Anda di halaman 1dari 39

PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir.

TIMOTIUS SUBEKTI

DARI MANUSIA DUNIAWI


KE MANUSIA SORGAWI
PENDAHULUAN
Dalam surat yang pertama kepada Jemaat di Korintus, rasul Paulus menuliskan salamnya sebagai
berikut: “Dari Paulus, yang oleh kehendak Allah dipanggil menjadi rasul Kristus Yesus, dan dari
Sostenes, saudara kita, kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus
Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang
berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita. Kasih karunia dan
damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu” (1Kor.1:1-3).
Jelas, bahwa alamat surat ditujukan kepada mereka yang dipanggil menjadi orang-orang kudus,
bahkan yang dikuduskan dalam Kristus Yesus! Walaupun demikian kedudukan orang-orang yang
terpanggil ini tidak serta merta menyatakan bahwa mereka sudah tidak duniawi lagi! Dua ayat di bawah
ini meneguhkan fakta ini.
1Kor.3:3 “Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah
hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?”
1Kor.3:4 Karena jika yang seorang berkata: "Aku dari golongan Paulus," dan yang lain berkata: "Aku dari golongan
Apolos," bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?

Jemaat di Korintus dikategorikan sebagai “Manusia Duniawi,” karena masih ada iri hati,
perselisihan, dan juga kelompokisme! Hal ini harus menyadarkan Gereja Tuhan sekarang, khususnya
yang menganggap dirinya sudah rohani, pada hal menurut ukuran Tuhan belum. Bagi para pembaca buku
ini, marilah kita menerima teguran firman Tuhan dan bertobat, agar jangan kelak menjadi kecewa karena
merasa sudah berkenan, namun tidak diterima sebagai mempelai-Nya! Itulah sebabnya buku ini sampai
di tangan para pembaca!
Saat menerangkan tentang kebangkitan, Paulus menuliskan kebenaran firman Tuhan ini: “Ada
tubuh sorgawi dan ada tubuh duniawi, tetapi kemuliaan tubuh sorgawi lain dari pada kemuliaan tubuh
duniawi” (1Kor.15:40). Hal ini harus menyadarkan, bahwa selama kita hidup di dunia ini memang
memakai tubuh duniawi, yang disebut juga “tubuh dosa” (Ro.6:6), bahkan “tubuh maut” (Ro.7:24). Dan
patut diketahui, bahwa akhir dari tubuh duniawi ini adalah kematian, sebagai kemah yang pasti akan
roboh dan ditinggalkan selama-lamanya.
Sebab itu, ke mana konsentrasi tujuan hidup kita sekarang? Kepada hal-hal duniawi untuk tubuh
duniawi, ataukah kepada hal-hal sorgawi untuk tubuh sorgawi? Dan tujuan hidup itu dikendalikan oleh
pikiran anda. Inilah pernyataan firman-Nya.
Rom.8:5-8 “Sebab mereka yang hidup menurut daging (tubuh duniawi), memikirkan (phroneo) hal-hal yang dari
daging; mereka yang hidup menurut Roh (tubuh sorgawi), memikirkan (phroneo) hal-hal yang dari Roh.
Karena keinginan/pikiran (phronema) daging adalah maut, tetapi keinginan/pikiran (phronema) Roh
adalah hidup dan damai sejahtera. Sebab keinginan/pikiran (phronema) daging adalah perseteruan
terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. Mereka
yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.”

Bila memfokuskan diri terhadap hal-hal duniawi, pastilah pikiran akan menuju kepada hal-hal
duniawi juga. Sebaliknya, bila memfokuskan hal-hal sorgawi, pikiran pasti menuju hal-hal sorgawi.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa pikiran manusia adalah bagian dari jiwa, di mana terjadi peperangan
antara Roh Allah dan Daging manusia, seperti dikatakan firman Tuhan dalam Gal.5:17 “Sebab keinginan
daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging --
karena keduanya bertentangan -- sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.”
Selama jiwa kita terpengaruh hanya oleh keinginan tubuh (melalui kelima panca-indera), maka
pikiran kita pasti menjadi duniawi, sebab keinginannya hanya berorientasi kepada pemuasan tubuh
duniawi. Namun bilamana Roh Allah mulai mempengaruhi jiwa, khususnya pikiran, maka orientasi
hidup dapat mengarah kepada tubuh sorgawi. Sebab itu, hati-hatilah dengan apa yang anda lihat!
Halaman 1
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

Khususnya pada zaman kemajuan teknologi sekarang ini, gambar-gambar yang merangsang hawa nafsu
dengan mudah disaksikan di layar kaca (televisi), layar perak (bioskop), computer dan smartphone.
Pengalaman pertentangan dalam jiwa dialami sendiri oleh Paulus, walaupun posisinya adalah rasul,
pernah bertemu dengan Yesus secara pribadi, namun dengan jujur ia menyatakan demikian: “Sebab aku
tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab
kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku
kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat,
yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang
memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku” (Rom.7:18-20).
Kesadaran bahwa “dosa yang diam dalam tubuhnya” itulah yang menyebabkan Paulus beteriak
dengan seruan: “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?”
Ucapan ini bukan dikatakannya pada saat belum bertobat, tetapi setelah bertobat, bahkan sudah menjadi
rasul. Dia mengerti, bahwa selama tubuhnya belum diubahkan, maka semua manusia masih
menyandang “tubuh dosa,” yang dapat mengakibatkan maut. Itulah sebabnya disebut “tubuh maut.”
Ketahuilah, bahwa begitu manusia dilahirkan oleh ibunya, ia sudah menyandang dosa, seperti
dikatakan Daud dalam mazmurnya: “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku
dikandung ibuku” (Maz.51:7). Karena itu, Paulus menuliskan dalam
1Kor.15:46-49 “Tetapi yang mula-mula datang bukanlah yang rohaniah, tetapi yang alamiah; kemudian barulah
datang yang rohaniah. Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal
dari sorga. Makhluk-makhluk alamiah sama dengan dia yang berasal dari debu tanah dan makhluk-makhluk
sorgawi sama dengan Dia yang berasal dari sorga. Sama seperti kita telah memakai rupa dari yang alamiah,
demikian pula kita akan memakai rupa dari yang sorgawi.”

Pernyataan ini menunjukkan, bahwa tidak ada seorangpun yang baru dilahirkan langsung menjadi
rohani. Semuanya bermula dari yang alamiah, kemudian setelah melalui proses barulah menjadi rohani.
Sebab itu, siapa yang menyadari dirinya mula-mula duniawi, menyandang tubuh maut, perlu menyeru
kepada Dia, “Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan!” (Rom.10:13).
Ingatlah! Yang duniawi pasti akan berakhir dengan kematian, seperti dinyatakan firman ini: Lalu
Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan
dari dunia ini. Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab
jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.” (Yoh.8:23-24).
Proses dari manusia duniawi ke manusia sorgawi hanya dapat terwujud dalam hidup orang-orang
yang menyadari, bahwa hanya kuasa Allah yang dapat mengubahkan demikian! Sebab yang alamiah –
hal-hal di bumi dan dari bumi – tidak mungkin diubah dengan proses alamiah untuk menjadi sorgawi.
Yang sorgawi, atau yang berkualitas atas, hanya dapat dilakukan melalui proses dari atas, dengan
berkat-berkat sorgawi oleh Bapa sorgawi!
Yak.1:17-18 “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan
dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. Atas kehendak-
Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi
anak sulung di antara semua ciptaan-Nya.”

Dan Bapa sorgawi memberikan segala kualitas dari atas, yang sorgawi, dalam paket “di dalam
Kristus” sebab kasih-Nya kepada manusia: “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang
dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam
Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-
Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-
Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang
dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.”

Sebagai Pencipta, sebelum dunia dijadikan, Allah sudah menentukan, bahwa


setiap orang yang berada di dalam Kristus dijadikan orang-orang pilihan-Nya,
yang akan dikaruniai dengan segala berkat rohani di dalam sorga, supaya
menjadi kudus dan tak bercacat, sebab mengalami perubahan dari kemuliaan
kepada kemuliaan sehingga menjadi manusia sorgawi!

Halaman 2
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

I. POHON KEHIDUPAN MANUSIA


Kehidupan manusia kadang-kadang dikiaskan oleh Tuhan sebagai pohon atau kayu. Dengarkanlah
ucapan Tuhan Yesus kepada banyak perempuan, yang menangisi Dia saat memikul kayu salib: “Sebab
jikalau orang berbuat demikian dengan kayu hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?"
(Luk.23:31).
Jelas, bahwa yang dimaksud dengan “kayu hidup” adalah Diri-Nya sendiri, sedangkan “kayu
kering” adalah kiasan untuk manusia yang tidak memiliki roh yang hidup atau mati rohani. Mereka mati
rohaninya karena dosa atau pelanggaran terhadap hukum Allah, seperti dikatakan dalam surat Efesus
pasal dua: “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu” (Efs.2:1).

JATUH KE TANGAN SIAPAKAH ANDA?


