Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH / RINGKASAN PELAYANAN

KESEHATAN
BUKU HIDUP YANG DISUCIKAN
Oleh Ellen G.White, Washington, D.C

Nama : Ruth Meldawati Purba


Nim : 2152015
Fakultas : Keperawatan D3

Tahun Ajaran 2021/2022


Pengantar

Seiring dengan berkembangnya minat di dalam kebenaran besar yang penting mengenai
dibenarkan oleh iman , pembenaran, dan penyucian, adalah hal yang baik untuk mendengarkan
pekabaran dari jurukabar Tuhan yang telah menulis selama bertahun-tahun.
Pada awal penerbitan Review and Herald tahun 1881,sebelas artikel buah pena Ellen
G.White telah dirangkum menjadi satu seri pelajaran yang diberi judul “penyucian”.Terukir
dari suatu pengalaman dalam tentang masalah-masalah rohani, pikiran dan jiwa yang diterangi
oleh Roh Kudus,secara hati-hati ia menguji setiap unsur penyucian yang benar dan
membandingkan pokok bahasanya dengan teori yang tidak sehat tetapi popular.
Pada dekade yang sama, kesebelas artikel itu dikumpulkan jadi satu lalu diterbitkan dan
berlanjut sampai 1902,telah dirangkaikan bersama-sama oleh staf Ellen G.White Estate dalam
suatu rangkaian kronologi yang tidak terstruktur lalu diterbitkan menjadi brosur yang berjudul
Penyucian Menurut Alkitab,dan pada tahun 1899 muncul di perpustakan mahasiswa sebagai
Nomor Wahid setelah Alkitab.Khotbah dan tulisannya secara konsisten menggarisbesarkan
kebenaran mendasarkan mengenai penebusan yang diwujudkan dalam hukum dan Injil juga
terdapat di Review and Herald untuk gereja dan di Signs of The Times yang disesuaikan bagi
dunia sekarang ini.
Tahun 1937 dengan judul yang tidak asing lagi Hidup Yang Disucikan buku ini diterbitkan
secara menyeluruh dengan ditambah satu pasal dari buku Prophets and Kings sehingga
tersusunlah buku yang sekarang ini.Dalam berbagai edisi bentuk mungil ini telah memperkaya
kehidupan ribuan orang.Selama berabad-abad,dimulai dengan kain,musuh besar itu telah
menantang pemeliharaan Allah dengan menuntun manusia hidup di dunia ini untuk menerima
penawaran darinya,agar menjadi seorang berdosa atas pelanggaran hukum Allah,dengan
usahnya sendiri mendapatkan kelayakan dan penebusan,yang dilakukan melalui penyiksaan
terhadap diri sendiri,mengorbankan anak-anak mereka kepada suatu Allah ciptaan
manusia,pergi mengadakan perjalanan ke tempat yang dianggap suci,memberikan uang kepada
gereja,atau dengan usaha sendiri mencoba hidup baik dan hidup suci.
Apabila orang-orang mengaku bahwa mereka disucikan,sebenarnya mereka menyatakan
bahwa mereka jauh dari kesucian.Mereka gagal melihat kelemahan dan kemiskinan
mereka.Mereka memandang diri sendiri sebagai orang yang memantulkan gambar
Kristus,karena mereka tidak mempunyai pengetahuan yang benar tentang Dia.Makin jauh jarak
mereka dengan Sang Juruselamat,semakin benar mereka dalam pandangan mereka sendiri.
“Banyak orang melakukan kesalahan dalam usaha mendefinisikan perbedaan antara
pembenaran dan penyucian.Banyak orang menambahkan ide-idenya dan spekulasinya sendiri
dalam mendefinisikan dua tema ini”.Dalam format baru tanpa perubahan teks,buku yang
memiliki makna rohani yang dalam dan bertahan lama ini,telah dicetak ulang demi penyebaran
yang luas.Cetakan yang baru dan telah direvisi yang telah dikenal masyarakat luas sebagai
karya Ny.Ellen G.White.Dan referensi hasil karya ini terdapat dalam The Seventh-day
Adventist Bible Commentary.Beberapa pendekatan mengenai penyucian dijelaskan oleh
pembawa pekabaran Tuhan,yang akan menjaga tema penting sehingga Hidup Yang Disucikan
menjadi jelas,seimbang,dan sederhana.Ini adalah merupakan harapan dari penerbit dan
perwalian Ellen G.White Estate,Washington,D.C.Juli 1956.
Bab 1- Beda Teori Yang Benar Dan Yang Salah

Kitab Suci menyatakan bahwa penyucian harus mencakup seluruh kehidupan roh,jiwa,dan
tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus kita (2
Tesalonika 5:23).
Penyucian hanya diperoleh dari penurutan akan kehendak Allah. Dalam dunia agama ada
suatu teori penyucian yang tidak benar dan pengaruhnya membahayakan dalam kehidupan
manusia. Banyak Orang yang menginjak-injak hukum Yehova malah mengaku memiliki hati
yang suci dan mempunyai kehidupan yang disucikan. Dan mereka tidak mempunyai kesucian
sejati. Penyucian mereka dengan ibadah hanya sekedar menunjukkan mereka rajin beribadah
dan basa-basi saja. Mereka yang sungguh-sungguh mencari kesempurnaan tabiat Kristen tak
akan pernah menyangkal kebenaran Firman Allah ataupun mereka tidak beranggapan bahwa
mereka memiliki dosa. Mungkin hidup mereka tidak bercela, sesuai dengan kebenaran yang
mereka peroleh; tetapi makin mereka mendisiplin pikiran untuk tinggal dalam tabiat Kristus,
dan makin menyerupai peta Keilahian-Nya, maka semakin jelas mereka akan melihat
kesempurnaan-Nya yang tak bercela maka semakin dalam mereka merasakan cacat mereka.
Bagi banyak orang, penyucian adalah kebenaran diri sendiri, yang sebenarnya mereka
menyatakan bahwa mereka jauh dari kesucian. Walaupun begitu orang-orang ini tetap
mengaku bahwa Yesus adalah Penyelamat dan Penyuci diri mereka. Sesungguhnya semua itu
hanya khayalan mereka ! Allah tidak akan menurunkan standar hukumNya untuk
menyesuaikannya dengan standar manusia yang tidak sempurna dan manusia tidak akan bisa
memenuhi hukum-Nya yang suci tanpa pertobatan pada Allah dan iman kepada Tuhan Yesus
Kristus.
Dengan penyesalan dan kepercayaan yang penuh dan kerendahan hati merenungkan Yesus,
yang telah disakiti oleh dosa-dosa kita dan dibebani oleh penderitaan kita, kita dapat belajar
mengikuti langkah-langkah kaki-Nya. Oleh memandang-Nya kita berubah menjadi serupa
dengan Keilahi-an-Nya. Yesus penganti kita, diizikan untuk menanggung akibat dosa dari
pelanggaran hukum Allah. Ia mengenakan Keilahian-Nya dengan kemanusiaan dan demikian
menjadi Anak Manusia, Juruselamat dan Penebus.

Pembenaran Diri Dipersalahkan

“Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata
apa keadaan kita kelak akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita
akan menjadi sama seperti Dia” (1 Yohanes 3:2). Warisan umat Allah dirasakan melalui iman
dalam Firman Allah.
Pengikut-pengikut Kristus tidak diajarkan berdoa untuk maksud-maksud supaya didengar
oleh manusia. “Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan
berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat yang tersembunyi yang akan membalas
kepadamu” (Mat 6:6). Kita sebagai manusia harus menjaga ucapan yang keluar dari bibir kita,
seperti ini menunjukkan bahwa kita menghormati kesalehan serupa itu yaitu Kristus, kita
jangan mau seperti orang-orang Farisi yang tidak menjaga ucapannya.
Penyucian yang benar adalah sesuai dengan kepada kehendak Allah. Pemikiran-pemikiran
dan perasaan-perasaan yang memberontak ditaklukkan dan Yesus membangkitkan hidup baru
yang menguatkan jiwa. Mereka yang sungguh-sungguh disucikan tidak akan beranggapan
bahwa mereka tidak bersalah dan merasa benar. Mereka tidak menjadi fanatik atau
membenarkan diri melainkan kita harus hidup menurut setiap Firman yang keluar dari mulut
Allah. Kita harus mempercayai Firman-Nya dan hidup didalam-Nya yang adalah jalan
kebenaran dan hidup.

Menggantikan Perasaan dengan Pertimbangan

Apakah kita dapat mengerti , bahwa hal yang paling mahal dibayar adalah dosa ? Banyak
orang yang mengaku suci sama sekali tidak menyadari arti penyucian dan pekerjaan kasih
karunia dalam hati. Apabila diuji dan dicobai, mereka didapati seperti orang Farisi yang
membenarkan diri dan tidak mengakui kesalahannya. Mereka mengabaikan kemampuan
berpikir dan menggantikan perasaan dengan pertimbangan, lalu bergantung sepenuhnya pada
perasaan, mengalaskan tuntutan penyucian pada emosi yang telah mereka alami berulang kali.
Dan mereka kedengaran berulangkali mengatakan, “Allah tuntunlah kami! Allah ajarlah kami!
Kami hidup tanpa dosa!” Banyak orang yang berhubungan dengan roh seperti ini menghadapi
suatu kegelapan dan misteri yang tak dapat dipahami. Tetapi semua melenceng tidak sesuai
dengan Kristus, satu-satunya pola yang benar itu.
Penyucian menurut Kitab Suci tidak termasuk emosi yang meluap-luap. Bila merasa senang
atau bahagia, mereka mengaku sudah suci. Perasaan senang atau tidak senang bukanlah suatu
bukti bahwa seorang telah suci atau belum suci. Penyucian yang benar ialah pekerjaan setiap
hari, dan berkelanjutan seumur hidup. Semua orang yang setiap hari bergumul melawan segala
pencobaan, mengatasi kecenderungan-kecenderungan hati yang berdosa, dan mengupayakan
kesucian hati dan hidup, tak perlu mengaku sudah mengalami penyucian yang
menyombongkan diri. Mereka akan merasa haus dan lapar akan kebenaran. Kepada mereka,
dosa akan tampak sebagaimana adanya.
Ada orang yang mengaku mengalami penyucian membuat pengakuan kebenaran seperti
saudara-saudara mereka, sehingga sulit dibedakan. Kesaksian orang-orang yang menuntut
pengalaman mulia seperti itu akan menyebabkan Roh Kristus menjauhi perhimpunan mereka,
dan akan meninggalkan pengaruh yang mencekam bagi para hadirin, sedangkan jika mereka
benar-benar hidup tanpa dosa, kehadiran mereka akan mengundang malaikat-malaikat suci
dalam perhimpunan itu, dan percakapan mereka sudah tentu “seperti buah apel emas di pinggan
perak. (Ams 25:11).

Masa Ujian

Di musim panas, ketika kita menatap jauh pada pepohonan di hutan, semua diselimuti
dengan kehijauan, mungkin kita tidak bisa membedakan mana pohon yang selalu hijau dari
pepohonan yang lain. Tetapi manakala musim dingin tiba, dan salju membungkus mereka
dalam ketebalan es, menggugurkan dedaunan dari pohon-pohon yang lain, pepohonan yang
selalu hijau akan tampak jelas. Demikianlah halnya dengan semua orang yang berjalan dalam
kerendahan hati, tidak berharap kepada diri, tetapi bergantung dengan gentar pada lengan
Kristus. Sementara mereka yang berharap pada diri dan yakin pada kesempurnaan tabiat akan
kehilangan jubah kebenaran palsu mereka. Bila dihadapkan pada badai pencobaan namun
orang-orang benar yang sungguh-sungguh mengasihi dan takut akan Allah, akan mengenakan
jubah kebenaran Kristus baik dalam susah maupun senang.
Diperlukan satu masa ujian untuk dapat menghasilkan emas murni iman dan kasih dalam
tabiat. Bila pencobaan dan kesusahan menimpa jemaat, maka semangat yang tak tergoyahkan
dan kasih sayang yang hangat dan para pengikut Kristus yang benar akan diperkembangkan.
Masa ujian akan tiba kepada semua orang, bila pengharapan banyak orang yang bertahun-
tahun merasa aman, akan terbukti tidak berdasar. Ketika berada pada posisi yang baru, pada
situasi yang berbeda, sebagian orang yang kelihatannya seperti tiang-tiang rumah Allah ini,
ternyata hanyalah besi yang dicat dan disepuh. Tetapi orang yang rendah hati, yang setiap hari
merasakan pentingnya mengabdikan jiwa mereka pada Batu Karang yang kekal, akan berdiri
tak tergoyahkan di tengah-tengah godaan dan cobaan, karena mereka tidak berharap pada diri
mereka sendiri. “Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: Tuhan
mengenal siapa kepunyaanNya” (2 Tim 2:19).

Selalu Menghasilkan Buah

Seorang yang sehat dan mampu melakukan kegiatan hidup dalam melakukan pekerjaan
serta menyertakan Tuhan dalam segala aktivitasnya. Sehat dan kuat merupakan kondisi alami
dari kehidupan seseorang.
Demikianlah halnya dengan orang yang sungguh saleh. Ia tidak sadar akan kebaikan dan
kesalehannya. Prinsip rohani telah menjadi pancaran hidup dan perilakunya, dan baginya
menghasilkan buah roh adalah seperti pohon ara yang berbuah ara atau bunga mawar
menghasilkan kuntum-kuntum mawar. Sifatnya begitu menyatu dengan kasih kepada Allah
dan sesama manusia sehingga ia melakukan pekerjaan Kristus dengan senang hati.
Apabila kasih Kristus tersimpan di dalam hati, bagai bau-bauan yang harum maka ia tidak
akan dapat tersembunyikan. Pengaruhnya yang suci akan dapat dirasakan semua orang yang
bergaul dengan kita. Semua berada dalam lingkungannya akan merasakan dan menikmati bau
harum hidup Kekristenannya, sedang dia sendiri tidak menyadarinya, sebab sudah menjadi
kecenderungan dan kebiasaannya. Allah tersenyum melihat setiap orang yang lemah lembut
dan rendah hati, yaitu mereka yang berupaya mengikut jejak Tuannya sedekat mungkin.
Malaikat-malaikat menyenangi mereka, dan suka mengelilingi langkah mereka. Mungkin
mereka berlalu sebagai orang yang tidak layak untuk diperhatikan oleh orang-orang yang suka
menonjolkan pencapaian dan perbuatan baik mereka, tetapi malaikat-malaikat surga menaungi
mereka dengan kasih, bagaikan tembok api yang mengelilingi mereka.

Mengapa Kristus Ditolak

Keputusan untuk menerima atau menolak Yesus sebagai Juru Selamat adalah keputusan
hidup yang paling utama. Mengapa banyak orang memilih untuk menolak Yesus sebagai Juru
Selamat mereka? Alasan untuk menolak Kristus barangkali sebanyak jumlah orang yang
menolak Dia. Kebanyakan orang menganggap mereka tidak memerlukan Juru Selamat. Orang-
orang ini menganggap dirinya "pada dasarnya baik" dan tidak menyadari bahwa mereka,
seperti semua orang, adalah orang berdosa yang tidak bisa datang kepada Allah dengan usaha
mereka sendiri. Tetapi Yesus berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada
seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yoh 14:6). Mereka yang
menolak Kristus tidak akan dapat berdiri di hadapan Allah. Mereka tidak akan berhasil terlihat
baik di hadapan Allah melalui kemampuannya sendiri. Rasa takut terhadap penolakan sosial
atau penganiayaan menghalangi beberapa orang untuk menerima Kristus sebagai Juru
Selamat.Orang-orang yang tidak percaya di kisah Injil Yohanes 12:42-43 (AYT)
Apapun alasan mengapa seseorang menolak Yesus Kristus, penolakan mereka memiliki
konsekuensi yang kekal. "Di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan
kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan" selain dari nama Yesus (Kis 4:12).
Mereka yang menolak Yesus, karena alasan apapun, akan menghadapi kekekalan dalam
"kegelapan yang paling gelap" di neraka, di mana akan ada "ratap dan kertak gigi" (Mat 25:30).

