TIMOTIUS SUBEKTI
Jemaat di Korintus dikategorikan sebagai “Manusia Duniawi,” karena masih ada iri hati,
perselisihan, dan juga kelompokisme! Hal ini harus menyadarkan Gereja Tuhan sekarang, khususnya
yang menganggap dirinya sudah rohani, pada hal menurut ukuran Tuhan belum. Bagi para pembaca buku
ini, marilah kita menerima teguran firman Tuhan dan bertobat, agar jangan kelak menjadi kecewa karena
merasa sudah berkenan, namun tidak diterima sebagai mempelai-Nya! Itulah sebabnya buku ini sampai
di tangan para pembaca!
Saat menerangkan tentang kebangkitan, Paulus menuliskan kebenaran firman Tuhan ini: “Ada
tubuh sorgawi dan ada tubuh duniawi, tetapi kemuliaan tubuh sorgawi lain dari pada kemuliaan tubuh
duniawi” (1Kor.15:40). Hal ini harus menyadarkan, bahwa selama kita hidup di dunia ini memang
memakai tubuh duniawi, yang disebut juga “tubuh dosa” (Ro.6:6), bahkan “tubuh maut” (Ro.7:24). Dan
patut diketahui, bahwa akhir dari tubuh duniawi ini adalah kematian, sebagai kemah yang pasti akan
roboh dan ditinggalkan selama-lamanya.
Sebab itu, ke mana konsentrasi tujuan hidup kita sekarang? Kepada hal-hal duniawi untuk tubuh
duniawi, ataukah kepada hal-hal sorgawi untuk tubuh sorgawi? Dan tujuan hidup itu dikendalikan oleh
pikiran anda. Inilah pernyataan firman-Nya.
Rom.8:5-8 “Sebab mereka yang hidup menurut daging (tubuh duniawi), memikirkan (phroneo) hal-hal yang dari
daging; mereka yang hidup menurut Roh (tubuh sorgawi), memikirkan (phroneo) hal-hal yang dari Roh.
Karena keinginan/pikiran (phronema) daging adalah maut, tetapi keinginan/pikiran (phronema) Roh
adalah hidup dan damai sejahtera. Sebab keinginan/pikiran (phronema) daging adalah perseteruan
terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. Mereka
yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.”
Bila memfokuskan diri terhadap hal-hal duniawi, pastilah pikiran akan menuju kepada hal-hal
duniawi juga. Sebaliknya, bila memfokuskan hal-hal sorgawi, pikiran pasti menuju hal-hal sorgawi.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa pikiran manusia adalah bagian dari jiwa, di mana terjadi peperangan
antara Roh Allah dan Daging manusia, seperti dikatakan firman Tuhan dalam Gal.5:17 “Sebab keinginan
daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging --
karena keduanya bertentangan -- sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.”
Selama jiwa kita terpengaruh hanya oleh keinginan tubuh (melalui kelima panca-indera), maka
pikiran kita pasti menjadi duniawi, sebab keinginannya hanya berorientasi kepada pemuasan tubuh
duniawi. Namun bilamana Roh Allah mulai mempengaruhi jiwa, khususnya pikiran, maka orientasi
hidup dapat mengarah kepada tubuh sorgawi. Sebab itu, hati-hatilah dengan apa yang anda lihat!
Halaman 1
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
Khususnya pada zaman kemajuan teknologi sekarang ini, gambar-gambar yang merangsang hawa nafsu
dengan mudah disaksikan di layar kaca (televisi), layar perak (bioskop), computer dan smartphone.
Pengalaman pertentangan dalam jiwa dialami sendiri oleh Paulus, walaupun posisinya adalah rasul,
pernah bertemu dengan Yesus secara pribadi, namun dengan jujur ia menyatakan demikian: “Sebab aku
tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab
kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku
kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat,
yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang
memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku” (Rom.7:18-20).
Kesadaran bahwa “dosa yang diam dalam tubuhnya” itulah yang menyebabkan Paulus beteriak
dengan seruan: “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?”
Ucapan ini bukan dikatakannya pada saat belum bertobat, tetapi setelah bertobat, bahkan sudah menjadi
rasul. Dia mengerti, bahwa selama tubuhnya belum diubahkan, maka semua manusia masih
menyandang “tubuh dosa,” yang dapat mengakibatkan maut. Itulah sebabnya disebut “tubuh maut.”
Ketahuilah, bahwa begitu manusia dilahirkan oleh ibunya, ia sudah menyandang dosa, seperti
dikatakan Daud dalam mazmurnya: “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku
dikandung ibuku” (Maz.51:7). Karena itu, Paulus menuliskan dalam
1Kor.15:46-49 “Tetapi yang mula-mula datang bukanlah yang rohaniah, tetapi yang alamiah; kemudian barulah
datang yang rohaniah. Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal
dari sorga. Makhluk-makhluk alamiah sama dengan dia yang berasal dari debu tanah dan makhluk-makhluk
sorgawi sama dengan Dia yang berasal dari sorga. Sama seperti kita telah memakai rupa dari yang alamiah,
demikian pula kita akan memakai rupa dari yang sorgawi.”
Pernyataan ini menunjukkan, bahwa tidak ada seorangpun yang baru dilahirkan langsung menjadi
rohani. Semuanya bermula dari yang alamiah, kemudian setelah melalui proses barulah menjadi rohani.
Sebab itu, siapa yang menyadari dirinya mula-mula duniawi, menyandang tubuh maut, perlu menyeru
kepada Dia, “Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan!” (Rom.10:13).
Ingatlah! Yang duniawi pasti akan berakhir dengan kematian, seperti dinyatakan firman ini: Lalu
Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan
dari dunia ini. Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab
jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.” (Yoh.8:23-24).
Proses dari manusia duniawi ke manusia sorgawi hanya dapat terwujud dalam hidup orang-orang
yang menyadari, bahwa hanya kuasa Allah yang dapat mengubahkan demikian! Sebab yang alamiah –
hal-hal di bumi dan dari bumi – tidak mungkin diubah dengan proses alamiah untuk menjadi sorgawi.
Yang sorgawi, atau yang berkualitas atas, hanya dapat dilakukan melalui proses dari atas, dengan
berkat-berkat sorgawi oleh Bapa sorgawi!
Yak.1:17-18 “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan
dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. Atas kehendak-
Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi
anak sulung di antara semua ciptaan-Nya.”
Dan Bapa sorgawi memberikan segala kualitas dari atas, yang sorgawi, dalam paket “di dalam
Kristus” sebab kasih-Nya kepada manusia: “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang
dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam
Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-
Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-
Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang
dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.”
Halaman 2
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
Neh.5:8 “Berkatalah aku kepada mereka: "Kami selalu berusaha sedapat-dapatnya untuk menebus sesama orang
Yahudi yang dijual kepada bangsa-bangsa lain. Tetapi kamu ini justru menjual saudara-saudaramu,
supaya mereka dibeli lagi oleh kami!" Mereka berdiam diri karena tidak dapat membantah.”
Sifat egoisme manusia, yang akan memuncak pada akhir zaman (2Tim.3:1-2),
memunculkan banyak “Tokoh Penebang pohon” yang hanya berorientasi kepada
keuntungan materi, mengorbankan orang banyak demi keuntungan pribadinya!
Hal demikian inilah yang mendatangkan masa yang teramat sukar!
Halaman 3
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
itu kemudian menyombongkan dirinya sedemikian rupa, sehingga menganggap dirinya layak menerima
pujian dan penyembahan manusia!
John Lenon, tatkala diwawancarai, dia mengucapkan ucapan sesumbarnya “Aku lebih populer dari
Tuhan!” Bahkan, lebih berani dia kemudian menantang: “Siapa yang lebih dulu tenggelam, The Beatles
atau Tuhan!” Tetapi, John Lenon tewas di tembak oleh penggemarnya sendiri! Oprah Winfrey tidak takut
menyatakan dirinya “Allah!”
Dalam Alkitab, kita juga membaca adanya seorang yang tinggi hati, yakni “Penguasa Tirus”
Yeh.28:1-10. Marilah kita membaca ayat 1-2, yang berbunyi: Maka datanglah firman TUHAN kepadaku:
"Hai anak manusia, katakanlah kepada raja Tirus: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Karena engkau
menjadi tinggi hati, dan berkata: Aku adalah Allah! Aku duduk di takhta Allah di tengah-tengah lautan.
Padahal engkau adalah manusia, bukanlah Allah, walau hatimu menempatkan diri sama dengan Allah.”
Menurut beberapa penafsir, orang ini adalah Ithobaal III (tahun 591-573 s.M.). Dalam Kisah Para Rasul
tercatat nama Simon, si penyihir, yang dikatakan Alkitab: “Orang ini adalah kuasa Allah yang terkenal
sebagai Kuasa Besar” (Kis.8:9-10).
Ingat! Iblis memang memakai orang-orang tertentu, untuk menjadikan manusia
tertentu menjadi tokoh idola, yang dapat membalikkan orang banyak dari
penyembahan kepada Allah menjadi penyembahan kepada dirinya.
3. Tokoh Pengrajin.
Melalui para pengrajin, maka kayu-kayu dapat dijadikan produk-produk yang berguna bagi
kehidupan orang lain, seperti halnya dengan kursi, meja, rumah, jembatan dll. Dalam praktek kehidupan,
inilah tokoh-tokoh pendidik, yang membuat anak didiknya menjadi manusia yang berguna bagi orang
lain. Termasuk dalam tokoh-tokoh ini adalah para pendidik, baik itu orang tua yang mendidik dengan
baik, dan juga guru-guru sekolah.
Kita patut berterima-kasih terhadap orang-orang, yang membaktikan diri dalam
pendidikan, sehingga diri kita masing-masing dijadikan manusia yang berguna
bagi kehidupan jasmaniah/sementara dalam dunia ini.
1Tim.1:17 “Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak
nampak, yang esa! Amin.”
Allah yang kekal telah mengaruniakan kepada manusia Anugerah terbesar, Anak-Nya, Yesus
Kristus, yang menjelma menjadi Anak Manusia, dengan tugas menebus manusia dari cengkeraman dosa
dan mendidik mereka supaya menjadi “Manusia Ilahi” atau “Manusia Allah.”
