Anda di halaman 1dari 232

Yesus telah merobek tirai

agamawi

tetapi
elit dan pemimpin
‘agama’ menjahitnya
kembali……….
Dr. Ir. Heru Kustriyadi Wibawa, MSc

1
Catatan bagi pembaca

Injil harus diberitakan dalam bentuknya yang murni dengan


tidak dikurangi atau ditambah-tambahi, buku ini mencoba
menyuarakan dengan lantang kembali. Apa yang telah Yesus
lakukan dan ajarkan akan mampu menyatukan umat-Nya
dalam tataran apapun dan dimanapun ketika hati mereka
telah menerima karya Kristus melalui pertobatan.

Bisa saja apa yang dituliskan dalam buku ini akan


menyinggung saudara dan mungkin bahkan membuat saudara
marah. Bisa juga akan merobek kembali doktrin yang terus
dipegang erat oleh lembaga agamawi terorganisir.

Namun kita harus bersemangat dan percaya bahwa tugas


generasi zaman inilah untuk merangkul bukan memukul,
menghimpun bukan mencerai-beraikan, menyatukan bukan
mencari perbedaan, menjadikan saudara bukan kompetitor,
menumbuhkan bukan memusnahkan. Akan muncul suatu
generasi orang percaya yang sedang bangkit di bumi yang
matanya terbuka bagi kemurnian injil, lepas dari kepentingan
duniawi para elit dan agamawan yang telah dan terus
mempertahankan kungkungannya berabad-abad.

Injil telah menjadi komoditi eksklusif yang dikhotbahkan


dicampur dengan membangkitkan emosi pendengarnya
melalui rasa bersalah ditambahkan mimpi tentang
kesuksesan dunia didalam kebaktian-kebaktian dalam bentuk
pertunjukan yang terancang dengan sangat modern. Atau
menjadi sebuah ritual-ritual keagamawian yang memisahkan
diri dari realita dan tantangan kehidupan nyata, berada di
tempat-tempat sunyi, yang kemudian saat keluar dari

2
persembunyiannya kemudian menunjuk-nunjuk dan
menyalahkan.

Kehidupan orang-orang percaya yang telah direduksi menjadi


tidak lebih dari program manajemen dosa, dengan umpan
kenikmatan dunia agar terus mengejar impiannya. Seperti
berlari di atas treadmill yang tidak pernah menuju kemana-
mana. Kehidupan yang naif yang berakhir dalam fatamorgana
upaya untuk menyenangkan Tuhan dengan membangun
perilaku yang lebih baik serta terus mencoba semakin kurang
dalam berbuat dosa dengan cara dan kekuatan sendiri lepas
dari anugerah karya Roh Kudus yang telah berdiam dan
menunggu didalam dirinya.

Kita yang telah terbiasa dididik dalam keagamawian harus


melepaskan pembelajaran (unlearning) banyak hal yang telah
kita pelajari dan percayai bahkan hidupi selama bertahun-
tahun. Pada awalnya mungkin terasa sepertinya karpet
direnggut dari bawah kaki kita, namun kesederhanaan Injil
yang murni akan segera membebaskan kita. Karena kuk yang
dari Tuhan adalah enak dan menyenangkan serta memberikan
kelegaan. Dialah yang ada didalam diri kita, yang paling
mengerti siapa kita dan bagaimana menolong kita mencapai
kesegambaran dengan Allah yang sangat menantikannya itu
terwujud.

Roh Kudus dapat bekerja melalui pribadi siapapun yang


bahkan tanpa pendidikan atau kualifikasi pelayanan formal.
Bukankah pelayanan Injil dimulai dari kaum pinggiran, mereka
yang sederhana, tanpa pendidikan formal bahkan termasuk
kelompok marjinal ? Sayang sekali seperti sebuah ‘Permata
yang sangat besar’, Injil kemudian lebih banyak dijadikan

3
komoditas untuk menarik banyak orang yang kemudian
dikurang dan tambahi sedemikian rupa melalui institusi
‘sakral’ dan formal bagi kepentingan kaum elitnya.

Melalui buku kecil ini kita akan merobek selubung pada ayat-
ayat Alkitab yang membingungkan dan akan menyinarkan
cahaya yang sedemikian terang sehingga akan memenuhi kita
dengan kegairahan dan semangat yang melegakan. Di
sepanjang buku ini kita akan semakin tertunduk penuh syukur
dan akan berkata, "Wow, saya sudah berulangkali membaca
ayat itu tapi belum pernah memahaminya seperti ini!"

Buku yang mewartakan Injil murni dan non-agamawi sejati ini


akan secara efektif menyingkapkan kasih karunia Allah yang
mengagumkan bagi umat manusia. Buku ini hanya
membagikan Yesus; siapa Dia, apa yang telah Dia lakukan dan
tentang apa sajakah kehidupan di dalam Dia. Yang dijelaskan
adalah perbedaan besar antara kehidupan agamawi yang
didasarkan oleh ‘perjanjian’ lama dengan kehidupan rohani
yang didasarkan oleh ‘perjanjian’ baru serta berbagai
masalah-masalah yang muncul karena mencampur adukkan
kedua ‘perjanjian’ itu. Kita akan masuk dalam sebuah
identitas, kemerdekaan, kepercayaan diri dan keberanian
yang baru dan membebaskan.

Perjalanan kehidupan pribadi penulis dan komitmennya yang


sangat serius dalam bergumul beersama Tuhan Yesus yang
sangat dicintainya akan sangat mewarnai isi buku yang
melegakan setiap orang yang merasakan ikatan-ikatan yang
membebani namun hanya menghasilkan kehidupan semu
yang semakin munafik. Bersama penulis kita akan masuk dan
berselancar dari suatu perjalanan agamawi menuju kapasitas

4
maksimal yang berorientasikan kinerja yaitu kasih karunia
pemberi hidup yang memerdekakan.

Buku yang santun namun dengan berani merobek tirani


pemikiran, budaya dan indoktrinasi, akan membawa kita pada
keindahan Kasih karunia dan penerimaan Allah yang
memerdekaan dari penuduhan/penghukuman,
membangkitkan gairah untuk menghidupi kehidupan
‘transformasional’ diri. Hal yang sama ketika Kristus harus
menghadapi kemarahan dari para Farisi dan ahli-ahli Taurat
terhadap munculnya harapan dan kebahagiaan bagi kaum
‘awam’ yang termarjinal yang menyebar yang disebabkan oleh
revolusi kasih karunia. Memahami isi buku ini melalui hati
yang hanya terarah pada kasih Bapa, kita akan mampu
menemukan harta yang paling berharga yang selama ini telah
disembunyikan hingga kita kehilangan hak atas sukacita dan
kemerdekaan dalam Kristus. Kita akan kembali pada esensi
baru sebagai umat yang terpilih, imamat Rajani dan bangsa
yang kudus penuh kemuliaan yang Allah rindukan dimiliki dan
dinikmati bagi anak-anak-Nya terkasih.

Mengikut Kristus adalah sebuah kehidupan didalam kasih


karunia Allah yang secara sistematis dalam cara-cara yang
praktis dan mudah dimengerti oleh kalangan manapun.
Apakah kita orang yang belum mengenal Kristus, atau masih
baru dalam kekristenan, atau dimanapun posisi kita saat ini.
Prinsip-prinsip yang akan menolong kita untuk memahami
lebih baik mengenai dalamnya kebaikan dan kasih Bapa kita.

Buku ini berdiri tegak menguraikan secara ringkas dan terus


terang mengenai subyeknya yang menghancurkan konsepsi-
konsepsi yang salah, yang akan mengobarkan iman,

5
membangun keyakinan. Reformasi kasih karunia sedang
melanda bumi di akhir zaman ini, yang akan membawa
manusia sanggup menemukan jalan keluar menghadapi
tantangan zaman.

Buku yang juga menantang cara orang berpikir. Buku yang


akan menyebabkan para pembacanya berbalik dan
mengevaluasi kembali bebagai hal yang selama ini mereka
selalu percayai dan bertanya sendiri apakah sudut pandang-
sudut pandang itu alkitabiah atau hanyalah merupakan hasil
dari pengajaran yang mereka terima selama ini dari orang lain.
Sebuah buku yang merangsang pemikiran dan menyegarkan
hati.

Kita akan dibawa kembali pada anugerah terbesar yang telah


ditinggalkan bagi kita oleh Tuhan Yesus yang menolong
membebaskan orang-orang dari pandangan-pandangan keliru
mengenai Allah, diri mereka sendiri, orang lain dan kehidupan
secara umum. Buku ini akan membuat kita berhenti dan
berpikir. Mungkin saja ada yang tidak setuju dengan setiap apa
yang diajukan oleh penulis, namun pembaca akan terpaksa
memikirkan kembali alasan-alasan Alkitabiah kita menganut
pendirian yang sedang kita pegang.

Kemungkinan yang lain adalah kita akan mendapati diri kita


bergerak ke dalam suatu pemahaman yang baru berdasarkan
kemurnian dan kesederhanaan pesan Injil dari buku ini,
mengenai beberapa hal yang selama ini kita pikir telah kita
pahami dengan jelas sampai sekarang.

Iklim pengajaran agamawi didalam gereja Yesus Kristus zaman


ini menempatkan dirinya pada suatu tempat dimana legalistis
memiliki efek melemahkan banyak umat tetapi menguatkan

6
posisi elitnya. Di seluruh dunia, fokus dalam gereja sebagian
besar mengenai usaha manusia. Dengan menambahkan apa
yang harus dilakukan melalui tingkah laku kita dan bagaimana
kita melakukan suatu pekerjaan yang lebih baik dalam
menjalani kehidupan Kristen. Penjajahan iblis dan dosa
sepertinya yang menjadi akar masalahnya. Manusia meskipun
telah dibebaskan oleh pengorbanan Kristus, masih terus
kembali dalam kebiasaan lamanya dengan membebani dan
mengikatkan dirinya pada legalistis memuaskan egonya.

Disisi lain, nampaknya keinginan iblis lepas dari Allah dan


menemukan serta menghidupi hidup dengan kekuatan sendiri
juga terus dihembuskan dan tanamkan dalam kehidupan umat
melalui kedok ‘rohani’ yang ditawarkan melalui elit agamawan
yang membutuhkan keuntungan pribadinya. Akibat dari fokus
ini telah memporakporandakan kehidupan umat jauh dari
kapasitas maksimal yang telah disediakan didalam kasih
karunia didalam Kristus.

Satu-satunya penangkal masalah yang semakin


memerosotkan kehidupan manusia serta umat Allah adalah
kembali pada esensi paling hakiki dari Injil, yaitu Kristus datang
untuk merobek pola kehidupan agamawi dan
menggantikannya dengan kehidupan didalam kasih karunia.
Hanya hal inilah yang akan membebaskan banyak orang dan
membawa mereka kembali pada ‘destiny’ Illahi yaitu
mencapai kesegambaran dan keserupaan dengan Allah.

Saatnya umat Kristen zaman ini meninggalkan usaha untuk


berlari diatas ‘treadmill’ lusuh agamawi yang mereka
upayakan selama sebagian besar hidup mereka dan kembali
hidup hanya didalam kasih karunia. Rasakan suara lembut

7
panggilan Bapa, hembusan kasih Agape yang menyegarkan,
yang mengundang kita untuk melepaskan apapun yang
membebani kehidupan. Karena level kemenangan yang akan
kita alami dalam perjalanan rohani ini adalah perjalanan yang
menyenangkan, menggairahkan didalam ruang anugerah yang
membuat kita bisa ‘rest’ semata-mata beristirahat didalam
Dia yang telah menyelesaikan semuanya demi kita semua.

Bacalah buku ini secara perlahan dan dengan sikap doa.


Letakkan Alkitab dekat-dekat untuk membandingkan apa yang
penulis katakan dengan apa yang Firman Tuhan katakan.
Dalam melakukan ini, kita mungkin sekali akan mendapati diri
mengalami sensasi kemerdekaan dan sukacita yang dapat
dimiliki hanya oleh mereka yang mau bangkit mengatasi
program indoktrinasi agamawi yang telah kita terima melalui
pengaruh-pengaruh yang sekalipun tulus namun legalistik di
masa lalu kita. Hanya bagi mereka yang mau dan mampu
keluar dari ikatan-ikatan legalistik akan bisa mulai memiliki
dan menikmati Cahaya Kasih Karunia dalam suatu cara yang
akan mempunyai suatu efek transformasional yang permanen
dalam kehidupan.

Karena perjalanan kehidupan iman adalah mengalami


regenerasi roh melalui pertobatan, transformasi jiwa dengan
menerima dan menghidupi karya Roh Kudus serta
mempersembahkan tubuh sebagai korban yang kudus, hidup
dan berkenan kepada Allah sambil menantikan saat
transfigurasi tubuh saat Kristus datang ke bumi untuk kedua
kalinya.

8
Kiranya Tuhan menolong kita sekalian untuk setiap usaha
menuju keserupaan dengan Kristus yang adalah juga kembali
pada jati diri manusia sebagai gambar dan rupa Allah.

Amin.

Pamulang, medio 2021

Penulis

9
Daftar Isi

Catatan bagi pembaca ...................................................... 2

Kata Pengantar ……………………………………………………………… 11

Pernyataan Misi Penulis ……………………………………………….. 16

Prakata.............................................................................. 19

Bab 1 Proses Pengenapan Rencana Allah ……………………… 46

Bab 2 Rencana Kekal Allah Tinggal Bersama Umat ……….. 68

Bab 3 Penciptaan Manusia …………………………………………… 91

Bab 4 Pemberontakan Manusia …………………………………… 102

Bab 5 Allah Menjangkau Manusia Berdosa Melalui Kenosis 122

Bab 6 Jalan Keluar Yang Disediakan Allah …………………….. 129

Bab 7 Iman Dalam Tindakan …………………………………………. 146

Bab 8 Hidup Dalam Anugerah, Menjalani Transformasi .. 152

Bab 9 Cara Menikmati Persekutuan Dengan Allah, Peran Hati,


Jiwa dan Roh ……………………………………………………………….. 172

Bab 10 Cara Mengelola Jiwa ………………………………………... 191

Bab 11 Hidup Dalam Persembahan Tubuh …………………… 198

Bab 12 Membuat Aliran Roh Lancar Dan Terus Menerus


Terjadi …………………………………………………………………………. 209

Bab 13 Hidup Dalam Perjanjian Baru …………………………… 215

Penutup ……………………………………………………………………….. 231

10
Kata Pengantar

Buku ini saya tulis sama sekali jauh dari keinginan membuat
sensasi ataupun membangun aliran theologi baru, tetapi jujur
merupakan perwakilan dari kegelisahan begitu banyak pribadi
yang merasakan lelah melihat ketidakjujuran, kemunafikan
bahkan kekosongan keteladanan kehidupan di zaman ini. Para
pemimpin rohani yang diharapkan menjadi motor
pembaharuan telah lama dan semakin terjebak pada
kecintaan dan keterikatan pada dunia. Kehidupan seolah
sudah menjadi sama, antara dunia dan Kerajaan Allah antara
Injil dan kenikmatan dunia.

Saudara mungkin ingin membakar buku ini setelah membaca


bab pertama. Atau setelah beberapa saat saudara merenung
kemudian, saudara mungkin akan melahapnya dalam
beberapa hari dengan gairah dan sukacita.

Injil yang murni, sederhana, polos, jujur, bodoh, lugu sudah


menjadi barang yang sangat langka di tempat yang semestinya
berada. Ornamen yang terus disampirkan kepadanya semakin
memberatkan dan merubah esensinya. Karenanya buku ini
mungkin menyinggung perasaan dan bahkan mungkin
membangkitkan kemarahan saudara. Injil kasih karunia,
adalah sebuah kabar baik yang jujur, sederhana telah banyak
ditolak oleh kebanyakan lembaga relijius terorganisir. Namun
jadilah pemberani, jadilah ‘the last warrior’ mempertahankan
dan menghidupi Injil. Suatu generasi orang percaya yang
sedang bangkit di bumi yang membuka mata terhadap
kebenaran Injil– suatu gelombang orang-orang yang telah
bertambah muak dengan cara pemimpin dan elit agamawi.

11
Kesederhanaan pesan Injil itu ditulis Paulus dalam Galatia 1:
11-12 : Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-
saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil
manusia. Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan
bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku
menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus.

Injil itu mengalir dan bersumber hanya pada satu pribadi yaitu
Tuhan Yesus Kristus, bukan syariah keagamawian yang
menjadi pondasi-pondasi dunia religius. Paulus menekankan
adanya dua dasar kehidupan yang sama sekali berbeda yaitu
kehidupan ‘perjanjian’ lama dengan ‘perjanjian’ baru. Dua
kehidupan yang berada di bawah akad/pengikatan secara
hukum (Ingg: covenants) yang berbeda. (LAI menerjemahkan
’covenant’ sebagai ‘perjanjian’ namun kata itu kurang memiliki
makna ikatan legal antara 2 pihak yang berbeda).

Yesus mengecam orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat


agamawi yang mencoba menegakkan versi hukum mereka
sendiri Dalam Matius 23 : 1-36. Dalam ayat 13-15 :

Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi,


hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-
pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak
masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk
masuk. (Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang
Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan
rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang
dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan
menerima hukuman yang lebih berat). Celakalah kamu, hai
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang
munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah

12
daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi
penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu
menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari
pada kamu sendiri.

Sikap tegas Yesus mengecam kaum agamawi namun


menunjukkan belas kasihan kepada orang-orang berdosa.
Kristus merupakan penggenapan hukum Taurat dan ia
mengkhotbahkan kasih dan penerimaan Allah yang
bertentangan dari upaya untuk menegakkan persyaratan-
persyaratan hukum. Hukum dan aturan agamawi
dipergunakan bagi kepentingan kaum elit untuk mengambil
keuntungan kelompok dan pribadi. Dengan memunculkan
‘agama’ maka mereka mendapatkan kemudahan dalam
menarik dan ‘memaksa’ serta ‘mengancam’ umat mengikuti
keinginan kaum elit. Sehingga kedok ‘agama’ akan selalu
menjadi alat yang paling berbahaya dan murah yang dipakai
mengekplorasi kekuatan masa bagi kepentingan pribadi. Inilah
sebabnya mengapa "agama" dianggap oleh banyak orang
sebagai salah satu kekuatan paling merusak di planet ini.

‘Agama’ adalah suatu bentuk kesalehan ‘palsu’ yang tanpa


daya yang merampok orang dari suatu hubungan yang nyata
dan pribadi dengan Sang Pencipta. ‘Agama’ akan
mengendalikan mereka ke dalam suatu gaya hidup frustrasi
tak berujung penuh kemunafikan. Bahkan orang percaya akan
menjadi semakin ragu tentang imannya, apakah mereka
memang pernah benar-benar diselamatkan ? Apakah
kematian Kristus diatas kayu salib cukup memberikan
kepastian keselamatan ?

13
Kesederhanaan Injil bagi siapa saja.

Pernahkah saudara terjebak dengan pertanyaan-pertanyaan


teologis yang begitu rumit ? Apakah saudara merasakan
sebuah kesan bahwa kesederhanaan Injil semakin langka saat
ini, bahkan di gereja ? Saudara bertanya-tanya mengapa
rasanya seolah-olah ada sesuatu yang "hilang" di gereja?
Sosok Kristus yang muncul dalam karakter pengikutnya yang
mewujud dalam perilaku semakin hilang.

Apakah saudara bahkan merasakan sebuah jarak yang


semakin lebar antara diri saudara dengan Tuhan Yesus,
dengan mengikuti pengajaran-pengajaran yang saudara
terima ? Apakah saudara sepertinya tidak pernah benar-benar
memiliki keberanian dan keyakinan saat berdoa, karena
perasaan bersalah yang picik dan ketidaklayakan selalu
membayangi pikiran ? Apakah saudara sering merasakan risih
saat melihat, menginginkan ataupun menikmati keberhasilan
secara materi, sementara kaum elit menikmati dan
menjadikan tujuan hidup ?

Buku ini akan membantu saudara untuk:

• Menemukan pemahaman tentang rancangan Allah yang


tidak pernah berubah sepanjang zaman, sejak Adam dan Hawa
di Taman Eden sampai hari ini.

• Memahami dan mengerti cara menjalani kehendak Allah


atas kehidupan manusia, serta membangun kapasitas diri
mewujudkan kesegambaran dan keserupaan Allah dizaman
peralihan (antara) ini. Sehingga kita bisa memahami realita
adanya kelaparan dan peperangan dan kesakitan di dunia saat

14
ini sementara karya penyelamatan Kristus yang telah
sempurna.

• Menyingkapkan benang emas kasih Allah yang berlangsung


sepanjang Alkitab, dimulai dengan Adam dan Hawa di Taman
Eden, bagaimana Allah melalui Perjanjian Lama mewujudkan
rancangan penebusan-Nya di Perjanjian Baru.

• Memahami apa yang terjadi pada roh, jiwa dan tubuh orang
percaya pada saat mereka dilahirkan kembali.

• Mengerti dan dapat melakukan secara sistematis bagaimana


menerima karya Kristus, kemudian menghidupi kehidupan
dalam pimpinan Roh Kudus mencapai ‘destiny’ Illahi yaitu
kesegambaran dengan Allah.

• Dan masih banyak lagi.

Jika saudara menemukan diri saudara marah dan tersinggung


oleh beberapa bab awal, maju teruslah saja karena jawaban-
jawabannya akan datang.

Demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak


akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan
melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil
dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya. Yes 55:11

15
Pernyataan Misi Penulis

Kristus datang untuk memberikan kemerdekaan bagi orang


berdosa, untuk masuk dalam anugerah yaitu sebuah
kehidupan yang ‘rest’ penuh kelegaan. Untuk kemudian
memulai hidup baru dalam kuk yang dipasang Kristus. Orang
percaya setelah menerima regenerasi roh akan masuk
kedalam suatu perjuangan untuk suatu reformasi jiwa, yang
akan memerdekakan orang-orang percaya untuk dibebaskan
dari kuk perbudakan, yang telah diletakkan kepada anak-anak
Allah oleh orang-orang yang mungkin memiliki niat baik,
namun hanya mengajarkan ajaran-ajaran agama dan tradisi
yang telah diajarkan kepada mereka sendiri. Anak-anak Allah
akan hidup dengan mempersembahan tubuh yang membawa
sukacita.

Matius 11:28-30 :

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat,


Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang
Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut
dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.

Perikatan hukum antara Allah dengan umat Israel yang tertulis


itu telah dibatalkan lebih dari 2000 tahun yang lalu di kayu
salib. Penderitan Kristus diatas salib itu telah memakukan,
menyelesaikan dan menggenapi secara tuntas tuntutannya.

Dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-


ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu
ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib,
Kolose 2:14

16
Namun masih saja diberitakan secara luas dan dipercayai
bahwa kita harus mencapai ukuran atau standar tertentu atau
mencoba untuk berhubungan dengan Allah melalui tingkat
ketaatan kita. Sistematika yang rumit dan tidak jelas yang
membuat semakin banyak orang disesatkan dan berujung
pada tekanan, ketakutan bahkan ketidakpastian
keselamatannya.

Karena Kristus datang bagi semua lapisan manusia, maka


sebuah pemahaman theologis dan sistematika menghidupi
anugerah-Nya itu pastilah dalam bahasa dan cara yang
sederhana. Karena dasarnya adalah melimpah-ruahnya dari
suatu pribadi Allah yang mengasihi, penuh kemurahan, yang
terutama tidak mengirim Anak-Nya untuk datang dan
mewajibkan manusia berusaha melakukan hukum-hukum
bagi keselamatan dirinya, melainkan untuk mengubah cara
Allah berhubungan dengan manusia yaitu melalui
ANUGERAH/RAHMAT (atau KASIH KARUNIA).

Efesus 2:8-9 :

Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu


bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil
pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.

Tirai itu telah dirobek sehingga orang-orang percaya dapat


masuk ke dalam ruang maha kudus dengan penuh percaya diri
(Matius 27:51), bukan didasarkan pada kelayakan kita sendiri,
namun berdasarkan ketaatan sempurna oleh satu orang,
Yesus Kristus, atas nama kita. Tapi sepanjang abad-abad
pemimpin dan elit agamawan telah menjahit tirai ini kembali,
menggambarkan Tuhan sebagai Allah yang keras dan tidak
dapat didekati. Yesus telah menerima hukuman penuh atas

17
dosa-dosa kita dan kita menerima upah penuh untuk
ketaatan-Nya yang sempurna dan Dia memperhitungkan
kepada kita kebenaran-Nya yang saleh:

Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa


karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. (2
Korintus 5:21)

Kita mengimani bahwa kemerdekaan dan kebebasan dari dosa


dari Kristus akan dilanjutkan dengan diutusnya Roh Kudus
menjadi penolong bagi setiap anak-anak Allah. Karena jika kita
benar-benar percaya kepada Tuhan dan mengasihi-Nya, akan
ada karya-karya yang bersesuaian dengan itu (karena iman
tanpa perbuatan adalah mati).

Tujuan buku ini adalah untuk memberitakan dengan jelas


pesan cinta dan penerimaan tak bersyarat Allah yang terlepas
dari kesalahan-kesalahan kita, suatu pesan Injil yang polos,
jujur dan sederhana yang di masa lalu telah diberitakan dan
dihidupi oleh orang-orang sederhana yang taat. Namun
berjalannya zaman telah membuat kompleks dan rumitnya
anugerah ini karena dicampur dengan keagamawian dari
Perjanjian Lama, padahal Yesus telah mati untuk
membebaskan kita darinya. Kehidupan yang menekankan
pada kasih karunia tetapi disertai dengan kewajiban
memenuhi hukum-hukum yang merupakan buatan dari para
pemimpin dan elit saja dengan mencampuradukkan legalistis.
Hal yang menyebabkan anak-anak Allah dirampok keyakinan
diri mereka dihadapan Allah dan terus dibebani perasaan
bersalah dan tidak layak, yang menimbulkan
ketidakmaksimalan pengembangan dirinya. Saya terpanggil
untuk mengambil kembali dasar yang sudah dirampas itu.

18
Prakata

Bertumbuh Dewasa

Saya dibesarkan dalam keluarga Kristen yang sangat


konservatif oleh orangtua yang sangat mencintai saya dan
ingin saya memiliki pendidikan terbaik yang mungkin ada.
Etika-etika moral yang tegas adalah orde saat-saat itu. Saya
dan saudara saya diajarkan bahwa semua tindakan kami
memiliki konsekuensi, agar kami mengambil tanggung jawab
atas keputusan-keputusan kami dan selalu memberikan yang
terbaik pada apa yang kami lakukan.

Saya mengikuti dan menghadiri gereja dan Sekolah Minggu


setiap minggu (tidak ada yang salah dengan mengajukan anak-
anak kepada beberapa pengajaran Alkitab yang baik dan solid)
dan kemudian, saya merasakan keterpanggilan terlibat dalam
berbagai kegiatan pelayanan di gereja lokal. Sejak kelas 1 SMP,
saya sudah aktif sebagai guru sekolah minggu. Bahkan pada
usia yang lebih muda lagi, saya selalu bangun pagi-pagi setiap
hari Minggu untuk membersihkan halaman dan gedung
gereja, karena saya merasakan itu adalah rumah Bapa saya.
Saya sering berpikir diri saya adalah seorang Kristen yang
sangat "baik". Namun minggu berikutnya saya mendapati diri
saya memiliki pikiran-pikiran penuh hawa nafsu dan saya
menghabiskan malam untuk berlutut, menangis kepada
Tuhan untuk pengampunan karena saya sekarang berdosa
lagi, takut bahwa saya akan dicampakkan ke dalam neraka jika
saya harus mati malam itu.

Melalui ini dan banyak lagi pengalaman yang mirip, saya


belajar untuk berhubungan dengan Allah atas dasar tingkat
ketaatan saya sendiri, yang berarti bahwa jika saya memiliki

19
minggu yang baik, hubungan saya dengan Tuhan akan
berkembang, tetapi jika saya punya minggu yang buruk, saya
akan merasa terlalu bersalah bahkan untuk berbicara dengan-
Nya. Bahkan jika saya bisa mengumpulkan keberanian untuk
berlutut, itu akan dengan sikap seorang pembunuh sedang
memohon belas kasihan dari seorang hakim yang keras.

Saya tidak pernah bisa mendapatkan kemenangan atas


kebiasaan-kebiasaan buruk, meskipun saya sudah menjadi
seorang percaya yang telah dilahirkan kembali selama
bertahun-tahun. Dosa dan godaan tampaknya mengganggu
saya di setiap sudut, tapi saya terus menyembunyikannya
dengan baik dari banyak orang yang berharap saya menjalani
suatu kehidupan "Kristen" yang suci.

Budaya kekristenan serta penekanan pengajaran yang saya


terima secara sistematis yang memberitakan dosa dan
ketidakberdayaan, penghukuman ternyata mengkerdilkan
potensi diri saya untuk berkembang. Saya seperti hidup dalam
rantai tuntutan kehidupan kudus, yang sangat sulit secara
konsisten saya miliki. Kehidupan seperti berlari diatas
‘treadmill’, sekuat apapun usaha saya, saya tetap ada
ditempat yang sama.

Taat dan mewujudkan Kristus melewati tantangan kehidupan


ditengah-tengah kerusakan disemua aspek kehidupan di dunia
ini sangat menekan, seperti hidup dalam kurungan, ikatan
yang sangat kuat. Stres, tertekan yang berujung pada
kesehatan yang memburuk dan tekanan jiwa yang berat. Saya
terjebak pada sebuah kewajiban dan tanggungjawab yang
menekan, bukan pada hak dan kesempatan untuk

20
mengaktualisasikan kemerdekaan dan kebebasan dalam
sukacita.

Menyadari Kebodohan Saya

Kita telah menjadi seorang munafik, yang sedang dalam


perjalanan untuk menjadi seorang Farisi modern. Saya ingat
dengan jelas satu contoh ketika saya sedang belajar program
Master saya di University of Stirling, UK. Saya memiliki sahabat
yang berasal dari provinsi yang berbeda di Indonesia. Ketika
setiap Minggu kami ke gereja, saya melihat dari sorot
matanya, betapa ia sangat ingin hidup kudus ditengah-tengah
pergulan bebas di asrama mahasiswa. Asrama yang kami
diami memang sangat bebas, sebagaimana jamak terjadi di
dunia barat. Bahkan setiap saya berjalan ke ruang komunal di
mana semua orang memasak makanan mereka dan bergaul
bersama. Saat saya berjalan masuk, satu dari orang-orang
yang saya kenal tiba-tiba menyembunyikan minuman keras
yang sedang diminumnya di belakang punggungnya. Bingung,
saya bertanya mengapa ia melakukan itu. Jawabannya adalah
bahwa dia tidak ingin saya melihat dia minum, berpikir bahwa
saya akan kecewa terhadap dia karena saya termasuk "Komite
Pemerhati Spiritual" di asrama kampus kami pada waktu itu.

Ternyata bahwa saya telah menghakimi orang-orang yang


tampaknya melakukan "dosa lebih besar" dari pada saya,
berpikir bahwa tingkat moralitas saya yang tinggi membuat
saya menjadi orang yang lebih baik dan karena itu juga
membuat saya lebih dicintai oleh Allah. Jelas saya belum
mengerti ayat berikut ini:

Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi


mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap

21
seluruhnya. (NKJV: Sebab barangsiapa yang seharusnya
menuruti seluruh hukum itu, tetapi tersandung dalam satu
bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya.)
(Yakobus 2:10)

Seharusnya ini menjadi suatu indikasi yang jelas bahwa tingkat


moralitas kita sendiri tidak ada hubungannya dengan itu.
Karena realitanya adalah bahwa hidup saya adalah tidak
sempurna, dan sama dengan yang lain yang tidak sempurna.
Saya tidak bisa membandingkan tingkat kesalehan dengan
cara berpikir saya, tetapi cara Allah. Dosa itu bukan diukur dari
besar kecilnya, tetapi akan ada atau tidaknya. Berarti saya
tetap menjadi menusia berdosa yang tidak bisa mendasarkan
itu untuk memperoleh anugerah.

Saya mempelajari Alkitab dan tekun mewartakannya dalam


berbagai kegiatan sekolah minggu, persekutuan remaja,
pemuda bahkan keluarga setiap waktu karena saya mencintai
Allah dan memiliki gairah untuk kerajaan-Nya. Tapi meskipun
saya mendapatkan banyak pengetahuan tentang Tuhan, saya
tidak pernah mampu mempertahankan "status benar" dengan
Dia selama lebih dari beberapa hari setiap kali, karena
hubungan saya dengan-Nya didasarkan pada seberapa baik
yang saya tampilkan. Dan karena saya membuat kesalahan-
kesalahan setiap hari, hati nurani saya selalu menuduh saya
dan mengusir saya dari persekutuan dengan-Nya setiap kali
saya jatuh.

Tahun 1999-2000 saya memiliki kesempatan untuk berada di


Trebinye, Bosnia dan Herzegovina selama hampir 8 bulan.
Disana saya berada di tempat yang sangat dekat dengan biara
Orthodoks dimana seringkali Uskup gereja orthodox tinggal.

22
Karena tidak ada gereja lain, maka saya secara rutin beribadah
di gereja orthodox. Bahkan saya hampir setiap hari
menyempatkan untuk berdoa dan sering berdiskusi dan
berinteraksi dengan para biarawan dan biarawati bahkan
dengan Uskup. Mata iman saya seperti terbuka tentang
adanya cara pemahaman tentang iman pada Kristus yang
sama sekali berbeda. Seolah jiwa saya dikembalikan lagi pada
akar budaya ‘timur’ yang saya miliki. Seperti seorang anak
yang merindukan untuk pulang, saya menemukan jalan pulang
dan menjadi diri saya sendiri dalam menjalankan kehidupan
didalam Kristus.

Sejak itulah, saya menjadi sangat terbuka didalam belajar dan


berani melakukan berbagai cara untuk menikmati
persekutuan pribadi dengan Allah. Yang saya pertahankan
dengan sangat kuat hanyalah Kristus dan persekutuan pribadi
dengan Roh Kudus. Kebebasmerdekaan saya itu juga bahkan
lebih jauh membawa saya pada berbagai ilmu pengetahuan
dan teknologi yang berkembang dalam memahami manusia
terutama yang terkait dengan membangun karakter manusia.
Saya juga secara berani dan bebas mempelajari berbagai
pengajaran ‘spiritualitas’ karena saya orang jawa maka saya
memulainya dengan kejawen.

Ketika saya mengimani dengan kemerdekaan dan kebebasan,


saya memulainya dengan iman bahwa "Kita sudah tidak
berada di bawah 10 Perintah lagi". Pertama dan yang
terpenting yang Yesus lakukan adalah membebaskan dari
legalistis, keterikatan pada hukum. Karena karya sempurna
salib dan darah Yesus telah benar-benar membebaskan kita
sama sekali dari hukum ‘Perjanjian’ Lama masuk dalam
‘Perjanjian Baru’ yang sama sekali berbeda. Allah telah

23
merobek tirai yang memisahkan hubungan antara umat
dengan Allah, kita telah memasuki babak baru dalam
kehidupan manusia.

Kebenaran yang melegakan, memerdekakan dan membuat


manusia bisa masuk ke tempat ‘rest’ nya. Jangan seperti
bangsa Israel yang tidak pernah bisa masuk ke tempat
perhentian Allah (Ibrani 3:11) itu. Melalui karya Kristus kita
telah diberikan jalan dan cara untuk masuk kedalam Ruang
Maha Kudus dimana Allah berada, bukan dari kekudusan
hidup manusia tetapi kesempurnaan kekudusan Kristus.

Dasar kehidupan iman yang akan menggeser peran para


pemimpin dan elit agamawi yang telah berabad-abad
membuat, menambah dan melestarikan kuk agamawi yang
berat dan membawa manusia pada kehidupan semakin
tertindas dan terkungkung. Anak-anak Allah dicegat bahkan
ditutup dari kemungkinan bertemu dan bertumbuh serta
mengalami hidup dalam keakraban dengan Allah Bapanya
secara langsung. Para penutup pintu itu terus berusaha
menjahit tirai yang telah dirobek Kristus diatas salib.

Saatnya kebenaran menemukan jalannya untuk dinyatakan,


ketika manusia menerima tantangan begitu besar melalui
pandemi dan wabah dan gereja tidak mampu melihat dan
memberikan jalan keluarnya. Bahkan zaman akan segera
memasuki era penuh ketidakpastian dan tantangan yang
semakin berat oleh karena kerusakan bumi, tanpa
kemerdekaan, tanpa kebebasan maka umat Allah akan tetap
tidak akan sanggup menyelesaikan dan berperan serta secara
maksimal. Hanya satu caranya, bebaskan umat dari belenggu
agamawi, biarkan kami kaum awam ini menikmati dan

24
bertumbuh dalam pengenalan diri dan Allah kami, hingga kita
akan menjadi segambar dengan Allah dalam segala aspek.
Kemudian kita akan keluar membawa pesan-pesan dan
kapasitas Illahi itu untuk menolong kehidupan sesama dan
semesta, memimpin kehidupan manusia menuju
kesegambaran Allah.

Rahmat Yang Penuh Kemuliaan !

Diawali dengan ‘perjanjian’ pribadi saya dengan Tuhan di


tahun 1982 bahwa saya akan mempersembahakan tubuh, jiwa
dan roh saya menjadi ‘laboratorium’ bagi Allah untuk
menjalani transformasi manusia menjadi seperti Kristus. Saya
menghidupi sebuah dinamika kehidupan yang begitu luar
biasa (saya telah menuliskan dalam buku yang berbeda). Dan
saya diijinkan bertemu, berinteraksi secara langsung bahkan
menghidupi dan menikmati hampir semua sudut, aspek
kehidupan yang dimiliki manusia di bumi ini.

Kehidupan didalam Kristus ternyata adalah sebuah pola


kehidupan penuh dinamika, menyenangkan, melegakan yang
sangat membahagiakan. Saya masih terus menjalaninya
hingga saat ini. Meskipun terus-terang untuk memperoleh
gambar yang utuh, saya harus melewati berkali-kali titik-titik
kritis, mungkin karena saya termasuk manusia yang sulit
diajar. Namun saya bersyukur bahwa orang tua saya selalu
mengajarkan semangat pantang menyerah, sehingga dalam
keadaan apapun juga saya selalu bertahan dan terus bangkit.

Belajar theologi dari Profesor Dr. Samuel Tirta Miharja.

Rangkaian kehidupan dan realita yang kami alami sering


membuat saya kebingungan untuk menyusunnya secara

25
sistematis. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk belajar
secara formal di Sekolah Theologi. Pertama saya belajar di STT
Presbiterian yang kemudian saya lanjutkan di STT IKAT di
Jakarta. Disitulah saya didampingi oleh Profesor Samuel yang
sudah cukup lama saya kenal secara pribadi. Guru besar
dibidang Teknik Elektro di sebuah perguruan tinggi yang juga
menjadi pembimbing desertasi saya di STT IKAT. Profesor
Samuel yang memiliki kecintaan akan Tuhan dan komitmen
pelayanan yang luar biasa sepanjang hidupnya, serta
keberaniannya untuk mewujudkan imannya dalam tindakan-
tindakan nyata yang penuh resiko, makin memberikan
semangat besar untuk membuat sebuah pendekatan baru
dalam mengalami dan menghidupi iman dalam Kristus.

Bersama beliau, saya menyusun dari satu potongan ke satu


potongan yang lain kehidupan saya dalam sebuah disiplin ilmu
theologi, seperti menyusun sebuah lagu yang mengalirkan air
kehidupan yang murni dari sorga. Kanal-kanal itu begitu
menggairahkan ketika berhasil saya susun dengan baik.
Cahaya-cahaya menerangi banyak bidang pikiran saya dan
saya mulai merasakan suatu perubahan sangat besar dalam
diri saya. Keberanian saya untuk berdiri dalam keyakinan
bahwa : pesan tanpa kompromi tentang Injil yang murni, jujur,
sederhana itu adalah milik setiap pribadi, sistematika
menghidupinyapun adalah hak sekaligus kewajiban setiap
pribadi. Kehadiran pemimpin dan elit itu hanyalah mengatur
secara organisasi serta memberikan keteladanan kehidupan.

Kehidupan kekristenan harus diceritakan dengan penuh


kelegaan buka menggerogoti dan menekan dengan beban
pengajaran berbasis hukum, yang terdiri dari suatu kerangka
ritual-ritual kebenaran diri yang telah dibentuk secara

26
sistematik terstruktur dan masif untuk mereduksi karya Allah.
Saya telah berlari di atas treadmill yang membuat kapasitas
hidup saya tidak dapat mencapai tingkat maksimalnya karena
kungkungan dan belenggu yang dirantaikan pada diri saya
selama ini.

Dan di sini, untuk pertama kalinya, gambaran itu akhirnya


mulai terbit bagi saya: Dia mencintaiku tanpa syarat, terlepas
dari kinerja saya; Dia mencintai saya sehingga Dia
mengaruniakan Anak-Nya untuk dipaku di kayu salib bagi saya
dan Dia melakukannya bahkan sebelum saya mengasihi Dia
dan selagi saya masih menjadi "musuh" Allah! Saya bebas,
merdeka tanpa intimidasi dan ketakutan lagi. Saya bebas
melangkahkan kaki saya kemanapun dan dengan cara apapun,
selagi masih ada dalam persekutuan pribadi yang hangat
dengan Allah, serta mendengar dan mentaati dengan sepenuh
hati apa yang dinyatakan oleh Sang Penolong yang tinggal
didalam roh saya.

Tamparan yang begitu keras akan mendera banyak pribadi.


Tetapi sekaranglah waktunya untuk menggelorakan di ujung
bumi ini (Nusantara), agar kebenaran ini akan begaung keras
berbalik sampai di Samaria, Yudea dan kembali ke Yerusalem.

Bertumbuh dalam Kasih Karunia

Saya menemukan potongan-potongan pengajaran Injil yang


murni, jujur dan sederhana dalam begitu banyak tulisan-
tulisan serta pemikiran yang tidak menjadi ‘mean stream’ arus
yang ada. Saya menduga penyebabnya adalah Injil yang
diberitakan secara murni menekankan pada realita penebusan
yang tuntas didalam Kristus, dan dari sana yang adalah
pondasi kehidupan itu kemudian dilanjutkan dengan sebuah

27
perjalanan iman yang penuh tantangan dalam kedisplinan.
Sebagaimana seorang tukang bangunan tidak pernah bergulat
pada urusan pondasi, yang memang tidak akan terlihat itu,
mereka akan kemudian fokus pada bangunan apa yang akan
dibuat diatasnya dengan penuh kesungguhan.

Yang berikutnya adalah letak tanggungjawab yang ditekankan


lebih pada hubungan pribadi langsung dengan Allah, sehingga
peran para pemimpin adalah berjalan bersama, membagikan
pengalaman kehidupan bersama Allah yang telah dilewatinya
dengan penuh kedisiplinan. Ketergantungan pada elit dan
pemimpin semakin mengecil, dan ketergantungan pada Allah
secara langsung menjadi semakin besar.

Inilah yang menjadi pokok permasalahan yang dihadapi oleh


para pemimpin dan elit agamawi saat ini. Religiusitas yang
mereka miliki adalah sebatas pemikiran dan pengetahuan
yang kering dan dangkal. Yang lebih mengherankan kehidupan
religius kemudian justru berkembang diarea ‘jiwa’ bukan
masuk kedalam ‘roh’ sehingga membawa religiusitas lepas
dari kaitannya dengan Allah (Allah adalah Roh). Pengetahuan
itu kemudian dicampur dengan emosi melaui rangkaian ritual
maupun hingar-bingar tata cara ibadah, yang akhirnya
menciptakan sebuah ‘ekstasy’ semu. Karena persekutuan
pribadi dengan Allah adalah sebuah perjuangan pribadi justru
di tempat-tempat sepi melalui tangisan dan air mata dalam
kasih dan kecintaan dalam keterpesonaan pada pribadi Allah.

Keselamatan yang adalah pondasi kekristenan itu telah tuntas


melalui karya Kristus, ini begitu tegas dijelaskan dalam ayat-
ayat berikut :

28
Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab jika kebenaran
datang melalui hukum Taurat, maka sia-sialah kematian
Kristus. (NKJV: Aku tidak mengesampingkan kasih karunia
Allah, sebab jika kebenaran datang melalui hukum Taurat,
maka Kristus telah mati sia-sia.) (Galatia 2:21)

Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman,


dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat (NKJV: terlepas
dari melakukan hukum Taurat ). (Roma 3:28)

Dengan menghapuskan surat hutang yang oleh ketentuan-


ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita (NKJV:
Dengan menghapus persyaratan-persyaratan tertulis yang
menentang kita, yang berlawanan terhadap kita). Dan itu
ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib.
(Kolose 2:14)

Sebab Kristus adalah kegenapan (NKJV: akhir dari) hukum


Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang
percaya. (Roma 10:4)

Sehingga arah kehidupan orang Kristen bukan lagi pada ritual-


ritual keagamawian apalagi pada legalistis, karena mereka
telah menerima kemerdekaan itu secara penuh. Umat Allah
kemudian menghidupi sebuah prosesi ‘kemanunggalan’
dengan Allah. Sebagai orang jawa saya lebih mudah
menjelaskan konsep ini melalui latar belakang budaya jawa.

Penghayatan menjalani puncak religiusitas untuk mencapai


“manunggaling kawula Gusti” bagi orang jawa adalah melalui
laku-tapa, prihatin. Hal yang sama juga dijalani dan dialami
kaum Israel pada masa perjanjian lama, dimana Allah
memproses dan menuntun mereka untuk menjadi bangsa

29
yang siap menjadi alat datangnya “Sang Mesias” yaitu Kristus
yang akan menjadi puncak menyatunya “Gusti-kawulo”. Dan
dalam masa perjanjian baru saat ini, penyatuan antara Allah
dengan manusia itu telah terwujud dan menjadi sebuah
realita. Kita sudah hidup diluar hukum-hukum agamawi itu
saat ini. Posisi yang sangat berbeda.

Kalau orang jawa melihat bahwa jalan menuju kemanunggalan


adalah menjalani laku, topo, prihatin yang mengendalikan dan
mengekang keinginan tubuh agar suci dan layak bersatu
dengan Gustinya. Ini adalah sebuah cara yang juga diajarkan
dalam Alkitab, meskipun dalam posisi bukan mencari
keselamatan. Tetapi sebuah jalan kehidupan baru dalam
kemerdekaan, kerelaan menjadikan perjalanan kehidupan
dengan cara demikian menjadi wahana sikap berjaga-jaga
yang diminta Yesus kepada para murid-murid-Nya, misalnya,
“Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat kepentingan-
kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan
tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti sebuah jerat” (Lukas
21:34). Penghayatan firman ini akan memunculkan sikap
berhati-hati dan bijak dalam hidup agar kelak siap dalam
menyongsong hari Tuhan. Sikap bijak dan tenang meditatif
maupun kontemplatif ini pula yang juga dituntut setiap orang
percaya. Sikap ini merupakan perwujudan dari laku batin dan
lahiriah dalam menyiapkan batin dan raga melampaui sekedar
pengetahuan, tetapi penyatuan jiwa, raga dan batin/roh.

Sehingga hasil meditasi dan kontemplasi ini akan muncul di


ruang-ruang publik dalam bentuk tindakan-tindakan nyata
yang telah menetap sumbernya berupa karakter Kristus yang
mengalir dari karya Roh Kudus. Bukan hasil olah pikir dan
emosi yang hanya berhenti pada sebuah kesadaran dan tekad,

30
dengan mudah menghilang sesaat ketika keluar dari
komunitas. Karena esensi kehidupan kekristenan adalah
meraih ‘kemanunggalan’ yang membutuhkan kerja keras
dalam kedisiplinan yang dilakukan sebagai pilihan bebas tanpa
dibebani oleh hukum-hukum. Kekristenan adalah melepaskan
ikatan hukum dan menerima kebebasan, kemudian memilih
‘manunggal’ dengan Allahnya dari dalam hati terdalamnya
sebagai bentuk syukur penuh kasih dan kepasrahan. Ini
pulalah yang dinamakan mengikuti Kristus, yaitu mengikuti
cara hidup-Nya, pilihan-pilihan-Nya, dan ajaran-ajaran-Nya
bukan karena ancaman dari luar, tetapi mengalir dari dalam
diri.

Mencapai kemanunggalan melalui Injil Kasih Karunia sejak


Awal sampai Akhir

Mengapa kita selalu memberitahu orang-orang berdosa


bahwa satu-satunya hal yang harus mereka lakukan untuk
diselamatkan adalah percaya kepada Yesus Kristus ? Memang
itu saja, sederhana seperti itu ! Tapi kemudian setelah mereka
mulai datang ke gereja, kita tiba-tiba mengubah cerita kita dan
memberitahu mereka bahwa mereka sebaiknya berhenti
melakukan hal ini atau itu karena Allah akan menghukum
mereka. Bagaimana kita kemudian membebani mereka
dengan segala ketetapan dan ketentuan yang wajib mereka
lakukan bahkan lebih besar dari kekuatan mereka ?

Kita memberitahu mereka bahwa mereka bisa diselamatkan


melalui iman, tapi kemudian mereka harus menjaga status
tetap diselamatkan melalui usaha-usaha kedagingan mereka
sendiri. Persis terhadap inilah Paulus memperingatkan
jemaat-jemaat di Galatia :

31
Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah
mempesona (NKJV: .. menyihir kamu sehingga kamu tidak
harus mematuhi kebenaran) kamu? Bukankah Yesus Kristus
yang telah disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di
depanmu? Hanya ini yang hendak ku ketahui dari pada kamu:
Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum
Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil ?
Adakah kamu sebodoh itu ? Kamu telah mulai dengan Roh,
maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?
(Galatia 3:1-3)

Juga kepada jemaat Kolose:

Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita, karena itu


hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. (NKJV: Jadi
sebagaimana [caranya] kamu telah menerima Kristus Yesus,
Tuhan, berjalanlah [dengan cara] demikian juga di dalam Dia.)
(Kolose 2:6, penjelasan penerjemahan ditambahkan)

Sama seperti kita telah menerima-Nya (hanya oleh iman


dalam Kristus), demikian juga kita harus terus berjalan di
dalam Dia: terus berhubungan dengan Allah melalui iman
dalam Kristus dan bukan karena usaha-usaha kebenaran diri
kita sendiri. Apakah kita benar-benar mengerti bagaimana
Alkitab menggambarkan upaya kita untuk mencoba dan
menjadi benar di hadapan Allah melalui karya-karya kita
sendiri ?

Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala


kesalehan kami seperti kain kotor. (Yesaya 64:6a)

Hanya melalui ketaatan satu orang, Yesus Kristus, dan


kebenaran-Nya yang telah diberikan kepada kita, suatu

32
pemberian gratis, maka kita bisa berdiri sempurna di hadapan
Allah.

Mengapa Buku Ini ?

Didalam ibadah yang dilakukan bangsa Yahudi, Imamat 17-18,


Tuhan menetapkan hukum dan aturan tentang cara hidup,
berinteraksi dan penyembahan umatNya, darah adalah bagian
yang penting dalam penyembahan, Immamat 17:11. Sehingga
bagi kaum Yahudi memakan darah itu dilarang, karena nyawa
makhluk hidup itu ada di dalam darah dan Tuhan menetapkan
darah sebagai jalan pendamaian bagi manusia atas dosa-
dosanya.

Hewan yang mati dipersembahkan dengan kucuran darah


adalah pengganti atas manusia yang berdosa, Immamat 4:1-
35. Sehingga untuk dapat mendekati Allah Israel yang kudus
adalah dengan kehidupan atau nyawa yang ada dalam darah
korban yang kudus dan tidak bersalah. Karena tanpa
pencurahan darah tidak akan ada penebusan dan
pengampunan dosa, Ibrani 9:22.

Sebagai korban yang kudus dan tidak bercela, Kristus harus


mengalami seluruh prosesi kematianNya dengan
mengucurkan darahNya sampai tetes yang terakhir diatas
kayu salib, Matius 27:27-50. Karena satu-satunya jalan
mendekati Allah adalah dengan darah yang tercurah dan
korban tak berdosa, maka di atas salib itu Yesus menyerahkan
nyawaNya, Matius 27:50.

Berbeda dengan darah korban binatang yang sifatnya fana dan


harus dilakukan secara berulang, maka darah Kristus adalah
darah yang kekal. Daud menubuatkan kejadian ini dalam

33
Mazmur 16:10, yang telah digenapi dalam Kristus, Kisah Para
Rasul 2:27,31. Dengan tegas Alkitab menjelaskan bahwa darah
Yesus bukan barang fana, 1 Petrus 1:18-19. Perak dan emas
adalah bahan yang tahan lama di bumi, tetapi darah Yesus
lebih dari itu. Unsur apapun dalam dunia ini akan hancur , 2
Petrus 3:10-11 oleh api Allah termasuk emas dan perak, tetapi
darah Kristus adalah barang yang kekal, Ibrani 7:27 ; 10:14
tidak binasa dan tidak bercacat. Sehingga korban Kristus cukup
sekali, Ibrani 9:26-28 tetapi memberikan penebusan dan
pengampunan dosa secara kekal, kepada siapapun yang
percaya dan menerimanya maka akan mendapatkan
pengampunan Allah, Yohanes 3:14-17, 36.

Sebagai Imam besar bagi umat manusia, Kristus membawa


korban yaitu darahNya sendiri kepada Bapa, satu kali untuk
selamanya, Ibrani 9:11-12. Dan darah Yesus sekarang ada di
tutup pendamaian di sorga, yang secara supra natural terus
bekerja pada setiap orang yang bertobat, memohon
penyucian dosanya. Kita dipanggil setelah menjadi umat
Tuhan untuk selalu merayakan, mengingat pengorbanan
Kristus diatas salib dengan mengadakan perjamuan kudus,
menyatu secara supra natural dengan minum darah dan
makan tubuhNya, Yohanes 6:55.

Inilah yang menyebabkan korban itu harus dilakukan oleh


Tuhan Yesus sendiri, karena hanya Yesus yang bisa mati
sebagai korban tetapi bangkit kembali sehingga korban itu
menjadi korban yang kekal.

Korban darah sebagai korban pengampunan dosa dikenal


dengan kuat pada tradisi dalam agama Yahudi. Hal ini juga
dilakukan dalam agama dan kepercayaan lain. Namun korban

34
darah kudus Kristus, mengungkapkan sebuah rahasia yang
sangat berbeda.

Karenanya Allah setelah karya penyelamatan Kristus tuntas,


tidak melihat kepada darah korban tetapi Allah lebih
menghendaki buah-buah pertobatan. Sehingga pengorbanan
darah cukup dilakukan satu kali saja dengan darah abadi
Kristus. Maka manusia yang telah diampuni memiliki
kewajiban hidup dalam pengampunan. Dari kehidupan religius
agamawi masuk kedalam kehidupan yang menyebarkan
makna dan hasil yang lebih baik bagi dunia sekitar.

Perpektif yang sangat mendasar dibukakan melalui


pengorbanan Kristus, yaitu Allah ingin mengembalikan
tanggungjawab manusia untuk bertumbuh, berkembang dan
menghasilkan buah-buah kehidupan yang menyukakan hati
Bapa.

Sehingga Kristus memindahkan dari kehidupan berpola


agamawi, ritual menjadi pola berbuah dalam kehidupan nyata.
Manusia harus menghabiskan waktunya dalam pergumulan,
tantangan, pendalaman ilmu pengetahuan serta hubungan
antar manusia dan lingkungan. Itulah panggilan kemanusiaan
di pola perjanjian baru.

Tujuan saya menulis buku ini adalah agar kekristenan


dikembalikan pada kemurnian Injil Kristus, menekankan pada
menikmati Kristus dengan ‘manunggal’ dengan Roh Kudus
untuk mengalirkan kasih dan kehidupan yang mengalir dari
tahta Bapa memenuhi dalam diri kita kemudian meluap keluar
mewujud menjadi perilaku yang memberkati sesama dan
semesta.

35
Kekristenan tidak lagi berhenti pada intelektualitas,
pemahaman theologi dan emosi serta kehendak ‘jiwa’, tetapi
masuk lebih dalam menghidupi ‘kemanunggalan’ dengan Roh
Kudus dengan menghidupi ‘manusia roh’ kita. Karya Roh
Kudus itu akan menjadi sumber ‘intuisi’ Illahi yang keluar
mentransformasikan jiwa, kemudian mengalir melalui tubuh
yang senantiasa dipersembahkan bagi Kristus.

Kekristenan adalah keserupaan dengan Kristus, sebuah


perjuangan mewujudkan kembali hadirnya Kristus-Kristus
kecil di bumi ini didalam dan melalui kehidupan nyata umat
Allah. Sehingga semesta dan sesama akan melihat kembali
karya Kristus di bumi bahkan karya-karya yang jauh lebih besar
dari itu. Hingga bumi penuh dengan kemuliaan Allah melalui
perilaku anak-anak Allah.

Firman yang mewujud menjadi daging kembali terjadi dalam


jumlah yang jauh lebih masif dan sistematis serta terstruktur.
Sehingga Injil dapat dinikmati, dirasakan secara nyata bukan
berhenti dialam pikiran dan perasaan serta kehendak.

Saya seperti merasa diberi hak istimewa untuk dapat berdiri di


bahu raksasa-raksasa pengajar-pengajar Injil yang murni dan
polos dan belajar dari mereka, dan mendedikasikan buku ini
untuk semua orang yang telah menginspirasi saya melalui
pengabdian tanpa pamrih untuk menyebarkan aroma kasih
karunia Allah menuju kemanunggalan dengan Allah kepada
bangsa-bangsa.

Doa saya bagi buku ini agar dapat menghancurkan argumen-


argumen agamawi dan pencuri-pencuri yang mengambil
keuntungan dengan terus mengajarkan keagamawian
ditengah-tengah umat Allah. Suara kenabian yang keras dan

36
tidak terbantahkan membuktikan dari Kitab Suci bahwa
hukum Perjanjian Lama Musa telah dipakukan ke salib dengan
Yesus pada lebih dari 2000 tahun lalu dan bahwa kepada kita,
sebagai orang-orang percaya Perjanjian Baru. Sebagai anak
Perjanjian kita memperoleh keuntungan-keuntungan karena
posisi kita sebagai anak Allah. Meskipun sebelumnya kita
adalah orang-orang yang tadinya hidup dalam penundukan
kepada unsur-unsur perhambaan (NKJV: beggarly = peminta-
minta) dari dunia ini (Galatia 4).

Kasih karunia telah memberdayakan kita untuk hidup bebas


dari penghambaan, penuduhan dan ketakutan akan hukuman,
memberikan kita keberanian untuk masuk ke dalam Ruang
Maha Kudus dan dengan muka yang tidak berselubung
memandang kemuliaan Bapa kita, yang mencintai dengan
cinta yang melampaui apa yang bisa kita perkatakan. Dan
dengan penuh keberanian serta kebebasan kita menikmati
persekutuan dan interaksi pribadi langsung dengan Allah, yang
akan menumbuhkan kapastitas, potensi dan identitas
manunggal mewujudkan kesegambaran dengan Allah di dunia
ini, dan sekarang ini.

Di dalam kasih tidak ada ketakutan; kasih yang sempurna


melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung
hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam
kasih. (1 Yohanes 4:18)

Dan didalam kasih karunia yang memberdayakan, kita akan


sanggup melakukan eksploitasi-eksploitasi yang lebih dahsyat
dari kapasitas diri dan kapasitas Allah yang dialirkan tanpa
batas melalui Roh Kudus, bagi Tuhan daripada yang kita
pernah mampu lakukan di bawah hukum. Ia memerdekakan

37
dan menaikkan kapasitas manusia kedalam kapasitas
maksimalnya. Dan buah-buahnya saat ini ditunggu-tunggu
oleh dunia dan semesta yang sedang menuju kepada
kebinasaan. Lihatnya betapa rusaknya bumi dan manusia yang
semakin merosot, ketika intuisi Illahi tidak lagi didengar dan
diwujudkan di bumi ini.

Marilah kita sadar, kita bangkit dan berjuang dalam


kemerdekaan diri untuk membebaskan seluruh potensi illahi
kesegambaran dengan Allah itu mewujud saat ini dan dimulai
disini.

Bagaimana Bertumbuh dalam Kasih Karunia

Jika kita ingin memperbaharui pikiran pada tingkat yang cepat


dan belajar untuk berdisiplin pergi serta mempelajari
kebenaran Kitab Suci untuk membantah argumen-argumen
orang-orang Farisi modern, saya mendorong masing-masing
kita untuk mulai menulis blog atau website sendiri atau suatu
kelompok diskusi di situs jejaring sosial seperti Facebook,
youtube, instagram dimana kita berbagi dengan orang-orang
kebenaran yang Tuhan ungkapkan kepada kita. Lemparkanlah
diri kita ke tengah-tengah realita tantangan kehidupan dunia
saat ini dan lihatlah karya Tuhan melalui kita ! Terkadang kita
baru menyadari mengapa kita mengambil suatu sikap untuk
hal-hal tertentu hanya ketika kita harus mempertahankannya.
Dan ide yang berkembang dan mewujud itu membutuhkan
tantangan dan masalah, karena Allah hanya akan memberikan
intuisi Illahi pada mereka yang telah siap menterjemahkan
dalam kemanusiaan dan tubuh yang dipersembahkan untuk
berjuang tanpa kenal menyerah mewujudkannya.

38
Cara tercepat untuk belajar terletak pada pekerjaan dan
bukan dengan duduk-duduk di pinggir lapangan saja. Setiap
kali para legalistis datang dengan pertanyaan-pertanyaan
mereka yang menusuk, itu telah memaksa kita untuk pergi
mencari jawaban dan mempertanyakan mengapa kita
memegang begitu sayang keyakinan-keyakinan kita. Sebuah
cara licik yang mempertahankan karya keselamatan berhenti
ditataran jiwa manusia. Pada akhirnya yang muncul hanyalah
memperkuat tekad jiwani kita. Tapi mungkin hal yang paling
penting yaitu bagaimana saya telah jatuh cinta dengan Yesus
dan menikmati Yesus melalui tantangan nyata yang
dibutuhkan dunia. Kristus yang kehadiran, pemikiran, karya
nyatanya dibutuhkan menjawab dunia yang sedang
tenggelam ini. Membaca Alkitab sudah bukan hanya sekedar
membaca, menjadikan sebagai sumber pengetahuan jiwani.
Pengorbanan yang tidak sebanding dengan keajaiban yang
telah terhapus oleh selubung hukum Taurat. Injil seharusnya
dibaca sebagai surat cinta Allah melalui perspektif akan apa
yang telah Yesus capai di kayu salib. Wujud nyata berupa
pekerjaan-pekerjaan Kristus dinanti-nantikan dunia, bahkan
pekerjaan-pekerja yang lebih besar dari yang pernah Kristus
lakukan di bumi dalam mengimplementasikan Injil dalam
realita kehidupan. Dan semua itu telah dipercayakan akan
terjadi dalam hidup orang percaya :

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya


kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang
Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar
dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; Yohanes 14:12.

Saya juga tidak bisa terlalu menekankan pentingnya men-


download khotbah dari puluhan sumber daya gratis yang

39
tersedia di internet dan berendam dalam ajaran orang-orang
yang telah lebih maju dari pada kita. Karena dalam hemat
saya, melakukan, mewujudkan serta memperjuangkan
melalui tantangan nyata adalah satu-satunya cara untuk
mewujudkan kemanunggalan dengan Allah.

Sebagian besar dari kita telah menghabiskan bertahun-tahun


kepala kita dipenuhi dengan segala macam sampah dari
orang-orang yang mengira dirinya membicarakan kebenaran.
Membebaskan diri kita dari semua pola pikir, kebiasaan dan
ide-ide ini tidak bisa terjadi melalui sistematika yang salah.
Kehidupan dan kasih sejati hanya bersumber dari tahta Allah
yang mengalir melalui Roh Kudus didalam roh kita, yang
mentransformasikan jiwa mengalir keluar hanya melalui
tubuh yang dipersembahkan. Kita akan kehabisan waktu
berurusan hanya dengan jiwa untuk melepaskan pemikiran-
pemikiran yang telah dibor ke dalam pikiran-pikiran kita
selama bertahun-tahun.

Dua Komponen Rahmat dan tiga tahap kemanunggalan

Terakhir saya ingin membuat pernyataan yang saya harap


akan menjelaskan banyak hal bagi kita. Kasih karunia memiliki
dua komponen, yaitu Kasih Karunia Pembebasan dan Kasih
Karunia Pemberdayaan. Melalui sitematika kemanunggalan :
menyatu dengan Kristus dalam kematiannya agar menyatu
dengan kebangkitannya ; menerima Roh Kudus dan hidup
dalam persekutuan dan ketaatan akan pimpinan-Nya ; serta
menikmati karya Kristus dan Roh Kudus yang membukakan
aliran kehidupan dan kasih dari tahta Allah mewujud dalam
daging.

40
Kasih Karunia Pembebasan adalah cara kita berhubungan
dengan Allah, yang didasarkan oleh ketaatan yang sempurna
dari Yesus Kristus atas nama kita. Komponen kasih karunia ini
adalah dasar dari Injil. Anugerah datang dalam bentuk seorang
pribadi, yaitu Yesus Kristus.

Sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia


dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. (Yohanes 1:17,
penekanan ditambahkan)

Hukum Taurat itu diberikan dari jarak jauh (secara


impersonal), tetapi kasih karunia datang secara pribadi dan
berdiam di antara kita.

Rasul Paulus menekankan bahwa Injil di atas dasar kasih


karunia (yaitu Kristus) pada semua gereja awal:

Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan


kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap
telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di
atasnya. Tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia
harus membangun di atasnya. Karena tidak ada seorangpun
yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah
diletakkan, yaitu Yesus Kristus. (1 Kor 3:10-11)

Kita hanya bisa berhubungan dengan Allah dengan dasar ini,


karena ini adalah satu-satunya cara Allah dapat berhubungan
dengan kita. Dan mewujudkan kemanunggalan menuju
kesegambaran dengan Allah. Tidak ada cara yang lain sama
sekali.

Sedangkan Kasih Karunia Pemberdayaan adalah mengenai


aktifnya kemampuan supranatural yang mengalir dari tahta

41
Allah yang memungkinkan kita untuk melakukan hal-hal yang
jauh melampaui kemampuan atau usaha alami kita. Ketika kita
ditelan oleh kasih karunia Allah yang luar biasa dan kita mulai
menyingkirkan mentalitas (beban) "Saya harus", kita
menemukan suatu sikap mencengangkan (sukacita) "Saya
ingin" yang mulai bangkit dalam diri kita, yang mana tentu saja
Roh Kudus mengkomunikasikan keinginan-Nya untuk hidup
melalui kita, menganugrahi kita dengan semua sumber daya
dan aspirasi surga yang tak terbatas.

Kita adalah bejana-bejana melalui mana Allah ingin


menunjukkan kekuatan-Nya, kita adalah saluran-saluran
melalui mana Dia ingin kekuasaan-Nya mengalir, kita adalah
konduktor Nya melalui mana surga menginvasi bumi, sehingga
kehendak Bapa terjadi di dunia yang rusak ini. Ini adalah esensi
dari Kasih Karunia Pemberdayaan.

Dan itu semua harus melalui tiga langkah berikut : pertama,


pertobatan yang akan meregenerasi roh manusia kita,
sehingga akan memiliki kapasitas baru dalam bersekutu
dengan Allah. Regenerasi roh itu akan juga membangun
persekutuan yang pribadi dengan Allah sampai pada
kepenuhannya untuk siap menerima intuisi illahi yang
dipercayakan pada manusia. Kedua, menghidupi dengan
penuh ketaatan kehendak Allah yang dinyatakan itu,
dimengerti dan diterjemahkan dalam ketaatan dalam jiwa
sehingga akan mentransformasi jiwa kita sejalan dengan
kehendak Allah. Ketiga, dengan kedisiplinan didalam kasih,
sukacita serta kerelaan mempersembahkan tubuh sebagai
alat milik Allah untuk mewujudkan kehendaknya terjadi di
bumi seperti didalam sorga.

42
Ketidakmatangan Spiritual

Buku ini pada intinya adalah tentang Kasih Karunia


Pembebasan, tentang menjadi kokoh dalam kebenaran.
"Manusia tidak dapat melihat tanah perjanjian selagi tinggal di
rumah perbudakan". Manusia tidak akan pernah
menghasilkan buah kehidupan maksimalnya bila pikiran dan
tubuhnya masih terbelenggu.

Dalam rangka menjelajahi kedalaman kasih Allah dan


kebaikan-Nya terhadap kita, untuk melangkah lebih jauh dan
juga menemukan keajaiban-keajaiban Ciptaan Baru dan Kasih
Karunia Pemberdayaan, kita terlebih dahulu harus berakar
kuat dalam Kasih Karunia Pembebasan, yang disebut Rasul
Paulus sebagai "Firman kebenaran":

Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah


seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi
diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu
masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab
barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami
ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. (Ayat
13 NKJV: Sebab barangsiapa hanya memerlukan susu, ia tidak
terampil dalam firman kebenaran, karena ia adalah seorang
bayi.) (Ibrani 5:12-13, penekanan ditambahkan)

Siapakah mereka yang ditegur Paulus sebagai kanak-kanak


yang hanya bisa menerima susu dan bukan makanan yang
keras dan menguatkan ini ? Ketidak percayaan diri, ketidak
beranian, hidup dalam ketakutan meskipun tahu diselamatkan
oleh kasih karunia. Gejala-gejala yang mudah untuk dideteksi:

43
1) Orang percaya yang terus-menerus memerlukan seseorang
untuk memberitahu bahwa Tuhan masih mengasihi kita dan
membutuhkan berulang-ulang keyakinan akan keselamatan,
karena sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh percaya.

2) Orang yang tidak pernah sungguh-sungguh yakin bahwa jika


mereka meninggal sekarang benar-benar akan ke surga.

3) Mereka yang kurang percaya diri dalam bersekutu secara


pribadi dengan Allah karena rasa bersalah rasa tidak layak
tentang cacat, kesalahan ataupun dosa yang telah dilakukan.

4) Orang percaya yang merasa bahwa tidak melakukan cukup


agar Allah mengasihi dan menolong mereka, mereka yang
kehidupannya didominasi ras takut dan khawatir.

5) Orang percaya yang bukan didorong oleh kekuatan dari


Allah melalui karya Roh Kudus, tetapi justru dihambat oleh
rasa takut, khawatir dan bersalah. Sehingga beban hidup dan
tanggungjawabnya semakin berat dalam perjalanan mengikut
Tuhan. Tidak pernah masuk dalam ‘rest’, tenang, damai dan
penuh sukacita dalam menjalani kehidupannya.

Daftar ini berlanjut terus dan terus.

Tidaklah mungkin bagi siapa pun untuk benar-benar mengenal


Allah tanpa memahami kebenaran, kasih karunia dan
Perjanjian Baru. Saya percaya bahwa buku ini akan
menghilangkan kebingungan yang ada dalam diri anak-anak
Allah tentang sifat dan kehendak sejati Allah, dan bahwa hal
itu akan membantu dalam kemerdekaan bagi para pembaca
untuk mendekati-Nya dengan keberanian dan keyakinan
karena kasih dan anugerah-Nya yang membebaskan dan

44
memberdayakan untuk selama-lamanya melalui karya
sempurna salib, penyertaan Roh Kudus serta aliran kasih dan
kehidupan dari tahta Allah, meskipun perilaku kita mungkin
belum terlihat seperti itu.

Saya menulis buku ini sebagai suatu serial pesan-pesan


singkat, dengan menguraikan prinsip-prinsip dasar dari setiap
topik. Bacalah semuanya DENGAN PERLAHAN, bahkan jika
sebuah ayat Alkitab tampaknya terlalu akrab bagi Anda.
Kadang-kadang saya juga telah memasukkan kata-kata saya
sendiri dalam sebuah ayat Alkitab untuk menekankan suatu
poin tertentu yang saya ingin tampilkan, seperti ini:

"Hanya sesaat lamanya Aku meninggalkan engkau [ketika kita


masih di bawah hukum Taurat], tetapi karena kasih sayang
yang besar Aku mengambil engkau kembali." (Yesaya 54:7,
penjelasan ditambahkan)

Saudara juga dapat menemukan beberapa ayat dan konsep


yang diulang-ulang. Saya mendorong saudara tidak melewati
atau hanya sekedar meliriknya, melainkan menggunakannya
untuk memperkuat pesan kasih karunia ke dalam serat-serat
dari keberadaan batin kita yang lebih dalam.

Kami dengan rendah hati bersyukur untuk apa yang Tuhan


lakukan melalui Firman-Nya, dan kami percaya bahwa kita
juga akan didorong untuk melihat keseluruhan dunia baru dari
kasih karunia, kebebasan, kekuasaan dan sukacita dalam Roh
Kudus dalam mewujudkan destiny illahi yaitu kesegambaran
dengan Allah !

45
Bab 1

Proses penggenapan rencana Allah.

Rangkaian karya Allah perlu dipahami secara menyeluruh


untuk mendapatkan gambaran secara utuh, sehingga kita
akan menikmati sistematika dan alur konsisten dalam setiap
peristiwa yang tertulis dalam Alkitab baik Perjanjian Lama
ataupun Perjanjian Baru. Karya Allah yang bersifat progresif
mewarnai setiap zaman dengan potongan-potongan yang
terangkai pada puncak karya Kristus yang membebaskan.
Namun karya itu tidak pernah berhenti disini, karena
kemudian Kristus mengutus Roh Kudus untuk menjadi
Penolong bagi umat yang ditinggalkan di dunia ini. Dan puncak
karya Kristus itu harus diwujudkan dalam buah-buah karya
Roh Kudus melalui umat mengisi kebutuhan zaman dengan
kuasa, kasih dan kehidupan yang mengalir dari tahta Allah
melalui Roh Kudus.

Ada 3 tahapan dalam proses karya keselamatan dari Allah bagi


manusia mewujudkan ‘kemanunggalan’ yaitu mencapai
kesegambaran dengan Allah : sudah diterima ; sedang dijalani
dan pengharapan kesempurnaannya. Ketiganya harus dialami
dan diwujudkan secara sempurna dalam kehidupan orang
percaya, agar kita bisa mendapatkan mahkota (1 Korintus
9:25).

Rencana kekal Allah menyediakan ‘tanah perjanjian’.

Kejadian 1,2,3 merupakan awal dari seluruh proses


keselamatan yang dikembangkan di Perjanjian Lama yang
dilanjutkan dalam Perjanjian Baru.

46
1. Allah adalah pencipta segala semesta. Kejadian 1 – Allah
menciptakan terang, memisahkan tanah dengan air,
menumbukan tanaman, menciptakan ikan, burung dan hewan
lainnya serta manusia.

2. Fokus Kejadian 1,2 bukan pada asal-usul segala sesuatu


tetapi pada penyiapan segala kebutuhan manusia. Tujuan
Allah adalah menyediakan tempat yang sempurna bagi
manusia (umat-Nya).

3. Allah tidak merencanakan sebuah alam roh tetapi manusia


roh yang hidup secara fisik di bumi. Suatu tempat atau
lingkungan fisik yang tepat, nyaman dan menyenangkan yang
akan menumbuhkan, mendewasakan dan meningkatkan
kebijaksanaan. Sehingga melaluinya manusia bisa bertumbuh
dan berkembang menuju kesempurnaan.

4. Allah kemudian menciptakan manusia segambar dan serupa


dengan Allah. Yang membawa hak dan kewajiban atasnya :

- kedalam, bertumbuh dan berproses menjadi dewasa,


mandiri dan bijaksana untuk mencapai kesempurnaan.

- keluar, mewakili Allah di bumi untuk mengatur, memelihara


dan memanfaatkan apa yang ada di bumi bagi dirinya, hingga
bumi akan penuh dengan kehadiran dan kemuliaan Allah.

5. Mandat Allah adalah menyebarkan kemuliaan-Nya yang


dimulai dari diri manusia kemudian menyebar kemuliaan dan
karya Allah itu ke seluruh bumi. Dan Allah (Kejadian 1:28)
memerintahkan untuk beranak cucu yang akan makin
meluaskan jangkauan-Nya melalui manusia yang terus
berkembang dan bertambah sepanjang masa.

47
6. Allah menghendaki untuk tinggal bersama, menikmati
sebuah persekutuan pribadi dengan manusia di tempat
dimana manusia berada. Allah berkenan tinggal ditengah-
tengah umat-Nya dalam kemuliaan-Nya. Dan manusia
melayani, menikmati dan membawa kemuliaan Allah itu
kepada keturunannya serta mewujudkan dalam perilaku dan
karya manusia di bumi. Sehingga manusia dan keturunannya
menjadi sarana Allah mencitrakan Allah melalui perilakunya
menjangkau seluruh semesta.

Allah menjaga dan mengatur rancangan-Nya yang sangat


mulia itu dengan membuat sebuah ‘perjanjian’ dengan
manusia. Perjanjian yang dalam bahasa inggris ‘covenant’
berasal dari bahasa Ibrani ‘berit’ dan Yunani ‘diatheke’,
merujuk pada perjanjian antara Allah dan umat-Nya.

Perjanjian adalah deklarasi formal yang menentukan kerangka


hukum dalam hubungan Allah dan umat-Nya. Sehingga
‘covenant’ adalah pernyataan atau perjanjian formal yang
menentukan kerangka hukum yang biasanya dikonfirmasikan
dengan sumpah. Inisiator perjanjian ini adalah pihak Allah,
bukan manusia.

Unsur-unsur perjanjian :

1. Allah mengambil inisiatif dalam anugerah untuk


menyediakan bagi umat dalam membangun hubungan
perjanjian.

2. Perjanjian disertai dengan ketentuan atau kewajiban untuk


mempertahankan hubungan dalam perjanjian. Sehingga ada
kewajiban pada masing-masing pihak yang terlibat dalam
perjanjian.

48
3. Terdapat berkat dalam perjanjian dan kutukan yang datang
karena menjaga atau gagal menjaga hubungan dalam
perjanjian.

Allah harus membuat sebuah perjanjian untuk menjaga dan


mengatur rancangan Allah yang sangat mulia itu. Ada sebuah
tanggungjawab yang sangat besar dan menentukan bagi
manusia karena posisi yang sangat tinggi yang diberikan Allah
pada manusia.

Kejadian 2:9-16, 17, Allah telah menyediakan segala sesuatu


untuk keperluan manusia, Allah juga telah menciptakan dan
menyediakan kapasitas, potensi didalam diri manusia bahkan
mandat Allah telah diberikan pada manusia secara penuh.

Perjanjian antara Allah dan manusia itu adalah manusia akan


selalu hidup dalam persekutuan dengan Allah menikmati
kemuliaan dan melaksanakan mandat jika tidak memakan
buah pengetahuan baik dan jahat (Kejadian 2:16-17) (Saya
menjelaskan dalam buku saya yang lain).

Namun manusia tidak menghargai kemuliaan Allah tapi


melawan kehendak Allah (Kejadian 3), manusia gagal menjaga
perjanjian dengan Allah dan jatuh kedalam dosa. Masuknya
dosa kedalam tempat kudus Allah membuat Allah harus
melakukan ‘restoration’ pemulihan, sebuah perjalanan
panjang melampaui berbagai zaman dengan melakukan :

- Kejadian 3 : 15-16, bagaimana iblis akan dikalahkan.

- Kejadian 3 : 21, Allah membuat pakaian dari kulit binatang


untuk menutup ‘malu’ manusia.

49
Karena dosa maka manusia diusir dari tempat kehadiran Allah,
maka sejak Kejadian 3 maka rancangan Allah untuk tinggal
bersama umat-Nya telah dihancurkan dosa. Untuk
memulihkan kembali bagaimana bumi bisa menjadi tempat
kediaman Allah akan menjadi tema utama dalam Alkitab yang
berujung pada Wahyu 21 dan 22 suatu keadaan Taman Eden
yang dipulihkan pada akhirnya.

Isi Alkitab selanjutnya adalah proses yang tidak sederhana


bagaimana perjalanan restorasi Allah bagi manusia,
penyelesaian masalah dosa, bagaimana manusia menjalankan
mandat dan bagaimana Allah akan tinggal bersama umat-Nya
di bumi lagi.

Proses pemulihan di Perjanjian Lama.

Penciptaan ulang bumi itu terjadi dalam Kejadian 6-9, pada


zaman Nuh. Seperti Kejadian 1,2 maka air meliputi bumi lagi
(kejadian 7:17-20). Demikian pula pemisahan daratan dengan
air terjadi lagi Kejadian 8:11-14 seperti di Kejadian 1. Perintah
untuk beranak cucu di Kejadian 1:28 diperbaharui kembali di
Kejadian 9:1.

Melalui banjir di zaman Nuh, Allah melakukan ‘decreation’ dan


‘recreation’ serta ‘recommisioning’ diberikan dari Adam
kepada Nuh dan keturunannya. Langkah ini menunjukkan
bahwa Allah tidak mengganti apalagi mengakhiri rencana-Nya.

Kemudian Allah memanggil Abraham (Kejadian 12 : 1,2),


dimana Abraham akan dibawa ke tanah perjanjian, terkait
dengan janji Allah di Kejadian 1,2, dimana Allah ingin
membawa kembali ke suatu tanah yang memenuhi kebutuhan
umat-Nya. Ini mulai menunjukkan bagaimana Allah

50
melanjutkan rencana Kejadian 1,2 menyediakan tanah yang
menyediakan segala kesukaan bagi umat yang dikasihi-Nya.

Selanjutnya di Keluaran, Allah mengeluarkan umat dari Mesir.


Bangsa Israel melewati tanah kering dari terbelahnya laut
Teberau. Penciptaan Allah berulang saat tanah muncul dari
air, mirip dengan Kejadian 1 menuju tanah perjanjian.

Tanah Kanaan adalah tanah perjanjian seperti yang disediakan


bagi Adam dan Hawa, diberikan pada Abraham yang
selanjutnya bangsa Israel yang menerimanya sebagai bangsa
keturunan Abraham. Namun dalam perjalanannya bangsa
Israel tidak taat hingga terusir dari tanahnya.

Kemudian Allah menubuatkan melalui nabi Yehezkiel 36,37,


janji akan dikembalikan dari pembuangan. Yehezkiel 36 : 24,
akan dikumpulkan kembali ke tanahmu. Yehezkiel 36:28,
kamu akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu.
Yehezkiel 37:21-23, akan menjemput dan mengumpulkan ke
tanah mereka. Yehezkiel 37:25, mereka akan hidup di tanah
yang telah diberikan pada Yakub.

Kita bisa melihat pula pemenuhan janji-janji Allah akan tanah


perjanjian digenapi dalam Yehezkiel 36:29-30, menambahkan
buah dan gandum sebagai berkat. Yehezkiel 36:35, akan
menjadi seperti Taman Eden. Yehezkiel 36:10-11, bertambah
banyak keturunannya.

Demikian pula di Yesaya 60 : 1-5, 9-22, pemulihan umat pada


tanah perjanjian. Yesaya 40, Tuhan membawa umat ke
Yerusalem. Yesaya 65:17-25, akan diciptakan langit dan bumi
baru suatu penciptaan ulang semesta baru.

51
Kita bisa memperhatikan persamaan-persamaan antara
penciptaan ulang dengan keadaan Taman Eden sebelum jatuh
dalam dosa.

- Kejadian 1,2 sama dengan Yesaya 40:17, penciptaan sorga


dan bumi diulang lagi (bumi dilihat kosong).

- Kejadian 1,2 sama dengan Yesaya 65:20, tidak ada kematian


tidak ada dosa dalam penciptaan baru.

- Kejadian 2 sama dengan Yesaya 65:21-22, umur umatku akan


sama dengan umur pohon (kehidupan).

Sehingga Yesaya 65 tidak hanya berbicara tentang


pembaharuan Israel yang akan kembali ke Palestina tetapi
sebuah langkah lebih besar yaitu pembaharuan penciptaan,
sorga dan bumi baru. Ini menggenapi apa yang dikehendaki
Allah sejak semula di Kejadian 1 dalam Yesaya 66:1, Tuhan
akan tinggal di sorga dan bumi.

Hal yang sama juga ditulis dalam kitab Mazmur, seperti dalam
Mazmur 2:8, seluruh bumi akan menjadi milikmu. Mazmur
89:27-28, sebagai ayat Mesianik yang akan menjadi penguasa
seluruh bumi selamanya. Demikian juga Mazmur 110:1-6,
Mesias akan menjadi penguasa seluruh bumi. Hal yang sama
juga ditulis dalam ayat Mesianik di Yesaya 9.

Jelas sekali bahwa kerinduan Allah untuk memulihkan bumi


dan langit (sorga) bagi umat-Nya dalam penguasaan Sang
Mesias. Allah akan hidup bersama umat-Nya. Sehingga
manusia akan merebut lagi penguasaannya pada bumi untuk
menjalankan segala mandat Allah atasnya.

52
Sehingga kita bisa melihat akan datangnya suatu hari dimana
Allah akan memulihkan umat-Nya dengan menciptakan langit
(sorga) dan bumi baru seperti yang telah dilakukan-Nya di
Kejadian 1 dan 2. Dimana manusia akan menikmati kehidupan
tanpa penderitaan dan kematian lagi seperti saat di Taman
Eden.

Kita memang tidak menemukan janji-janji tentang akan


kembalinya umat ke suatu tanah perjanjian di PB sampai kita
menemukannya di Wahyu 21 dan 22. Sehingga kita tetap
melihat adanya janji-janji nubuat tanah perjanjian tentang
langit dan bumi baru itu disepanjang PB juga.

Penggenapan di PB.

Secara eskatologi dalam Perjanjian Baru semua janji kepada


Abraham, Daud dan Israel telah digenapi dengan kedatangan
Tuhan Yesus Kristus. Dan karya yang kemudian dilanjutkan
oleh umat-Nya adalah sebagai persiapan menerima langit dan
bumi baru, sebagai kesempurnaannya. Perlu dipahami bahwa

53
dalam eskatologi Perjanjian Baru dikenal istilah sudah terjadi,
sedang digenapi dan akan disempurnakan.

Sehingga kedatangan Kristus adalah penggenapan yang telah


terjadi. Dan saat ini umat Tuhan sedang menggenapi seluruh
proses persiapan untuk masuk kedalam langit dan bumi baru.
Serta akan disempurnakan saat kedatangan Kristus sebagai
Raja di langit dan bumi baru.

Dalam PB meskipun tidak secara langsung tetapi dengan


penjelasan bahwa Yesus adalah anak Daud dan keturunan
Abraham (Matius 1:1), menunjukkan bahwa Yesus memiliki
hak menerima janji-janji akan tanah perjanjian.

Ditegaskan pula bahwa keturunan Daud adalah yang akan


bertahta setelah masa pemulihan tiba (Yehezkiel 36, 37).
Secara khusus dalam Yehezkiel 37:24-25, raja seperti Daud
akan memerintah selamanya. Yesus memenuhi sebagai
penguasa dunia (Matius 28:18) maka telah digenapilah
seluruh nubuatan tentang tanah perjanjian dan penciptaan
baru. Kedatangan Yesus telah menjadi titik pelantikannya.

54
Dalam Perjanjian Baru banyak sekali yang menyatakan bahwa
Yesus adalah Mesias yang memerintah sebagai raja seperti
Daud (yang dijanjikan Tuhan).

- Dalam kitab Matius, Yesus mewartakan tentang Kerajaan


Allah yang merupakan kerajaan yang dijanjikan (Matius 5:3,
10, 19-20 ; 6:10, 33 ; 10:7 ; 11:11-12 ; 13:11, 24, 31, 33, 44-45,
47, 52 ; 18:1-4, 23 ; 20:1 ; 22:2 ; 23:13 ; 25:1, 14).

Penulis Ibrani menyatakan ke-Mesiasan Yesus :

- Ibrani 1:1, Yesus adalah penggenapan dari janji Allah di kitab-


kitab.

- Ibrani 1:2-3, akan memerintah di sorga seperti di Mazmur


110:1 dan 2 Samuel 7:16.

- Ibrani 1:5, Aku akan menjadi Bapa-Nya sama dengan 2


Samuel 7:14 ; Mazmur 2:7.

- Dalam Efesus 1:20, melalui kebangkitan Kristus, Ia diberikan


kedudukan tertinggi bersama-sama Allah di sorga seperti pada
Mazmur 110:1 ; 8:7.

Yesus menggenapi atas rancangan Allah sejak semula bahwa


manusia berkuasa atas segala ciptaan-Nya (Kejadian 1,2).
Yesus yang menggenapinya dengan memiliki kuasa itu di
tangan-Nya. Dimana Kristus akan menjadi Kepala segala
sesuatu baik di sorga maupun di bumi (Efesus 1:10 yang
mengutip Mazmur 8 dan 110). Kedudukan yang seharusnya
dimiliki oleh Adam sekarang telah diterima Kristus.

Ini adalah merupakan penggenapan Mesianik bahwa Yesus


akan mengembangkan dan melebarkan kekuasaan-Nya

55
melalui jemaat-Nya untuk berkuasa atas seluruh ciptaan.
Jelaslah jika Yesus telah ditetapkan dalam kedudukan-Nya
sebagai Mesias (Ibrani 1 dan Efesus 1), maka Yesus telah
meluaskan penguasaan bukan hanya di Palestina tetapi
sampai ke ujung bumi.

Tujuan dari adanya tanah Israel adalah sebagai awal dari


kekuasaan Allah untuk menjangkau seluruh bumi yang
dilakukan oleh Raja keturunan Daud yaitu Yesus. Yesus yang
disebut anak Daud, terkait dengan janji akan tanah perjanjian
yang dimulai dari Palestina ke seluruh dunia. Maka
penguasaan Daud tergenapi sampai seluruh bumi melalui
Yesus.

Janji Yesus akan kehidupan kekal (Yohanes 3:16, 36 ; 6:40, 47


; 11:25-26 ; 12:44-46 ; 20:31) merupakan ciri dari ciptaan baru
Yehezkiel 37:26 ; Yesaya 65:20. Yang merupakan keadaan di
Taman Eden (Kejadian 1,2) sebelum dosa masuk. Kehidupan
adalah ciri utama dari ciptaan baru. Sehingga kehidupan kekal
adalah pelantikan dari ciptaan baru.

Kebangkitan Yesus adalah momen peresmian datangnya


ciptaan baru yang dijanjikan. Tubuh Yesus adalah tubuh yang
pertama berpindah dari ciptaan lama menjadi ciptaan baru.
Kebangkitan Yesus menggoncangkan aturan semesta sehingga
merubah aturan yang berlaku sebelumnya (Matius 27:51-53),
terjadi kebangkitan orang mati yang menggambarkan
peristiwa ‘inagurasi’ dimulainya ciptaan baru telah hadir di
bumi.

Ini merupakan tanda kehancuran bumi lama dan memasuki


bumi baru telah dimulai. Kebangkitan dan kehidupan adalah

56
ciri utama dari ciptaan baru. Manusia dibebaskan,
dimerdekaan dari perbudakan dan kematian.

Janji pada Israel pada Perjanjian Lama bahwa Israel akan


dikumpulkan dan muncul raja mereka yang akan berkuasa
kekal sampai seluruh bumi, sesuatu yang seharusnya terjadi di
Taman Eden. Dalam Perjanjian Baru digenapi oleh Yesus yang
memiliki kuasa atas seluruh bumi. Perhatikan bahwa
meskipun telah di ‘inagurasi’ tetapi kesempurnaannya baru
akan terjadi di Wahyu 21 dan 22.

Surat-surat Paulus juga mewartakan pemenuhan janji-janji


akan tanah perjanjian dan ciptaan baru :

- 2 Korintus 5:17, siapa yang ada didalam Kristus adalah


ciptaan baru.

- Roma 6-8, elemen bagaimana ciptaan baru itu dijelaskan.

- Roma 6 : 1-10, kebangkitan Kristus adalah tanda dari ciptaan


baru terjadi.

Paulus menjelaskan bahwa kita berbagi dalam kuasa


kebangkitan untuk dapat masuk kedalam ciptaan baru. Kita
telah disatukan dalam iman pada Kristus sehingga disatukan
dalam kebangkitan-Nya pula. Sehingga umat Allah telah
berpartisipasi dalam ciptaan baru.

Kristus mengalami kebangkitan secara fisik, sedangkan kita


mendapatkan bagian secara spiritual. Kita mengalami
perpindahan bersama Kristus dari ciptaan lama menjadi
ciptaan baru. Kita secara rohani mengambil bagian dalam
prosesi kematian dan kebangkitan Kristus (Roma 8:9-11). Roh

57
yang membangkitkan Kristus diam didalam kamu maka akan
menghidupkan tubuhmu (1 Korintus 3:16).

Sehingga kebangkitan itu diberikan melalui karya Roh Kudus.


Roh Kudus menjadi janji hadirnya penciptaan baru. Sedangkan
tubuh manusia sebagai subjek harus tetap menanti
kegenapannya karena masih menjadi objek kematian. Roh
Kudus didalam diri umat adalah jaminan ketika secara fisik
mati, mereka akan bangkit sebagaimana Kristus juga telah
bangkit.

Pergulatan antara ‘already’ dengan ‘not yet’ itu digambarkan


dalam Roma 8:19-23. Kita telah mengalami ‘already’
pengalaman dari ciptaan baru yang diberikan Roh Kudus yang
sama dengan yang membangkitkan Kristus. Tetapi kita masih
dalam perjalanan ‘not yet’ menuju kebangkitan tubuh seperti
yang sudah dialami Yesus (karena Yesus adalah yang Sulung).

Proses perusakan yang terjadi dalam Kejadian 3 akhirnya


berproses terbalik, dari kehancuran menuju kesempurnaan
sebagaimana yang dikehendaki Allah dalam Kejadian 1 dan 2.
Sebuah tanah perjanjian yang akan diberikan pada umat yang
penuh kenyamanan telah disediakan kembali. Maka manusia
harus menyiapkan dirinya menjadi penghuni, penguasa di
Kerajaan Allah itu.

1 Korintus 15 menjelaskan bagaimana kebangkitan Kristus


terhubung dengan kebangkitan orang percaya. Karena
kebangkitan adalah dominasi tanda kedatangan penciptaan
baru seperti yang tertulis dalam Yesaya 65:20, karena didalam
ciptaan baru kematian telah dihancurkan dan kehidupan yang
menjadi pemenangnya.

58
Secara khusus 1 Korintus 15:45 menekankan bahwa
penciptaan baru datang dengan pemberian kehidupan melalui
Roh Kudus yang diberikan oleh Kristus melalui kebangkitan-
Nya. Maka Kristus memulihkan manusia dari kebinasaan
Kejadian 3. Kristus membalikkan ‘kematian’ yang dibawa oleh
Adam dalam kejatuhannya, yaitu ciptaan (Adam) pertama.

Sekarang Kristus sebagai (Adam) kedua telah menghentikan


dan meresmikan datangnya zaman baru bagi umat-Nya.
Kebangkitan dan kehidupan kekal seperti yang dijanjikan
Kristus dalam kitab Yohanes akan menjadi bukti bahwa
ciptaan baru telah datang. Pertama kebangkitan Kristus yang
diikuti oleh kebangkitan kita.

2 Korintus 5:17 secara tegas menyatakan bahwa kita adalah


ciptaan baru, sementara secara pribadi sulit untuk
mengatakan ‘saya adalah ciptaan baru’. Karena realitanya
adalah kita masih berada dalam situasi kehidupan yang sama
dengan sebelumnya. Inilah yang paling sering
membingungkan dan memunculkan pengajaran legalistis
kembali.

Inilah yang harus dilakukan, mereferensikan ciptaan baru


maka lihatlah Yesaya 65, janji akan membuat langit dan bumi
baru. Lupakan apa yang telah terjadi di masa lalu, karena
Tuhan sudah menciptakan bumi dan sorga baru ! Konteks yang
sama ada di 2 Korintus 5:17, ia adalah ciptaan baru. Maka
lupakan dan tinggalkan ciptaan lama dalam dirimu. Sama
seperti yang dilihat oleh Yohanes di Wahyu 21 dan 22, sorga
baru. Kuncinya adalah bergeraklah maju, jangan menengok ke
belakang lagi.

59
Paulus juga mereferensikan apa yang tertulis di Yesaya 65 dan
beberapa referensi dalam Perjanjian Lama yang ditulisnya
dalam 2 Korintus 6:16-18, untuk menyatakan bahwa menjadi
manusia baru dalam Kristus berarti telah diwisuda masuk
kedalam ciptaan baru. Sehingga harus hidup berpadanan
dengan keadaan baru itu.

Dalam 2 Korintus 5:15 menjelaskan hubungan antara Kristus


dengan umat-Nya. Kebangkitan Yesus mewisuda setiap orang
yang menyatu dengan Kristus untuk memasuki penciptaan
baru. Jika seseorang didalam Kristus, ia adalah ciptaan baru
(langsung). Tidak ada prasyarat menjadi kudus apalagi lulus
ujian melakukan hukum-hukum. Menjadi ciptaan baru
didalam Kristus, itu sudah final.

Sehingga jika seseorang didalam Kristus maka ia akan ikut


berpartisipasi dalam penciptaan baru (bagian dari penciptaan
baru). Karena Roh Allah yang telah membangkitkan Kristus
(mengalahkan maut) juga berada didalam diri orang percaya.

Kuncinya adalah menyatu dengan kematian dan kebangkitan


Kristus yang melaluinya kita akan terhisap dalam bagian dari
ciptaan baru. Sehingga apa yang dikatakan dalam 2 Korintus
5:15 adalah pelantikan dari Yesaya 65 yaitu melalui kematian
dan kebangkitan Kristus kita menjadi milik dari prosesi ini
secara rohani.

Ciptaan baru ini juga akan memiliki dimensi rohani dan


jasmani, sehingga kita memiliki kewajiban untuk
merekonsiliasikan antara keduanya melalui transformasi jiwa
dan mempersembahkan tubuh (Roma 12:1-2). Secara spiritual
kita telah dilantik tetapi yang telah mengalahkan secara
sempurna (rohani dan fisik) hanya Kristus. Dan bagi kita

60
kesempurnaannya akan terjadi saat Kristus datang kedua
kalinya ke bumi yang akan membangkitkan kita dengan tubuh
kebangkitan yang sempurna untuk masuk kedalam langit dan
bumi baru.

Dalam Efesus 2:1-7, dibawa ke hidup meski kita mati dengan


cara membangkitkan kita bersama Kristus. Ini menekankan
bahwa kesatuan dengan Kristus adalah kunci hidup yang kita
miliki.

Efesus 2:10, diciptakan didalam Kristus. Perbuatan baik


terhubung dengan hanya pada Allah didalam Kristus.
Munculnya perbuatan baik ketika kita telah menerima
pembebasan sebagai ciptaan baru didalam Kristus. Sebuah
proses pembalikkan terjadi dari mati dan dosa (Kejadian 3)
kepada perbuatan baik (kejadian 1,2).

Efesus 4:22-24, bagian dari penciptaan baru adalah kebenaran


dan kekudusan (Kejadian 1:26) sehingga ciptaan baru adalah
kembali pada kesegambaran dengan Allah. Hal itu dapat
terjadi dalam diri kita dengan dibaharui dalam roh ‘pneuma’
dan pikiran ‘nous’ (ay 23). Sehingga akan muncul perilaku yang
seharusnya sebagai gambar Allah dikembalikan. Sebuah
proses menanggalkan yang lama dan memakai manusia baru
yang diciptakan Allah sebagaimana dalam Kejadian 1,2.