Kerendahan Hati adalah Buah Roh

“Mereka yang benar-benar berusaha untuk menyempurnakan tabiat Kristen tidak akan
pernah memanjakan diri mereka dengan pikiran bahwa mereka tidak berdosa. Semakin pikiran
mereka merenung-renungkan tabiat Kristus, dan semakin dekat mereka mendekati rupa ilahi-
Nya, maka semakin jelas mereka akan melihat kesempurnaannya yang tak bernoda, dan
semakin dalam mereka akan merasakan besarnya kelemahan dan kekurangan mereka sendiri.
Barangsiapa yang mengaku tidak berdosa berarti sedang memberikan bukti bahwa mereka jauh
dari kesucian. Karena mereka tidak memiliki pengetahuan yang benar tentang Kristus maka
mereka mengira diri mereka sendiri sebagai cerminan gambar-Nya. Semakin jauh jarak antara
mereka dengan Juruselamat mereka, maka semakin benar mereka melihat diri mereka sendiri.”
“Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya
kepada orang-orang yang rendah hati” (Mzm 25:9).
Kerendahan hati dalam sekolah Kristus adalah salah satu tanda dari buah Roh. Itu adalah
anugerah yang ditempa oleh Roh Kudus sebagai pengudus, dan penyanggup pemiliknya
sepanjang waktu untuk mengendalikan sifat yang keras dan sembrono. Bila anugerah
kerendahan hati itu digemari oleh orang yang secara alamiah sifatnya murung dan tidak sabar,
mereka akan sungguh-sungguh mengalahkan sifat mereka yang tidak menyenangkan itu.
Setiap hari mereka akan berhasil mengendalikan diri, sampai sifat yang tidak menyenangkan
dan tidak disukai Yesus itu ditaklukkan. Mereka menyatu dengan Pola Ilahi, sampai mereka
dapat menurut nasihat yang diilhamkan, “Hendaklah cepat mendengar, tetapi lambat berkata-
kata, dan juga lambat untuk marah” (Yak 1:19).
Rasul Petrus mengatakan bahwa hal ini lebih berharga dan bernilai dari pada emas dan
permata atau pakaian yang paling mahal. Tetapi hiasan dari luar hanya memperindah tubuh
yang akan binasa, sedangkan kerendahan hati menghiasi jiwa dan menghubungkan manusia
yang terbatas kepada Allah yang tak terbatas. Dia yang menghiasi alam semesta dengan terang
yang beredar dalam orbit, dengan Roh yang sama berjanji bahwa “Ia memahkotai orang-orang
yang rendah hati dengan keselamatan” (Mzm 149:4). Malaikat-malaikat surga akan mencatat
sebagai perhiasan yang terbaik, yaitu mereka yang mengenakan Tuhan Yesus Kristus dan
berjalan dengan Dia dengan kerendahan hati dan kelembutan pikiran.

Mendapatkan Hak sebagai Anak

Terhadap tindakan yang menggusarkan, anak-anak dinasehati agar menurut kepada orang
tua mereka didalam Tuhan, tetapi orang tua juga diperintahkan agar jangan menyakiti hati
anakmu, supaya jangan tawar hatinya. Yohanes melihat satu kesempatan mulia menjadi orang
Kristen. Dia berkata, “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita,
sehingga kita disebut anak-anak Allah” (1 Yoh 3:1). Tak ada lagi martabat yang lebih tinggi
untuk dicapai dari pada yang termak-tub di sini. Kepada manusia diberi kesempatan menjadi
ahli waris Allah bersama dengan Kristus. Dengan demikian bagi mereka yang telah
ditinggikan, terbukalah kekayaan Kristus yang tak terselidik itu, yang niiainya lebih dari seribu
kali ganda dari pada kekayaan duniawi. Dengan demikian melalui jasa Kristus, manusia yang
terbatas itu diangkat kepada persekutuan dengan Allah dan dengan Anak-Nya yang kekasih.
Bab 2 - Prinsip-Prinsip Pertarakan Daniel

Nabi Daniel memiliki tabiat yang mulia. Ia merupakan contoh cemerlang tentang keadaan
manusia bila bersekutu dengan Allah sumber hikamat itu. Daniel menghadapi pencobaan-
pencobaan terberat yang dapat menimpa orang-orang muda zaman ini, namun ia tetap setia
terhadap ajaran agama yang diterimanya pada masa kanak-kanaknya. Daniel tidak berani
berpaut pada kekuatan moralnya sendiri, baginya doa suatu keharusan , ia menjadikan Allah
kuatNya dan takut akan Allah terus-menerus terbentang dihadapannya dalam segala hidupnya.
Ia berusaha hidup damai dengan semua orang, sementara ia kuat seperti pohon aras yang tinggi
dimana saja prinsip turut serta. Dalam segala sesuatu yang tidak melanggar kesetiaanya kepada
Allah, ia tetap menghormati dan menurut kepada mereka yang berkuasa atas dia.
Ketika bangsa Israel bersama raja, kaum bangsawan dan imam-imam mereka diangkut ke
tempat pengasingan, empat dari antara mereka dipilih untuk melayani di istana Babel. Salah
seorang dari antara mereka ialah Daniel, yang sejak mudanya telah memiliki kesanggupan yang
luar biasa untuk diperkembang pada tahun-tahun mendatang. Orang-orang muda ini adalah
keturunan bangsawan, dan tercatat sebagai “orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela,
yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan
yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam
istana raja” (Dan 1:4). Menyadari talenta luar biasa orang-orang muda tawanan ini, Raja
Nebukadnezar memutuskan untuk menyiapkan mereka bagi kedudukan penting di
kerajaannya. Agar sepenuhnya pantas bagi kehidupan dalam istana, sesuai dengan adat bangsa
Timur, mereka harus diajar bahasa orang Kasdim, dididik dan dilatih selama tiga tahun guna
mendapatkan disiplin fisik dan intelek.

Menghadapi Ujian

Di hadapkan antara makanan pilihan yang disajikan di hadapan raja terdapat daging babi
dan daging lain yang menurut hukum yang diterima Musa adalah haram dan tidak boleh
dimakan orang-orang Ibrani. Di sini Daniel dihadapkan kepada ujian yang berat. Haruskah ia
melanggar ajaran yang diajarkan nenek moyangnya dalam hal makanan dan minuman, tidak
tunduk kepada raja, sehingga besar kemungkinan bukan saja hilang kedudukan tetapi
nyawanya sendiri? Atau haruskah ia meremehkan perintah Tuhan dan mempertahankan
simpati raja, dengan demikian ia memperoleh keuntungan intelek dan prospek duniawi yang
penuh sanjungan itu?
Daniel tidak ragu. Ia bertekad untuk tetap setia, walau apa pun akibatnya. Ia “berketetapan
untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum
raja” (Dan 1:8).

Tidak Picik atau Fanatik

Banyak orang-orang yang mengaku Kristen beranggapan bahwa Daniel terlalu mengada-
ada serta menyebut-nya sebagai orang yang berpandangan sempit dan fanatik. Mereka
memasalahkan makan dan minum adalah sesuatu yang kecil risikonya sehingga mengapa
sampai harus mengambil pendirian seperti itu,yang akan mengorbankan segenap keuntungan
duniawi. Tetapi orang-orang yang berpikir demikian akan mendapati pada hari penghakiman
bahwa mereka telah berpaling dari tuntutan Allah dan membuat opini mereka sendiri sebagai
suatu standar penentu yang benar dan yang salah. Mereka akan mendapati bahwa apa yang
tampaknya tidak penting bagi mereka, ternyata tidak demikian halnya pada pemandangan
Allah. Tuntutan-tuntutan-Nya harus dilakukan dengan suci. Mereka yang mengaku dan
menurut satu dari perintah-perintah-Nya karena senang melakukan demikian, tetapi menolak
perintah-Nya yang lain karena hal itu menuntut pengorbanan, berarti telah merendahkan
standar kebenaran dan dengan demikian telah menuntun orang lain meringankan tuntutan
hukum Allah yang suci. “Demikianlah firman Tuhan” sudah seharusnya menjadi peraturan kita
dalam segala sesuatu.

Suatu Tabiat yang tak Bercela

Daniel menghadapi pencobaan-pencobaan paling berat yang dapat juga dialami orang-orang
muda sekarang ini; namun ia tetap teguh pada ajaran agama yang diperolehnya sejak kecil. Ia
dikelilingi pengaruh yang dapat menumbangkan mereka yang bimbang antara prinsip dan
nafsu; namun firman Allah memperkenalkan dia sebagai seorang yang tabiatnya tak bercela.
Daniel tidak berani mempercayai kesanggupan moralnya. Baginya doa begitu penting. Ia
menjadikan Allah kekuatannya, dan takut akan Allah berlangsung terus dalam setiap transaksi
hidupnya.
Daniel memiliki anugerah kerendahan hati sejati. Ia benar, teguh dan mulia. Ia berusaha
hidup damai dengan orang-orang disekitarnya. Dalam segala sesuatu yang tidak bertentangan
dengan kesetiaannya kepada Allah, ia hormat dan patuh kepada penguasa yang mengaturnya;
namun baginya tuntutan Allah begitu tinggi sehingga tuntutan para penguasa dunia
dianggapnya nomor dua. Ia tidak akan terbuai oleh pertimbangan yang mementingkan diri yang
mengalihkan dia dari tugasnya.

Perkenan Allah lebih Berharga daripada Kehidupan

Pada saat itu Daniel bisa saja membuat penolakan yang masuk akal terhadap kebiasaan
bertaraknya yang ketat; tetapi restu Allah lebih berharga baginya dari pada meraih simpati
orang dunia yang paling berkuasa bahkan lebih berharga dari pada hidup itu sendiri. Karena
perilakunya yang penuh hormat membuat Melzar pegawai yang dipercayakan bagi pemuda
Ibrani ini jadi berkenan kepadanya, Daniel berani memohon agar mereka diperbolehkan untuk
tidak makan dari santapan raja atau minum dari anggur yang biasa diminum raja. Melzar takut
kalau dia meluluskan permohonan ini, karena bisa saja menimbulkan amarah raja, yang berarti
membahayakan hidupnya.
Daniel meminta agar masalah itu diputuskan setelah diberi kesempatan membuktikannya
selama sepuluh hari selama jangka waktu tersebut, para pemuda Ibrani ini diizinkan makan
makanan sederhana, sementara sahabat-sahabat mereka yang lain tetap ikut makan dari
santapan raja. Akhirnya permohonan mereka dikabulkan. Daniel merasa yakin bahwa ia telah
menang dalam masalah itu. Meskipun ia masih seorang muda, ia telah melihat pengaruh yang
berbahaya dari minuman keras dan hidup mewah terhadap tubuh dan kesehatan pikiran.

Allah Mempertahankan Hamba-Nya

Setelah berakhir sepuluh hari, hasil yang diperoleh sangat berbeda dengan yang diharapkan
Melzar. Bukan saja dalam segi penampilan, kegiatan fisik dan ketahanan mental mereka yang
telah bertarak dari kebiasaan itu juga menunjukkan superioritas yang jauh lebih tinggi dari
teman-teman mereka yang memanjakan seleranya. Alhasil dari ujian ini, Daniel dan teman-
temannya diizinkan meneruskan pola makan mereka yang sederhana itu selama masa
pendidikan dan pelatihan mereka dalam kerajaan itu.
Tuhan menyatakan penghargaan-Nya atas keteguhan dan penyangkalan diri pemuda-
pemuda Ibrani ini, dan berkat-Nya dicurahkan kepada mereka. Ia “memberikan pengetahuan
dan kepandaian tentang berbagai-bagai tulisan dan hikmat, sedang Daniel juga mempunyai
pengertian tentang berbagai-bagai penglihatan dan mimpi” (Dan 1:17). Setelah masa
pendidikan tiga tahun itu berakhir, manakala kemampuan dan pengetahuan mereka diuji oleh
sang raja, ternyata “tidak didapati yang setara dengan Daniel, Hananya, Misael dan Azarya;
maka bekerjalah mereka itu pada raja. Dalam tiap-tiap hal yang memerlukan kebijaksanaan
dan pengertian yang dinyatakan raja kepada mereka didapatinya bahwa mereka sepuluh kali
lebih cerdas daripada semua orang berilmu dan semua ahli jampi yang ada di seluruh
kerajaannya” (ayat 19, 20).

Pengendalian Diri Suatu Kondisi Penyucian

Kehidupan Daniel merupakan suatu ilustrasi yang diilhami tentang apa yang membentuk
suatu tabiat yang disucikan. Penurutan yang ketat terhadap tuntutan-tuntutan Allah membawa
keuntungan bagi kesehatan tubuh dan pikiran. Agar dapat mencapai standar moral serta
pencapaian intelek yang tertinggi, penting mencari hikmat dan kekuatan dari Allah serta
mempraktikkan pertarakan dengan saksama dalam segala kebiasaan hidup. Dalam pengalaman
Daniel dan rekan-rekannya kita menyaksikan kemenangan prinsip dari atas godaan untuk
memanjakan selera. Kepada kita ditunjukkan bahwa melalui prinsip-prinsip rohani, orang-
orang muda dapat menang terhadap pemuasan nafsu dan tetap setia terhadap tuntutan-tuntutan
Allah, walaupun hal itu harus dibayar dengan pengorbanan mereka yang besar.
Allah berkata, “Sebab siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati” (1 Sam 2:30).
Sementara Daniel bergantung kepada Allahnya dengan keyakinan yang tak tergoyahkan, kuasa
Roh bernubuat turun kepadanya. Sementara ia diperintah manusia dalam tugas-tugas
kehidupan istana, melalui gambar dan lambang, ia telah diajar Allah untuk membaca segala
rahasia yang terbentang di depan, yaitu perkara-perkara ajaib yang akan terjadi pada hari-hari
terakhir, untuk disampaikan kepada generasi mendatang.

Bab 3 - Mengendalikan Selera Dan Nafsu

Menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa” adalah
ucapan Rasul Petrus (1 Ptr 2:11). Banyak orang menganggap ayat ini hanya sebagai suatu
amaran terhadap sifat tidak bermoral saja, padahal ini mempunyai arti yang lebih luas. Di
dalamnya termasuk larangan setiap pemanjaan selera dan hawa nafsu yang merusak tubuh.
Janganlah seorang pun yang mengaku beribadah, dan menganggap remeh kesehatan tubuhnya
lalu menyatakan bahwa hal itu bukan dosa, dan tidak akan mempengaruhi kerohaniannya.
Anda hubungan yang erat di antara sifat fisik dan moral. Kebiasaan makan dan minum yang
salah membawa bencana kepada pertimbangan dan perbuatan. Pemanjaan selera menguatkan
kecenderungan hewani melebihi pengaruh kekuatan pikiran dan rohani.
Adalah hal yang tidak mungkin bagi siapa pun untuk menikmati berkat penyucian sementara
mereka mementingkan diri dan serakah. Kesanggupan tubuh untuk menolak sesuatu yang
dibuat berlebihan terhadapnya sangat luar biasa, tetapi dengan terus-menerus melanggar dalam
hal makan dan minum akan melemahkan setiap fungsi tubuh. Dalam memanjakan selera dan
nafsu, sering mereka yang mengaku Kristen sekalipun melumpuhkan pedoman alam dalam
pekerjaannya, dan mengurangi kekuatan moral, mental dan fisik. Biarlah mereka yang sudah
lemah ini mempertimbangkan apa yang diperolehnya, sekiranya mereka hidup bertarak dan
menjaga kesehatan gantinya menyalah gunakannya.