Titus.2:11-12 “Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita
supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil
dan beribadah di dalam dunia sekarang ini.”
Menyelamatkan dengan mengorbankan Darah-Nya sebagai harga tebusan, dan mendidik dengan
mengutus Roh Kudus dan hamba-hamba-Nya yang diurapi. Dalam Perjanjian Lama hal ini
diaktualisasikan dengan memilih Bezaliel dan Aholiab dan kawan-kawannya untuk mengerjakan kayu
dari padang gurun, yang disalut dengan emas murni dan dimasukkan ke dalam Bait Allah, Tabernakel.
Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus, yang bangkit dan berada di sebelah kanan
Bapa, mencurahkan Roh Kudus serta mengutus hamba-hamba-Nya yang diurapi
agar mendidik orang percaya memiliki karakter Kristus, sehingga layak masuk
dalam kemuliaan Allah yang telah disediakan sebelum dunia dijadikan.
Halaman 4
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
sorga. Sama seperti kita telah memakai rupa dari yang alamiah, demikian pula kita akan memakai rupa dari
yang sorgawi” (1Kor.15:48-49).
Sebagai manusia, yang dilahirkan oleh ibu dan bapa, maka kita masing-masing terlahir dalam
keadaan dosa, karena Adam pertama, yang dibuat dari debu telah jatuh ke dalam dosa, akibatnya
makhluk-makhluk alamiah semuanya akan kembali menjadi debu. Namun, ada kabar gembira, bahwa ada
pribadi sorgawi, Adam kedua, yang bukan dari debu tanah, tetapi Dia adalah Sang Firman, yang rela
menjadi manusia untuk melakukan tugas Bapa yang Maha-Agung, untuk mengubah manusia duniawi
menjadi sorgawi, melalui Firman! Dan inilah pernyataan-Nya dalam Yoh.1:1 “Pada mulanya adalah
Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.”
Untuk melimpahkan sifat sorgawi-Nya kepada orang percaya, maka Tuhan menerangkan proses
pelimpahan tsb melalui dialog tentang “Roti Sorga.” Mengapa? Sebab, apa yang dimakan manusia, akan
menjadi bagian dalam dirinya; seperti sering kita dengar ungkapan kata ini: “You are what you eat!” Bila
kita makan banyak minyak, maka darah kita pasti mengandung banyak minyak juga. Jelas, darah
seseorang kandungannya berisi serupa dengan apa yang dimakannya. Demikian pula jiwa seseorang
akan menjadi serupa dengan jiwa-Nya, yang sorgawi, bila mereka makan “Roti Hidup yang
diturunkan dari sorga” itu! Dan inilah dialog yang dipaparkan-Nya.
Yoh.6:48-58 “Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati.
Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang
telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang
Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." Orang-orang Yahudi bertengkar
antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk
dimakan." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak
makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.
Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan
membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah
benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku
di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga
barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti
seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup
selama-lamanya."
Firman, yang adalah Allah (Yoh.1:1), harus “dimakan” dalam arti didengar, direnungkan (untuk
dimengerti) dan dilakukan, supaya Allah dan seluruh aspek hidup-Nya atau seluruh karakter-Nya,
menjadi bagian kehidupan yang kelihatan (inilah yang disebut “menjadi daging”) dan menjadi jiwa atau
menjadi pikiran, perasaan dan kehendak kita (inilah yang disebut “menjadi darah”).
Bagian penting yang sering tidak dilakukan adalah merenungkan FirmanTuhan! Paralel dengan ini
dalam hal jasmani adalah masalah “mencerna,” yang dimulai dari mulut, ke kerongkongan, perut dan
kemudian usus. Firman Tuhan yang sukar dimengerti perlu dicerna lebih lama. Hal ini dilakukan oleh
hewan-hewan yang memamah-biak, yang memiliki “empat perut,” sehingga mampu menguraikan rumput
yang dimakannya menjadi darah dan daging, bahkan juga susu. Demikianlah yang harus kita lakukan, bila
ingin mengalami perubahan jiwa – perubahan pikiran, perasaan dan kehendak duniawi sehingga menjadi
jiwa yang sorgawi.
Maz.1:1-3 “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang
berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN,
dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang
menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.”
Bait-Nya, namun kelak semua umat tebusan-Nya yang kudus roh, jiwa dan tubuhnya, akan bersama-sama
menjadi “Kemah Allah,” sebagaimana dinubuatkan dalam Wah.21:1-3 yang berbunyi: “Lalu aku melihat
langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu,
dan laut pun tidak ada lagi. Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga,
dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. Lalu aku
mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah
manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan
menjadi Allah mereka.”
Semua orang beriman harus merindukan hal-hal yang lebih baik dari sekedar
berkat duniawi, dan itulah “Tanah Air Sorgawi,” dimana terletak “Kota Allah
yang hidup, Yerusalem Sorgawi.” Hanya dengan kerinduan demikian mereka
dapat memiliki semangat dalam menjalani perjalanan imannya.
Halaman 9
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
Dalam perumpamaan tentang undangan pesta raja dalam Mat.22:1-14, bangsa Yahudi sebagai
umat pilihan tidak menghiraukan undangan khusus tsb, sehingga undangan diberikan kepada semua
orang, bangsa-bangsa lain bukan Yahudi, yakni kita sebagai Gereja-Nya. Namun dari antara mereka yang
terpanggil, ada tamu undangan, yang tidak mau memakai pakaian ganti yang telah disediakan raja di
depan pintu masuk ruang pesta! Masalahnya, tidak menghargai ketentuan sang raja. Dan inilah
gambaran "Orang-orang Kristen" yang sudah terpanggil, namun tidak mau memakai "Pakaian Anugerah"
yakni "Kebenaran yang dianugerahkan dalam Kristus Yesus," atau dalam praktek hidup disebut tidak
mau hidup kudus! Dan akibatnya, kita membaca pernyataan Firman Tuhan ini: "Sebab banyak yang
dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih" (Mat.22:14).
Sangat disayangkan bukan? Sebab begitu banyak orang telah terpanggil untuk menjadi orang
percaya, namun mereka tidak terpilih, bahkan lebih menyedihkan bila yang sudah terpilih kemudian tidak
setia! Mengapa hal ini terjadi? Kunci dari semuanya itu adalah, karena mereka tidak tetap bersama-sama
dengan Dia!
Kita Dipanggil untuk hidup kudus (1Pet.1:15-16); Dipilih bila mau hidup kudus
(Kol.3:12), dan Setia bila tetap hidup kudus bersama dengan Tuhan, atau disebut
"Menjadi mempelai Kristus," sehingga menjadi orang pilihan yang mengalami
segala berkat rohani yang telah disediakan-Nya!
Perhatikan urutan prioritas dari maksud panggilan dan pilihan-Nya. Prioritas utama adalah
menyertai! Dan inilah tujuan mulia dari Tuhan Yesus, menjadikan kita menjadi Mempelai-Nya. Tujuan
kedua dan ketiga barulah memberitakan Injil dan mengusir setan.
Dan tujuan rohani dalam hubungan mempelai adalah Menjadi Satu, sebagaimana dinyatakan
dalam hal pernikahan: "Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan,
sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga
keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa
yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia" (Mark10:6-9). Yoh.17:11, 21, 22
"supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita."
Pemilihan untuk menjadi "Mempelai Kristus" ini dilambangkan oleh pemilihan "Kayu Penaga,"
yang terpilih untuk digunakan dalam Kemah Suci sebagai perabot-perabotnya, baik di Halaman, Ruangan
Suci dan Ruang Maha Suci.
Di Halaman: Kayu penaga dipakai untuk Mezbah Korban Bakaran, yang kemudian disalut
dengan logam tembaga! (Kel.27:1-8).
Dalam Ruangan Suci: Kayu penaga dipakai untuk Tiang Pintu Kemah sebanyak lima buah
(Kel.26:36-37), Papan-papan dan Kayu-kayu lintang (Kel.26:18, 26-28), Meja Roti Pertunjukan
Halaman 11
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
(Kel.25:23-30), Mezbah Dupa (Kel.30:1-6) serta Kayu-kayu pengusung untuk Meja Roti Pertunjukan dan
Mezbah Dupa. Semua kayu penaga dalam Ruangan Suci ini disalut dengan emas!
Dalam Ruangan Maha Kudus: Kayu penaga dipakai untuk Tiang dari Tirai sebanyak empat
buah (Kel.26:31-35), Papan-papan dan Kayu-kayu lintang, Tabut Perjanjian (Kel.25:10-15) dengan kayu-
kayu pengusung yang juga dibuat dari kayu penaga; dan semuanya disalut dengan emas murni!
Perabot-perabot dari kayu penaga, yang dipakai dalam Kemah Suci ini, semuanya adalah
bayangan dari "Orang-orang Pilihan," yang berpartisipasi membangun Bait Suci dalam mendirikan
Kerajaan-Nya, Kerajaan Imam (Kel.19:5-6; 1Pet.2:9). Sebagaimana dengan kayu penaga yang kuat, tidak
mudah rapuh sebab tahan hama karena memiliki zat anti hama, demikian orang-orang pilihan-Nya yang
dipakai Tuhan adalah orang-orang beriman, yang tetap setia dalam Tuhan, sebab tidak mengikuti
keinginan daging yang merusakkan nilai-nilai rohani dan sorgawi.
Efs.4:21-24 "Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran
yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus
menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan (which is
corrupt according to the deceitful lusts), supaya kamu dibaharui di dalam roh dari pikiranmu, dan
mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan
kekudusan yang sesungguhnya."
Kata "kebinasaan" atau "corrupt" diterjemahkan dari kata "phtheirō," yang bermakna: merusak,
menghancurkan (melalui proses, khususnya secara kiasan melalui pengaruh moral - merusakkan
tabiat/akhlak), seperti besi yang dirusakkan karat (pelahan namun pasti hancur akhirnya). Itulah akibat
dari keinginan daging yang dibiarkan bercokol dalam "manusia lama," yakni mereka yang hidup secara
duniawi (bagaikan benih yang jatuh di semak duri)!