Kolose 1:12-13, dilayakkan untuk masuk kedalam penciptaan


baru dengan melepaskan kita dari kegelapan dan
memindahkannya ke Kerajaan Anak-Nya (penciptaan baru).

Kolose 1:15, Kristus adalah gambar Allah, yang Sulung. Yesus


adalah Adam baru sebagai gambar Allah, hal sama dengan
Adam di Kejadian 1:26-27, sebelum jatuh dalam dosa.

61
Kolose 1:16, didalam Kristus diciptakan segala sesuatu
(ciptaan baru).

Kolose 1:18, Yesus yang pertama bangkit yang membawa


kehidupan baru (Yesaya 65). Yesus bukan hanya yang Sulung
tetapi akan membawa umat menjadi bagian dari ciptaan baru
itu. Peristiwa kebangkitan adalah pelantikan menjadi ciptaan
baru.

Kolose 3:9-10, tinggalkan manusia lama (dalam kendali dosa


Adam pertama), kenakan manusia baru (dalam Kristus)
menurut gambar Khaliknya.

Sehingga rancangan Allah dalam Kejadian 1,2 telah dipulihkan


kembali yaitu Taman Eden sebelum jatuh dalam dosa. Melalui
Yesus yang adalah gambar Allah memperbaharui semua
ciptaan, dengan cara menjadi satu dengan Kristus. Sehingga
kita mengambil mandat sebagai ciptaan Allah dalam ciptaan
baru.

Kuncinya adalah menyatu dalam kematian dan kebangkitan


Kristus (menyatu dalam diri Kristus). Ciptaan baru yang telah
dilantikkan membuat kita tidak hidup dibawah kuasa ciptaan
lama tetapi menghidupi kemanusiaan baru. Kemelekatan
dengan Kristus akan berbuahkan kehidupan dalam kebenaran
Taman Eden. Proses ‘already’ karena kehadiran Roh Kudus,
‘not yet’ karena dalam proses untuk ditaati.

Warisan tanah perjanjian di Perjanjian Baru

Paulus menggunakan persamaan antara tanah perjanjian


Israel dengan keselamatan spiritual dalam Kristus dengan
menggunakan istilah warisan.

62
Kolose 1:12, melayakkan kita mendapat bagian dari orang
kudus dalam Kerajaan terang.

Galatia 3:26-29, karena iman didalam Yesus Kristus kita adalah


anak keturunan Abraham yang berhak atas janji-janji Allah
(tanah perjanjian Allah yang dijanjikan pada Abraham).

Didalam Kristus maka tanah perjanjian pada Abraham itu


diperluas bukan saja tanah Kanaan di Palestina tetapi menjadi
langit ‘heaven’ baru dan bumi baru (Wahyu 21,22).

Roma 8:19-21, pengharapan seluruh makhluk untuk


dimerdekakan.

Efesus 2:11-12,22, status kita sebelumnya adalah tidak


menjadi bagian dari Israel. Tetapi didalam (kemelekatan)
Kristus kita turut dibangun menjadi kediaman Allah di dalam
Roh.

Efesus 2:12, mereferensi dari kitab Yesaya 55:5 bahwa dahulu


kita jauh tetapi kemudian dibawa mendekat pada Allah.
Melalui Kristus sekarang orang yang jauh bisa didekatkan
masuk kedalam kehidupan dalam anugerah dan kebenaran.

Polanya adalah janji itu hanya melalui Kristus (karena hanya


Dia yang memenuhi tuntutan Perjanjian Lama). Sehingga
menyatu dengan Kristus adalah satu-satunya jalan untuk
memperoleh bagian dari warisan Kerajaan-Nya. Didalam
Kristus kita menjadi keturunan Abraham (Galatia 3:29). Karena
Kristus adalah keturunan Abraham (Matius 1:1). Dengan
menyatu dengan Kristus maka status keturunan Abraham itu
kita peroleh, melalui hadirnya Roh Kudus (Yehezkiel 37:14 ;

63
Yohanes 14:26 ; Roma 8:26 ; 1 Korintus 6:19) yang akan
menolong dalam kekudusan (2 Korintus 5:17 ; 6:16-18).

Paulus melanjutkan tentang Kristus sebagai Imam Besar.


Walaupun janji akan tanah perjanjian itu ditolak dengan
ketidaktaatan bangsa Israel, tetapi jani Allah itu masih tetap
ada bagi mereka yang mau memiliki hati yang taat. Israel tidak
memiliki pengalaman masuk kedalam peristirahatan di tanah
perjanjian itu.

Mazmur 95, Daud menulis tentang janji tanah ‘peristirahatan’


bagi manusia yang tidak berhasil dimasuki Israel.

Ibrani 4:1, janji Allah untuk masuk kedalam perhentian-Nya itu


masih berlaku. Dan kita akan dapat mendapatkannya asal kita
melekat pada Kristus (Ibrani 3:14).

Tempat peristirahatan itu didalam Kristus, terkait dengan


eskatologi Wahyu 21 dan 22. Janji istirahat di tanah perjanjian
dipenuhi dalam Kristus yang terjadi secara spiritual (Ibrani
3,4). Karena didalam Kristus kita telah ‘already’ menjadi
ciptaan baru (Roma 8). Yang dilihat Yohanes bagaimana
manifestasi ciptaan baru itu dimana manusia hidup bersama
dengan Allah di tempat baru.

Perjalanan kehendak Allah yang dimulai dari Kejadian 1,2 dan


3 dapat dilihat mulai berujung di Wahyu 4 dan 5 tentang 24
tua-tua yang mengililingi takhta Allah. Wahyu 4:11, Allah
dipuji sebagai pencipta (Kejadian 1,2). Wahyu 5, gulungan
kitab yang meterainya dibuka Anak Domba sebagai tanda
kedatangan ciptaan baru (Wahyu21:1 ; Yesaya 65:17).

64
Destiny akhir umat Allah adalah secara fisik di bumi baru.
Sehingga melalui kebangkitan orang mati akan bisa masuk ke
Kerajaan Allah. Sama dengan Taman Eden adalah suatu
tempat fisik di bumi dimana manusia hidup bersama dengan
Allah (Kejadian 1,2).

Di sorga dan bumi baru itu maut tidak ada lagi (Wahyu 21:4 ;
Yesaya 65:17) yang merupakan tanda-tanda ciptaan baru.
Sehingga keselamatan hanya akan mencapai kesempurnaan
bila diwujudkan secara fisik. Sehingga kehadiran Allah akan
terjadi secara fisik bersama dengan manusia dalam Kerajaan
Allah sebagaimana terjadi di Taman Eden. Sehingga kematian
tidak akan ada lagi juga kesedihan dan penderitaan sudah
dikalahkan di era penciptaan baru.

Aspek-aspek spiritual terjadi saat kehadiran Allah ditengah


umat-Nya. Berkat Allah akan dicurahkan saat manusia menjadi
umat-Nya dan Tuhan menjadi Allah-Nya (Wahyu 21:3-4),
segala yang lama itu telah berlalu. Demonstrasi era
penciptaan baru ‘new creation’ terjadi di bumi baru.

Kebangkitan sebagai pemenuhan dari proses penciptaan baru


terjadi (Wahyu 21:3 ; 1 Korintus 15). Kebangkitan orang mati
(Roma 6,8). Seperti yang dilihat dalam sebuah penglihatan
oleh nabi Yehezkiel tentang tulang-tulang kering yang
kemudian dibangkitkan Allah (Yehezkiel 37).

Yohanes menggabungkan semua itu dalam penglihatannya. Ia


melihat tumbuhnya pohon kehidupan (Wahyu 22:1-2 ;
Yehezkiel 47:7-9). Semua yang seharusnya terjadi di Taman
Eden, dipenuhi sempurna dengan yang terjadi dan dilihat oleh
Yohanes di Wahyu 21,22.

65
Dapat disimpulkan penciptaan baru yang dijelaskan oleh
Perjanjian Baru adalah :

1. ‘New creation’ ciptaan baru yang dijanjikan Perjanjian Lama


untuk memulihkan penciptaan awal telah di ‘inagurasi’
dilantik secara ‘spiritual’ rohani dan fisik melalui kebangkitan
Kristus dan setiap umat yang menyatu dengan kematian dan
kebangkitan itu.

2. Meski dimuai dari ‘spiritual’ bagi umat Kristus kemudian


akan disempurnakan dengan kebangkitan daging di akhir
zaman nanti.

3. Tanah Palestina menjadi titik awal penciptaan ulang yang


kemudian akan melebar ke seluruh bumi.

Implikasi dari keadaan-keadaan diatas bagi orang percaya


adalah :

1. Ujung perjalanan iman yaitu kehidupan kekal tidak di sorga


‘spiritual’ tetapi di bumi baru seperti apa yang Allah ciptakan
di Taman Eden (Kejadian 1,2). Manusia akan hidup secara
‘spiritual’ rohani dan fisik bersama Allah yang hadir secara fisik
ditengah-tengah mereka.

2. Allah tidak pernah merubah rancangan-Nya sejak semula


untuk menciptakan tempat mulia (Taman Eden) dengan cara
membuat ciptaan baru dengan kebangkitan daging (tubuh
baru) dan langit, bumi baru.

3. Pemikiran bahwa tubuh hanya wadah tidak terkait dalam


rancangan Allah, dimana roh akan meninggalkan saat
kematian, sehingga tidak berguna adalah tidak tepat karena
karya Allah menyangkut pula berkat-berkat secara fisik,

66
bahkan melalui fisik kitalah kemuliaan Allah bisa terwujud di
bumi ini.

4. Allah tidak kalah oleh dosa dan kejahatan, Allah tidak


pernah mengganti rencana-Nya. Tetapi memulihkan dengan
menciptakan ulang segala sesuatu menjadi sempurna
kembali.

5. Wahyu 21 dan 22 memperlihatkan bahwa ujung perjalanan


rencana Allah bagi manusia adalah umat yang akan tinggal di
bumi secara fisik bersama dengan kehadiran Allah sesuai
dengan Kejadian 1,2.

6. Manusia akan tetap ada di bumi ini, meskipun akan ada


bumi yang baru di tempat yang sama. Kota Yerusalem Baru
akan turun dari langit (sorga). Sehingga bertanggungjawab
dan menjadi penghuni yang berusaha mengelola isi bumi
adalah kewajiban bagi orang percaya.

7. Pola pikir kehidupan akan berakhir di ‘heavenly’ yang tidak


terkait dengan kehidupan bumi secara fisik, akan sangat
berbeda dengan pola pikir ‘earthly’ yang menyadari akhir
kehidupan kita adalah di bumi (baru) secara fisik.

8. Perlu pemikiran dan penulisan ulang pemahaman sorga


selama ini.

9. Wahyu 21,22 adalah sebuah realita hidup Kerajaan Allah di


bumi.

10. Janji tanah perjanjian, kehidupan kekal ternyata bukan


secara ‘spiritual’ saja, tetapi ada aspek ‘spiritual’ dan aspek
‘fisik’nya. Inilah yang ‘already’ secara ‘spiritual’ sedangkan
‘not yet’ adalah secara fisik.

67
Bab 2.

Rencana kekal Allah tinggal bersama umat

Tempat tinggal Allah ditengah umatnya dikenal melalui


Perjanjian Lama adalah Tabernakel atau Bait Suci. Tetapi bila
kita lihat dari Kejadian 1 dan 2 maka Tabernakel (=Bait Suci)
itu adalah Taman Eden yang memiliki fungsi sebagai tempat
dimana Allah hadir ditengah-tengah umat-Nya. Taman Eden
dapat dimaknai dengan tanah perjanjian sekaligus Bait Suci
Allah.

Tujuan dan pentingnya keberadaan Bait Allah adalah menjadi


mediasi kediaman Allah bersama dengan umat-Nya. Dalam
Kejadian 1,2 tempat itu adalah Taman Eden, sebuah taman
yang diciptakan Allah secara khusus di bumi menjadi tempat
perjumpaan Allah dengan Adam dan Hawa.

Taman Eden adalah tempat yang khusus dan kudus tempat


kehadiran Allah, yang dikhususkan bagi kehadiran Allah
dimana manusia menyembah dan menikmati persekutuan
pribadi dengan Allah. Disanalah kemuliaan Allah akan hadir
dan segala keindahan tersedia serta kehidupan kekal tanpa
sakit dan derita.

Kemudian dalam sejarah bangsa Israel, Allah melanjutkan


kehendak-Nya untuk tinggal bersama bangsa Israel itu dengan
pembuatan Tabernakel. Tabernakel mencirikan keadaan yang
sama dengan Taman Eden yaitu :

1. Menjadi tempat kehadiran Allah ditengah-tengah umat


(kejadian 3).

68
2. Dekorasi yang dibuat didalam Tabernakel menggunakan
bahan-bahan tanaman dan peralatan yang mengingatkan kita
pada pohon kehidupan di Taman Eden. Seperti lampu dian
yang menunjuk pada pohon kehidupan.

Keluaran 25:31-35, deskripsi pembuatan ‘kandil’ yang mirip


dengan pohon kehidupan. Juga banyak sekali dipergunakan
bahan emas untuk menghiasi Tabernakel, yang kita temukan
juga di Taman Eden begitu banyak emas disana. 1 Raja-raja 5-
7, pentingnya penggunaan emas. Keluaran 25:7-17,11,12,13,
penggunaan emas yang sangat dominan. Dapat kita
bandingkan dengan banyaknya emas di Taman Eden (Kejadian
2:10-12).

Demikian pula sebagaimana Adam mengusahakan dan


memelihara taman, sama seperti yang ditugaskan kepada
suku Lewi (para imam) untuk menjalankan pelayanan di
Tabernakel. Bilangan 3:7-8, suku Lewi ditunjuk bertugas
memelihara segala perabot. Bilangan 18:5,6, melakukan
pekerjaan di Kemah Allah. Sehingga tugas Adam memelihara
taman sama dengan tugas imam menjaga Bait Allah.

Hal yang sama dengan mengalirnya sungai dari Taman Eden


(Kejadian 2:10). Dimana dalam Yehezkiel 47:1-2, air keluar dari
bawah Bait Allah. Dua hal yang menunjukkan persamaan. Juga
terdapatnya pohon-pohonan baik di Taman Eden maupun di
Bait Allah.

Persamaan yang juga menarik adalah masuknya kedalam Bait


dari arah timur (Yehezkiel 43:1), pintu gerbang timur Allah.
Dimana dalam Kejadian 3:24, dijelaskan bahwa Allah
menempatkan penjaga di pintu timur untuk mencegah
masuknya manusia.

69
Sehingga dapatlah kita simpulkan bahwa Taman Eden adalah
model bagi Bait Allah, suatu tempat kediaman Allah ditengah-
tengah umat. Jadi Tabernakel dan Bait Allah adalah replika dari
Taman Eden yang kemudian hari akan berujung pada Wahyu
21 dan 22.

Kejadian 1 memberikan gambaran bahwa Allah menciptakan


‘cosmic temple’ sebuah bait kosmik sebagai tempat kudus
dimana Allah berada bersama dengan umat. Dan tugas Adam
adalah meluaskan kehadiran Allah keseluruh bumi. Dalam
Kitab Henoh 2,3 dijelaskan tentang Adam yang melayani Allah
di Taman Eden sebagai imam.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Taman Eden adalah


tempat kudus :

1. Tempat kediaman Allah bersama umat-Nya, penuh


kemuliaan. Adam dan Hawa sebagai imam untuk menyembah
dan melayani Tuhan. Mereka harus memelihara dan
menjaganya sebagai anak-anak Allah.

2. Tugas Adam menerima berkat dan mengalirkan ke semesta


melalui dirinya sebagai gambar otoritas Allah yang diberikan
padanya.

Ada kekhususan dimana kehadiran Allah tidak dapat dinikmati


oleh ciptaan yang lain, hanya Adam yang bertugas disana.
Sehingga kemuliaan Allah menjangkau semesta akan sangat
bergantung dari keberadaan dan ketaatan Adam terhadap
tugas yang dipercayakan kepadanya.

70
Pertanyaan setelah Kejadian 3, dosa memasuki dunia dan
kegagalan Adam dan Hawa untuk mempertahankan tempat
kudus dan kehadiran Illahi yang membawa konsekuensi :

- Karena dosa dan ketidaktaatan mereka diasingkan dari


Taman Kudus (Kejadian 3:24), mereka diusir dari hadirat Allah.

- Adam dan Hawa dilarang memasuki Bait Allah lagi.

Pertanyaan setelah kejadian yang terjadi dalam Kejadian 3


adalah bagaimana Allah memulihkan kehendak-Nya untuk
hadir diantara umat yang kemudian diperluas menjangkau
keseluruh ciptaan-Nya itu ? Seperti yang pernah terjadi di
Kejadian 1 dan 2.

Realita dosa yang telah masuk kedunia menjadi gangguan


dalam rencana Allah memunculkan konflik. Bagaimana Allah
mengembalikan niat-Nya untuk mewujudkan bumi sebagai
tempat tinggal-Nya dimana Allah tinggal bersama umat dan
seluruh kosmos (semesta).

Proses pemulihan kehadiran Allah ditengah umat di


Perjanjian Lama.

Gerakan utama dari tahapan ini melalui pembangunan


Tabernakel di Kitab Keluaran dimana Allah menyelamatkan
umat melalui laut merah, padang gurun sampai ke tanah
Kanaan. Setelah di tanah Kanaan mereka membangun Bait
Allah di zaman Salomo. Sedangkan diperjalanan di padang
gurun, Allah memerintahkan mereka membangun Tabernakel
yang akan menemani mereka melakukan perjalanan di padang
gurun.

71
Tabernakel terdiri dari halaman, ruang kudus dan ruang maha
kudus. Di ruang maha kudus terdapat tabut perjanjian dimana
Allah berada. Sebuah tempat yang secara khusus Allah
bertemu dengan umat-Nya. Tabernakel adalah konstruksi
yang dapat dipindah-pindah sepanjang perjalanan bangsa
Israel. Dalam Keluaran 35-40 Allah melalui Musa
memerintahkan untuk membangun Tabernakel. Dan di
Keluaran 40:34-35, kemuliaan Allah hadir memasuki Kemah
Suci sama dengan kehadiran Allah di Taman Eden.

Hubungan Tabernakel dengan rencana Allah memulihkan


kehadiran-Nya diantara umat.

1. Tabernakel merupakan tempat Allah tinggal bersama umat-


Nya di bumi. Tetapi dalam pembangunan Tabernakel
(keluaran 40:34-35) menjelaskan bahwa kehadiran Allah

72
dibatasi tidak untuk semuanya seperti juga di Taman Eden.
Meskipun umat menikmati kehadiran Allah di bumi, tetapi
mereka menikmatinya dalam suatu ‘batasan’.

2. Kita sudah memahami hubungan Tabernakel dengan Taman


Eden. Tabernakel dibuat untuk menggambarkan Taman Eden.
Taman Eden adalah tempat tinggal Allah, sekarang Tabernakel
adalah miniatur tempat tinggal Allah. Apa yang dikehendaki
Allah sekarang mulai dipulihkan di Tabernakel.

3. Tabernakel juga dimaksudkan menjadi ‘micro cosmos’ dari


seluruh ‘cosmos’ seluruh ciptaan sama dengan fungsi dari
Taman Eden di Kejadian 1. Tabernakel keberadaan
sementaranya mengantisipasi suatu waktu kelak dimana
kehadiran Allah akan memenuhi seluruh kosmos (seluruh
ciptaan). Yang tidak akan terbatas secara fisik di Israel,
sehingga maksud pembangunan Tabernakel tidaklah menjadi
tujuan akhir dari rancangan Allah untuk tinggal bersama umat.
Tabernakel sebagai antisipasi (petunjuk) akan kehadiran Allah
bagi seluruh ciptaan.

Dalam perjalanan bangsa Isreal selanjutnya dibangun Bait


Allah yang lebih permanen, yang juga berfungsi sebagai model
skala kecil dan pengingat simbolis kepada Israel bahwa
kehadiran kemuliaan Allah akhirnya akan memenuhi seluruh
kosmos.

Melalui pembangunan Tabernakel, dipakai untuk


mengantisipasi niat Allah memperluas kehadiran-Nya ke
seluruh bumi. Yang kemudian oleh Daud dipersiapkan
pembangunan Bait Allah itu (1 Raja-raja 5-7) detil
konstruksinya. Kemudian Salomo yang membangunnya (2
Samuel 5-7).

73
Beberapa kesimpulan dengan dibangunnya Bait Allah :

1. Bait Allah adalah tempat dimana Allah akan tinggal bersama


umat-Nya namun kehadiran Allah dibatasi, karena berada di
ruang maha kudus dimana hanya imam besar satu tahun sekali
masuk kedalam.

2. Kita memahami keterkaitan Bait Allah dengan Taman Eden,


dimana Bait Allah adalah miniatur dari Taman Eden.
Sebagaimana Allah hadir di tempat kudus (Taman Eden)
demikian pula di Bait Allah.

3. Bait Allah adalah mikro kosmos dari seluruh kosmos


menunjukkan kehendak Allah bahwa kehadiran-Nya akan
menyebar ke seluruh ciptaan.

Dalam kitab Mazmur dijelaskan tentang pentingnya Bait Allah


sebagai tempat tinggal Allah dan maksud-Nya untuk
memperluas memasuki seluruh semesta. Mazmur 84:1-12,
kerinduan akan kediaman Allah. Terlihat bahwa kehadiran-
Nya bukan hanya di Bait tetapi menjangkau ke seluruh bumi.

Tetapi karena dosa, Allah meninggalkan Bait-Nya dan


dihancurkan orang asing dan umat diusir dari tempat
kehadiran Allah seperti Adam dan Hawa diasingkan dari
taman. Israel juga terusir dari tanahnya dan Bait Suci dimana
hadirat Allah ada. Perbedaannya kemuliaan Allah tidak
meninggalkan Taman Eden, dan Taman Eden tidak
dihancurkan. Kisah dalam Perjanjian Lama menunjukkan Allah
meninggalkan Bait Allah (Yehezkiel 10) dan umat dibawa
keluar dari tanah air sendiri ke negeri asing.

74
Setelah Israel diasingkan sebagaimana Adam dan Hawa
karena dosa. Bait Allah dihancurkan. Nabi-nabi yang muncul
kemudian seperti Yehezkiel yang mengingatkan akan
datangnya masa dimana Bait Allah akan dipulihkan dan Allah
akan tinggal bersama-sama dengan umat-Nya kembali.

Perjanjian Lama berakhir pada penghukuman Israel serta Bait


Allah namun dengan pengharapan pemulihan Bait Allah dan
kehadiran Allah diantara umat yang kemudian akan
memenuhi seluruh bumi. Semua ini untuk menggenapi
kehendak Allah sebagaimana di Taman Eden. Sehingga
urutannya adalah dari Taman Eden ke Tabernakel kemudian
ke Bait Allah dan digenapi di PB.

Proses pemulihan kehadiran Allah ditengah umat di


Perjanjian Baru.

Kita akan memulai dengan apa yang dikatakan oleh Yesus,


bagaimana Ia membawa pemenuhan janji-janji tentang Bait
Allah itu kemudian ke surat-surat Paulus yang menggunakan
istilah dan penggambaran tentang Bait Allah. Baru kemudian
akan kita lihat surat-surat diluar surat Paulus dan berakhir di
Wahyu 21 dan 22.

Injil menjelaskan pemenuhan janji-janji dalam Perjanjian Lama


itu dipenuhi pertama kali dalam diri Yesus. Kemudian karena
disatukan dengan Kristus maka pemenuhan itu digenapi pula
dalam umat-Nya. Dalam Perjanjian Baru kita menemukan
kehendak Allah untuk memulihkan Taman Eden dan
keberadaan Bait Allah digenapi, dimana Allah berkenan tinggal
bersama umat-Nya.

75
Pemulihan hadirat Allah didalam Krsitus adalah aspek
‘already’ karena janji pemenuhan Bait Allah telah digenapi
dalam kehidupan Kristus. Yang kemudian bagi umat yang
menyatu dengan Kristus, didalam Kristus atau menjadi milik
Kristus, bahasa yang sering dipakai Paulus, sehingga umat
Allah dan Gereja menjadi Bait Allah juga. Tetapi masih tersisa
dimensi ‘not yet’ juga dalam Wahyu 21,22.

Matius mewartakan kehadiran Allah pada umat melalui


pribadi Yesus, Matius 1:18, mengisahkan kelahiran Yesus.
Dalam ayat 18, diberi nama Imanuel yang berarti ‘Allah
menyertai kita’. Matius ingin mewartakan bagaimana
memahami Yesus sebagai Allah yang hadir bersama dengan
umat-Nya. Allah yang hadir dan datang ke bumi ditengah
umat, dalam bentuk kehadiran Kristus (Matius 1:23).

Kita juga melihat dibagian akhir dari Matius 28, dalam amanat
agung-Nya, Yesus mengatakan : semua otoritas di sorga dan di
bumi ada dalam tangan-Nya (ayat 20). Aku akan menyertai
kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. Matius
mengawali dan mengakhiri dengan kehadiran Allah bersama
umat dalam Kristus. Melalui Kristus maka saat ini Allah telah
bersama dengan umat-Nya. Matius mewartakan hadirat Allah,
pribadi Allah sekarang telah tinggal di semesta ini.

Yohanes banyak menjelaskan pemenuhan, penggenapan dari


janji-janji kehadiran Allah bersama umat-Nya. Dalam Yohanes
2:19-21, Yesus berkata dihadapan orang Yahudi untuk
merombak Bait Allah dan dalam tiga hari Yesus akan
mendirikannya kembali. Bait Allah yang dimaksud adalah
tubuh-Nya sendiri. Sehingga Yohanes menyatakan bahwa
tubuh Kristus adalah Bait Allah.

76
Yesus menggantikan atau menggenapi apa yang dimaksud
Allah tentang keberadaan Bait Allah di Israel sesungguhnya.
Keberadaan Bait Allah adalah gambaran akan datang masa
dimana Allah akan tinggal bersama dengan umat-Nya dan itu
telah dipenuhi oleh kedatangan dan kehadiran Yesus ditengah
umat-Nya.

Yohanes 1:14, prolog dari Injil Yohanes yang menyatakan


bahwa Firman itu telah menjadi manusia dan tinggal diantara
kita. Kita telah melihat kemuliaan-Nya. Tinggal ‘dwelt’ dalam
bahasa Yunani ‘skenoo’ yang dapat berarti ‘tenda’ atau
‘Tabernakel’. Sehingga dapat diartikan bahwa Yesus datang ke
bumi mendirikan tenda untuk sementara sebagai tempat
dimana Allah hadir dan kemuliaan Allah dinyatakan.

Yohanes mencoba menghubungkan Bait Allah dalam


Perjanjian Lama yang digenapi dengan kedatangan Yesus. Kata
Yunani ‘Tabernakel’ adalah ‘skenoo’ dalam bahasa Ibrani
‘Mishkan’ (Keluaran 25:9 ; Imamat 8:10) adalah tempat Tuhan
berdiam ditengah umat-Nya. Jelas Yohanes merujuk dengan
Tabernakel di Perjanjian Lama, sehingga kehadiran Yesus
adalah penggenapan Tabernakel Allah di Perjanjian Lama.

Kemudian kata ‘kemuliaan’ juga mengingatkan di Perjanjian


Lama yaitu dalam Kitab Yehezkiel bahwa kemuliaan Allah
memenuhi bait-Nya. Dalam Yehezkiel 43:1-7 seperti juga
dalam Yohanes 1:14, Firman menjadi daging dan tinggal
diantara kita. Kata ‘tinggal’ atau ‘dwell’ dan kata ‘kemuliaan’
ada juga di Yehezkiel 43, terkait dengan kemuliaan Allah yang
tinggal dalam bait-Nya.

Yohanes menekankan bahwa dalam pribadi Yesus Kristus, apa


yang dikehendaki Allah melalui Bait Suci telah digenapi.

77
Kemuliaan Allah yang masuk kedalam bait-Nya sekarang telah
tinggal didalam Yesus Kristus. Sehingga melalui pribadi Yesus,
sekarang Allah tinggal dengan umat-Nya yang dalam Yohanes
2:21, Yesus adalah Bait Allah itu.

Sehingga dalam Injil telah ditemukan kehendak Allah di Taman


Eden yang mulai digenapi dengan Tabernakel kemudian Bait
Allah dimana kemuliaan Allah hadir. Dan akhirnya dipenuhi
dalam pribadi Yesus Kristus sebagai Bait Allah yang
sesungguhnya.

Kehendak Allah untuk memulihkan tempat kudus dimana


Allah tinggal bersama umat-Nya seperti Kejadian 1,2, mulai
dinyatakan Yesus dalam kehidupan dan pelayanan-Nya
sebagai Tabernakel yang mewujud didalam diri-Nya.
Kemudian kita akan melihat bagaimana dalam Perjanjian Baru
kehadiran Allah akan mewujud didalam diri umat-Nya.
Penggenapan pertama terjadi dalam diri Kristus baru kepada
umat yang menjadi milik Yesus atau menyatu dengan Yesus.

Kisah Rasul 2 menceritakan tentang hari Pentakosta atau


kelahiran Gereja. Umat Tuhan berkumpul di Yerusalem
sebagaimana perintah Yesus dalam Kisah Rasul 1. Kemudian
Allah mencurahkan Roh Kudus atas orang-orang percaya
sebagai pemenuhan Perjanjia Lama (Yoel 2), yang dikutip
Petrus menggambarkan apa yang terjadi pada hari Pentakosta
itu.

Pengurapan Roh Kudus pada umat yang ditulis dalam Kisah


Rasul 2, merupakan adegan yang terjadi didalam Bait Allah.
Kita telusuri munculnya lidah-lidah api dan hal lainnya yang
terhubung dengan keberadaan Bait Allah, sehingga dapat kita
simpulkan bahwa kejadian di perayaan Pentakosta adalah

78
peristiwa di Bait Allah dimana Roh Kudus memenuhi umat-
Nya.

Hal yang sama terjadi pada Yehezkiel 43, dimana kemuliaan


Allah datang dan memenuhi Bait Suci. Sekarang kehadiran
Allah terjadi melalui Roh Kudus. Disini kita lihat terjadi
perluasan kejadian di Bait Allah kepada umat. Ini merupakan
motif yang selanjutnya dijelaskan dalam Perjanjian Baru . Allah
berkenan meluaskan kehadiran dan kemuliaan-Nya setelah
karya penebusan dosa Kristus selesai dan melalui Roh Kudus
yang diutus menjadi Sang Penolong yang tinggal didalam diri
manusia berdosa. Jika dosa sebelumnya adalah penghalang
karena belum ada mekanisme pengampunan yang permanen,
maka dosa tidak lagi menjadi penghalang persekutuan dengan
Allah, ketika kuasa penebusan darah Yesus selalu
dipergunakan.

Selain kejadian Roh Kudus memenuhi umat sebagai pertanda


aktifitas di Bait Allah. Demikian pula fakta Yesus yang
mengampuni dosa juga merupakan peristiwa yang terjadi di
Bait Allah. Sehingga jelas bahwa Yesus menggantikan atau
menggenapi apa yang terjadi didalam Bait Allah. Sehingga
pengampunan dosa tidak lagi terkait dengan aktifitas dalam
Bait Allah, tetapi dalam Kristus.

Dalam 1 Korintus 3:16-17, umat sendiri adalah Bait Allah. Kata


yang dipakai dalam bahasa Yunani ‘kamu’ adalah ‘este’ kata
jamak yang mengacu pada keseluruhan Gereja. Sementara
dalam 1 Korintus 6:19 dan 2 Korintus 6:16, ditegaskan bahwa
tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang menunjuk pada
perseorangan. Sehingga secara bersama maupun pribadi

79
tubuh jemaat adalah Bait Roh Kudus. Gereja Korintus adalah
Bait Allah.

Ada persamaan tentang pondasi dari Bait Allah Korintus yang


ditulis pada Ayat 12, pondasi yang dibangun dengan emas,
perak, batu permata. Hal yang sama juga disebut oleh Yohanes
dalam Wahyu 21:18-21, Kota Yerusalem Baru yang dibangun
dengan emas dan batu mulia dan barang berharga lain.

Paulus mengingatkan bahwa Gereja harus mewujudkan


kehendak Allah terhadap fungsi adanya Taman Eden =
Tabernakel = Bait Allah didalam dirinya. Inilah puncak dari
rancangan Allah dalam Kejadian 1 dan 2 telah digenapi dengan
adanya Gereja sebagai institusi maupun Gereja sebagai
pribadi di bumi ini.

Ini terjadi sesuai dengan nubuat pemulihan Bait Allah dalam


Yehezkiel dimana Allah tinggal bersama umat-Nya sekarang
mulai dipenuhi tidak hanya didalam Kristus (Yohanes 1) tetapi
sekarang didalam Gereja-Nya dan umat-Nya yang adalah Bait
Allah yang sebenarnya.

Nilai perilaku etika dalam surat Korintus kemudian mengacu


pada Gereja adalah Bait Allah, misalnya dalam 1 Korintus 6:9-
10, kekudusan harus dikejar tiap pribadi sebagai Bait Allah.
Paulus menegaskan bahwa kehadiran Geraja dan umatnya
telah mengambil alih Bait Allah dari Perjanjian Lama (1
Korintus 3:16-17), telah diaplikasikan penuh pada Gereja
bukan sekedar perandaian ‘metafora’.

Umat Allah sekarang adalah Bait Suci yang benar, sebagai


penggenapan dari maksud Allah adanya Bait sebagai tempat

80
kediaman Allah (2 Korintus 6:16-18), secara tegas dinyatakan
bahwa umat adalah Bait Allah.

Sehingga semua yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama


tentang kehadiran Allah ditengah umat, bukanlah dalam
bangunan tetapi dalam diri umat. Ini menggenapi nubuat
Yehezkiel 37:4 ; Imamat 26:12, tentang Allah akan tinggal
bersama umat. Yehezkiel 37:26-27, tempat kediaman-Ku ada
pada mereka. Juga Yesaya 52:11, kekudusan yang terkait Bait
Allah dipenuhi oleh Gereja.

Beberapa hal lain tertulis dalam Efesus 2:11-22 :

1. Persatuan antara Yahudi dan non Yahudi (11-19) sekarang


telah menjadi satu umat, menjadi satu kemanusiaan baru
dalam Kristus yaitu satu tubuh adalah Gereja. Hal ini
menunjukkan bahwa kehadiran Roh Kuduslah yang menjadi
standar manusia memiliki status sebagai bait Allah dan Gereja,
bukan karena keturunan, sehingga dihadapan Allah mereka
adalah satu umat.

2. Paulus mendasarinya dari Yesaya 57:19 yang dapat dilihat


sebagai rujukan :

- ayat 11-12, ‘sunat’ dan ‘warga Israel’ merupakan konsep-


konsep Perjanjian Lama.

- ayat 13, kamu yang ‘jauh’ menjadi ‘dekat’ (Yesaya 57:19).

- ayat 14, ‘damai sejahtera’ sama dengan Yesaya 52.

Pemulihan umat kedalam satu kemanusiaan baru yang terjadi


dalam Gereja adalah referensi Perjanjian Lama sebagaimana
yang dimaksud didalam Yesaya 40-66. Pemaduan antara

81
bangsa Yahudi dan non Yahudi dalam satu kemanusiaan baru
melalui salib Kristus yang membawa damai mencapai
puncaknya didalam ayat 19,20 dan 22.

Ayat 19, menjadi kawan sewarga dengan orang-orang kudus.


Ayat 20, dibangun diatas dasar para rasul dan para nabi. Ayat
21, menjadi bait Allah yang kudus. Dan ayat 22, turut dibangun
menjadi tempat kediaman Allah. Kutipan Yesus adalah batu
penjuru (ayat 20) mengutip dari Yesaya 28:16.

Gereja bukanlah bangunan fisik tetapi ‘lokus’ tinggal Allah


yang merupakan Tabernakel Allah dimana Allah tinggal
melalui Roh-Nya. Efesus 5:18-20, mengingatkan agar penuh
dengan Roh bukan dengan anggur agar menghasilkan buah-
buah Roh.

Sehingga Efesus 2 menjelaskan bahwa Gereja adalah Bait Allah


yang dipenuhi Roh Kudus. Apa yang Perjanjian Lama nyatakan
dalam Yesaya 43:2-5 tentang bagaimana manifestasi
kemuliaan Allah yang menyertai umat. Dan itu terwujud dalam
Gereja, sehingga dipenuhi Roh Kudus adalah pengertian dari
Bait Allah.

Pengajaran etika dan perilaku Gereja mencerminkan bahwa


Gereja adalah Bait Allah. Bukan pribadi tetapi Gereja yang
bertumbuh dan kudus didiami oleh Roh-Nya. Sehingga konsep
Bait Allah secara fisik dari Perjanjian Lama dan nubuat-nubuat
pemulihannya oleh para nabi Perjanjian Lama sedang
direalisasikan oleh kehadiran Gereja. Dimana kehadiran Allah
dalam wujud kehadiran Roh Kudus.

Dalam sistem pengorbanan dalam Perjanjian Lama juga


ditemukan dalam Yesus. Ibrani 8-10, menggambarkan

82
keunggulan Kristus dibandingkan sistem Perjanjian Lama
karena Yesus adalah yang ditunjukkan dalam Perjanjian Lama.
Dalam Ibrani 8:1-6, Yesus sebagai Imam Besar yang lebih
sempurna dibandingkan dalam Perjanjian Lama. Dan Ibrani
9:11-12, menjelaskan kesempurnaan Kristus dalam sistem
pengorbanan dibandingkan dengan yang terjadi di Bait Allah.

Beberapa penjelasan adalah :

1. Yesus adalah Imam Besar, memenuhi tuntutan imamat di


Perjanjian Lama sehingga layak masuk kedalam tempat suci
sorgawi, mempersembahkan korban darah-Nya sendiri.
Sehingga pengampunan dosa tidak ditemukan lagi dalam
Tabernakel tetapi secara pribadi dalam diri Tuhan Yesus.

2. Yesus melayani bukan dalam Tabernakel di bumi yang hanya


merupakan gambaran dari Tabernakel di sorga, dimana Kristus
masuk ketempat maha kudus untuk mempersembahkan
korban yaitu darah-Nya sendiri.

3. Implikasinya adalah pengampunan sekarang dikaitkan


bukan pada Tabernakel secara fisik tetapi sekarang Yesus
melayani umat di bumi di tempat kudus sorgawi sebagai Imam
Besar.

Kitab Ibrani menjelaskan sifat sementara dari Tabernakel fisik


telah digenapi oleh Kristus. Pengampunan dosa bukan
tergantung secara fisik tetapi oleh imam sorgawi. Yesus yang
mempersembahkan korban dan melayani Bait Suci sorgawi.
Tabernakel dan Bait Suci hanyalah pola atau modelnya saja.

Ini bukan berarti rencana pertama Allah gagal dan digantikan


dengan rencana kedua. Bukan ! Tetapi model atau bayangan

83
Tabernakel fisik menunjuk kepada sesuatu yang jauh lebih
besar yang sudah muncul dalam pribadi Yesus Kristus.

Sehingga melalui pengampunan dosa yang terus-menerus di


Bait Allah sorgawi oleh Imam Besar yaitu Kristus, maka Allah
bisa tinggal bersama umat-Nya melalui pribadi Kristus.

Sedangkan aspek ‘not yet’ terungkap dalam Wahyu 21 dan 22,


penciptaan baru yang dilihat oleh Yohanes sebagai puncak
sejarah penebusan dalam ciptaan baru dan kota Yerusalem
Baru sebagai pusatnya. Hal yang sama dengan pengharapan
kaum Yahudi terhadap ciptaan baru dalam Perjanjian Lama
yaitu pemulihan masa depan, penebusan dan
penyempurnaan.

Wahyu 21 menjelaskan peristiwa yang sama dengan yang


dialami oleh nabi Yehezkiel 40-47 dimana Yohanes dan
Yehezkiel berkeliling Bait Allah dan Yerusalem baru melihat
tembok-tembok dan didampingi malaikat untuk
mengukurnya.

Yang sangat menarik adalah ketika Yohanes berada ditengah


kota (Wahyu 21:22), ia tidak melihat Bait Suci karena ternyata
Allah adalah Bait Suci-Nya dan Anak Domba. Hal yang sama
yang disampaikan oleh Yohanes, bahwa Yesus adalah Bait
Allah.

Rancangan Allah sejak di Taman Eden (Kejadian 1,2) dan


perjalanan sejarah Tabernakel dan Bait Suci telah mewujud
dalam Allah dan Anak Domba yang tinggal bersama umat
dalam ciptaan baru seperti di Taman Eden.

84
Tidak perlu ada lagi Bait Suci karena maksudnya telah tercapai.
Allah dalam kemuliaan-Nya bersama-sama dengan umat. Di
suatu tempat di bumi persis sama seperti yang terjadi di
Taman Eden. Sehingga harapan orang Yahudi dalam Yehezkiel
42-48 telah digenapi.

Meskipun Yohanes menjelaskan tidak melihat secara fisik lagi


keberadaan Bait Suci di Yerusalem Baru. Yohanes mengambil
gambaran Bait Suci dari Yehezkiel 40-48 dan dari tempat-
tempat lain di Perjanjian Lama, menerapkannya diseluruh
kota Yerusalem Baru dan ciptaan baru. Yohanes
memperlihatkan bahwa seluruh ciptaan baru dan kota
Yerusalem baru adalah Bait Suci dimana Allah tinggal bersama
umat-Nya.

Yohanes tidak melihat sebuah Bait Suci yang terpisah, tetapi


seluruh Yerusalem baru adalah Bait Allah. Dalam Wahyu 21
dan 22 terdapat hal-hal yang sangat penting sebagai berikut :

1. Wahyu 21:3, Yohanes mengutip formula Perjanjian Baru


dari Yehezkiel 37 ; Imamat 26 yang dikutip oleh Paulus dalam
2 Korintus 6:16 yang menunjuk bahwa Gereja adalah Bait Suci.
Sekarang Yohanes menulis dalam ayat 3, Allah tinggal bersama
dengan umat-Nya seperti yang dinyatakan juga dalam
Yehezkiel 37 ; Imamat 26.

Bila kita perhatikan diskripsi dari Yerusalem baru yang


dijelaskan Paulus (2 Korintus 11:2 ; Efesus 5:23) dan 1 Petrus
2:9 ; 2 Petrus 3:13 dimana Yerusalem Baru disamakan dengan
pengantin perempuan yang adalah umat sendiri. Yohanes
mengaplikasikan Yerusalem baru pada orang-orang secara
langsung, bukan lagi hal fisik.

85
Formula Yerusalem baru dari Imamat 26 ; Yehezkiel 20:37 dan
Wahyu 21:3 menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal
didalam Yerusalem baru menjadi mempelai wanita Yerusalem
baru. Sehingga seluruh orang-orang di Yerusalem baru adalah
kediaman Allah.

2. Yohanes menggunakan referensi dari Yehezkiel 40-48


sebagai model utama Bait Suci deskripsi dan konsepsinya.
Meskipun Yohanes tidak menemukan Bait Suci tetapi ia
memberlakukan model Bait Suci dalam Perjanjian Lama ini
untuk kota Yerusalem baru, yaitu orang-orangnya sebagai
pengantin Yerusalem baru.

Yohanes juga mengukur kota bukan Bait Suci seperti dalam


Yehezkiel 42-48, karena di Wahyu 21 yang diukur adalah
kotanya. Wahyu 22:1-2 menjelaskan adanya sungai kehidupan
mengalir dari tahta, demikian pula Yehezkiel 42-48 sungai
mengalir dari Bait Suci. Sehingga Yohanes telah menerapkan
gambar Bait Suci keseluruh kota Yerusalem baru. Yang
menarik dari Yehezkiel 40-48 khususnya Yehezkiel 43:16
adalah bentuk ukuran dari Bait Suci ternyata sama dengan
bentuk ukuran kota Yerusalem baru Wahyu 21:16, yaitu
berbentuk kubus.

Karena Bait tidak ada lagi di Yerusalem baru, maka Allah


berada di kota Yerusalem baru bersama-sama dengan umat-
Nya. Sehingga sebagaimana Tabernakel dan Bait Suci tidak
dinyatakan dalam Taman Eden, demikian pula Bait Suci tidak
dinyatakan dalam Yerusalem baru.

Yohanes menjelaskan nubuat Yehezkiel 42-48 telah digenapi


tidak secara fisik tetapi sekarang seluruh kota yang merujuk
pada orang-orangnya adalah Bait Allah dimana Allah berkenan

86
tinggal bersama. Seluruh kota adalah Bait Suci, Allah hadir
tidak terbatas pada bangunan yang terpisah. Inilah kehendak
Allah dalam penciptaan di Kejadian 1,2, dimana Allah tidak
tinggal di bangunan fisik tetapi di Taman Eden. Dimana
seluruh ciptaan menjadi tempat kehadiran Allah telah
digenapi di Wahyu 21,22.

Bait Suci adalah mikro kosmos untuk mengantisipasi


datangnya kemuliaan Allah diseluruh kosmos, yaitu saat Allah
mengisi semua ciptaan-Nya seperti Kejadian 1,2. Seluruh
ciptaan baru adalah Bait Suci dan Yohanes membawa konsep
Bait Suci dalam Yehezkiel 40-48 dan menerapkan di seluruh
kota Yerusalem Baru.

3. Kota Yerusalem baru adalah Bait Suci juga dapat dilihat dari
kehadiran batu-batu berharga dalam Wahyu 21:19-20.
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa dasar kota adalah para
rasul Wahyu 21:14. Batu-batu dimaksud mewakili batu-batu
yang berada pada lempengan dada imam besar (keluaran 28 ;
Yehezkiel 26). Secara menarik juga memiliki koneksi dengan
Taman Eden.

Batu didada para imam terkait dengan batu pondasi menunjuk


pada keimaman di Yerusalem baru dimana orang-orang akan
berfungsi sebagai imam. Hal ini merefleksikan apa yang ditulis
dalam 1 Petrus 2:9 bahwa di Yerusalem baru bahwa umat
Allah adalah imamat kudus. Mereka bertugas untuk
menghaturkan pengorbanan, pujian rohani pada Tuhan.

4. Keterkaitan lain dengan Bait Suci adalah ditemukan pada


susunan bangunan kotanya, terkait dengan peran batu-batu
mulia yang nampaknya memainkan peran yang paling
dominan di Yerusalem baru. Wahyu 21:21, jalan kota dibuat

87
dari emas murni. Wahyu 21:18, temboknya dari permata
yaspis dan kotanya dari emas murni seperti kaca, sehingga
seluruh kota dibuat dari emas.

Makna signifikannya sesuai Perjanjian Lama, bahwa emas


memainkan peran dominan dalam pembangunan Tabernakel
maupun Bait Suci (lihat diskripsi Tabernakel dalam Keluaran 38
dan 1 Raja-raja 5-7), emas muncul di semua tempat. Contoh 1
Raja-raja 6:19-22, segalanya dilapisi dengan emas.

Kota Yerusalem baru yang terbuat dari emas bukan saja untuk
menunjukkan kemegahannya, tetapi untuk menunjukkan
keterkaitannya dengan Perjanjian Lama, dan menyatakan
bahwa Yerusalem baru sama dengan Bait Allah. Emas yang
juga terkait dengan Taman Eden (ada emas, onyk di Kejadian
2:11-12), sebagai suatu tempat tinggal Allah yang kudus.

Manusia dipanggil untuk berjuang merebut kembali tempat


tinggal Allah di tempat kudusnya yaitu Taman Eden yang
termanifestasi dalam kota Yerusalem baru. Karena dalam
Wahyu 21 dan 22, Yerusalem baru adalah Bait Suci, tempat
kudus Allah yang telah menjadi tempat tinggal Allah bersama
dengan umat untuk memenuhi Kejadian 1 dan 2 serta
menggenapi Tabernakel dan Bait Suci serta nubuatan di
Yehezkiel 40-48.

5. Wahyu 21:16, bentuk kota adalah bujur sangkar (kubus).


Jika dilihat deskripsi pembangunan Bait Suci 1 Raja-raja 6:20,
bentuknya juga sama yaitu bujur sangkar. Jadi Yerusalem baru
bukan hanya Bait tetapi sesuai diskripsi ukurannya, adalah
tempat maha kudus yaitu tempat perhentian, perlindungan
batin. Bentuk khusus ini bukan dari keindahannya saja tetapi
merujuk pada ruang maha kudus.

88
Fungsi Yerusalem baru juga dinyatakan dalam Wahyu 22:3-4,
tempat dimana tidak akan ada lagi kutukan, juga didiskripsikan
para imam yang memiliki nama Tuhan didahi mereka yang
akan memasuki hadirat Tuhan di ruang maha kudus. Tetapi
sekarang seluruh umat berperan sebagai imam yang berdiri
dihadirat Allah, melayani dengan nama Allah didahi mereka.

6. Wahyu 22:5 menjelaskan bahwa kota Yerusalem baru tidak


membutuhkan matahari, Allah sendiri adalah terang di kota
ini. Perjanjian baru di Wahyu 21:3 ini mengacu pada Yehezkiel
40-48 terkait dengan pembangunan Bait Suci tetapi sekarang
diterapkan pada orang-orang di Yerusalem baru. Sekarang
Allah memberikan terang di kota ini dengan kehadiran Allah
yang mulia.

Semua ini membuktikan bahwa Yerusalem baru adalah


tempat kudus tempat tinggal Allah bersama umat-Nya. Allah
hadir dalam kemuliaan-Nya bersama-sama dengan seluruh
umat-Nya di Yerusalem baru. Tidak ada Bait Suci yang
terpisah, inilah yang mengharuskan Tabernakel dan Bait Suci
pertama dihapus.

7. Adalah keberdosaan manusia dan pemberontakannya yang


membutuhkan Tabernakel dan Bait Suci. Konstruksi Bait Suci
membatasi kehadiran Allah. Meskipun Bait Suci ada ditengah-
tengah umat tetapi kehadiran Allah dibatasi hanya di ruang
maha kudus. Sekarang semua umat Allah memiliki akses
masuk ke hadirat Allah sepanjang waktu. Dosa dan
pembatasan telah dihapuskan.