Bukan Standar yang tak Mungkin

Paulus menulis, “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya” (1 Tes
5:23), ia tidak mengharapkan saudara-saudaranya mencapai suatu standar yang tidak mungkin
mereka raih; ia tidak mendoakan agar mereka memperoleh berkat-berkat yang bukan kehendak
Allah. Ia tahu bahwa semua orang yang dipersiapkan untuk bertemu Yesus dalam damai
sejahtera harus memiliki tabiat yang murni dan suci. “Tiap-tiap orang yang turut mengambil
bagian dalam pertandingan, menguasai diri dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk
memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang
abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja
memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah
memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak” (1 Kor 9:25-27). “Atau tidak
tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus
yang kamu peroleh dari Allah,—dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah
dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu. (1 Kor
6:19, 20).
Persembahan yang tak Bercacat

Para rasul menulis kepada umat-umat yang percaya, “Karena itu, saudara-saudara, demi
kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai
persembahan yang hidup, dan yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah, adalah ibadahmu
yang sejati” (Rm 12:1). Hanya binatang yang tak bercacatlah yang layak dipergunakan untuk
maksud itu. Tuhan, melalui Nabi Maleakhi, menegur umat-Nya dengan sangat keras karena
tidak mengikuti petunjuk-petunjuk ini.
“Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku
ini bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu? Firman Tuhan semesta alam kepada kamu,
hai para imam yang menghina nama-Ku.
Hal itu bukan semata-mata suatu teori, emosi, atau sekadar ucapan belaka, melainkan
sesuatu yang hidup, prinsip nyata yang terwujud dalam setiap kehidupan sehari-hari. Itu
menuntut agar segenap kebiasaan kita dalam hal makan, minum, berbusana menjadi
perlindungan bagi fisik, mental dan kesehatan moral, agar kita boleh mempersembahkan tubuh
kita kepada Tuhan, bukan sebagai persembahan yang telah dirusak oleh kebiasaan-kebiasaan
yang salah, tetapi sebagai “persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada
Allah.”
Perangsang dan Narkotik

Nasihat Rasul Petrus agar melepaskan dari keinginan daging merupakan amaran yang
paling telak dan kuat terhadap penggunaan segala perangsang dan narkotik seperti teh, kopi,
tembakau, alkohol, dan morfin. Kesenangan akan hal ini dapat digolongkan sebagai keinginan
yang mengerahkan pengaruh merusak terhadap akhlak. Makin dini kebiasaan buruk ini
dibentuk, makin kuat juga rantai perbudakan akan mengikat penderitanya, dan tentu semakin
rendah pula standar kerohanian mereka.
Bagi orang-orang yang organ tubuhnya telah dilumpuhkan oleh pemuasan diri, ajaran Kitab
Suci hanya memberi kesan yang lemah. Ribuan orang akan mengorbankan bukan saja
kesehatan dan kehidupannya, tetapi juga pengharapan akan surga sebelum mereka sanggup
memenangkan peperangan terhadap selera mereka yang menyesatkan itu. Seorang wanita yang
telah bertahun-tahun mengaku hidup suci, memberi pernyataan bahwa jika ia harus
meninggalkan pipa rokoknya karena surga, lebih baik ia mengatakan, “Selamat tinggal surga,
saya tak dapat menghentikan pipa kesayanganku.” Berhala ini telah tersimpan di dalam
jiwanya, sehingga Yesus hanya menempati tempat yang lebih rendah. Namun wanita ini
mengaku diri sebagai milik Tuhan sepenuhnya!

Keinginan yang Berperang Melawan Jiwa

Setiap selera yang dirusak akan menjadi nafsu yang membahayakan tubuh. Segala sesuatu
yang berlawanan dengan hukum alam akan menimbulkan kondisi jiwa yang sakit. Pemanjaan
selera menghasilkan kerusakan pada lambung, merusak limpa, mengaburkan pikiran, merusak
sifat dan jiwa orang itu. Dan kekuatan yang telah dilemahkan ini dipersembahkan kepada
Allah, yang tidak menerima korban persembahan kecuali tanpa cacat! Adalah tugas kita untuk
menyerahkan selera dan kebiasaan-kebiasaan hidup kita sesuai dengan hukum alam. Jika tubuh
yang dipersembahkan ke atas mezbah Kristus, diperiksa dengan cermat seperti korban yang
dipersembahkan bangsa Yahudi, siapakah yang akan diterima?
Jika kita mau disucikan, jiwa, tubuh dan roh, kita harus hidup sesuai dengan hukum Ilahi.
Hati tidak dapat memelihara kesucian kepada Allah sementara selera dan nafsu dimanjakan
dengan mengorbankan kesehatan dan kehidupan. Mereka yang melanggar undang-undang
kesehatan, pasti merasakan akibatnya.
Rasul Paulus berkata, “Marilah kita menyucikan diri kita dari segala kecemaran jasmani
dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah”
(2 Kor 7:1). Untuk mendorong agar kita menikmati kebebasan kesucian yang sejati, dia
berkata, “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam
Kristus Yesus” (Rm 8:1). Ia meminta orang-orang di Galatia, “Hiduplah oleh Roh, maka kamu
tidak akan menuruti keinginan daging” (Gal 5:16). Ia menyebutkan beberapa keinginan daging
“penyembahan berhala, kemabukan, dan sebagainya” (ayat 20, 21). Dan setelah menye- butkan
buah Roh, di antaranya ialah pertarakan atau pengendalian diri, ia menambahkan, “Barangsiapa
menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan
keinginannya” (ayat 24).

Tembakau

Yakobus mengatakan bahwa hikmat yang berasal dari atas “pertama-tama murni” (Yak
3:17). Jika ia melihat saudaranya merokok, bukankah ia akan mencela praktik itu “dari dunia,
dari nafsu manusia dan dari setan-setan” (ayat 15)? Pada zaman terang Kristen ini, betapa
sering bibir yang menyerukan nama Kristus yang indah dicemari oleh air liur yang berbau
tembakau serta napas yang dikotori bau busuk tembakau. Tentu, jiwa yang menyukai kekotoran
seperti itu pasti akan tercemar juga. Sementara saya melihat orang-orang yang mengaku
menikmati berkat penyucian sepenuhnya, sementara dirinya sendiri diperbudak oleh tembakau,
mencemari segala sesuatu di sekelilingnya, saya berpikir, Bagaimana jadinya surga dengan
para pengguna tembakau di dalamnya? Dengan jelas firman Tuhan menyatakan bahwa “Tidak
akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta”
(Why 21:27). Bagaimana mungkin orang yang memanjakan kebiasaan yang rusak itu berharap
masuk ke sana?
Orang-orang yang mengaku beribadah mempersembahkan tubuh mereka di atas mezbah
Setan dan mempersembahkan korban tembakau kepada Iblis yang mereka tinggikan.
Sesungguhnya persembahan itu diberikan kepada berhala-berhala. Karena Allah suci dan
bersih, Dia tak akan menerima sesuatu yang rusak, Ia juga pasti menolak korban yang mahal,
kotor dan tidak suci ini karena itulah kita menyimpulkan bahwa Setanlah yang menuntut
kehormatan itu.
Yesus mati untuk melepaskan manusia dari cengkeraman Setan. Ia datang untuk
membebaskan kita oleh darah pengorban-an-Nya. Orang yang telah menjadi milik Yesus
Kristus, dan seluruh tubuhnya menjadi kediaman Roh Kudus, tidak akan memperbudak dirinya
dengan penggunaan tembakau yang merusak. Kesanggupannya akan menjadi milik Kristus
yang telah membelinya dengan harga darah. Kepunyaannya adalah milik Tuhan. Sebab itu,
bagaimana mungkin mereka tidak bersalah dengan membelanjakan setiap hari uang yang
dipercayakan kepadanya untuk memuaskan selera yang tidak alamiah itu?

Teh dan Kopi

Teh dan kopi, mempunyai pengaruh yang merusak tubuh. Teh mengandung racun. Walau
agak kurang, tetapi pengaruhnya sama terhadap tabiat, seperti minuman keras yang
mengandung alkohol. Kopi lebih cenderung untuk mengaburkan daya pikir dan mengurangi
energi. Kopi tidak sekuat tembakau, tetapi pengaruhnya sama saja. Bila mereka yang
membiasakan diri menggunakan teh, kopi, tembakau, opium atau minuman yang mengandung
alkohol tidak diperbolehkan lagi, mereka merasa tidak mungkin ikut berbakti kepada Tuhan
dengan penuh perhatian dan semangat. Anugerah Ilahi tampaknya tidak berkuasa untuk
menyemarakkan atau menggairahkan doa-doa atau kesaksian mereka. Orang-orang yang
mengaku Kristen ini harus mempertimbangkan sumber kesenangan mereka. Dari mana
datangnya, dari atas atau dari bawah?
Bagi mereka yang menggunakan bahan perangsang ini mematikan sifat peka alami baik
pada tubuh dan pikiran, dan juga terhadap pengaruh Roh Kudus. Tanpa menggunakan yang
sudah biasa itu, dia merasa haus dan lapar baik secara tubuh maupun jiwa, bukan untuk
kebenaran, bukan untuk kesucian, bukan untuk hadirat Allah, tetapi untuk berhala kesenangan
itu. Dalam pemanjaan nafsu yang merusak itu, orang-orang yang mengaku Kristen setiap hari
melemahkan kuasa kemampuan mereka, yang membuatnya tidak mungkin memuliakan Allah.

Bab 4 - Dapur Api Yang Membara

Ketika Daniel dan rekan-rekannya bertugas sebagai pegawai tinggi raja Babel, berbagai
peristiwa terjadi untuk menguji kesetiaan orang-orang muda Ibrani ini dan membuktikan di
hadapan suatu bangsa penyembah berhala kuasa dan kesetiaan Allah bangsa Israel. Sementara
Raja Nebukadnezar membayangkan jauh ke depan dengan kekuatiran yang menakutkan
tentang hari esok, ia mendapat suatu mimpi luar biasa, sehingga ia sangat ketakutan, “hatinya
gelisah dan ia tidak dapat tidur” (Dan 2:1). Tetapi walaupun mimpi pada malam itu
membangkitkan kesan mendalam pada benaknya, ternyata dia tidak bisa mengingat kembali
rincian mimpi itu. Ia meminta para ahli astrologi dan ahli nujum dengan suatu janji kekayaan
besar serta kedudukan terhormat jika mereka dapat menceritakan mimpinya itu beserta
maknanya. Tetapi mereka berkata, “Ceritakanlah kepada hamba-hambamu mimpi itu, maka
kami akan memberitahukan maknanya” (ayat 4).
Raja menyetujui permohonan ini kemudian Daniel mengumpulkan rekan-rekannya, dan
dengan sehati mereka menghadapkan masalah ini kepada Allah, memohon hikmat dan
kebijaksanaan dari Sumber segala terang dan pengetahuan. Meskipun mereka tinggal di istana
raja, dikelilingi pencobaan, mereka tidak melupakan tanggung jawab mereka terhadap Allah.
Mereka teguh dalam angan-angan hati, sehingga dalam pimpinan-Nya mereka telah berada di
tempat mana mereka ada; agar mereka melaksanakan pekerjaan-Nya, memenuhi tuntutan
kebenaran serta tugas. Mereka yakin kepada Allah. Mereka berpaling kepada-Nya untuk
mendapat kekuatan saat menghadapi kebingungan dan bahaya, dan bagi mereka Dia adalah
penolong yang selalu siap sedia.

Rahasia Dinyatakan

Hamba-hamba Allah tidak memohon kepada-Nya dengan sia-sia. Mereka telah memuliakan
Dia, dan pada saat-saat pencobaan Ia menghormati mereka. Rahasia itu dinyatakan kepada
Daniel, kemudian dengan segera ia memohon untuk dapat menghadap raja. Tawanan Yahudi
itu berdiri di hadapan raja dari kerajaan yang paling berkuasa yang pernah ada. Di tengah-
tengah kekayaan dan kemuliaannya, raja menjadi begitu tegang dan takut, tetapi pemuda
tawanan ini berada dalam keadaan damai dan bahagia dalam Allahnya. Kini, jika sekiranya
Daniel mau, inilah saatnya dia dapat meninggikan diri, menonjolkan kebaikan dan hikmatnya
yang lebih unggul. Tetapi usahanya bukan untuk menuntut kehormatan dirinya melainkan
untuk meninggikan Allah sebagai sumber segala hikmat:
“Rahasia, yang ditanyakan Tuanku Raja, tidaklah dapat diberitahukan kepada Raja oleh
orang bijaksana, ahli jampi, orang berilmu atau ahli nujum. Tetapi di surga ada Allah yang
menyingkapkan rahasia-rahasia; Ia telah memberitahukan kepada Tuanku Raja Nebukadnezar
apa yang akan terjadi pada hari-hari yang akan datang” (Dan 2:27, 28). Ketika rincian mimpi
itu dibentangkan raja mendengar dengan penuh perhatian; dan ketika makna mimpi itu
disampaikan dengan benar, dia merasa bahwa dia dapat menerimanya sebagai wahyu Ilahi.
Penjelasan kebenaran agung dalam mimpi yang dilihatnya waktu malam yang sangat
berkesan di hatinya itu menyebabkan dengan rendah hati dan penuh hormat ia sujud dan
menyembah, sambil berkata, “Sesungguhnya, Allahmu itu Allah yang mengatasi segala allah
dan Yang berkuasa atas segala raja, dan Yang menyingkapkan rahasia-rahasia, sebab engkau
telah dapat menyingkapkan rahasia itu” (ayat 47).

Patung Emas

Terang surgawi, yang diizinkan menerangi Raja Nebukadnezar, seketika lamanya telah
mempengaruhi Raja Nebukadnezar dengan perasaan takut akan Allah. Tetapi tahun-tahun
kemakmuran telah menyebabkannya jadi angkuh, lalu melupakan pengenalannya akan Allah
yang hidup itu. Ia kembali kepada penyembahan berhalanya dengan semangat yang lebih besar
dan keras kepala. Dari harta rampasan yang diperolehnya dalam perang, dibuatnyalah sebuah
patung emas untuk mewujudkan apa yang dilihatnya dalam mimpi, mendirikannya di lembah
Dura, lalu memerintahkan seluruh pegawai tinggi dan rakyat untuk menyembahnya, dan jika
tidak, kematian akan menjadi bagian mereka. Patung ini tingginya kurang lebih sembilan puluh
kaki, dan lebarnya sembilan kaki, dan di mata orang-orang penyembah berhala, itu
melambangkan suatu penampilan yang paling agung dan menarik. Lalu dikeluarkanlah suatu
perintah agar seluruh pegawai tinggi dan para undangan diminta hadir dalam upacara
penahbisan patung itu, dan pada waktu alat-alat musik dibunyikan, mereka semua harus tunduk
dan menyembah sujud kepadanya. Sekiranya ada yang melawan maka dengan segera mereka
akan dicampakkan ke dalam dapur api yang membara.

Tidak Takut Murka Raja

Tibalah waktu yang telah ditetapkan, maka berkumpullah orang banyak. Laporan sampai
kepada raja bahwa ketiga pemuda Ibrani yang telah diangkat dalam kerajaan Babel menolak
untuk menyembah patung itu. Mereka adalah rekan Daniel, yang diganti namanya menjadi
Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Dengan sangat geram, raja memerintahkan mereka untuk
menghadap, sambil menunjukkan dapur api yang menyala-nyala, mengatakan kepada mereka
bahwa hukuman akan menjadi bagian mereka bila mereka menolak keinginannya. Ancaman
raja sia-sia. Ia tidak dapat memalingkan orang-orang yang terhormat ini dari kesetiaan mereka
kepada Penguasa agung yang memerintah bangsa-bangsa. Mereka telah belajar dari sejarah
nenek moyang mereka bahwa pelanggaran terhadap kehendak Allah berarti kehinaan, bencana
dan kehancuran; bahwa takut akan Allah bukan hanya permulaan segala hikmat tetapi juga
dasar dari segala kesejahteraan. Dengan tenang mereka menatap dapur api beserta orang
banyak penyembah berhala itu. Mereka percaya kepada Allah, dan Dia tidak akan
mengecewakan mereka. Dengan penuh hormat mereka menjawab, tetapi dengan kepastian:
“Hendaknya Tuanku mengetahui, ya Raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa Tuanku, dan
tidak akan menyembah patung emas yang Tuanku dirikan itu” (Dan 3:18).
Raja angkuh yang dikelilingi oleh para pembesarnya itu pegawai tinggi pemerintah serta
pasukannya yang telah mengalahkan bangsa-bangsa, dan semua yang berkumpul memuji dia
karena hikmat dan kuasa dewa-dewanya di tengah-tengah peragaan yang menakjubkan inilah
berdiri tiga pemuda Ibrani, dengan penolakan mereka yang teguh terhadap perintah raja Babel.
Kemarahan raja tak terkendalikan. Dalam kemuliaan dan kehormatannya yang tertinggi,
lalu ditantang dan diremehkan oleh bangsa tawanan adalah suatu penghinaan yang tak dapat
ditoleransi oleh rohnya yang sombong itu. Dapur api pun dipanaskanlah hingga tujuh kali lipat,
bahkan sepanas-panasnya, dan dilemparkanlah tawanan Ibrani itu ke dalamnya. Begitu hebat
nyala api itu, sampai para prajurit yang melemparkan mereka pun jadi tewas terbakar.