Satu-satunya cara menangkal adalah mengikuti firman Tuhan yang dituliskan sebelumnya:
"mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam
Yesus."
Mendengar tentang Dia/Yesus membuat iman timbul, seperti firman-Nya ini: "Jadi, iman timbul
dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus" (Roma 10:17). Namun, tidak cukup hanya
memperoleh iman, kita perlu memiliki iman yang teguh, yang tak tergoyahkan. Dan hal itu dapat dialami
bila firman-Nya menjelma menjadi darah dan daging kita, artinya manusia lama ditanggalkan dan
manusia baru timbul dan berkembang. Hal ini terwujud karena kita diajar di dalam Dia, Sang
Kebenaran!
Ungkapan "diajar di dalam Dia" adalah suatu pernyataan, bahwa untuk menjadi murid sejati dari
Tuhan Yesus, kita harus memasukkan diri untuk dibentuk di dalam Dia, Sang Firman Kebenaran. Dan hal
ini dinyatakan dalam Roma 6:17, yang berbunyi: " Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu
hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan
kepadamu" = but ye have obeyed from the heart that form of doctrine which was delivered you" (KJV) =
"but you have obeyed from the heart that form of doctrine to which you were delivered" (MKJV).
Kami terjemahkan dari MKJV, yang lebih bagus terjemahannya: "Tetapi syukurlah kepada Allah!
Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati bentuk
pengajaran yang kepadanya kamu diserahkan."
Sebagaimana dengan kayu penaga, yang diserahkan kepada para ahli perabotan yang diurapi
Tuhan, yakni Bezaliel, Aholiab dan kawan-kawannya (Baca Kel.31:1-6), demikianlah hidup orang-orang
pilihan-Nya yang mau dipakai dalam pembangunan Tubuh Kristus. Dan syarat utama dapat dibentuk
memiliki roh kelemah-lembutan, karena lebih dahulu mengalami kehancuran hati sebab dukacita ilahi,
karena sadar kemiskinan rohaninya (Mat.5:3-5).
Orang pilihan masuk dalam pembangunan Tubuh Kristus adalah mereka, yang
sadar kemiskinan rohaninya, dan karenanya berdukacita sehingga lembut
hatinya dan menyerahkan diri untuk dipakai bagi Kerajaan-Nya.
Halaman 12
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
Untuk memulihkan mandat tsb, Dia datang merekrut manusia, yang mau percaya kepada Yesus
Kristus, Panglima Kerajaan, dan yang sedia dididik agar dijadikan pemenang-pemenang mengalahkan si
jahat. Sebab itu, ada peringatan terpenting: "Waspadalah terhadap segala berhala!"
Berhala adalah segala hal yang diidolakan, ditinggikan/dipentingkan, lebih dari pada Allah! Dan
hal itu dapat berupa benda-benda, baik ciptaan Tuhan (pohon, binatang dsb), maupun ciptaan manusia
(patung-patung dsb), maupun "Mammon" atau Kekayaan, yang dipakai oleh Iblis sebagai senjata
ampuhnya pada akhir zaman! (Mat.6:24). Dan celakanya, dalam diri setiap manusia ada “keinginan”
yang tak terlihat, namun dapat dikategorikan sebagai berhala juga, seperti firman-Nya dalam Kol.3:5
"Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa
nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala."
Untuk menjadi barisan Tuhan, yang berkuasa membina dan membentuk manusia seperti maksud
Allah dalam merekrut orang-orang pilihan-Nya, maka mereka harus dilepaskan dari kuasa setan terlebih
dulu, kemudian diberi kuasa supaya dapat bertugas mengusir setan dalam diri orang-orang yang
mendengar pemberitaan Injil.
Untuk maksud dan tujuan yang mulia inilah, maka Tuhan Yesus memanggil, memilih atau
menetapkan para rasul, yang menjadi pengikut awal, dan kemudian dengan cara yang sama Roh Kudus
melakukan terhadap semua orang percaya!
Mark.3:13-15 "Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan mereka
pun datang kepada-Nya. Ia menetapkan (Sama tujuannya dengan: memilih!) dua belas orang untuk
menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan."
Prioritas utama dalam panggilan pelayanan adalah untuk menyertai Dia! Sebab keinginan utama-
Nya suatu hubungan khusus, dengan menjadikan para pengikutnya "Mempelai Kristus." Istilah
"mempelai" dipakai Alkitab untuk menyatakan suatu hubungan pribadi yang sangat intim, yang terbuka!
Sehingga tercapai tujuan tertinggi, menjadi satu dengan Kristus, yang dilambangkan sebagai Tubuh
Kristus (Yoh.17:22-23).
Untuk menjadikan orang-orang pilihan-Nya berkualitas, melalui hubungan pribadi dengan Dia,
maka Alkitab memakai kata "menetapkan." Kata ini diterjemahkan dari bahasa Yunani: "poieo," dan
bermakna "mengisi dengan kualitas (poios)." Dalam Mat.4:19 diterjemahkan dengan kata: "menjadikan"
seperti kita baca ini: Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan
penjala manusia."
Adakah anda berminat dijadikan "Orang Pilihan-Nya," serta bekerjasama
membina "Manusia Duniawi" dan menjadikan mereka "Manusia Sorgawi"?
Siapkan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan Yesus, supaya dapat diisi dengan
kualitas hidup yang rohani/sorgawi!
Orang-orang pilihan inilah yang dilambangkan dalam Kemah Suci atau Tabernakel oleh Kayu
Penaga, yang dipilih dari sekian banyak macam kayu, karena memiliki sifat khusus yang berkenan di
pemandangan Allah.
Halaman 14
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
Ayat-ayat di bawah ini menyatakan betapa pentingnya dunia harus mati bagi kita, dan kita mati
bagi dunia (arti mati adalah berpisah total)!
Kol.3:5 “Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa
nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala.”
Tit.2:12 “Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita
hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini.”
Faktanya, dari umat Israel yang telah keluar dari Mesir, jumlah yang tercatat adalah 603.550 orang,
namun hanya dua orang saja yang dapat masuk tanah perjanjian, yakni Yosua dan Kaleb! Mengapa
kebanyakan dari mereka mati di padang belantara? Sebab walaupun tubuh mereka keluar dari Mesir, tetapi
Mesir tidak keluar dari pikiran mereka! Pikiran mereka masih duniawi, tidak sorgawi, sehingga tidak
mempunyai kerinduan mewarisi “Tanah air sorgawi” seperti yang dilakukan oleh Abraham, bapak orang
percaya!
Ibr.11:16 “Tetapi sekarang mereka (yakni: Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf dll) merindukan tanah air yang lebih
baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah
mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.” Sebab itu, tugas paling dasar dari seseorang yang ingin masuk
alam sorgawi adalah mengubah arah pikirannya yang duniawi dengan kerinduan “Tanah air sorgawi.”!
Dan inilah yang disebut dengan pertobatan!
Baik Yohanes Pembaptis, nabi terakhir dari Perjanjian Lama, maupun Tuhan Yesus sebagai Nabi
Agung, bahkan sebagai Messias, mengatakan kalimat yang serupa: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga
sudah dekat!” (Mat.3:2; 4:17). Kata “bertobat” dari kata Yunani metanoeō, mempunyai makna “memikir
secara berbeda” atau mengubah arah pikiran, menimbang kembali; dari kata noieō, berarti “melatih
pikiran” – berpikir, menimbang.
Mengapa seseorang dapat mengubah pikiran atau menimbang kembali keputusannya? Karena ia
menerima masukan perkataan atau nasihat dari orang lain. Dan itulah yang telah terjadi terhadap mereka,
yang bahkan sudah mengambil keputusan untuk bunuh diri, tetapi membatalkannya karena menerima
Berita Injil. Nah, itulah sebabnya Tuhan mengutus para Pemberita Injil memberitakan “Kabar Baik,”
bahwa ada jalan keselamatan bagi manusia duniawi, yang seharusnya dibinasakan karena tidak bertobat,
supaya menerima hidup kekal dan masuk ke dalam Kerajaan Sorga dengan percaya dan menerima Tuhan
Yesus!
Pertobatan adalah soal pilihan! Mau menuruti suara Tuhan atau suara hati
sendiri. Namun perlu diperhatikan, bahwa dampak pemilihan kita masing-
masing akan membuat hal yang benar-benar bertolak belakang, Kehidupan kekal
atau Kematian kekal.
Karena perjanjian-Nya dengan Abraham, maka Allah yang adalah Mahakuasa, Mahatahu,
Berhikmat dan Setia, menetapkan untuk memunculkan seorang Antikristus, yang menjadi cambuk bagi
Israel pada akhir zaman agar mereka bertobat, supaya dengan demikian perjanjian-Nya dapat digenapkan!
Dan apa yang dinubuatkan Musa kira-kira 1400-1500 tahun sebelum Masehi tersebut, telah menjadi fakta
tatkala Yesus, Sang Juruselamat disalibkan pada tahun 30 Masehi. Sampai sekarang, ketumpulan hati
mereka masih berlangsung sampai menjelang kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya, tatkala mereka
berada dalam sengsara besar, barulah bertobat dan menerima Dia. Haleluyah!
Karena penolakan umat pilihan-Nya ini, maka Allah membuka peluang bagi bangsa-bangsa bukan
Yahudi untuk menerima keselamatan melalui Berita Injil. Dan Pemberita Injil pertama dalam zaman
anugerah bagi Gereja-Nya, dilakukan sendiri oleh Yesus, Tuhan dan Kristus, Allah yang menjelma
menjadi manusia! Benar-benar suatu kesempatan dan penghormatan luar biasa dari Allah terhadap
manusia yang berdosa.
Oh, betapa besar dan mulianya kasih Allah, sehingga Tuhan Yesus dalam dialognya dengan
Nikodemus, seorang farisi, mengatakan kalimat ini: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-
Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh.3:16).