Yohanes menyatakan bahwa ciptaan lama dengan langit dan


bumi lama tidak ada lagi, tidak ada duka dan tangisan, rasa
sakit karena hal-hal yang menyebabkannya telah dihapuskan.

89
Dosa dan kesalahan yang menyebabkan dibutuhkannya
Tabernakel sudah tidak ada lagi. Sehingga tidak ada lagi
penghalang persekutuan Tuhan dengan ciptaan seperti
Kejadian 1 dan 2 lagi.

Proses panjang pemulihan rencana Allah di Kejadian 1 dan 2


mencapai puncak dalam Wahyu 21 dan 22. Melalui Abraham,
Musa, Israel, penebusan Kristus, Gereja dan berakhir di kota
Yerusalem baru. Wujud fisik Taman Eden menjadi wujud fisik
kota Yerusalem baru.

90
Bab 3

Penciptaan Manusia

Dalam bab-bab berturut-turut kita akan memahami benang


emas karya dan rancangan Allah bagi manusia sejak
penciptaan sampai dengan saat ini. Dimana rancangan Allah
itu tidak pernah diganti dan diubah, meskipun harus
mengalami penyesuaian karena kejatuhan manusia kedalam
dosa. Serta keberadaan dosa itu yang meskipun kuasa dan
tuntutannya sudah dihapuskan melalui pengorbanan Kristus,
tetapi manusia lama itu masih ada dan akan tetap ada sampai
kesempurnaan kesegambaran dengan Allah itu terjadi saat
kedatangan Kristus kedua kali.

Memahami pernyataan Allah tentang diriNya menjadi sangat


mutlak, karena manusia yang diciptakan untuk menjadi
gambar dari Diri Allah, tidak akan pernah mungkin
menyatakan Allah dalam hidupnya apabila pengenalannya
terhadap Allah keliru atau tidak tepat. Satu-satunya yang
mendasar berbeda dengan pemahaman Tuhan yang
dimengerti oleh agama dan keyakinan lain, Alkitab
menjelaskan tentang sifat Allah yang ber-kenosis.

Peristiwa inkarnasi seringkali dilukiskan sebagai kenosis, Filipi


2:6-11. Kenosis yang seolah-olah hanya terjadi dalam
perjanjian baru ini, telah nampak sejak semula, sehingga
ketika kita ingin mengetahui lebih dalam tentang sifat Allah
yang berkenosis, maka kita harus menelusurinya sejak awal.
Sehingga kita akan memiliki kelengkapan pengertiannya.

91
Aliran Kasih dalam diri Allah Bapa.

Jadi didalam Allah yang adalah Bapa itu terdapat Firman yang
menyatu dengan Bapa dan Firman ini hidup dan memiliki
pribadi, Yohanes 10 :30 ; 14:10 dan Firman itu dikasihi Bapa
sejak kekekalan, Yohanes 17:24 ; Matius 3:17. Firman itu
keluar dan datang dari Bapa, Yohanes 8:42 ; 13:3. Disisi yang
lain Firman itu sebagai pribadi juga mengasihi Bapa, Yohanes
14:31.

Dari Allah Bapa juga terdapat Roh Kudus yang keluar dari
Bapa, Yohanes 15:26. Dan Roh Kudus itu mencurahkan kasih
Allah, Roma 5:5. Roh Allah ini adalah pemberi hidup, Ayub
33:4. Tanpa Roh Allah tidak ada kehidupan. Sehinggga Allah
melalui Firman Allah menciptakan dan dengan RohNya, Allah
memberikan kehidupan. Mazmur 33:6, oleh Firman-Nya langit
telah dijadikan oleh nafas dari mulud-Nya tentaranya.
Nampak hubungan yang sangat erat dalam penciptaan antara
Firman dan Roh. Bagaikan dua tangan Allah yang mencipta,
Firman dan Roh.

Allah yang terpenuhi segalanya didalam DiriNya.

Sehingga didalam diri Allah terdapat aliran kasih kekal, dari


Bapa kepada Firman didalam Roh Kudus. Bapa yang adalah
sumber dari segalanya, yang menyalurkan kasihNya kepada
Firman dan Firman itu juga mengasihi Bapa. Kasih dan
kehidupan itu dicurahkan melalui Roh. Inilah yang menjawab
pertanyaan mendasar sebelum dunia diciptakan, apa yang
menjadi aktifitas Allah di sorga. Allah tidak diam membeku,
tetapi aktif dan bergerak, dinamis dan penuh kasih. Allah
tercukupi penuh segala yang dibutuhkan dan dikerjakanNya.

92
Inilah yang terjadi dalam kekekalan yaitu Allah yang adalah
kasih, 1 Yohanes 4:8. Didalam Allah ada Pribadi yang
mengasihi yaitu Bapa, Pribadi yang dikasihi yaitu Firman, dan
terdapat Roh Cinta Kasih yaitu Roh Allah. Ketiganya adalah
satu hakekat Illahi dalam 3 pribadi. Inilah yang terjadi sejak
kekal sampai kekal.

Jadi sebelum dunia diciptakan, dalam kekekalan terjadilah


aliran kasih kekal didalam diri Allah Bapa. Sehingga Allah
adalah pribadi yang tercukupi dan penuh kasih didalam
diriNya. Ini jelas secara mendasar menjawab pemikiran bahwa
Allah adalah pribadi yang tidak ada kerjaan ataupun kurang
kerjaan sehingga harus selalu mengganggu kehidupan
manusia.

Salah satu yang menjadi persoalan dalam mengenal Allah


adalah cara pandang manusia yang terbatas yang
memaksakan keterbatasannya dalam mengenal yang maha
tak terbatas. Manusia selalu berkutat pada pengertian dan
bayangannya kalau seorang pribadi itu ya harus seperti
manusia, yang punya fisik, pikiran dan hati, namun karena
Allah, maka dibayangkannya ukurannya saja menjadi jauh
lebih besar dari konsep dasar yang salah tadi. Inilah yang
menjadi pokok kesulitan yang kemudian muncul.

Allah itu adalah Roh, tidak ada seorangpun yang pernah


melihat, Yohanes 1:18; 4:24. Hanya melalui pernyataanNya
saja kita bisa mengenal Dia, Mazmur 103:7-10, bukan melalui
kepintaran dan keterbatasan pengalaman hidup kita. Allah
yang memiliki dimensi yang jauh lebih besar, banyak dan luas
dari manusia, hanya bisa dimengerti dalam keterbatasan
manusia melalui apa yang Allah nyatakan sendiri tentang

93
diriNya. Tentu saja tidak dapat disangkal bahwa dalam
sepenggal hidup kitapun bisa mengalami pernyataan-
pernyataan Allah secara pribadi. Sehingga penjelasan-
penjelasan diatas tentang Allah adalah penjelasan
berdasarkan apa yang Firman Allah sampaikan.

Allah berkenan membagikan DiriNya kepada ciptaan.

Karena sifat dasar kasih selalu menjangkau keluar dari dirinya


kepada yang dikasihinya, dan dalam kekekalan Allah
menyalurkan itu dalam DiriNya dari Bapa kepada Firman
didalam Roh. Dalam satu titik waktu, Allah menghendaki
untuk mengalirkan kasih itu keluar dari Allah. Inilah saat waktu
dan masa dimulai. Karena diluar Allah tidak ada siapa-siapa
maka Allah berkenan menciptakan ciptaanNya dari ketiadaan
menjadi ada maka diciptakanNyalah manusia untuk menjadi
objek kasih Allah, sekaligus subjek kasih itu mengalir pada
sesama manusia dan sesama ciptaan Allah yang lain. Sehingga
kasih Illahi itu akan menyebar dan melebar memenuhi alam
semesta dengan Allah Bapa sebagai sumbernya.

Dari segala ciptaan Allah, manusia dipilih dan dilengkapi Allah


untuk menjadi saluran kasih Allah dalam hubungannya dengan
sesama manusia dan dalam hubungannya dengan ciptaan
Allah yang lain. Aliran kasih itu menjadi tidak terbatas hanya
didalam diri Allah lagi tetapi akan meluas, sifat dan karakter
Allah akan menjadi sebuah produk masal dan masif terjangkau
oleh semua lapisan.

Allah yang eksklusif membuka dan menjadikan Diri-Nya


sebuah produk yang bisa diraih dan dinikmati secara gratis di
seluruh jagad raya. Inilah sistem kerja Allah, tata kelola
Kerajaan Allah, sistem manajemen Illahi yaitu bagaimana Allah

94
berkenan menyalurkan dan membagikan DiriNya sendiri
dalam kemanusiaan. Dari Allah oleh Allah didalam karya
Firman dan Roh Kudus, mewujud dalam perilaku manusia
mengalir pada seluruh ciptaanNya. Bumi akan penuh dengan
kemuliaan Allah.

Melalui ciptaanNya inilah Allah berkenan membagi kasihNya,


sehingga ciptaan ini akan mengambil bagian dari cinta dan
kasih Allah yang adalah Diri Allah sendiri. Karenanya sejak
semula rencana Allah bagi ciptaanNya yaitu manusia adalah
menjadikannya segambar dan serupa dengan Allah, Kejadian
1:26,27. Sehingga manusia bisa mengambil bagian dalam
kodrat Illahi, 2 Petrus 1:4. Didalam diri dan melalui diri
manusia kehadiran, kasih dan kuasa Allah akan terwujud di
alam semesta.

Sehingga sejak semula manusia ditargetkan untuk mencapai


sebuah kesempurnaan hidup hingga bisa masuk dalam sifat
Allah, yaitu menjadi anak-anak Allah yang serupa dan
segambar dengan Bapanya. Sehingga target menjadi kudus
dan tak bercacat yang merupakan sifat Allah itu akan bisa
dicapai mansuia, Efesus 1:4-5, karena ‘destiny’ manusia
adalah menjadi mulia dan sempurna seperti Allah Bapanya,
Matius 5:48.

Untuk mencapai tujuan itu maka Allah telah mempersiapkan


segala yang dibutuhkan oleh manusia, wahana sebagai sarana
mentrasformasikan dirinya hingga sanggup mengekspresikan
kesegambaran dan keserupaan dengan Allah itu. Kejadian 1:1-
25, Allah menciptakan jagad raya seisinya sebagai persiapan
penciptaan manusia di Kejadian 1:26. Ayat 26 dimulai dengan
“Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa

95
Kita, supaya mereka berkuasa… ini menyatakan bahwa
penciptaan manusia adalah puncak dari seluruh penciptaan
Allah.

Kalimat ini tidak ada dalam penciptaan hal-hal yang lain, ini
menunjukkan keistimewaan maupun kehendak khusus bagi
manusia. Hal ini diteruskan dalam Kejadian 2:8, dimana Allah
menyediakan sebuah tempat yang khusus dan istimewa bagi
manusia yaitu taman Eden yang menyediakan seluruh
kebutuhan manusia dan istrinya.

Keistimewaan yang paling menarik terdapat dalam Kejadian


2:7, dimana Allah membentuk manusia dengan tanganNya
sendiri dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke
dalam hidungnya. Allah yang maha sempurna itu berkenan
merendahkan DiriNya untuk menggapai kehinaan seonggok
debu tanah untuk dibentuknya secara spesifik sesuai dengan
kehendak kesempurnaanNya.

Lebih jauh lagi Allah berkenan meniupkan nafas hidup


langsung ke dalam lubang hidung manusia untuk memberikan
kehidupan ‘living soul’. Allah seakan memberikan bagian dari
diriNya yaitu nafas (yang adalah sumber kehidupan Ayub
33:4), langsung dari nafas Allah bersentuhan dengan lubang
hidung manusia. Sebuah hubungan yang sangat dekat, sangat
pribadi dan sangat intim.

Kejadian 1:29, Allah menyiapkan kebutuhan makanan untuk


manusia. Dan Kejadian 2:9-14, Allah membuatkan secara
spesifik tempat tinggal manusia dengan isinya yang menarik
dan baik. Bahkan secara detail Allah menyediakan kebutuhan
pribadi manusia dalam Kejadian 2:21-23, yang akan menjadi
penolong agar manusia menjadi utuh dan sempurna. Tidak

96
ada lagi yang tidak disiapkan Allah bagi ciptaan yang satu ini,
manusia yang adalah anak-anakNya sendiri. Penciptaan
manusia ditutup dengan kepuasan sempurna Allah dalam
Kejadian 1:31, sungguh amat baik.

Nampak jelas disini bagaimana Allah menjalankan tata kelola


Kerajaan Allah, dimana Allah yang adalah sumbernya, Allah
juga yang mengerjakanNya, dan Allah pula yang menjadi
tujuan akhirnya. Semua dikerjakan dan disiapkan Allah dan
didalam diri manusia diberikannya roh kehidupan dimana Roh
Allah dapat mengalirkan aliran kehidupan yang memampukan
manusia untuk menghidupi kehidupan kekal, kudus dan
sempurna mencerminkan Allah Bapanya. Namun manusia
tetap memiliki unsur yang berasal dari seonggok debu tanah
yaitu tubuhnya, serta memiliki campuran antara debu dan
nafas Allah yaitu Jiwanya. Dan Allah menghargai itu dan
bahkan memberikan kehendak bebas dalam diri manusia
untuk hidup dalam kodrat Illahi yang segala sesuatunya telah
Allah sediakan, atau akan mengambil jalan dalam kodrat
debunya. Ini adalah misteri dan sebuah amanat serta
kepercayaan paling tinggi yang diberikan pada manusia.

Manusia menjalani kesempurnaan rancangan Allah.

Manusia sebagai penghulu ciptaan dan sebagai mahkota


ciptaan Allah, memiliki otoritas yang besar dari Allah sendiri.
Kejadian 1:28, beranak cucu dan bertambah banyak,
penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas segala
binatang yang merayap di bumi. Manusia diberikan mandat
untuk beranak cucu sampai memenuhi bumi, untuk berkuasa
bersama dengan keturunannya itu. Kehendak Allah
menjadikan manusia segambar dan serupa dengan Allah akan

97
berlaku juga pada seluruh keturunan manusia. Manusia akan
menjalani kehidupan yang kekal, kudus bersanding bersama
dengan Allah terus bertumbuh dalam kesempurnaan sampai
pada suatu titik sempurna bersatu dengan Allah. Kemudian
kehendak Allah akan diteruskan kepada keturunannya dari
generasi ke generasi berikutnya.

Kejadian 2:19, segala binatang hutan dan segala burung di


udara, dibawaNyalah semua kepada manusia itu untuk
melihat, bagaimana ia menamainya. Sebuah hubungan yang
begitu lekat, Allah yang menciptakan tetapi Allah
membawaNya sendiri kehadapan manusia untuk dilihat, dan
Allah memberikan kewenangan penuh pada manusia untuk
memberikan nama. Sebuah posisi yang begitu istimewa, sama
seperti seorang Bapa yang ingin memberikan mainan pada
anaknya, memberi kepercayaan penuh dan memfasilitasi
anaknya untuk belajar dan bertanggungjawab untuk
mengambil keputusan dan menjadi dewasa dan mandiri.
Betapa istimewa kedekatan hubungan antara Allah dan
manusia, Allah yang hidup bersama-sama dengan umatNya,
Imannuel. Inilah cara Allah menstimulasi manusia untuk terus
mengekplorasi alam dan lingkungan sekitarnya serta
memanfaatkannya untuk bertumbuh menjadi mandiri,
dewasa dan bertanggungjawab.

Allah adalah Bapa yang maha bijaksana, adil dan sempurna


sehingga manusia bukan saja menerima fasilitas dan
kemudahan juga kemampuan tetapi manusia juga
mengemban tanggungjawab atas kehidupannya agar manusia
terus bertumbuh menjadi dewasa dan mandiri untuk
mencapai derajat kesempurnaan yaitu memiliki kodrat Illahi.
Kejadian 2:15, Allah menempatkan manusia ke sebuah taman

98
Eden, taman yang indah dan sumber kebahagiaan, tetapi
manusia memiliki tanggungjawab untuk mengusahakan dan
memelihara taman itu. Sebagaimana seorang Bapa di dunia ini
yang menyediakan fasilitas kepada anaknya, tetapi juga
menuntut bukan hanya untuk memanfaatkan tetapi harus
merawat dan menjaganya.

Allah juga memberikan sebuah batasan yang mutlak bagi


manusia dalam kehidupannya. Manusia harus berada dalam
lingkaran perlindungan Allah, karena apabila manusia keluar
dari perlindungan itu akan berakibat fatal baginya dan
keturunannya.

Kejadian 2:16,17, memberikan deskripsinya bahwa semua


pohon dalam taman ini boleh kamu makan buahnya dengan
bebas. Jelaslah disini, segala yang disediakan yang menarik
dan baik dan jumlahnya sangat banyak dan beragam itu boleh
menjadi sumber makanan yang menyenangkan dan
menyehatkan bagi manusia. Tetapi di ayat 17, tetapi pohon
pengetahuan yang baik dan yang jahat itu, janganlah
kaumakan buahnya, Allah memberikan batasan yang sangat
jelas, satu jenis buah dilarang berbanding ribuan bahkan
mungkin tidak terbatas yang bebas dimakan.

Dan Allah menetapkan sebuah konsekuensi yaitu : sebab pada


hari engkau memakannya, pastilah engkau mati, dibalik
seluruh batasan yang diberikan Allah ternyata ada sebuah
konsekuensi berat yang ingin Allah hindari terjadi pada
manusia yaitu kematian. Hanya ketika manusia tetap berada
dalam batasan yang Allah berikan, manusia tidak akan
mengalami kematian, namun akan terus bertumbuh menjadi
segambar dan serupa dengan Allah.

99
Sebagaimana kehidupan manusia saat ini, seorang bapa tentu
akan memberikan arahan kepada anaknya termasuk larangan.
Larangan ini tentu saja bertujuan agar anak selalu berada
didalam lingkaran yang jauh dari bahaya, tidak keluar dari
lingkaran hal yang baik, karena saat dia melanggar larangan,
maka ia akan berurusan dengan hal-hal yang buruk yang
belum tentu anak siap menanggung konsekuensinya.

Dalam cerita pewayangan saya teringat pada cerita Rama dan


Sinta, pada saat Rama meninggalkan Sinta di tengah hutan
untuk mengejar kijang emas. Sinta ditinggalkan bersama
dengan Laksmana, tetapi karena Sinta memaksa Laksmana
untuk mencari Rama yang tidak kunjung kembali, maka
Laksmana membuat lingkaran perlindungan pada Sinta,
dengan perintah agar Sinta tidak pernah keluar dari lingkaran
itu, karena apabila dia keluar maka ia akan menanggung akibat
yang sangat besar. Dan cerita itu berujung pada Sinta yang
keluar dari lingkaran dan diculik oleh Rahwana. Sebuah
kekuatan yang jauh lebih besar dari yang bisa diatasi Sinta.
Betapa berbahayanya keluar dari lingkaran perlindungan.

Demikian pula dalam Kejadian 3:6, manusia itu keluar dari


lingkaran perlindungan Allah dan memasukkan sebuah kuasa
yang begitu besar yang mematikan dan merusak seluruh
kehidupan kemanusiaannya serta rancangan Allahnya.
Manusia makan buah pohon terlarang itu dan mati.

Saya menjumpai hampir semua orang yang masuk dalam


kungkungan sebuah dosa tidak menyadari kalau mereka akan
menanggung beban yang sangat kuat dan tidak bisa mereka
lepaskan, sebagai konsekuensi perbuatan dosanya.
Contohnya, orang yang terbiasa berhutang, hidupnya

100
sebentar akan terlihat mewah tetapi dalam jangka waktu yang
tidak terlalu lama, dia akan masuk kehidupan gali lobang tutup
lobang, dikejar-kejar rentenir dan debt collector. Dan seluruh
hidupnya runtuh. Demikian beberapa kali saya menjumpai
orang yang gemar kawin mawin, sebentar hidupnya
kelihatannya menyenangkan. Tetapi dalam jangka waktu
tertentu, keluarganya kacau balau, pekerjaan dan kariernya
hancur berujung pada kehidupan yang mengenaskan dalam
seluruh keluarganya berpuluh-puluh tahun kemudian. Kuasa
dosa yang diberikan pintu untuk masuk dalam kehidupan
ternyata memiliki daya rusak yang jauh lebih kuat dari
kekuatan yang manusia miliki.

101
Bab 4

Pemberontakan Manusia

Hanya 2 pasal saja manusia menjalani rancangan Allah, dalam


1 pasal yaitu Kejadian 3, seluruh rancangan Allah itu porak
poranda oleh keputusan manusia untuk melanggar apa yang
menjadi larangan Allah Bapanya sendiri. Manusia lebih
mengikuti apa yang dikatakan iblis dalam Kejadian 3:1-5.
Tentu Allah sudah mengetahui konsekuensi ini dengan
memberikan kepercayaan pada seonggok debu tanah yang
diangkat tinggi menjadi anakNya.

Mazmur 8:1-10, menggambarkan dengan jelas manusia yang


hina diangkat sebagai makhluk yang mulia. Manusia hanya
akan kuat dan benar bila menghidupi kehidupan dalam
pimpinan nafas hidup Allah sebagai satu-satunya sumber
hidup dan kuasa yang dimilikinya. Tetapi manusia akan luruh,
runtuh dan rusak berujung kematian ketika ia menyandarkan
hidupnya pada tubuhnya yang berasal dari onggokan debu
tanah itu.

Ketika mengamati peristiwa kejatuhan manusia kedalam dosa,


kita bisa mengambil sebuah pelajaran yang sangat mahal.
Namun apabila kita sanggup memahami untuk
menghindarinya, maka kita akan dapat mengambil pelajaran
yang sangat berharga.

Pertama, manusia tidak mampu membimbing istrinya untuk


berpegang teguh pada perintah Tuhan, manusia lalai dan tidak
menjaga dengan cermat Firman Tuhan dalam kehidupan
kesehariannya. Kejadian 3:3, ketika wanita itu menyatakan
Firman Allah, ia telah merubahnya : tetapi tentang buah

102
pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman:
Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.”
Allah tidak pernah berfirman tentang tidak boleh meraba
buah, ini menunjukkan kesembronoan, ketidak seriusan
terhadap apa yang ditetapkan oleh Allah atas kehidupan
manusia. Manusia tidak lagi memandang ketetapan Allah
sebagai sesuatu yang mutlak, sesuatu yang sakral tetapi bisa
dirubah-rubah atau paling tidak, tidak perlu mendapat
perhatian yang sangat serius.

Kedua, manusia tidak menjaga sebuah persekutuan yang


akrab dan erat dengan istrinya, Kejadian 3:1-5, Hawa
berdialog untuk hal-hal yang sangat penting tanpa kehadiran
Adam. Sehingga yang kemudian menjadi pertimbangan
hanyalah dari dirinya sendiri tidak dalam otoritas Adam yang
adalah pemegang otoritas Allah. Peristiwa ini bisa terjadi tentu
saja merupakan kontribusi dari kedua belah pihak, Adam
maupun Hawa. Nampaknya benih ketidaktaatan pada otoritas
telah dimulai sejak pasangan keluarga pertama di taman Eden
ini. Dan celah ini membuka kesempatan kepada si jahat yaitu
iblis yang sanggup melihat setiap celah yang terbuka, celah
yang terbuka keluar dari lingkaran perlindungan Allah.

Kejadian ketiga, adalah Hawa menerima sebuah dialog yang


berisi pikiran-pikiran yang diluar Allah yaitu berasal dari si
jahat. Dan inspirasi-inspirasi yang jelas-jelas bertentangan
dengan kehendak Allah itu diterima bahkan dipercaya oleh
Hawa. Logika yang benar mestinya, Hawa lebih mempercayai
Tuhan yang telah menunjukkan segala karya dan kasihNya
dalam memfasilitasi seluruh kebutuhannya, telah
mempercayakan kuasaNya serta telah memberikan rancangan
menjadikan dia yang tidak layak sebagai ciptaan dari debu

103
tanah, menjadi segambar dan serupa dengan Allah. Tetapi itu
semua seakan dengan mudah dilupakan, segala kebaikan dan
kasih Allah ditinggalkan dan diingkari bahkan muncul sebuah
pemikiran bahwa Allah adalah sumber kebohongan. Hawa
mejadi lebih percaya pada inspirasi jahat iblis dari pada Firman
Allah.

Kemudian keempat, Hawa menerima pikiran jahat itu menjadi


keinginannya, dia mulai tergerak melihat sisi baik yang
menguntungkan dirinya dengan melihat bahwa buah pohon
itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagi pula
pohon itu menarik hati karena memberi pengertian, Kejadian
3:6. Kesatuan tubuh, pikiran dan hatinya telah dimasuki oleh
sebuah inspirasi pemberontakan melawan Allah. Ternyata
keluar dari lingkaran perlindungan Allah yaitu FirmanNya,
mengundang konsekuensi masuknya sebuah kekuatan yang
sangat besar melebihi kekuatan manusia. Ini terjadi karena
memang pada dasarnya diri manusia yang berasal dari
seonggok tanah ini tidak memiliki kekuatan apapun, sehingga
saat ia meninggalkan persekutuan dengan nafas Allah yaitu
kuasa Illahi yang memberi hidup itu, maka manusia akan
rapuh dan lemah, mudah dikuasai oleh kuasa si jahat.

Selanjutnya langkah kelima, Hawa tinggal melaksanakan apa


yang telah menyatu dengan seluruh keberadaannya,
keinginan tubuh, pikiran dan hatinya telah bersatu untuk
memakan buah itu. Lalu ia mengambil dari buahnya dan
dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang
bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya.
Ketika dosa sudah matang dalam diri manusia, maka ia akan
terlahir menjadi perbuatan dosa, tindakan dosa itu mewujud
dengan melawan kehendak Allah. Dan dosa yang terlahir itu

104
tidak berhenti, karena ia juga akan terus mencari pribadi-
pribadi lemah yang akan diseretnya melahirkan perilaku dosa
yang lebih besar lagi. Adam yang bersama-sama dengan Hawa,
yang tidak mengambil inisiatif untuk menghentikan keinginan
dan keputusan istrinya, dengan mudah ditarik untuk
melakukan perbuatan dosa. Menunjukkan Adam yang
meremehkan otoritas yang berada dalam tangannya,
digantikan dengan sikap menyenangkan istrinya yang
dirasakan lebih penting.

Kalau kita lihat secara detail, maka kejatuhan manusia


kedalam dosa adalah hal-hal yang sama dengan yang menjadi
pergumulan kehidupan dalam keseharian kita. Manusia
sangat mudah untuk tidak menghormati dan mengutamakan
otoritas Allah dalam hidupnya. Manusia meremehkan dan
menganggap kepentingan sesaat dirinya, yang menyenangkan
dirinya saja yang menjadi pertimbangan keputusan yang
diambil. Kehidupan manusia selalu hanya berorientasi jangka
pendek, tidak memasukkan pertimbangan konsekuensi jangka
panjang. Manusia menjadi makhluk yang sangat pragmatis,
mau enaknya sendiri, tidak mau diatur dan tidak mau
menghargai kepentingan jangka panjang. Yang tidak
disadarinya adalah begitu membalikkan diri dari Allah, maka
kekuatan iblislah yang akan masuk dan menguasai hidupnya.

Otoritas yang seharusnya terjadi pada diri manusia adalah


yang kekal yaitu nafas Allah (kuasa Illahi yang menghidupkan
yang tinggal menjadi roh manusia) yang memiliki
pertimbangan paling sempurna, menjadi pemegang otoritas
hidup. Jiwa manusia yang terjadi karena bertemunya
kekekalan yaitu nafas Allah dan debu tanah, yang akan
mewarnai, memaknakan otoritas roh itu. Dan terakhir tubuh

105
yang berasal dari seonggok debu tanah itu hanyalah sebagai
pelakunya saja. Bila urutan ideal ini dilanggar, maka pastilah
hasilnya hanya akan merusak dan membinasakan. Iblis
mengetahui dengan pasti keadaan ini, karena ia diciptakan
lebih dahulu dari manusia, sehingga celah ini diambilnya untuk
masuk kedalam diri manusia, mengambil alih otoritas
manusia.

Iblis menyeret manusia dengan benih meragukan kebenaran


Firman Allah, persekutuan dengan Roh Allah diputus oleh
keraguan ini. Kemudian iblis menanamkan pikiran dan
keinginan yang ambisius, instan yaitu keserupaan dengan
Allah tanpa perjuangan, sekedar dengan makan buah.
Kemudian melalui mata, iblis menaruh keinginan,
keterpikatan terhadap buah itu. Akhirnya manusia jatuh
kedalam dosa karena kehilangan kuasa Illahi dalam dirinya,
dengan kekuatan dari unsur kefanaan dalam dirinya manusia
tidak akan sanggup bertahan.

Dalam keadilannya Allah menjatuhkan seluruh konsekuensi


dari pebuatan dosa manusia sesuai dengan ketetapan yang
telah Allah berikan, Kejadian 3:14-19. Iblis yang telah melawan
Allah dengan memberontak, tidak mau hidup dalam
kesusahan sendirian maka ia berusaha menarik manusia yang
adalah penghulu dan mahkota seluruh ciptaan itu. Sehingga
dalam satu barisan dengan manusia, maka iblis memiliki akses
kepada seluruh ciptaan Allah untuk melawan kedaulatan
Allah, membangun tatanan sendiri untuk kemasyuran dirinya
sendiri lepas dari Allah.

Manusia yang telah memberotak itu harus terusir dari hadirat


Allah, dan Allah sudah tidak lagi memiliki tempat dalam hidup

106
manusia, karena dosa yang masuk itu telah menjadikan
manusia sarang segala kejahatan. Kehidupan yang dijalaninya
hanyalah sebuah kehidupan sementara, yang rusak yang tidak
lagi memiliki sumber kehidupan yang tersambung dengan
Allah lagi.

Manusia yang berasal dari debu itu akan kembali kepada


debu, Kejadian 3:19, hidupnya akan diwarnai oleh berbagai
kesukaran, kerja keras serta peluh keringat, hasilnyapun
semak duri dan rumput saja. Tidak ada lagi sebuah kehidupan
yang penuh kemuliaan, yang tinggal adalah sebuah kehidupan
yang penuh penderitaan sampai kematian datang.

Konsekuensi pemberontakan manusia.

Rancangan Allah pada manusia yang diciptakan segambar dan


serupa dengan Allah telah rusak, namun rancangan Allah
harus terjadi dan dilanjutkan dengan sebuah janji yang
diberikan Allah, Kejadian 3:15. Janji akan datang suatu masa
dimana keturunan perempuan akan meremukkan kepala si
ular, untuk mengambil kembali kembali ‘destiny’ Illahi pada
manusia yang direbut si jahat. Allah yang merancangkan
mengalirkan kasih, kemuliaan dan kesempurnaanNya dalam
kemanusiaan, harus membuat sebuah rancangan baru bagi
manusia agar manusia bisa kembali hidup menjadi segambar
dan serupa dengan Allah, meskipun manusia telah berada
didalam kuasa si jahat. Restorasi itu akan terjadi dengan
penumpahan darah, seperti yang Allah lakukan untuk
menutup ketelanjangan manusia yaitu dengan kulit binatang
yang diperoleh dengan nyawa binatang Kejadian 3:21, sebagai
simbol akan datangnya penebusan dosa melalui penumpahan
darah.

107
Manusia yang membuka pintu dan dirinya bagi kuasa dosa,
telah kehilangan kekudusan dan putus persekutuannya
dengan Allah, sehingga manusia telah rusak dengan
mengetahui ketelanjangannya, Kejadian 3:7. Padahal dalam
Kejadian 2:25, juga keadaan ketelanjangan sudah ada tetapi
manusia tidak merasa malu. Keadaan rusak ini juga terjadi saat
manusia mendengar bunyi langkah-langkah Allah, Kejadian
3:8 mereka takut dan bersembunyi. Sementara sebelum
terjadinya dosa, manusia dan Allah dapat berbincang dan
berjalan bersama-sama, Kejadian 2:8,15,16,17,19. Kekudusan
manusia telah menjadi rusak sebagai akibat adanya dosa dan
si jahat dalam kehidupan manusia. Konsekuensi dari memakan
buah itu adalan mati, Kejadian 2:17, yang kemudian menjadi
bagian kehidupan manusia yang akan kembali kepada debu,
Kejadian 3:19.

Nafas Allah yang diberikan dalam diri manusia sebagai satu-


satunya sumber kehidupan bagi manusia yang
menghubungkan dengan sumber kehidupan yang berasal dari
Allah itu telah terputus oleh dosa. Sehingga yang tinggal
hanyalah roh manusia (yang telah merosot kapasitasnya untuk
berhubungan dengan Allah), jiwa manusia dan tubuh manusia
saja. Ketika terputus dari sumber kehidupan, maka manusia
hanya menjalani hidup sementara saja. Karena sumber hidup
yang terputus dari Sang Sumber Kehidupan, manusia tinggal
memiliki sisa-sisa kehidupan itu yang ada dalam roh
manusianya saja. Ingat bahwa sumber kehidupan hanyalah
Roh Allah, sehingga putusnya hubungan dengan Roh Allah,
maka tidak ada lagi kekuatan sumber hidup yang menopang
manusia. Yang ada hanyalah sisa-sisa yang terdapat dalam roh
manusia dan jiwanya saja, yang tidak akan cukup menopang

108
kehidupan manusia. Manusia akan memiliki batas umur
karena keterbatasan sumberhidup dan keterputusannya
dengan sumber hidup abadinya. Inilah mengapa semua
manusia pasti mengalami kematian.

Rasul Paulus menjelaskan dalam Roma 1:28, ketika manusia


tidak mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka
kepada pikiran-pikran yang terkutuk ‘adokimos nous’,
sehingga mereka melakukan hal-hal yang tidak pantas.
Memahami makna nous ini sangat penting, karena nous
adalah indera istimewa dalam diri manusia, sering
diterjemahkan menjadi akal budi yang bermakna menjangkau
seluruh aktifitas manusia. Kerusakan nous berarti kerusakan
seluruh aktifitas manusia. Dalam pengertian saya, nous ini
dalam dunia psikologi dikenal sebagai hologram atau gambar
diri yang terdapat dalam pikiran bawah sadar (subsconcious)
dan nurani, hasil perenungan stimulai pikiran sadar dan
pengalaman hidup manusia. Kristalisasi apa yang ada di nous
ini dikenal dengan world view atau cara pandang kehidupan
manusia. Seperti suatu kumpulan program yang diinstal dalam
perangkat komputer, itulah worl view manusia.

Nous atau akal budi mengambil sumber in put nya dari


kejadian-kejadian yang dialami baik dari alam sadar maupun
bawah sadar dari lingkungannya. Ketika manusia diusir dari
taman Eden, in put yang masuk kedalam nous nya, hanyalah
tinggal semua peristiwa kefanaan manusia yang dialaminya di
luar Eden. Pada akhirnya keadaan penuh kekurangan, dosa,
kematian, kesukaran, sakit-penyakit diterima sebagai
kebenaran menjadi ‘state of mind” dalam nous manusia yang
diyakini dan dihidupi. Tentu saja yang paling kuat dan
berbahaya adalah pengertian-pengertian yang dimasukkan

109
iblis pada nous manusia, yang sangat mempengaruhi world
view manusia berdosa. Inilah yang akhirnya menjadi jati diri,
gambar diri manusia berdosa yang merosot jauh dari yang
seharusnya.

Manusia menganggap keadaan dirinya yang hidup dalam


segala masalah sampai kematian adalah esensi hidup yang
harus diterimanya. Padahal manusia pada mulanya tidak
diciptakan dalam keadaan itu, manusia diciptakan tanpa
batas, karena kesegambaran dengan Sang Penciptanya.

Manusia berusaha untuk menghindari ataupun mensiasatinya


agar tetap bisa menjalankan aktifitasnya, serta berharap akan
kehidupan abadi itu masih bisa diraihnya. Manusia
bergantung pada simbol-simbol kehidupan yang dimilikinya
yaitu pertumbuhan melalui makanan (perut) dan berkembang
biak (sex). Padahal kedua simbol kehidupan ini hanyalah
simbol keabadian semu. Tetapi manusia banyak sekali
bergantung padanya yang justru membawa kehidupannya
diperbudak oleh perut dan sex ini. Ini sebuah keadaan yang
sangat jauh dari keserupaan dan kesegambaran dengan Allah,
yang semakin lama semakin dilupakan dan tidak mewujud
dalam kehidupan manusia. Sehingga manusia paling banyak
terikat pada dua itu yaitu makanan dan sex.

Keterpisahan manusia dari hadirat Allah membawa


konsekuensi manusia harus hidup dalam lingkungan baru
serta dalam keadaan yang baru. Manusia hidup di dalam bumi
yang terkutuk, didalam dirinya sudah tidak memiliki
persekutuan dengan Allah yang adalah sumber hidup,
sehingga manusia akan menjadi makhluk yang fana.
Hubungannya dengan Allah bukanlah seperti layaknya

110
seorang anak dan bapak lagi, tetapi seperti hubungan Sang
Pencipta dengan alam semesta. Tidak ada kapasitas istimewa
lagi dalam diri manusia yang memungkinkan terhubung
dengan Allah sebagaimana Adam sebelum jatuh dalam dosa.

Manusia juga harus menerima realita bahwa tubuhnya sudah


tidak mulia lagi, tetapi sudah disusupi oleh benih dosa, serta
jiwanya sudah rusak dengan berbagai pengaruh dari si jahat.
Manusia perlahan-lahan akan menuju kematian, karena tidak
ada lagi keabadian didalam dirinya. Pengaruh dosa itu juga
ternyata terus menyeretnya dalam berbagai dosa yang
beranak pinak kemudian menjalar kesemua bagian ciptaan
Allah yang lain. Meluapnya dosa dari dalam manusia telah
merusak hubungan baik antar manusia, maupun antara
manusia dengan alam, sehingga berujung pada kemerosotan
yang semakin dalam. Ini berlaku untuk seluruh keturunan
Adam dan Hawa, karena mereka menanggung konsekuensi
dari kehidupan yang tidak lagi di taman Eden tetapi kehidupan
di luar Eden.

Konsekuensi kejatuhan Adam inilah yang sering dipahami


sebagai dosa warisan. Tidak tepat demikian, karena bukan
dosa Adam yang diturunkan kepada keturunannya, tetapi
akibat dosa Adamlah yang ditanggung seluruh keturunan
Adam dan Hawa yang telah menamamkan benih dosa yang
membuat iblis memiliki akses masuk dalam kehidupan
manusia dan sudah tidak lagi bertempat tinggal dalam taman
Eden dengan segala keterbatasannya.

Pertama, manusia tidak lagi memiliki sumber kehidupan dari


Roh Allah, karena Roh Allah meninggalkan manusia yang
berdosa. Kedua, benih dosa yang ditanam masuk oleh Adam,

111
telah pula masuk kedalam setiap manusia yang lahir di bumi,
kecenderungan berbuat dosa telah menjadi bagian dari
manusia. Ketiga, manusia harus hidup di bumi yang sudah
terkutuk, yang harus dijalaninya dengan kerja keras dan susah
payah. Keempat, kerusakan dari dalam diri manusia itu juga
merusak hubungan antar manusia, sehingga timbul banyak
dosa yang bertimbun dengan dosa lain ketika berhubungan
dengan manusia serta berhubungan dengan alam sekitar.
Kelima, rusaknya manusia juga merusak alam sekitarnya,
kerusakan alam menjadi realita yang harus dihadapi manusia.
Dan keadaan ini dari waktu-ke waktu menjadi semakin buruk
dan rusak, karena suatu keadaan buruk akan menciptakan
keadaan yang semakin buruk. Inilah realita yang dihidupi
manusia.

Dosa, akibat dosa, keterikatannya antar manusia, dan alam


sudah saling kait-mengkait membuat, jaringan “network”
yang kuat dan berbelit dan jaringan itu terus tumbuh
bersamaan dengan dosa yang terus berkembang dan akibat
dosa yang menyebarkan ketakutan, kekhawatiran dan
ancaman. Manusia, alam semesta terjerat jala yang lengket
dan terus berkembang, menebal dan menguat, terjebak
didalamnya sambil menunggu kematian menjemput. Itulah
keadaan manusia dan semesta didalam dosa.

Dalam Kejadian 2:7, Allah membentuk manusia itu dari debu


tanah dan menghembuskan nafas ke dalam hidungnya;
demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup (living
soul). Konsekuensi dari terputusnya hubungan dengan Allah
karena dosa maka manusia tidak lagi memiliki aliran
kehidupan, karena kemerosotan kapasitas roh manusia untuk
menerima persekutuan yang memberi kehidupan dari Roh

112
Allah. Manusia tinggal hidup dari sumber kehidupan yang
sementara yaitu roh manusia dan jiwa serta tubuh manusia
saja.

Manusia hidup menurut Psukhios, 1 Korintus 1:27, karena


Pneuma/Rohnya telah mati. Karena hanya persekutuan
dengan Roh Allah yang menentukan seluruh kehidupan
manusia. Manusia menyerah pada manusia alami seperti
seekor binatang yaitu Sarks atau materi jasmani saja, 1
Korintus 1:29 ; Roma 1:3. Padahal keinginan dari Sarks ini
bertentangan dengan Pneuma, Galatia 5:17. Manusia tidak
lagi sanggup mematikan keinginan tubuh/Soma ketika tidak
lagi dalam pimpinan Roh Allah, Roma 8:13. Sehingga
hati/Kardios manusia menjadi keras, Roma 2:5. Sehingga akal
budi/Nous manusia hanya mengikuti apa yang diinginkan oleh
daging/Sarks, Roma 7:23. Bahkan nous dan hati
nurani/Suncidesis manusia telah menjadi najis, Titus 1:15.

Esensi pemberontakan manusia.

Sejak semula rancangan Allah terhadap manusia jelas sekali


dinyatakan saat penciptaan manusia yaitu Kejadian 1;26,27,
Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia
menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas
ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak
dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang
merayap di bumi." Maka Allah menciptakan manusia itu
menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya
dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.

Tentu saja rancangan itu harus berjalan sesuai dengan cara


dan sistem yang Allah kehendaki, manusia harus terus berada
dalam otoritas Allah, ada didalam lingkaran perlindungan

113
Allah. Lihat apa yang iblis janjikan kepada manusia, Kejadian
3:4,5, Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-
kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa
pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan
kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan
yang jahat."

Iblis menjanjikan bahwa apabila manusia melanggar perintah


Allah maka manusia akan menjadi seperti Allah. Padahal jelas
sejak semula Allah menghendaki manusia menjadi serupa dan
segambar dengan Allah, mengambil kodrat Illahi, 2 Petrus 1:4.
Tetapi iblis mengajarkan sebuah jalan menjadi sama seperti
Allah dengan pemberontakan, menempuh jalan sendiri
dengan membelakangi Allah. Manusia ingin menjadi ‘ilah’ bagi
dirinya sendiri, keluar dari hubungannya dengan Allah,
mencari dan menemukan jalannya sendiri dengan lebih
mempercayai si iblis, bapa segala kebohongan dan si
pembunuh dari mulanya itu, Yohanes 8:44. Otoritas Bapa atas
ciptaanNya direbut oleh ciptaan dan iblis, Yohanes 1:10,11.

Betapa pedih hati Bapa dengan perilaku manusia ini, luka yang
begitu dalam harus dirasakan Bapa karena manusia yang
diangkat berasal dari seonggok debu tanah itu, sekarang
sudah tidak lagi memiliki sumber kehidupannya, telah
merosot jatuh dari rancangan Bapa atasnya. Kemampuan
untuk memilih secara bebas yang dimiliki manusia, yang
didalamnya terdapat kebijaksanaan dan kecerdasan itu tidak
dipakainya dengan bertanggungjawab. Manusia memilih
untuk menentukan jalan kehidupannya sendiri lepas dari
kehendak Penciptanya, mengikuti keinginan iblis, meraih
masa depannya sendiri.

114
Buah pengetahuan baik dan benar.

Dalam Kejadian 2:9, Alkitab menjelaskan Allah menumbuhkan


berbagai pohon yang menarik dan baik untuk dimakan
buahnya, serta pohon kehidupan di tengah taman itu serta
pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat. Sehingga sejak
semula keberadaan 2 pohon yang kemudian menjadi pusat
perhatian saat manusia jatuh dalam dosa itu telah Tuhan
tempatkan didalam taman.

Manusia ditempatkan Allah didalam taman untuk


mengusahakan dan memeliharanya, Kejadian 2:15. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan demikian manusia memiliki
kesempatan yang sangat luas untuk dapat mengakses bahkan
memakan buah dari 2 pohon itu. Walaupun dengan jelas Allah
memberi perintah, manusia boleh memakan semua buah dari
pohon didalam taman, tetapi Allah melarang manusia
memakan buah pohon pengetahuan baik dan jahat, Kejadian
2:16-17. Tidak ada larangan untuk makan buah pohon
kehidupan.

Sehingga manusia yang akan selalu berjalan dan mengamati


keadaan taman dalam rangka memelihara dan
mengusahakan, akan memiliki peluang untuk melihat,
mengamati bahkan mengambil buah pohon kehidupan
ataupun buah pohon pengetahuan. Dan hanya buah pohon
pengetahuan yang dilarang untuk dimakan. Manusia ternyata
tidak memilih makan buah pohon kehidupan tetapi justru
masuk dalam larangan Allah memakan pohon pengetahuan.

Tentu saja iblis tahu dengan pasti dampak yang akan timbul
ketika manusia memakan pohon kehidupan, serta ketika
manusia makan buah pohon pengetahuan baik dan jahat itu.

115
Sehingga iblis menggiring manusia untuk memakan pohon
pengetahuan, Kejadian 3:4-5. Buah pengetahuan ini akan
memicu jiwa manusia manusia untuk hidup mengikuti
pengetahuan baik dan jahat dalam pertimbangannya sendiri.
Padahal dalam rancangan Allah, manusia hanya memiliki
pengetahuan yang berasal dari pimpinan Roh Allah saja.

Setelah memakan buah pengetahuan itulah manusia mampu


menganalisa berdasarkan pengetahuannya sendiri yang
muncul dari aktifitas tubuhnya melalui panca indera tentang
sesuatu yang dinilai baik ataupun jahat, Kejadian 3:7. Manusia
menempatkan dirinya melalui pengetahuan baru tentang
yang baik dan jahat menurut ukuran diri, bukan menurut
standar Allah lagi. Inilah yang membuat manusia menjadi
makhluk yang terbatas, karena ia hanya memiliki pengetahuan
sebatas apa yang bisa dimiliki oleh manusia. Padahal
sebelumnya pengetahuan manusia tidak terbatas, karena
bertumpu pada ketidakterbatasan Allah, inspirasi dan intuisi
dari Roh Kudus.

Melihat realita manusia yang telah menjadi makhluk yang


tidak mengikuti pimpinan Tuhan tetapi mengikuti keinginan
iblis serta diri sendiri, maka Allah mencegah manusia agar
tidak makan buah pohon kehidupan, Kejadian 3:22. Dapat kita
bayangkan bagaimana kejahatan manusia akan menjadi
sangat besar dan tidak terbatas bila manusia dalam kapasitas
dosanya memiliki hidup yang kekal.

Sampai zaman modern ini, kungkungan pemahaman manusia


terhadap pengetahuan berdasarkan kemampuan diri
menganalisa menjadi sangat dominan dalam diri manusia.
Sangatlah sulit manusia untuk menghidupi kehidupan dimana

116
sumbernya hanyalah Allah bukan diri dan lingkungannya.
Hikmat manusia diagung-agungkan dengan melepaskan
hikmat sorgawi yang jauh lebih dari segalanya.

Manusia menjadi makhluk yang dikuasai oleh Jiwanya yaitu


apa yang benar dan nikmat menurut pikiran, emosi dan
kehendaknya sendiri. Manusia jatuh dari makhluk rohani
menjadi makhluk jiwani. Bahkan lebih jauh lagi manusia bisa
merosot menjadi makhluk yang badanni, yang hanya
memenuhi kinginan tubuhnya saja. Kemerosotan yang luar
biasa yang sangat jauh dari rancangan Allah sebelumnya.

Iblis memahami benar dan memanfaatkan keadaan ini untuk


menarik manusia masuk kedalam jebakannya. Dengan
terputusnya sumber inspirasi Illahi, dan manusia hanya
terbatas pada kapasitas jiwa dan tubuhnya, maka menjadi
sangat mudah bagi iblis untuk menyeret manusia pada
berbagai pikiran, emosi, keinginan dan perilaku yang
mementingkan diri sendiri saja. Yang pada ujungnya akan
sangat mudah untuk disatukan dengan tujuan iblis melawan
Allah.

Kemerosotan kemanusiaan yang Illahi menjadi kemanusiaan


yang fana membentuk diri manusia yang baru. Manusia yang
terpisah dari Allah, hidup dalam bumi yang terkutuk, hidup
dalam keterbatasan tubuh, serta hanya memiliki pengetahuan
berdasarkan kemampuan dan kapasitas sebagai manusia serta
menghidupi kehidupan dalam dosa. Kesemuanya itu
membentuk cara pandang kehidupan dosa yang
mengungkung dan membawa manusia makin merosot,
sehingga tidak akan pernah sanggup menggapai lagi
rancangan Allah atas dirinya lagi.

117
Manusia di dasar kehidupan terkurung oleh dosa,
keterbatasan diri serta pikiran yang sempit membutuhkan
mukjizat yaitu uluran tangan Allah untuk mengangkatnya.
Itulah satu-satunya cara manusia untuk kembali sanggup
menapaki kehidupan dan kapasitas kemanusiaan yang penuh.

Hidup kedagingan manusia.