Hadirat dari yang Tak Terbatas

Tiba-tiba wajah raja pucat pasi dan ketakutan. Matanya tertuju kepada api yang sedang
menyala, kemudian berpaling kepada para pegawai tingginya, ia pun berkata, “Bukankah tiga
orang yang telah kita campakkan dengan terikat ke dalam api itu” (ayat 24). Jawabnya ialah,
“Benar, ya Raja!” Kemudian raja itu berseru, “Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan
dengan bebas di tengah-tengah api itu; mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya
seperti anak dewa” (ayat 25). Bila Kristus menyatakan diri-Nya kepada anak-anak manusia,
suatu kuasa yang tak terlihat berbicara kepada jiwa mereka. Mereka merasa berada di hadirat
Yang Tak Terbatas. Di hadapan kebesaran-Nya, raja-raja dan orang-orang terhormat gemetar,
mengetahui bahwa Allah yang hidup melebihi segala kuasa duniawi.
Dengan perasaan malu dan bersalah, raja berseru, “Keluarlah dan datanglah ke mari” (Dan
3:26). Dan mereka menurut, sambil menunjukkan diri mereka tanpa cedera di hadapan
perhimpunan besar itu, bahkan bau hangus pun tidak tercium dari jubah mereka. Keajaiban ini
menghasilkan suatu perubahan drastis dalam pikiran orang banyak Patung emas besar yang
dipertontonkan terlupakan seketika. Raja mengeluarkan suatu perintah bahwa barangsiapa
yang berbicara melawan Allah dari orang-orang ini harus dihukum mati, “karena tidak ada
Allah lain yang dapat melepaskan secara demikian itu” (Ayat 29).

Keteguhan yang tak Tergoyahkan dan Hidup yang Suci

Ketiga pemuda Ibrani ini memiliki penyucian sejati. Prinsip orang Kristen yang benar, tidak
akan berhenti untuk mempertimbangkan segala risikonya. Tidak akan bertanya, Apakah yang
akan dipikirkan orang tentang aku jika melakukan ini? atau, Bagaimana hal itu mempengaruhi
prospek keduniawianku jika aku melakukan itu? Dengan kerinduan yang mendalam anak-anak
Allah ingin mengetahui apa yang Allah inginkan mereka lakukan, agar perbuatan mereka boleh
memuliakan nama-Nya. Tuhan telah membuat persediaan yang limpah agar hati dan hidup
semua pengikut-Nya boleh dikendalikan oleh anugerah Ilahi, agar mereka boleh menjadi
seperti terang yang menyinari dan menerangi dunia ini.
Kesanggupan mereka digunakan untuk pengaruh yang menyucikan dari kasih karunia Ilahi.
Dengan keteguhan hati mereka menunjukkan pujian kepada-Nya yang memanggil mereka
keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib. Dalam kelepasan mereka yang ajaib itu
juga telah ditunjukkan di depan perhimpunan besar itu, kuasa dan keagungan Allah. Yesus
menempatkan diri-Nya di sisi mereka dalam dapur api, dan kemuliaan hadirat-Nya meyakinkan
raja Babel yang angkuh itu bahwa yang menyertai mereka tidak lain adalah Anak Allah sendiri.
Terang Surga bercahaya pada Daniel dan rekan-rekannya, sampai semua orang yang
bersahabat dengan mereka mengerti iman yang mengangkat hidup dan memperindah tabiat
mereka. Dengan kelepasan hamba-hamba-Nya yang setia itu Tuhan me-nyatakan bahwa Ia
akan mendampingi orang yang tertindas dan menjungkirbalikkan segala kuasa dunia yang akan
menginjak-injak kekuasaan Allah yang di surga.

Pelajaran bagi Pengecut

Betapa hal ini merupakan satu pelajaran yang baik bagi para pengecut, orang yang bimbang
dan ragu, takut dalam pekerjaan Allah! Juga dorongan yang berguna bagi orang banyak supaya
tidak meninggalkan tugas karena ancaman dan bahaya! Orang-orang setia yang menunjukkan
tabiat yang teguh ini memberi teladan penyucian, tanpa bermaksud untuk menuntut
kehormatan yang tinggi. Luasnya kebaikan yang mungkin dilakukan orang-orang Kristen yang
berdedikasi tidak dapat diukur sampai catatan seluruh kehidupan dibukakan, bila penghakiman
dimulai dan kitab-kitab dibuka. Kristus menaruh perhatian-Nya terhadap golongan ini; Ia tidak
malu menyebut mereka saudara. Seharusnya ada ratusan orang di mana sekarang hanya ada
satu di antara kita, yang begitu erat bersekutu dengan Allah, kehidupan mereka sangat sesuai
dengan kehendak Allah, sehingga mereka akan menjadi cahaya yang bersinar terang, disucikan
seluruhnya baik jiwa, tubuh dan roh.
Pertentangan terus berlangsung di antara anak-anak terang dan anak-anak kegelapan.
Mereka yang menyebutkan nama Kristus harus melepaskan kelesuan yang melemahkan upaya
mereka, dan harus melaksanakan tanggung jawab penting yang diserahkan kepada mereka.
Semua orang yang melakukan pekerjaan ini boleh mengharapkan kuasa Allah yang akan
dinyatakan dalam diri mereka. Anak Allah, Penebus dunia, akan diwakili dalam perkataan dan
perbuatan mereka, dan nama Allah akan dimuliakan.
Sebagaimana pada zaman Sadrakh, Mesakh, Abednego, demikian juga pada periode
penutupan sejarah dunia, dengan penuh kuasa Tuhan akan bekerja bagi mereka yang berdiri
tak tergoyahkan demi kebenaran. Dia yang berjalan dengan ketiga pemuda Ibrani yang setia
dalam dapur api itu akan menyertai para pengikut-Nya di mana pun mereka berada. Hadirat-
Nya akan senantiasa menghibur dan menopang. Pada masa kesukaran kesukaran seperti yang
belum pernah terjadi sejak adanya bangsa-bangsa umat pilihan-Nya akan berdiri tak
tergoyahkan. Setan dengan segala pengikutnya yang jahat tidak akan sanggup menghancurkan
umat Allah yang terlemah sekalipun. Malaikat-malaikat yang paling berkuasa akan melindungi
mereka, dan untuk kepentingan mereka Yahwe akan menyatakan diri-Nya sebagai “Allah di
atas segala allah,” sanggup menyelamatkan sepenuhnya mereka yang menaruh kepercayaan
kepada-Nya.”Prophets and Kings, hlm. 513

Bab 5 - Daniel Di Dalam Lubang Singa

Ketika Darius mengambil alih takhta kerajaan Babel, segera ia mulai mereorganisasi
pemerintahan. Ia “meng-angkat seratus dua puluh wakil-wakil raja...; membawahi mereka
diangkat pula tiga pejabat tinggi, dan Daniel adalah salah satu dari ketiga orang itu” (Dan 6:2,
3). “Maka Daniel ini melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja itu, karena ia mempunyai
roh yang luar biasa; dan raja bermaksud untuk menempatkannya atas seluruh kerajaannya”
(ayat 4). Kehormatan yang dilimpahkan kepada Daniel menimbulkan kebencian bagi orang-
orang terkemuka di kerajaan itu. Para wakil raja mencari alasan untuk melawan dia. “Tetapi
mereka tidak mendapat alasan apa pun atau sesuatu kesalahan, sebab ia setia dan tidak ada
didapati sesuatu kelalaian atau sesuatu kesalahan padanya” (ayat 4). Betapa hal ini suatu
pelajaran yang penting bagi semua orang Kristen. Pandangan mata yang penuh kecemburuan
itu dari hari ke hari diarahkan kepada Daniel; perhatian mereka didasari kedengkian dan sakit
hati; namun tak satu kata atau tindakan apa pun yang tampak salah. Dan walaupun ia tidak
mengaku hidup suci, tetapi ia melakukan yang jauh lebih baik, ia menghidupkan suatu
kehidupan yang setia dan berserah.

Rencana Setan

Semakin tak bercacat cela tabiat Daniel, semakin besar kedengkian yang diarahkan
kepadanya oleh musuh-musuhnya. Mereka penuh dengan amarah, karena mereka tidak
menemukan kesalahan pada tabiat moralnya atau pada pelaksanaan tugas-tugasnya untuk
mengadukannya. “Maka berkata orang-orang itu: Kita tidak akan mendapat suatu alasan
dakwaan terhadap Daniel ini, kecuali dalam hal ibadahnya kepada Allahnya” (ayat 6). Tiga
kali sehari Daniel berdoa kepada Allah di surga. Inilah satu-satunya tuduhan yang dapat
digunakan untuk melawan dia. Kemudian dibuatlah suatu rancangan untuk memastikan ke-
hancurannya. Musuh-musuhnya berkumpul di istana dan menemui raja agar mengeluarkan
keputusan bahwa tak seorang pun di seluruh negeri boleh memohon kepada Allah ataupun
manusia, kecuali kepada Darius sang raja, dan selama tiga puluh hari bila ada yang menentang
undang-undang ini harus dihukum dan membuang pembangkang itu ke dalam lubang singa.
Sang raja tidak mengetahui kebencian orang-orang itu terhadap Daniel, dan tidak menduga
bahwa maklumat itu akan mencelakakan dia. Melalui sanjungan yang melambung tinggi
mereka meyakinkan raja bahwa adalah satu kehormatan besar baginya untuk mengeluarkan
titah itu. Dengan senyuman kemenangan Iblis di wajah mereka, mereka keluar dari hadapan
raja sambil bergembira atas jerat yang telah mereka buat untuk hamba Allah itu.

Teladan Keberanian dan Ketaatan


Daniel mengetahui maksud musuh-musuhnya untuk menjatuhkan dia. Tetapi ia tidak
mengubah pendiriannya sedikit pun. Dengan tenang ia melakukan tugasnya yang biasa, dan
pada saat berdoa, ia pergi ke ruang atas yang menghadap Yerusalem, ia melayangkan
permohonannya kepada Allah yang di surga. Dengan demikian tanpa gentar, dan tegas
dinyatakannya bahwa tak ada kuasa duniawi yang menghalangi dia dengan Allahnya dan
melarang atau menyuruhnya kepada siapa dia berdoa. Ia berpaling kepada Allah dengan
segenap hati, walaupun ia sadar bahwa kematian mengancamnya karena kesetiaan itu.
Ketika sang raja mendengar perkataan ini matanya terbelalak karena melihat perangkap
yang telah dipasang. Ia menyesali dirinya karena telah menyetujui maklumat seperti itu, kerja
keras dilakukan sampai matahari terbenam untuk mengatur suatu rencana yang melaluinya
Daniel dapat dibebaskan. Tetapi para sang nabi itu telah mengantisipasi hal ini lebih dulu, lalu
mereka menghadap raja dengan kata-kata ini: “Ketahuilah, ya Raja, bahwa menurut undang-
undang orang Media dan Persia tidak ada larangan atau penetapan yang dikeluarkan Raja yang
dapat diubah.
“Sebab itu raja memberi perintah, lalu diambillah Daniel dan dilemparkan ke dalam lubang
singa. Berbicaralah raja kepada Daniel: Allahmu yang kausembah dengan tekun, Dialah
kiranya yang akan melepaskan engkau” (ayat 16, 17). Sebuah batu diletakkan di depan pintu
gua, dan disegel dengan cap raja. “Lalu pergilah raja ke istana dan berpuasalah ia semalam-
malaman itu; ia tidak menyuruh datang penghibur-penghibur, dan ia tidak dapat tidur” (ayat
19).
“Allahku telah Mengutus Malaikat-Nya”

Pagi-pagi sekali sang raja bergegas menuju ke lubang singa lalu berseru, “Daniel, hamba
Allah yang hidup, Allahmu yang kau sembah dengan tekun, telah sanggupkah Ia melepaskan
engkau dari singa-singa itu?” (ayat 21). Kedengaranlah jawaban dari nabi itu, “Ya Raja,
kekallah hidupmu. Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-
singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak bersalah di
hadapan-Nya; tetapi juga terhadap Tuanku, ya Raja, aku tidak melakukan kejahatan.
“Lalu sangat sukacitalah raja, dan ia memberi perintah, supaya Daniel ditarik dari dalam
gua itu. Maka ditariklah Daniel dari dalam gua itu, dan tidak terdapat luka apa-apa padanya,
karena ia percaya kepada Allahnya” (ayat 23, 24). Demikianlah hamba Allah itu dilepaskan.
Dan perangkap yang telah dipasang musuh-musuhnya demi kebinasaan Daniel ternyata
menjadi kehancuran mereka sendiri. Atas perintah raja mereka dilemparkan ke dalam gua
singa, dan dengan sekejap mata saja mereka telah dicabik-cabik oleh binatang-binatang buas
itu.
Bab 6 - Doa Daniel

Dengan berpuasa dan merendahkan hati serta doa, ia memohon dengan sangat tulus kepada
Allah yang di surga demi kepentingan bangsa Israel dengan kata-kata ini: “Maka aku memohon
kepada Tuhan, Allahku, dan mengaku dosaku demikian: Ah Tuhan, Allah Yang Mahabesar
dan dahsyat, yang memegang Perjanjian dan kasih setia terhadap mereka yang mengasihi
Engkau serta berpegang pada perin-tah-Mu! Kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah
berlaku fasik dan telah memberontak, kami telah menyimpang dari perintah dan peraturan-Mu,
dan kami tidak taat kepada hamba-hamba-Mu, para nabi, yang telah berbicara atas nama-Mu
kepada raja-raja kami, kepada pemimpin-pemimpin kami, kepada bapa-bapa kami dan kepada
segenap rakyat negeri” (Dan 9:4-6).
Daniel tidak mengumumkan ketaatannya sendiri di hadapan Tuhan. Gantinya menyatakan
tulus dan suci, nabi terhormat ini dengan rendah hati menyamakan dirinya dengan orang Israel
yang amat berdosa. Hikmat yang dikaruniakan Allah kepadanya jauh lebih tinggi daripada
hikmat orang-orang besar dunia, sebagaimana terang matahari yang memancar pada tengah
hari lebih terang daripada bintang yang paling suram cahayanya. Demikianlah doa yang keluar
dari bibir orang yang sangat diperkenan surga ini. Dengan kerendahan hati yang mendalam,
dengan air mata dan pemeriksaan hati, ia memohon bagi dirinya dan bangsanya. Ia
membukakan jiwanya di hadapan Allah, mengakui ketidaklayakan, dan mengakui kebesaran
dan kemahakuasaan Tuhan.
Semangat dan Kesungguhan

Jika sebagai suatu umat kita mau berdoa seperti Daniel, bergumul seperti dia, merendahkan
diri kita di hadapan Allah, kita pasti mengetahui tanda jawaban terhadap doa dan permohonan
kita seperti jaminan yang diberikan kepada Daniel. Dengarlah bagaimana ia mengajukan
kasusnya ke takhta surga:
“Ya Allahku, arahkanlah telinga-Mu dan dengarlah, bukalah mataku dan lihatlah
kebinasaan kami dan kota yang disebut dengan nama-Mu, sebab kami menyampaikan doa
permohonan kami ke hadapan-Mu bukan berdasarkan jasa-jasa kami, tetapi berdasarkan kasih
sayang-Mu yang berlimpah-limpah. Ya Tuhan, dengarlah! Ya, Tuhan, ampunilah! Ya, Tuhan,
perhatikanlah dan bertindaklah dengan tidak bertangguh, oleh karena Engkau sendiri, Allahku,
sebab kota-Mu dan umat-Mu disebut dengan namaMu” (ayat 18, 19).
Hamba Allah ini berdoa untuk memperoleh berkat-berkat surga bagi umatnya dan untuk
pengertian yang lebih jelas akan kehendak Ilahi. Beban hatinya adalah untuk bangsa Israel yang
tidak memelihara hukum Allah dengan setepat-tepatnya. Ia mengakui bahwa segala kesusahan
yang telah menimpa mereka adalah akibat pelanggaran hukum yang suci itu. Ia berkata , “Kami
telah berbuat dosa, kami telah berlaku fasik. Oleh karena dosa kami dan karena kesalahan
nenek moyang kami, maka Yerusalem dan umat-Mu telah menjadi cela bagi semua orang yang
di sekeliling kami” (ayat 15, 16). Orang-orang Yahudi telah kehilangan keistimewaan mereka,
tabiat yang suci sebagai umat pilihan Allah. “Oleh sebab itu, dengarkanlah, ya Allah kami, doa
hamba-Mu ini dan permohonannya, dan sinarilah tempat kudus-Mu yang telah musnah ini
dengan wajah-Mu, demi Tuhan sendiri” (ayat 17). Hati Daniel sangat merindukan Bait Allah
yang telah menjadi sunyi senyap. Ia tahu bahwa kesejahteraannya dapat pulih bila bangsa Israel
bertobat dari pelanggaran hukum Allah, lalu merendahkan hati, setia dan menurut.