Dalam percakapan tentang penghakiman y.a.d., Tuhan Yesus menerangkan tentang Diri-Nya,
yang diakui Nikodemus sebagai pribadi utusan Allah: "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai
guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau
adakan itu, jika Allah tidak menyertainya."
Tanda-tanda yang dikatakan Nikodemus pastilah tanda-tanda yang kelihatan, yang duniawi, yang
tidak mungkin dilakukan oleh manusia. Dia percaya bahwa Yesus diutus Allah, seorang Pribadi yang
sorgawi. Kemudian Tuhan Yesus melanjutkan pembicaraan dengan contoh hal-hal duniawi, yakni soal
kelahiran, air dan angin. Hal-hal duniawi ini dikemukakan agar Nikodemus dapat menangkap hal-hal
yang sejajar dalam alam rohani, yakni tentang Kelahiran Baru, Firman (yang dibayangkan dengan air)
dan Roh Kudus (yang dibayangkan dengan angin). Kemudian Tuhan Yesus melanjutkan dengan kalimat
ini.
Yoh.3:12-15 "Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu
akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi? Tidak ada seorang pun yang
telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. Dan sama seperti
Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap
orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal."
Dengan ucapan ini, Tuhan Yesus ingin menanamkan pengertian penting ini kepada Nikodemus,
jikalau dirinya ingin mengerti hal-hal sorgawi, haruslah ia menerima kenyataan bahwa Diri-Nya turun
dari sorga sebagai “Anak Manusia” – Allah menjelma menjadi Manusia – dengan maksud untuk
“ditinggikan” di atas kayu salib, supaya menanggung kutuk dosa atas seluruh manusia, supaya manusia
yang percaya kepada-Nya dapat diampuni dan dapat dibenarkan: “yaitu Yesus, yang telah diserahkan
karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita” (Rom.4:25).
Dalam Kemah Suci, berita pengampunan dosa ini dilambangkan dengan korban-korban yang
dipersembahkan di atas Mezbah Korban Bakaran secara tetap. Korban-korban hewan tersebut adalah
bayangan dari korban Yesus, Sang “Anak Domba Allah” diatas kayu salib, seperti diserukan Yohanes
Pembaptis kepada kedua muridnya: "Lihatlah Anak domba Allah!" (Yoh.1:36; 1Yoh.2:2).
Orang-orang pilihan Tuhan serupa dengan Kayu Penaga, kayu pilihan, yang
dipakai untuk Mezbah Korban Bakaran, adalah mereka yang tahu berterima-
kasih atas penebusan dirinya, sehingga ingin memberitakan Berita Pendamaian
bagi orang-orang berdosa, agar memilih Kehidupan dan hidup kekal!
Halaman 16
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
Untuk memperoleh kayu penaga, umat Israel harus mengikuti jalan yang diarahkan Tuhan
dengan pimpinan Tiang Awan dan Api. Dalam aplikasi rohaninya sekarang, hal ini melambangkan
tuntunan Roh Kudus bagi Gereja-Nya.
Ke mana mereka dipimpin? Ke Tanah Perjanjian! Namun, mereka harus melalui daerah Moab,
seperti dinyatakan dalam Bil.22:1 “Kemudian berangkatlah orang Israel, dan berkemah di dataran
Moab, di daerah seberang sungai Yordan dekat Yerikho.” Bangsa Moab adalah bangsa yang terbit dari
hubungan najis antara Lot dengan anak perempuannya sendiri (Baca ceritanya dalam kitab Kej.19:30-38).
Jadi, perjalanan Israel harus melalui atmosfir yang najis, sebagai ujian atas hidup menjadi bangsa
pilihan! Begitu juga dengan Gereja-Nya, yang diuji dalam hal kesucian jasmaniah maupun rohaniah.
Dan celakanya, di tempat persinggahan di dataran Moab, Sitim, itulah terjadi malapetaka yang
menyebabkan kematian 23.000 orang dalam sehari (1Kor.10:8), dan kemudian bertambah menjadi 24.000
orang secara keseluruhannya (Bil.25:9). Semua malapetaka ini terjadi karena bangsa Israel tidak taat
peraturan hidup kudus, yang melarang pernikahan campur.
Bil.25:1-2 “Sementara Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa itu berzinah dengan perempuan-perempuan Moab.
Perempuan-perempuan ini mengajak bangsa itu ke korban sembelihan bagi allah mereka, lalu bangsa itu turut
makan dari korban itu dan menyembah allah orang-orang itu.”
Dalam perjalanan rohani Gereja-Nya sekarang ini, kitapun akan menghadapi tantangan dan
godaan, yang dikobarkan daging melalui keinginan-keinginan duniawi, walaupun telah menjadi orang
percaya, yang dipanggil Tuhan keluar dari sistem dunia ini! Bukankah hal itu juga telah terjadi dalam
kehidupan umat Israel yang telah percaya (Kel.4:31)? Akibatnya, sebagian besar dari mereka mati dalam
perjalanan, karena berpikiran duniawi, seperti yang telah terjadi di Sitim.
Dari keterangan ini, nama “Sitim” atau “Shittim,” yang kemudian juga dipakai untuk penyebutan
“Kayu Sitim” atau “Shittim Wood,” atau “Kayu Penaga” (terjemahan Alkitab bahasa Indonesia)
merupakan nama peringatan tentang asal usul kayu tersebut, yang terdapat di daerah Moab. Walaupun
nama “Shittim” mempunyai kenangan yang buruk, karena kejatuhan Israel dalam perzinahan jasmani dan
rohani, namun Kayu Sitim/Penaga inilah yang dipakai Tuhan dalam Kemah Suci, sebab kayu yang
terpilih ini dibawa keluar dari Sitim!
Kejatuhan Israel di Sitim terjadi karena perbuatan “nabi” Bileam yang ingin harta (Yud.1:11),
sehingga memberi nasihat kepada raja Moab, Balak, agar perempuan-perempuan Moab mengajak laki-
laki Israel berzinah dan menyembah Baal-Peor (Bil.25:1-3). Ajaran Bileam ternyata juga masuk ke dalam
Gereja Tuhan, seperti dialami oleh Jemaat di Pergamus, yang ditegor Tuhan sebagai Kepala Gereja
(Wah.2:14)!
Halaman 17
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
Wah.2:14 “Tetapi Aku mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau: di antaramu ada beberapa orang yang
menganut ajaran Bileam, yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya
mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah.”
Kayu Penaga atau “Shittim Wood,” yang terpakai dalam Kemah Suci merupakan
bayangan dari orang-orang percaya, yang dipanggil keluar dari dunia dan
terpilih, karena mereka mau diproses keluar dari kenajisan duniawi dan
mengikut pimpinan Roh untuk hidup kudus!
Berbicara tentang “penghakiman Tuhan” – maka hal itu dituangkan dalam hikmat Tuhan dengan
membuat Mezbah Korban Bakaran yang disalut dengan tembaga (Kel.27:1-2 – logam tembaga adalah
lambang “pehukuman” Ul.28:23). Dan hal itu berarti, siapa yang percaya kepada korban darah Yesus dan
bertobat untuk menempuh hidup kudus akan diselamatkan, namun yang tidak mau bertobat, mereka pasti
akan dihukum (Yoh.3:36).
Roh Kudus menginsafkan orang percaya, bahwa hanya oleh darah Anak Allah dosa manusia dapat
dihapus. Karena itu, siapa yang menolak Roh Anugerah-Nya dengan menolak tawaran pemberian darah
Yesus akan mengalami hukuman yang mengerikan, yakni kematian kekal atau berpisah dari Allah secara
kekal, karena dilemparkan ke dalam neraka dengan menderita siksa selama-lamanya (Mat.25:30;
Wah.14:11). Orang yang percaya, bahwa perkataan Tuhan itu benar dan pasti terjadi akan memiliki roh
takut akan Tuhan.
Maz.33:8-9 “Biarlah segenap bumi takut kepada TUHAN, biarlah semua penduduk dunia gentar terhadap Dia!
Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada.”
2Kor.7:1 “Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, (Red: janji diam bersama
Tuhan) marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian
menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah.”
Perhatikan baik-baik! Kalimat “kita menyucikan diri kita” jelas adalah kata aktif, yang harus
dikerjakan oleh sang subyek. Jadi, ada bagian hidup yang hanya dapat disucikan Tuhan, itulah roh orang
percaya, yang hanya dapat disucikan dengan Darah Anak Domba Allah! Tetapi ada bagian hidup yang
harus disucikan oleh manusia, yang tentunya disertai pertolongan Tuhan, yaitu jiwanya!
1Pet.1:22 “Karena kamu telah menyucikan dirimu (dari kata: psuche, seharusnya diterjemahkan jiwamu) oleh
ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas,
hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.”
Kayu Penaga/Shittim yang dipakai dalam Kemah Suci adalah bayangan dari
orang-orang yang percaya bahwa darah-Nya dimaksud untuk hidup kudus,
karena itu menyucikan diri dengan mentaati Firman-Nya, yang dipercaya pasti
terjadi. Haleluyah!
Halaman 18
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
PIKIRAN KE SEBERANG
Berubah menjadi “Manusia Sorgawi” dari “Manusia Duniawi” adalah suatu tindakan
menyeberang! Hal itu mengandung makna perubahan tempat/daerah dan kondisi; tadinya di dunia
dengan kondisi dunia (serba duniawi), namun berubah tempat dan berada di sorga, dengan kondisi sorga
(serba sorgawi).
Perubahan lingkungan perlu dialami sebelum seseorang dapat berubah menjadi Manusia Sorgawi,
sebab lingkungan tempat anda berada memiliki atmosfir roh tertentu! Perubahan dalam alam pikiran ke
arah yang lebih sorgawi terjadi bila lingkungan anda berubah lebih dahulu.
Rom.12:1-2 mengatakan: “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku
menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang
kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi
serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah (metamorphoō) oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu
dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang
sempurna.”