Pengertian “daging” yang dalam Bahasa Ibrani basar dan


dalam Bahasa Yunani sarx, dipakai dalam makna yang
bervariasi. Tetapi Rasul Paulus menggunakan secara lebih jelas
dalam Roma 7:1 Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah
rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa.
Paulus menjelaskan lagi bahwa bukan hanya sifat dan
sebagian kemanusiaannya adalah bersifat daging, tetapi
seluruh eksistensi diri manusia adalah daging, ayt 18 Sebab
aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai
manusia, tidak ada sesuatu yang baik (dalam bahasa asli sarx).
Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal
berbuat apa yang baik.

Keadaan dalam daging ini terjadi pada seluruh manusia yang


belum mengalami regenerasi roh. Mereka yang hidup belum
menerima karya Kristus, bertobat dan Roh Kudus diam dalam
hidupnya. Manusia bukan lagi hidup secara Rohani tetapi
secara kedagingan. Kalau semua manusia diluar Kristus adalah
daging, maka semua orang harus memahami secara mendasar
bagaimana mereka menjadi manusia yang bersifat daging.

Yohanes 3:6, Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging,


dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Dari firman ini
kita bisa menjawab 3 pertanyaan : 1. Apa yang dimaksud

118
dengan daging ? 2. Bagaimana manusia bisa menjadi daging ?
3. Bagaimanakah kualitas dan sifat alami nature dari daging ?

1. Apa yang dilahirkan dari daging adalah daging.


Siapakah yang lahir dari daging ? Manusia, ia adalah daging
yang diturunkan dari orang tuanya. Ini tidak membedakan
apakah manusia itu baik, cerdas, bermoral ataupun jahat,
bodoh. Manusia adalah daging, karena bersinggungan dengan
kedagingan dalam kelahirannya. Ia tetap daging dan apapun
yang berkembang setelah kelahiran juga adalah daging.

2. Apa yang dilahirkan dari daging adalah daging.


Manusia menjadi daging bukan karena ia belajar menjadi
jahat, berbuat dosa, mengikuti keserakahan diri, sampai
akhirnya seluruh dirinya dikuasai dosa. Firman dengan tegas
mengatakan bahwa begitu dilahirkan manusia adalah daging.
Manusia telah menjadi daging, Kejadian 6:3 Berfirmanlah
TUHAN: "Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam
manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya
akan seratus dua puluh tahun saja." Manusia menjadi daging
karena kelahirannya, Yohanes 1:13 orang-orang yang
diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula
secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari
Allah. Kedagingan bukan karena bagaimana manusia hidup
ataupun bagaimana orang tuanya hidup.

3. Apa yang dilahirkan dari daging adalah daging. Tidak


ada pengecualian sama sekali, semua manusia adalah daging.
Manusia yang berpendidikan, berkarakter bagus, beragama
tidak melepaskan dari kedagingannya. Sifat alami daging
dimiliki karena kelahiran manusia, dan tidak bisa dirubah
dengan apapun yang dilakukannya oleh manusia itu sendiri.

119
Perubahan dengan kekuatan diri dari tubuhnya melalui
disiplin, latihan apapun tidak akan merubah dari kedagingan
manusia.

Manusia daging akan mengikuti seluruh keinginan tubuh dan


pikirannya sendiri, sehingga bukan anak-anak daging yang
menjadi anak-anak Allah, Efesus 2:3 ; Roma 9:8. Manusia yang
mengikuti keinginan daging telah mati, Efesus 2:1. Kematian
adalah buah dari kedagingan, Kolose 2:13. Sehingga manusia
mengikuti hukum dosa dalam dagingnya, Rom 7:5,14,25.

Keinginan daging sangat kuat terhadap dosa, tetapi sangat


lemah terhadap kehendak Allah, Roma 8:3,7. Manusia
dibenarkan bukan karena melakukan dalam dagingnya hukum
Allah, Galatia 2:16. Hukum Allah ada untuk membuktikan
bahwa manusia adalah daging saja. Manusia hanya
dibenarkan karena iman, Roma 3:28. Mereka yang tidak
mengenal kebenaran saja yang mengikuti usahanya sendiri,
Roma 10:3. Dan ujungnya adalah mereka yang didalam daging
tidak akan berkenan kepada Allah, Roma 8:8.

Allah melihat daging sudah rusak oleh dosa, terlihat dari nafsu
daging, 2 Petrus 2:18. Bahkan Allah sendiri tidak bisa
mengubah sifat daging menjadi hal yang menyenangkan hati
Allah, Kejadian 6:3. Roh Allah sendiri tidak bisa merubah sifat
daging menjadi kudus. Bahkan Tuhan menasihati untuk
membenci pakaian yang tercemar daging, Yudas 23.

Allah dalam kehendaknya menerima keadaan daging yang


tidak bisa diubah ini. Allah menyatakan dengan jelas bahwa
daging tetaplah daging yang tidak akan diubah dengan cara
apapun juga. Sia-sialah memperbaikinya dengan usaha
mendisiplinkan diri, berpuasa, bertarak atau apapun usaha

120
manusia. Daging tetap berujung maut. Sehingga dalam
kasihnya Allah menyelamatkan manusia bukan dengan
memperbaiki daging, tetapi memberikan kehidupan baru
melalui karya Kristus yang dialirkan melalui Roh Kudus. Daging
harus mati. Keselamatan melalui kelahiran baru menjadi satu-
satunya jalan.

Jalan inilah yang Allah kerjakan melalui anugerah-Nya didalam


Tuhan Yesus. Yang akan kita lihat dalam pembahasan
berikutnya.

121
Bab 5

Allah menjangkau manusia berdosa melalui kenosis

Filipi 2:7 : melainkan telah mengosongkan diri-Nya… Kenosis


berasal dari Kenos yang berarti kosong, jadi kenosis berarti
tindakan berupa mengosongkan, meniadakan. Pengertian
inilah yang sangat sulit dipahami, karena melalui proses inilah
terjadinya misteri inkarnasi dan kematian Kristus.

Peristiwa kenosis merupakan kombinasi antara penderitaan


Hamba Allah, Yesaya 53 dan lukisan tentang seorang anak
manusia, Daniel 7:13. Kristus adalah Adam kedua yang
memiliki karakter sangat berbeda dengan Adam pertama, 1
Korintus 15:45-49. Adam pertama adalah manusia yang tidak
taat, sedangkan Kristus adalah manusia yang memiliki
ketaatan mutlak kepada Bapanya. Adam dan Yesus memiliki
sebuah perbedaan sikap yang mendasar, dimana yang seorang
ingin menjadi Allah, Kejadian 3:5-6, sedangkan yang lain justru
sebaliknya menunjukkan sikap “mengosongkan diri” dengan
menjadi hamba, Filipi 2:7.

Dalam perenungan saya, kita akan mengerti peristiwa kenosis


ini dengan menarik dari peristiwa penciptaan, yang
merancangkan suatu persekutuan abadi antara Allah dengan
manusia. Namun karena kejatuhan manusia dalam dosa,
menyebabkan benih dan perbuatan serta kuasa iblis dan dosa
tidak lagi dapat dipisahkan dari manusia. Allah yang maha suci
tidak lagi bisa bersatu dengan manusia. Kejatuhan manusia
dalam dosa, membawa akibat hukuman kematian sebagai
buah dosa.

122
Allah adalah Allah yang adil dan ketetapannya kekal, sehingga
manusia akan terus berada dalam hukuman dosa serta
semakin jahat didalam segala keterbatasannya. Satu-satunya
cara agar manusia bisa mendapatkan kembali rancangan Allah
bisa bersatu dengan Allah dalam KerajaanNya, hanyalah
melalui Adam kedua yaitu Kristus yang akan menghidupi
kehidupan manusia dengan ketaatan sempurna, yang tidak
ada dosa didalam tubuh kemanusiaannya. Manusia Yesus
inilah satu-satunya yang akan sanggup melaksanakan seluruh
tuntutan pembebasan manusia dari dosa melalui memenuhi
seluruh hukum Allah yang diberikan melalui Musa. Ini yang
membebaskan manusia dari ketentuan hukum Taurat.

Manusia Yesus itu juga harus menyelesaikan kuasa dosa atas


seluruh manusia dengan menghancurkan dan mematikan
kuasa itu. Ini terjadi dengan membawa seluruh dosa dan
kuasanya diatas kayu salib. Iblis terjebak pada tubuh Kristus,
dibawa ke atas salib dan diakhiri disana. Kematian Kristus yang
semula dianggap kematian dan kekalahan Anak Allah, ternyata
adalah kematian iblis, dosa dan seluruh kuasa didalam tubuh
manusia, karena Kristus bangkit dari kematian.

Oleh kebangkitan Kristus, maka kuasa kemenangan atas iblis,


dosa dan kenajisan itu dapat diberikan kepada manusia yang
percaya dan menyatu dengan tubuh dan darah Kristus.
Melalui Roh kekekalan yang mengalami seluruh peristiwa salib
dan kematian serta kebangkitan, yang diberikan kepada
seluruh pengikut Kristus.

Sehingga melalui kenosis, Allah mengosongkan diri untuk


menjadi sama dengan manusia melalui Firmannya. Agar ada
satu tubuh manusia yang bisa memasuki Kerajaan Allah lagi.

123
Dan tubuh itu adalah tubuh Kristus, yang didalamnya melekat
seluruh umat manusia yang percaya kepadaNya. Sehingga
dimungkinkan kembali rancangan Allah untuk hidup bersama
dengan manusia di KerajaanNya.

Sedangkan tubuh manusia dan dunia yang telah terkena dosa


dan terkutuk akan hancur, lenyap. Tubuh manusia akan
diubah menjadi tubuh kemuliaan yaitu saat kebangkitan orang
mati, dan bumi akan hancur digantikan dengan langit dan
bumi baru.

Misteri kenosis ini menjadi inti dari karya keselamatan Allah


karena : pertama, Ia tidak meninggalkan kodrat keAllahannya,
tetapi meninggalkan kemuliaanNya sebagai Allah, terutama
hak prerogatif (hak istimewa sebagai Allah) keAllahannya.
Kedua, Ia tidak menggantikan kodrat seorang Allah dengan
kodrat seorang hamba. Justru sebaliknya, kodrat
keAllahanNya tidak hilang sekalipun Ia menjadi seorang
hamba. Jadi didalam diri Kristus mempunyai dua kodrat yaitu
manusia dan Allah.

Menghidupi kedua kodrat sekaligus inilah yang hanya bisa


dilakukan oleh Sang Firman, terjadi satu kali dalam sejarah
manusia dan melalui kedua kodrat inilah Kristus telah
menggenapi seluruh tuntutan hukum taurat secara sempurna,
Matius 5:17. Demikian pula melalui kemanusiaannya, Kristus
telah membawa seluruh kuasa dosa dan akibatnya keatas kayu
salib, Lukas 24:44-46; 22:22 ; 24:26. Dan Kristus pulalah yang
menjadikan dirinya jalan bagi manusia untuk dapat kembali
bersatu dengan Allah Bapa, Yohanes 14:6. Tubuhnya sampai
sekarang ada di sorga sebagai sebuah persembahan yang
kekal, sehingga setiap orang yang menyatu dengan darah dan

124
tubuhnya akan mendapat bagian dalam keselamatan, Galatia
2:20, Efesus 5:2, Ibrani 9:14.

Dalam keseharian masyarakat Jawa dikenal cerita bahwa


seringkali Raja menyamar hidup sebagai masyarakat biasa.
Sang Raja hidup benar-benar sebagai rakyat tanpa
menggunakan seluruh atribut kebesarannya. Raja ini
melakukan penyamaran dengan maksud untuk mengetahui
dengan pasti keadaan rakyatnya serta mengetahui bagaimana
aparat kerajaannya melayani kepentingan rakyat. Inilah
sebuah kenosis dalam tradisi masyarakat Jawa yang dilakukan
oleh Raja, suatu budaya yang sangat mudah dimengerti.

Sang raja tidak kehilangan statusnya sebagai raja, tetapi ia


meninggalkan kemuliaannya dan menambahkan dirinya
dengan kapasitas sebagai rakyat biasa. Melalui peristiwa ini
sang raja akan memperkaya dirinya sehingga dapat lebih
menghayati kehidupan yang dialami oleh rakyatnya.

Misteri salib adalah puncak kenosis.

Kenosis pertama-tama dilakukan melalui inkarnasi Kristus,


diteruskan dengan peristiwa salib, merupakan dimensi yang
memungkinkan Allah mengalami dan mengambil titik
terendah dalam hidupNya sebagai manusia. Inilah yang
membuat setiap umatNya terus memiliki pengharapan karena
Kristus sudah ikut merasakan secara nyata kesusahan hidup
manusia sampai pada titik terendah, Ibrani 2:16-18 ; 4:15-16.

Kehidupan Yesus dari kelahiran, pelayanan, pengabdian


adalah peragaan indah akan Allah yang merendahkan diriNya.
Ia mengosongkan diriNya, dan dihayati dalam sepanjang
kehidupan sebagai manusia. Inilah yang seharusnya menjadi

125
parameter dari pengikutNya untuk melihat betapa Yesus
adalah Allah yang penuh cinta. Inilah sikap “lepas-bebas”
seorang Allah yang sama sekali tidak mempertahankan
kebesaranNya, tetapi mau menghayati sebuah nilai hidup
yang tinggi, yaitu merendahkan diri, Filipi 2:7.

Yesus pada puncaknya menunjukkan totalitas penyerahan diri


dan ketaatannya dengan mati diatas kayu salib. Karena Ia
datang untuk melakukan kehendak Allah, Ibrani 10:7. Ia
datang juga untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang,
Lukas 19:10, untuk melayani dan memberikan hidupNya
sebagai tebusan bagi banyak orang, Markus 10:45.

Kenosis merupakan ungkapan cinta Allah yang tak terhingga


kepada manusia. PenghampaanNya ini dilakukan secara
sukarela, Allah ingin menjadi bagian dari manusia secara utuh
justru melalui penghampaan diriNya. Bapa Agustinus
menyatakan bahwa kenosis Kristus merupakan hal yang
penting dalam memaknai perendahan diriNya. Menurutnya,
Kristus datang ke dunia dalam rupa seorang hamba tanpa
kehilangan keilahianNya. Jadi kekuatan IllahiNya dialami
(dipakai) dalam satu cara baru secara paradoks, yakni dalam
tindakan “pengosongan”. Hal ini justru merupakan suatu
“penambahan” bukan “pengurangan” dalam keilahianNya.
Sang Firman membentuk sebuah ikatan baru antara Allah
dengan manusia dalam penjelmaan Kristus.

Manusia disediakan jalan baru yang berbeda sama sekali


dengan Adam untuk mencapai kesegambaran dan keserupaan
dengan Allah. Manusia yang hidup dalam daging dan darah
telah disediakan “tubuh Kristus” sebagai jalan menuju Bapa.
Hanya mereka yang menyatu dan masuk kedalam bagian

126
“tubuh’ itu akan bisa mencapai kesegambaran dan
keserupaan dengan Allah sejak di dunia ini sampai keabadian
dalam kerajaan kekal.

Perjuangan manusia bukan lagi dengan kekuatan sendiri,


tetapi dengan kuasa dan otoritas yang sudah disediakan oleh
inkarnasi, kematian diatas salib dan kebangkitan Kristus.
Mengenakannya dan menggunakannya dalam kehidupan
kemanusiaan. Manusia akan memiliki kehidupan “di bumi
seperti didalam sorga”, meski masih hidup dalam
keterbatasan diri dan kefanaan dunia, tetapi prespektif Illahi
telah dimiliki dan dihidupinya.

Kuasa yang tidak terbatas yang telah dikaruniakan dalam Roh


Kudus yang tinggal dalam roh manusia itulah yang akan
mengalirkan aliran kehidupan dari Bapa yang penuh kuasa tak
terbatas yang mengalir dari dalam manusia yang terbatas.
Kemanunggalan antara kuasa adi kodrati dan kuasa
kemanusiaan itu sudah terjadi sejak di dalam dunia ini sampai
kekekalan.

Inilah tujuan akhir dari kenosis, menghadirkan Allah yang


maha tidak terbatas agar bisa masuk kedalam diri manusia
yang terbatas dan berdosa. Rahasia yang tidak mudah
dimengerti, tetapi dengan sempurna telah dilakukan oleh
Kristus.

Karya keselamatan yang diberikan Tuhan Yesus telah selesai


dengan sempurna, karena diatas kayu salib itu Yesus berkata,
“sudah selesai”. Kemenangan dan kuasa yang direbutnya dari
iblis itu telah diserahkan dan menjadi milik umatNya, melalui
Roh Kudus yang tinggal didalam roh manusia. Manusialah
yang harus mengerjakan keselamatan itu dengan “takut dan

127
gentar”, agar benih itu terus tumbuh, berkembang dan
berbuah.

Bola ada ditangan manusia untuk menggunakan kemenangan


Kristus melalui karya Roh Kudus dalam kehidupan
kemanusiaan. Keberhasilan merekalah yang akan memuliakan
Bapa, mendatangkan Kerajaan Bapa serta menyatakan
kehendak Bapa terjadi di bumi seperti didalam sorga. Itulah
yang menjadi doa kita yang diajarkan oleh Tuhan Yesus,
Matius 6:9-10.

Kemenangan didalam Roh sudah diberikan ada didalam Roh


Kudus yang tinggal dalam diri manusia. Dan kemenangan itu
harus terus menerus dipergunakan untuk memenangkan
peperangan di alam Roh. Kemudian kemenangan dan kuasa
Roh Kudus harus kita hidupi untuk meraih kemenangan dalam
jiwa manusia melalui transformasi jiwa. Dan selanjutnya
semua akan mewujud nyata dalam perilaku tubuh manusia
serta wujud berkat dan kuasanya di dunia.

Inilah peperangan abadi manusia di bumi ini yang harus kita


jalani dengan tidak menjadi lelah. Karena kemenangan Kristus
yang kita peroleh secara gratis itu menuntut kita mengerjakan
bagian kita dengan takut dan gentar, Filipi 2:12.

128
Bab 6

Jalan Keluar yang disediakan Allah

Saya selalu membayangkan bahwa Bapa kita sedang


menyiapkan sebuah pasukan perang yang besar. Pasukan itu
harus memiliki kualifikasi yang khusus mengingat tugas dan
tanggungjawabnya yang akan diberikan dalam kekekalan
bukanlah perkara yang mudah.

Kegagalan Adam sebagai penghulu ciptaan Allah tentu saja


membuat Bapa kita menjadi lebih selektif dan efektif dalam
memilih pasukanNya. Ini menyangkut kebesaran dan
kemuliaan Allah dalam Kerajaan kekalnya.

Saya membayangkan persiapan pasukan itu akan dilakukan


selama hidup manusia di dunia. Mereka akan dilatih,
didisiplinkan serta membiasakan diri bekerja dalam satu
komando dan satu tujuan. Meski tentu saja ada yang lolos
kualifikasi untuk sanggup menjadi Jenderal, tetapi banyak juga
yang hanya sanggup lulus kualifikasi seorang prajurit biasa.

Keterpilihan mereka semata-mata anugerah tetapi


pencapaian tentunya berdasarkan nilai dan prestasi yang
mereka lampaui ketika hidup di bumi ini. Sehingga saat saya
memandang segala kesulitan dan kesukaran hidup, itu
bukanlah destiny saya, bukanlah tujuan saya diciptakan.
Tetapi semuanya itu adalah sebuah latihan yang harus saya
menangkan dan taklukkan agar sanggup mengambil
pelajarannya. Ujungnya adalah kualifikasi ataupun pangkat
dan jabatan saya akan naik, saya akan memperoleh promosi
setiap kali lulus ujian kehidupan.

129
Dalam pengajaran Kristus terlalu banyak paradoks yang
seringkali diartikan secara sendiri-sendiri oleh umat Allah.
Seperti ketika Kristus mengajarkan tentang Kerajaan Allah
yang lebih dikenal dengan Kotbah di Bukit, Matius 5,6,7, lebih
banyak orang menangkap dengan tidak tepat. Bahwa
panggilan orang percaya itu adalah hidup dengan lemah,
miskin, haus dan lapar tanpa melihat dengan jelas konteknya.

Ditengah-tengah dunia yang ganas dan kejam serta licik dalam


kuasa dosa, mereka yang berani hidup miskin, berdukacita,
lemah lembut, haus dan lapar, murah hati dan seterusnya
bukanlah orang-orang lemah tetapi justru orang-orang yang
paling gagah berani. Kekuatan mereka memang bukan karena
mereka harus memiliki kuasa dan kehebatan seperti orang di
dunia, tetapi didalam kekuatan Roh Kudus dari dalam diri
mereka.

Seperti domba ditengah serigala, Matius 10:16 adalah


gambaran yang sangat tepat yang diberikan Tuhan Yesus
ketika mengutus murid-muridNya. Domba yang berani
menghadapi serigala tentu saja bukan domba yang lemah dan
sembarangan, domba ini adalah domba yang telah terlatih,
penuh kepercayaan diri, dan siap dengan seluruh
kemungkinan yang akan dihadapinya. Ia mendisiplinkan dan
melatih tubuhnya dengan sangat ketat, karena dari sanalah
muncul kekuatan fisik yang sewaktu-waktu dibutuhkannya
saat berada di kawanan serigala. Bukan untuk mengalahkan
secara fisik, tetapi menyingkir dan menyelamatkan diri.

Domba inipun haruslah memiliki kekuatan dengan selalu


terhubungnya pikiran, perasaan dan kehendak dengan kuasa
Roh Kudus yang tidak akan mudah digoyahkan oleh

130
lingkungan dimana ia berada. Domba yang tahu dengan pasti
tentang tujuan dan kemampuannya dan percaya penuh
bahwa ia bisa meraih setiap keyakinan yang diterima dari
inspirasi Roh Kudus itu. Dan tentu saja domba yang sangat
yakin akan kesetiaan Gembalanya.

Inilah panggilan yang seringkali tidak dipahami secara


mendasar oleh umat Allah, sehingga mereka kemudian lebih
banyak tampil di belakang, seolah-olah hanya menghidupi
sebuah rutinitas dengan hati penuh kekhawatiran berbuat
salah. Lebih sering umat Allah terdesak ke belakang bukan
karena tidak mampu, tetapi tidak berani tampil ke depan.

Paradoks Anugerah Allah dengan usaha manusia.

Disatu kelompok, umat Tuhan memaknai kehidupan dalam


keselamatan itu adalah hidup yang bukan bergantung dari apa
yang dilakukan ataupun diperbuat selama di dunia tetapi
hanya tergantung pada apa yang telah diperbuat Kristus.
Secara sepintas pengertian ini sepertinya tidak salah, tetapi
kalau kita lihat implementasinya, sikap dasar ini mewujud
dalam pemisahan kehidupan di dunia dan di sorga. Selama di
dunia manusia boleh melakukan apa saja, karena di sorga
kelak mereka tetap akan mendapat bagian karena Kristus
sudah mati diatas kayu salib.

Di kelompok yang lain sebaliknya, sangat menekankan bahwa


keselamatan itu belum pasti diterima tetapi tergantung pada
usaha yang dilakukan manusia selama hidup di dunia. Ekstrim
dari pendapat ini, membuat umat Tuhan yang menjalaninya
menjadi sangat tertekan, penuh ketakutan serta berujung
pada rasa frustasi pada kegagalan ataupun menjalani hidup
dengan penuh kemunafikan.

131
Padahal keduanya mestinya menjadi satu pemahaman yang
saling melengkapi, karena memang keselamatan itu adalah
anugerah bukan hasil usaha manusia, Efesus 2:8-9. Tetapi
Tuhan menuntut buah-buah pertobatan yang menunjukkan
bahwa kita memang benar-benar telah menerima Kristus,
Lukas 3:8. Iman tanpa perbuatan adalah mati, Yakobus 2:17.
Serta kita harus mengerjakan keselamatan itu dengan takut
dan gentar, Filipi 2:12. Secara mendasar Alkitab sangat jelas
tentang kepastian keselamatan bagi mereka yang percaya dan
menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadinya, Yohanes
14:6 ; Kisah Rasul 4:12 ; Yohanes 3 :16. Tetapi karena kita
masih harus menjalankan kehidupan di dunia ini didalam
tubuh dan jiwa yang masih memiliki benih dosa serta
ditengah-tengah dunia yang dikuasai dosa. Maka benih
keselamatan itu harus kita jaga dengan rendah hati, sukacita
serta optimis, agar terus bertumbuh dan berbuah melalui
seluruh tindakan kita. Kuncinya adalah menghidupi kuasa
kemenangan Kristus didalam Roh Kudus yang sudah diutus
untuk menjadi penolong kita.

Sebagaimana Kristus menghidupi seluruh kehendak BapaNya


terwujud didalam kehidupan diriNya, membuat tujuan
hidupNya bukan lagi diriNya tetapi BapaNya. Maka kehidupan
anak-anak Allah haruslah demikian, aku hidup bukan lagi
untuk diriku sendiri, tetapi apa yang Kristus inginkan atas aku,
itulah yang kuhidupi. Seluruh keinginanku aku bawa mati
diatas kayu salib, hidupku kini terhisap dalam kematian dan
kebangkitan Kristus, sehingga hidupku adalah Kristus, Filipi
1:21.

Hidup dengan cara demikian tidaklah mudah, karena kita


masih memakai kemah pertama kita, 2 Korintus 5:1-2 dan

132
hidup di dunia yang penuh dosa. Karenanya untuk itu Kristus
tidak membiarkan kita menjalaninya sebagai yatim piatu,
Yohanes 14:18. Segera setelah kenaikkanNya ke sorga Tuhan
Yesus memberikan Penolong yang lain yaitu Roh Kudus,
Yohanes 14:16. Yang akan tinggal didalam diri kita, Yohanes
14:17. Dialah yang akan menolong kita agar sanggup bertahan
dan memenangkan setiap pergumulan bahkan kita akan
menjadi lebih dari pemenang, Roma 8:37.

Yang juga perlu mendapat perhatian lebih serius adalah sikap


umat Tuhan yang seringkali menjalani hidupnya di bumi ini
dengan cara yang mereka yakini cara “sorgawi”. Misalkan saja
kegagalan dalam mendidik anak, disikapi dengan puasa dan
berdoa saja. Saya tidak menyatakan salah melalui puasa dan
doa, Tuhan bisa mendengar dan bertindak, tetapi bukankah
ada hukum alam yang juga berlaku untuk orang Kristen,
bahwa mendidik anak sejak dini akan menghasilkan anak yang
bisa dikendalikan sampai dewasanya. Cara-cara berpikir instan
dan mudah inilah yang sering tidak membawa kedewasaan
hidup dan rohani.

Dalam doa Bapa kami, Tuhan Yesus mengajarkan untuk


berdoa jadilah kehendakMu di bumi seperti di dalam sorga, ini
sering dimaknai bahwa hidup kita di bumi sudah seperti di
sorga. Sehingga banyak sikap yang seolah-olah sudah tidak lagi
menghidupi kehidupan dengan cara-cara hidup normal di
bumi lagi. Ingat, Kristus tidak pernah sekalipun mengajarkan
kehidupan yang lepas dari tanggangjawab kemanusiaan
sebagai warga di bumi ini. Sebagaimana Kristus juga menjalani
seluruh kemanusiaan di bumi maka kitapun akan
mengalaminya.

133
Apapun yang kita kerjakan di bumi inilah yang akan
mempengaruhi sorga saat ini dan setelah kita disana, Lukas
24:48-49. Justru di bumi inilah kita menjadi wakil Allah
menunjukkan kehadiranNya, kuasaNya dan KerajaanNya.

Meskipun dalam menjalaninya seringkali Bapa kita menolong


menggunakan kekuatan adi kodrati berupa mukjizat dan kuasa
tak terbatasNya, tetapi kita tidak dapat mengandalkan sebagai
satu-satunya alat. Tuhan sudah mengaruniakan pikiran,
perasaan dan kehendak serta tubuh kita, semua bisa dipakai
Allah melakukan rencananya. Bapa menyukai anak-anak yang
bertumbuh, bijaksana, dewasa dan mandiri.

Jalan salib yang dipilih Kristus adalah teladan kita.

Panggilan menjalani kehidupan untuk kembali menuju


keserupaan dan kesegambaran dengan Allah sudah
diteladankan Kristus saat menghidupi kehidupan
kemanusiaannya. Ia yang hidup hanya melakukan kehendak
Bapanya, Matius 7:21 ; 12:50 ; 26:42 ; Yohanes 4:34. Sehingga
satu-satunya jalan untuk mencapai kesegambaran dan
keserupaan dengan Bapa adalah mengikuti teladan Kristus
saja, tidak ada cara lain.

Kristus adalah gambar Allah, Kolose 1:15, dan panggilan kita


adalah menjadi serupa dengan Kristus, Roma 8:29. Karena
Kristuslah Adam kedua, 1 Korintus 15:45 ; Roma 15:22 ; Roma
15:5, yang menggenapi seluruh rancangan Allah dengan
penuh ketaatan. Ingat Adam pertama hidup dalam
ketidaktaatan dan pemberontakan.

Menjadi serupa dengan Allah sama dengan menjadi serupa


dengan Kristus bermakna menyatu dengan tubuh dan darah,

134
Yohanes 6:51-58, yang terjadi saat kita menyatu dalam
Perjamuan Kudus sebagai peristiwa supranatural, dan ketika
kita melakukan kehendak Bapa yaitu firman-Nya, Roma 12:2 ;
Efesus 6:6. Dan tubuh Kristuslah sebagai persembahan kekal
yang pertama masuk kedalam sorga, Ibrani 9:14, kemudian
akan diikuti oleh kita umatNya dengan menyatu dan masuk
menjadi bagian dari tubuh Kristus itu serta memperoleh hak
didalam sorga.

Menjadi tubuh Kristus adalah menjadi Jemaat Kristus, 1


Korintus 12:27 ; Efesus 1:23 ; 4:4. Menyatu dengan tubuh dan
darah Kristus juga memiliki makna untuk terus menjaga
hubungan pribadi dengan Kristus. Menjadi satu, terikat kuat
dalam kuasa kematian dan kebangkitan Kristus. Sehingga
kematian Kristus akan kita alami, Roma 6:4,6 ; Roma 8:10 ;
Kolose 1:22 melalui mematikan seluruh keinginan daging,
Galatia 5:16-17.

Kebangkitan Kristus kita alami dengan menikmati kuasa


kemenangan atas dosa Matius 18:11 ; Yohanes 1:29, kita
bukan lagi terikat oleh kuasa dosa. Sehingga kita akan hidup
penuh sukacita, optimis dan terus berjuang menghadirkan
Kerajaan Allah melalui apapun yang kita lakukan.

Dan ketika Kristus hidup dalam kemanusiaanNya di bumi ini,


maka Kristus menjalaninya dengan mengikuti seluruh tatanan
hukum-hukum yang berlaku baik hukum alam dan hukum
agama serta hukum lingkungan, Lukas 2:21 ; Matius 3:15.
Sehingga ketika kita menjadi umat Kristus maka kitapun harus
menghidupi kehidupan di dunia ini dengan seluruh
ketentuannya yang berlaku bagi siapa saja. Kristuspun harus
datang melalui kandungan Bunda Maria, tumbuh di

135
lingkungan Yahudi, besar dan mengikuti seluruh hukum alam
lainnya. Sehingga sebagai pengikutnyapun di bumi ini kita
harus juga melakukan apa yang menjadi ketentuan alam.

Pintu Gerbangnya adalah pertobatan.

Kehidupan manusia di bumi sebenarnya memiliki tiga dimensi


yaitu alam fisik, alam jiwa dan alam roh. Alam fisik adalah
kehidupan yang didasarkan oleh apa yang bisa dilihat,
didengar, dirasa oleh kelima panca indera kita. Sedangkan
alam jiwa adalah segala sesuatu yang muncul dan pikiran,
perasaan dan kehendak manusia yang akan lebih
mendominasi keputusan yang dilakukan manusia, karena jiwa
adalah representasi dari pribadi manusia. Alam roh, adalah
suatu alam yang jauh lebih dalam dan kuat dari apa yang
dimiliki jiwa manusia.

Pada dasarnya manusia adalah makhluk roh juga, tetapi sejak


manusia jatuh dalam dosa, manusia cenderung hidup hanya
oleh jiwa dan tubuhnya. Sedikit manusia yang menghidupi
kehidupan spiritual atau rohani ini, karena manusia yang ingin
menghidupi alam roh harus berusaha membuka dirinya untuk
dapat terkoneksi dengan alam roh itu, yang membutuhkan
perjuangan yang tidak ringan.

Kekuatan alam roh ini akan menjadi sumber inspirasi utama


dari alam jiwa dan alam fisik. Meskipun manusia memiliki
peluang hidup dalam tiga alam diatas, tetapi manusia bisa
memilih untuk dirinya sendiri, apakah ia hanya hidup dari
salah satu atau gabungan dari dua, atau ketiganya. Namun
yang paling sempurna adalah ketika manusia menghidupi
sekaligus ketiga alam itu dengan urutannya : alam roh yang

136
terutama, kemudian alam jiwa yang kedua baru kemudian
alam fisik yang terakhir.

Yang menarik adalah bahwa setiap alam dari ketiganya selalu


berusaha untuk menguasai yang lain dan mendominasi
kehidupan pemiliknya. Alam fisik sangat kuat dalam
mendominasi untuk memuaskan segala keinginan panca
indera yang langsung dapat dirasakan kenikmatannya
seketika. Alam fisik adalah alam yang paling rendah dan paling
pendek jangka waktu manfaatnya, batas waktunya hanya
seumur manusia saja.

Hidup yang didominasi keinginan jangka pendek sangat


berbahaya, karena dalam jangka panjang akan ada resiko
besar terhadap kerusakan dan kehancuran. Alam fisik
sebenarnya berfungsi sangat strategis dalam menyerap
informasi dari luar manusia dan mengekpresikan apa yang
didalam diri manusia keluar. Jadi tidak didisain untuk
menguasai dan memerintah, tetapi sebagai penghubung dan
pelaksana.

Alam jiwa, sebagai landasan pemahaman akan diri dan potensi


diri. Kalau dipergunakan secara proporsional, maka akan
sangat membantu dalam mengkosolidasikan segala inspirasi
kedalam keputusan-keputusan dan rencana yang teratur.
Yang berujung pada efektifitas pekerjaan manusia.
Kemampuan untuk menganalisa, mengkaitkan dengan
pengalaman masa lalunya juga akan membangun sebuah
keteraturan dalam hidup dan sikap manusia.

Tetapi apabila alam jiwa yang mendominasi, maka manusia


hanya akan bergantung pada batas kemampuan berpikir dan
mengolah rasa yang dimilikinya yang diperoleh dari alam

137
sekitarnya melalui panca indera saja. Memang kemampuan
manusia yang besar bahkan nyaris tak terbatas, tetapi
pertimbangan hanya pada kepentingan diri sendiri menjadi
berbahaya. Ini bisa merugikan dan mengorbankan pihak lain,
bahkan berpotensi menghancurkan kehidupan manusia.
Selain itu alam jiwa bukanlah yang dirancang menguasai
manusia.

Alam rohlah yang sesungguhnya memiliki kekuatan yang tidak


terbatas, karena alam ini berasal dari kekuatan-kekuatan
diluar diri manusia. Yang perlu diperhatikan dalam alam roh
terdapat roh gelap dan roh terang.

Roh gelap adalah penguasa segala kejahatan yang ada di jagad


raya, ialah penghulu, penguasa dan pemerintahnya. Kuasa ini
jauh lebih kuat dari manusia, sehingga apabila dia diundang
masuk, maka manusia dan roh kejahatan ini akan menjadi
sangat berkuasa untuk tujuan kejahatan. Bersama roh
kegelapan, manusia merubah seluruh jagad raya ini dengan
sistem ekonomi, sistem politik, sosial, budaya yang bertujuan
untuk membuat kemerosotan kemanusiaan. Manusia akan
hidup jauh lebih rendah dari kemanusiaannya, menjadi
manusia yang menyerupai binatang. Manusia saling
membunuh, menghancurkan, membinasakan bahkan
mengganggap sesamanya harus dihapuskan dari bumi.
Kekuatan roh kegelapan yang bersatu dengan manusia tidak
akan tertandingi oleh manusia lain. Satu-satunya yang bisa
mengalahkannya adalah Roh Kebenaran yaitu Tuhan sendiri.

Roh Kebenaran, Roh Terang, Roh Tuhan adalah penguasa


kekuatan kebenaran dan satu-satunya sumber kehidupan di
jagad raya ini. Namun karena keduanya dalam alam yang sama

138
yaitu alam roh, manusia seringkali tidak bisa membedakan
antara roh gelap dengan Roh Terang ini. Apalagi asal mula roh
gelap itu juga bagian dari Kerajaan Roh Terang, sehingga ia
masih bisa berpura-pura dan tidak mudah dibedakan dengan
Roh Terang. Tidak sedikit manusia yang melayani roh
kegelapan seumur hidup, dan merasa telah melakukan
kebaikan melawan kejahatan.

Memang dibutuhkan waktu bagi manusia secara umum untuk


membedakannya. Kita harus mengamati dan menunggu buah
kehidupannya. Roh kegelapan tidak akan pernah
menumbuhkan perdamaian, tetapi permusuhan bahkan
peperangan. Roh gelap ini paling menyukai kematian dan
kegelapan, ia akan sangat mudah menjadi marah, dengki dan
terus memancarkan permusuhan.

Ketika manusia mengundang Roh Kebenaran, maka didalam


dirinya akan tertanan sebuah benih baru yaitu benih alam roh
yang memungkinkan manusia berhubungan dengan sumber
kehidupan sejati yaitu Tuhan. Ketika hubungan itu terjadi
maka aliran kekuatan, kuasa, kehidupan dan hal-hal supra
natural itu akan masuk kedalam diri manusia. Ia bisa
merasakan dan menghayati adanya kekuatan besar yang
mendorongnya untuk meraih hal-hal yang tidak pernah
dipikirkan, dibayangkan bahkan dimimpikan.

Sesuatu yang sangat besar akan terjadi, ketika manusia


menghidupi kehidupannya bersama Roh Kebenaran. Karena
Roh ini menghubungkan dengan sumber kehidupan sejati dari
Tuhan, maka kekuatan dan kebijaksanaannya paling tinggi dan
bersifat kekal. Bersama Roh Kebenaran maka manusia bisa

139
memunculkan perkara-perkara kekal yang memiliki dampak
sangat panjang dalam kehidupan dunia.

Dalam Yohanes 3 :1-21, seorang tokoh agama Yahudi ketika


berbincang dengan Tuhan Yesus menemukan sebuah pintu
masuk satu-satunya kedalam kehidupan bersekutu dengan
Allah yang belum pernah diketahuinya. Hal ini tidak
mengejutkan, karena kehidupan keagamawian sangat
berbeda dengan kehidupan spiritual yaitu kehidupan yang
terkoneksi dengan Roh Allah.

Jika sesorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat
masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lahir dari Roh didiskripsikan
dengan, angin yang bertiup ke mana ia mau, dan engkau
mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia
datang atau kemana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-
tiap orang yang lahir dari Roh.

Roh berbicara tentang kuasa yang besar yang baru akan dapat
dilihat pada mereka yang telah memiliki dalam hidupnya. Ia
akan datang dengan otoritas penuh, yang kita kenal sebagai
anugerah yang tidak bisa dibeli ataupun diatur oleh manusia.
Manusialah yang harus menerima, tunduk dan penuh hormat
karena Roh itu adalah Allah sendiri, Kejadian 17:7 ; Ibrani 3:7-
9 ; Bilangan 12:6 ; 2 Petrus 1:21.

Dan kelahiran kembali dalam Roh itu hanya dengan percaya


kepada Yesus, Yohanes 3:18. Percaya berarti mengakui dosa-
dosa, mengimani pengorbanan korban darah Kristus, dan
bertobat menyesali dan berjanji tidak melakukannya lagi.
Inilah satu-satunya jalan bagi manusia menuju persekutuan
dengan Roh Kebenaran, dan memulai kehidupan dalam alam
roh bersama Tuhan.

140
Hidup dalam pimpinan Roh Kudus bagi saya memiliki aturan
yang sangat jelas dan tegas. Hanya mereka yang berani
membayar harganya saja yang bisa menikmatinya. Dan harga
itu adalah penyerahan diri secara total pada otoritas-Nya. Kita
tidak lagi mendasarkan kehidupan atas apa yang bisa kita
pikirkan, rasakan dan kerjakan tetapi atas apa yang
dikehendaki Roh Kudus saja.

Kehidupan dalam Roh, sama dengan kehidupan yang


dijalankan Kristus, dimana tidak ada kehendak diri lagi hanya
kehendak Bapa yang harus terjadi. Sikap yang sama adalah
satu-satunya pintu gerbang memasukinya. Bukan lagi aku
yang hidup tetapi Kristus yang hidup didalam aku, demikian
Paulus dengan jelas menggambarkannya.

Menghidupi kehidupan Roh adalah memasuki dunia yang


sama sekali baru dari sisi prespektif dan keterpaduan
lingkungan. Semua kejadian yang terjadi masih sama yaitu
kejadian dan keadaan di dalam diri dan sekitar, sama persis
dengan sebelum kita hidup dalam Roh. Akan tetapi
pemaknaan, cara pandang, perspektifnya yang sangat
berbeda. Perspektif yang ada adalah perpektif yang sama
dengan cara pandang Allah atas semua kejadian dan
lingkungan itu.

Apa yang masuk dalam diri kita dari lingkungan akan sejalan
dengan apa yang Roh ajarkan. Dan yang paling membedakan
adalah mengalirnya kuasa Roh dalam diri kita dan keluar
melalui kita yang akan membuat kejadian, lingkungan kita
berinteraksi sedemikian rupa menjalankan rancangan Bapa.

141
Pertobatan.

Karena pertobatan adalah satu-satunya jalan menuju


keselamatan yaitu kehidupan yang tersambung dengan Tuhan
sendiri melalui Roh Kebenaran, maka langkah-langkahnya
menjadi sangat penting untuk dipahami dengan benar. Berikut
langkah-langkah pertobatan :

Pertama, manusia harus menyadari akan dosa yang


disandangnya, Roma 3:23. Inilah langkah awal ketika kita
berhadap-hadapan dengan kemuliaan Tuhan. Kita akan
berhadapan antara diri kita dengan Tuhan, antara segala
kekurangan, kesalahan dibandingkan dengan kemuliaan dan
kekudusan Tuhan, Yeremia 8:12 ; Yesaya 1:6 ; Mazmur 38:4 ;
Titus 1:15 ; 2 Korintus 7:1 ; 1 Yohanes 1:6 . Sungguh yang ada
adalah perasaan tidak layak, tidak sempurna dan penyesalan
yang sangat dalam, 1 Yohanes 1:9. Perasaan ketidaklayakan
inilah yang membebaskan kita dari ikatan kesombongan,
keangkuhan yang diikatkan oleh iblis sebelum kita bertobat.
Karena saat itu kita masih bisa membandingkan diri dengan
sesama kita, dan kita merasa jauh lebih baik. Namun saat kita
berhadapan dengan Tuhan maka segala kebaikan diri itu
lenyap, yang ada hanyalah perasaan berdosa saja.

Kedua, perasaan berdosa yang sangat itu kemudian mewujud


dalam pengakuan dosa serta permohonan pengampunan
Tuhan, 1 Yohanes 1:9. Melalui pengakuan dosa inilah kita
layak mendapat pengampunan oleh darah Kristus sebagai
korban kekal bagi manusia. Kuasa darah Yesus itulah yang
sanggup menyucikan dosa kita karena segala dosa dan
akibatnya telah terhisap kedalam prosesi salib. Seluruh dosa
kita bersama dengan Kristus terpaku diatas kayu salib, lunas

142
segala dosa dan akibatnya, dan kita masuk kedalam suatu
hidup yang baru kudus dan bebas dari ikatan dan tuntutan
dosa.

Ketiga, kita harus beriman, percaya pada Tuhan Yesus. Korban


kekal Tuhan Yesus, 1 Petrus 3:18 telah melayakkan kita untuk
menghadap Allah. Iman itulah yang menuntun kita pada
keyakinan menyatu dengan tubuh dan darah Yesus dalam
Perjamuan Kudus, Yohanes 6:51-58. Melalui makan tubuh dan
minum darah Yesus, kita mendeklarasikan menyatu dengan
tubuh dan darah Yesus sehingga kita mendapat bagian dalam
anugerah keselamatan itu terjadi secara supranatural. Kita
adalah anak-anak Allah yang akan mendapat bagian warisan
KerajaanNya, Galatia 4:7 ; Roma 8:17.

Kempat, kita harus mengundang Kristus untuk masuk dalam


hati kita agar hidup kita dipimpin Roh Kudus yang diutus
Kristus untuk menjadi penolong dalam hidup kita, Yohanes
1:12 ; 2 Korintus 1:21-22. Kristus akan tinggal didalam diri kita
melalui Roh Kudus, Yohanes 14:23 ; 17:21. Hidupnya dimensi
roh itu dimulai saat Roh Tuhan berkenan menyentuh hati kita
dan tinggal didalam roh kita, sehingga roh kita menjadi hidup.
Dimulailah era manusia baru yang sanggup bersekutu dan
berhubungan langsung dengan sumber kehidupan yaitu Allah
sendiri. Inilah yang disebut dengan hidup baru, karena yang
benar-benar merupakan kehidupan hanyalah yang mengalir
dari Allah, regenerasi roh manusia oleh Roh Kudus.

Kelima, pertobatan adalah sebuah proses yang berlangsung


terus-menerus sepanjang hidup manusia, sehingga prosesi itu
akan berjalan terus berulang membuat sebuah hubungan
yang intim dan pribadi dengan Tuhan, Yohanes 5:24 ; 2

143
Korintus 5:17. Pertobatan adalah sebuah proses
pertumbuhan dari sebuah hubungan pribadi, ini memang
suatu dasar hubungan yang tidak akan ditemukan dalam
ajaran agama dan keyakinan apapun selain dalam Kristus.
Itulah yang menjadi alasan mengapa Kristus mengatakan
bahwa apabila anak memerdekakan kamu maka kamu benar-
benar merdeka, Yohanes 8:36. Hubungan yang bersifat sangat
pribadi ini akan terus berkembang seiring dalamnya
pertobatan, serta dalamnya pengenalan akan Kristus. Sampai
pada suatu tingkatan hubungan seperti mempelai, Yesaya
62:5 ; 2 Korintus 11:2b ; 1 Petrus 1:15-16 ; Efesus 5:27 ; Wahyu
19:7 ; Efesus 5:31-32 ; 1 Petrus 3:3-4.

Keenam, perjalanan iman didalam Kristus akan terus


berlangsung sepanjang hidup kita di bumi yang akan kita
lanjutkan di sorga kelak. Tujuan perjalan ini adalah menjadi
semakin serupa dan segambar dengan Allah, Kejadian 1:27.
Dan karena gambar Allah adalah Kristus, Kolose 1:15.
Sehingga mencapai puncak rancangan Allah adalah menjadi
seperti Kristus, Galatia 4:19 ; 1Yohanes 2:6 ; Roma 8:29.
Sehingga kita bisa melanjutkan karya Kristus di dunia ini,
Yohanes 14:12-14. Karena seperti Doa yang diajarkan Kristus :
dikuduskanlah namaMu, datanglah KerajaanMu dan jadilah
kehendakMu di bumi seperti didalam sorga, Matius 6:9-13 ;
Lukas 11:2-4. Kitalah yang dipanggil untuk mewujudkan
kekudusan Tuhan, kehendak Tuhan dan Kerajaan Tuhan
mewujud di bumi ini melalui diri kita.

Pertobatan sebagai jalan masuk kedalam seluruh rancangan


Bapa sering disalah mengerti sebagai satu-satunya jalan yang
harus ditempuh menerima seluruh berkat anugerah Allah.
Saya membedakan antara masuk kedalam anugerah dengan

144
meraih dan menikmati kesempurnaan anugerah dan berkat.
Bertobat adalah seperti masuk kedalam sebuah lahan yang
subur, aman, penuh potensi berkembang yang luar biasa.
Tidak setiap orang bisa mendapatkannya, dan mereka yang
bertobat saja yang memperolehnya.

Lahan yang subur itu membutuhkan kerja dan usaha manusia,


dengan mengolah dan mengendalikannya sehingga setiap
tanaman yang ditanam didalamnya akan bisa tumbuh
berkembang dan berbuah lebat. Saya membayangkan persis
sama dengan waktu Adam dan Hawa diletakkan di taman
Eden. Mereka harus bekerja di taman itu untuk menjaga dan
merawat serta memanfaatkannya.

Dan yang menjadi penuntun satu-satunya adalah Roh Kudus.


Apa yang harus kita pikirkan, rasakan dan inginkan serta apa
yang harus kita kerjakan harus selaras hanya dengan apa yang
diinginkan Allah melalui Roh Kudus. Itulah satu-satunya benih
yang bisa membawa pada kedewasaan spiritualitas kita.

Kalau kita tidak mau bekerja maka kitapun tidak akan pernah
bertambah pengetahuan, kebijaksanaan, kemandirian hidup
kita. Pertobatan juga ibarat menerima benih, yang
ditanamkan dalam hati kita. Maka kita harus menjaga,
merawat dan memberikan perhatian penuh agar benih itu
bertumbuh dengan baik dan berbuah pada waktunya. Jadi
pertobatan bukan satu-satunya jalan, tetapi jalan masuk,
pintu gerbang anugerah Tuhan, keselamatan dari Tuhan yang
harus terus kita kerjakan dengan takut dan gentar.

145
Bab 7

Iman dalam tindakan

Iman yang sejati akan menyelamatkan pemiliknya dan


menghasilkan kehidupan yang berubah yang merupakan
buah-buah iman. Cara hidup kita keluar dari dalam hati yang
merupakan penghayatan internal dari iman, karena apa yang
keluar dari diri kita meluap dari hati, Lukas 6:45. Apa yang
menguasai jiwa (jiwa adalah bagian dari hati) kita akan
mewujud dalam tubuh kita melalui, kata, perilaku dan
kebiasaan kita yang ujungnya adalah karakter kita yang akan
mewujud menjadi diri kita.