Pohon atau kayu digunakan dalam berbagai segi kehidupan. Ada kayu-kayu yang dikerjakan
melulu dari buah pikiran manusia, namun ada juga yang dikerjakan oleh adanya arahan dari Sang
Pencipta. Sebab itu, pohon kehidupan anda dikerjakan oleh arahan siapa saja?
Yang jelas, semua kita pasti ditangani oleh orang tua, ibu bapa. Kemudian, juga oleh saudara-
saudara dalam keluarga, kerabat, lingkungan teman-teman bermain atau berinteraksi; dan saat mulai
bersekolah oleh para pengajar. Ada pengajar duniawi dan ada pengajar rohani, yakni hamba-hamba
Tuhan. Inilah tokoh-tokoh yang mengerjakan pohon kehidupan anda:

1. Tokoh Penebang pohon.


Bila kehidupan anda jatuh ke tangan “Tokoh Penebang Pohon,” maka dapat dipastikan kehidupan
anda akan menjadi “Barang Dagangan” saja! Artinya: Kehidupan anda akan dimanipulasi bagi
keuntungan diri tokoh semacam ini!
Pada zaman dahulu, kayu banyak dipakai sebagai “kayu bakar,” yang digunakan untuk memasak
makanan atau untuk obyek pemanasan, khususnya bila musim dingin tiba. Jadi, kayu dipakai untuk
kenyamanan para pemakainya agar tubuhnya nikmat, tetapi kayu itu sendiri menjadi hangus terbakar.
Pada dasarnya manusia memiliki sifat egoistis, mementingkan diri sendiri. Dan ini terjadi dalam
kehidupan saudara-saudara Yusuf, yang tega menjualnya kepada orang Ismael, saudagar-saudagar Midian
(Kej.37:27-28). Pada masa Nehemiah, ia menegor keras orang-orang yang mencari keuntungan diri
dengan menjual sesama orang Yahudi.

Neh.5:8 “Berkatalah aku kepada mereka: "Kami selalu berusaha sedapat-dapatnya untuk menebus sesama orang
Yahudi yang dijual kepada bangsa-bangsa lain. Tetapi kamu ini justru menjual saudara-saudaramu,
supaya mereka dibeli lagi oleh kami!" Mereka berdiam diri karena tidak dapat membantah.”

Sifat egoisme manusia, yang akan memuncak pada akhir zaman (2Tim.3:1-2),
memunculkan banyak “Tokoh Penebang pohon” yang hanya berorientasi kepada
keuntungan materi, mengorbankan orang banyak demi keuntungan pribadinya!
Hal demikian inilah yang mendatangkan masa yang teramat sukar!

2. Tokoh Pemahat Patung.


Bila kayu pohon jatuh ke tangan pemahat patung, pastilah dia segera memakai alat-alat dan
keahliannya untuk menjadikan benda pujaan! Bahkan yang lebih berbahaya menjadi obyek
penyembahan! Dan itulah yang telah dilakukan oleh banyak promotor terhadap orang-orang yang
memiliki keunikan atau talenta tertentu.
Dengan pertolongan “Sang Pemahat Patung.” maka orang-orang tertentu dapat menjadi orang
ternama, yang kemudian menjadi idola bagi masyarakat. Bukankah hal itu terjadi dalam praktik hidup di
dunia ini. Di tangan promotor mereka dijadikan “Bintang-bintang.” Ada Bintang Penyanyi, Bintang
Film, Bintang Olah-raga dsb. Celakanya, kalau orang-orang yang sudah naik karirnya menjadi “Bintang”

Halaman 3
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

itu kemudian menyombongkan dirinya sedemikian rupa, sehingga menganggap dirinya layak menerima
pujian dan penyembahan manusia!
John Lenon, tatkala diwawancarai, dia mengucapkan ucapan sesumbarnya “Aku lebih populer dari
Tuhan!” Bahkan, lebih berani dia kemudian menantang: “Siapa yang lebih dulu tenggelam, The Beatles
atau Tuhan!” Tetapi, John Lenon tewas di tembak oleh penggemarnya sendiri! Oprah Winfrey tidak takut
menyatakan dirinya “Allah!”
Dalam Alkitab, kita juga membaca adanya seorang yang tinggi hati, yakni “Penguasa Tirus”
Yeh.28:1-10. Marilah kita membaca ayat 1-2, yang berbunyi: Maka datanglah firman TUHAN kepadaku:
"Hai anak manusia, katakanlah kepada raja Tirus: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Karena engkau
menjadi tinggi hati, dan berkata: Aku adalah Allah! Aku duduk di takhta Allah di tengah-tengah lautan.
Padahal engkau adalah manusia, bukanlah Allah, walau hatimu menempatkan diri sama dengan Allah.”
Menurut beberapa penafsir, orang ini adalah Ithobaal III (tahun 591-573 s.M.). Dalam Kisah Para Rasul
tercatat nama Simon, si penyihir, yang dikatakan Alkitab: “Orang ini adalah kuasa Allah yang terkenal
sebagai Kuasa Besar” (Kis.8:9-10).
Ingat! Iblis memang memakai orang-orang tertentu, untuk menjadikan manusia
tertentu menjadi tokoh idola, yang dapat membalikkan orang banyak dari
penyembahan kepada Allah menjadi penyembahan kepada dirinya.

3. Tokoh Pengrajin.
Melalui para pengrajin, maka kayu-kayu dapat dijadikan produk-produk yang berguna bagi
kehidupan orang lain, seperti halnya dengan kursi, meja, rumah, jembatan dll. Dalam praktek kehidupan,
inilah tokoh-tokoh pendidik, yang membuat anak didiknya menjadi manusia yang berguna bagi orang
lain. Termasuk dalam tokoh-tokoh ini adalah para pendidik, baik itu orang tua yang mendidik dengan
baik, dan juga guru-guru sekolah.
Kita patut berterima-kasih terhadap orang-orang, yang membaktikan diri dalam
pendidikan, sehingga diri kita masing-masing dijadikan manusia yang berguna
bagi kehidupan jasmaniah/sementara dalam dunia ini.

4. Allah Roh Kudus melalui Hamba-hamba Allah yang diurapi.


Di sisi lain dari kehidupan jasmaniah di bumi, ada kehidupan lain yang jauh lebih penting! Itulah
kehidupan kekal, yang akan berlangsung selama-lamanya atau tanpa batas waktu!
Yes.26:4 “Percayalah kepada TUHAN selama-lamanya, sebab TUHAN ALLAH adalah gunung batu yang kekal.”

1Tim.1:17 “Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak
nampak, yang esa! Amin.”

Allah yang kekal telah mengaruniakan kepada manusia Anugerah terbesar, Anak-Nya, Yesus
Kristus, yang menjelma menjadi Anak Manusia, dengan tugas menebus manusia dari cengkeraman dosa
dan mendidik mereka supaya menjadi “Manusia Ilahi” atau “Manusia Allah.”
Titus.2:11-12 “Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita
supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil
dan beribadah di dalam dunia sekarang ini.”

Menyelamatkan dengan mengorbankan Darah-Nya sebagai harga tebusan, dan mendidik dengan
mengutus Roh Kudus dan hamba-hamba-Nya yang diurapi. Dalam Perjanjian Lama hal ini
diaktualisasikan dengan memilih Bezaliel dan Aholiab dan kawan-kawannya untuk mengerjakan kayu
dari padang gurun, yang disalut dengan emas murni dan dimasukkan ke dalam Bait Allah, Tabernakel.
Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus, yang bangkit dan berada di sebelah kanan
Bapa, mencurahkan Roh Kudus serta mengutus hamba-hamba-Nya yang diurapi
agar mendidik orang percaya memiliki karakter Kristus, sehingga layak masuk
dalam kemuliaan Allah yang telah disediakan sebelum dunia dijadikan.

Halaman 4
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

PUNYAI HUBUNGAN DENGAN SUMBER HIDUP


Harus diakui, bahwa sesuatu yang dikatakan “hidup” atau “on” pasti berhubungan dengan sumber
hidup. Hand phone kita disebut “hidup,” bila berhubungan dengan baterai. Saat baterai habis, maka kita
perlu menghubungkan dengan tombol listrik. Namun, saat tombol listrik juga padam, maka pastilah
jaringan penghantar tegangan tinggi itu terputus dari pusat tenaga listrik. Dan lebih parah bila generator di
pusat tenaga listriknya tidak hidup atau sumbernya mati!
Demikian juga halnya dengan roh manusia. Selama roh manusia tidak terhubung oleh Roh Kudus,
maka manusia rohnya mati. Dan hal ini disebabkan karena adanya hal-hal yang tidak kudus disebabkan
perbuatan dosa atau pelanggaran terhadap hukum Allah atau Kebenaran! Di mana tidak ada kebenaran,
hubungan dengan Tuhan terputus, maka di situ roh-roh najis beroperasi, yang akhirnya
mendatangkan hukuman.
Ucapan Tuhan Yesus dalam Luk.23:31, yang berbunyi: “Sebab jikalau orang berbuat demikian
dengan kayu hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?" – Merupakan pertanyaan, bila
perlakuan tentara Roma yang sedemikian buruk terhadap kemanusiaan Yesus yang tanpa salah, apa yang
akan terjadi bagi bangsa Israel, yang melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Roma, bahkan
terlebih lagi berdosa besar terhadap Allah, karena menolak dan membunuh Dia, Sang Kebenaran itu?
Fakta sejarah mencatat tatkala Yerusalem dihancurkan panglima Titus pada tahun 70, maka banyak
orang Israel mati karena perang melawan Roma (Josephus menyatakan satu juta orang Yahudi mati!).
Bila tidak memiliki hubungan dengan Sumber Hidup, kematianlah yang akan diterimanya. Dan
kita ketahui, bahwa di dalam Yesus, Firman, ada kehidupan, seperti dinyatakan dalam Yoh.1:1-4 ini:
“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak
ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu
adalah terang manusia.”
Dalam pengajaran tentang pokok anggur yang benar, Tuhan Yesus mengatakan: “Akulah pokok
anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia
berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di
dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan
dicampakkan ke dalam api lalu dibakar” (Yoh.15:5-6).
Jelas, bahwa seseorang akan menjadi “kayu kering” apabila mereka menolak
untuk tinggal tetap di dalam Firman-Nya, Sumber kehidupan itu. Untuk setia
(faithful) tentu dibutuhkan iman (faith), bahwa Dia, Yesus, benar-benar Allah
yang diutus/turun dari sorga untuk membawa kita naik, menjadi umat sorgawi.