Kata metamorphoō terdiri dari dua kata, yakni “meta” berarti perubahan tempat/kondisi, serta
“morphoō” yang berarti bentuk. Jadi, kata “berubahlah,” yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris
“transform,” mengandung arti: berubah bentuk (form) karena perubahan tempat/kondisi. Jadi, kalimat
“berubahlah oleh pembaharuan budimu” bermakna perubahan bentuk pikiran karena adanya
perubahan tempat dan kondisinya.
Perubahan ke manusia sorgawi dari dua saleh Tuhan, Henoch dan Nuh, terjadi karena mereka
mempersembahkan tubuh untuk bergaul dengan Allah (Kej.5:22, 24; 6:9). Sebaliknya, Tuhan
mengingatkan bangsa Israel, agar mereka tidak membawa tubuh bergaul dengan bangsa-bangsa yang
akan dihukum Tuhan, sebab bila mereka melakukan hal ini, maka firman-Nya memberitahukan, bahwa
“mereka akan menjadi perangkap dan jerat bagimu, menjadi cambuk pada lambungmu dan duri di
matamu, sampai kamu binasa dari tanah yang baik ini, yang telah diberikan kepadamu oleh TUHAN,
Allahmu” (Yos.23:13b).
Perubahan ke arah sorgawi atau duniawi terjadi karena berada dalam
lingkungan yang sorgawi atau duniawi. Sebab, setiap teman gaul anda memiliki
roh tertentu, yang meliputi dirinya; baik rohnya, – roh yang hidup atau roh yang
mati, ataupun malaikat pengawalnya, – malaikat baik atau jahat.
Dengan pergaulan yang benar, khususnya dengan Allah dan kemudian dengan orang-orang benar,
maka setiap orang percaya pasti akan mengalami kebangkitan rohani dan rohnya terpelihara dengan baik.
Efs.2:4-6 “Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada
kita, telah menghidupkan (roh) kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-
kesalahan kita -- oleh kasih karunia kamu diselamatkan -- dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan
(roh) kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga.”
Dengan roh yang dibangkitkan/dihidupkan, setelah dilepaskan dari dosa – dosalah yang
menceraikan manusia dari Allah Yes.59:2 – maka seseorang yang percaya kepada Tuhan Yesus akan
mengalami metanoeō; dari kata meta = perubahan tempat/kondisi, dan kata noieō = melatih pikiran atau
berpikir. Inilah yang dikatakan dalam bahasa Indonesia “bertobat,” dan berarti: melatih pikiran untuk
Halaman 19
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
berubah, sehingga bila pada masa lalu hanya memikirkan hal-hal duniawi, sekarang dapat memikirkan
hal-hal sorgawi, seperti dinyatakan dalam firman-Nya ini.
Kol.3:1-2 “Karena itu, kalau kamu (yang dimaksud adalah “rohmu”) dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah
perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas,
bukan yang di bumi.” Inilah yang diartikan dengan Pikiran ke seberang!
Halaman 20
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
Percaya yang sejati menurut standard Allah, adalah percaya disertai dengan
usaha mencari kemuliaan yang datang dari Allah yang Esa! Jelas, iman sejati
bukannya pasif, tetapi aktif! Sebab kata “mencari” atau “zēteō” berarti mencari,
khususnya dalam konteks orang Ibrani: mencari dalam ibadah!
Yoh.7:18 “Barangsiapa berkata-kata dari dirinya sendiri, ia mencari kemuliaan bagi dirinya sendiri, tetapi
barangsiapa mencari hormat bagi Dia yang mengutus-Nya (MKJV: “he that seeks the glory of Him who sent
Him” – barangsiapa mencari kemuliaan-Nya yang mengutus Dia”), ia benar dan tidak ada ketidakbenaran
padanya.”
Ayat ini memberitahukan bahwa yang berimankan iman sejati, pasti akan mencari kemuliaan
dari Bapa, yang mengutus Yesus, Sang Anak Allah. Bahkan Alkitab menjamin, mereka yang melakukan
demikian pasti benar dan tidak ada ketidak-benaran padanya! Dan teladan terbaik dalam hal mencari
kemuliaan Bapa telah dilakukan oleh Yesus, Anak Allah yang diutus Bapa. Dengarkanlah doa Yesus,
menjelang saat-saat terakhir diri-Nya ditangkap dan kemudian disalibkan.
Yoh.17:4-5 “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau
berikan kepada-Ku untuk melakukannya. Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri
dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.”
Permohonan “permuliakanlah Aku pada-Mu,” berarti meminta kemuliaan yang datangnya dari
Bapa! Permohonan semacam ini tidak pernah diminta oleh mereka yang bersifat duniawi, walaupun
Halaman 21
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
berpredikat “Hamba Tuhan” sekalipun. Faktanya, Yudas menginginkan uang bukan kemuliaan Bapa!
Sebab uang baginya adalah kemuliaannya! Itulah sebabnya, Tuhan Yesus baru mengucapkan hal
kemuliaan Bapa setelah Yudas pergi meninggalkan persekutuan dengan Gurunya.
Yoh.13:31-32 “Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: "Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah
dipermuliakan di dalam Dia. Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga
di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera.”
Mereka yang ingin mencari kemuliaan dari Bapa, lebih dahulu harus melakukan
usaha yang maha penting ini: “Mempermuliakan Bapa di bumi!” Dan inilah
sebenarnya tujuan awal Allah mencipta manusia, seperti dinyatakan oleh nabi
Yesaya ini: “Umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan
kemasyhuran-Ku" (Yes.43:21).
Halaman 22
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
Hanya mereka yang nyawanya terbungkus kehidupan, sebab menerima Yesus, Sang Kehidupan,
sebagai tameng atau perisai terhadap hukuman ilahi, akan selamat dari murka Allah! Dan hal ini
digambarkan dengan kayu sittim yang dibungkus tembaga pada Mezbah Korban Bakaran! Ucapan
Abigail secara profetis terhadap Daud, yang ingin main hakim sendiri atas suaminya Nabal yang
menghinanya, juga berisikan kebenaran ini. Dengarkan kata-kata Abigail ini.
1Sam.25:29 “Jika sekiranya ada seorang bangkit mengejar engkau dan ingin mencabut nyawamu, maka nyawa
tuanku akan terbungkus dalam bungkusan tempat orang-orang hidup pada TUHAN, Allahmu (MKJV: But the
soul of my lord shall be bound in the bundle of life with Jehovah your God = tetapi jiwa tuanku akan
dibungkus dalam bungkusan kehidupan dengan Tuhan Allahmu), tetapi nyawa para musuhmu akan
diumbankan-Nya dari dalam salang umban.”
Punyai kehidupan bagaikan kayu sittim yang terbungkus tembaga, agar dengan
demikian hukuman ilahi atas dosa, yang seharusnya jatuh atas anda
ditanggung oleh Yesus, Penebus dosa manusia. Haleluyah!
Tatkala Israel mengaku berdosa, maka Tuhan berfirman demikian: "Buatlah ular tedung dan
taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.
Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut
ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup." (Bil.21:8-9). Akibat ular tedung
yang didatangkan Tuhan, mereka yang terpagut ular mati.
Tuhan Yesus mau menerapkan pengalaman tersebut dalam alam rohaniah. "Dan sama seperti
Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya
setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal."
Musa diperintahkan Tuhan membuat ular tedung dari tembaga! Tembaga adalah logam yang
melambangkan pehukuman ilahi atas dosa. Jadi, ular tembaga yang ditinggikan untuk dipandang oleh
bangsa Israel itu adalah lambang dari pehukuman Allah yang dijatuhkan kepada Anak Manusia (Tuhan
Yesus) sebagai akibat dari kesalahan umat manusia. Namun, yang mau "memandang kepada ular
tembaga itu," berarti "memandang Yesus yang terhukum" karena menjadi substitusi bagi dosa-dosanya,
maka mereka akan hidup!
Gal.3:13 Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada
tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!"
Seperti halnya dengan Kayu Penaga yang dipakai untuk membuat Mezbah
Korban Bakaran, yang disalut dengan tembaga, begitulah juga dengan mereka
yang mengenakan Kristus (Ro.13:14) akan diluputkan dari “api pehukuman”
yakni kematian kedua dalam api neraka (Mat.18:9). Puji Tuhan!
Halaman 24
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
Wah.1:13-15 “Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang
panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas. Kepala dan rambut-Nya putih
bagaikan bulu yang putih metah, dan mata-Nya bagaikan nyala api. Dan kaki-Nya mengkilap bagaikan
tembaga membara di dalam perapian; suara-Nya bagaikan desau air bah.”
Tidak diragukan, bahwa yang dilihat Daniel “Seorang” itu pastilah Tuhan Yesus dalam
Kemuliaan ilahi-Nya, sebab hal serupa dinyatakan oleh rasul Yohanes. Keduanya menyatakan bahwa
Tuhan berikat pinggangkan emas. Pinggang adalah tempat kekuatan dan vitalitas, sebab bila piggang
bermasalah maka dipastikan orang tsb sukar untuk melakukan tugas yang berat. Bahkan pinggang juga
disebut sebagai “kekuatan untuk menghasilkan” (procreative power), sebab berkali-kali Alkitab
menyebut anak-anak atau keturunan itu “keluar dari pinggang.” Dan hal-hal tsb dinyatakan dalam
Alkitab.
Ams.31:17 Ia mengikat pinggangnya dengan kekuatan, ia menguatkan lengannya.
Yes.11:5 “Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang tetap terikat pada
pinggang.” Terjemahan King James berbunyi: “And righteousness shall be the girdle of His loins (Kebenaran
menjadi ikat pinggang-Nya), and faithfulness the girdle of His heart.”
Kel.1:5a “Seluruh keturunan yang diperoleh (yang keluar dari pinggang) Yakub berjumlah tujuh puluh jiwa (And all
the souls that came out of the loins of Jacob were seventy souls.”
Halaman 25
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
Kita melihat adanya dua logam diperbatasan Halaman dan Ruangan Suci, tembaga dan emas.
Bilamana imam terus memasuki Ruangan Suci, barulah ia melihat semuanya serba emas! Hal ini
mengajarkan, bila anda membuat kemajuan rohani – melewati Pintu Kemah yang bersalut emas namun
beralaskan tembaga ini – maka anda akan beralih sepenuhnya dalam atmosfir Kemuliaan Ilahi!
