memimpin mereka
dalam gerakan politik dan berperang melawan penjajah Romawi yang akhirnya kejayaan
seperti masa Raja Daud dapat kembali mereka nikmati, itulah kebenaran menurut mereka.
Cukup jelas bahwa konsep mereka (ahli-ahli Taurat dan orang Farisi) berbeda dengan konsep
yang dihadirkan oleh Yesus sendiri.
Ayat 32b: ….. dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu”. Yesus menjelaskan
bahwa: Setelah kamu mengetahui kebenaran (Yesus) itu……akan memerdekakan kamu.
Merdeka adalah suatu perkataan penting bagi bangsa yang terjajah, suatu konddisi yang
sangat dinantikan oleh suatu bangsa yang telah lama dijajah, ditindas. Memerdekakan,
merdeka dapat diartikan dengan sederhana sebagai membebaskan, melepaskan, memiliki
hak, berkuasa. Kalimat ini kembali memicu kesalahpahaman antara Yesus dengan mereka
(orang-orang Yahudi yang percaya). Merdeka yang dimaksud Yesus adalah keluar dari
tekanan iblis karena dosa (hukuman), tidak berada dibawah perhambaan (hukum taurat),
bebas dan berkuasa atas hidup yang lebih baik dan lebih benar, dapat menentukan pilihan
dan arah hidupnya sendiri sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah.

M.Hia,SE hal.3
Tugas Karya Eksposisi Prodi S2 Biblical Study STTII Medan, Agustus 2019
Yesus rindu, agar orang-orang Yahudi yang percaya memahami bahwa Yesuslah
(Mesias) yang dapat membebaskan mereka keluar dari tekanan dosa, perhambaan hukum
taurat, dengan jalan memahami dan percaya bahwa Dialah (Yesus) Mesias, sang juruselamat,
penebus bagi mereka dan mengembalikan mereka kepada hidup yang merdeka, Berjaya dan
bertumbuh dalam pengenalan dan iman kepada Allah.
Namun, tetap saja mereka tidak memahami jalan pemikiran Yesus, terlihat dari respons
mereka di ayat selanjutnya (ayat 33).

Ayat 33: Jawab mereka: "Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi
hamba siapapun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?". Memang jelas
secara lahiriah (garis keturunan) mereka (orang-orang Yahudi yang percaya) itu adalah
keturunan Abraham, jadi…..apakah Yesus sedang mempertanyakan atau meragukan mereka
sebagai keturunan Abraham…..?? Tentu tidak, Yesus tidak meragukan garis keturunan
mereka, dan Yesus sendiri juga dilahirkan dari garis keturunan yang sama, dari Yusuf (Ayah
lahiriah Yesus) karena jelas Yesus tau, mereka adalah bangsa Israel dari garis keturunan
Abraham-Ishak-Yakub. Hanya saja mereka tidak memahami sebenarnya perihal apa yang
sedang Yesus sampaikan kepada mereka.
Ayat 33: "…….dan tidak pernah menjadi hamba siapapun. Bagaimana Engkau dapat
berkata: Kamu akan merdeka?"
Bagi mereka (orang-orang Yahudi yang percaya), “menjadi hamba” adalah suatu
kemustahilan, karena mereka secara lahiriah adalah berasal dari keturunan Raja. Mereka
dengan tekun dan berusaha tetap memelihara keagungan dari nama besar Abraham, tanpa
mengerti dan memahami dengan baik apa yang telah tertulis di dalam kitab-kitab mereka,
mengenai janji-janji Firman kepada Abraham. Sehingga kata “hamba” bagi mereka adalah
sesuatu yang sangat buruk, sangat memalukan.
Konsep yang ingin Yesus sampaikan, adalah merdeka dari dosa, lepas dan keluar dari
cengkeraman iblis yang memperhamba manusia, merampas hak-hak hidup manusia, yang
membuat manusia tersiksa dan teraniaya, tetapi dengan jalan percaya (mengaku), mengenal
dan memahami secara lengkap “pribadi Yesus” kebenaran itu sendiri beroleh kebebasan,
sehingga dengan mengenal kebenaran, menjadi pelaku kebenaran itu sendiri. Inilah tujuan
utama Yesus datang ke dunia, menyelesaikan permasalahan dosa manusia dan memperbaiki

M.Hia,SE hal.4
Tugas Karya Eksposisi Prodi S2 Biblical Study STTII Medan, Agustus 2019
hubungan yang telah rusak antara Allah dengan manusia, karena pelanggaran dari
perbuatan Adam dan Hawa ketika di taman eden (Roma 5:12).