BERSEKUTULAH DENGAN FIRMAN


Untuk mengubah hidup manusia duniawi menjadi sorgawi, maka cara satu-satunya adalah melalui
hubungan dengan Pribadi Sorgawi, Sang Sumber Hidup, yang turun dari sorga, seperti telah dikatakan-
Nya: Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini,
Aku bukan dari dunia ini” (Yoh.8:23). “Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan
kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku” (Yoh.6:38).
Anak Manusia diutus – turun dari sorga ke bumi: Allah menjadi Manusia – dengan tugas
menjadikan manusia yang percaya kepada-Nya menjadi “Manusia Allah,” seperti dikatakan Paulus
kepada Timotius: “Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah,
kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan” (1Tim.6:11). Dengan kata lain, Yesus sebagai Allah yang
menjadi manusia bertugas menjadikan “manusia duniawi” menjadi “manusia sorgawi” atau “Manusia
Allah.”
Surat Paulus kepada jemaat di Korintus menuliskan wahyu ini: “Makhluk-makhluk alamiah sama
dengan dia yang berasal dari debu tanah dan makhluk-makhluk sorgawi sama dengan Dia yang berasal dari
Halaman 5
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

sorga. Sama seperti kita telah memakai rupa dari yang alamiah, demikian pula kita akan memakai rupa dari
yang sorgawi” (1Kor.15:48-49).
Sebagai manusia, yang dilahirkan oleh ibu dan bapa, maka kita masing-masing terlahir dalam
keadaan dosa, karena Adam pertama, yang dibuat dari debu telah jatuh ke dalam dosa, akibatnya
makhluk-makhluk alamiah semuanya akan kembali menjadi debu. Namun, ada kabar gembira, bahwa ada
pribadi sorgawi, Adam kedua, yang bukan dari debu tanah, tetapi Dia adalah Sang Firman, yang rela
menjadi manusia untuk melakukan tugas Bapa yang Maha-Agung, untuk mengubah manusia duniawi
menjadi sorgawi, melalui Firman! Dan inilah pernyataan-Nya dalam Yoh.1:1 “Pada mulanya adalah
Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.”
Untuk melimpahkan sifat sorgawi-Nya kepada orang percaya, maka Tuhan menerangkan proses
pelimpahan tsb melalui dialog tentang “Roti Sorga.” Mengapa? Sebab, apa yang dimakan manusia, akan
menjadi bagian dalam dirinya; seperti sering kita dengar ungkapan kata ini: “You are what you eat!” Bila
kita makan banyak minyak, maka darah kita pasti mengandung banyak minyak juga. Jelas, darah
seseorang kandungannya berisi serupa dengan apa yang dimakannya. Demikian pula jiwa seseorang
akan menjadi serupa dengan jiwa-Nya, yang sorgawi, bila mereka makan “Roti Hidup yang
diturunkan dari sorga” itu! Dan inilah dialog yang dipaparkan-Nya.

Yoh.6:48-58 “Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati.
Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang
telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang
Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." Orang-orang Yahudi bertengkar
antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk
dimakan." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak
makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.
Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan
membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah
benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku
di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga
barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti
seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup
selama-lamanya."

Firman, yang adalah Allah (Yoh.1:1), harus “dimakan” dalam arti didengar, direnungkan (untuk
dimengerti) dan dilakukan, supaya Allah dan seluruh aspek hidup-Nya atau seluruh karakter-Nya,
menjadi bagian kehidupan yang kelihatan (inilah yang disebut “menjadi daging”) dan menjadi jiwa atau
menjadi pikiran, perasaan dan kehendak kita (inilah yang disebut “menjadi darah”).
Bagian penting yang sering tidak dilakukan adalah merenungkan FirmanTuhan! Paralel dengan ini
dalam hal jasmani adalah masalah “mencerna,” yang dimulai dari mulut, ke kerongkongan, perut dan
kemudian usus. Firman Tuhan yang sukar dimengerti perlu dicerna lebih lama. Hal ini dilakukan oleh
hewan-hewan yang memamah-biak, yang memiliki “empat perut,” sehingga mampu menguraikan rumput
yang dimakannya menjadi darah dan daging, bahkan juga susu. Demikianlah yang harus kita lakukan, bila
ingin mengalami perubahan jiwa – perubahan pikiran, perasaan dan kehendak duniawi sehingga menjadi
jiwa yang sorgawi.

Maz.1:1-3 “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang
berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN,
dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang
menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.”

Adakah keinginan untuk memiliki kepribadian sorgawi? Allah menyediakan


makanan rohani, “Roti yang turun dari sorga” yakni Firman-Nya yang hidup,
agar setiap orang yang memakannya akan mengalami perubahan kepribadian,
dari duniawi ke sorgawi. Haleluyah!
Halaman 6
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

II. ALLAH MEMILIH “KAYU PENAGA”


Saat Musa diperintahkan Tuhan membangun Kemah Suci atau Tabernakel, maka umat Israel
diminta untuk mempersembahkan bahan-bahan, yang akan digunakan bagi pembuatannya. Marilah kita
membaca diskripsinya.
Kel.25:1-5 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka memungut bagi-Ku
persembahan khusus; dari setiap orang yang terdorong hatinya, haruslah kamu pungut persembahan khusus
kepada-Ku itu. Inilah persembahan khusus yang harus kamu pungut dari mereka: emas, perak, tembaga; kain
ungu tua, kain ungu muda, kain kirmizi, lenan halus, bulu kambing; kulit domba jantan yang diwarnai merah,
kulit lumba-lumba dan kayu penaga.”
Itulah keterangan singkat tentang bahan-bahan, yang dipakai bagi pembangunan Kemah Suci,
sedangkan bahan-bahan untuk operasionalnya dituliskan dalam ayat-ayat berikutnya: “minyak untuk
lampu, rempah-rempah untuk minyak urapan dan untuk ukupan dari wangi-wangian, permata krisopras
dan permata tatahan untuk baju efod dan untuk tutup dada” (Kel.25:6-7).
Kemudian, dalam ayat 8 dan 9 disimpulkan tentang tujuan pembangunan Kemah Suci: “Dan
mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka.
Menurut segala apa yang Kutunjukkan kepadamu sebagai contoh Kemah Suci dan sebagai contoh segala
perabotannya, demikianlah harus kamu membuatnya" (Kel.25:8-9).

KEMAH SUCI ROHANI


Bila membaca Alkitab, kita harus menangkap tujuan Allah sebenarnya dalam memberikan firman-
Nya. Dalam terjemahan Alkitab bahasa Indonesia, ayat 2Tim.2:15 berbunyi demikian: “Usahakanlah
supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus
terang memberitakan perkataan kebenaran itu.” Terjemahan ini kurang tepat; terjemahan versi King
James berbunyi: “Study to shew thyself approved unto God, a workman that needeth not to be ashamed,
rightly dividing (orthotomeō) the word of truth.”
Kata orthotomeō dari keterangan konkordansi Strong: to make a straight cut, that is,
(figuratively) to dissect (expound) correctly (the divine message) – arti harafiah orthotomeō adalah
“membuat potongan lurus,” dan arti kiasannya: “menguraikan secara benar (berita ilahi).” Jadi
terjemahan 2Tim.2:15 yang lebih baik berbunyi: “Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah
sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang menguraikan secara benar Perkataan
Kebenaran.”
Di sinilah dibutuhkan guru-guru atau pengajar-pengajar Alkitab yang penuh Roh Kudus, sebab
hanya dengan pencerahan Roh-Nya, maka firman-Nya dapat diuraikan secara tepat! Sebab itu, rasul
Paulus mengingatkan jemaat di Galatia dengan firman Tuhan ini: “Aku heran, bahwa kamu begitu lekas
berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil
lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk
memutarbalikkan Injil Kristus. Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang
memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu,
terkutuklah dia” (Gal.1:6-8).
Sebab itu, rasul Paulus meminta agar jemaat Tuhan berdoa bagi para pemberita firman, agar
mereka dikaruniai perkataan yang benar dalam pemberitaannya (Efs.6:18-20). Bukankah para pembaca
kadang-kadang mendengar pemberita firman, yang mengajarkan hal-hal yang menyimpang dari
kebenaran firman-Nya?
Dalam Perjanjian Lama, Tuhan menyuruh Musa membangun Kemah Suci, yang sebenarnya hanya
merupakan bayangan saja (Ibr.10:1); sedangkan dalam Perjanjian Baru diterangkan hakekat sebenarnya
adalah “Kemah Sejati” yang dibangun Tuhan! Seperti dinyatakan dalam Ibr.8:1-2 “Inti segala yang kita
bicarakan itu ialah: kita mempunyai Imam Besar yang demikian, yang duduk di sebelah kanan takhta
Yang Mahabesar di sorga, dan yang melayani ibadah di tempat kudus, yaitu di dalam kemah sejati, yang
didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia.”
Yang menjadi pertanyaan? Apakah sebenarnya “Kemah Sejati” itu? Biarlah Alkitab sendiri yang
menjawabnya! 1Kor.3:16 mengatakan: “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa
Roh Allah diam di dalam kamu?” Juga 1Kor.6:19 “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah
bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu
bukan milik kamu sendiri?”
Jelas, bahwa “Kemah Suci” buatan Musa itu adalah bayangan dari hakekat yang sebenarnya:
“Kemah Sejati”, yakni diri kita atau tubuh kita! Tuhan tidak ingin hanya segelintir pribadi yang menjadi
Halaman 7
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

Bait-Nya, namun kelak semua umat tebusan-Nya yang kudus roh, jiwa dan tubuhnya, akan bersama-sama
menjadi “Kemah Allah,” sebagaimana dinubuatkan dalam Wah.21:1-3 yang berbunyi: “Lalu aku melihat
langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu,
dan laut pun tidak ada lagi. Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga,
dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. Lalu aku
mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah
manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan
menjadi Allah mereka.”