Meninggalkan daerah yang ada ancaman hukuman dan masuk dalam daerah anugerah-Nya. Semua
ini dapat diperoleh bila seseorang mau menurut pimpinan Roh-Nya! Dan ini dinyatakan oleh firman-Nya
dalam surat Roma pasal 8.
Rom.8:1-2 “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus, yang
tidak hidup menurut daging tetapi menurut Roh. Karena hukum Roh, yang memberi kehidupan telah
memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.” (Catatan: ini adalah terjemahan KJV,
yang berbeda dengan terjemahan Indonesia).
“Tidak ada lagi penghukuman” (dikiaskan dengan tembaga) adalah kabar yang sangat
menggembirakan, yang melepaskan orang percaya dari perasaan takut dihukum! Bila hal itu terjadi?
Jawabannya: “mereka yang ada di dalam Kristus Yesus, yang tidak hidup menurut daging tetapi menurut
Roh.”
“Dalam Kristus Yesus” berarti hidup dalam Firman yang diurapi dan “menurut Roh” berarti
menurut pimpinan Roh Kudus dan tidak menuruti keinginan daging. Sebab Roh Kudus adalah pembuat
kemerdekaan! Dan hal ini dapat dialami oleh setiap orang percaya, yang selalu hidup dalam pertobatan
yang sejati, seperti dinytakan dalam firman Tuhan ini.
2Kor.3:16-17 “Tetapi apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari padanya. Sebab
Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.”
Keempat warna tirai adalah kiasan dari warna kehidupan Tuhan Yesus, yang dilambangkan dalam
kitab Injil sebagai: Hamba (biru adalah warna yang dipakai para hamba zaman dahulu – Injil Markus),
Raja (ungu adalah warna yang dikhususkan bagi kebesaran raja, sehingga orang lain tidak boleh
memakainya – Injil Matius), Orang yang menderita (merah warna yang melambangkan penderitaan
sampai berdarah – Injil Lukas), Allah (putih lambang kesucian, sebab sifat utama Allah adalah Kudus –
Injil Yohanes).
Tiang dari kayu sittim/penaga adalah lambang dari Para Pelayan Tuhan, yang menjadi
penopang dalam Jemaat, dan disebut dalam Alkitab “Tiang-tiang Jemaat” atau dalam Alkitab terjemahan
bahasa Indonesia “Sokoguru Jemaat.” Mereka adalah orang-orang percaya yang menyatakan kehidupan
Injil. Injil adalah berita kesukaan, yang berpusatkan kepada Yesus, Allah – dilambangkan dengan lenan
putih – yang menjelma menjadi Manusia, menjadi hamba (warna biru), menderita disalib – mati (warna
merah), namun bangkit, naik ke sorga dan akan datang kembali sebagai Raja (ungu). Kehidupan Injil
menjadi nyata dalam pribadi orang percaya bila mereka penuh Roh Kudus!
Gal.2:9 “Dan setelah melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus, Kefas dan Yohanes,
yang dipandang sebagai sokoguru jemaat (KJV: who seemed to be pillars), berjabat tangan dengan aku dan
dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat
dan mereka kepada orang-orang yang bersunat.”
Bukan hanya para rasul yang menjadi tiang jemaat, namun juga para pelayan jemaat yang
melakukan pelayanan diakonia, seperti halnya dengan Stefanus dan Filipus yang penuh Roh, sehingga
sanggup menerangkan firman dengan hikmat ilahi dan memberitakan Injil dengan kuasa ilahi, yakni Roh
Kudus (Kis.6:5, 10; 7:55; 8:5, 39).
Para pelayan yang menjadi penopang dalam Jemaat adalah orang-orang pilihan
Tuhan, yang berikat-pinggangkan Kebenaran serta Kuasa Ilahi-Nya, Roh Kudus!
Halaman 26
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
Namun, Tuhan tidak ingin manusia hanya menerima anugerah-Nya secara pasif, dikuduskan oleh
Roh melalui percikan darah-Nya (1Pet.1:2), tetapi melangkah maju dengan menguduskan/menyucikan
dirinya melalui ketaatan kepada firman-Nya, seperti dinyatakan dalam 1Pet.1:22 “Karena kamu telah
menyucikan jiwamu (TB: dirimu) oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan
kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan
segenap hatimu.”
Seperti telah diterangkan, bahwa “kayu” melambangkan “kemanusiaan,” sedangkan “emas” yang
menyalutnya adalah lambang dari “kemuliaan Allah” atau “sifat Ilahi.” Maka papan-papan yang terbuat
Halaman 27
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
dari kayu sittim untuk Kemah Suci adalah lambang dari Orang-orang pilihan yang disalut kemuliaan
Tuhan (Roh Kudus!) sehingga menjadi benteng kekudusan Gereja-Nya.
1Pet.4:12-14 “Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang
kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu. Sebaliknya,
bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh
bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya. Berbahagialah kamu, jika kamu
dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu.”
Emas penyalut papan-papan dari kayu sittim tsb tentunya adalah emas yang telah dimurnikan; dan
cara pemurniannya adalah dengan api. Sejajar dengan itu, dalam kehidupan rohani, iman perlu
dimurnikan supaya mempunyai kadar “iman akan kemuliaan Allah,” dan itulah iman yang rela
menderita karena kebenaran! Iman murni adalah iman yang menguduskan hati: “Ia sama sekali tidak
mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman”
(Kis.15:9). Jadi, iman sejati, yang benar, adalah iman yang bertujuan mencari kemuliaan-Nya, dan bukan
mencari hal-hal duniawi.
Yoh.5:44 “Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima kemuliaan seorang dari yang lain dan yang
tidak mencari kemuliaan yang datang dari Allah yang Esa?”
Yoh.7:18 “Barangsiapa berkata-kata dari dirinya sendiri, ia mencari hormat bagi dirinya sendiri, tetapi barangsiapa
mencari hormat bagi Dia yang mengutusnya, ia benar dan tidak ada ketidakbenaran padanya.”
Orang-orang percaya pencari kemuliaan Tuhan dilambangkan oleh papan-papan
dalam Kemah Suci, yang disalut emas dan menjadi benteng kesucian bagi Gereja-
Nya. Dengan para pelayan Tuhan yang telah teruji imannya ini, maka nama
Tuhan akan dipermuliakan!
Halaman 28
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
Iman yang timbul dari berita Injil tentu memiliki standard Injil; dan bila iman mutu ini dimiliki
orang percaya, pastilah mereka dapat berdiri tegak bersama, seperti halnya dengan papan-papan Kemah
Suci tsb. Paulus mengatakan dalam surat Roma 12:3: Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan
kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang
lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga
kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.”
Ukuran yang diberikan Tuhan bagi papan-papan adalah 10 hasta panjangnya dan 1,5 atau 3/2
hasta lebarnya. Sebagai Perencana dari Kemah Suci, yang menetapkan ukuran-ukuran, tentunya Allah
“menyembunyikan rahasia” ini bagi orang banyak, seperti dinyatakan Yesus saat berbicara tentang
perumpamaan-perumpamaan: “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga,
tetapi kepada mereka tidak” (Mat.13:11).
Angka 10 mempunyai arti “kesempurnaan hukum ilahi.” Sebagaimana halnya dengan Torat
yang memiliki 10 hukum dinyatakan demikian: “Taurat Tuhan itu sempurna ……” (Maz.19:8). Itulah
sebabnya Allah memberikan kepada manusia tangan yang berjari 10, untuk memperingatkan mereka agar
yang dilakukan sesuai dengan hukum Tuhan; begitu juga dengan jari kaki yang berjumlah 10, agar
manusia berdiri atau mempunyai pendirian diatas hukum ilahi!
Angka 1,5 atau 3/2 memiliki arti “mengikuti jalan Yesus.” Sebab Yesus sendiripun sebagai Allah
(angka tiga merujuk kepada Tritunggal Allah), telah rela menjadi Manusia (Yesus adalah pribadi kedua
dari Tritunggal Allah). Setiap orang percaya yang mau taat kepada Allah harus bersedia mengikuti Jalan
Inkarnasi yang dipraktekkan Yesus dengan Menyangkal diri dan memikul salib (Luk.9:23). Ukuran satu
setengah hasta dapat kita temukan dalam ukuran tinggi dari beberapa perabot di Kemah Suci:
1. Kisi-kisi, yakni jala-jala tembaga dari Mezbah Korban Bakaran, tempat korban-korban
dibakar, yang diletakkan setengah dari tinggi ukuran mezbah, yang 3 hasta (Kel.38:1, 4). Dan
kita tahu, bahwa Mezbah Korban Bakaran adalah lambang dari korban Yesus di atas kayu
salib. Ini berarti, mengikuti jalan Yesus adalah mengikuti jalan salib!
2. Meja Roti Pertunjukan, yang dibuat dari kayu penaga berukuran “dua hasta panjangnya,
sehasta lebarnya dan satu setengah hasta tingginya” (Kel.25:23), merupakan kiasan dari
persekutuan dengan Firman Sepenuh. Perlu diketahui, bahwa roti yang ada di atas meja ini
berjumlah 12; dan angka 12 itu mempunyai arti “kesempurnaan pemerintahan ilahi.” Sebab,
bila pembaca menelusuri diskripsi pemerintahan Allah di Yerusalem Baru (baca Wah.21:9-
27), maka akan ditemukan serba angka 12! Bahkan, konstelasi bumipun dilingkupi dengan 12
bintang (Zodiac), dengan pengaturan waktu 12 bulan (satu tahun), 5x12 menit (satu jam), 5x12
detik (satu menit). Di takhta Allahpun kita melihat adanya 24 = 2x12 tua-tua bersama dengan
Dia (Wah.4:10).