Sehingga apa yang dinyatakan Yakobus bahwa iman tanpa


perbuatan adalah mati, Yakobus 2:14-16 adalah merupakan
pemahaman yang sangat tepat. Karena Yakobus tidak
berbicara tentang perbuatan yang mendatangkan
keselamatan, tetapi menekankan adanya proses yang secara
alami akan terjadi pada setiap orang yang beriman.

Iman yang dimulai dari dalam hati manusia yaitu roh manusia
yang dihidupkan oleh hadirnya Roh Kudus. Kemudian Roh
Kudus yang diberikan otoritas memimpin hidup kita, akan
memberikan inspirasi, tuntunan dan kuasa serta aliran
kehidupan itu mengalir keluar memenuhi jiwa manusia yang
terdiri dari pikiran, perasaan dan kehendak. Jiwa yang penuh
dengan pemikiran-pemikiran serta perasaan Kristus, akan
menguasai tubuhnya melaksanakan apa yang dikehendaki
oleh Roh Kudus.

Sebagaimana yang Tuhan Yesus sendiri sampaikan bahwa


benih pohon yang baik, apabila ia tumbuh dan berbuah pasti

146
akan menghasilkan buah yang baik, Matius 7:16-23. Namun
apabila benih itu tidak baik, mati sehingga tidak tumbuh dan
berbuah, maka pada waktunya nanti Tuhan akan berterus
terang bahwa Ia tidak mengenali, karena yang tumbuh dalam
hidupnya bukanlah benih iman kepada Allah.

Sehingga prinsip pertobatan adalah jalan masuk iman, dan


iman adalah awal dari sebuah perjalanan iman menuju
kedewasaan iman yaitu keserupaan dengan Kristus adalah
merupakan kebenaran yang mutlak. Karena secara wajar,
normal dan natural bahwa benih iman itu apabila dirawat dan
terus dijaga, maka ia akan tumbuh dan berkembang serta
berbuah. Buah yang dihasilkannyapun merupakan buah yang
sesuai dengan kualitas iman yang dimilikinya.

Disini kita tidak mempertentangkan antara keselamatan oleh


anugerah atau iman, bukan melalui perbuatan kita. Karena
keselamatan itu hanya dapat kita terima melalui anugerah
oleh iman, itu bukan hasil pekerjaan kita, Efesus 2:8. Dan
apabila iman yang benar itu kita hidupi dengan benar, maka
iman itu akan menghasilkan perbuatan-perbuatan baiknya.

Melalui iman, manusia menerima pengampunan dosa serta


masuknya Roh Kudus kedalam hatinya. Dan hati yang dipenuhi
oleh kuasa Roh Kudus akan menyebabkan orang memiliki hati
yang baru, hati yang lembut, Yehezkiel 11:19 ; 36:26 ; Kisah
Rasul 1:4-5 ; Roma 8:9.

Tentu saja hati dan Roh yang baru ini tidak akan terlihat oleh
orang lain karena terjadi didalam diri manusia, tetapi
akibatnya tentu bisa dirasakan yaitu melalui perubahan pola
pikir, pola rasa mewujud dalam tutur kata dan perbuatannya.

147
Manusia akan dan pasti berubah ketika terjadi perubahan
dalam batinnya melalui hadirnya Roh Kudus.

Paradok kehidupan orang percaya.

Terjadinya paradok dalam sikap hidup orang yang percaya


pada keselamatan adalah anugerah tetapi kemudian setelah
merasa menerima keselamatan itu, tidak mau menghidupi
keselamatan itu dengan takut dan gentar, Filipi 2:12.
Keselamatan dianggap sebagai sebuah tiket untuk masuk
kedalam sorga, sehingga menurut pandangannya
keselamatan itu sesuatu yang ada di luar dirinya. Keselamatan
hanya akan dipergunakan pada waktunya nanti di pintu sorga.

Allah kita tidak pernah melakukan karya yang berkaitan


dengan manusia tanpa melibatkan manusia. Sejak penciptaan,
Adam selalu diberikan kesempatan untuk menjadi cocreator,
menjadi pelaksana kuasa yang dimiliki Tuhan. Mengusahakan
dan memelihara taman, memberi nama binatang, Kejadian
2:15,19.

Allah memperlengkapi dan menyediakan segala sarananya,


tetapi manusialah yang harus mengerjakannya karena
ujungnya adalah manusia yang harus menjadi dewasa,
bijaksana dan mandiri mencapai titik kesegambaran dan
keserupaan dengan Allah.

Daud ketika diurapi menjadi raja Israel masih sangat muda, 1


Samuel 16:12. Tetapi didalam tangan Tuhan Daud mengalami
transformasi menjadi raja Israel yang begitu luar biasa, 2
Samuel 22:48-51. Petrus saat dipanggil menjadi murid Tuhan
Yesus adalah seorang nelayan biasa, Matius 4:18 tetapi dalam
perjalanan transformasinya, Petrus kemudian muncul menjadi

148
pemimpin gereja di Yerusalem, Kisah Rasul 15:7. Kita juga bisa
melihat saat pertama kali Yusuf mendapatkan mimpi dari
Tuhan, ia masih sangat muda, Kejadian 37:5-7. Dalam proses
yang panjang dan berliku, dalam kesetiaan bertransformasi
menghantarkan Yusuf menjadi pemimpin negara Mesir,
Kejadian 41:43.

Kita bisa melihat dari keseluruhan perjalanan tokoh dalam


Alkitab tidak pernah Tuhan memilih mereka yang sudah besar,
hebat dan bijaksana. Tuhan menghendaki sebuah proses
bersama Dia, mentransformasi melalui segala peristiwa yang
kadang berliku dan menyakitkan. Selain merupakan ujian,
semua itu juga merupakan sarana untuk bertumbuh. Tanpa
melalui badai yang keras, seorang pelaut tidak akan pernah
menjadi seorang pelaut berpengalaman. Pengalaman,
kedewasaan dan kebijaksanaan itu hanya diperoleh dengan
menghadapi badai dan gelombang kehidupan.

Manusia yang diciptakan dengan kesegambaran dan


keserupaan dengan Allah, merupakan satu-satunya ciptaan
Tuhan yang bisa mengalami proses transformasi didalam
dirinya sendiri. Sebuah potensi dan peluang yang sudah ada
pada diri manusia, tetapi tidak semua manusia mau dan
mampu menjalaninya. Hanya mereka yang benar-benar kuat,
pantang menyerah serta memiliki ketekunan sampai akhir saja
yang akan sanggup meraihnya.

Siapapun yang menerima panggilan Tuhan selalu memulai


sebuah perjalanan spiritual sebagai bayi, 1 Petrus 2:2 tetapi
tidak selamanya kita menjadi kanak-kanak yang tidak berdaya,
kita harus membuang sifat kanak-kanak itu, 1 Korintus 13:11.
Sampai pada akhirnya mencapai kesatuan dalam iman dan

149
dalam pengetahuan yang saksama tentang Putra Allah,
menjadi manusia dewasa, mencapai tingkat pertumbuhan
yang merupakan ciri dari kepenuhan Kristus, Efesus 4:13 ; 1
Korintus 14:20.

Kanak-kanak rohani dapat dengan mudah diombang-


ambingkan angin pengajaran melalui kelicikan manusia yang
memiliki kepentingan pribadi berbalutkan Injil, sehingga
Paulus mendesak agar jemaat bertumbuh dalam segala hal
dalam Kristus, Efesus 4:14,15. Pertumbuahan itu hanya bisa
kita lakukan ketika kita tidak lagi tergantung pada susu, dan
makanan lunak yang menyenangkan tetapi makanan keras
yang membutuhkan pergulatan untuk menyerapnya, Ibrani
5:14.

Panggilan untuk menjalankan dan mempraktekkan iman


dalam perbuatan, dalam pergumulan kehidupan adalah
sesuatu yang sangat mutlak ketika kita merindukan
pertumbuhan iman menjadi segambar dan serupa dengan
Allah. Yang sangat penting juga sebagai ciri orang yang dewasa
adalah mereka yang berintegritas.

Mereka yang tidak turut cara dunia, menolak percabulan,


perzinahan, Galatia 5:19-21. Integritas itu juga memiliki sikap
seperti yang ditekankan Salomo dalam Pengkotbah 10:1, Lalat
yang mati menyebabkan minyak si pembuat minyak rempah
berbau busuk, berbual-bual. Demikianlah pengaruh sedikit
kebodohan pada orang yang berharga karena hikmat dan
kemuliaan. Hati-hatilah terhadap tindakan bodoh bahkan
meskipun sedikit, dapat merusak reputasi yang dijaga dengan
susah payah.

150
Panggilan kita adalah menjadi serupa dengan Kristus bukan
sekedar mendapatkan anugerah keselamatan.

Seperti seorang bapak yang mengajari anaknya berenang.


Yang harus belajar, basah bahkan kadang minum air adalah
anaknya. Demikian yang harus menguasai ketrampilan
menggerakkan tangan, kaki dan mengatur pernafasan. Itulah
yang harus dilakukan oleh anak-anak Allah, merekalah yang
harus bergerak, bekerja keras untuk menjadikan dirinya
trampil, bijaksana dan menjadi kuat.

Kalau manusia akan menjadi segambar dan serupa dengan


Allah tanpa mau mengikuti proses pembelajarannya, itu sama
dengan yang dilakuakn Adam dan Hawa. Adam jatuh kedalam
dosa karena mengikuti cara iblis ingin menjadi sama dengan
Allah melalui cara dan jalan pintas sendiri.

Dan yang sangat menarik adalah proses itu dilalui bersama-


sama dengan Roh Kudus sebagai penolong. Sebuah hubungan
yang maha dekat dan sangat pribadi akan terjalin antara anak-
anak Allah dengan Allah. Inilah yang dikehendaki Allah pada
anak-anak-Nya, menjaga dan terus melekat pada Bapanya.
Karena diluar Allah kita tidak bisa berbuat apa-apa.

151
Bab 8

Hidup dalam Anugerah, menjalani proses transformasi.

Menjalani kehidupan dalam anugerah keselamatan, berarti


memberlakukan peraturan dan tata kelola kehidupan sesuai
dengan kehendak Allah. Pengaturan rumah tangga, tata
kelola, tata laksana dalam keluarga Allah yang juga diartikan
“stewardship” adalah berasal dari Bahasa Yunani
‘oikonomian’ yang darinya muncul kata ekonomi, terdapat
dalam 1 Timotius 1 : 4. Sehingga dapat diterjemahkan sebagai
aturan dalam rumah tangga Kerajaan Allah. Kita bisa memulai
dari Yesaya 43 : 7, bahwa Allah menciptakan manusia untuk
kemuliaan-Nya. Allah merindukan ciptaan-Nya menikmati
kasih, kuasa, kekayaan dan segala sumber-sumber yang
lengkap yang dimiliki Allah. Dan Allah sendirilah yang menjadi
awal dan akhirnya, karena semuanya dari, oleh dan bagi Dia
kemuliaan (Roma 11 : 36).

Allah yang maha tidak terbatas masuk dalam manusia yang


sangat terbatas.

Bagaimana cara Allah menyalurkan segala kekayaan yang ada


pada Diri-Nya kepada manusia ? Sumber segala kekayaan itu
ada didalam Bapa, yang masuk kedalam Sang Putra, dan Putra
sebagai jalan dinyatakan oleh Roh Kudus yang
mentransmisikan kedalam kehidupan manusia. Bapa yang
adalah Roh (Yohanes 4 : 24). Kristus adalah Adam kedua
adalah Roh yang menghidupkan (1 Korintus 15 : 45), dan Roh
Kudus adalah Roh. Sehingga Roh Kudus dalam kepenuhan
Allah Bapa, dalam kekayaan Putra telah datang kedalam roh
manusia, diam dan mengimpartasikan kesempurnaan
kekayaan Allah. Inilah inti dari anugerah Allah yang adalah tata

152
laksana rumah tangga Kerajaan Allah, Allah memberikan Diri-
Nya dalam seluruh kekayaan-Nya pada manusia. Dan inilah
yang menjadi pusat peperangan rohani sepanjang masa,
karena iblis berkepentingan menggagalkan dan membelokkan
kerinduan Allah ini.

Bapa yang tidak terjangkau manusia itu sebagai sumber segala


kekuasaan, kemuliaan, kekayaan dan segala kelengkapan yang
dimiliki-Nya telah menyatakan Diri-Nya didalam Kristus, Sang
Firman Allah (Yohanes 1 : 1). Allah yang tidak terjangkau dan
tidak terlihat nampak pada gambar Allah (Kolose 1 : 15).
Sehingga Bapa dan Putra adalah satu (Yohanes 10 : 30).
Bahkan Putra disebut juga sebagai Bapa (Yesaya 9 : 6).

Kondisi sebelumnya adalah kemustahilan bagi manusia untuk


berjumpa dengan Allah Bapa yang sangat eklusif. Tidak ada
yang menjembatani antara Bapa dengan manusia. Tetapi Bapa
sudah berinkarnasi dalam Kristus. Bahkan Bapa berkenan
hidup dalam kemanusiaan di dalam Sang Kristus. Bapa
berkenan menyatukan Diri-Nya (keIllahian) dengan
kemanusiaan didalam hidup Kristus. Melalui Kristus, Bapa
yang tidak terdekati dapat didekati, diraba, disentuh dan
bicara secara langsung melalui Kristus. Seperti sebuah kain
batik yang dimasukkan kedalam pewarna, merubah kain itu
menyatu menjadi kain yang berwarna, demikian keIllahian
yang menyatu dalam kemanusiaan di dalam Kristus.

Didalam Pribadi Kristus kita bisa melihat elemen-elemen


sebagai berikut :

1. Kristus adalah esensi dari Allah.

153
2. Inkarnasi Kristus membawa Allah menyatu dengan
kemanusiaan. Didalam Kristus bukan saja Allah tetapi juga
manusia.

3. Kristus hidup dalam kemanusiaan yang sempurna,


mengalami semua pergumulan manusia. Termasuk
mengalami pencobaan.

4. Kristus mengalami kematian, tetapi kematian Kritus


menghidupkan.

5. Kristus bangkit, Kristus memakai tubuh kemuliaan.

6. Kristus naik ke sorga, membuat seluruh musuh-


musuh-Nya dibawah kaki kemuliaan-Nya.

7. Kristus dipermuliakan sebagai Raja di sorga.

Ke tujuh elemen ini menyatu dalam pribadi Kristus.

Roh Kudus yang menjadi sarana masuk dalam roh manusia.

Allah tidak dapat masuk kedalam diri manusia melalui Kristus.


Langkah pertama Allah mewujudkan tata laksana Kerajaan
Allah, Bapa menempatkan Diri-Nya didalam Kristus dengan
tujuh elemen diatas. Dibutuhkan satu langkah lagi agar Allah
menyatu dengan manusia, agar Allah bisa masuk dan
menyalurkan Diri-Nya pada manusia sebagai wujud cara kerja
ekonomi Kerajaan Allah. Sehingga Bapa di dalam Anak dan
Anak di dalam Roh Kudus. Roh Kudus menjadi Roh yang
memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Sehingga lengkaplah, Allah di
dalam kita dan kita di dalam Allah. Roh Kudus adalah Roh
Kebenaran (Yohanes 15 : 26). Kebenaran yang menyatakan
Kristus, di dalam diri kita sebagaimana Kristus menyatakan

154
Bapa di dalam Diri-Nya. Kristus adalah pernyataan Allah dan
Roh Kudus menyatakan Kristus dalam realita.

Contoh yang paling sederhana bagaimana Allah didalam kita


dan kita didalam Allah adalah hubungan manusia dengan
udara. Kita hidup karena ada udara di dalam diri kita yaitu
didalam paru-paru, darah dan semua organ kita memiliki
udara. Disisi lain kita hidup didalam udara, karena udara ada
penuh disekitar kita. Tanpa udara kita tidak akan dapat
bernafas. Demikian hidup manusia yang percaya, mereka ada
didalam Allah dan Allah berkenan ada didalam manusia. Dua
peristiwa yang terjadi secara bersamaan.

Tiga urutan Allah masuk kedalam diri manusia ini bisa kita
umpamakan saat kita ingin memasukkan buah semangka ke
dalam perut kita. Pertama yang harus kita lakukan adalah
memotongnya menjadi bagian yang kecil-kecil agar bisa
masuk kedalam mulut kita yang terbatas ukurannya. Langkah
berikutnya adalah mengunyah-ngunyah dengan mulut kita
agar menjadi jus semangka yang bisa kita telan masuk
kedalam alat pencernaan kita. Sehingga akhirnya buah
semangka itu masuk kedalam tubuh kita. Meski tidak
sempurna, penggambaran ini menunjukkan Bapa yang tidak
terbatas itu harus membatasi Diri-Nya dalam Kristus, agar bisa
diterima manusia yang terbatas kemampuannya. Dan Kristus
harus mengutus Roh Kudus yang bisa masuk ke dalam roh
manusia, menyatu dan bekerja di dalam diri manusia.

Menikmati segala kepenuhan Allah didalam Roh Kudus.

Kalau tujuan tata kelola Kerajaan Allah adalah kerinduan Allah


menyalurkan kasih-Nya kepada manusia bagi kemuliaan-Nya,
maka kita akan bisa hidup menikmati kekayaan anugerah Allah

155
ketika kita memberikan perhatian yang serius dan sepenuh-
penuhnya pada kehadiran Roh Allah di dalam diri kita. Lepas
dari anugerah ini, manusia tidak akan hidup menikmati segala
kuasa, kekayaan, kemuliaan dan seluruh kelengkapan Allah
dalam hidupnya. Tanda berlangsungnya kehendak Allah
mewujud dalam kehidupan manusia adalah ketika Bapa
didalam Putra melalui Roh Kudus menyalurkan Diri, kehendak,
kuasa dan kemuliaan-Nya nyata dalam hidup umat-Nya. Citra
Allah dan kemuliaan Allah akan nampak kembali dalam
kehidupan manusia dan kemanusiaan. Inilah proses
penciptaan ulang manusia didalam Kristus, dimana manusia
dikembalikan pada keadaan semula sebelum jatuh kedalam
dosa.

Hidup dalam tata kelola Kerajaan Allah adalah hidup di


dalam Roh.

Tempat Roh Kudus dalam hidup kita adalah tempat yang


paling dalam dan tersembunyi, tempat yang sejak semula
dikhususkan hanya bagi kehadiran Allah yaitu di dalam roh
kita. Sayang sekali sangat minim pemahaman orang Krsiten
tentang roh manusia ini. Padahal apabila seseorang datang ke
tempat kita, maka dia harus tahu dimana alamat kita dan
dimana dia akan tinggal. Kalau tidak tahu maka ia tidak akan
bisa datang berkunjung. Demikian pula ketika kita ingin
berjumpa dengan Roh Kudus didalam diri kita, maka kita harus
mengerti dimana Roh itu tinggal dan bagaimana cara untuk
bertemu dengan Dia.

Roh Kudus masuk kedalam roh manusia dan tinggal menyatu


menjadi satu roh (1 Korintus 6 : 17). Karena kita adalah bait
Allah (1 Korintus 3 : 16), maka kita harus mengingat bagian-

156
bagian dari bait Allah bangsa Israel. Bait Allah dibagi menjadi
3 bagian yaitu : halaman luar, ruang kudus dan ruang maha
kudus. Di halaman luar terdapat : suatu bejana raksasa dengan
diameter 10 hasta (4,5 meter, 1 hasta = 45 cm) dan tinggi
sekitar 2,25 meter yang dipikul oleh 12 patung lembu yang
terbuat dari tembaga dengan ragam hias bermotif labu dan
bunga bakung. Bejana raksasa ini dapat menampung air
sebanyak 2.000 bat sekitar 72.000 liter air ( 1 bat = 36 liter).
Disampingnya ada 10 bejana pembasuhan yang terbuat dari
tembaga, yang masing-masing dapat menampung 40 bat atau
1.440 liter air (1 Raja-raja 7 : 38). Terdapat Mezbah bakaran.
Pembuatan mezbah ini tidak disinggung dalam uraian tentang
Pembangunan Bait Suci, walaupun disebut-sebut dalam nats-
nats lain ( 1 Raja 8 : 22, 54, 66 ; 9 : 25).

Di tempat kudus terdapat : meja untuk roti sajian dan sepuluh


kandil ( 1 Raja 7 : 48). Meja sajian dalam uraian tentang Kemah
Suci dikatakan bahwa meja terbuat dari kayu peraga dilapisi
dengan emas (Keluaran 25 : 23 bandingkan 1 Raja 7 : 48).
Sesuai dengan aturan korban (Yeremia 17 : 26 ; 41 : 5 ; Yesaya
43 : 23). Kandil atau Menorah atau Kaki Pelita, berhias terbuat
dari emas (Keluaran 25 : 31). Dari batang tiang utama yang
menyangga pegangan pelita, muncul 3 pasang cabang dengan
arah berlawanan, yang pada ujung-ujungnya ada pegangan
pelita berbentuk bunga. Kandil terbuat dari emas murni
seberat satu talenta (+/- 150 kilogram), terdiri atas alas (kaki),
batang, enam cabang, dan tujuh buah pelita. Perikop Kodekh
Hukum Kekudusan mengenai roti sajian mencatat hendaknya
kemenyan ditaruh disamping roti sajian di atas meja roti sajian
(Imamat 24 : 7).

157
Sedang di ruang maha kudus terdapat : tabut perjanjian Allah
berbentuk empat persegi Panjang dibuat dari kayu penaga.
Ukuran 1,3 x1x1 meter, seluruh tabut ditutupi emas. Untuk
mengangkut tabut digunakan tongkat kayu yang dimasukkan
ke lobang gelang-gelang di empat penjurunya. Tutup tabut
(tutup pendamaian) dibuat dari Emas, di kedua ujung tutup
pendamaian itu terletak satu kerub. Wajah kedua kerub itu
berhadapan dan sayap masing-masing terentang. Tabut
tersebut tempat penyimpanan kedua Loh Hukum Dasa Titah
(Keluaran 25 : 16, 21 ; 40 : 20 ; Ulangan 10 : 1-5), buli-buli berisi
manna dan tongkat Harus (Ibrani 9 : 4-5).

Makna prosesi di dalam Bait Kudus dalam hidup.

Dari tiga bagian itu menggambarkan halaman luar adalah


tubuh, ruang kudus adalah jiwa, dan ruang maha kudus adalah
roh. Sehingga Allah ada di tempat maha kudus yaitu didalam
roh kita. Sehingga untuk bertemu dengan Allah didalam diri
kita, kita harus melewati halaman luar kemudian masuk ke
ruang kudus dan akhirnya kita baru bisa masuk ke ruang maha
kudus.

Semua orang Israel bisa masuk kedalam halaman bait Allah.


Disana mereka akan melakukan pembakaran korban dan
membersihkan badan. Ini menggambarkan korban Kristus dan
penyucian oleh darah Yesus. Hanya Imam yang bisa masuk
kedalam ruang kudus. Gambaran didalam ruang kudus adalah
ketika kita mendapat makanan berupa roti/ firman dan
memperoleh cahaya dari pelita yaitu tuntunan dari Tuhan
didalam kehidupan kita serta kita akan memberikan korban
berupa penyerahan, persembahan diri kepada Allah dalam
altar dalam dengan gambaran pembakaran kemenyan. Baru

158
kemudian kita siap untuk masuk kedalam ruang maha kudus
berjumpa dengan kepenuhan Kristus. Hanya Imam Besar dan
hanya dalam satu kali dalam satu tahun, bisa masuk kedalam
ruang maha kudus. Hal ini menunjukkan bahwa Ruang Maha
Kudus adalah tempat Allah Sendiri, yang hanya kepada siapa
Ia berkenan untuk menerimanya. Shekinah Glory Allah saja
yang ada disini, mereka yang dibukakan tirai ruangan akan
menikmati peristirahatan sempurna dari seluruh
permasalahan kehidupan manusia, digantikan dengan segala
kuasa, kemuliaan, kekayaan dan segala kepenuhan anugerah
Allah.

Minta, cari dan ketuklah.

Pengajaran Tuhan Yesus tentang bagaimana kita harus


meminta, mencari dan mengetuk pintu untuk mendapatkan
anugerah Tuhan (Lukas 11 : 9 – 10) juga menggambarkan
prosesi di dalam Bait Allah. Ada tiga langkah yang harus
dilakukan untuk mendapatkan yang terbaik dari Tuhan, sama
dengan perjalanan masuk 3 ruang di Bait Allah. Saat kita
masuk kedalam pelataran bait, sikap hati kita adalah meminta
kepada Tuhan anugerah-Nya. Di halaman inilah kita
memperoleh apa yang kita minta secara langsung, karena
yang kita dapatkan di halaman adalah korban Yesus dan darah
Yesus. Kita memperoleh tanpa usaha dari diri kita, kita cukup
beriman dan percaya maka kita akan menerimanya dengan
berlimpah. Itulah langkah pertama dalam perjalanan iman.
Langkah kedua adalah mencari, langkah ini membutuhkan
usaha sebagaimana yang tersedia didalam Ruang Kudus. Roti
melambangkan Firman yaitu Roti Hidup yang harus digali,
direnungkan dan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Sinar
lampu dari Kandil, melambangkan petunjuk Tuhan melalui

159
Firman dan cara Tuhan yang lain, harus kita cari dengan teliti
dan penuh kesungguhan. Serta pembakaran dupa
menggambarkan persembahan yang mengharumkan nama
Tuhan. Disinilah kita menggunakan seluruh kapasitas jiwa kita
yaitu pikiran, kehendak dan perasaan untuk diselaraskan
dengan apa yang Tuhan kehendaki. Kita harus berjuang
mematikan Jiwa : pikiran, kehendak dan perasaan kita,
menggantinya dengan cara pandang kehidupan Kristus.
Sehingga kita akan setia mengikut Kristus dan memikul salib.
Langkah yang terakhir adalah mengetok, inilah perjalanan
terakhir masuk dalam peristirahatan, Shekinah Glory,
kehadiran penuh Allah. Masuk kedalam Ruang Maha Kudus
tidak bisa kita lakukan kecuali Allah Sendiri yang berkenan
memanggil kita masuk. Sebagaimana Imam Besar yang masuk
hanya satu kali dalam satu tahun akan diikat tubuhnya dengan
tali Panjang, sehingga apabila Allah tidak berkenan dan Imam
itu akan mati seketika, untuk mengambil mayatnya hanya
perlu menarik tali dari luar. Sehingga untuk masuk hadirat
Allah yang terdalam, yang kita lakukan adalah mengetuk
pintu, agar tirai ruang Maha Kudus itu dibukakan bagi kita.
Tirai itu akan dibukakan atau tidak hanya bergantung pada
kehendak Allah saja. Kita hanya mendekat, menyiapkan hati,
merasakan hadiratnya, menantikan Allah dalam ketenangan
keteduhan dan kepasrahan. Ketika Allah berkenan maka kita
akan terhisap oleh kasih yang begitu besar jauh dari kapasitas
manusia, kita akan tergulung dalam gelombang kasih-Nya
yang dahsyat. “Deep unto deep” akan kita alami (Mazmul 42 :
7), keintiman, kedekatan, penyatuan sempurna dengan Allah.
Sehingga ketika kita keluar dari sana maka segala kemuliaan,
kekayaan, kuasa dan kasih serta seluruh kelengkapan
anugerah Allah akan kita bawa keluar dalam kehidupan. Inilah

160
saat Allah menyalurkan sempurna Diri-Nya melalui manusia
terjadi.

Sumber berkat itu hanya didalam Allah.

Aplikasi yang lain juga bisa kita peroleh dari gambaran 3


bagian Bait Allah ini adalah dibagian halaman bait kita akan
melihat sumber penerangannya adalah sinar matahari. Ini
memiliki makna bahwa setiap orang akan dapat
mengalaminya, sebagaimana setiap orang bisa memperoleh
pengampunan dosa melalui iman kepada pengorbanan Kristus
diatas kayu salib dan penyucian dosa oleh kuasa darah Yesus.
Semua dapat dialami oleh setiap orang yang mau menerima
Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadinya. Inilah
proses kelahiran kembali yaitu dilahirkan dari Roh (Yohanes 3
: 6, 7), saat dimana Roh Allah akan datang menyentuh dan
menghidupkan roh manusia yang telah mati. Kemudian ketika
masuk kedalam Ruang Kudus, maka penerangan yang ada
disana berasal dari sinar dian Kandil saja disamping ada
kekuatan dari Roti dan keharuman ruangan oleh kemenyan.
Ini semua melambangkan kehidupan setelah kelahiran
kembali adalah sebuah kehidupan yang hanya akan
bertumbuh jikalau kita bergantung pada kebenaran Firman
dan persembahan diri kita bagi kemuliaan Allah. Inilah yang
akan menjaga kehidupan kita, bukan hal-hal yang lainnya.
Semakin kita bergantung dan melekat pada kebenaran
Firman, maka kita akan semakin bertumbuh dan kuat. Dan
tempat terakhir yang adalah tempat perhentian adalah Ruang
Maha Kudus, adalah Ruang yang tertutup rapat oleh tirai yang
menutupi seluruh bagiannya. Tidak ada cahanya apapun
disana, karena memang cahaya yang tersedia bukan cahaya
dari dunia ini tetapi cahaya kemuliaan Allah. Di Ruang ini, yang

161
dibutuhkan bukan lagi mata jasmani, kemampuan pikir, rasa
dan kehendak manusia, tetapi semua bergantung penuh pada
Allah. Beriman dan percaya terhadap hal-hal yang tidak
nampak, bukan hal-hal yang ada disekitar kita, tetapi dunia
supranatural yang mengalir dari Allah. Kehidupan yang tidak
lagi berdasarkan pada kemampuan manusia, tetapi apa yang
dimiliki Allah menjadi dasarnya. Keterbatasan manusia akan
dilampaui disini oleh ketidakterbatasan Allah. Manusia akan
tersungkur tidak berdaya dalam kemuliaan Allah.

Sikap Doa.

Perjalanan doa juga bisa menggambarkan prosesi dalam Bait


Allah ini. Dalam 1 Korintus 14 : 15, berdoa dalam rohku dan
akal budiku. Efesus 6 : 18 berdoa setiap waktu dalam Roh
dengan permohonan yang tidak putus-putusnya. Serta dalam
Yudas 20, bangun imanmu yang paling suci dan berdoalah
dalam Roh Kudus. Ketika kita berada di halaman Bait, dalam
berdoa kita melihat dari apa yang kita butuhkan berdasarkan
apa yang kita miliki saat ini dan apa yang kita inginkan di masa
yang akan datang. Doa itu sangat dekat dengan kebutuhan
hidup yang menyangkut kebutuhan sehari-hari dari hidup kita.
Doa itu akan kita naikkan berulang-ulang bahkan mungkin
berhari-hari untuk doa yang sama. Situasinya adalah kita
merasakan sebuah kebutuhan dan itu kita nyatakan dalam doa
kepada Tuhan. Namun dalam saat tertentu kita akan
merasakan dari dalam hati kita suatu kebutuhan doa yang lain,
diluar yang kita butuhkan. Bahkan sering kita seperti
digerakkan untuk mendoakan orang tertentu atau keadaan
tertentu yang tiba-tiba saja muncul. Waktu doa menjadi tidak
terlalu kita pedulikan, karena kita sudah masuk dalam doa di
Ruang Kudus. Pikiran, perasaan dan kehendak kita mulai

162
disentuh oleh Roh Kudus, sehingga jiwa kita mendapat
pencerahan dari Roh untuk berdoa. Tubuh kita tergetar dan
air mata biasanya akan mengalir dengan sendirinya. Hadirat
Tuhan mulai kita rasakan, banyak dosa yang tiba-tiba kita
sadari dan harus kita akui segera. Kita juga bisa tiba-tiba
berbahasa roh, bagi yang memiliki karunia ini. Pelan tetapi
pasti kesadaran akan pikiran dan perasaan serta kehendak kita
mulai mereda, diganti oleh kesadaran akan hadirat Allah
didalam Roh Kudus. Kemudian untuk masuk dalam Ruang
Maha Kudus, kita hanya bisa berdiam diri dalam sikap
menghormati hadirat-Nya yang telah kuat kita rasakan serta
masuk dalam keheningan menantikan Tuhan. Sikap tenang,
teduh, diam dan menanti adalah kunci masuk kedalam
Shakinah Glory. Dan ketika Allah berkenan, kita akan terbawa
masuk, terhisap oleh hadirat-Nya, seperti gulungan ombak
yang akan menerpa jiwa dan roh kita bergulung-gulung.
Hadirat Tuhan yang penuh membuat kita tidak akan mampu
melihat atau merasakan hal yang lain kecuali kasih Tuhan saja.
Kita akan tenggelam masuk sangat dalam, bersekutu
berhadap-hadapan dengan Tuhan. Disini kita tidak akan
merasakan waktu lagi, seberapa yang Tuhan kehendaki kita
tidak akan merasakan waktu lagi. Seluruh tubuh kita akan
kehilangan kekuatannya dalam hadirat Allah. Kita bahkan
sudah tidak sanggup mengucapkan doa dan keinginan kita,
karena Allah sudah lebih dari segala yang kita butuhkan dari
sekedar pikirkan, perasaan dan kehendak manusia. Kita masuk
dalam alam Roh, menikmati kesempurnaan persekutuan
dengan Allah sendiri. Dan ketika Tuhan berkenan
meninggalkan persekutuan ini, hadirat Allah akan kita bawa
keluar yang akan mewujud dalam kehidupan kita.

163
Perjalanan Bangsa Israel dari Mesir menuju Tanah Kanaan.

Penggambaran lain adalah perjalanan umat Israel keluar dari


tanah Mesir. Dalam Ibrani 4 : 12, memisahkan roh dengan jiwa
seperti memisahkan sumsum dari sendi-sendi/tulang. Ini
memerlukan kuasa yang sangat besar yaitu kuasa Firman
Tuhan. Memisahkan diri dari kehidupan dipimpin Jiwa menuju
pimpinan Roh adalah sebuah perjuangan yang sangat sukar.
Sebagaimana bangsa Israel keluar dari Mesir kemudian masuk
ke padang gurun menuju tanah Kanaan, mereka lama sekali
terjebak di padang gurun dan tidak segera masuk tanah yang
dijanjikan Tuhan. Mereka memang sudah keluar dari Mesir,
tetapi tidak masuk dalam persekutuan dengan Allah dalam
Roh tetapi mengembara hidup dalam Jiwanya.

Sama dengan perjalanan kita yang telah dibebaskan dari dosa,


adalah pengggambaran perjalan umat Israel yang telah keluar
dari Mesir. Mereka berjalan menuju perhentian yaitu tanah
Kanaan, yaitu suatu tempat kesempurnaan persekutuan
dengan Kristus dalam Roh. Tetapi bangsa Israel 40 tahun harus
berputar-putar di padang gurun, menggambarkan kehidupan
yang dikuasai oleh jiwa kita. Jiwa sedemikian kuat
menyelubungi roh manusia. Kitab Ibrani mengingatkan umat
Tuhan agar masuk dalam perhentian yaitu kesempurnaan
Kristus, tidak berputar-putar di jiwa yang adalah padang
gurun. Puluhan tahun menjadi pengikut Krsitus, sudah
menikmati Firman dan terang-Nya, akan tetapi kuasa,
kekayaan dan kesempurnaan Kristus yang adalah kekayaan
dan kemuliaan Bapa tidak pernah mewujud dalam hidup kita.
Kita masih terus merasakan berbagai kesalahan, kejatuhan
bahkan dosa, serta kesulitan dan kesusahan tidak pernah
membuat kita bisa merasakan kedamaian, istirahat,

164
ketenangan dan damai sejahtera yang sempurna. Inilah yang
menandakan kita masih hidup di ruang kudus, atau bahkan
masih di halaman bait. Dan dari seluruh bangsa Israel yang
keluar dari Mesir, hanya Josua dan Kaleb saja yang mampu
masuk dalam perhentian sempurna yaitu tanah Kanaan. Tanah
Kanaan hanya bisa dimasuki mereka yang hanya
mengandalkan iman dan menaruh seluruh kepercayaannya
pada kuasa supranatural yaitu Allah sendiri. Memasuki tanah
Kanaan dengan menyeberangi sungai Yorda, ini
melambangkan penyerahan diri total pada Roh Kudus, tidak
lagi mengandalkan apa yang dilihat, dipikirkan, dirasakan
sebagaimana 10 orang pengintai. Hanya dengan tinggal
tenang dan percaya bahwa Allah yang memegang kedaulatan
dan masa depan, maka kita akan diperkenankan masuk ke
Ruang Maha Kudus-Nya.

Penyebab kegagalan orang Kristen.

Inti dari tata kelola Kerajaan Allah adalah keinginan Allah


untuk melakukan sendiri segala kebaikan dan kemuliaan-Nya.
Kelemahan utama kebanyakan orang Kristen adalah sering
berpikir seperti manusia lain yang mengikuti ajaran agama,
bahwa manusialah yang harus bekerja keras untuk melakukan
perintah Tuhan dan menghindari larangan Tuhan agar
memperoleh kebahagiaan bahkan sorga suatu hari kelak. Ini
sama sekali bukan ajaran Bapa kita. Kita harus meninggalkan
semua usaha kita melakukan hal-hal yang baik, tetapi
memusatkan diri kita pada persekutuan dengan Allah di dalam
roh, masuk ke ruang maha kudus-Nya. Menjadi satu dengan
Allah dalam segala hal, memiliki dan menikmati serta
beristirahat dengan tenang dan damai dalam hadirat Allah.

165
Kedua, seringkali orang Kristen merasa sangat lemah dan
membutuhkan kuasa dan pertolongan Tuhan agar bisa
menjalani kehidupan dengan benar. Kita harus mengingat
kembali inti tata kelola Kerajaan Allah, yaitu sumber kekuatan
itu bukan dari luar diri, tetapi Roh Kudus yang telah ada
didalam roh kita yang akan memberikan kekuatan dan kuasa-
Nya. Sehingga yang terpenting adalah bagaimana kita hidup
didalam roh dan mematikan jiwa kita. Kita tolak apa yang kita
rasakan, pikirkan dan kehendaki dari dalam jiwa kita. Tetapi
kita hanya mendengar dan terus taat pada apa yang roh
inginkan, sebab Allah Tritunggal itu diam didalam roh manusia
kita, bahkan menyatu disana.

Hidup kita ibarat radio penerima, yang harus diatur di


frekuensi mana kita akan tersambung. Ketika kita mengatur
dengan tepat maka gelombang elektrik itu akan memancarkan
suaranya dengan jelas. Allah Tritunggal itu dalam gelombang
roh, kita adalah radio penerimanya. Roh kita akan terhubung
dengan benar apabila kita memiliki hati yang hancur dan
penyesalan yang dalam, di dalam roh kita saat kita bertobat,
dan membuka hati kepada Allah. Haus dan lapar akan
kebenaran. Yang harus benar-benar kita kuasai adalah
menyelaraskan alat penangkap frekuensi secara benar.
Bagaimana menyelaraskan roh kita dari segala hal yang baik
dari pikiran, perasaan atau kehendak diri kita sendiri. Saat kita
memisahkan roh dari segala keinginan jiwa-ni ini. Maka kita
akan masuk dalam ruang maha kudus, dimana Allah Tritunggal
berada untuk menikmati sukacita, dan beristirahat dalam
kepenuhan-Nya.

166
Kunci bagaimana menyatu dengan Roh Kudus.

Kuncinya adalah memiliki pemahaman tentang adanya roh


manusia, disanalah Roh Kudus datang saat manusia menerima
Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Proses kelahiran
kembali inilah yang mengawali kehidupan rohani dari umat
Tuhan (Yohanes 3 : 5-6). Dan Roh Kudus dan roh manusia itu
kemudian menjadi satu Roh (1 Korintus 6 : 17). Ketika orang
Kristen kehilangan pemahaman tentang roh manusia sebagai
kediaman Roh Kudus maka mereka akan hidup seperti rumah
yang tidak bisa dibuka dan dinikmati isinya, karena kehilangan
kunci untuk masuk kedalamnya.

Kitab Ibrani dituliskan untuk mengingatkan umat Tuhan,


mendorong mereka berjuang masuk kedalam tanah perjanjian
dari berputar-putar di padang gurun (Ibrani 4). Pada saat itu
jemaat Ibrani dalam bahaya besar ditarik dari Kristus oleh
bahaya pengajaran Judaism. Umat yang sudah dibawa keluar
dari Judaism tetapi ternyata masih berputar-putar di tengah
jalan dari Judaism dan Kristus. Rasul Paulus juga mendorong
jemaat untuk masuk dalam tempat perhentian yaitu ruang
maha kudus, yaitu roh kita. Hanya ketika kita bisa menemukan
roh manusia dimana Roh Kudus itu berada, maka kita akan
bisa masuk kedalam persekutuan menikmati segala kuasa,
kekayaan dan kepenuhan Bapa didalam Kristus.

Yang harus kita ingat lagi adalah, Allah Tritunggal telah


menuntaskan seluruh karya-Nya : penciptaan, inkarnasi,
hidup, menderita di bumi, mati dan melewati kematian,
bangkit naik ke sorga menerima kemuliaan. Semua telah
dijalankan oleh Allah Tritunggal Sendiri, dan semua itu
diwujudkan-Nya di dalam Roh Kudus, yang telah berada di

167
dalam diri kita. Intinya adalah Roh Kudus sudah dialirkan
didalam roh manusia, yang sekarang menjadi kediaman Allah.
Roh manusia adalah organ yang bisa menerima Allah dan
menjadi kediaman-Nya. Jika kita ingin berhubungan dengan
Roh Kudus yang mulia ini, kita harus tahu roh kita. Karena
kalau ingin bertemu, maka saudara harus mengetahui tempat
tinggalnya.

Tata kelola Kerajaan Allah adalah kerinduan Allah


menyalurkan segala kekayaan, kuasa dan kemuliaan-Nya
melalui kehidupan manusia. Dan satu-satunya tempat dimana
Allah bisa menyalurkan Diri-Nya adalah roh kita. Ketika kita
bisa menelaah roh kita secara benar dan menggerakkan roh
kita untuk berhubungan dengan Tuhan, kemudian kita bisa
menyerap dan menyatu dengan Tuhan dan bertransformasi
kedalam wujud-Nya.

Gangguan-gangguan dari kunci.

Yang paling sering mengganggu adalah keinginan orang


Kristen untuk berbuat baik. Iblis berusaha membuat hidup kita
menjadi frustasi, dengan cara mendorong kita melakukan
perbuatan baik. Pagi hari kita berdoa : Tuhan saya ingin
melakukan kehendak-Mu, menyenangkan-Mu, saya akan
melakukan yang terbaik seperti yang Kau kehendaki.
Sepertinya doa yang baik, tetapi tidak bagi Tuhan. Itu berasal
dari iblis. Ketika kita ingin melakukan yang baik, segera usir
keinginan itu dari hidup kita. Dalam kamus orang Kristen tidak
ada ‘baik’ atau ‘jahat’, yang ada hanya satu yaitu Kristus saja.
Saya tidak tahu baik atau jahat, yang saya tahu hanya satu
yaitu Kristus saja. Hanya yang Yesus lakukan itu yang menjadi
fokus hidup saya. Sekarang saudara bisa memahami Firman ini

168
: melekatlah kepada-Ku sehingga kamu berbuah lebat. Disini
tidak dikenal dan tidak ada usaha sendiri, hanya melekat pada
Roh-Nya yang telah menyatu dengan kita dan memberikan
Kristus melekat pada diri kita, hingga seluruh kekayaan Kristus
mengalir melalui hidup kita. Buah lebat itu hanya hasil aliran
Kristus dari dalam diri kita bukan dari diri kita sendiri.
Harusnya kita berkata, tak ada yang saya ketahui kecuali saya
adalah ranting saja dan Kristuslah pokok-Nya. Saya telah
melekat pada-Nya dan Dia melekat pada saya. Secara
otomatis akan muncul buah. Ini adalah kunci yang terhilang.
Ingin melakukan perbuatan baik adalah pencobaan nyata yang
menjauhkan kita dari mengalami Kristus sediri dalam hidup
kita.

Yang berikutnya adalah menjalankan doktrin-doktrin agama.


Banyak orang Kristen hafal letak-letak ayat-ayat dalam Alkitab,
atau menguasai dengan tepat pengajaran-pengajaran gereja
tetapi tidak memiliki hubungan pribadi dengan Kristus.
Mencari ilmu teologi dengan berhubungan pribadi dengan
Kristus adalah dua hal yang sama sekali berbeda. Kristus
seharusnya dapat ditemukan dalam setiap Firman, tetapi
sayang banyak orang Krsiten yang memiliki Firman hanya
didalam otaknya saja, tidak didalam rohnya. Pengajaran dan
doktrin seharusnya membawa orang Kristen semakin dekat
dengan Kristus. Tetapi yang terjadi banyak orang Kristen
menggunakan pengajaran dan doktrin menggantikan Kristus.

Hal lain yang dipakai iblis untuk menjauhkan dari esensi Kristus
adalah karunia-karunia Roh. Banyak orang ketika
mendapatkan karunia terlalu memberi perhatian pada karunia
itu, kemudian melupakan Kristus yang telah hadir di dalam
rohnya. Padahal kehadiran Kristus dalam rohnya adalah hal

169
yang paling utama dalam tata kelola Kerajaan Allah, dan
seluruh karunia-karuni bertujuan untuk meneguhkan hal itu.
Banyak yang mengerti dan memiliki bahasa lidah dan
penyembuhan, tetapi tidak tahu bagaimana menajamkan roh
dan berhubungan dengan Kristus. Dalam kitab Roma yang
terdiri dari 16 pasal, hanya pasal 12 saja yang berbicara
tentang karunia. Karunia ini adalah hasil dari keintiman
dengan Kristus dan bagi umat-Nya. Karunia-karunia juga
ditulis dalam 1 Korintus 12 dan 14. Warga Korintus memiliki
semua karunia, tetapi tidak membangga-banggakannya (1
Korintus 1 : 7). Meskipun orang Korintus penuh karunia, tetapi
Paulus menyebut mereka bayi rohani yang tidak dewasa (1
Korintus 3 : 1). Kita mungkin memiliki karunia-karunia, tetapi
tetap bayi tidak dewasa. Sehingga jelas selain karunia-karunia
kita juga harus belajar hal yang lain. Paulus menekankan
Kristus sebagai kuasa dan hikmat, bukan karunia-karunia dan
tanda-tanda (1 Korintus 1 : 22). Karunia adalah sarana untuk
membantu, tetapi bukan tujuan. Intinya adalah Kristus yang
tinggal dalam diri kita, dan karunia harus membawa
perjumpaan pada Krsitus yang semakin dalam lagi. Dalam 1
Korintus 12, Paulus berkata tentang karunia-karunia Roh,
termasuk bahasa lidah, tetapi diakhir pasal Paulus berkata ;
“Jalan yang lebih baik ….”, apa ? Di pasal 13 dijelaskan tentang
Kasih. Di pasal 14, Paulus mendorong kehidupan roh kita.
Kunci dari tata kelola Kerajaan Allah adalah Kristus yang telah
hadir dalam roh kita, segala karunia-karunia harus tertuju
pada Kristus. Ketika sudah menyatu dengan Kristus itu sudah
mencukupi segala hal. Hamba Abrahan Eliezer membawa
berbagai-bagai pemberian kepada Ribka calon istri Ishak.
Semua pemberian itu menyadarkan Ribka pentingnya
bertemu dengan Ishak calon suaminya. Setelah menerima

170
berbagai pemberian, Ribka kemudian mengesampingkannya
untuk segera bertemu dengan Ishak. Ribka tidak berhenti
pada menerima pemberian, tetapi mengejar bertemu dengan
calon suaminya. Kristus jauh lebih utama dibandingkan
dengan segala jenis karunia.

Ketika saya kehilangan kunci, maka saya akan meminta tukang


kunci membuatkan kunci yang baru untuk masuk kedalam
rumah saya. Tetapi yang paling penting bagi saya adalah
mendapatkan kunci bukan tukang kuncinya. Ketika saya sudah
memiliki kunci saya tidak lagi membutuhkan tukang kunci lagi.
Sebagian orang mungkin membutuhkan lebih banyak
pengajaran, doktrin maupun karunia-karunia untuk
menemukan kunci. Tetapi jangan pernah terjebak pada tukang
kunci dan terus bersama dengan dia, karena kita sudah
memiliki kunci. Kita tinggal menggunakan kunci itu untuk
masuk dan menikmati Kristus. Kristuslah tujuan utama dari
tata kelola Kerajaan Allah. Setiap waktu kita harus terus
mempertajam kepekaan roh kita berjumpa dengan Kristus
dalam segala hal.

171
Bab 9

Cara menikmati persekutuan dengan Allah, peran hati, jiwa


dan roh.

Hati.

Hati adalah bagian yang harus disentuh pertama kali, bukan


jiwa dan bukan roh. Hal ini karena didalam hati terdapat 3
komponen jiwa yaitu pikiran, perasaan dan kehendak, dan 1
komponen roh yang terpenting yaitu hati nurani atau
kesadaran nurani. Jadi hati adalah jembatan antara jiwa dan
roh. Hubungan kita dengan Tuhan harus dimulai dari hati
nurani yang murni. Bila nurani salah, kita juga akan salah
dengan Allah dan dengan manusia. Nurani adalah bagian
terpenting dari hati sehingga ini harus benar terlebih dahulu.

Hati adalah bagian organ kita yang bisa tersentuh oleh Kasih.
Hati harus berbalik pada Tuhan, dan bertobat secara sungguh-
sungguh (2 Korintus 3 : 16). Membalikkan hati kepada Tuhan
ini tidak terjadi hanya sekali untuk selama-lamanya, tetapi hari
demi hari. Setiap hari kita harus memulai dengan
mengarahkan hati kita kepada Tuhan. Saat kita memandang
pada Tuhan, maka selubung itu akan hilang. Banyak yang
bertanya mengapa saya tidak mendapat petunjuk ? Tidak
mendapat pencerahan ? Masalahnya sudahkah diperiksa
dimana hati mereka dan kepada apa hati mereka terarah ?
Apakah 2 Korintus 3 : 16 menjadi doa kita ? bawalah hatiku
hanya menghadap kepada-Mu ya Allah. Ternyata melalui sikap
hati demikian, saat kita membaca Firman maka selubung yang
menutup pengertian kita dibuka, cahaya Allah akan datang.