PERSEMBAHAN YANG ROHANI


Sebagaimana Musa mengatakan bagi pendirian Kemah Suci perintah ini: “Inilah persembahan
khusus yang harus kamu pungut dari mereka: emas, perak, tembaga; kain ungu tua, kain ungu muda,
kain kirmizi, lenan halus, bulu kambing; kulit domba jantan yang diwarnai merah, kulit lumba-lumba dan
kayu penaga,” maka kitapun harus mempersembahkan masing-masing untuk membangun Kemah Sejati.
Dari keterangan Ibr.8:2, yang berbunyi: “kemah sejati, yang didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh
manusia” mengandung arti, bahwa persembahan khusus yang harus diberikan tentunya bukan benda-
benda jasmaniah seperti dilakukan umat Israel, namun diri kitalah yang harus dipersembahkan dengan
kualitas hidup rohani sedemikian, sehingga dapat didirikan oleh Tuhan sebagai bagian dari Kemah
Allah yang kekal (Wah.21:3)!
Yang sangat menarik, bahwa salah satu bahan utama bagi struktur Kemah Suci buatan Musa
adalah kayu penaga! Karena itu, pelajaran ini hendak mengupas pentingnya persembahan “kayu penaga
rohani” bagi pembangunan Kemah Sejati, yang akan menjadi Kemah Allah. Dan itulah orang-orang
percaya yang menjadi tiang-tiang dalam Gereja di sepanjang zaman.
“Kayu penaga rohani” adalah bayangan dari kemanusiaan, yang bertujuan
beralih dari “Manusia Duniawi” ke “Manusia Sorgawi” sebab percaya Tuhan,
yang mampu mengubah dari kemuliaan kepada kemuliaan (2Kor.3:18).
Pada zaman gereja awal, tatkala Paulus berkunjung ke Yerusalem, maka ia bertemu dengan tokoh-
tokoh gereja di sana, yang dipandang sebagai tiang gereja, seperti tertulis dalam Gal.2:9 “Dan setelah
melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus, Kefas dan Yohanes, yang
dipandang sebagai sokoguru (tiang) jemaat, berjabat tangan dengan aku dan dengan Barnabas sebagai
tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan mereka kepada
orang-orang yang bersunat.”
Allah mencari orang-orang percaya, yang menyediakan dirinya untuk dibentuk
sedemikian sehingga menjadi tiang-tiang dalam Gereja-Nya. Mereka adalah
orang-orang yang rela mempersembahkan persembahan rohani.
Sejajar dengan kayu, maka bahan yang digunakan dalam pembangunan “Rumah Allah” rohani
adalah “batu” rohani, dan rahasia ini diungkapkan dalam surat Petrus.
1Pet.2:1-5 “Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian
dan fitnah. Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang
rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan, jika kamu benar-benar telah mengecap
kebaikan Tuhan. Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi
yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk
pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan
rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.”
Untuk dapat mempersembahkan persembahan rohani bagi pembangunan Kemah Allah, maka
orang percaya harus melakukan hal-hal seperti tertulis dalam ayat-ayat di atas:
1. Membuang – segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian
dan fitnah.
2. Selalu menginginkan Firman yang murni & rohani – supaya bertumbuh & selamat.
3. Datang kepada Tuhan untuk dipergunakan – berarti penyerahan diri sepenuhnya (roh, jiwa &
tubuh) yang hidup, kudus dan berkenan (Ro.12:1-2).
Anda ingin mengalami perubahan dari “Manusia Duniawi” ke “Manusia
Sorgawi”? Ikutilah langkah-langkah perjalanan rohani ini: Buanglah secara
total dosamu, Bersekutulah dengan Firman-Nya yang murni dan rohani, dan
Serahkanlah seutuhnya kemanusiaanmu kepada Tuhan, maka pasti anda
termasuk kelompok orang yang menjadi Kemah Allah!
Halaman 8
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

III. LAKUKAN PERJALANANMU KE YERUSALEM SORGAWI


Sebagaimana perjalanan bapak orang percaya, Abraham, dari Ur-Kasdim ke “Kota Allah,” yang
merupakan “cetak biru (blue-print) perjalanan iman semua orang percaya,” seperti dinyatakan dalam
Ibrani 11:16 “Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air
sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota
bagi mereka;” dan umat Israel melakukan perjalanan dari Mesir ke Kanaan, Tanah Perjanjian yang
berpusatkan Yerusalem; demikian pula dengan Gereja-Nya, yang melakukan perjalanan kehidupan dari
dunia ini menuju ke tujuan akhir, Yerusalem Baru atau Yerusalem Sorgawi (Wah.3:12; 21:2)!
Ibr.12:22 “Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada
beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah.”

Semua orang beriman harus merindukan hal-hal yang lebih baik dari sekedar
berkat duniawi, dan itulah “Tanah Air Sorgawi,” dimana terletak “Kota Allah
yang hidup, Yerusalem Sorgawi.” Hanya dengan kerinduan demikian mereka
dapat memiliki semangat dalam menjalani perjalanan imannya.

IKUTILAH PIMPINAN ROH KUDUS


Seperti umat Israel, yang dapat keluar dari tanah perbudakan Mesir hanya dengan “darah anak
domba Paskah,” demikian halnya dengan Gereja Tuhan, dapat lepas dari perbudakan kuasa dosa hanya
oleh Darah Yesus, Anak Domba Allah: “darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala
dosa” (1Yoh.1:7) “dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang
mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah
melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya” (Wah.1:5).
Namun, pengalaman kelepasan barulah awal dari perjalanan iman. Mereka perlu dipimpin oleh
“Tiang Awan dan Api” selama perjalanannya di padang gurun! Demikian pula Gereja-Nya perlu dipimpin
oleh Roh Kudus, yang menaungi – bagaikan fungsi awan – dan menerangi – bagaikan fungsi api.
Tepat lima puluh hari setelah keluar dari Mesir, umat Israel mengalami perjumpaan ilahi, karena
Allah hadir dalam api, seperti dicatat oleh Musa ini: “Dan terjadilah pada hari ketiga, pada waktu terbit
fajar, ada guruh dan kilat dan awan padat di atas gunung dan bunyi sangkakala yang sangat keras,
sehingga gemetarlah seluruh bangsa yang ada di perkemahan. Lalu Musa membawa bangsa itu keluar
dari perkemahan untuk menjumpai Allah dan berdirilah mereka pada kaki gunung. Gunung Sinai
ditutupi seluruhnya dengan asap, karena TUHAN turun ke atasnya dalam api; asapnya membubung
seperti asap dari dapur, dan seluruh gunung itu gemetar sangat” (Kel.19:16-18).
Pengalaman pertemuan dengan Tuhan di gunung Sinai, adalah suatu pengalaman yang luar biasa,
sebab Alkitab mengatakan “gemetarlah seluruh bangsa yang ada di perkemahan.” Dan hal ini terjadi 50
hari setelah mereka mengalami kelepasan oleh darah anak domba. Hari ke-50 dalam bahasa Yunani
disebut: “Pentakosta,” seperti ditulis dalam Kis.2:1 “Ketika tiba hari Pentakosta (pentēkostē = ke-50),
semua orang percaya berkumpul di satu tempat.” Dan itulah hari pencurahan Roh Kudus bagi Gereja-
Nya.
Bilamana orang percaya telah mengalami penebusan oleh Darah Yesus, dan mau
dipimpin Roh untuk meninggalkan manusia duniawinya, maka ia akan
mengalami kepenuhan Roh, yang membuat dirinya memiliki roh takut Tuhan,
sehingga mampu menyempurnakan kekudusan.
2Kor.7:1 “Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri
kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita
dalam takut akan Allah.”
Dengan menguduskan diri, maka hal itu berarti menyediakan diri untuk didiami Roh Allah yang
kudus (1Kor.3:16; 6:19)! Dan semuanya ini harus dilakukan dengan kerelaan hati, seperti halnya dengan
persembahan-persembahan yang diberikan umat Israel: “dari setiap orang yang terdorong hatinya,
haruslah kamu pungut persembahan khusus kepada-Ku itu” (Kel.25:2b).