3. Tabut Perjanjian, yang keterangannya demikian: “Haruslah mereka membuat tabut dari kayu
penaga, dua setengah hasta panjangnya, satu setengah hasta lebarnya dan satu setengah
hasta tingginya” (Kel.25:10). Tabut Perjanjian adalah kiasan dari Persekutuan yang
sempurna dengan Kristus sebagai Mempelai. Jadi Tuhan menghendaki orang percaya
menanjak menuju kepada persekutuan yang sempurna sebagai Pengantin Perempuan dengan
Kristus, Sang Mempelai laki-laki.
Papan-papan kayu penaga pilihan, yang merupakan bayangan dari orang percaya, yang terpilih
menjadi “Benteng Kesucian Gereja Tuhan,” adalah mereka yang memiliki iman dari Berita Injil
Seutuhnya (Full Gospel), karena beroleh berita dari Pemberita “yang memberitakan sepenuhnya Injil
Kristus” (Paulus: “I have fully preached the Gospel of Christ” Rom 15:19), dan “dilakukan dengan
penuh berkat Kristus” (in the fullness of the blessing of the Gospel of Christ Rom.15:29). Itulah berkat
persatuan bagi orang-orang pilihan-Nya, yang mau hidup dalam kekudusan Tuhan. Haleluyah!
Orang percaya yang dipilih Tuhan menjadi “Benteng Kesucian Jemaat Tuhan,”
adalah mereka yang:
1. Mengikuti jalan Yesus, jalan salib.
2. Masuk dalam persekutuan Injil Sepenuh (Full Gospel).
3. Mendambakan persekutuan dengan Kristus sebagai Mempelai.
Halaman 29
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
Ada dua alasan, yang menyebabkan papan-papan itu dapat berdiri tegak. Yang pertama, karena
papan-papan tersebut bergandengan satu sama lain, seperti dituliskan dalam Kel.26:17 “Tiap-tiap papan
harus ada dua pasaknya (yad) yang disengkang satu sama lain; demikianlah harus kauperbuat dengan
segala papan Kemah Suci.” Yang kedua, karena setiap papan berdiri diatas dua alas perak: “Dan
haruslah kaubuat empat puluh alas perak di bawah kedua puluh papan itu, dua alas di bawah satu papan
untuk kedua pasaknya (yad), dan seterusnya dua alas di bawah setiap papan untuk kedua pasaknya (yad)
(Kel.26:19).
Alasan pertama, yang membuat rohani berdiri tegak, dicontohkan oleh Paulus setelah ia bertobat.
Dia tidak ingin membuat suatu aliran baru tanpa melibatkan rasul-rasul awal, walaupun ia mendapat
wahyu jauh melebihi mereka, namun ia berlaku seperti papan-papan yang disengkang atau dibuat rapat
dengan dua pasak/tangan. Karena itu, ia justru menemui Yakobus, Kefas dan Yohanes untuk berjabat
tangan sebagai tanda persekutuan! (Gal.2:9).
Orang-orang pilihan Tuhan yang dapat berdiri teguh dalam kekudusan, adalah
mereka yang berusaha melakukan persekutuan kudus, seperti dinyatakan dalam
Maz.119:63 “Aku bersekutu dengan semua orang yang takut kepada-Mu, dan
dengan orang-orang yang berpegang pada titah-titah-Mu.”
Alasan kedua, yang membuat papan-papan berdiri tegak dituliskan dalam dalam Kel.38:27
“Seratus talenta perak dipakai untuk menuang alas-alas tempat kudus dan alas-alas tiang tabir itu,
seratus alas sesuai dengan seratus talenta itu, jadi satu talenta untuk satu alas.” Sedangkan alas papan,
dalam Kel.26:19 dituliskan: “dua alas di bawah satu papan.” Jadi setiap papan didirikan di atas dua
talenta perak. Ukuran berat talenta ada bermacam-macam, tetapi dapat disimpulkan dari 2Raj.5:23, bobot
tersebut dapat dipikul satu orang, kira-kira 35-40 kg.
Alkitab juga memberi rahasia rohani untuk logam perak dalam Bil.3:48 “Berikanlah perak itu
kepada Harun dan anak-anaknya sebagai uang tebusan untuk orang-orang yang kelebihan itu." Jelas,
dalam arti rohani, logam perak melambangkan penebusan.
Bilamana papan-papan itu berdiri di atas dua alas perak dengan dua pasak/tangannya, maka hal itu
berarti setiap orang percaya yang terpilih menjadi “Benteng kekudusan bagi Jemaat” hanya dapat
terpelihara dalam kekudusan bila tetap bersekutu dengan Yesus, yang telah membayar harga tebusan
dengan darah-Nya! Karena itu, Paulus memperingatkan jemaat di Galatia, agar mereka tidak bergeser dari
hidup menurut Roh kepada hidup menurut daging dengan firman ini: “Hai orang-orang Galatia yang
bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah
dilukiskan dengan terang di depanmu?” (Gal.3:1).
Orang-orang pilihan Tuhan yang dapat berdiri teguh dalam kekudusan, adalah
mereka yang tetap bersekutu dengan Yesus, karena menghormati Sang Penebus,
yang menebus bukan dengan emas atau perak, melainkan dengan darah-Nya
yang mahal! (1Pet.1:18-19).
Halaman 30
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
Umat Israel yang dipimpin Musa keluar dari negeri perbudakan Mesir, pada saat tiba di gunung
Horeb, maka oleh Tuhan dilakukan ikatan perjanjian dengan mereka. Namun, karena mereka melalaikan
perjanjian Tuhan (Ul.29:25), maka sebagian besar dari mereka mati di padang gurun. Itulah sebabnya,
sebelum memasuki tanah perjanjian, maka Musa mengadakan lagi ikatan perjanjian yang baru dengan
mereka, yang terdiri kebanyakan dari generasi baru. Marilah kita membacanya.
Ul.29:1, 12 "Inilah perkataan perjanjian yang diikat Musa dengan orang Israel di tanah Moab sesuai dengan
perintah TUHAN, selain perjanjian yang telah diikat-Nya dengan mereka di gunung Horeb...... untuk masuk ke
dalam perjanjian TUHAN, Allahmu, yakni sumpah janji-Nya, yang diikat TUHAN, Allahmu, dengan engkau
pada hari ini."
Untuk mengesahkan perjanjian, maka Allah memakai darah! Hal ini dijelaskan dalam surat
Ibrani 9:15-20 “Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang
telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus
pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama. Sebab di mana ada
wasiat, di situ harus diberitahukan tentang kematian pembuat wasiat itu. Karena suatu wasiat barulah
sah, kalau pembuat wasiat itu telah mati, sebab ia tidak berlaku, selama pembuat wasiat itu masih hidup.
Itulah sebabnya, maka perjanjian yang pertama tidak disahkan tanpa darah. Sebab sesudah Musa
memberitahukan semua perintah hukum Taurat kepada seluruh umat, ia mengambil darah anak lembu
dan darah domba jantan serta air, dan bulu merah dan hisop, lalu memerciki kitab itu sendiri dan
seluruh umat, sambil berkata: "Inilah darah perjanjian yang ditetapkan Allah bagi kamu."
Halaman 31
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
Supaya kita dapat berdiri tegak dalam iman, seperti halnya dengan papan-papan Kemah Suci yang
terpalang dengan kayu lintang, maka kita harus terikat dalam satu ikatan kasih Kristus karena korban
darah-Nya di atas kayu salib!
Hanya mereka yang senantiasa memandang kepada Kristus yang tersalib akan
selalu hidup menurut Roh dan tidak menuruti nafsu dagingnya (Bacalah Gal.3:1-
5), sehingga dalam satu Roh kita bersekutu dalam satu tubuh dan satu
pengharapan akan kemuliaan sesuai dengan perjanjian-Nya! (Kol.1:27).
Kayu-kayu lintang yang terbuat dari kayu penaga yang disalut emas adalah
bayangan dari orang-orang pilihan-Nya, yang bersedia menjadi pengikat orang-
orang pilihan-Nya (yang dilambangkan oleh papan-papan), sehingga dengan
Halaman 32
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
Halaman 33
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
Jadilah orang pilihan yang diliputi sifat ilahi – seperti kayu sittim yang disalut
emas – sehingga menjadi kesaksian bahwa Kristus hidup dalam diri anda,
karena Firman-Nya nampak dalam praktek hidupmu. Itulah “hidup yang
berpadanan dengan Injil Kristus.”
TUNJUKKAN WAJAH-NYA
Seperti halnya kayu sittim yang disalut emas dan dijadikan Meja, yang di atasnya terletak “Roti
Sajian/Pertunjukan” sehingga disebut “Meja Roti Pertunjukan,” begitulah seharusnya kehidupan orang-
orang pilihan-Nya. Kata “sajian” atau “shew” – “pertunjukan,” diterjemahkan dari kata “pânı̂ ym,” yang
sebenarnya berarti “muka.” Kayu sittim yang ada dalam Kemah Suci itulah lambang orang-orang
pilihan-Nya, yang menunjukkan wajah Kristus kepada manusia, agar mereka percaya dan taat kepada-
Nya.
Anak Allah menjelma menjadi pribadi Yesus, agar manusia dapat bersekutu erat
sehingga menjadi serupa dengan Dia dalam kekudusan jiwa (1Yoh.2:2-3)!
Tunjukkan wajah-jiwa-Nya dalam hidupmu! Itulah kerinduan Tuhan.
Kepenuhan Kristus nyata bilamana setiap anggota tubuh-Nya berada di bawah otoritas Kristus
sebagai Kepala! Dan hal ini dicapai melalui pembangunan rohani serta pekerjaan pelayanan, sampai
tercapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Alah.
Halaman 34
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
Orang pilihan-Nya yang mau taat mengikuti perintah-perintah Tuhan Yesus dan
bimbingan para pejabat yang dianugerahkan Tuhan, hidupnya akan masuk
dalam kesatuan Tubuh Kristus, seperti halnya dengan kayu sittim yang
dikerjakan orang-orang yang diurapi Roh sehingga tepat menurut ukuran Tuhan
(Kel.31:1-11).