172
Apabila hati sudah terarah pada Tuhan, maka akan muncul
iman (Roma 10 : 9 – 10), dengan hati orang percaya. Percaya
dilakukan oleh hati, bukan roh, pikiran, perasaan ataupun
kehendak. Setelah hati terarah pada Tuhan, segera kita
menumbuhkan iman dalam hati. Apapun yang Tuhan
nyatakan dalam Firman, kita harus mengimani segenap hati.
Apapun yang kita pikirkan dan rasakan, kita harus kendalikan
melalui hati kita untuk beriman. Kita harus memegang teguh
iman kita dalam keadaan apapun juga disekitar kita. Dalam
setiap situasi, kita melatih hati kita untuk beriman akan
kebenaran Firman Tuhan yang kita terima. Latihan hati untuk
beriman akan menjadikan kita tidak bimbang. Bahkan kita
harus terus berdoa agar Tuhan menjaga hati kita dari
kekhawatiran dan kebimbangan.

Hati harus dibersihkan dari nurani yang jahat (Ibrani 10 : 22).


Hati kita tidak untuk dibasuh dengan darah Kristus, tetapi
nurani kitalah yang harus dibasuh dari nurani yang berdosa.
Nurani kita terus-menerus membutuhkan pembasuhan dan
pengudusan darah Kristus. Semakin hati kita terarah pada
Tuhan, semakin kita percaya dan beriman pada Tuhan. Melalui
hati kita, kita semakin merasa melalui nurani kita kalau kita
memiliki banyak kesalahan. Hati yang tidak terarah pada
Tuhan tidak akan memiliki kepekaan terhadap kekotoran
nurani ini. Saat hati menjauh dari Tuhan yang kita rasakan
adalah kitalah yang paling benar dan orang lain yang salah.
Sebaliknya bila hati terarah pada Tuhan, kita hanya dapat
melihat diri kita sendiri, bukan melihat orang lain. Semakin
hati kita terarah dan melekat, beriman pada Tuhan, semakin
kita merasakan berdosa dalam lebih banyak hal. Salah pada
istri/suami anak-anak, tetangga, teman, orang tua dan

173
seterusnya. Tuduhan apakah itu ? Itu adalah tuduhan yang
muncul dari nurani kita sendiri. Pada saat itu akan mudah bagi
kita untuk langsung mengakui segala kesalahan yang
ditunjukkan oleh hati nurani kita sendiri. Semakin banyak
pengakuan dosa kita, maka akan semakin banyak darah Yesus
yang menyucikan nurani kita. Agar nurani kita menjadi murni
maka harus bersih dari segala tuduhan-tuduhan dari diri kita
sendiri. Karena itu pengakuan dosa dan darah Yesus akan
memurnikan nurani kita hingga hati kita akan penuh damai
dan sukacita di dalam Tuhan. Lebih jauh lagi dalam Yehezkiel
36 : 25-26, Tuhan tidak saja membasuh hati kita tetapi juga
memberikan hati yang baru. Hati yang baru adalah hati yang
lama yang diperbaharui.

Keempat langkah diatas tidak hanya terjadi saat pertama kita


mengalami kelahiran baru, tetapi harus terus-menerus kita
lakukan setiap hari. Kita harus : 1. Mengarah hati kita kepada
Tuhan. 2. Mengarahkan hati untuk beriman kepada Tuhan,
apapun keadaan dan situasi yang kita hadapi. 3. Membasuh
hati nurani kita dengan darah Yesus dari nurani yang jahat. 4.
Memiliki hati yang selalu diperbaharui. Kita harus melakukan
semua langkah-langkah ini setiap waktu secara otomatis.
Setiap bangun pagi katakan : Tuhan, tuntun saya
mengarahkan hati pada Tuhan. Kemudian tuntun hati untuk
beriman pada Tuhan : Tuhan aku akan percaya kepada Firman-
Mu bukan dari apa yang saya lihat, rasakan, pikirkan,
dengarkan. Aku percaya Engkau bekerja didalam diriku dan
didalam segala keadaan diluar diriku. Kita akan merasakan
dosa dan kesalahan, ketidakpercayaan pada Tuhan. Maka
akuilah itu agar dibersihkan dan dibasuh dari nurani yang
jahat. Kemudian hati kita akan mengalami pembaharuan,

174
terimalah dengan iman hati yang baru dari Tuhan. Empat
langkah ini akan membawa hati berfungsi secara sempurna.
Fungsi hati adalah mengasihi Tuhan, karena inilah bagian
tubuh yang bisa menerima kasih (Markus 12 : 30). Hati tercipta
untuk mengasihi Tuhan. Seperti tidak bisa melihat tanpa mata,
demikian pula kita tidak bisa mengasihi tanpa hati. Hati yang
diperbaharui akan membawa kita memiliki kasih yang semakin
besar pada Tuhan, dan itu akan membawa kita semakin
beriman, percaya pada Tuhan pula. Tiap saat perbaharui
hatimu maka kamu akan mencintai Tuhan dan beriman pada-
Nya lebih lagi dan lebih lagi.

1. Allah adalah Kasih dan organ yang bisa menerimanya


adalah hati manusia.

2. Hati manusia terdiri dari jiwa (pikiran, kehendak dan


perasaan) ditambah nurani (bagian dari roh).

3. Allah adalah Kasih, melalui Firman, perbuatan kasih


atau kasih yang dinyatakan Allah melalui ciptaan-Nya,
peristiwa atau kesadaran diri itu menyentuh hati manusia.

4. Kasih menyentuh nurani akan menghidupkan, terjadi


seketika seperti aliran listrik.

175
5. Seketika roh manusia berfungsi sehingga dapat
berhubungan dengan Allah.

6. Nurani yang berhadapan dengan Allah akan


menimbulkan rasa berdosa, tidak layak, hancur, penuh dosa
yang berujung pada pertobatan yang sungguh-sungguh.

7. Nurani kemudian berproses menjadi murni

Kasih yang ada dalam hati.

Perjalanan spiritual dimulai dari Kasih di dalam hati. Karena


Tuhan adalah Kasih, jika kita tidak mengenal Tuhan kita tidak
dapat mengasihi Tuhan, tidak akan mungkin masuk dalam
perjalanan spiritual kita. Jelaslah bahwa pengalaman pertama
bagi orang Kristen adalah menerima keselamatan, lahir baru,
yaitu hati yang mengasihi Kristus. Tidak akan ada seorangpun
yang benar-benar bertobat tanpa kasih dalam hatinya pada
Tuhan. Walaupun mungkin tidak terucap tetapi ada didalam
dasar hati mereka. Mungkin tidak memiliki pengetahuan yang
cukup, tetapi awal pengalaman dari keselamatan dan
kelahiran baru adalah reaksi atau refleksi dari kasih didalam
hati mereka kepada Tuhan.

Kita harus terus belajar bagaimana melatih dan menyerahkan


hati kita terus, agar memiliki hati yang murni dari nurani yang
jahat. Hati yang terus diperbaharui terus-menerus sehingga
kita dapat merasakan dan membalas kasih Tuhan semakin
dalam. Adalah merupakan sebuah kehilangan yang paling
mendasar, saat gereja kehilangan kasih mula-mula mereka
pada Tuhan, padahal itulah dasar berdirinya gereja. Saat hati
kita tidak lagi murni dan mengasihi Tuhan, kita telah jatuh. Kita
harus segera mengarahkan hati kembali pada Tuhan lagi dan

176
lagi dan diperbaharui terus sampai kita memiliki hati baru yang
murni untuk mengasihi Tuhan.

Roh.

Pertama, Alkitab mengatakan bahwa roh manusia telah mati,


hanya saat kita menerima Kristus maka kita dibangkitkan
sehingga roh kita akan hidup kembali. Apa yang dimaksud
dengan mati ? Roh kita mati dan tidak berfungsi. Fungsi roh
adalah berhubungan dengan Tuhan, bersekutu dengan Tuhan.
Tetapi karena dosa maka roh akan beku dan tidak dapat
berfungsi. Pada saat kita menerima Kristus dan dilahirkan
kembali, maka Roh Kudus akan datang ke dalam roh kita dan
menyentuh roh kita. Dengan sentuhan ini roh manusia itu
akan dibangkitkan. Kata dibangkitkan dalam bahasa Yunani
seperti dalam (2 Korintus 3 : 6 ; Roma 8 : 11 ; Efesus 2 : 1),
adalah ‘zoopoieo’ yang berarti hanya dengan sentuhan
kehidupan diberikan, diimpartasikan.

Mungkin bisa diilustrasikan dengan aliran listrik, saat kita


menyentuh listrik maka kita akan kemasukan kekuatan listrik.
Dengan sentuhan kecil dan sederhana listrik dialirkan kedalam
tubuh kita. Demikian pula Roh Kudus datang kedalam roh kita
menyentuh roh kita, melalui sentuhan itu kehidupan penuh
kuasa yaitu Allah sendiri terimpartasi kedalam diri kita. Roh
kita yang mati, tiba-tiba hidup kembali. Ini sesuatu yang lebih
dari mukjizat (Kolose 2 : 13 dan Efesus 2 : 1, 5). Kita mati
karena dosa, kemudian hidup karena Kristus. Dua ayat diatas
memperlihatkan bahwa kita telah mati secara rohani, saat kita
menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, kita hidup.
Kita mengalami regenerasi. Hidup baru telah dimasukkan
dalam diri kita, kehidupan kekal yang tidak dibuat tangan

177
manusia. Adalah Kristus sendiri, saat Roh Kudus datang bukan
saja menghidupkan roh kita yang telah mati, tetapi membawa
pula Kristus kedalam roh kita.

Sesuatu yang sama sekali baru diberikan didalam roh kita.


Inilah pribadi Kristus sendiri yang masuk ke dalam diri kita. Ini
adalah proses kelahiran baru, regenerasi. Yohanes 3 : 6, yang
lahir dari roh adalah roh. Dengan Kristus ada didalam diri kita,
kita memiliki roh yang baru (Yehezkiel 36 : 26). Tetapi
mengapa saat Kristus sudah ada didalam diri kita, kita tetap
belum mengalami perubahan ? Kita tetap miskin ? sakit ? Yang
harus kita sadari bahwa Kristus di dalam diri kita adalah
sebuah kenyataan. Kekuatan yang jauh melebihi ‘bom atom’
itu telah masuk kedalam diri kita yaitu Kristus sendiri. Kita
harus bersyukur bahwa segala hal, tak terhitung, Kristus
sendiri berkenan diam dalam diri kita. Kita kehilangan kata
untuk menjelaskannya.

Tidak itu saja, roh kita juga dipenuhi oleh segala kekayaan Roh
Kudus. Saat kita diselamatkan, Tuhan tidak saja
memperbaharui hati dan roh kita. Dia juga menaruh Roh-Nya
sendiri ke dalam diri kita (Yehezkiel 36 : 26,27 ; Yohanes 14,
17). Roh Kudus yang mulia (Roma 8 : 11), didalam roh manusia
kita (Roma 8 : 16). Roh kita adalah tempat paling sempurna
bagi Roh Kudus, karena kita memang diciptakan sebagai
makhluk yang bisa berhubungan dengan Allah melalui roh
kita. Pikirkan betapa luar biasanya roh ini. Mulai kita
menerima keselamatan menerima kehidupan kembali. Roh
kita menyatu dengan Roh Tuhan sebagai satu roh (1 Korintus
6 : 17). Tak ada kata-kata manusia yang bisa menjelaskan
peristiwa ini.

178
Peran roh.

Apakah peran roh ? Roh untuk berhubungan dengan Tuhan,


menerima Tuhan dan memuliakan Tuhan serta bersekutu
dengan Allah Tritunggal (Yohanes 4 : 24). Hati adalah organ
tubuh yang berisi Kasih, dimana roh adalah bagian untuk
berhubungan dan menerima. Kita tidak bisa mengasihi dengan
roh, tetapi hanya dapat mengasihi dengan hati. Tetapi kepada
siapa kita memberikan kasih, harus dihubungkan dan diterima
dengan roh orang itu. Mengasihi Tuhan dengan hati saja tidak
cukup, harus diteruskan dengan roh kita. Seperti ketika kita
mencintai Alkitab, harus kita terima dengan tangan kita.
Demikian roh harus menerima Kristus didalam roh manusia
kita. Sama seperti makanan, bukan hanya cukup dicintai tetapi
harus diterima. Satu organ penerima Kasih adalah hati, tetapi
roh yang dapat menerima Krsitus yaitu satu-satunya bagian
yang diciptakan Tuhan khusus untuk menerima Dia didalam
kita.

Sebelum menerima sesuatu kita harus digerakkan oleh cinta.


Tak akan kita menerima sesuatu tanpa cinta lebih dahulu. Saat
kita mencintai Tuhan maka kita akan menerima,
berhubungan, bersekutu, memuliakan, memuji Dia. Hati
untuk mencintai dan roh untuk menerimanya. Dengan
pembaharuan hati, akan muncul ketertarikan dan keinginan
baru untuk mencintai Tuhan. Setelah roh manusia kita
mengalami regenerasi, roh akan hidup, dan memunculkan
kerinduan, kehausan untuk berhubungan dengan Tuhan.

Karena roh berfungsi untuk bersekutu dengan Tuhan, maka


ketika roh telah hidup dengan sendirinya akan berkembang
rasa haus dan lapar akan persekutuan dengan Tuhan. Roh

179
akan lapar berada pada setiap tempat kehadiran Tuhan :
dalam Firman, dalam persekutuan, dalam pujian, dalam doa
dan dalam segala hal dimana Roh Kudus hadir. Ciri ini akan
menjadi ciri yang paling jelas kelihatan pada setiap orang yang
telah mengalami kelahiran baru.

Jiwa.

Pertama, dengan sangat jelas Tuhan Yesus memerintahkan


kita untuk menyangkal jiwa kita yang adalah diri sendiri
(Matius 16 : 24-26 ; Lukas 9 : 23-25). Jiwa adalah kesadaran
diri yang terdiri dari pikiran, perasaan dan kehendak, itulah
bagian-bagian yang harus kita sangkali. Kedua, Jiwa harus
mengalami pembaharuan (1 Petrus 1 : 22), yang dapat
dilakukan dengan menerima Firman Tuhan. Firman dapat
memurnikan dari kedagingan, keinginan dunia dan keinginan
natural manusiawi kita. Langkahnya adalah menyangkal diri,
dan menjadikan Firman Tuhan sebagai patokan langkah-
langkah kehidupan. Jiwa kita adalah organ yang telah dirusak
oleh kedagingan, dunia dan kenatural-an, sehingga harus
terus dimurnikan oleh kebenaran Firman. Ketiga, jiwa kita
harus mengalami transformasi (2 Korintus 3 : 18 ; Roma 12 :
2). Transformasi itu terjadi dalam pikiran kita, yang
merupakan bagian utama dari jiwa. Setelah roh kita
diregenerasi maka pikiran kita bertransformasi.

Jiwa disangkal, dimurnikan dengan Firman Tuhan dan


ditransformasikan kedalam rupa Kristus. Itu semua untuk apa
? Hati dirubah untuk mencintai Kristus. Sedangkan roh untuk
menerima dan berhubungan dengan Tuhan. Sedangkan jiwa
untuk merefleksikan gambar Tuhan (2 Korintus 3 : 18).
Mencerminkan adalah fungsi dari cermin, yang akan

180
menangkap gambar dan mencerminkan keluar. Jiwa yang
telah dimurnikan dan ditransformasikan akan menjadi alat
yang bersih dan bening untuk merefleksikan dan
mengekspresikan Kristus. Kristus yang kita cintai dengan hati,
kita terima dan terhubung dengan roh serta kita refleksikan
dan ekspresikan melalui jiwa yang telah ditransformasi. Kita
harus terus-menerus melakukannya, sehingga kehidupan
Kristus akan menjadi nyata melalui kehidupan keseharian kita.

Cara mengelola hati dan roh.

Hubungan dengan Tuhan selalu dimulai dan dijaga dengan


hati. Tentu roh-lah yang berfungsi untuk berhubungan dengan
Tuhan, tetapi harus diawali dan dijaga oleh hati kita. Hati
adalah pintu gerbang dari kemanusiaan. Gedung selalu
memiliki pintu masuk dan pintu keluar. Hati berfungsi
keduanya, karena hati terdiri dari jiwa dan satu bagian roh.
Apa yang masuk kedalam hidup kita selalu melalui hati,
demikian juga yang keluar dari kita. Misalnya, ketika hati kita
tidak memperhatikan yang kita dengar atau kita baca, maka
kita tidak akan mendapatkan pesan itu. Demikian saat kita
makan, kalau hati kita tidak terpaut kita tidak akan dapat
merasakan kenikmatan yang kita makan. Ini membuktikan
bahwa hati adalah organ yang mengendalikan, membuka atau
menutup pintu, terhadap apa yang akan masuk kedalam diri
kita. Cara mengontrol kehidupan adalah mengendalikan hati.

Pentingnya dalam memberitakan Firman Tuhan kita meminta


pimpinan Roh Kudus agar bisa menyentuh hati orang,
sehingga hidupnya terbuka untuk menerima Firman dan
kebenaran yang kita sampaikan. Apabila orang mengeraskan
hati maka pintu kehidupannya akan ditutup. Pemberita yang

181
baik harus berusaha lebih dahulu membuka hati mereka yang
akan didekatinya. Kunci membuka hati adalah kunci untuk
memberitakan dengan berhasil.

Bahkan Tuhan memmanggil kita melalui hati terlebih dahulu.


Dia tidak mengatur roh kita lebih dahulu. Untuk mencari
Tuhan penulis Kidung Agung Salomo memohon pada Tuhan
menarik dirinya dengan cinta Tuhan, sehingga dia dapat
mencintai Tuhan. Tuhan datang untuk menyentuh hati kita
dengan cinta-Nya. Itulah mengapa Tuhan bertanya pada
Petrus, apakah engkau mengasihi Aku ? (Yohanes 21: 15 – 17).
Memperkenalkan dan mempraktekkan kasih Allah adalah cara
terbaik untuk membuka pintu hati. Sehingga memberitakan
tentang kasih Allah adalah cara paling efektif. Ketika hati
terbuka, maka mudah bagi Roh Kudus menyentuh roh
manusia dan bagian-bagian lain manusia.

Hati.

Kita harus mengelola hati dengan benar agar memiliki


hubungan yang benar dengan Tuhan. Bagaimana caranya ?
Mudah, Matius 5 : 8, diberkatilah mereka yang murni hatinya.

182
Murni lebih dari sekedar bersih, karena bersih bisa saja masih
tercampur dengan yang lain. Masalah utama dari hati adalah
memiliki keinginan dan tujuan yang banyak, sehingga tidak
murni. Hati menginginkan Tuhan, tetapi juga menginginkan
hal-hal yang lain. Ini akan membuat bimbang. Apakah akan
mendengar kebenaran Firman Tuhan atau percaya pada
situasi yang sedang kita hadapi ? Seperti ketika melihat
beberapa benda dengan fokus yang sama, maka hanya akan
terlihat samar. Berbeda ketika fokus melihat satu saja benda.

Inilah mengapa banyak orang tidak bisa melihat kehendak


Tuhan dengan jelas. Karena mereka memiliki beberapa tujuan.
Mereka mencari Tuhan, bersamaan dengan mencari yang
bukan Tuhan atau hal-hal yang diluar Tuhan. Misalkan mereka
bertanya pada Tuhan akan masa depannya, tetapi mereka
takut kehilangan posisi dan karir mereka saat ini. Cara
sederhananya adalah murnikan hati hanya pada Tuhan saja
bukan hal yang lain.

Sebagai contoh seorang pengkotbah yang memiliki tujuan


menjadi pengkotbah yang terhebat. Hatinya bersih tetapi
belum murni. Demikian ada hamba Tuhan hatinya pada
pekerjaan Tuhan dan pekerjaannya sendiri. Ini dua tujuan,
mereka harus memurnikan hatinya sampai tidak ada hal lain
kecuali Tuhan saja. Ketika mereka mencari total hanya Tuhan
saja, hatinya murni, cakrawala terbuka lebar dan sangat
bersih. Saat langit mendung, itu karena hati yang tercampur.

Terminologi lain dalam Alkitab menggambarkan hati yang


murni adalah hati yang satu ‘singleness’ atau diterjemahkan
menjadi kesederhanaan. Hati yang sederhana yang juga
berarti hati yang bodoh. Mereka yang mencintai Tuhan dan

183
tujuannya hanya Dia adalah orang yang bodoh. Kita harus
menjadi orang Kristen yang lugu, polos, sederhana dan bodoh.
Artinya tidak ada hal yang lain yang kita ingini dan ketahui
kecuali hanya Kristus saja. Kita hanya memilih dan memiliki
satu jalan sempit, yaitu Kristus. Orang mungkin akan berkata
kamu ‘bodoh’, tetapi kita harus senang menjadi bodoh
didalam Kristus. Itulah ‘simplicity’ atau sederhana. Firman
yang menjelaskan tentang hati yang murni ada didalam :
Mazmur 73 : 1 ; Matius 5 : 8 ; 2 Timotius 2 : 22. Firman yang
berbicara tentang hati yang satu ‘singleness’ : Kisah 2 : 46 ;
Efesus 6 : 5 ; Kolose 3 : 22. Jika kita mencari dan melayani
Tuhan kita harus menjadi murni dan tunggal/sederhana. Inilah
saat seluruh hidup kita terbuka bagi Tuhan, sebab gerbang itu
sudah terbuka. Ini adalah petunjuk praktis bagaimana
mengelola hati kita, bukan sebuah doktrin.

Roh – hati nurani.

Sekali lagi, Tuhan harus pertama menarik hati kita dengan


Kasih-Nya. Jamahan Kasih ini untuk membuka hati kita.
Setelah itu kita akan berhubungan dengan hati nurani.

Kehadiran Tuhan akan menyentuh hati, kemudian nurani.


Mungkin saat ini saudara tidak merasakan memiliki kesalahan,

184
tetapi saat hati tersentuh menjadi murni dan hancur, rendah
dan ‘single’, maka nurani akan langsung bekerja secara penuh.
Nurani kita mulai akan terbuka dan menyadari banyak
kesalahan dan dosa, yang membawa pada pertobatan. Inilah
yang memperbaharui nurani kita (Kisah 24 : 16). Rasul Paulus
menjelaskan pembersihan nurani ini untuk membebaskan kita
dari tuduhan dan serangan dosa.

Untuk mengetahui perbedaan antara jiwa dan roh, kita perlu


memiliki nurani yang murni dan tajam. Ini akan sulit ketika kita
masih memiliki berbagai alasan atas keadaan kita. Misalnya,
saya ini masih lebih baik dari orang lain, hitung-hitung
kesalahan saya hanya 10 %, sementara orang lain bisa 90 %
bahkan 100 % dibandingkan dengan saya. Ini hitung-hitungan
dari pikiran dan perasaan di dalam jiwa kita. Saat kita
berlogika, jauh didalam lubuk hati kita, nurani tidak peduli
berapa orang lain lebih berdosa, tetapi kamu berhadapan
dengan tanggungjawab kesalahanmu yang 10 % itu.
Kerohanian berbeda dengan rekening bank, rekening ada
hutang ada piutang dan ada netral. Hukum nurani tidak
mengenal piutang, meskipun kamu punya piutang, tetapi
selagi masih punya hutang, maka harus kamu selesaikan itu
terlebih dahulu.

Yang menjadi perhatian kita hanyalah hutang saja karena pada


dasarnya kita tidak pernah memiutangkan pada orang lain,
urusan kita hanyalah pada Tuhan saja. Misalnya ada orang
mencuri mobil kita dan kita mencuri jam tangan orang itu.
Jelas kita kehilangan jauh lebih besar dari yang kita curi. Tetapi
nurani yang murni akan tetap mendorong kita menyelesaikan
yang kita ambil yaitu jam. Nurani tidak berkata apapun
tentang mobil yang dicuri, kita tidak punya hak untuk

185
mengatakannya. Jika kita masih berargumentasi dan mencari
alasan itu tanda kita masih dalam pikiran yaitu jiwa belum
masuk dalam roh.

Sebagai contoh, saudara mendapat panggilan Tuhan untuk


melayani di daerah tertentu dari Roh Kudus didalam roh
saudara. Tetapi dengan banyak alasan yang muncul dalam
pikiran. Alasan keluarga, karier, study, keuangan dan lain-lain,
semua adalah alasan rasional yang muncul dari jiwa saudara.
Secara logis, realistis dan cukup benar, tetapi panggilan itu
tetap menggelisahkan saudara jauh didalam roh. Memang
mudah membedakan antara jiwa dan roh, tetapi yang menjadi
masalah adalah ketika hati kita masih terkunci. Belum terbuka
karena kita belum merespon sentuhan Kasih Tuhan dan
membuka nurani kita. Karena hanya ketika hati kita murni dan
manunggal ‘single’, sehingga akan membuat nurani kita tajam
untuk mengetahui berbagai tuduhan dan dakwaan-dakwaan.

Nurani kemudian hanya dapat dibenarkan melalui pengakuan


dosa dan pembasuhan serta pembersihan oleh darah Kristus
(Ibrani 9 : 14). Saat nurani kita telah bersih, kita akan melayani
Tuhan yang hidup dan berkuasa. Tetapi saat nurani kita penuh
tuduhan dan pemberontakan, kita tidak akan mengalami Allah
yang hidup, kita hanya tahu nama-Nya saja. Saat nurani kita
dibasuh dengan Darah Yesus, kita akan merasakan kuasa Allah
yang hidup kembali. Hal itu terjadi karena suara nurani, ketika
nurani kita diserang dengan tuduhan-tuduhan dosa, kita akan
terkekang dan terikat. Hanya dengan pengakuan dosa dan
pembasuhan darah Yesus, kita akan mengalami pembebasan.

Kemudian kita akan memiliki hati nurani yang murni. Paulus


menasehati Timotius agar melayani Tuhan dengan hati nurani

186
yang murni bukan sekedar bersih. Tetapi sebuah hati nurani
yang tanpa campuran dan bayang-bayang (2 Timotius 1 : 3).
Tuduhan-tuduhan dalam nurani kita membuat tidak murni
dan buram akan menghalangi persekutuan dengan Tuhan.
Nurani yang murni adalah nurani yang baik (1 Timotius 1 : 5,19
; 1 Petrus 3 : 16, 21). Nurani yang baik adalah nurani yang
bersih dan murni. Kondisi yang benar dan transparan tanpa
bayang-bayang. Nurani yang sedemikian baik kondisinya akan
membawa kita pada hadirat Tuhan. Tidak ada penghalang
antara kita dengan Tuhan, sebab nurani telah dibersihkan dan
dimurnikan.

Roh – persekutuan.

1 Yohanes 1 – 1-7, bagian dari roh yaitu persekutuan terjadi


dan terjaga oleh nurani yang baik. Ketika nurani menuduh kita,
hubungan dengan Tuhan akan rusak. 1 Yohanes 1 : 9, kita
harus mengakui segala dosa kita, supaya darah Yesus
menyucikan nurani kita, hingga hilanglah dakwaan dan
tuduhan dalam nurani. Singkatnya, persekutuan dengan
Tuhan sangat tergantung pada keadaan nurani kita. Sehingga
2 hal ini sebenarnya satu, saling berkaitan antara nurani dan

187
persekutuan. Persekutuan akan rusak bila nurani tidak murni.
Hanya menyelesaikan masalah nurani sebagai satu-satunya
jalan memperbaiki persekutuan dengan Tuhan.

Roh – intuisi.

Persekutuan terkait dengan nurani, demikian intuisi terkait


dengan persekutuan. Jika kita bermasalah dengan nurani
persekutuan akan rusak, dan ketika persekutuan rusak maka
intuisi tidak akan berfungsi. Sehingga dalam roh kita, peran
hati nurani menjadi sangat penting.

Hati nurani yang murni dan transparan akan menghadirkan


hadirat Tuhan, menghasilkan persekutuan yang sempurna
dengan Tuhan menuju pada persekutuan yang pribadi dan
hidup. Melalui persekutuan yang hidup, mudah bagi roh kita
untuk mengetahui kehendak Allah, inilah fungsi intuisi. Fungsi
intuisi tergantung sekali pada persekutuan yang sempurna
dengan Tuhan. Saat persekutuan dengan Tuhan rusak maka
intuisi tidak bekerja dan hanya bisa diperbaiki melalui
perbaikan persekutuan, persekutuan diperbaiki dengan
pemurnian dan pembasuhan hati nurani.

188
1 Yohanes 2 : 27, menyatakan bahwa pengurapan Allah
menyatu dalam diri kita. Pengurapan adalah karya Roh Kudus
didalam roh kita yang memberikan kepekaan petunjuk secara
langsung dari Tuhan. Petunjuk inilah intuisi. 1 Yohanes 1,
mengindikasikan bahwa persekutuan dijaga dan
disembunyikan dalam darah Yesus. 1 Yohanes 2,
mengindikasikan bahwa intuisi bekerja dengan pengurapan
dari dalam roh oleh Roh Kudus. Saat Roh Kudus mengurapi
kita, Ia bergerak didalam roh kita, kita menerima petunjuk
langsung berupa intuisi. Melalui intuisi kita mendapatkan
pengetahuan dari dalam roh bukan pemahaman dari luar, dari
jiwa, pikiran dan perasaan kita. Pengetahuan dari dalam itu
didalam roh kita, sedang pemahaman dari luar itu didalam
pikiran kita.

Saat Roh Kudus mengurapi kita, kita menerima petunjuk


langsung dalam intuisi kita. Intuisi didalam roh ini
memberikan pengetahuan dari dalam, merasakan sesuatu
dari Allah. Kemudian kita akan membutuhkan pengertian dari
pikiran kita untuk mengetahui intuisi itu. Tetapi pikiran itu
harus tertuju dalam roh kita. Kadang kita memahami dalam
roh, tetapi tidak dalam pengertian pikiran kita. Ini seperti
mendengar bahasa sorgawi, dan dunia tidak tahu apa yang
kita bicarakan. Pengertian dari pikiran diperlukan untuk
mengartikan petunjuk roh itu. Pikiran yang telah diperbaharui
dan diterangi Roh Kudus akan mengartikannya dengan tepat.

Sebagai contoh, saat kita membaca dan merenungkan Firman


Tuhan, tiba-tiba kita merasakan sesuatu didalam batin kita
yang kita tidak memahaminya. Pelan-pelan kemudian,
sepanjang hari yang kita jalani, kita mulai mengerti dan
memahami apa yang bergejolak dalam batin itu.

189
Ringkasan dalam berhubungan dengan roh adalah : 1 Yohanes
1, persekutuan harus terjaga. 1 Yohanes 2 : 27, intuisi dari
pengurapan Roh Kudus. Baik persekutuan maupun intuisi
tergantung pada hati nurani, yang akan membuat
persekutuan benar. Ini yang akan menjadi dasar Roh Kudus
bisa bergerak dan mengurapi roh kita. Ini harus dipraktekkan,
setiap hari harus terus menjaga hati nurani, persekutuan dan
intuisi kita. Hasil akhirnya adalah intuisi kita bekerja, karena
Roh Kudus mengurapi roh kita, dan kehendak Tuhan
dinyatakan.

190
Bab 10

Cara mengelola jiwa.

Ketika kita dijamah Tuhan, pertama kita harus melalui pintu


hati. Kedua, kita harus melewati hati nurani. Ketiga, kita harus
masuk dalam persekutuan dengan Tuhan. Dengan memiliki
hati nurani yang murni, membuat tidak ada tuduhan-tuduhan
padanya, sehingga kita bisa menikmati persekutuan yang
transparan dengan Tuhan. Keempat, intuisi atau urapan akan
terjadi pada ujungnya dan semua itu selalu didasari oleh
penyucian darah Yesus. Kita harus mengingat bahwa dalam
perjanjian lama, darah selalu mengawali urapan. Penyucian
darah berhubungan dengan hal-hal negatif, sedangkan urapan
Roh Kudus membawa hal positif. Urapan itu akan
mengimpartasikan semua elemen, esensi dan substansi Allah
sendiri bagi kita. Allah sendiri akan menyatakan Diri-Nya
melalui urapan, dan melalui urapan ini fungsi intuisi kita
bekerja. Jadi urutan yang benar adalah : hati, nurani,
persekutuan dan intuisi. Kemudian kita akan membahas
bagaimana harus masuk kedalam jiwa kita.

191
Jiwa – pikiran.

Dengan intuisi dalam roh, kita membutuhkan pikiran untuk


memahaminya. Intuisi memberikan petunjuk langsung dari
Tuhan dari dalam. Petunjuk ini berbeda dengan pemahaman
pikiran kita, ingat perbedaan antara roh dan jiwa. Sering kita
menerima sebuah petunjuk dalam roh, tetapi kita
membutuhkan waktu 1-2 hari bahkan bulan untuk memahami
dalam pikiran kita. Kita menyadari dalam roh tetapi tidak
memahaminya. Kita membutuhkan kerja pikiran kita untuk
memahaminya. Suatu petunjuk Tuhan dapat kita terima
melalui intuisi didalam roh, sedang untuk memahaminya kita
memerlukan pikiran dalam jiwa.

Roma 12 : 2, inilah pentingnya proses pembaharuan,


transformasi pikiran. Jangan kita dipengaruhi oleh ‘dunia’
dalam bahasa asli bermakna ‘modern’, yang berarti jangan
mengikuti keadaan dunia ini, bertransformasilah melalui
pembaharuan pikiranmu. Kalau kita mengikuti keinginan
zaman, maka kita tidak akan bisa diperbaharui. Inilah yang
menyebabkan banyak orang Kristen tidak mengerti hal-hal
yang rohani, mereka menjadi terlalu ‘modern’. Kita harus
meninggalkan cara berpikir zaman ini. Karena zaman modeern
mengajarkan dengan bukti, logika dan realita. Sedangkan
hidup dalam iman mendasarkan pada kebenaran
supranatural.

Pikiran adalah bagian dari jiwa, sehingga transformasi terjadi


dalam jiwa kita. Kita sudah mengalami regenerasi dalam roh,
tetapi jiwa masih bermasalah. Roh Kudus sudah meregenerasi
roh kita, dengan masuk dan tinggal didalam roh kita. Kristus
dengan segala kekayaan dan kemuliaan-Nya ada didalam diri

192
kita. Lalu bagaimana dengan jiwa kita ? pikiran, kehendak dan
perasaan ? Meski didalam roh kita berbeda dengan dunia,
tetapi pikiran, kehendak dan perasaan masih sama dengan
dunia.

Proses regenerasi roh sudah selesai, tetapi kita membutuhkan


transformasi jiwa. Sebagai contoh, bagaimana kita memilih
pakaian ? Apakah sama dengan orang lain yang mengikuti
trend model di dunia modern ? Mereka berpikir asal tidak
berdosa maka boleh-boleh saja. Tentu tidak demikian, karena
apabila kita mengalami transformasi melalui pembaharuan
budi, maka pemikiran bagaimana memilih pakaian juga akan
berubah, tidak selalu mengikuti zaman tetapi selalu mengikuti
apa yang menyenangkan dan memuliakan Tuhan. Demikian
juga sikap kita dalam pembelanjaan uang, dalam memilih
jurusan dan tempat kuliah, dan lain-lain. Seharusnya terjadi
perubahan pola pikir kita dalam segala hal. Inilah proses
transformasi jiwa kita melalui pembaharuan pikiran.

Kita memiliki Kristus yang ada didalam roh kita, kemudian kita
membutuhkan Kristus menyebarkan Diri-Nya pada bagian jiwa
kita dan menyatukannya dengan Diri-Nya. Ini akan
mentransformasi jiwa kita kepada gambar-Nya. Apa yang kita
pikirkan, angankan dari pikiran yang telah diperbaharui akan
mengekspresikan gambar kemuliaan Kristus. Pemahaman
pikiran kita akan sama dengan roh kita. Akan mudah bagi
pikiran kita untuk memahami hal-hal yang rohani.

Roma 8 : 6, keinginan roh adalah hidup dan damai sejahtera.


Ini berarti bahwa pikiran yang dikuasai oleh roh memberikan
hidup dan damai sejahtera. Dalam Roma 7, pikiran melakukan
usahanya sendiri atau independen dengan kekuatannya

193
sendiri maka akan selalu kalah. Roma 8, pikiran yang
bekerjasama dengan roh, dan dikuasai roh membuat pikiran
memasuki hukum baru yang lebih kuat, lebih berkuasa dari
hukum dosa di Roma 7. Hukum baru ini terjadi karena Kristus
yang telah tinggal didalam roh kita. Pikiran tidak berjalan
dengan kekuatan diri lagi tetapi oleh roh yang didalamnya Roh
Kudus tinggal. Pikiran diatur oleh roh bukan daging.

Transformasi pikiran akan membuat pikiran kita bersesuaian


dengan roh dan bersama roh. Semakin pikiran kita berdiri
bersama dengan roh kita, semakin dikendalikan oleh roh.
Karena saat pikiran berdiri bersama roh, maka roh akan
menguasai pikiran, menyatu dengan pikiran dan
mentransformasikannya menjadi pikiran dari roh yang
mendatangkan hidup dan damai sejahtera (Roma 8 : 6). Dan
pikiran kita juga akan terus mengalami pembaharuan (Efesus
4 : 23). Saat kita melepas manusia lama kita (Efesus 4 : 22) dan
memakai manusia baru ayat 24. Inilah karya salib dan
kebangkitan. Menanggalkan manusia salah adalah pekerjaan
salib, memakai manusia baru adalah karya kebangkitan.
Diantara itu adalah ayat 23 pembaharuan oleh roh, pikiranmu.
Sehingga semua pikiran natural kita harus diselesaikan diatas
kayu salib itu, serta dibangkitkan menjadi sama sekali baru.

Kematian di salib adalah jalan kebangkitan. Yang negatif


selesai, kemudian muncul yang positif. Pikiran yang
diperbaharui dalam roh, dan dikendalikan oleh roh, diisi dan
dipenuhi oleh Roh Kudus. Sehingga pikiran kita menjadi
pikiran yang spiritual dengan pengertian-pengertian yang
rohani. Adalah mudah bagi pikiran yang telah bertransformasi
ini untuk memahami petunjuk didalam intuisi dalam roh.

194
Jiwa – keinginan/kehendak.

Pada saat pikiran yang diperbaharui memahami petunjuk


dalam intuisi. Bagaimana dengan keinginan untuk taat atau
tidak terhadap intuisi itu ? Karena tanpa keinginan untuk taat,
sangat sukar mengerti petunjuk dari Tuhan dalam intuisi.
Yohanes 7 : 17, Tuhan tidak akan membuka pemahaman dari
intuisi kalau kita tidak memiliki keinginan untuk taat. Saat kita
siap untuk taat, kita akan mengerti (Lukas 22 : 42 ; Jakobus 4 :
7 ; Filipi 2 : 13). Keinginan kita harus total, seharmoni dengan
keinginan Tuhan.

Tuhan tidak pernah mengambil kuasa yang telah diberikan


pada manusia yaitu keinginan bebas, selalu ada kesempatan
untuk memilih. Meskipun Tuhan maha besar dan bijaksana
jauh melebihi manusia tetapi Tuhan tidak pernah memaksa.
Jika Tuhan memaksa maka Tuhan akan menjadi kecil saja.
Ingat iblis bukan saja memaksa tetapi juga membujuk dan
menipu. Bagi Tuhan pilihannya adalah, kalau mengasihi maka
lakukan itu, kalau tidak ikutilah jalanmu sendiri.

Inilah pentingnya mengatur keinginan kita, kalau tidak kita


ingin melakukannya dengan sepenuh hati, Tuhan pun akan
sulit melakukan kehendak-Nya bagi kita. Kita harus membuat
kehendak tunduk dan siap untuk taat setiap waktu. Kita tidak
hanya membawa kehendak diri pada Tuhan, tetapi harus
membawa kehendak kita harmoni dengan kehendak Tuhan.
Jika kondisi kehendak kita sudah seperti itu, maka akan terjadi
transformasi dalam kehendak. Akan terjadi penyatuan antara
Kristus dengan kita dalam setiap kehendak kita yang akan
tersebar melalui kehidupan keseharian kita. Orang lain akan
menikmati gambar Kristus dalam kehendak kita. Setiap

195
keputusan yang kita ambil akan memancarkan gambar Kristus.
Ini yang akan menjadi bukti penyatuan dengan Kristus dalam
kehendak dan dalam pikiran kita.

Jiwa – perasaan.

Masalah terakhir dalam jiwa kita adalah perasaan. Banyak


sekali masalah yang timbul yang dimulai dari perasaan.
Sehingga perasaan harus dikendalikan oleh Roh Kudus. Matius
10 : 37 – 39, barang siapa mengasihi bapak, ibu dan ….. lebih
dari Aku mereka tidak layak menjadi murid-Ku. Artinya mereka
harus mencintai segala sesuatu dibawah kendali Tuhan
dengan kerelaan-Nya. Tuhan bukan hal yang kecil dan bukan
pula pengganggu, tetapi apapun yang kita cintai ataupun tidak
kita citai harus dilakukan setelah mendapatkan ijin dari Tuhan,
dengan tanda sukacita. Kita harus menyamakan perasaan kita
dengan perasaan Tuhan. Semakin jauh dari itu, kita akan
kehilangan sukacita dan merasakan kekeringan. Kita akan
kehilangan persekutuan yang manis, lembut dan dalam
dengan Tuhan.

Saat perasaan itu terjaga dalam aturan Tuhan dengan


menyenangkan hati Tuhan, maka suka cita akan memenuhi
perasaan kita, inilah keadaan dimana perasaan melebur
dengan roh. Kemudian kita akan mengalami transformasi
kedalam rupa Allah dari kemuliaan kepada kemuliaan.

Dengan menyelesaikan hati, nurani, persekutuan, intuisi,


pikiran, kehendak dan perasaan, kita akan menjadi dewasa
dalam pertumbuhan dan akan memperoleh kemuliaan Tuhan.
Yang tinggal kita tunggu adalah kedatangan-Nya untuk
menerima transfigurasi tubuh kita menjadi tubuh kemuliaan.
Saat jiwa kita sudah bertransformasi, kuasa dan kekuatan roh

196
akan menyatu dengan kelemahan kita yaitu tubuh fana ini.
Melalui tubuh fana ini akan terpancar kemuliaan Allah di dunia
ini. Jadi kita tidak hanya diregenerasikan dalam roh dan
ditransformasikan dalam jiwa, tetapi kemuliaan Allah itu juga
akan dinyatakan dalam kefanaan, dan kelemahan tubuh kita
saat tubuh kita sakit atau lemah. Memang puncaknya akan
terjadi saat kedatangan Kristus, tubuh akan ditransfigurasikan
dan seluruh hidup – roh, jiwa dan tubuh – akan ada dalam
kemuliaan Allah secara utuh. Inilah kesempurnaan
penebusan, yang akan diterapkan dalam 3 tahapan : 1.
Regenerasi roh. 2. Transformasi jiwa. 3. Transfigurasi tubuh.

197
Bab 11

Hidup dalam persembahan tubuh

Mengelola tubuh adalah bagian yang paling sering disalah


artikan dalam banyak pengajaran bahkan menjadi bagian yang
dipakai membenarkan pengajaran agamawi. Yang sangat
menarik adalah bahwa tubuh dalam Alkitab teah dijelaskan
dengan tegas :

• Tubuh akan mati dan hancur oleh dosa, tetapi tubuh


adalah alat yang harus dipergunakan bagi kemuliaan
Allah (Roma 12:1-2).
• Tetapi tubuhmu adalah Bait Roh Kudus (1 Korintus
6:19-20).
• Dalam Tubuh terdapat program/karakter yang
mengikat melakukan hal-hal diluar keinginan (jiwa
dan roh), ia seperti autopilot (Roma 7:18).
• Perbuatan selalu melalui tubuh, dan iman tanpa
perbuatan adalah mati (Yakobus 2:17). Sehingga
tubuh sangat penting dalam mewujudkan iman.
• Inilah peperangan abadi antara daging dan Roh
(Galatia 5). Tubuh tidak bisa dikuduskan sekarang
(bisa dipersembahkan), tetapi hanya melalui tubuh
ekspresi iman itu terjadi.
• Tujuan akhir Allah mewujudkan kemuliaan-Nya hadir
di bumi dengan turunnya kota Yerusalem Baru dari
sorga ke bumi (Wahyu 21:9-27 ; 22:1-5). Sehingga
kemuliaan Allah hanya dapat terlihat melalui aktifitas
tubuh yang dipersembahkan bagi kemuliaan Allah.

198
Secara khusus Paulus memberikan penjelasan bagaimana
menjalani kehidupan dalam sikap mempersembahkan tubuh.
Kitab Roma pasa 12 : 1-2, memberikan pengajaran itu secara
lengkap. Namun kita harus meletakkan pada konteks kitab
Roma serta perikop ayat 1-8.

Banyak ahli mengonstruksi surat Roma menjadi dua bagian:


pasal 1-11 dan pasal 12-16. Jikalau bagian pertama dipenuhi
dengan materi teologis maka nasehat etis menjadi fokus pada
bagian kedua. Dalam konteks studi Paulus, bagian teologis
disebut “indikatif” sedang bagian etis “imperatif” dengan
meminjam kosakata dari dunia gramatika.

Bagian indikatif membicarakan tentang siapa jemaat Roma


dalam Kristus (being) dan bagian imperatif memandatkan apa
yang harus mereka lakukan sebagai orang-orang yang sudah
di dalam Kristus (doing). Umum dipahami juga bahwa indikatif
menjadi landasan bagi imperatif. Artinya, Paulus melandaskan
nasihat mengenai etika (perilaku) kristiani pada fakta bahwa
jemaat Roma adalah orang-orang yang hidupnya telah
diperbarui dalam Kristus.

199
Konsekuensinya, ia mendorong mereka untuk hidup dengan
cara yang baru sesuai status tersebut. Dalam teks ini Paulus
menasihatkan, “Berdasarkan kasih karunia yang
dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di
antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih
tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah
kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri
menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu
masing-masing.” (Roma 12:3 TB LAI).

Ia memperingatkan mereka untuk tidak memikirkan hal-hal


yang lebih tinggi dari pada yang sepatunya. Ia tidak sedang
berbicara mengenai cita-cita tinggi yang tentu saja boleh
dipikirkan. Ia berbicara dalam konteks kehidupan bersama
komunitas kristiani dimana setiap anggotanya memiliki
karunia-karunia yang berbeda dari Tuhan (Rom. 12:8).
Nampaknya dalam gereja Roma ada sikap memandang diri
tinggi yang ditunjukkan oleh sebagian jemaat terkait dengan
karunia-karunia tertentu yang mereka miliki. Sikap
meninggikan diri ini telah menimbulkan ketegangan (disunity)
dalam jemaat yang ditengarai melibatkan kelompok Kristen
Yahudi dan Kristen bukan Yahudi (lihat 2:17-29; 3:1; 11:17-21;
dan terutama 14:1-15:13).

Paulus ingin mereka tidak memandang secara berlebihan


karunia-karunia yang dimiliki. Sebaliknya, Paulus menasehati
mereka untuk berpikir begitu rupa sesuai dengan ukuran iman
yang dikaruniakan Allah (“but to think with sober judgment
each according to the measure of faith that God has assigned”
ESV). Makna “ukuran iman” yang banyak dibicarakan
menyangkut dua hal. Pertama, status jemaat Roma yang telah
beriman kepada Kristus. Selanjutanya, karena “ukuran iman”

200
adalah hal yang karuniakan Allah, maka maknanya terkait juga
dengan karunia-karunia pemberian Allah (Rom. 12:4-8
khususnya ayat 6).

Terkait dengan konteks sebagian jemaat yang telah


meninggikan diri dengan menyombongkan karunia-karunia
yang mereka miliki, Paulus merasa perlu untuk mengingatkan
mereka agar berpikir (berlaku) secara sepatutnya (to think
with sober judgment) yaitu berpikir menurut apa yang Allah
telah karuniakan kepada mereka. Mereka diminta tidak
memandang diri tinggi (sombong) karena karunia-karunia
yang dimiliki karena karunia-karunia tersebut sama nilainya di
dalam satu tubuh. Tidak ada karunia yang lebih tinggi daripada
yang lain.

Dalam nasehatnya, Paulus menekankan agar jemaat Roma


berpikir. Istilah φρονέω (berpikir) muncul empat kali dalam
12:3 dalam berbagi bentuk (terjemahan TB LAI dan ESV tidak
mencerminkan pemunculan yang keempat). Penekanan untuk
berpikir ini berkaitan dengan nasehat Paulus sebelumnya
dalam 12:1-2. Dalam bagian yang menjadi transisi dari muatan
teologis (indikatif) kepada etis-praktis (imperatif), Paulus
menyampaikan dua hal.

Pertama, Paulus ia jemaat Roma untuk mempersembahkan


tubuh sebagai persembahan yang hidup. Bentuk jamak
“tubuh” yang digunakan mengindikasikan bahwa
persembahan tubuh ialah tanggung jawab bersama sehingga
harus tercermin secara komunal dalam kehidupan jemaat.
Dasar dari nasihat ini adalah kemurahan Allah kepada umat-
Nya, yang Paulus telah paparkan secara mendalam mulai pasal
1 hingga pasal 11. Ungkapan “karena itu” (ou =n) menegaskan

201
bahwa Rom. 12:1 dan seterusnya adalah konsekuensi etis-
praktis dari kemurahan Allah yang telah diterima.