Jurukabar Surga

Sementara Daniel terus berdoa, Malaikat Gabriel bergegas turun dari takhta surga,
menyampaikan kepadanya bahwa permohonan dan doanya telah didengar dan dijawab.
Malaikat yang perkasa ini telah ditugaskan untuk memberikan kepadanya kecakapan dan
pengertian untuk menyingkapkan di hadapannya rahasia masa mendatang. Dengan demikian,
karena sungguh-sungguh mau mencari dan memahami kebenaran, akhirnya utusan surga pun
mendatangi Daniel.
Menjawab permohonannya, Daniel bukan hanya menerima terang dan kebenaran yang ia
dan umatnya sangat butuhkan tetapi juga suatu penglihatan tentang peristiwa-peristiwa besar
yang akan terjadi, bahkan tentang kedatangan Sang Penebus dunia. Mereka yang mengaku suci,
tetapi tidak mempunyai kerinduan untuk menyelidiki Kitab Suci atau bergumul dengan Allah
di dalam doa untuk mengetahui dengan jelas kebenaran Kitab Suci, sesungguhnya tidak
mengerti apa sebenarnya penyucian itu. Daniel berbicara dengan Allah. Surga terbuka di
hadapannya. Tetapi kehormatan besar yang diberikan kepadanya adalah hasil dari kerendahan
hati dan kesungguh-sungguhan mencari Dia. Semua orang yang dengan segenap hati
mempercayai firman Tuhan akan lapar dan haus untuk mengetahui kehendak-Nya. Allahlah
sumber kebenaran. Ia menerangi kegelapan pengertian dan menganugerahkan kepada pikiran
manusia kuasa untuk mengerti dan memahami kebenaran yang telah dinyatakan-Nya.

Mencari Khidmat dari Allah

Dalam kesempatan yang baru digambarkan tadi, Malaikat Gabriel menyampaikan kepada
Daniel segala petunjuk yang sanggup diterimanya. Namun beberapa tahun kemudian nabi yang
ingin lebih banyak mengetahui itu belum mendapat keterangan yang lengkap, dan sekali lagi
ia merendahkan diri untuk memperoleh terang dan hikmat dari Allah. “Pada waktu itu aku,
berkabung tiga pekan penuh: makanan yang sedap tidak kumakan, daging dan anggur tidak
masuk ke dalam mulutku dan aku tidak berurap sampai tiga pekan penuh.... Kuangkat mukaku,
lalu kulihat, tampak seorang yang berpakaian kain linen dan berikat pinggang emas dari ufas.
Tubuhnya seperti permata Tarsis dan wajahnya seperti cahaya kilat; matanya seperti suluh yang
menyala-nyala, lengan dan kakinya seperti kilau tembaga yang digilap, dan suara ucapannya
seperti gaduh orang banyak” (Dan 10:2-6).
Kebenaran-kebenaran agung dinyatakan oleh Sang Penebus dunia diperuntukkan bagi
mereka yang mencari kebenaran seperti harta tersembunyi. Daniel sudah lanjut usia.
Kehidupannya telah dilewatkan di tengah-tengah istana kafir yang luar biasa, pikirannya
dibebani dengan berbagai peristiwa yang terjadi dalam kerajaan besar itu. Namun ia berpaling
sejenak dari semua itu untuk menghadapkan penderitaan jiwanya di hadapan Allah, dan
mencari pengetahuan tentang maksud-maksud Yang Mahatinggi. Dan menjawab
permohonannya, terang dari surga diberikan bagi mereka yang hidup pada hari-hari terakhir.
Karena itu, sudah seharusnya kita dengan segala kesungguhan hati mencari Allah, agar Ia boleh
membuka pengertian kita untuk memahami kebenaran yang diberikan dari surga.
“Hanya aku, Daniel, melihat penglihatan itu, tetapi orang-orang yang bersama-sama dengan
aku, tidak melihatnya; tetapi mereka ditimpa oleh ketakutan yang besar, sehingga mereka lari
bersem-bunyi. Hilanglah kekuatanku; aku menjadi pucat sama sekali, dan tidak ada lagi
kekuatan padaku” (ayat 7, 8). Semua orang yang benar-benar disucikan akan memperoleh
pengalaman yang sama. Makin jelas penglihatan mereka tentang kebesaran, kemuliaan dan
kesempurnaan Kristus, makin jelas pula mereka akan melihat kelemahan dan
ketidaksempurnaan mereka. Ketika hal itu dikatakannya kepadaku, berdirilah aku dengan
gemetar Lalu katanya kepadaku: Janganlah takut, Daniel, sebab telah didengarkan
perkataanmu sejak hari pertama engkau berniat untuk mendapat pengertian dan untuk
merendahkan dirimu di hadapan Allahmu, dan aku datang karena perkataanmu itu” (ayat 11,
12).
Kehormatan Besar kepada Daniel

Alangkah besarnya kemuliaan dan hormat yang dinyatakan oleh Yang Mahakuasa kepada
Daniel! Ia menghibur hamba-Nya yang gemetar itu, dan meyakinkan dia bahwa doanya telah
didengar surga. Untuk menjawab permohonan yang bersemangat itu, Malaikat Gabriel diutus
untuk mempengaruhi hati raja Persia. Raja menolak pengaruh Roh Allah selama tiga pekan
ketika Daniel berpuasa dan berdoa, tetapi Penghulu Balatentara surga, Penghulu Malaikat,
Mikhael, diutus untuk membalikkan hati raja yang keras kepala itu agar mengambil keputusan
yang menentukan untuk menjawab doa Daniel.
“Ketika dikatakannya hal ini kepadaku, kutundukkan mukaku ke tanah dan aku terkelu.
Tetapi sesuatu yang menyerupai manusia menyentuh bibirku, Hai engkau yang dikasihi,
janganlah takut sejahteralah engkau, jadilah kuat, ya jadilah kuat! Sementara ia berbicara
kembali aku merasa takut dan berkata: Berbicaralah kiranya Tuanku, sebab Engkau telah
memberikan aku kekuatan” (ayat 15-19). Begitu besar kemuliaan Ilahi yang dinyatakan kepada
Daniel sehingga ia tak dapat menahan cahaya kemuliaan itu. Kemudian jurukabar surga itu
menudungi terang hadirat-Nya dan tampak kepada nabi itu seperti “sesuatu yang menyerupai
manusia” (ayat 16). Dengan kuasa Keilahian-Nya, Ia menguatkan orang yang setia dan patuh
ini, untuk mendengarkan pekabaran yang disampaikan Allah kepadanya. Daniel adalah seorang
hamba Yang Mahakuasa yang penuh penyerahan. Umurnya yang panjang itu diisi dengan
pelayanan yang penuh kebajikan kepada Tuannya. Kesucian tabiatnya dan keteguhan hati yang
tak tergoyahkan hanya bisa disamakan de-ngan kerendahan hati dan penyesalannya di hadapan
Allah. Kita ulangi, Kehidupan Daniel adalah suatu contoh yang diilhamkan tentang penyucian
sejati.
Bab 7 - Tabiat Yohanes

Rasul Yohanes lebih istimewa dari saudara-saudara-nya sebagai “murid yang dikasihi
Yesus.” Yohanes 21:20, Ia tampaknya telah menikmati keunggulan persahabatan dengan yesus
dan ia menerima banyak tanda dari keyakinan dan kasih jeruselamat itu. Dialah salah seorang
dari tiga murid yang diizinkan menyaksikan kemuliaan Kristus di atas gunung kemuliaan dan
penderi-taan-Nya di Getsemani; dan kepada Yohanes jugalah Tuhan kita mempercayakan ibu-
Nya pada saat-saat terakhir penderitaan-Nya di kayu salib. Kasih sayang Juruselamat kepada
murid-Nya ini telah membuahkan dedikasi yang teguh dan sungguh-sungguh. Yohanes berpaut
kepada Kristus seperti carang anggur bergantung pada pokoknya yang kukuh. Demi Tuhan-
Nya, ia berani ke ruang pengadilan, dan tak beranjak dari salib itu; dan setelah tersiar kabar
bahwa Kristus telah bangkit, ia bergegas ke kubur dengan semangat yang tak terbendung
bahkan mendahului Petrus yang menggebu-gebu itu.
Kasih Yohanes kepada Gurunya bukan sekadar persahabatan manusia, tetapi merupakan
kasih dari seorang yang bertobat, yang merasa bahwa ia telah ditebus oleh darah Kristus. Ia
menganggap bahwa bekerja dan menderita karena melayani Tuhannya merupakan kehormatan
yang tertinggi. Kasihnya kepada Yesus menuntun dia untuk mengasihi semua orang yang
untuknya Kristus telah mati. Ia menandaskan bahwa kasih kepada Allah akan dinyatakan dalam
kasih kepada anak-anak-Nya. Berulangkali terdengar ia mengatakan, “Saudara-saudara yang
kekasih, jika Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita saling mengasihi” (1 Yoh
4:11). ‘’Kita mengasihi, karena Allah lebih dulu mengasihi kita. Jika seorang berkata: “Aku
mengasihi Allah, dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa
tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak
dilihatnya” (ayat 19, 20). Kehidupan sang rasul sungguh selaras dengan ajarannya. Kasih yang
membara dalam hatinya untuk Kristus, menuntun dia untuk bekerja dengan sungguh-sungguh,
tak kenal lelah bagi sesamanya, khusus bagi saudara-saudaranya di dalam gereja Kristen. Ia
seorang pengkhotbah yang berkuasa, bersemangat, dan sangat bersungguh-sungguh, dan
perkataannya mengandung keyakinan penuh.

Ciptaan Baru melalui Kasih Karunia

Kasih yang penuh iman dan penyerahan yang tidak mementingkan diri yang terpantul dalam
kehidupan dan tabiat Yohanes memberikan pelajaran yang tak ternilai bagi gereja Kristen.
Sebagian orang menganggap kasih ini dari dirinya sendiri terlepas karunia Ilahi; padahal secara
alamiah Yohanes memiliki tabiat yang sangat buruk; ia angkuh dan berambisi, dan cepat
tersinggung dan menyakiti. Semangat dan dalamnya kasih sayang Yohanes terhadap Tuannya
bukanlah penyebab kasih Kristus kepadanya, melainkan karena pengaruh kasih itu. Yohanes
rindu menjadi seperti Yesus, dan karena pengaruh kasih Kristus yang mengubahkan, ia menjadi
lemah lembut dan rendah hati.

Pelajaran dalam Pembentukan Tabiat

Suatu saat, Yohanes terlibat dalam suatu pertengkaran dengan beberapa saudaranya tentang
siapakah di antara mereka yang terbesar. Mereka tidak ingin perbincangan itu sampai ke telinga
Sang Guru, tetapi Yesus membaca hati mereka, dan mencari kesempatan untuk memberikan
suatu pelajaran kerendahan hati kepada murid-murid-Nya. Ini dituliskan bukan hanya untuk
kelompok kecil yang mendengarkan perkataan-Nya, tetapi juga untuk keuntungan para
pengikut-Nya pada akhir zaman. “Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu.
Kata-Nya kepada mereka: Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi
yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya” (Mrk 9:35).
Orang-orang yang memiliki Roh Kristus tidak akan berambisi untuk menduduki suatu
kedudukan melebihi saudara-saudaranya. Justru orang-orang yang merasa kecil pada
pemandangannya sendirilah yang akan diperhitungkan besar pada pemandangan Allah. “Maka
Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka,
kemudian Ia memeluk anak-anak itu dan berkata kepada mereka: Barangsiapa menyambut
seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut
Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku” (ayat 36, 37).
Pada peristiwa lain, Yakobus dan Yohanes menyampaikan permintaan melalui ibu mereka,
agar mereka boleh diizinkan menduduki jabatan tertinggi dalam kemuliaan kerajaan Kristus.
Juruselamat menjawab, “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta” (Mrk 10:38). Betapa banyak
kita yang hanya memahami sedikit makna doa! Yesus mengetahui pengorbanan yang tak
terbatas yang olehnya kemuliaan harus dibeli, ketika Dia, “membawa iman kita itu kepada
kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib” (Ibr 12:2).
Kebahagiaan itu ialah bila melihat jiwa-jiwa diselamatkan oleh kerendahan hati-Nya,
penderitaan-Nya dan pencurahan darah-Nya. Inilah kemuliaan yang pasti diterima Kristus, dan
yang telah diminta oleh kedua murid itu agar mereka diizinkan untuk mem-perolehnya. Yesus
bertanya kepada mereka, “Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis
dengan baptisan yang harus Kuterima? Jawab mereka: Kami dapat” (Mrk 10:38, 39).
Betapa kecilnya pemahaman mereka terhadap maksud baptisan itu! “Yesus berkata kepada
mereka: memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis de-
ngan baptisan yang harus Kuterima. Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-
Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu
telah disediakan” (ayat 39, 40).

Kesombongan dan Ambisi Ditegur

Yesus mengerti motivasi yang mendasari permohonan itu, sehingga Dia menegur ambisi
dan kesombongan kedua murid-Nya. “Kamu tahu bahwa mereka yang disebut pemerintah
bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembe-sar-pembesarnya
menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu.
Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, dan barangsiapa ingin menjadi yang
terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak
Manusia juga datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan untuk memberikan
nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang” (ayat 42-45).
Murid-murid tahu maksud Kristus untuk membahagiakan orang-orang Samaria dengan
hadirat-Nya; dan ketika mereka melihat sikap dingin, cemburu, dan kurang hormat yang
ditunjukkan kepada Guru mereka, mereka jadi heran dan marah. Yakobus dan Yohanes sangat
terusik. Bahwa Dia yang sangat mereka hormati diperlakukan demikian, tampak kepada
mereka sebagai suatu kejahatan yang terlalu besar untuk dimaafkan tanpa hukuman langsung.
Dengan semangat mereka berkata, “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api
turun dari langit untuk membinasakan mereka?” (Luk 9:54), menunjuk kepada kebinasaan
panglima Siria dan pasukannya ketika diutus untuk menangkap Nabi Elia.
Yesus menegur murid-murid-Nya dengan berkata, “Kamu tidak tahu roh apakah yang kamu
miliki. Karena Anak manusia tidak datang untuk membinasakan, melainkan menyelamatkan
mereka” (ayat 55, 56). Yohanes dan murid-murid yang lain berada dalam sekolah di mana
Kristus adalah gurunya. Mereka yang sedia melihat kekurangan-kekurangan mereka, dan ingin
memperbaiki tabiat mereka, memiliki banyak kesempatan. Yohanes menyimpan setiap
pelajaran ini dan senantiasa berusaha menyesuaikan hidupnya dengan Pola Ilahi. Pelajaran-
pelajaran Yesus, menetapkan kelemahlembutan, kerendahan hati, dan kasih sebagai unsur
penting dalam pertumbuhan dalam kasih karunia, dan-kelayakan kerja, merupakan nilai yang
tertinggi bagi Yohanes. Pelajaran-pelajaran ini ditujukan kepada kita secara pribadi dan sebagai
saudara bersaudara dalam jemaat, sama seperti kepada murid-murid Kristus yang pertama.

Yohanes dan Yudas

Suatu pelajaran penting dapat dipetik dari perbedaan yang nyata di antara tabiat Yohanes
dan Yudas. Yohanes adalah suatu contoh yang hidup dari hal penyucian. Di lain pihak, Yudas
kelihatan memiliki suatu bentuk kesalehan, sementara tabiatnya lebih bersifat Setan ketimbang
bersifat Ilahi. Dalam perkataan dia mengaku murid Kristus, tetapi dalam perbuatan dia
menyang-kal-Nya. Yudas mempunyai kesempatan berharga yang sama dengan Yohanes untuk
mempelajari dan meniru Pola itu. Ia mendengar pelajaran Kristus, dan tabiatnya mungkin telah
diubah kasih karunia Ilahi. Tetapi sementara Yohanes dengan sungguh-sungguh memerangi
kesalahan-kesalahannya dan berusaha menyatu dengan Kristus, Yudas menentang hati
nuraninya, menyerah kepada pencobaan, dan mengikatkan dirinya kepada kebiasaan-kebiasaan
tidak jujur yang akan mengubahnya menyerupai citra Setan.
Kedua murid ini melambangkan dunia Kristen. Semua mengaku pengikut Kristus, tetapi
sementara suatu golongan berjalan dengan kerendahan hati dan kesabaran, belajar dari Yesus,
golongan yang satu lagi menunjukkan bahwa mereka bukanlah pelaku firman, tetapi hanya
pendengar. Satu golongan disucikan oleh kebenaran; segolongan lagi tidak mengetahui apa-
apa tentang kuasa yang mengubah dari kasih karunia Ilahi. Golongan yang pertama setiap hari
mati terhadap diri dan mengalahkan dosa. Golongan kedua memanjakan nafsu mereka sendiri
dan menjadi hamba-hamba Setan.