C. WAJAH-NYA NAMPAK DALAM KESATUAN KUDUS GEREJA-NYA.
Ukuran lebar dari Meja Roti Pertunjukan adalah satu hasta. Angka satu, selain menunjuk kepada
pribadi Pertama dari Allah Tritunggal, Allah Bapa, juga menyatakan hal kesatuan! Dan kesatuan yang
sejati adalah persatuan yang berdasarkan kebenaran! Dengarkan pernyataan Pemazmur tentang
persekutuan yang dilakukannya.
Maz.119:63 “Aku bersekutu dengan semua orang yang takut kepada-Mu, dan dengan orang-orang yang berpegang pada
titah-titah-Mu.”
Orang yang takut akan Tuhan adalah mereka, yang percaya bahwa Firman-Nya pasti akan menjadi
kenyataan, seperti dinyatakan dalam Maz.33:8-9 “Biarlah segenap bumi takut kepada TUHAN, biarlah
semua penduduk dunia gentar terhadap Dia! Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi
perintah, maka semuanya ada.”
Takut terhadap ucapan Allah, yang pasti terjadi, disebabkan ada rasa penghormatan kepada
Pribadi yang berfirman itu Benar. Inilah yang disebut “Ketakutan yang suci”! Sebab hanya dengan
“roh takut akan Tuhan,” maka seseorang dapat mentaati firman-Nya dan dengan demikian menguduskan
jiwanya (1Pet.1:22), bahkan menyempurnakan kesucian hidupnya, sesuai dengan pernyataan firman-Nya
ini.
2Kor.7:1 “Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari
semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan
Allah.”
Tentunya hal ini sangat berbeda dengan kesatuan yang tidak suci, yang dibuat orang-orang
berdosa justru untuk melawan hukum-hukum Tuhan. Mereka kelak diliputi ketakutan luar biasa, sebab
akan menghadapi penghukuman dari Tuhan, yang tampil sebagai Hakim atas dunia. Dan itulah yang telah
dinubuatkan, saat Tuhan menyatakan diri-Nya!
Wah.6:15-17 Dan raja-raja di bumi dan pembesar-pembesar serta perwira-perwira, dan orang-orang kaya serta orang-orang
berkuasa, dan semua budak serta orang merdeka bersembunyi ke dalam gua-gua dan celah-celah batu karang di
gunung. Dan mereka berkata kepada gunung-gunung dan kepada batu-batu karang itu: "Runtuhlah menimpa kami dan
sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu." Sebab sudah tiba
hari besar murka mereka dan siapakah yang dapat bertahan?
Bukti ketaatan seseorang adalah menuruti nasihat dan perintah-perintah Tuhan! Sebab merupakan
kerinduan Bapa di sorga, bahwa setiap orang yang telah ditebus oleh darah Anak-Nya akan menghormati
Anak itu, Yesus (Yoh.5:23), dan menjadikan Dia sebagai teladan hidup dengan menyelaraskan pikiran
mereka dengan pikiran Kristus, sehingga diubah menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya tsb
(2Kor.3:18)! Sebab itu, Paulus menasihatkan demikian:
Flp.2:1-5 “Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas
kasihan, 2 karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu
jiwa, satu tujuan, 3 dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah
dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; 4 dan janganlah tiap-tiap
orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. 5 Hendaklah kamu dalam
hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.”
Dengan menjadikan Yesus sebagai Tuhan atau Tuan, berarti juga menjadikan Dia sebagai Kepala
bagi Gereja-Nya, “Tubuh Kristus,” yang terdiri dari banyak anggota, namun dalam satu kesatuan yang
kudus. Dan hal ini disebabkan karena setiap anggota Tubuh-Nya berada dalam pimpinan Roh Kudus.
Haleluyah!
Seperti halnya dengan Meja Roti Pertunjukan, yang dibuat dari kayu sittim dalam ukuran yang
ditetapkan, begitulah juga setiap anggota Tubuh-Nya harus mengalami “pemotongan ke-akuannya”
sehingga sesuai dengan standard firman-Nya! Penderitaan karena menuruti kehendak Roh itulah yang
membuat Roh-Nya, Roh Kemuliaan, dicurahkan kepada mereka, seperti dinyatakan oleh rasul Petrus ini:
“Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya
kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya. Berbahagialah
kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu”
(1Pet.4:13-14).
Halaman 35
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
Halaman 36
• Meja Roti Pertunjukan dibuat dari kayu sittim/penaga, yang
disalut emas murni. Ukurannya: panjang 2 hasta, lebar 1 hasta,
tinggi 1,5 hasta (Kel.25:23-30) – Bayangan orang-2 pilihan-Nya
yang disalut kemuliaan ilahi (Roh Kudus). Mencapai: Kepenuhan
Kristus (Efs.4:13), Kesatuan Roh, Pemotongan daging.
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
Halaman 37
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
seperti para penyembah berhala, seperti dinyatakan oleh Yosua: Berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa
itu: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek
moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain.
Tetapi Aku mengambil Abraham, bapamu itu, dari seberang sungai Efrat, dan menyuruh dia
menjelajahi seluruh tanah Kanaan. Aku membuat banyak keturunannya dan memberikan Ishak
kepadanya” (Yos.24:2-3).
Bapa “Abraham diambil,” berarti Dipisahkan Allah dari bangsanya untuk menjadi “Bangsa
Pilihan” yang kudus, yang menyembah kepada Allah yang benar. Karena itu, setelah Abraham pergi
menurut firman-Nya, maka Alkitab mencatat demikian: Ketika itu TUHAN menampakkan diri kepada
Abram dan berfirman: "Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu." Maka didirikannya di
situ mezbah bagi TUHAN yang telah menampakkan diri kepadanya. Kemudian ia pindah dari situ ke
pegunungan di sebelah timur Betel. Ia memasang kemahnya dengan Betel di sebelah barat dan Ai di
sebelah timur, lalu ia mendirikan di situ mezbah bagi TUHAN dan memanggil nama TUHAN (Kej.12:7-
8).
Apa bedanya antara penduduk di seberang sungai Efrat dengan Abraham? Perbedaan terbesar
terletak kepada sesembahan yang mereka sembah! Para “Penyembah berhala” membuat berhala,
sedangkan Abraham membuat mezbah setelah Allah menyatakan diri-Nya, seperti tertulis ini: Ketika
itu TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: "Aku akan memberikan negeri ini kepada
keturunanmu." Maka didirikannya di situ mezbah bagi TUHAN yang telah menampakkan diri kepadanya.
Para penyembah berhala berusaha “mencari allah,” tetapi Allah mencari Abraham, dengan
menampakkan diri kepadanya serta memberikan Perjanjian!
Jelas sudah, bahwa Allah memberikan perjanjian yang tidak mungkin diterima secara lahiriah,
sebab dirinya sudah tua dan isterinya mandul serta sudah berhenti haid (Roma 4:19), tetapi hanya
mungkin diterima melalui iman. Itulah sebabnya, Allah mempertegas perjanjian itu justru pada saat
Abraham dan Sarah sangat lanjut usianya dengan “Perjanjian darah,” sebab Abraham diminta untuk
menyunat setiap laki-laki dalam keluarganya: “Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang,
perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat;
haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu”
(Kej.17:10-11).
Disebut “perjanjian” sebab dua pihak yang berjanji harus memenuhi kewajibannya. Dari pihak
Allah, Dia akan menggenapi apa yang dijanjikan; namun dari pihak manusia harus memotong kulit
khatannya, yang tentunya sangat sakit! Begitulah bila anda ingin menjadi orang pilihan-Nya, anda harus
berani menderita dalam jiwamu, saat mentaati firman-Nya! Bila tidak, rohani akan mati, artinya
hubungan dengan Tuhan terputus! Sebab Tuhan berkata: “Dan orang yang tidak disunat, yakni laki-laki
yang tidak dikerat kulit khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang
sebangsanya: ia telah mengingkari perjanjian-Ku" (Kej.17:14).
Dan itulah yang terjadi dalam kehidupan Musa, yang hampir dibunuh Tuhan, seperti tertulis dalam
Kel.4:24-25 “Tetapi di tengah jalan, di suatu tempat bermalam, TUHAN bertemu dengan Musa dan berikhtiar untuk
membunuhnya. Lalu Zipora mengambil pisau batu, dipotongnya kulit khatan anaknya, kemudian disentuhnya
dengan kulit itu kaki Musa sambil berkata: "Sesungguhnya engkau pengantin darah bagiku."
Rupanya Zipora tidak tega dengan peraturan sunat, sehingga menolak saran Musa untuk
menyunatkan anak mereka. Namun saat diketahui, bahwa Tuhan justru akan membunuh Musa, maka
Zipora rela mentaati perintah tsb. Dan hal ini pasti dilakukan dengan dengan hati yang pedih!
Bukankah hal inipun dilakukan Tuhan Yesus saat Dia harus mengikuti kehendak Bapa?
Praktik membuat perjanjian dengan sunat lahiriah ini sekarang tidak dilakukan orang percaya,
sebab Tuhan ingin kita melakukan secara rohaniah, yakni “sunat hati” (Kis.7:51), dan hal ini dialami
dalam penyembahan yang benar: “Karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah
(which worship God in the spirit = menyembah Allah di dalam roh), dan bermegah dalam Kristus Yesus
dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah (have no confidence in the flesh)” (Flp.3:3).
Abraham, bapa orang percaya berani memisahkan diri dari keluarganya, bangsanya, bahkan
negerinya, bahkan juga dalam melakukan sunat atas dirinya dan keluarganya, karena adanya janji Tuhan,
seperti dinyatakan dalam Ibrani 11:16 “Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik
yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah
Halaman 38
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI
mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.” Itulah “Kota Allah” seperti dinubuatkan dalam Mazmur 46:5
“Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai.”
Sunat hati – berpisah dari hal-hal duniawi, untuk membuat perjanjian-Nya
menjadi efektif dalam kehidupan orang-orang pilihan-Nya, harus dilakukan para
penyembah yang beriman kepada hal-hal sorgawi, dan tidak berharap hal-hal
lahiriah, yakni merindukan untuk berdiam bersama Allah dalam “Kota Allah.”
Halaman 39