Halaman 9
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

DIPILIH KAYU PENAGA


Kel.25:3-5 “Inilah persembahan khusus yang harus kamu pungut dari mereka: emas, perak, tembaga; kain ungu tua,
kain ungu muda, kain kirmizi, lenan halus, bulu kambing; kulit domba jantan yang diwarnai merah, kulit lumba-
lumba dan kayu penaga.”
Yang menjadi pertanyaan: Apakah kayu Penaga atau Shittim wood itu? Beberapa versi
terjemahan Alkitab Inggris dituliskan “acacia wood,” namun versi King James maupun Young Literal
Translation memakai kata “shittim wood.” Dan penterjemah sering menyamakan “acacia” dengan
“cedar.” Namun, tatkala membaca Yesaya 41:19, mulailah timbul kesulitan dalam terjemahan tsb, sebab
jelas dibedakan antara “cedar” dengan “shittah” (jamaknya: shittim); sehingga beberapa terjemahan
menyebut “cedar” dan “acacia.”
Isa.41:19 KJV: “I will plant in the wilderness the cedar, the shittah tree, and the myrtle, and the oil tree; I will set in
the desert the fir tree, and the pine, and the box tree together.”
Isa.41:19 ASV “I will put in the wilderness the cedar, the acacia, and the myrtle, and the oil-tree; I will set in the
desert the fir-tree, the pine, and the box-tree together.”
Yes.41:19 “Aku akan menanam pohon aras di padang gurun, pohon penaga, pohon murad dan pohon minyak; Aku
akan menumbuhkan pohon sanobar di padang belantara dan pohon berangan serta pohon cemara di
sampingnya.”
Para pakar Alkitab berbeda pendapat, apakah kayu shittim itu sama dg kayu aras atau acacia.
Kenyataan, bahwa ada beberapa jenis kayu aras yang sudah tidak ada lagi pada zaman ini. Jadi, rupanya
demikian juga dengan nasib kayu shittim. Namun, pada umumnya mereka setuju bahwa kayu ini keras
dan tahan ngengat, tidak mudah lapuk karena punya zat penahan hama di dalamnya. Kayu penaga atau
“shittim wood” dalam Alkitab King James dicatat sebanyak 27 kali! Sedangkan kata “Shittim” yang
menunjuk kepada daerah atau tempat dituliskan sebanyak 5 kali, itulah tempat di mana Yosua melepas
dua pengintai (Yos.2:1) dan tempat umat Israel berangkat menuju sungai Yordan (Yos.3:1).
Alkitab jelas menuliskan, bahwa pohon penaga yang menghasilkan kayu penaga (shittim wood)
ini ditanam Tuhan di padang gurun (Ibrani: arabah), itulah tempat perjalanan umat Israel keluar dari
Mesir ke semenanjung Sinai, sehingga mereka memperoleh kayu penaga untuk dipersembahkan bagi
pembangunan Kemah Suci. Jelas, bahwa bilamana umat Tuhan tidak keluar dari Mesir menuju Tanah
Perjanjian mereka tidak akan menemukan kayu penaga tsb.
Sebagaimana telah diterangkan, bahwa kayu penaga adalah persembahan yang sangat penting dan
berguna bagi pembangunan struktur Kemah Suci (papan-papan jenang, tiang-tiang, kayu pemikul, kayu
palang) maupun seluruh alat Kemah Suci (Tabut Perjanjian, Mezbah Dupa, Meja Roti, dan Mezbah
Korban Bakaran), sebab semuanya memakai kayu penaga!
Hanya orang percaya, yang dilepaskan oleh Darah Yesus dari belenggu dosa, dan
mau dipimpin oleh Roh Kudus untuk hidup dalam kesucian, karena rindu
mencapai Yerusalem Sorgawi, merekalah yang dapat memberikan persembahan
tubuh yang hidup, kudus dan berkenan untuk dijadikan Bait Kudus Tuhan!
Namun masih ada satu syarat lagi, seperti halnya dengan kayu penaga yang sifatnya keras dan
tahan ngengat, tidak mudah lapuk karena punya zat penahan hama di dalamnya, demikian juga harus
dimiliki oleh Gereja Tuhan.
Tahan ngengat dan tidak mudah lapuk menunjuk kepada sifat ketekunan, yang tidak mudah putus
asa, sebab ketekunan menimbulkan tahan uji, yang akhirnya membuahkan pengharapan. Itulah orang-
orang percaya yang dapat bersukacita/bermegah saat menghadapi derita, sebab berfokus kepada tujuan:
Yerusalem Sorgawi, seperti yang dialami oleh Yosua dan Kaleb.
Rom.5:3-5 “Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu,
bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji/pengalaman dan
tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah
dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.”
Yang berkeinginan mengubah hidup dari manusia duniawi ke manusia sorgawi,
milikilah sukacita pengharapan atau kemegahan saat mengalami derita karena
tujuan yang benar ini, sebab pengharapan yang demikian akan dicurahi Kasih
Agape yang membuat anda mampu bertahan! (Kis.5:41; 2Tes.1:5).
Halaman 10
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

IV. JADILAH ORANG PILIHAN TUHAN


Proses yang dilakukan Tuhan untuk menjadikan seseorang "Manusia Duniawi" menjadi "Manusia
Sorgawi" adalah Dipanggil, Dipilih dan dijadikan orang yang Setia. Hanya dengan melakukan ketiga
tahapan inilah, yang akan menang dalam melakukan peperangan rohani yang dihadapinya.
Wah.17:14 "Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka,
karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia
juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia."

Dalam perumpamaan tentang undangan pesta raja dalam Mat.22:1-14, bangsa Yahudi sebagai
umat pilihan tidak menghiraukan undangan khusus tsb, sehingga undangan diberikan kepada semua
orang, bangsa-bangsa lain bukan Yahudi, yakni kita sebagai Gereja-Nya. Namun dari antara mereka yang
terpanggil, ada tamu undangan, yang tidak mau memakai pakaian ganti yang telah disediakan raja di
depan pintu masuk ruang pesta! Masalahnya, tidak menghargai ketentuan sang raja. Dan inilah
gambaran "Orang-orang Kristen" yang sudah terpanggil, namun tidak mau memakai "Pakaian Anugerah"
yakni "Kebenaran yang dianugerahkan dalam Kristus Yesus," atau dalam praktek hidup disebut tidak
mau hidup kudus! Dan akibatnya, kita membaca pernyataan Firman Tuhan ini: "Sebab banyak yang
dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih" (Mat.22:14).
Sangat disayangkan bukan? Sebab begitu banyak orang telah terpanggil untuk menjadi orang
percaya, namun mereka tidak terpilih, bahkan lebih menyedihkan bila yang sudah terpilih kemudian tidak
setia! Mengapa hal ini terjadi? Kunci dari semuanya itu adalah, karena mereka tidak tetap bersama-sama
dengan Dia!
Kita Dipanggil untuk hidup kudus (1Pet.1:15-16); Dipilih bila mau hidup kudus
(Kol.3:12), dan Setia bila tetap hidup kudus bersama dengan Tuhan, atau disebut
"Menjadi mempelai Kristus," sehingga menjadi orang pilihan yang mengalami
segala berkat rohani yang telah disediakan-Nya!

TUJUAN PRIORITAS ORANG PILIHAN-NYA


Untuk mengerti, mengapa Tuhan memanggil dan memilih Gereja-Nya, marilah kita melihat apa
yang dilakukan-Nya terhadap para pengikut awal Tuhan Yesus,
Mark.3:13-15 "Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan mereka
pun datang kepada-Nya. Ia menetapkan (Sama artinya dengan: memilih!) dua belas orang untuk menyertai
Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan."

Perhatikan urutan prioritas dari maksud panggilan dan pilihan-Nya. Prioritas utama adalah
menyertai! Dan inilah tujuan mulia dari Tuhan Yesus, menjadikan kita menjadi Mempelai-Nya. Tujuan
kedua dan ketiga barulah memberitakan Injil dan mengusir setan.
Dan tujuan rohani dalam hubungan mempelai adalah Menjadi Satu, sebagaimana dinyatakan
dalam hal pernikahan: "Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan,
sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga
keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa
yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia" (Mark10:6-9). Yoh.17:11, 21, 22
"supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita."
Pemilihan untuk menjadi "Mempelai Kristus" ini dilambangkan oleh pemilihan "Kayu Penaga,"
yang terpilih untuk digunakan dalam Kemah Suci sebagai perabot-perabotnya, baik di Halaman, Ruangan
Suci dan Ruang Maha Suci.
Di Halaman: Kayu penaga dipakai untuk Mezbah Korban Bakaran, yang kemudian disalut
dengan logam tembaga! (Kel.27:1-8).
Dalam Ruangan Suci: Kayu penaga dipakai untuk Tiang Pintu Kemah sebanyak lima buah
(Kel.26:36-37), Papan-papan dan Kayu-kayu lintang (Kel.26:18, 26-28), Meja Roti Pertunjukan
Halaman 11
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

(Kel.25:23-30), Mezbah Dupa (Kel.30:1-6) serta Kayu-kayu pengusung untuk Meja Roti Pertunjukan dan
Mezbah Dupa. Semua kayu penaga dalam Ruangan Suci ini disalut dengan emas!
Dalam Ruangan Maha Kudus: Kayu penaga dipakai untuk Tiang dari Tirai sebanyak empat
buah (Kel.26:31-35), Papan-papan dan Kayu-kayu lintang, Tabut Perjanjian (Kel.25:10-15) dengan kayu-
kayu pengusung yang juga dibuat dari kayu penaga; dan semuanya disalut dengan emas murni!
Perabot-perabot dari kayu penaga, yang dipakai dalam Kemah Suci ini, semuanya adalah
bayangan dari "Orang-orang Pilihan," yang berpartisipasi membangun Bait Suci dalam mendirikan
Kerajaan-Nya, Kerajaan Imam (Kel.19:5-6; 1Pet.2:9). Sebagaimana dengan kayu penaga yang kuat, tidak
mudah rapuh sebab tahan hama karena memiliki zat anti hama, demikian orang-orang pilihan-Nya yang
dipakai Tuhan adalah orang-orang beriman, yang tetap setia dalam Tuhan, sebab tidak mengikuti
keinginan daging yang merusakkan nilai-nilai rohani dan sorgawi.
Efs.4:21-24 "Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran
yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus
menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan (which is
corrupt according to the deceitful lusts), supaya kamu dibaharui di dalam roh dari pikiranmu, dan
mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan
kekudusan yang sesungguhnya."