Paulus menggunakan bahasa korban Perjanjian Lama untuk


mengillustrasikan maksudnya. Sebagaimana korban yang
berkenan kepada Allah dalam PL harus kudus, maka
persembahan tubuh jemaat Roma juga harus kudus. Namun,
berbeda dengan korban Perjanjian Lama yang mati disembelih
dalam persembahan, Paulus menjelaskan bahwa Tuhan
menghendaki jemaat Roma hidup (“sebagai persembahan
yang hidup”). Bahwa jemaat Roma harus menjadi
persembahan yang hidup merupakan hal yang penting karena
hanya dalam keadaan hiduplah mereka akan mampu
melakukan kehendak Allah (Rom. 12:2).

Tanggung jawab mewujudkan kehendak Allah merupakan hal


kedua yang Paulus nasehatkan dalam teks Rom. 12:1-2. Dalam
12:2, Paulus mendeskripsikan tujuan nasehatnya “sehingga
kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang
baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (TB
LAI). Membedakan kehendak Allah adalah upaya mengenali
hal-hal yang berkenan kepada Allah, yaitu hal yang baik dan
sempurna (“perfect” ESV –yang berkonotasi “tidak
bercacat/jelek”). Mengenali kehendak Allah juga mencakup
ide “melaksanakannya”. Melaksanakan kehendak Allah yaitu
hidup secara etis-praktis sesuai kehendak-Nya tidak lain
adalah perwujudan dari mempersembahkan tubuh sebagai
persembahan yang hidup (Rom. 12:1).

Lebih lanjut Paulus memberikan dua perintah kepada jemaat


Roma supaya mampu mengenali kehendak Allah (Roma 12:2).

202
Pertama, menjaga diri agar tidak menyerupai dunia dan
kedua, bermetamorfosis dalam pembaruan akal budi
(mindset, world view).

Perintah pertama bermakna bahwa jemaat Roma harus


menjaga agar kehidupan mereka tidak mengikuti standar
kehidupan dunia ini. Paulus tidak bermaksud agar jemaat
Roma harus meninggalkan kehidupan dunia ini. Yang dirujuk
Paulus dengan “dunia ini” adalah pola kehidupan dunia yang
berdosa dan bertentangan dengan kehendak Allah. Jemaat
Roma tidak sepantasnya hidup menyerupai kehidupan dunia
ini karena kehidupan seperti itu bertentangan dengan realita
mereka sebagai bagian dari dunia yang akan datang.

Zaman akhir telah datang dan menerobos ke dalam kehidupan


zaman (dunia) ini. Di dalam Kristus, jemaat Roma adalah
orang-orang yang telah menjadi bagian dari realita eskatologis
yang diawali dalam kehadiran Kristus dalam kehidupan zaman
ini. Karena itu, jemaat Roma tidak sepatutnya masih hidup
menurut standar dan cara hidup zaman ini.

Paulus memberikan perintah kedua dalam bentuk positif. Ia


menegaskan agar jemaat berubah melalui pembaruan budi.
Jemaat harus bermetamorfosis. Paulus mendeskripsikan
obyek dari metamorfosis itu sebagai pembaruan budi (“the
renewal of your mind” ESV). Pembaruan budi, yaitu akal budi,
menyangkut pembaruan sudut pandang (mindset, world view)
dan berakar pada keberadaan jemaat Roma sebagai makhluk
ciptaan baru, yaitu makhluk eskatologis di dalam Yesus. Buah
dari pembaruan budi adalah adanya cara pandang kristiani
dalam diri jemaat Roma dalam memandang kehidupan dunia
ini, di mana semua hal dinilai dengan mengacu pada kehendak

203
Allah, yaitu apa yang baik dan yang sempurna. Dengan
pembaruan akal budi diharapkan jemaat Roma akan berubah
dari pola pikir yang mengacu pada dunia ini kepada yang
berorientasi pada Allah, yaitu yang bertujuan mengenali
kehendak Allah.

Sebagai orang Kristen, kita berbagi dalam pengalaman jemaat


Roma. Nasihat Paulus kepada jemaat Roma berlaku juga untuk
kita. Sebagaimana halnya jemaat Roma dipanggil untuk
berpikir sesuai dengan dan tidak lebih tinggi daripada
karuniakarunia Allah yang mereka terima, kita pun dipanggil
untuk hidup tidak meninggikan diri karena karunia yang kita
terima. Lebih lanjut, kita pun dipanggil untuk
mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup
bagi Allah. Persembahan tubuh ini tidak hanya berlaku bagi
hamba-hamba Tuhan yang mempersembahkan diri
sepenuhnya kepada Tuhan untuk melayani dia sepenuh
waktu, tetapi juga untuk semua orang Kristen karena kita
semua telah menerima anugerah dan mengalami kemurahan
Allah dalam hidup kita, yaitu keselamatan dari Allah dalam
Yesus Kristus. Akhirnya, kita juga diperintahkan untuk berbagi
dengan jemaat Roma dalam hal “menjaga jarak” dengan
kehidupan dunia ini dan bermetamorfosis dalam pembaruan
akal budi dan sudut pandang sehingga kita senantiasa
mempunyai hasrat untuk mengenali dan melaksanakan
kehendak Allah dalam hidup kita sebagai wujud persembahan
tubuh yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada
Allah. Panggilan untuk hidup berkenan kepada Allah tidak
cukup diwujudkan dalam kesalehan pribadi saja, tapi juga
dalam kesalehan komunal. Selain kehidupan pribadi,
kehidupan bersama sebagai gereja dan komunitas kritiani

204
wajib juga diusahakan agara sesuai dengan kehendak Allah,
yaitu dengan mempraktikkan hal-hal yang baik, berkenan
kepada Allah, dan yang sempurna.

Di dalam Roma 12:1, Paulus berkata, “Karena itu, saudara-


saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu,
supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai
persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan
kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” Himbauan
Paulus kepada jemaat di Roma ini adalah supaya mereka
mempersembahkan diri mereka kepada Allah, bukan sebagai
persembahan hewan kurban di atas altar, sebagaimana
disyaratkan oleh Hukum Musa, melainkan sebagai
persembahan yang hidup. Kamus mengartikan kurban sebagai
“apapun yang telah dikhususkan dan dipersembahkan kepada
Allah.” Sebagai orang percaya, bagaimana caranya
mengkhususkan diri dan mempersembahkan diri kepada Allah
sebagai persembahan yang hidup?

Di bawah Perjanjian Lama, Allah menerima pengurbanan


hewan. Akan tetapi semuanya hanya merupakan bayangan
terhadap pengurbanan Domba Allah, Yesus Kristus. Oleh
karena pengurbanan-Nya yang sekali untuk selamanya di atas
salib, sistem pengurbanan Perjanjian Lama telah menjadi
kadaluarsa dan tidak lagi berguna (Ibrani 9:11-12). Bagi
mereka yang memiliki iman yang menyelamatkan dan berada
di dalam Kristus, satu-satunya cara ibadah yang berkenan
pada-Nya adalah mempersembahkan keseluruhan diri kita
kepada Tuhan. Di bawah kendali Allah, tubuh orang percaya
yang fana harus diserahkan pada-Nya sebagai senjata-senjata
kebenaran (Roma 6:12-13; 8:11-13). Mengingat pengorbanan
agung Yesus bagi kita, hal ini sudah “sepantasnya.”

205
Seperti apakah wujud praktis persembahan yang hidup? Roma
12:2 menjelaskannya. Kita hidup sebagai persembahan bagi
Allah dengan tidak menyesuaikan diri pada nilai-nilai duniawi.
Istilah dunia telah dibahas di dalam 1 Yohanes 2:15-16 sebagai
keinginan kedagingan, keinginan mata, dan keangkuhan
hidup. Semua yang ditawarkan oleh dunia dapat
disederhanakan ke dalam tiga kategori tersebut. Keinginan
daging melibatkan segala sesuatu yang membangkitkan selera
dan meliputi keinginan makan, minum, hubungan seksual, dan
segala sesuatu yang menyenangkan tubuh kita dengan
berlebihan. Keinginan mata melibatkan materialisme,
mengingini sesuatu yang tidak kita miliki, dan bersikap iri hati
terhadap mereka yang mempunyai apa yang kita dambakan.
Keangkuhan hidup diartikan sebagai ambisi yang membuai
kita dan meninggikan kehendak pribadi kita.

Bagaimana caranya supaya orang percaya tidak menyesuaikan


diri kepada dunia? “Berubahlah oleh pembaharuan budimu.”
Kita melakukan hal ini melalui kuasa Firman Allah yang dapat
merubah kita. Kita perlu mendengarnya (Roma 10:17),
membacanya (Wahyu 1:3), mempelajarinya (Kisah 17:11),
menghafalnya (Mazmur 119:9-11), dan merenungkannya
(Mazmur 1:2-3). Firman Allah, yang dijelaskan di dalam hati
kita oleh Roh Kudus, merupakan satu-satunya kuasa di bumi
yang dapat merubah haluan kita dari kedagingan kepada
kerohanian yang sejati. Ialah satu-satunya yang dibutuhkan
supaya kita “...diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik” (2
Timotius 3:16). Hasilnya adalah bahwa kita dapat
“...membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik,
yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Roma

206
12:2). Menjadi persembahan hidup bagi Yesus Kristus adalah
kehendak Allah bagi setiap orang percaya.

Sehingga kita harus mengelola tubuh dengan benar,

• Sediakan yang terbaik sesuai kebutuhan tubuh yi :


nutrisi, udara, air, olahraga, istirahat, dll.
• Pahami bagaimana sebuah perilaku terbentuk,
sehingga kita bisa membangun sebuah habit.
• Perilaku muncul dari persepsi, persepi dari keyakinan
yang disertai dengan kuatnya perasaan.
• Perilaku yang dilakukan berulang-ulang akan
membangun program dalam jiwa dan jika dilakukan
dengan sepenuh hati akan membangun sebuah
kebiasaan bila didorong oleh HOLOGRAM diri yang
jelas dan kuat..
• Kebiasaan yang diberikan makna dalam setiap
peristiwa yang dihadapi akan membentuk program
permanen.
• Program permanen ini akan berbenturan dengan
program permanen yang lama.
• Pilihan kita pada program permanen yang akan kita
pilih dan lakukan berulang-ulang akan memutus
program-program permanen yang tidak kita
kehendaki.
• Akan muncul dominasi program permanen.
• Bila dilakukan dengan sepenuh hati maka akan
menjadi satu-satunya program permanen.
• Karakter akan menentukan masa depan dan jati diri
yang akan terbentuk.
• Inilah proses panjang membangun karakter.

207
• Bila semua itu dilakukan dalam kebenaran Firman,
pimpinan Roh Kudus dan selalu mengacu pada
HOLOGRAM KRISTUS, maka akan terbentuk karakter
Kristus yang permanen.
• Perjuang dari being, doing sampai akhirnya mewujud
menjadi having, adalah proses pengejawantahan
rancangan Allah atas kehidupan manusia untuk
mencapai kesegambaran dengan Allah.

208
Bab 12

Membuat aliran roh lancar dan terus-menerus terjadi.

Bagaimana agar aliran roh dapat terjadi secara lancar dan


terus-menerus dalam diri kita ? Bilangan 20 : 11, dipukullah
bukit batu itu kemudian mengalirkan air, sama dengan Kristus
mengeluarkan aliran air hidup (1 Korintus 10 : 4). Dan dalam
Bilangan 21 : 16-18, umat Tuhan menggali sumur dan Tuhan
mengalirkan air. Gunung batu dipukul dan sumur digali untuk
mengalirkan air. Gambaran Kristus yang dipukul untuk
mengalirkan air hidup bagi kita, itu terjadi diluar kita.
Sedangkan sumur kehidupan itu sudah ada didalam diri kita
(Yohanes 4 : 14). Bagi orang percaya bukan masalah bukit batu
tetapi sumur. Karena Kristus sudah menyelesaikan karya-Nya
sempurna di Golgota, yang telah mengalirkan air hidup pada
diri kita umat-Nya. Tetapi air hidup yang berada dalam diri kita
berbeda, itu harus digali. Dalam kenyataannya sering kita
mengalami aliran air hidup yang tidak lancar : doa kita tidak
berkuasa, kesaksian tidak kuat, dikalahkan dalam pencobaan
atau tidak mengalami kemenangan.

Semua itu terjadi karena adanya kotoran atau ganjalan yang


mengganggu aliran kehidupan didalam diri kita. Kotoran itu
mungkin ada didalam nurani, perasaan, kehendak atau pikiran
kita. Bisa pula hati kita masih belum murni, bahkan roh kita
mungkin juga masih kotor dan perlu untuk digali.

Menggali nurani.

Nurani yang tidak murni, tidak transparan berarti masih kotor.


Masih ada tuduhan-tuduhan dalam nurani yang belum kita
akui dihadapan Tuhan. Tuduhan itu harus segera dibereskan,

209
saat kita tidak berlaku benar terhadap sesama, menolak
perintah Tuhan, ini akan mengotori hati nurani kita. Ketika ada
perintah atau permintaan dari Tuhan dan kita tidak
menjalaninya, segera akan muncul tuduhan dalam nurani. Ini
membuat nurani kita tidak murni dan kotor. Segera selesaikan
kotoran itu dengan datang pada Tuhan secepat mungkin
untuk mengakuinya, mohon pengampunan dan pembasuhan
oleh darah Yesus. Dengan datang pada Tuhan setiap waktu,
akan membuat kotoran hati nurani kita akan digali,
dibersihkan.

Menggali hati.

Setelah membersihkan tuduhan dalam nurani, kita harus


membersihkan semua hal yang dikutuk Tuhan dalam hati kita.
Tidak banyak yang murni hatinya hanya bagi Tuhan. Banyak
yang mencari Tuhan dan kehendak-Nya, bersamaan dengan
keinginan-keinginan diri yang lain. Hati menjadi ruwet, tidak
bebas dan tidak murni. Hati harus dibersihkan agar tinggal
Kristus saja didalamnya. Apa saja yang melekat dalam hati kita
selain Krsitus ?

Pertama, kegelisaan akan masa depan dan kekhawatiran akan


petunjuk Tuhan disana. Seharusnya ini tidak menggelisahkan,
karena masa depan bukan ditangan kita tetapi ditangan
Tuhan. Faktanya adalah Tuhan sudah tinggal dalam diri kita,
bagaimana mungkin Tuhan tidak akan memegang masa depan
kita ?

Kedua, hati kita sangat mudah lengket pada apa yang


disentuhnya. Bersamaan kita menyerahkan diri pada Tuhan,
betapa banyaknya hal lain yang lengket, menempel dan
membuat ruwet hati kita. Untuk melepas itu jauh lebih sulit

210
dari kekotoran hati nurani. Sangat sulit melepas apa yang kita
cintai. Kita menjadi melekat pada apa yang kita cintai (Matius
5 : 8), berbahagialah mereka yang murni hatinya.

Seringkali kita mencintai Tuhan dengan hati yang komplek,


rumit, ruwet. Tujuan dan target hati tidak murni. Berapa
banyak hal lain diluar Tuhan ? Keluarga ? Kerja ? Karier ? Uang
? Kedudukan ? Kekuasaan ? Semua itu membuat halangan
yang menjadikan kita frustasi karena air hidup tidak mengalir
lancar. Saat kita menerima Tuhan Yesus, Dia telah datang
dalam hati kita dengan sumber air hidup-Nya. Masalahnya
adalah terlalu banyak kotoran dalam nurani dan hati kita.

Menggali pikiran.

Saat menggali sumur, kita akan menemukan berbagai lapisan-


lapisan dalam tanah. Ada lapisan tanah gembur, tanah keras
bahkan batu. Pikiran paling banyak macam dan jumlah
kotorannya. Coba bayangkan berapa banyak pikiran atau
imajinasi dalam pikiran kita dalam satu hari saja ? Kita tahu
iblis menggoda melalui pikiran, semua imajinasi kita adalah
mimpi kita yang berbeda-beda. Setan sering membutakan
pikiran, misalnya saat pemberitaan Firman Tuhan, pikiran kita
dibawa melayang-layang memikirkan hal lain. Sehingga
Firman itu tidak dapat kita tangkap maknanya. Pikiran
dibutakan oleh imajinasi. Dalam hitungan detik saja, orang
bisa mengimajinasikan berbagai belahan dunia saat dia tetap
duduk. Betapa banyak imajinasi dalam pikiran kita, dan betapa
kotornya itu. Saat pikiran telah dibutakan maka aliran air
kehidupan itu akan tersumbat.

211
Menggali kehendak.

Kehendak juga memiliki banyak kotoran. Karena tidak banyak


yang sepenuhnya berserah dan taat pada Tuhan. Kita perlu
lebih patuh dan tunduk dalam kehendak Tuhan. Betapa sering
kita melawan kehendak Tuhan. Kadang kita pikir kita telah
berserah pada Tuhan, tetapi saat Tuhan menaruh dalam
situasi tertentu, kepasrahan itu berubah. Berserah pada yang
tidak kelihatan itu lebih mudah dari yang kelihatan. Dengan
Tuhan kita merasa tidak ada masalah, tetapi bagaimana
dengan saudara se gereja ? suami atau istri ? Bukankah melalui
kesulitan-kesulitan itu banyak yang disingkapkan dalam hidup
kita ? Sering kesukaran akan membawa kita kedalam terang,
yang menyadarkan betapa bebal kehendak kita. Sangat
mudah mengingini hal-hal yang rohani, tetapi tanpa
perubahan hidup, nature kita, pengambilan keputusan adalah
tidak mungkin. Aliran air hidup itu adalah tanggungjawab
Tuhan, tetapi menggali segala kekotoran itu adalah
tanggungjawab kita.

Menggali emosi.

Saat kita dikuasai oleh perasaan, maka kita sedang dikuasai


oleh diri sendiri. Kita diikat oleh perasaan. Setelah nurani, hati,
pikiran dan kehendak maka akhirnya kita harus melihat
berapa jauh keterikatan kita pada perasaan. Sangat mudah
kita punya perasaan senang dan kemudian berubah menjadi
benci. Mudah menerima seseorang sebagai kawan, kemudian
karena keadaan tertentu besok kita sudah memusuhinya.
Perasaan terus-menerus berubah, menjadikan kita lebih sulit
untuk mengendalikannya. Hanya melalui pengendalian yang

212
kuat akan kebenaran Firman, kita akan bisa secara perlahan
tetapi pasti mengendalikan perasaan kita.

Semua yang tertulis diatas bukanlah pengajaran, tetapi


sebuah instruksi agar kita terus datang kepada Tuhan.
Lupakan segala kebutuhan, pekerjaan, masa depan dan
keadaan yang sedang kita hadapi saat ini. Carilah kehadiran
Tuhan, mintalah dibawa kedalam cahaya-Nya. Dan ikuti
cahaya-Nya membongkar seluruh kekotoran dalam nurani,
hati, pikiran, kehendak dan perasaan kita. Semakin bersih
akan membuat kita semakin hidup. Hidup, kuat dan menang.
Kita harus terus berjuang menjaga aliran air kehidupan ini
yaitu persekutuan dengan Sang Air Kehidupan didalam diri.
Saat aliran air hidup mengalir sempurna, disana ada
kemenangan. Semua masalah akan selesai seketika, bahkan
tanpa disadari. Meski kita tidak tahu caranya, Air Kehidupan
itu tahu dan mampu serta mau. Alirannya akan tergantung
pada perjuangan kita untuk menggali. Menggali hanya
dilakukan melalui doa, berdoa dalam pimpinan Roh Kudus.
Sesuai dengan pimpinan-Nya, kita mengaku dan menggali
kekotoran dalam diri.

Keselamatan dari Tuhan Yesus memiliki tujuan


menyelamatkan seluruh ciptaan Allah, terbebas dari belenggu
dan perilaku dosa. Sehingga ketika keselamatan itu telah kita
terima, kelahiran baru itu telah terjadi, maka Roh Kudus
dengan segala kasih, kuasa, kemuliaan dan kepenuhan
anugerah Allah masuk dalam roh kita. Kita harus menjaga agar
Roh Kudus untuk bebas dan terus-menerus mengalirkan
kepenuhan-Nya bagi sesama dan ciptaan Allah yang lain untuk
menikmati keselamatan yang dari Tuhan.

213
Kita yang sudah berada di ujung akhir zaman ini, harus bekerja
keras menuntaskan tugas generasi untuk menggelar karpet
merah menyambut kedatangan Kristus kedua kali. Marilah
kita kembali pada kehidupan yang memiliki cara pandang
kehidupan yang benar serta masuk dalam kehidupan dalam
pimpinan Roh Kudus, dengan tinggal tenang dan diam dalam
hadirat Allah setiap hari.

214
Bab 13

Hidup didalam Perjanjian Baru

Kehidupan dalam Perjanjian Baru adalah sebuah kebebasan


mutlak dari kuasa dosa dan iblis. Ketika kita mengakui dosa
dan menggunakan kuasa Darah Yesus, maka tidak ada dosa
dan kuasanya juga iblis dan kekuatannya yang tidak
dikalahkan. Belenggu sekuat apapun telah dimusnahkan oleh
karya penebusan Kristus.

Namun kebebasan itu kita terima pada saat kita masih di bumi
yang penuh dengan dosa ini. Sehingga cara kita menjalani
kehidupan disini diajarkan oleh Tuhan Yesus sedemikian rupa
agar kita tetap bisa menjaga kekudusan itu ditengah-tengah
dosa, penderitaan dan kemerosotan kehidupan di bumi yang
berdosa ini.

Menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Aku.

Tuhan Yesus memberikan kunci bagaimana hidup ditengah


dunia ini dalam Lukas 9:23 (juga dalam Matius 16:24) :

Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau


mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya
setiap hari dan mengikut Aku.

Versi Terjemahan Bahasa Indonesia Masa Kini LAI:

Kemudian Yesus berkata kepada semua orang yang ada di


situ, “Orang yang mau mengikuti Aku, harus melupakan
kepentingannya sendiri, memikul salibnya tiap-tiap hari, dan
terus mengikuti Aku.”

215
Dalam bahasa yang sederhana, firman ini dengan sangat tegas
menunjukkan sikap yang harus dijalani dalam mengikut Kristus
di zaman Perjanjian baru. Seorang yang mau menjadi pengikut
Kristus hidup dalam Perjanjian Baru adalah harus berani
berkata “TIDAK” pada diri dan ambisinya sendiri dan mengikut
Kristus, bahkan sampai pada tahap “siap mati” setiap hari
demi melakukannya.

Setelah mendapatkan pengakuan dari Petrus bahwa Dia


adalah Mesias, Tuhan Yesus menjelaskan bahwa “Anak
Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak
oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu
dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga” (Lukas 9:22).

Ternyata ciri utama menjalani kehidupan di dunia ini bagi


Yesus adalah hidup dalam penderitaan. Jadi jika Tuhan Yesus
mengalami penderitaan sebagai ciri utama, maka para orang-
orang yang mengaku menjadi pengikut-Nya juga jangan kaget
kalau mengalami penderitaan sebagai ciri kehidupan menjadi
pengikut Kristus. Inilah yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus
pada waktu Dia berkata :

“Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi


barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama
dengan gurunya” (Lukas 6:40).

Mengapa orang Kristen bisa menderita karena imannya ? Jika


orang Kristen sungguh-sungguh menjalankan apa yang
menjadi agenda Allah, maka hal itu bertentangan dengan
sistem dunia yang sudah jatuh dalam dosa. Iblis akan menjadi
lawannya. Semakin orang Kristen hidup benar mewujudkan
karakter Kristus, maka dia akan semakin mengalami tekanan
dalam kehidupannya. Misalnya, orang Kristen yang jujur, tulus

216
dan tidak mau ikut korupsi ditempat kerjanya maka ia akan
dimusuhi rekan-rekannya.

Sebagai satu-satunya cara manusia memperoleh hidup adalah


menyatu dengan Kristus, menjadi tubuh Kristus dan menerima
otoritas Kristus sebagai kepala. Yesus Kristus adalah Raja di
atas segala raja dan Tuhan di atas segala tuhan, memanggil
manusia kepada diri-Nya dan menuntut kesetiaan total dari
mereka bagi diri-Nya. Karena tidak ada cara lain menghidupi
kehendak Allah di bumi yang dikuasai dosa kecuali dengan
cara itu.

Yesus menegaskan untuk belajar dari Dia dan menjadi seperti


Dia. Ketika Yesus mengutus mereka ke dalam dunia seperti
Bapa mengutus Dia ke dalam dunia, untuk menjadi saksi-Nya
mewujudkan kembali kehadiran dan karya Kristus. Dia tahu
bahwa dunia akan membenci kehadiran-Nya dan akan
melawan mereka dengan kekerasan tanpa belas kasihan.
Dalam menghadapi kebencian, kekerasan serta penderitaan
bahkan sampai kematian, mereka harus menjalaninya dengan
penuh sukacita, ketenangan bahkan hati yang melimpah
dengan syukur. Karena hanya melalui itu maka karya dan
karakter Kristus akan terlihat jelas bagi dunia. Seperti sebuah
lilin yang cahayanya akan terlihat begitu terang dan jelas di
tempat yang paling pekat.

Sebagaimana Kristus yang tidak mencari hal-hal ini bagi


kepentingan sendiri, demikian pula para pengikut-Nya.
Namun tujuan Kristus dan umat-Nya bukan untuk menderita
dan mati, sebaliknya, sasaran mereka adalah menyatu dengan
pribadi Kristus dan tujuan-Nya dalam dunia, yaitu menyatakan

217
Kerajaan Allah hadir dan kehendak Allah terjadi di bumi
seperti didalam sorga.

Roma 8:17-25

Kadang kita sering mempertanyakan mengapa kita harus


menderita? Mengapa ada penderitaan di dunia ini?
Penderitaan menghancurkan impian-impian kita dan kita
sering mau menyerah dalam hidup ini. Anak Tuhan atau tidak,
setiap manusia pasti pernah dan akan mengalami sebuah
penderitaan. Lalu apa perbedaannya?

Dalam pengajarannya, Paulus secara garis besar dalam Roma


8:17-25 :

– Sebagai anak-anak Allah, kita akan menderita (ayat 17).

– Alasan kita harus bertekun dalam penderitaan (ayat 18-25).

– Kemuliaan dan pengharapan di masa depan mengatasi


penderitaan yang kita alami di masa sekarang (ayat 18).

Mengapa kita harus bertahan dalam penderitaan ?

Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak


dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan
kepada kita (ayat 18).

Paulus menegaskan bahwa kita jangan berfokus pada realita


adanya penderitaan yang memang akan ada dan terus ada,
tetapi arahkan hati pada kemuliaan yang bersifat kekal yang
dijanjikan setelah kita melewati penderitaan itu. Karena kita
tidak pernah bisa menghidari penderitaan dengan apapun
yang bisa kita raih, kesehatan, kekayaan, pekerjaan/bisnis
yang akan hilang bahkan menjadi sumber penderitaan baru

218
pada suatu hari. Berapa banyaknya uang dan seberapa
tingginya posisi kita tidak akan pernah bisa membawa kita
keluar dari realita penderitaan.

Sebagai anak-anak Tuhan, seharusnya fokus kita bukan pada


penderitaan tetapi akan adanya pengharapan atas kekekalan
di masa datang, dimana kita akan bersama Tuhan selama-
lamanya dalam tubuh yang baru, dan dimana tidak ada lagi
kesedihan dan penderitaan.

Keluhan ciptaan (the groaning of the whole creation).

Paulus menegaskan realita penderitaan akan melekat di bumi.

Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat


anak-anak Allah dinyatakan. Karena seluruh makhluk telah
ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya
sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya,
tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga
akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk
ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. Sebab
kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-
sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin (ayat
19-22).

“Seluruh mahluk” di sini bukan hanya berbicara soal manusia,


tetapi juga tentang ciptaan yang lain (gaya bahasa di mana
ciptaan/barang/benda di personifikasi kan); dimana semua
akan tunduk dan ditaklukkan oleh Tuhan, pada saat kita
dipermuliakan oleh Dia. Bumi ini akan berubah; tidak ada lagi
bencana alam dan sebagainya (kitab Wahyu).

219
“The whole creation has been groaning” – suatu ungkapan
dimana pada situasi yang terus terjadi dan tidak berubah
(bukan seperti “mengeluh” seperti terjemahan Indonesia),
seperti sebuah keadaan kesakitan seperti seorang wanita
bersalin.

Dan keadaan itu juga terjadi pada anak-anak Tuhan juga


“groan”.

Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah


menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati
kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu
pembebasan tubuh kita (ayat 23).

Selagi kita masih berada dalam tubuh fana ini, maka kita tidak
akan bebas sama sekali dari penderitaan. Tetapi kita memiliki
harapan di masa datang ! Pribadi Allah, Roh Kudus, tinggal
dalam kita dan menjadi garansi dalam hidup kita (Efesus 1:13-
14) sebagai jaminan di masa akan datang – dimana kita akan
mendapatkan sebuah kemuliaan yang jauh lebih besar dari
pada saat ini.

Istilah “menanti” Tetapi jika kita mengharapkan apa yang


tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun (ayat 25),
memiliki makna sebuah penantian dengan penuh keyakinan,
bukan dengan keragu-raguan, tetapi dengan iman dan
pengharapan. Kita tidak tahu kapan, tetapi pasti terjadi. Roma
8 berkata bahwa Roh Kudus sudah tinggal di dalam kita, dan
harapan akan masa datang itu adalah pasti ! Karena
keberadaan Roh Kudus adalah jaminannya.

Penderitaan sebagai realita dan bahkan sebagai satu-satunya


jalan yang diperintahkan Kristus untuk dijalani, bukanlah

220
sesuatu yang harus kita keluhkan, karena melalui penderitaan
membuat kita bijaksana, dan menolong kita untuk lebih dekat
pada Tuhan, bergantung pada Tuhan serta melekat pada
Kristus sebagai satu-satunya jalan keluar.

Pengharapan dan realita baru tentang penderitaaan adalah


(ayat 28). Kita pun bisa bersuka cita di tengah penderitaan
kita, melihat realita bahwa Tuhan turut bekerja di dalam
penderitaan kita!

Melalui Kristus maka manusia memiliki satu-satunya jalan


keluar terhadap realita penderitaan. Bukan mencari jalan
untuk menghidar atau memilih jalan paling aman (karena
realitanya memang tidak ada kehidupan tanpa penderitaan),
tetapi adanya pengharapan akan kekekalan dan kemuliaan
yang akan diberikan sesuai janji Tuhan di masa datang.
Sehingga kita menemukan alasan dan tujuan yang jelas saat
menjalani realita kehidupan yang penuh penderitaan ini.

Kristus tidak menghilangkan penderitaan, tetapi menolong


menghidupi penderitaan yang diijinkan terjadi dalam diri
umat-Nya dengan tujuan yang sangat jelas. Tujuan itu adalah
membangun kapasitas hidup, membuat keterikatan mutlak
pada kasih dan kuasa Kristus, bergantung dan taat pada
pimpinan Roh Kudus, serta melaluinya buah-buah pertobatan
akan dapat dilihat dan dinikmati oleh sesama dan semesta.
Penderitaan yang menghancurkan diubah menjadi
penderitaan yang mendatangkan sukacita untuk mewujudkan
kesegambaran Allah dalam diri umat. Karena penderitaan
tidak akan pernah dihapuskan di bumi, sebelum kedatangan
Kristus kedua kalinya. Penderitaan justru akan menjadi alat

221
yang paling efektif bagi Allah untuk memmaksimalkan
kapasitas umat-Nya.

Hidup yang berkorban bagi Kristus

Penderitaan bagi Kristus bukan hanya penderitaan karena


perjuangan mewujudkan karakter Kristus ditengah-tengah
kehidupan yang jahat. Penderitaan akibat mengikut kehendak
Kristus itu akan dimulai saat seseorang memulai komitmennya
melekat pada Kristus dan mewujudkan karya dan kehadiran-
Nya di bumi didalam dan melalui kehidupannya. Langkah yang
akan bergulat dengan keinginan diri, keterikatan pada
kekayaan dan kemuliaan dunia yang dimiliki bahkan dengan
kerabat terdekat demi melayani Kristus.

Lebih jauh lagi, seorang murid Kristus memposisikan dirinya


sebagai budak Kristus: dia secara total di bawah perintah Sang
Tuan. Sang Tuanlah yang memutuskan pelayanan seperti apa
yang harus dilakukannya sebagai seorang hamba. Tugas
pertamanya adalah menemukan kehendak Tuannya dan
melakukannya dengan penuh gairah dan sukacita.

Bahkan ketika panggilan itu akan berujung pada kemartiran


yang Tuhan berikan kepada sebagian orang yang dipilih-Nya
untuk secara harfiah mati bagi Kristus dan Injil-Nya. Dari apa
yang Alkitab nyatakan, kelihatannya ada jumlah yang pasti
dari anak-anak Allah yang telah ditentukan oleh Allah untuk
pengorbanan tertinggi ini. Bagi sebagian orang, mati martir
mungkin sebuah peristiwa yang cepat, seperti ditembak atau
dipenggal, tetapi bagi sebagian yang lain bisa juga didahului
oleh penyiksaan.

222
Segala jenis penderitaan yang mungkin seperti kelemahan
tubuh, sakit penyakit, penindasan, penganiayaan bahkan
kemunduran kesehatan yang disebabkan ketaatannya dalam
melayani Tuhan yang membawa pada kematian, saya percaya
Allah tetap melihat kematian tersebut sebagai suatu kematian
seorang martir.

Allah melakukan segala sesuatu dengan tujuan. Dalam realita


kehidupan yang tidak dapat dipisahkan dari penderitaan, dan
jika Dia memilih untuk memanggil anak-anak-Nya untuk
masuk dalam panggilan khusus mengalami penderitaan dan
pengorbanan diri, Dia pasti memiliki tujuan yang sangat
penting untuk dicapai melalui mereka. Maka, adalah tugas
dari anak untuk mentaati Bapa mereka meskipun mereka
tidak mengerti tujuan atau alasan dibalik perintah Bapa.
Tetapi Bapa ingin anak-Nya mengerti Dia karena Dia ingin
mereka mengembangkan pikiran mereka seperti pikiran-Nya.
Oleh karena itu, Dia telah menyatakan pikiran-Nya, tujuan-
Nya, dan metode-Nya kepada anak-anak-Nya dalam Firman-
Nya secara tertulis dan dalam Firman-Nya yang berinkarnasi.

Allah masuk ke dalam sejarah dengan mengutus Anak-Nya


berinkarnasi sebagai hamba yang menderita yang akan
mengakhiri hidup-Nya di dunia melalui penyiksaan dan mati
sebagai martir. Di dalam peristiwa ini, Allah menyatakan
kepada kita bahwa penderitaan dan pengorbanan diri adalah
metode spesifik-Nya untuk mengatasi masalah
pemberontakan, kejahatan dan dosa umat manusia.
Pengorbanan diri adalah satu-satunya metode yang sejalan
dengan natur-Nya. Sebagai contoh, Allah tidak dapat
menghadapi kebencian dengan kebencian, karena jika Dia
melakukannya, Dia tidak hanya meminjam metode tetapi juga

223
natur dari dia yang merupakan asal kebencian, yaitu Si Jahat.
Allah hanya dapat menghadapi dengan kasih, karena Dia
adalah kasih, dan melalui penderitaan dan mengorbankan diri-
Nya sendiri bagi orang yang membenci-Nya, Dia menyatakan
inti dari natur-Nya sendiri.

Sekarang, orang-orang yang dilahirkan dari Allah telah


menjadi bagian dari natur Allah (2 Petrus 1:4). Oleh karena itu,
anak-anak Allah dipanggil untuk mengatasi masalah dunia ini
dengan kasih agape yang sama yang adalah natur dari Allah (1
Yohanes 4:4-21). Lebih dari itu, Kristus menyatukan diri-Nya
sendiri dengan umat-Nya dalam suatu kesatuan yang bisa
dibandingkan dengan kesatuan dengan Bapa-Nya (Yohanes
17:21-26). Kristus hidup dalam mereka dan meneruskan
pekerjaan-Nya didalam dunia ini melalui mereka. Tetapi Dia
tidak mengubah strategi yang digunakan-Nya sama seperti
ketika Dia masih ada dalam dunia. Metode-Nya tetap
merupakan metode salib.

Dengan melihat hal ini, Kristus berkata kepada para murid-Nya


bahwa Dia akan mengutus mereka ke dalam dunia sama
seperti Bapa-Nya telah mengutus Dia ke dalam dunia. Dengan
kata lain, Dia mengutus mereka untuk berada dalam posisi
yang sama dan untuk mengatasi masalah dengan metode yang
sama – yaitu, metode salib. Dengan alasan inilah, Yesus
meminta mereka untuk memikul salib mereka sendiri dan
mengikut teladan-Nya dengan pergi ke seluruh dunia
memberitakan Injil (menjadi saksi), melayani yang lain, dan
mati bagi yang lain. Salib mereka mewakili keterlibatan
sengaja mereka untuk berkorban dalam pemenuhan tujuan
Bapa terhadap umat manusia.

224
Cara mengalahkan setan

Yesus melihat kedatangan-Nya dalam dunia sebagai suatu


invasi ke dalam rumah orang kuat untuk mengambil barang-
barangnya (Matius 12:29). Dia melihat Pangeran dunia ini
sedang diusir melalui kematian-Nya (Yohanes 12:31-33), dan
hasil dari pelayanan para murid-Nya (Lukas 10:17-19). Yesus
mengajarkan kepada mereka untuk tidak takut kepada dia
yang hanya dapat membunuh tubuh, dan Dia menantang
keberanian mereka untuk kehilangan nyawa untuk mendapat
kemenangan (Matius 10:26-39). Maka, Yohanes hanya
mengikuti pengajaran Tuhannya ketika dia menggambarkan
Setan diusir dan kekalahannya melalui kematian kaum martir
dalam Wahyu 12:9-11.

Setan memiliki dua alat yang membuat dia dapat menahan


manusia dalam ikatan dan perbudakan. Alat pertama yang
digunakannya adalah dosa. Semua dosa manusia adalah
“sertifikat kepemilikan” Setan. Tetapi dokumen ini sudah
dipakukan di atas salib di Kalvari dan dibatalkan melalui
kematian Kristus (Kolose 2:14-15). Alat kedua yang Setan
pakai adalah takut akan kematian (Ibrani 2:14-15). Sekali lagi,
melalui kematian-Nya, Yesus membebaskan umat-Nya dari
ketakutan akan kematian. Ketika umat Allah menghadapi
penderitaan bahkan kematian mereka menghadapinya tanpa
takut, alat terakhir Setan ditaklukkan, dia diremukkan dan
kalah.

Sebagai penipu segala bangsa, Setan mempertahankan


perbudakan mereka dengan membuat mereka terus berada
dalam kegelapan akibat penipuannya. Ketika umat Allah hidup
dalam kamatian diri, setia memikul salib maka akan membuat

225
kebenaran Allah bersinar dengan terang di antara segala
bangsa, mereka yang dulunya diperbudak dalam kegelapan
berespons dengan berbalik kepada Allah. Sikap kematian bagi
Kristus, dan menghidupi kehidupan Kristus adalah panggilan
mulia bagi umat Allah untuk membuka mata orang-orang yang
belum percaya, dan ketika mereka melihat terang
pengorbanan ini, kuasa Setan atas mereka hilang. Kita
memiliki bukti lebih lanjut mengenai kenyataan ini dalam
Kitab Wahyu, di sana kita melihat pengetahuan akan Allah
datang ke segala bangsa sebagai hasil dari kematian kaum
martir (Wahyu 11:1-19; 14:1-12; 15:2-4). Kaum martir
diperlihatkan telah mengalahkan Setan dengan membawa
segala bangsa kepada Allah melalui kesaksian dan kematian
mereka.

Kisah Ayub menunjukkan kepada kita aspek lain dari


kekalahan Setan melalui kesetiaan umat Allah dalam
penderitaan. Penolakan Ayub untuk mengutuk Allah
menunjukkan kepada seluruh sorga bahwa Allah memiliki
penyembah yang murni di bumi, dan membuktikan kalau
Setan salah. Penderitaan Ayub ditonton oleh seluruh sorga
sebagai pemandangan yang luar biasa. Sepertinya Paulus
sedang memikirkan Ayub ketika, berbicara mengenai
penderitaan para rasul, dia berkata bahwa mereka “telah
menjadi tontonan bagi dunia, bagi malaikat-malaikat dan bagi
manusia” (1 Korintus 4:9).

Mati Martir dan Kemuliaan Allah

Kematian sebagai martir dalam zaman modern, adalah cara


hidup yang hanya berpusat pada apa yang dikehendaki
Kristus, yang akan memasukkan dirinya dalam berbagai

226
penderitaan, kemerosotan kesehatan bahkan sampai pada
jalan kematian.

Yesus menggambarkan hasil dari penyaliban-Nya adalah


sebagai pemuliaan diri-Nya dan pemuliaan Allah (Yohanes
12:27-32; 13:31-32). Namun bukankah kematian melalui salib
merupakan salah satu bentuk hukuman yang paling
memalukan dan paling kejam bahkan terkutuk ? Bagaimana
hal tersebut dapat dilihat sebagai tindakan memuliakan Allah?
Jawabannya menjadi jelas ketika kita melihat apa yang
dinyatakan melalui jalan tindakan (salib) tersebut kepada
dunia. Melalui penderitaan Kristus yang dilakukan secara
sukarela itu, muncullah keselamatan umat manusia, natur
sejati Allah dinyatakan. Esensi Allah diperlihatkan sebagai
suatu kasih yang sempurna, secara penuh dan tak bersyarat
menyerahkan diri-Nya bagi yang lain, meskipun mengalami
penderitaan dan kematian bagi mereka.

Kemuliaan Allah hanya akan bersinar melalui keindahan dan


keagungan pengorbanan diri ini, dan yang paling penting,
kemuliaan Allah ini, kemuliaan kasih-Nya yang mengorbankan
diri, bersinar di setiap orang yang mati martir. Untuk alasan
ini, Yohanes merujuk kepada kematian martirnya Petrus
sebagai “bentuk kematian di mana Petrus dapat memuliakan
Allah” (Yohanes 21:19, NIV). Itu juga merupakan alasan
mengapa Paulus begitu bersemangat untuk memuliakan
Kristus melalui kematiannya sendiri (Filipi 1:20).

Kematian seorang martir memiliki kuasa untuk menyatakan


kasih Allah kepada mereka yang ada dalam kegelapan. Di
dalamnya terdapat kuasa untuk meyakinkan dan menarik :
orang melihat kasih Allah dalam kematian kaum martir dan

227
terdorong untuk percaya pada kasih dan pengorbanan Allah
bagi mereka. Paulus menyatakan pemikiran yang sama dalam
konsep mencerminkan gambar Kristus atau kemuliaan Allah
kepada orang lain melalui penderitaan kita dan pengorbanan
diri kita dalam kasih bagi orang lain (2 Korintus 3:18; 4:1-15).
Ketika pengetahuan tentang Kristus dan anugerah Allah
tersebar ke lebih banyak orang melalui pengorbanan diri dari
anak-anak Allah, akan ada semakin banyak ucapan syukur,
pujian dan kemuliaan yang diberikan kepada Allah.

Landasan kehidupan seorang martir

Menyangkal diri. Dasar dari penyangkalan diri adalah


pemahaman bahwa keselamatan hanya berasal dari Tuhan,
tidak bisa dilakukan dengan cara sendiri. Setelah
diselamatkan, orang-orang Kristen memahami bahwa
Tuhanlah yang menjadi penguasa (tuan) di dalam kehidupan
mereka. Oleh sebab itu, mereka tidak melakukan apa yang
menjadi keinginan dirinya sendiri, tetapi keinginan Tuhan.
Versi BIMK menerjemahkan dengan frasa “melupakan
kepentingannya sendiri.” Orang-orang Kristen harus
mengesampingkan apa yang menjadi kepentingannya sendiri
demi mengarahkan kehidupannya pada apa yang menjadi
kepentingan Kerajaan Allah.

Memikul salib. Pada zaman Romawi, seseorang yang dijatuhi


hukuman salib akan dipaksa untuk memikul sendiri salibnya
dari tempat dia dijatuhi hukuman sampai ke tempat
penyaliban. Dengan cara demikian dipertontonkan bahwa dia
telah bersalah pada negara dan tunduk pada negara, yang
telah menjatuhkan hukuman mati pada mereka.

228
Gambaran ini digunakan oleh Lukas untuk menyatakan bahwa
orang Kristen harus menjalani hidup seolah-olah telah dijatuhi
“hukuman mati,” yaitu mati terhadap nilai-nilai dunia yang
tidak sesuai dengan kehendak Allah dan tunduk pada nilai-nilai
dalam Kerajaan Allah. Apa yang orang-orang Kristen lakukan
harus selaras dengan apa yang dikehendaki Allah.
Sebagaimana orang-orang yang dijatuhi hukuman mati pada
masa itu, orang-orang Kristen juga harus rela kehilangan harta
benda dan nama baiknya. Dan jika kita membaca ayat-ayat
selanjutnya, mati di sini pun berarti siap mati secara fisik demi
menjadi pengikut Tuhan.

Lukas menuliskan bahwa menyangkal diri dan memikul salib


ini harus siap kita lakukan setiap hari. Dengan cara itulah,
berita tentang keselamatan di dalam Kristus akan menyebar
ke dalam dunia.

Mengikut Aku. Jika ditinjau dari segi bahasa Yunani “Koine”,


mengikut di sini menggunakan kala kini (present tense-form),
berbeda dengan menyangkal diri dan memikul salib yang
menggunakan kata “aorist”. Dengan ini, Lukas ingin
menekankan bahwa mengikut Yesus merupakan proses yang
terus menerus, seperti terjemahan BIMK, “terus mengikuti
Aku.” Mengikut Tuhan bukan sekadar komitmen yang
dilakukan sekali saja, namun dilakukan seumur hidup.

Menjadi murid Tuhan Yesus berarti harus melakukan ketiga


hal ini. Menyangkal diri (mengesampingkan identitas duniawi
dan fokus pada identitas sebagai pengikut Tuhan) dan
memikul salib (mati terhadap ambisi duniawi dan
mengarahkan pada keinginan Tuhan) setiap hari harus
menjadi komitmen orang-orang yang mau mengikut Kristus.

229
Walaupun secara duniawi mungkin akan mengalami kerugian,
tetapi para pengikut Kristus percaya bahwa dengan itu justru
mereka akan menikmati hal yang lebih besar lagi di surga.
Bahkan jika dengan menjadi pengikut Kristus mereka harus
sampai kehilangan nyawa pun, itu bukan merupakan kerugian
karena “barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia
akan menyelamatkannya” (Lukas 9:24).

230
Penutup

Semua yang tertulis diatas bukanlah pengajaran, tetapi


sebuah sistematika praktis agar kita terus datang kepada
Tuhan. Janganlah kita memfokuskan pada dosa, kekurangan
dan penderitaan yang memang akan selalu ada selama kita
masih hidup di tubuh fana dan di dunia fana ini Tetapi carilah
kehadiran Tuhan, mintalah dibawa kedalam cahaya-Nya. Dan
ikuti cahaya-Nya membongkar seluruh kekotoran dalam
nurani, hati, pikiran, kehendak dan perasaan kita.

Semakin bersih akan membuat kita semakin hidup. Hidup,


kuat dan menang. Kita harus terus berjuang menjaga aliran air
kehidupan ini yaitu persekutuan dengan Sang Air Kehidupan
didalam diri. Saat aliran air hidup mengalir sempurna, disana
ada kemenangan. Semua masalah akan selesai seketika,
bahkan tanpa disadari. Meski kita tidak tahu caranya, Air
Kehidupan itu tahu dan mampu serta mau. Alirannya akan
tergantung pada perjuangan kita untuk menggali. Menggali
hanya dilakukan melalui doa, berdoa dalam pimpinan Roh
Kudus. Sesuai dengan pimpinan-Nya, kita mengaku dan
menggali kekotoran dalam diri.

Keselamatan dari Tuhan Yesus memiliki tujuan


menyelamatkan seluruh ciptaan Allah, terbebas dari belenggu
dan perilaku dosa. Sehingga ketika keselamatan itu telah kita
terima, kelahiran baru itu telah terjadi, maka Roh Kudus
dengan segala kasih, kuasa, kemuliaan dan kepenuhan
anugerah Allah masuk dalam roh kita. Kita harus menjaga agar
Roh Kudus untuk bebas dan terus-menerus mengalirkan
kepenuhan-Nya bagi sesama dan ciptaan Allah yang lain untuk
menikmati keselamatan yang dari Tuhan.

231
Kita yang sudah berada di ujung akhir zaman ini, harus bekerja
keras menuntaskan tugas generasi untuk menggelar karpet
merah menyambut kedatangan Kristus kedua kali. Marilah
kita kembali pada kehidupan yang memiliki cara pandang
kehidupan yang benar serta masuk dalam kehidupan dalam
pimpinan Roh Kudus, dengan tinggal tenang dan diam dalam
hadirat Allah setiap hari.

Kita adalah umat yang merdeka karena telah dimerdekakan


oleh Kristus. Makna kemerdekaan itu adalah memaksimalkan
kapasitas diri, mewujudkan kasih dan kehidupan yang
mengalir dari tahta Allah melalui jalan salib. Sehingga hidup
dalam penderitaan (yang tidak akan terhindarkan), akan
berujung pada kehidupan dan kemuliaan kekal.

Kehidupan yang menemukan makna dan alasan untuk


berjuang dan bertahan serta bersukacita dalam penderitaan
yang kita alami yang tidak sebanding dengan kemuliaan yang
akan kita terima kelak.

Kita bukan lagi kaum legalistis agamawi tetapi kaum merdeka


didalam Kristus, yang menjalani kemerdekaan itu dalam suka
cita dan damai sejahtera melewati bukit Golgota dan salib,
untuk mewujudkan kehadiran Kristus didalam dan melalui
kehidupan nyata. Semua itu terjadi dalam “rest”, tempat
perhentian bersama dengan Allah yang enak dan ringan.

232

Anda mungkin juga menyukai