Bab 8 - Pelayanan Yohanes

Rasul Yohanes melewatkan masa mudanya dalam masyarakat nelayan yang tidak
berpendidikan di Galilea. Ia tidak mengenyam pendidikan; tetapi oleh bersekutu dengan
Kristus, Guru Besar itu, dia memperoleh pendidikan tertinggi yang dapat diterima manusia
fana. Dengan keinginan yang besar ia meneguk dari Sumber air hikmat, dan kemudian berusaha
menuntun orang lain kepada Sumber “yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup
yang kekal” (Y.oh 4:14). Para imam dan penguasa sangat gigih menentangnya ketika melihat
orang sakit disembuhkan dan Yesus ditinggikan sebagai Raja kehidupan. Mereka takut bahwa
seluruh dunia jadi percaya kepada-Nya, lalu akan mengecam mereka karena membunuh Tabib
yang Berkuasa itu. Tetapi makin besar usaha mereka untuk menghentikan kehebohan ini,
makin banyak pula orang yang percaya kepada-Nya lalu berpaling dari ajaran para rabi dan
orang Farisi. Mereka jadi naik pitam, lalu menang-kap Petrus dan Yohanes, menjebloskan
mereka ke dalam penjara umum. Tetapi pada tengah malam, malaikat Tuhan membuka pintu-
pintu penjara, membawa mereka keluar sambil berkata, “Pergilah, berdirilah di Bait Allah dan
beritahukanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak” (Kis 5:20).
Dengan kesungguhan yang tak tergoyahkan, Yohanes menyaksikan Tuhannya dalam setiap
situasi yang memungkinkan. Ia melihat bahwa saat-saat itu penuh bahaya bagi gereja. Penipu-
an Setan sedang menyebar ke mana-mana. Pikiran orang banyak diombang-ambingkan oleh
keraguan dan ajaran menipu yang simpang siur. Sebagian orang yang berpura-pura setia kepada
pekerjaan Allah adalah penipu. Mereka menolak Kristus dan InjilNya, dan sedang
menyebarkan ajaran-ajaran agama yang menyimpang dan menyesatkan, serta hidup dalam
pelanggaran hukum Ilahi.

Tema Kesukaan Yohanes

Tema kesenangan Yohanes ialah kasih Kristus yang tak ada terbatas. Ia percaya kepada
Allah seperti seorang anak yang percaya kepada seorang ayah yang baik dan lemah-lembut. Ia
mengerti tabiat dan pekerjaan Yesus; dan ketika ia melihat saudara-saudaranya orang Yahudi
mencari-cari jalan mereka tanpa seberkas sinar Matahari Kebenaran untuk menerangi jalan
mereka, ia rindu menghadapkan kepada mereka Kristus, Terang dunia itu. Rasul yang setia itu
melihat bahwa kebutaan, kesombongan, ketakhyulan dan kebodohan mereka terhadap Kitab
Suci telah membuat belenggu bagi jiwa mereka yang tidak akan pernah putus. Prasangka dan
kebencian yang mereka pertahankan dengan degilnya terhadap Kristus membawa kehancuran
mereka sebagai suatu bangsa dan menghancurkan pengharapan mereka akan hidup yang kekal.
Namun Yohanes tak henti-hentinya menghadapkan Kristus kepada mereka sebagai satu-
satunya jalan keselamatan. Bukti bahwa Yesus dari Nazaret itu adalah Mesias de-mikian
jelasnya sehingga Yohanes menyatakan bahwa tak seorang pun perlu berjalan dalam kegelapan
kesalahan manakala terang seperti itu disodorkan kepadanya.

Susah oleh Kesalahan yang Meracuni

Yohanes sebagian orang yang menerima Kristus menyatakan bahwa kasih-Nya


membebaskan mereka dari penurutan kepada hukum Allah. Pada pihak lain, banyak orang
mengajarkan bahwa aturan-aturan dan ketentuan hukum harus dipelihara, bersama-sama
dengan semua adat kebiasaan dan tata upacara Yahudi, dan ini telah cukup untuk keselamatan,
tanpa darah Kristus. Mereka beranggapan bahwa Yesus adalah seorang yang baik, seperti para
rasul, tetapi menolak keilahian-Nya. Yohanes melihat bahaya-bahaya ke mana gereja akan
hanyut sekiranya mereka menerima pendapat-pendapat ini, dan dia menghadapinya dengan
tangkas dan tegas. Ia menulis kepada penolong yang paling dihormati, seorang perempuan
yang memiliki reputasi yang baik dan berpengaruh luas.
“Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku,
bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus.
Waspadalah, supaya kamu jangan kehilangan apa yang telah kamu kerjakan itu, tetapi supaya
kamu mendapat upah sepenuhnya. Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus,
tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam
ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak. Jika seorang datang kepadamu dan ia tidak
membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi
salam kepadanya. Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya ia mendapat bagian dalam
perbuatannya yang jahat” (2 Yoh 7:11). Bukan tanpa hambatan besar Yohanes melaksanakan
pekerjaannya. Setan tidak berdiam diri. Ia mempengaruhi orang-orang jahat untuk segera
mengakhiri hidup hamba Allah ini, tetapi malaikat-malaikat suci melindungi dia dari
marabahaya. Yohanes harus berdiri sebagai saksi Kristus yang setia. Gereja yang ada dalam
bahaya memerlukan kesaksiannya.

Tidak Kompromi dengan Dosa

Yohanes menikmati berkat dari penyucian yang benar. Tetapi perhatikan, rasul itu tidak
menyatakan bahwa ia tak berdosa; ia mencari kesempurnaan dengan berjalan dalam terang
Allah. Ia menyaksikan bahwa orang-orang yang mengaku mengenal Allah tetapi melanggar
hukum Ilahi, menyangkal pengakuannya. “Ba-rangsiapa berkata: Aku kenal Dia, tetapi ia tidak
menurut perin-tah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran” (1
Yoh 2:4). Di abad yang menyombongkan kebebasan ini kata-kata ini akan dicap sebagai
kefanatikan. Tetapi rasul itu mengajarkan sementara kita harus menghidupkan sopan santun
Kristen, kita diberi wewenang untuk menyebut dosa dan orang berdosa dengan nama yang
sebenarnya—ini sesuai dengan kasih yang benar. Sementara kita harus mengasihi jiwa yang
baginya Kristus telah mati, dan bekerja demi keselamatan mereka, kita tidak boleh
berkompromi dengan dosa. Kita tidak boleh bersekutu dengan para pemberontak, dan
menyebutnya kasih. Allah menuntut umat-Nya di dunia pada zaman ini supaya berdiri seperti
Yohanes pada zamannya, tak tergoyahkan demi kebenaran, untuk menentang kesalahan-
kesalahan yang menghancurkan jiwa.

Tak Ada Penyucian tanpa Penurutan

Mereka tidak dapat menyangkal tuntutan Allah, tetapi berani memaafkan diri sendiri dalam
melanggar Sabat. Mereka mengaku suci, dan melayani Allah sepanjang pekan. Banyak orang
hidupnya baik-baik, kata mereka, tidak memelihara hari Sabat. Jika orang telah disucikan,
mereka tidak lagi di bawah pehukuman walaupun mereka tidak memeliharanya. Allah begitu
murah hati untuk menghukum mereka karena tidak memelihara hari ketujuh. Mereka akan
dianggap ganjil di antara orang banyak sekiranya mereka menyucikan Sabat, dan tidak akan
berpengaruh di dunia. Dan mereka harus tunduk kepada penguasa yang ada.
Wanita ini tidak memiliki penyucian sejati. Bukan Allah yang mengatakan bahwa dia dapat
suci walaupun hidup dalam pelanggaran terhadap salah satu dari hukum-hukumnya yang jelas.
Hukum Allah adalah suci, dan tak seorang pun boleh melanggarnya dan bebas dari hukuman.
Dia yang mengatakan kepadanya bahwa ia boleh terus melanggar hukum Allah dan hidup tanpa
dosa ialah raja kegelapan--oknum yang sama yang mengatakan kepada Hawa, melalui sang
ular, “Sekali-kali kamu tidak akan mati” (Kej 3:4). Hawa membodohi dirinya dengan berkata
bahwa Allah terlalu baik untuk menghukum dia karena melanggar hukum-hukum-Nya.
Pemikiran sesat yang sama diajukan oleh banyak orang untuk memaafkan pelanggaran mereka
terhadap hukum keempat. Mereka yang memiliki Kristus dalam pikirannya akan memelihara
semua hukum Allah, dalam keadaan apa pun. Penguasa surga berkata, “Aku telah menuruti
perintah Bapa-Ku” (Yoh 15:10).
Adam dan Hawa tega hati melanggar tuntutan-tuntutan Tuhan, dan akibat dosa mereka yang
mengerikan itu seharusnya sudah satu amaran kepada kita agar tidak mengikuti contoh
pelanggaran mereka. Kristus berdoa untuk murid-murid-Nya dengan kata-kata berikut ini:
“Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firmanMu adalah kebenaran” (Yoh 17:17). Tak ada
penyucian sejati kecuali melalui penurutan kepada kebenaran. Barangsiapa yang mengasihi
Allah dengan segenap hati akan mengasihi juga hukum-hukum-Nya. Penyucian hati sesuai
dengan peraturan-peraturan hukum Allah; karena hukum-hukum itu suci, adil dan benar.

Allah tidak Pernah Berubah

Tabiat Allah tidak pernah berubah. Ia adalah Allah yang cemburuan seperti ketika Ia
memberikan hukum-Nya di atas Gunung Sinai dan menuliskan sendiri dengan jari-Nya di atas
loh batu. Mereka yang menginjak-injak hukum Allah yang suci mungkin berkata, “Aku suci”;
tetapi untuk benar-benar suci dan mengaku suci, adalah dua hal yang berbeda. Perjanjian Baru
tidak mengubah hukum Allah. Kesucian hari Sabat dalam hukum keempat berdiri teguh seperti
takhta Yahwe. Yohanes menulis: “Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar hukum Allah,
sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah. Dan kamu tahu, bahwa Ia telah menyatakan diri-
Nya, supaya Ia menghapus segala dosa, dan di dalam Dia tidak ada dosa. Karena itu setiap
orang yang ada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa,
tidak melihat dan tidak mengenal Dia” (1 Yoh 3:4-6).
Surat-surat kiriman Yohanes bernapaskan roh kasih. Tetapi manakala dia berhadapan
dengan golongan yang melanggar hukum Allah namun mengaku bahwa mereka hidup tanpa
dosa, ia tidak ragu-ragu mengamarkan mereka dari penipuan mereka yang menakutkan itu.
“Jika kita katakan bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam
kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. Tetapi jika kita hidup di dalam
terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan
yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu menyucikan kita dari segala dosa. Jika kita berkata,
bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam
kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni
segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata, bahwa kita tidak
ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam
kita” (1 Yoh 1:6-10).

Bab 9 - Yohanes Di Pengasingan

Yohanes ia mempunyai kuasa bersaksi, yang tak dapat dihalangi oleh musuh-musuhnya,
dan itu sangat menguatkan saudara-saudaranya. Ketika tampaknya iman orang-orang Kristen
menjadi goyah di bawah pertentangan hebat yang harus mereka hadapi, rasul itu akan
mengulangi dengan fasih, dengan kuasa dan kemuliaan yang besar, “Apa yang telah ada sejak
semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami
saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami-tentang Firman hidup;... dan kami telah
melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal,
yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah
kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun
beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah dengan Bapa dan dengan
Anak-Nya, Yesus Kristus” (1 Yoh 1:1-3).
Karena itu Yohanes dipanggil ke Roma untuk diadili karena imannya. Pengajarannya
disalahartikan. Para saksi dusta menuduh dia sebagai seorang penghasut, yang secara umum
mengajarkan teori-teori yang bisa menggulingkan pemerintahan. Rasul itu menyatakan
imannya dengan jelas dan meyakinkan, dengan kesederhanaan dan jelas sehingga perkataannya
memberikan suatu pengaruh yang berkuasa. Para pendengarnya terheran-heran akan hikmat
dan kefasihannya. Tetapi makin meyakinkan kesaksiannya, makin dalam juga kebencian
orang-orang yang menentang kebenaran itu.

Kesaksian Allah tak Bisa Didiamkan

Di sini kita melihat bagaimana kerasnya hati bila dengan gigih menentang maksud-maksud
Allah. Musuh-musuh gereja bertekad untuk mempertahankan kecongkakan dan kuasa mereka
di hadapan orang banyak. Dengan perintah kaisar, Yohanes diasingkan ke Pulau Patmos,
dihukum seperti dikatakan kepada kita, “oleh karena firman Allah dan kesaksian yang
diberikan oleh Yesus” (Why 1:9). Namun musuh-musuh Kristus sama sekali gagal dalam
tujuan mereka untuk mendiamkan saksi-Nya yang setia itu. Dari tempat pembuangannya
datang suara sang rasul, menggema hingga akhir zaman, mengumandangkan kebenaran yang
paling menggetarkan yang pernah disampaikan kepada manusia fana.

Suara Alam

Sang rasul memandang di sekelilingnya bukti-bukti nyata dari akibat Air Bah, yang
memporak-porandakan bumi karena ulah dan pelanggaran penduduk bumi terhadap hukum
Allah. Batu-batu dijungkirbalikkan dari atas ke bawah oleh pusaran air yang membahana,
dalam pikirannya tergambar jelas bencana mengerikan dari murka Allah yang dicurahkan.
Tetapi sementara segala sesuatu yang mengelilinginya tampak gersang dan tandus, langit biru
cerah dan indah yang berada di atas kepala rasul di Pulau Patmos yang sunyi itu sama cerah
dan indahnya dengan langit di atas kota Yerusalem yang dikasihinya Sekiranya suatu saat
seseorang menatap kemuliaan cakrawala pada waktu malam dan memperhatikan kuasa
pekerjaan Allah yang memenuhi angkasa raya, maka terlihatlah suatu pelajarar tentang
kebesaran Sang Pencipta dan kekecilan dirinya. Jika dia sombong dan merasa diri penting
karena kekayaan atau talenta-talenta, atau penampilan pribadinya, biarlah ia keluar pada waktu
malam dan menatap bintang-bintang yang bertebaran di langit, dan belajar membuang
keangkuhannya di hadapan hadirat Yang Mahabesar itu.
Di sekeliling pulau terpencil di mana ia tinggal, nabi yang diasingkan itu membaca
manifestasi kuasa Ilahi, dan di dalam segala perbuatan alam terdapat persekutuan dengan
Allahnya. Dengan kerinduan jiwanya yang sangat dalam kepada Allah, doa yang sangat
sungguh-sungguh, naik ke surga dari Pulau Patmos yang berbatu karang. Sementara Yohanes
menatap pada batu-batu karang itu, ia teringat akan Kristus, batu karang kekuatannya di mana
ia berlindung tanpa gentar.