Kata "kebinasaan" atau "corrupt" diterjemahkan dari kata "phtheirō," yang bermakna: merusak,
menghancurkan (melalui proses, khususnya secara kiasan melalui pengaruh moral - merusakkan
tabiat/akhlak), seperti besi yang dirusakkan karat (pelahan namun pasti hancur akhirnya). Itulah akibat
dari keinginan daging yang dibiarkan bercokol dalam "manusia lama," yakni mereka yang hidup secara
duniawi (bagaikan benih yang jatuh di semak duri)!
Satu-satunya cara menangkal adalah mengikuti firman Tuhan yang dituliskan sebelumnya:
"mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam
Yesus."
Mendengar tentang Dia/Yesus membuat iman timbul, seperti firman-Nya ini: "Jadi, iman timbul
dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus" (Roma 10:17). Namun, tidak cukup hanya
memperoleh iman, kita perlu memiliki iman yang teguh, yang tak tergoyahkan. Dan hal itu dapat dialami
bila firman-Nya menjelma menjadi darah dan daging kita, artinya manusia lama ditanggalkan dan
manusia baru timbul dan berkembang. Hal ini terwujud karena kita diajar di dalam Dia, Sang
Kebenaran!
Ungkapan "diajar di dalam Dia" adalah suatu pernyataan, bahwa untuk menjadi murid sejati dari
Tuhan Yesus, kita harus memasukkan diri untuk dibentuk di dalam Dia, Sang Firman Kebenaran. Dan hal
ini dinyatakan dalam Roma 6:17, yang berbunyi: " Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu
hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan
kepadamu" = but ye have obeyed from the heart that form of doctrine which was delivered you" (KJV) =
"but you have obeyed from the heart that form of doctrine to which you were delivered" (MKJV).
Kami terjemahkan dari MKJV, yang lebih bagus terjemahannya: "Tetapi syukurlah kepada Allah!
Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati bentuk
pengajaran yang kepadanya kamu diserahkan."
Sebagaimana dengan kayu penaga, yang diserahkan kepada para ahli perabotan yang diurapi
Tuhan, yakni Bezaliel, Aholiab dan kawan-kawannya (Baca Kel.31:1-6), demikianlah hidup orang-orang
pilihan-Nya yang mau dipakai dalam pembangunan Tubuh Kristus. Dan syarat utama dapat dibentuk
memiliki roh kelemah-lembutan, karena lebih dahulu mengalami kehancuran hati sebab dukacita ilahi,
karena sadar kemiskinan rohaninya (Mat.5:3-5).

Orang pilihan masuk dalam pembangunan Tubuh Kristus adalah mereka, yang
sadar kemiskinan rohaninya, dan karenanya berdukacita sehingga lembut
hatinya dan menyerahkan diri untuk dipakai bagi Kerajaan-Nya.

Halaman 12
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

V. TUGAS DASAR ORANG PILIHAN TUHAN


Maz.24:1 "Mazmur Daud. TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di
dalamnya."
Ayat ini jelas menyatakan, bahwa bumi adalah milik Allah! Sebagai Pemilik, bumi ditetapkan
sebagai "Tempat Penyemaian" benih ilahi, agar tumbuh anak-anak Allah, yang serupa dan segambar
dengan Yesus, Sang Anak Allah! Saat penciptaan, Allah telah memberi pernyataan ini: Berfirmanlah
Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa
atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala
binatang melata yang merayap di bumi" (Kej.1:26).
Perlu diperhatikan, bahwa bumi yang dimandatkan kepada manusia untuk dikuasai ini adalah
bumi yang telah direnovasi! Sebab sebelumnya firman-Nya menyatakan, bahwa “Bumi belum berbentuk
dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan
air” (Kej.1:2). Sedangkan Kej.1:3-31 menerangkan tentang proses renovasi dan berita Allah dalam
penciptaan manusia.
Kej.1:1 adalah awal berita bahwa Allah adalah Penciptanya: “Pada mulanya Allah menciptakan
langit dan bumi” Hal ini terjadi pada masa lampau yang tidak diketahui waktunya, namun sudah
direncanakan sebagai tempat penyemaian benih ilahi. Saat itu, malaikat-malaikat (yang juga diistilahkan
dalam Alkitab sebagai "anak Allah") turut menyaksikan dengan bertempik sorak, sebab kagum
menyaksikan hanya dengan ucapan-Nya bumi tercipta! Hal ini dinyatakan dalam kitab Ayub.
Ayub 38:4, 7 "Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai
pengertian! ......... pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah
bersorak-sorai?"
Dan bumi hasil ciptaan-Nya itu dimaksudkan untuk didiami oleh manusia, yang akan berkuasa
atas semua ciptaan-Nya, seperti tertulis dalam kitab Mazmur 8:5-7 "Apakah manusia, sehingga Engkau
mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah
membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.
Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah
kakinya."
Tatkala maksud ini diketahui para malaikat, sebagian dari mereka menggerutu! Mungkin kata-kata
semacam ini keluar dari mulut mereka: "O, manusia hendak diproyeksikan menjadi penguasa atas segala
ciptaan-Nya? Jadi mereka akan memerintah kami, para malaikat?...... O, tidak, tidak, kami tidak setuju!"
Sebab itulah, begitu Hawa dibentuk, maka Iblis dan para malaikat pengikutnya yang telah
memberontak (disebut dalam Alkitab: “roh-roh jahat”) bertindak cepat untuk menipunya, mungkin
sebelum Adam sempat menerangkan perintah Tuhan. Dan akibatnya, manusia jatuh ke dalam dosa!

TERIMALAH YANG BENAR


Bumi yang seharusnya dimandatkan kepada manusia untuk dikuasai, diambil alih oleh Iblis,
seperti dinyatakan dalam 1Yoh.5:19-21 "Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah dan seluruh dunia
berada di bawah kuasa si jahat. Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah
mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam
Yang Benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal.
Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala."
Maksud kedatangan Yesus, Sang Anak Allah, selain untuk menebus serta membebaskan manusia
dari dosa, juga memberikan pengertian supaya kita mengenal Yang Benar! Jelas, bahwa Kebenaran tidak
dapat dipisahkan dari Pribadi Yang Benar, Anak Allah, Sang Firman (Yoh.1:1), yang akan mendirikan
Kerajaan yang hanya berisikan kebenaran (Rom.14:17). Karena itu, janganlah kita menuruti "Penguasa
Palsu, Iblis,” yang merebut bumi dari tangan manusia, Adam, penerima mandat sebenarnya (Kej.1:26,
28).
Halaman 13
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

Untuk memulihkan mandat tsb, Dia datang merekrut manusia, yang mau percaya kepada Yesus
Kristus, Panglima Kerajaan, dan yang sedia dididik agar dijadikan pemenang-pemenang mengalahkan si
jahat. Sebab itu, ada peringatan terpenting: "Waspadalah terhadap segala berhala!"
Berhala adalah segala hal yang diidolakan, ditinggikan/dipentingkan, lebih dari pada Allah! Dan
hal itu dapat berupa benda-benda, baik ciptaan Tuhan (pohon, binatang dsb), maupun ciptaan manusia
(patung-patung dsb), maupun "Mammon" atau Kekayaan, yang dipakai oleh Iblis sebagai senjata
ampuhnya pada akhir zaman! (Mat.6:24). Dan celakanya, dalam diri setiap manusia ada “keinginan”
yang tak terlihat, namun dapat dikategorikan sebagai berhala juga, seperti firman-Nya dalam Kol.3:5
"Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa
nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala."
Untuk menjadi barisan Tuhan, yang berkuasa membina dan membentuk manusia seperti maksud
Allah dalam merekrut orang-orang pilihan-Nya, maka mereka harus dilepaskan dari kuasa setan terlebih
dulu, kemudian diberi kuasa supaya dapat bertugas mengusir setan dalam diri orang-orang yang
mendengar pemberitaan Injil.
Untuk maksud dan tujuan yang mulia inilah, maka Tuhan Yesus memanggil, memilih atau
menetapkan para rasul, yang menjadi pengikut awal, dan kemudian dengan cara yang sama Roh Kudus
melakukan terhadap semua orang percaya!
Mark.3:13-15 "Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan mereka
pun datang kepada-Nya. Ia menetapkan (Sama tujuannya dengan: memilih!) dua belas orang untuk
menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan."
Prioritas utama dalam panggilan pelayanan adalah untuk menyertai Dia! Sebab keinginan utama-
Nya suatu hubungan khusus, dengan menjadikan para pengikutnya "Mempelai Kristus." Istilah
"mempelai" dipakai Alkitab untuk menyatakan suatu hubungan pribadi yang sangat intim, yang terbuka!
Sehingga tercapai tujuan tertinggi, menjadi satu dengan Kristus, yang dilambangkan sebagai Tubuh
Kristus (Yoh.17:22-23).
Untuk menjadikan orang-orang pilihan-Nya berkualitas, melalui hubungan pribadi dengan Dia,
maka Alkitab memakai kata "menetapkan." Kata ini diterjemahkan dari bahasa Yunani: "poieo," dan
bermakna "mengisi dengan kualitas (poios)." Dalam Mat.4:19 diterjemahkan dengan kata: "menjadikan"
seperti kita baca ini: Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan
penjala manusia."
Adakah anda berminat dijadikan "Orang Pilihan-Nya," serta bekerjasama
membina "Manusia Duniawi" dan menjadikan mereka "Manusia Sorgawi"?
Siapkan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan Yesus, supaya dapat diisi dengan
kualitas hidup yang rohani/sorgawi!
Orang-orang pilihan inilah yang dilambangkan dalam Kemah Suci atau Tabernakel oleh Kayu
Penaga, yang dipilih dari sekian banyak macam kayu, karena memiliki sifat khusus yang berkenan di
pemandangan Allah.