Ayat 34: Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap
orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Lebih dalam lagi Yesus menegaskan dan
membuka wawasan dan pemahaman mereka akan perbuatan dosa dengan berkata :
sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dosa adalah segala
perbuatan manusia, pikiran, keinginan yang tidak seturut dengan Firman Allah. Perbuatan
manusia yang melahirkan dosa telah menjadi alat dan cara iblis untuk menghancurkan hidup
manusia, mendakwa, menjerat dan menindas manusia, membuat manusia jauh dari Tuhan
(putus hubungan), yang akhirnya manusia tanpa berdaya menjadi budak iblis.
Dengan demikianlah manusia tanpa daya mengikuti kehendak iblis sebagai tuan
atasnya, yang membuat hilangnya damai sejahtera dan berujung pada maut (neraka). Sebab
upah dosa adalah maut (Roma 6:23).
“Hamba dosa” adalah status yang disematkan pada setiap orang yang berbuat dosa.
Menjadi hamba dosa memiliki arti mengikuti kehendak dosa, perbuatan dosa akan berkuasa
atas pribadi setiap orang yang telah menjadi hamba dosa. Hamba akan selalu tunduk dan
patuh kepada tuannya, hamba tidak bisa berontak apalagi memiliki atau mengikuti keinginan
sendiri. Manusia yang telah menjadi hamba dosa akan menjadi tawanan si Iblis, tawanan
akan diperlakukan sesuka hati si penawan (iblis). Dalam hal berpikir dan bertingkah laku,
manusia tersebut akan selalu melakukan apa yang diinginkan dan diperintahkan tuannya,
yang tentunya keinginan dari si iblis jelas sekali bertentangan dengan keinginan Allah.
Yesus ingin menyadarkan orang-orang Yahudi yang percaya tersebut akan dosa dan
status mereka di hadapan Allah, dan bahwa karya Allah akan dinyatakan bagi dunia melalui
hadirnya pribadi Yesus (sang Mesias) untuk menyelesaikan dosa segenap umat manusia
tersebut sekaligus menghapuskan status perhambaan yang melekat pada mereka.

Ayat 35: …..Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal
dalam rumah.
Status yang dimaksud Yesus dalam ayat 34 (sebagai hamba dosa), menjadikan manusia
berada dalam situasi yang terbuang (jauh) dari hadapan Allah, “hamba tidak tetap tinggal di
dalam rumah”, keadaan seperti ini menjadikan Allah “bersedih” melihat manusia ciptaanNya

M.Hia,SE hal.5
Tugas Karya Eksposisi Prodi S2 Biblical Study STTII Medan, Agustus 2019
“berada di luar rumah”, tidak berada dalam pemeliharaan Allah menjadikan manusia tidak
dapat menikmati “rumah Bapa” yaitu berkat-berkat melimpah, sukacita, persekutuan yang
indah dengan Bapa, yang telah disediakan bagi mereka yang berhak sebagai “anak”.
Yesus ingin menjelaskan kepada orang-orang Yahudi yang percaya itu, bahwa Allah
Yang Maha Kasih, Sang Pencipta datang ke dunia dalam wujud manusia (Yesus) sebagai
Mesias (juruselamat), untuk memulihkan hubungan “hamba” dengan Bapa (Tuhan Allah)
yang telah dirusak oleh dosa, hendak menjadikan “hamba” itu kembali menjadi “anak”
seperti sedia kala, seperti keadaan sebelum jatuh dalam dosa. Allah rindu ciptaanNya
(manusia) kembali ke “dalam rumah” dan tinggal tetap menikmati hubungan dan
persekutuan yang indah, menikmati rumah Bapa yang penuh dengan damai, sejahtera,
sukacita dan berkat berkelimpahan, serta menjadi saksi atas ke-Mahabesaran karya Allah
Bapa di masa lampu dan juga ikut dalam menggenapi rencana agung Allah Bapa bagi dunia
dimasa sekarang dan yang akan datang, dan di masa kekekalan.

Ayat 36: Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar
merdeka." Yesus menyatakan kehadiranNya di tengah-tengah kaum Yahudi adalah “sebagai
Anak Allah” untuk membawa kemerdekaan, menebus mereka dari dosa. Pernyataan Yesus
sebagai “Anak Allah” menjelaskan bahwa Allah bangsa Yahudi itu telah datang (hadir) sesuai
dengan janjiNya yang tertulis dalam kitab-kitab para Nabi (dimulai dari Kejadian 3:15,
Zakharia 2:10; 12:10), datang dalam wujud dan rupa sebagai “manusia” (Yesus) yang
sekaligus memiliki kodrat Allah Bapa (adi kodrati), yang dalam penyataan dan karyaNya,
pribadiNya dikenal dengan sebutan “Anak Allah”, dan HANYA di dalam Dialah (Yesus),
manusia beroleh kemerdekaan sejati.
“….apabila Anak itu memerdekakan kamu”, memiliki arti bahwa kemerdekaan
sesungguhnya hanya dapat diperoleh dari karya “Anak” yaitu dengan karya pengorbananNya
sampai mati di kayu salib sebagai bukti Maha Kasih Allah bagi ciptaanNya.
Inilah yang ingin Yesus jelaskan kepada orang-orang Yahudi yang percaya itu, agar
mereka dapat menerima, memahami dan percaya dengan sungguh-sungguh akan pribadi
Yesus yang hadir di tengah-tengah mereka, membawa kemerdekaan sejati, “kamupun
benar-benar merdeka” (ayat 36b). Seperti tertulis dalam Roma 10: 10, Yesus menegaskan:
Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan
diselamatkan.

M.Hia,SE hal.6
Tugas Karya Eksposisi Prodi S2 Biblical Study STTII Medan, Agustus 2019
Dari konteks dan pembahasan firman Tuhan ini, Yesus menegaskan betapa pentingnya
setiap manusia memahami “kebenaran sejati”, yaitu kebenaran yang nyata dalam Pribadi
Yesus sendiri, yang bertolak dari sungguh-sungguh percaya dalam hati bahwa Yesus adalah
Tuhan dan Juruselamat, yang memimpin manusia kepada iman (memiliki iman) serta
menuntun dan menguatkan manusia untuk menjadi saksi serta pelaku firman Tuhan.
Syalom…..Terima kasih.

M.Hia,SE hal.7
Tugas Karya Eksposisi Prodi S2 Biblical Study STTII Medan, Agustus 2019

Anda mungkin juga menyukai