Pemelihara Hari Sabat

Hari Tuhan yang disebut Yohanes adalah Sabat, hari di mana Yahwe berhenti setelah
pekerjaan agung penciptaan, yang Dia berkati dan sucikan, karena Ia telah berhenti pada hari
itu. Sabat disucikan Yohanes di Pulau Patmos seperti ketika dia berada di antara orang banyak,
berkhotbah pada hari itu. Dengan dikelilingi oleh batu karang yang gersang dan tandus,
Yohanes teringat akan Gunung Horeb dan bagaimana Allah menyampaikan hukum-Nya
kepada orang banyak di sana, Ia bersabda, “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat” (Kel 20:8).
Anak Allah berbicara kepada Musa dari puncak gunung. Allah menjadikan batu karang itu
Bait Suci-Nya. Bait suci-Nya adalah bukit-bukit yang kekal. Pemberi hukum yang Ilahi itu
turun ke atas bukit berbatu karang menyampaikan hukum-Nya yang didengar oleh orang
banyak, agar mereka dapat terkesan oleh kebesaran dan pertunjukan kuasa dan kemuliaan-Nya
yang menakutkan sehingga takut untuk melanggar perintah-perintah-Nya. Allah
menyampaikan hukum-Nya di tengah-tengah halilintar dan kilat dan seberkas awan di atas
puncak gunung, dan suara-Nya bagaikan suara sangkakala yang berkumandang dengan
nyaring. Hukum Yahwe tak terubahkan, dan loh batu ke mana hukum itu dituliskan adalah batu
yang keras, menggambarkan hukum-hukum dan peraturan-Nya yang tak dapat diubahkan.
Gunung Horeb menjadi tempat suci bagi semua orang yang mengasihi dan menghargai hukum-
Nya.
Berada Bersama dengan Allah

Sementara Yohanes merenungkan pemandangan di atas Gunung Horeb, Roh-Nya yang


menguduskan hari ketujuh turun ke atasnya. Ia merenungkan dosa Adam yang melanggar
hukum Dahi, dan akibat menakutkan dari pelanggaran itu. Sementara ia menyampaikannya
dalam surat-surat kirimannya, ia meminta jemaat dan dunia memperhatikannya. “Lihatlah,
betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak
Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab
dunia tidak mengenal Dia” (1 Yoh 3:1). Bagi Yohanes adalah misteri bahwa Allah dapat
memberikan Anak-Nya mati bagi manusia yang memberontak. Dan ia hanyut dalam keheranan
bahwa rencana keselamatan, yang dirancang begitu mahal bagi surga itu, ditolak oleh mereka
untuk siapa pengorbanan yang tak terhingga itu telah dibuat.
Yohanes berada bersama Allah. Sementara ia belajar lebih banyak tentang tabiat Ilahi
melalui pekerjaan penciptaan, penghormatannya kepada Allah makin bertambah. Sering ia
bertanya dalam hatinya, Mengapa orang-orang yang sepenuhnya bergantung kepada Allah
tidak berupaya berdamai dengan Dia oleh penurutan sukarela? Ia Mahabijaksana dan
Mahakuasa. Ia mengendalikan alam semesta dengan dunia-dunia yang tak terhitung
banyaknya. Ia memelihara keagungan dan keindahan ciptaan-Nya dengan sangat serasi. Dosa
adalah pelanggaran akan hukum Allah, dan ganjaran dosa adalah maut. Di surga ataupun di
bumi tidak akan ada nada sumbang jika dosa tidak pernah masuk. Pelanggaran terhadap hukum
Allah telah membawa segala penderitaan yang telah terjadi di antara makhluk-makhluk
ciptaan-Nya. Mengapa manusia tidak berdamai dengan Allah?
Menaati hukum Allah adalah untuk kebaikan manusia, walaupun di dunia ini. Dan
sesungguhnya berserah kepada Allah dan berdamai dengan Dia adalah untuk kepentingan abadi
mereka. Binatang-binatang di padang mematuhi hukum Penciptanya melalui naluri yang
mengatur mereka. Ia berbicara kepada lautan ganas, “Sampai di sini boleh engkau datang, ja-
ngan lewat, di sinilah gelombang-gelombang yang congkak akan dihentikan!” (Ayb 38:11);
dan air menjadi tenang mengikuti perintah-Nya.

Keagungan Allah

Sementara Yohanes merenungkan kemuliaan Allah yang diperlihatkan dalam pekerjaan-


Nya, ia diliputi dengan kebesaran dan kemegahan Pencipta itu. Sekalipun semua penghuni
bumi yang kecil ini menolak penurutan kepada Allah, Ia tidak akan kehilangan kemuliaan. Ia
dapat menghapuskan setiap manusia dari muka bumi dalam sesaat, dan menjadikan ras manusia
baru untuk menghuni bumi dan memuliakan nama-Nya. Allah tidak tergantung kepada
manusia untuk kehormatan. Ia dapat memimpin bintang-bintang di alam semesta, berjuta-juta
dunia di atas, menaikkan pujian dan kehormatan serta kemuliaan bagi Pencipta mereka. “Sebab
itu langit bersyukur karena keajaiban-keajaibanMu, ya Tuhan, bahkan karena kesetiaan-Mu di
antara jemaat orang-orang kudus. Sebab siapakah di awan-awan yang sejajar dengan Tuhan,
yang sama seperti Tuhan di antara penghuni surgawi? Allah disegani dalam kalangan orang-
orang kudus, dan sangat ditakuti melebihi semua yang ada di sekeliling-Nya” (Mzm 89:6-8).

Suatu Penglihatan akan Kristus

Yohanes teringat akan peristiwa-peristiwa luar biasa yang ia saksikan di dalam hidup
Kristus. Dalam imajinasi sekali lagi ia bersuka atas kesempatan-kesempatan berharga yang
pernah dinikmatinya dan ia sangat terhibur. Tiba-tiba meditasinya buyar; ia dipanggil dengan
suara yang jernih dan jelas. Ia berpaling ke arah datangnya suara, dan sesungguhnya ia
memandang Tuhannya yang ia kasihi, dengan siapa ia telah bicara dan berjalan, yang
penderitaan-Nya di kayu salib telah ia saksikan. Tetapi betapa berubahnya kini penampilan
Juruselamat! Ia bukan lagi “seorang yang penuh kesengsaraan dan yang bisa menderita
kesakitan” (Yes 53:3). Pada-Nya tak ada lagi tanda kehinaan-Nya. Mata-Nya seperti nyala api;
kaki-Nya bagaikan tembaga mengkilap, membara di dalam dapur peleburan. Suara-Nya
bagaikan desau banyak air. Air muka-Nya bercahaya seperti matahari dalam segenap dayanya.
Di tangan-Nya ada tujuh bintang, menggambarkan pelayan-pelayan jemaat. Dari mulut-Nya
keluarlah pedang bermata dua yang tajam, suatu lambang dari kuasa firman-Nya.
Kemudian Yesus meletakkan tangan-Nya ke atas tubuh hamba-Nya yang tak berdaya itu,
sambil berkata, “Jangan takut;... Akulah Dia Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku
hidup, sampai selama-lamanya” (Why 1:17, 18). Yohanes dikuatkan untuk hidup di hadirat
kemuliaan Tuhannya dan kemudian ditunjukkan di hadapannya penglihatan suci dari maksud-
maksud Allah pada zaman yang akan datang. Penarikan surga yang indah dinyatakan
kepadanya. Ia diizinkan melihat takhta Allah, dan memandang umat tebusan dengan jubah
putih mereka. Ia mendengar lagu-lagu pujian malaikat surga, serta lagu-lagu kemenangan
orang-orang yang telah menang oleh darah Anak Domba dan perkataan kesaksian mereka.

Kerendahan Hati Yohanes

Kepada murid yang tercinta itu diberikan kesempatan istimewa yang begitu agung dan
jarang diberikan kepada manusia fana. Kerendahan hatinya tidak sekadar pengakuan semata;
itu adalah kasih karunia yang membungkus dia seperti halnya jubah alamiah. Ia selalu berupaya
menyembunyikan perbuatan benarnya dan menghindari segala sesuatu yang tampaknya
menarik perhatian orang pada dirinya. Di dalam Injilnya, disebutkan Yohanes yang dikasihi
Yesus, tetapi ia menyembunyikan kenyataan bahwa dirinyalah orang yang begitu dihormati
itu. Hidupnya tidak mementingkan diri. Dalam hidupnya sehari-hari ia mengajarkan dan
menghidupkan kemurahan hati dengan makna yang paling penuh. Ia mempunyai perasaan
kasih yang tinggi yang harus terdapat di antara saudara bersaudara dan saudara di dalam
Kristus.
Hidup Yohanes merupakan suatu upaya yang paling sungguh-sungguh untuk menyesuaikan
diri dengan kehendak Allah. Begitu dekatnya rasul itu mengikuti Juruselamatnya, dan karena
sudah mengerti kemurnian dan kesucian Kristus yang mulia, hingga tabiatnya sendiri tampak
sangat berbeda sekali. Dan ketika Yesus tampak kepada Yohanes di dalam tubuh-Nya yang
mulia, seberkas sinar-Nya sudah cukup membuatnya rebah seperti orang mati. Begitulah selalu
perasaan orang-orang yang sangat mengenal Tuhan dan Guru mereka. Semakin dalam mereka
merenungkan kehidupan dan tabiat Yesus, semakin dalam mereka merasakan keberdosaan
mereka sendiri, dan semakin kurang keinginan mereka untuk mengaku telah memiliki hati yang
suci atau membanggakan kesucian mereka.

Bab 10 Tabiat Kristen

Kelakuan orang kristen terlihat dalam hidupnya seharihari. Kristus berkata, “Demikianlah
setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedangkan pohon yang tidak baik
menghasilkan buah yang tidak baik” (Mat 7:17). Juruselamat kita membandingkan diri-Nya
dengan pokok anggur, para pengikut-Nya adalah carang-carangnya. Dengan jelas Ia
menyatakan bahwa semua orang yang akan menjadi muridNya harus menghasilkan buah;
kemudian Ia menunjukkan bagaimana mereka boleh menjadi carang-carang yang berbuah.
“Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku tinggal di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di
luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:4).
Rasul Paulus melukiskan buah yang harus dihasilkan oleh orang Kristen. Dikatakannya
bahwa “karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran” (Ef 5:9). Dan
lagi “Buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan,
kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Gal 5:22, 23). Kasih karunia yang berharga ini
tidak lain adalah prinsip-prinsip hukum Allah yang diamalkan dalam kehidupan. Hukum Allah
adalah satu-satunya standar kesempurnaan moral yang benar. Hukum itu secara nyata telah
diperagakan dalam kehidupan Kristus. Tentang diri-Nya, Dia berkata, “Aku menuruti perintah
Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya” (Yoh 15:10). Tidak ada penurutan yang akan
memenuhi tuntutan firman Allah kalau kurang dan penurutan ini. “Barangsiapa mengatakan,
bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup” (1 Yoh 2:6). Kita
tidak dapat berdalih bahwa kita tidak sanggup melaksanakan ini, karena kita memperoleh
jaminan, “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu” (2 Kor 12:9). Apabila kita menatap ke dalam
cermin Ilahi, hukum Allah itu, kita melihat betapa jahatnya keberdosaan itu, dan kondisi kita
sendiri sebagai pelanggar. Tetapi dengan iman dan pertobatan kita dibenarkan di hadapan
Allah, dan kasih karunia Ilahi menyanggupkan kita menuruti hukum-hukum-Nya.

Kasih kepada Allah dan Manusia

Orang-orang yang sungguh mengasihi Allah dengan kasih sejati akan benar-benar rindu
untuk mengetahui kehendak-Nya dan melakukannya. Kata Rasul Yohanes dalam surat-surat
kirimannya yang mengulas kasih dengan begitu penuh itu, “Inilah kasih kepada Allah, yaitu,
bahwa kita menuruti perintah-perin-tah-Nya” (1 Yoh 5:3). Anak-anak yang mengasihi ibu-
bapanya akan menyatakan kasih itu dalam penurutan sukarela; tetapi anak yang tidak berterima
kasih dan mementingkan diri akan melakukan sesedikit mungkin bagi ibu-bapanya, padahal
pada saat yang sama ingin menikmati segala hak-hak istimewa yang diberikan kepada anak
yang menurut dan setia. Perbedaan yang sama juga terlihat di antara mereka yang mengaku
sebagai anak-anak Allah. Banyak orang yang mengetahui bahwa mereka adalah sasaran kasih
dan pemeliharaan-Nya, dan yang rindu memperoleh ber-kat-berkat-Nya tidak suka melakukan
kehendak-Nya. Mereka menganggap tuntutan Allah kepada mereka sebagai suatu kekang yang
tidak menyenangkan, hukum-hukum-Nya sebagai suatu kuk yang menyusahkan. Tetapi orang
yang sungguh-sungguh mencari kesucian hati dan senang akan hukum Allah, akan berduka
bila mereka begitu jauh tidak memenuhi tuntutannya.
Kita diperintahkan untuk mengasihi satu dengan yang lain sama seperti Kristus mengasihi
kita. Ia telah menyatakan kasihNya oleh menyerahkan hidup-Nya untuk menebus kita. Murid
yang kekasih itu berkata bahwa kita harus rela menyerahkan hidup kita bagi saudara-saudara.
Karena “setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga dia yang lahir dari
pada-Nya” (ayat 1). Jika kita mengasihi Kristus, kita harus mengasihi mereka yang menyerupai
Dia dalam hidup dan tabiat. Dan tidak hanya begitu, tetapi kita akan mengasihi mereka yang
“tanpa pengharapan,” dan yang “tanpa Allah di dalam dunia” (Ef 2:12). Untuk menyelamatkan
orang-orang berdosalah Kristus meninggalkan surga, datang ke dunia untuk menderita dan
mati. Untuk ini Ia bekerja keras dan menderita dan berdoa, sampai hancur hati dan disiksa oleh
mereka yang akan Dia selamatkan, menyerahkan hidup-Nya di Golgota.

Meniru Sang Teladan

Banyak orang enggan menghidupkan satu kehidupan seperti yang dihidupkan Juruselamat
kita. Mereka merasa bahwa untuk meniru teladan itu, untuk menghasilkan buah-buah
kebajikan, dan kemudian dengan sabar menderita perbaikan dari Allah sehingga mereka boleh
menghasilkan lebih banyak buah, dituntut pengorbanan yang terlalu besar. Tetapi bila orang
Kristen menganggap dirinya hanya sebagai alat yang sederhana di tangan Kristus, dan berusaha
keras dengan setia melaksanakan setiap tugas, mengandalkan pertolongan yang dijanjikan
Allah, dia akan mengenakan kuk Kristus yang ternyata nyaman; kemudian ia akan menanggung
beban demi Kristus, dan mengatakan beban itu ringan adanya. Ia dapat menatap dengan berani
dan penuh keyakinan, sambil berkata, “karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin
bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada
hari “Tuhan” (2 Tim 1:12).
Jika kita menghadapi rintangan di jalan dan dengan setia mengatasinya; jika kita
menghadapi perlawanan dan hinaan, dan di dalam Kristus kita beroleh kemenangan; jika kita
memikul tanggung jawab dan setia melaksanakan tugas-tugas kita dalam semangat yang
dimiliki Guru kita,—maka sesungguhnya kita memperoleh suatu pengetahuan berharga tentang
kuasa dan kesetia-an-Nya. Kita tidak lagi bergantung kepada pengalaman orang lain, karena
kita sendiri telah memiliki kesaksian. Seperti orang Samaria pada waktu dulu, kita dapat
berkata, “Kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa dia benar-benar Juruselamat
dunia” (Yoh 4:42).

Kesempatan Kita Bersekutu dengan Kristus

Bukan hanya kesempatan istimewa tetapi juga adalah kewajiban setiap orang Kristen untuk
memelihara hubungan yang erat dengan Kristus dan memperoleh pengalaman yang kaya dalam
hal-hal Ilahi. Kemudian kehidupannya akan menghasilkan buah-buah kebajikan dengan
limpah. Kristus bersabda, “Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah
banyak” (Yoh 15:8). Bila lata membaca kehidupan orang-orang yang terkenal kesalehannya,
sering kita anggap pengalaman dan pencapaian mereka di luar jangkauan kita. Tetapi tidak
demikian halnya. Kristus mati bagi semua orang; dan firman-Nya memberi jaminan kepada
kita bahwa Ia lebih suka mengaruniakan Roh Kudus-Nya kepada mereka yang memohon
kepada-Nya daripada ibu-bapa dunia memberikan pemberian yang baik kepada anak-anak
mereka. Tabiat Kristiani para nabi dan rasul yang sempurna tidak terbentuk karena mukjizat.
Mereka menggunakan sarana yang telah ditempatkan Allah di dalam jangkauan mereka; dan
semua yang melaksanakan upaya yang sama akan mendapat hasil yang sama.