TUGAS PALING DASAR


Orang-orang pilihan Tuhan, sebagaimana dengan Kayu Penaga, kayu pilihan yang dipakai dalam
Kemah Suci, adalah mereka yang mau menanggapi panggilan Tuhan untuk hidup kudus, seperti
dinyatakan dalam firman-Nya ini: “tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu
sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab
Aku kudus” 1Pet.1:15-16.
Namun perlu diingat, bahwa kayu tsb diperoleh bangsa Israel tatkala mereka telah keluar dari
Mesir dan mengikuti tuntunan Tuhan dengan tiang awan dan api. Keluar dari Mesir adalah bayangan
rohani kehidupan orang-orang yang rela meninggalkan hal-hal duniawi, karena mau mengikuti
pimpinan Roh Kudus dalam perjalanan iman menuju tanah air sorgawi.

Halaman 14
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

Ayat-ayat di bawah ini menyatakan betapa pentingnya dunia harus mati bagi kita, dan kita mati
bagi dunia (arti mati adalah berpisah total)!
Kol.3:5 “Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa
nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala.”
Tit.2:12 “Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita
hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini.”

Kedatangan-Nya ke dalam dunia yang pertama, selain bertujuan menebus


manusia dari dosa-dosa mereka, juga mendidik orang percaya, yang mau
dipimpin Roh Kudus, untuk meninggalkan keinginan-keinginan duniawi serta
mematikan segala sesuatu yang duniawi.

Faktanya, dari umat Israel yang telah keluar dari Mesir, jumlah yang tercatat adalah 603.550 orang,
namun hanya dua orang saja yang dapat masuk tanah perjanjian, yakni Yosua dan Kaleb! Mengapa
kebanyakan dari mereka mati di padang belantara? Sebab walaupun tubuh mereka keluar dari Mesir, tetapi
Mesir tidak keluar dari pikiran mereka! Pikiran mereka masih duniawi, tidak sorgawi, sehingga tidak
mempunyai kerinduan mewarisi “Tanah air sorgawi” seperti yang dilakukan oleh Abraham, bapak orang
percaya!
Ibr.11:16 “Tetapi sekarang mereka (yakni: Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf dll) merindukan tanah air yang lebih
baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah
mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.” Sebab itu, tugas paling dasar dari seseorang yang ingin masuk
alam sorgawi adalah mengubah arah pikirannya yang duniawi dengan kerinduan “Tanah air sorgawi.”!
Dan inilah yang disebut dengan pertobatan!

Baik Yohanes Pembaptis, nabi terakhir dari Perjanjian Lama, maupun Tuhan Yesus sebagai Nabi
Agung, bahkan sebagai Messias, mengatakan kalimat yang serupa: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga
sudah dekat!” (Mat.3:2; 4:17). Kata “bertobat” dari kata Yunani metanoeō, mempunyai makna “memikir
secara berbeda” atau mengubah arah pikiran, menimbang kembali; dari kata noieō, berarti “melatih
pikiran” – berpikir, menimbang.
Mengapa seseorang dapat mengubah pikiran atau menimbang kembali keputusannya? Karena ia
menerima masukan perkataan atau nasihat dari orang lain. Dan itulah yang telah terjadi terhadap mereka,
yang bahkan sudah mengambil keputusan untuk bunuh diri, tetapi membatalkannya karena menerima
Berita Injil. Nah, itulah sebabnya Tuhan mengutus para Pemberita Injil memberitakan “Kabar Baik,”
bahwa ada jalan keselamatan bagi manusia duniawi, yang seharusnya dibinasakan karena tidak bertobat,
supaya menerima hidup kekal dan masuk ke dalam Kerajaan Sorga dengan percaya dan menerima Tuhan
Yesus!

Orang-orang pilihan Tuhan, yang memberitakan Berita Injil, dilambangkan


sebagai Kayu Penaga, yang dipilih untuk dijadikan Mezbah Korban Bakaran
dalam Kemah Suci. Tugas dasar mereka adalah membalikkan pikiran orang-
orang percaya, dari duniawi menjadi sorgawi!

KEHIDUPAN ATAU KEMATIAN?


Sebelum Musa berpisah dengan umat Israel, ia menubuatkan apa yang akan menimpa bangsa ini
di kemudian hari, yaitu mereka akan menolak firman Tuhan. Firman yang diucapkan Musa demikian
bunyinya: “Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu
kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup,
baik engkau maupun keturunanmu, dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan
berpaut pada-Nya, sebab hal itu berarti hidupmu dan lanjut umurmu untuk tinggal di tanah yang
dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni kepada Abraham, Ishak dan Yakub,
untuk memberikannya kepada mereka."
Halaman 15
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

Pertobatan adalah soal pilihan! Mau menuruti suara Tuhan atau suara hati
sendiri. Namun perlu diperhatikan, bahwa dampak pemilihan kita masing-
masing akan membuat hal yang benar-benar bertolak belakang, Kehidupan kekal
atau Kematian kekal.
Karena perjanjian-Nya dengan Abraham, maka Allah yang adalah Mahakuasa, Mahatahu,
Berhikmat dan Setia, menetapkan untuk memunculkan seorang Antikristus, yang menjadi cambuk bagi
Israel pada akhir zaman agar mereka bertobat, supaya dengan demikian perjanjian-Nya dapat digenapkan!
Dan apa yang dinubuatkan Musa kira-kira 1400-1500 tahun sebelum Masehi tersebut, telah menjadi fakta
tatkala Yesus, Sang Juruselamat disalibkan pada tahun 30 Masehi. Sampai sekarang, ketumpulan hati
mereka masih berlangsung sampai menjelang kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya, tatkala mereka
berada dalam sengsara besar, barulah bertobat dan menerima Dia. Haleluyah!
Karena penolakan umat pilihan-Nya ini, maka Allah membuka peluang bagi bangsa-bangsa bukan
Yahudi untuk menerima keselamatan melalui Berita Injil. Dan Pemberita Injil pertama dalam zaman
anugerah bagi Gereja-Nya, dilakukan sendiri oleh Yesus, Tuhan dan Kristus, Allah yang menjelma
menjadi manusia! Benar-benar suatu kesempatan dan penghormatan luar biasa dari Allah terhadap
manusia yang berdosa.
Oh, betapa besar dan mulianya kasih Allah, sehingga Tuhan Yesus dalam dialognya dengan
Nikodemus, seorang farisi, mengatakan kalimat ini: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-
Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh.3:16).
Dalam percakapan tentang penghakiman y.a.d., Tuhan Yesus menerangkan tentang Diri-Nya,
yang diakui Nikodemus sebagai pribadi utusan Allah: "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai
guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau
adakan itu, jika Allah tidak menyertainya."
Tanda-tanda yang dikatakan Nikodemus pastilah tanda-tanda yang kelihatan, yang duniawi, yang
tidak mungkin dilakukan oleh manusia. Dia percaya bahwa Yesus diutus Allah, seorang Pribadi yang
sorgawi. Kemudian Tuhan Yesus melanjutkan pembicaraan dengan contoh hal-hal duniawi, yakni soal
kelahiran, air dan angin. Hal-hal duniawi ini dikemukakan agar Nikodemus dapat menangkap hal-hal
yang sejajar dalam alam rohani, yakni tentang Kelahiran Baru, Firman (yang dibayangkan dengan air)
dan Roh Kudus (yang dibayangkan dengan angin). Kemudian Tuhan Yesus melanjutkan dengan kalimat
ini.
Yoh.3:12-15 "Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu
akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi? Tidak ada seorang pun yang
telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. Dan sama seperti
Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap
orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal."
Dengan ucapan ini, Tuhan Yesus ingin menanamkan pengertian penting ini kepada Nikodemus,
jikalau dirinya ingin mengerti hal-hal sorgawi, haruslah ia menerima kenyataan bahwa Diri-Nya turun
dari sorga sebagai “Anak Manusia” – Allah menjelma menjadi Manusia – dengan maksud untuk
“ditinggikan” di atas kayu salib, supaya menanggung kutuk dosa atas seluruh manusia, supaya manusia
yang percaya kepada-Nya dapat diampuni dan dapat dibenarkan: “yaitu Yesus, yang telah diserahkan
karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita” (Rom.4:25).
Dalam Kemah Suci, berita pengampunan dosa ini dilambangkan dengan korban-korban yang
dipersembahkan di atas Mezbah Korban Bakaran secara tetap. Korban-korban hewan tersebut adalah
bayangan dari korban Yesus, Sang “Anak Domba Allah” diatas kayu salib, seperti diserukan Yohanes
Pembaptis kepada kedua muridnya: "Lihatlah Anak domba Allah!" (Yoh.1:36; 1Yoh.2:2).
Orang-orang pilihan Tuhan serupa dengan Kayu Penaga, kayu pilihan, yang
dipakai untuk Mezbah Korban Bakaran, adalah mereka yang tahu berterima-
kasih atas penebusan dirinya, sehingga ingin memberitakan Berita Pendamaian
bagi orang-orang berdosa, agar memilih Kehidupan dan hidup kekal!
Halaman 16
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

VI. KERINDUAN BERALIH KE TEMPAT YANG LEBIH BAIK


Setiap orang yang telah mempercayai adanya sorga, pasti tidak ragu mengucapkan doa “Bapa
kami yang di sorga.” Alasan utamanya adalah keinginan memperoleh hubungan dalam atmosfir sorgawi
yang bernuansa Kerajaan-Nya dan ketertiban kehidupan ilahi. Karena itu, doanya dilanjutkan demikian:
“datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.”
Yang menjadi pertanyaan, apakah anda sebagai salah satu pembaca/pendengar memiliki kerinduan
itu? Rasul Paulus, walaupun sangat senang hidup di bumi karena dibutuhkan dan dihargai banyak orang
dalam hal mendidik, namun dalam batinnya ia sangat mendambakan beralih secepatnya untuk diam di
sana, seperti dinyatakan dalam ayat ini: “Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam
bersama-sama dengan Kristus – itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini
karena kamu” (Flp.1:23-24).