Doa Paulus bagi Jemaat

Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, Paulus menyampaikan ke hadapan mereka


“rahasia Injil” (Ef 6:19), “kekayaan Kristus yang tak terduga” (Ef 3:8), dan kemudian
meyakinkan mereka tentang doanya yang sungguh-sungguh demi kekayaan rohani:
“Aku sujud kepada Bapa... supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya menguatkan
dengan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam hatimu, sehingga oleh imanmu Kristus diam
di dalam hatimu dan kamu berakar dan berdasar di dalam kasih. Aku berdoa supaya kamu
bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya
dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia
melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa supaya kamu dipenuhi di dalam segala kepenuhan
Allah” (Ef 3:1419).
Ia juga menulis kepada saudara-saudaranya di Korintus, “Mereka yang dikuduskan dalam
Kristus Yesus,” “Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus
Kris-tus menyertai kamu. Aku senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas
kasih karunia Allah yang dianugerah-kan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus. Sebab di
dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam segala macam perkataan dan
segala macam pengetahuan, sesuai dengan kesaksian tentang Kristus yang telah diteguhkan di
antara kamu. Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam sesuatu karunia pun sementara kamu
menantikan pernyataan Tuhan kita Yesus Kristus” (1 Kor 1:2-7). Kata-kata ini tidak hanya
ditujukan kepada jemaat di Korintus tetapi kepada semua umat Allah yang hidup pada akhir
zaman. Setiap orang Kristen boleh menikmati berkat penyucian.
Lebih lanjut rasul itu menyampaikan perkataan ini: “Tetapi aku menasihati kamu, saudara-
saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada
perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir” (ayat
10). Paulus tidak akan meminta mereka melakukan yang tidak masuk mungkin. Persatuan
merupakan hasil yang pasti dari kesempurnaan Kristen. Dalam surat kirimannya kepada jemaat
di Kolose, ia juga me-nyatakan kesukaan mulia yang diberikan kepada anak-anak Allah.
“Karena kami telah mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus dan tentang kasihmu
terhadap semua orang kudus,.... Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada henti-
hentinya berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan
pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, sehingga
hidupmu layak di hadapan-Nya, serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu
memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang
benar tentang Allah, dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk
menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar” (Kol 1:4-11).

Standar Kesucian

Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan-Nya
dalam pen-deritaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya
aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati. Bukan seolah-olah aku telah
memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-ka- lau aku dapat
menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. Saudara-saudara, aku
sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku
melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang ada di
hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi
dari Allah dalam Kristus Yesus” (Flp 3:7-14). Ada suatu perbedaan mencolok antara
pembenaran diri yang sombong dari mereka yang mengaku tidak berdosa, dan bahasa yang
paling sopan rasul ini. Namun itulah kesucian dan kesetiaan hidupnya sendiri yang memberi
kuasa sedemikian rupa sebagai imbauan kepada saudara-saudaranya.

Kehendak Allah

Rasul Paulus tidak ragu-ragu menekankan pentingnya penyucian menurut Alkitab dalam
setiap kesempatan yang tepat. Ia berkata: “Kamu tahu juga petunjuk-petunjuk mana yang telah
kami berikan kepadamu atas nama Tuhan Yesus. Karena inilah kehendak Allah:
pengudusanmu” (1 Tes 4:2, 3). “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat:
karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu
aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang
mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.
Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya
kamu dada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-
tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara
mereka seperti bintang-bintang di dunia” (Flp 2:12-15).
“Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang
berkuasa, taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik Janganlah mereka
memfitnah, janganlah mereka bertengkar, hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah
lembut terhadap semua orang.... Perkataan ini benar dan aku mau supaya engkau dengan yakin
menguatkannya, agar mereka yang sudah percaya kepada Allah sungguh-sungguh berusaha
melakukan pekerjaan yang baik. Itulah yang baik dan berguna bagi manusia” (Tit 3:1-8).
Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu
telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. Hendaklah perkataan Kristus diam
dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar
dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan Mazmur dan pujian-pujian dan
nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. Dan segala sesuatu
yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama
Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita” (Kol 3:12-17).

Bab 11 - Kesempatan Istimewa Orang Kristen

Mereka terus-menerus memandang pada diri sendiri, dan menangisi iman mereka yang
kurang; dan karena mereka tidak memiliki iman, mereka merasa bahwa mereka tidak dapat
menuntut berkat Allah. Orang-orang ini salah mengerti perasaan sebagai iman. Mereka beralih
dari kesederhanaan iman yang benar, dengan demikian menimbulkan kegelapan besar ke atas
jiwa mereka. Mereka harus mengalihkan pikiran mereka dari diri, agar tinggal dalam belas
kasihan dan kebaikan Allah dan merenungkan kembali janji-janji-Nya, lalu percaya bahwa Ia
akan menggenapi perkataan-Nya. Apabila kita bertobat dari pelanggaran masa lampau terhadap
hukum-hukum-Nya, dan bertekad memperbarui penurutan pada masa mendatang, kita harus
percaya bahwa Allah demi Kristus menerima kita dan mengampuni dosa-dosa kita.
Kadang-kadang, kegelapan dan kekecewaan datang kepada jiwa, mengancam dan mau
menghanyutkan kita, tetapi kita tidak boleh meninggalkan keyakinan kita. Kita harus
mengarahkan pandangan kita kepada Yesus, baik dengan satu perasaan maupun tidak. Kita
harus berusaha melaksanakan setiap tugas dengan setia, kemudian dengan tenang berpegang
kepada janji-janji Allah.
Kehidupan Iman

Kadang-kadang perasaan ketidaklayakan kita membuat ketakutan di dalam jiwa, tetapi ini
bukanlah bukti bahwa Allah telah berubah terhadap kita, atau kita terhadap Allah. Janganlah
mengekang pikiran hingga mempunyai satu perasaan tertentu. Bisa saja kita tidak merasakan
hari ini damai sejahtera dan sukacita yang kita rasakan kemarin; tetapi dengan iman kita harus
memegang tangan Kristus, dan percaya penuh kepada-Nya di dalam gelap maupun di dalam
terang. Setan bisa saja berbisik, “Engkau terlalu berdosa untuk dapat diselamatkan Kristus.”
Sementara menyadari bahwa engkau benar-benar orang berdosa dan tidak layak, namun
engkau dapat menghadapi penggoda dengan seruan, “Dengan jasa kebajikan pendamaian, aku
mengklaim Kristus sebagai Juruselamatku. Aku tidak percaya pada jasa-jasaku sendiri, tetapi
kepada darah Yesus yang mahal, yang menyucikan aku. Saat ini aku menggantungkan jiwaku
yang tak berdaya kepada Kristus.” Kehidupan Kristen haruslah menjadi suatu kehidupan iman
yang hidup dan tetap. Kepercayaan yang kukuh, ketergantungan kepada Kristus akan
membawa damai dan jaminan kepada jiwa.

Melawan Pencobaan

Janganlah kecewa bila tampaknya hati begitu keras. Setiap hambatan, setiap musuh di dalam
jiwa, hanyalah menambah keperluanmu akan Kristus. Ia datang untuk mengangkat hati batu
dan mengaruniakan kepadamu hati daging. Pandanglah kepada-Nya untuk kasih karunia
khusus untuk mengatasi kesalahan-kesalahanmu yang khusus. Bila diserang oleh pencobaan,
dengan teguh lawanlah anjuran-anjuran jahat itu; katakanlah kepada jiwamu, “Bagaimana
mungkin aku menghina Penebusku? Aku telah menyerahkan diriku kepada Kristus; aku tidak
ingin melakukan pekerjaan Setan.” Berserulah kepada Juruselamat terkasih untuk memperoleh
bantuan dalam menyerahkan setiap berhala dan meninggalkan setiap dosa kesayangan. Biarlah
mata iman diarahkan kepada Yesus yang sedang berdiri di hadapan takhta Bapa, mengajukan
tangan-Nya yang terluka sementara Ia memohon bagimu. Percayalah bahwa kekuatan datang
kepadamu melalui Juruselamatmu yang mulia.

Memandang dengan Mata Iman

Dengan iman pandanglah mahkota yang disediakan bagi me-reka yang menang; dengarlah
nyanyian sukacita dari orang-orang yang ditebus, Layaklah, Layaklah Anak Domba, yang telah
mati dan yang telah menebus kita untuk Allah! Upayakanlah menganggap suasana ini sebagai
kenyataan. Stefanus, orang Kristen pertama yang mati syahid, dalam pergumulannya yang
dahsyat dengan para pemerintah dan penguasa serta kejahatan rohani di tempat tinggi, berseru,
“Sungguh aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah” (Kis
7:56).
Janganlah seorang pun menyangka bahwa tanpa upaya mereka yang sungguh-sungguh,
mereka dapat memperoleh jaminan kasih Allah. Bila pikiran telah lama dibiarkan untuk hanya
memikirkan perkara-perkara duniawi saja, sudah tentu sulit mengubah kebiasaan berpikir itu.
Apa yang dilihat mata dan didengar telinga, terlalu sering menarik perhatian dan
menghilangkan minat. Tetapi jika kita mau memasuki kota Allah, dan memandang Yesus dan
kemuliaan-Nya, kita harus terbiasa memandang kepada-Nya dengan mata iman di dunia ini.
Sabda dan tabiat Kristus harus sering menjadi pokok pemikiran dan percakapan kita, dan setiap
hari dalam waktu-waktu tertentu harus digunakan untuk berdoa dan merenungkan tema-tema
yang suci ini.
Mendiamkan Roh

Penyucian adalah pekerjaan setiap hari. Biarlah jangan seorang pun menipu diri dengan
keyakinan bahwa Allah akan mengampuni serta memberkati mereka sementara melanggar
salah satu dari tuntutan-tuntutan-Nya.
Pelanggaran sengaja akan suatu dosa yang diketahui, mendiamkan suara kesaksian Roh itu dan
memisahkan jiwa dari Allah. Bagaimanapun kegembiraan rohani yang dialami, Yesus tidak
bisa tinggal di dalam hati yang melanggar dan merendahkan hukum Ilahi. Allah hanya akan
menghormati mereka yang menghormati Dia.
“Kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati” (Rm 6:16). Jika kita memanjakan
amarah, nafsu, keserakahan, dengki dan kepentingan diri atau segala jenis dosa lain, kita
menjadi hamba-hamba kepada dosa. “Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan” (Mat
6:24). Jika kita melayani dosa, kita tak dapat melayani Kristus. Orang Kristen akan merasakan
dorongan dosa, karena keinginan daging bertentangan dengan Roh; tetapi Roh berjuang
melawan daging secara terus-menerus. Di sinilah pertolongan Kristus diperlukan. Manusia
yang lemah dipersatukan dengan kekuatan Ilahi, dan iman berseru. “Tetapi syukur kepada
Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita” (1 Kor
15:57).
Memperbaiki Kebiasaan Rohani

Doa setiap hari penting bagi pertumbuhan dalam kasih karunia, bahkan dalam kehidupan
rohani itu sendiri, seperti halnya makanan bagi kesehatan jasmani. Kita harus membiasakan
diri untuk mengangkat pikiran kita kepada Allah dalam doa. Bila pikiran mengembara, kita
harus kembalikan; dengan upaya yang tak kenal lelah, akhirnya kebiasaan akan membuatnya
mudah. Sesaat pun kita tak dapat aman bila terpisah dari Kristus. Hadirat-Nya boleh menyertai
kita pada setiap langkah, tetapi hanya dengan memenuhi syarat-syarat yang telah Dia tentukan
sendiri. Agama harus dibuat menjadi urusan besar kehidupan. Segala hal lain harus lebih
rendah daripada itu. Segala kesanggupan tubuh, jiwa dan roh harus digunakan dalam
peperangan Kristiani. Kita harus memandang kepada Kristus untuk kekuatan dan kasih karunia,
dan kita akan memperoleh kemenangan seperti pastinya Yesus telah mati bagi kita.

Nilai Jiwa

Kita harus datang lebih dekat ke salib Kristus. Menyesali dosa di kaki salib adalah pelajaran
pertama dari damai yang harus kita pelajari. Kasih Yesus--siapa yang dapat memahaminya?
Jauh lebih lembut dan lebih menyangkal diri daripada kasih seorang ibu! Jika kita ingin
mengetahui nilai satu jiwa, kita harus memandang dengan iman yang hidup kepada salib itu,
dengan demikian kita mulai belajar sesuatu yang akan menjadi pelajaran dan nyanyian orang-
orang yang ditebus itu selama-lamanya. Nilai waktu dan talenta-talenta kita hanya dapat diukur
oleh besarnya tebusan yang dibayar untuk kita. Betapa sikap tidak berterima kasih kita
nyatakan kepada Allah bila kita merampok Dia dari milik-Nya sendiri oleh tidak memberikan
kepada-Nya kasih dan pelayanan kita! Terlalu besarkah bagi kita bila menyerahkan diri kepada
Dia yang telah mengorbankan segalanya untuk kita? Dapatkah kita memilih persahabatan
dengan dunia di hadapan kemuliaan Kristus yang tak terhingga--“duduk bersama-sama dengan
Bapa-Ku di atas takhta-Nya” (Why 3:21)?

Suatu Pekerjaan yang Teras Maju

Penyucian adalah suatu pekerjaan yang progresif. Langkah maju ditempatkan di hadapan
kita seperti perkataan Rasul Petrus: “Kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk
menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada
pengetahuan penguasaan diri, dan kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan
kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kasih akan saudara-saudara
kasih akan semua orang. Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah,
kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalan akan Yesus Kristus, Tuhan
kita” (2 Ptr 1:5-8). “Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya
panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jika kamu melakukannya, kamu tidak akan
pernah terserandung. Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk
memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus” (ayat
10, 11).
Dengan demikian mereka yang sedang bekerja dalam rencana tambahan itu untuk
memperoleh kasih karunia Kristus, memperoleh juga jaminan bahwa Allah akan bekerja di atas
rencana yang dilipatgandakan untuk mengumpulkan bagi mereka karunia-karunia Roh-Nya.
Petrus mengamanatkan kepada mereka yang memiliki iman yang berharga: “Kasih karunia dan
damai sejahtera meliputi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita” (ayat
2). Dengan kasih karunia Ilahi, semua orang yang menaiki anak tangga bercahaya dari bumi
ke surga, dan akhirnya, “sukacita abadi meliputi mereka” (Yes 35:10), masuk melalui pintu
gerbang kota Allah.
Juruselamat kita menuntut semua yang ada pada kita; Ia meminta pemikiran kita yang
terutama dan yang paling suci, serta kasih sayang kita yang paling murni dan kuat. Jika kita
sungguh-sungguh ambil bagian dalam sifat Ilahi, pujian kepada-Nya akan selamanya di hati
dan di bibir kita. Satu-satunya keselamatan kita ialah menyerahkan segala yang ada pada kita
kepada-Nya dan terus-menerus bertumbuh di dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan
kebenaran.
Seruan Kemenangan Paulus

Rasul Paulus sangat menghormati Allah, dan Rasul Paulus diangkat ke langit ketiga dalam
penglihatan yang suci, dalam keadaan Rasul Paulus melihat suatu pemandangan yang
kemuliaannya tidak diperbolehkan dia nyatakan. Namun Rasul Paulus tidak sombong atau
percaya terhadap diri sendiri. Dan menyadari pentingnya tetap setia dan menyangkal diri,
dengan jelas dikatakan , “Aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah
memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak” (1 Kor 9:27).
Paulus sangat menderita demi kebenaran, namun dia tidak mendengar persungutan keluar
dari bibirnya. Paulus menjalani kehidupannya yang begitu kerja keras, penuh perhatian dan
pengorbanan, ia berkata, “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat
dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita” (Rm 8:18). Seruan
kemenangan hamba Allah yang setia itu sampai kepada zaman kita ini. “Siapakah yang akan
memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau
kegelapan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?... Tetapi dalam semuanya itu kita
lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin,
bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah,
baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas,
maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari
kasih Allah, yang ada dalam kasih Yesus, Tuhan kita” (Rm 8:35-39).
Dari dalam penjara yang pengap dan dingin muncullah kesaksiannya yang terakhir, penuh
dengan iman dan keberanian yang mulia, memberikan inspirasi kepada hati orang-orang saleh
dan yang mati syahid dari abad ke abad. Perkataannya yang layak melukiskan hasil-hasil
penyucian yang kita dapati dalam halaman-halaman buku ini berusaha untuk menyatakan:
“Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku
sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan
aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebesaran yang akan
dikaruniai kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya
kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya” (2 Tim 4:6-
8).

Kesimpulan
Dalam buku hidup yang disucikan kita di ajarkan dalam perihal, Jika kita ingin
memperkembangkan suatu tabiat yang dapat diterima Allah, kita harus membentuk kebiasaan-
kebiasaan yang baik dalam kehidupan rohani kita. mengakui dosa kita agar kita disebut suci
dan memelihara anggota tubuh kita agar tidak bercela ataupun cacat didalam Tuhan seperti
Nabi Daniel suci dan tidak bercela sedikitpun dihadapan Allah. Kita harus menaati hukum
taurat yang seperti yang diajarkan Yohanes kepada umat yang percaya kepada Tuhan.
Penyucian adalah pekerjaan setiap hari. Biarlah jangan seorang pun menipu diri dengan
keyakinan bahwa Allah akan mengampuni serta memberkati mereka sementara melanggar
salah satu dari tuntutan-tuntutan-Nya.

Anda mungkin juga menyukai