LAKUKAN PERJALANAN DI TENGAH TANTANGAN IMAN

Untuk memperoleh kayu penaga, umat Israel harus mengikuti jalan yang diarahkan Tuhan
dengan pimpinan Tiang Awan dan Api. Dalam aplikasi rohaninya sekarang, hal ini melambangkan
tuntunan Roh Kudus bagi Gereja-Nya.
Ke mana mereka dipimpin? Ke Tanah Perjanjian! Namun, mereka harus melalui daerah Moab,
seperti dinyatakan dalam Bil.22:1 “Kemudian berangkatlah orang Israel, dan berkemah di dataran
Moab, di daerah seberang sungai Yordan dekat Yerikho.” Bangsa Moab adalah bangsa yang terbit dari
hubungan najis antara Lot dengan anak perempuannya sendiri (Baca ceritanya dalam kitab Kej.19:30-38).
Jadi, perjalanan Israel harus melalui atmosfir yang najis, sebagai ujian atas hidup menjadi bangsa
pilihan! Begitu juga dengan Gereja-Nya, yang diuji dalam hal kesucian jasmaniah maupun rohaniah.
Dan celakanya, di tempat persinggahan di dataran Moab, Sitim, itulah terjadi malapetaka yang
menyebabkan kematian 23.000 orang dalam sehari (1Kor.10:8), dan kemudian bertambah menjadi 24.000
orang secara keseluruhannya (Bil.25:9). Semua malapetaka ini terjadi karena bangsa Israel tidak taat
peraturan hidup kudus, yang melarang pernikahan campur.
Bil.25:1-2 “Sementara Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa itu berzinah dengan perempuan-perempuan Moab.
Perempuan-perempuan ini mengajak bangsa itu ke korban sembelihan bagi allah mereka, lalu bangsa itu turut
makan dari korban itu dan menyembah allah orang-orang itu.”

Dalam perjalanan rohani Gereja-Nya sekarang ini, kitapun akan menghadapi tantangan dan
godaan, yang dikobarkan daging melalui keinginan-keinginan duniawi, walaupun telah menjadi orang
percaya, yang dipanggil Tuhan keluar dari sistem dunia ini! Bukankah hal itu juga telah terjadi dalam
kehidupan umat Israel yang telah percaya (Kel.4:31)? Akibatnya, sebagian besar dari mereka mati dalam
perjalanan, karena berpikiran duniawi, seperti yang telah terjadi di Sitim.
Dari keterangan ini, nama “Sitim” atau “Shittim,” yang kemudian juga dipakai untuk penyebutan
“Kayu Sitim” atau “Shittim Wood,” atau “Kayu Penaga” (terjemahan Alkitab bahasa Indonesia)
merupakan nama peringatan tentang asal usul kayu tersebut, yang terdapat di daerah Moab. Walaupun
nama “Shittim” mempunyai kenangan yang buruk, karena kejatuhan Israel dalam perzinahan jasmani dan
rohani, namun Kayu Sitim/Penaga inilah yang dipakai Tuhan dalam Kemah Suci, sebab kayu yang
terpilih ini dibawa keluar dari Sitim!
Kejatuhan Israel di Sitim terjadi karena perbuatan “nabi” Bileam yang ingin harta (Yud.1:11),
sehingga memberi nasihat kepada raja Moab, Balak, agar perempuan-perempuan Moab mengajak laki-
laki Israel berzinah dan menyembah Baal-Peor (Bil.25:1-3). Ajaran Bileam ternyata juga masuk ke dalam
Gereja Tuhan, seperti dialami oleh Jemaat di Pergamus, yang ditegor Tuhan sebagai Kepala Gereja
(Wah.2:14)!
Halaman 17
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

Wah.2:14 “Tetapi Aku mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau: di antaramu ada beberapa orang yang
menganut ajaran Bileam, yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya
mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah.”

Kayu Penaga atau “Shittim Wood,” yang terpakai dalam Kemah Suci merupakan
bayangan dari orang-orang percaya, yang dipanggil keluar dari dunia dan
terpilih, karena mereka mau diproses keluar dari kenajisan duniawi dan
mengikut pimpinan Roh untuk hidup kudus!

ROH TAKUT AKAN TUHAN


Roh Kudus disebut juga sebagai “Roh kasih karunia” – “Spirit of grace” – karena dianugerahkan
untuk menginsafkan manusia tentang dosa, yang hanya dapat dihapuskan oleh darah Yesus, yang
merupakan “Darah Perjanjian” yang menguduskan.
Ibr.10:28-31 Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua
atau tiga orang saksi. Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak
Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh
kasih karunia? Sebab kita mengenal Dia yang berkata: "Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan
menuntut pembalasan." Dan lagi: "Tuhan akan menghakimi umat-Nya." Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam
tangan Allah yang hidup.

Berbicara tentang “penghakiman Tuhan” – maka hal itu dituangkan dalam hikmat Tuhan dengan
membuat Mezbah Korban Bakaran yang disalut dengan tembaga (Kel.27:1-2 – logam tembaga adalah
lambang “pehukuman” Ul.28:23). Dan hal itu berarti, siapa yang percaya kepada korban darah Yesus dan
bertobat untuk menempuh hidup kudus akan diselamatkan, namun yang tidak mau bertobat, mereka pasti
akan dihukum (Yoh.3:36).
Roh Kudus menginsafkan orang percaya, bahwa hanya oleh darah Anak Allah dosa manusia dapat
dihapus. Karena itu, siapa yang menolak Roh Anugerah-Nya dengan menolak tawaran pemberian darah
Yesus akan mengalami hukuman yang mengerikan, yakni kematian kekal atau berpisah dari Allah secara
kekal, karena dilemparkan ke dalam neraka dengan menderita siksa selama-lamanya (Mat.25:30;
Wah.14:11). Orang yang percaya, bahwa perkataan Tuhan itu benar dan pasti terjadi akan memiliki roh
takut akan Tuhan.
Maz.33:8-9 “Biarlah segenap bumi takut kepada TUHAN, biarlah semua penduduk dunia gentar terhadap Dia!
Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada.”
2Kor.7:1 “Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, (Red: janji diam bersama
Tuhan) marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian
menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah.”

Perhatikan baik-baik! Kalimat “kita menyucikan diri kita” jelas adalah kata aktif, yang harus
dikerjakan oleh sang subyek. Jadi, ada bagian hidup yang hanya dapat disucikan Tuhan, itulah roh orang
percaya, yang hanya dapat disucikan dengan Darah Anak Domba Allah! Tetapi ada bagian hidup yang
harus disucikan oleh manusia, yang tentunya disertai pertolongan Tuhan, yaitu jiwanya!
1Pet.1:22 “Karena kamu telah menyucikan dirimu (dari kata: psuche, seharusnya diterjemahkan jiwamu) oleh
ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas,
hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.”

Kayu Penaga/Shittim yang dipakai dalam Kemah Suci adalah bayangan dari
orang-orang yang percaya bahwa darah-Nya dimaksud untuk hidup kudus,
karena itu menyucikan diri dengan mentaati Firman-Nya, yang dipercaya pasti
terjadi. Haleluyah!

Halaman 18
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

VII. BERALIH KE SEBERANG


Untuk beralih dari Mesir ke Tanah Perjanjian, yang dijanjikan Allah kepada bapa Abraham, maka
orang Israel harus mengalami penyeberangan. Dibawah pimpinan Musa, mereka telah menyeberangi laut
Merah; dan dibawah pimpinan Yosua, umat Allah menyeberangi sungai Yordan, seperti diperintahkan
Tuhan kepada Yosua.
Yos.1:1-2 Sesudah Musa hamba TUHAN itu mati, berfirmanlah TUHAN kepada Yosua bin Nun, abdi Musa itu,
demikian: "Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini,
engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada orang Israel itu.”
Bila dahulu hal ini berlaku secara jasmaniah (bagi umat Israel), maka sejajar dengan pengalaman
tersebut, sekarang bagi “Israel rohani” atau Gereja Tuhan, kita juga harus mengalami proses
penyeberangan, namun dalam bentuk rohani.

PIKIRAN KE SEBERANG
Berubah menjadi “Manusia Sorgawi” dari “Manusia Duniawi” adalah suatu tindakan
menyeberang! Hal itu mengandung makna perubahan tempat/daerah dan kondisi; tadinya di dunia
dengan kondisi dunia (serba duniawi), namun berubah tempat dan berada di sorga, dengan kondisi sorga
(serba sorgawi).
Perubahan lingkungan perlu dialami sebelum seseorang dapat berubah menjadi Manusia Sorgawi,
sebab lingkungan tempat anda berada memiliki atmosfir roh tertentu! Perubahan dalam alam pikiran ke
arah yang lebih sorgawi terjadi bila lingkungan anda berubah lebih dahulu.
Rom.12:1-2 mengatakan: “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku
menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang
kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi
serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah (metamorphoō) oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu
dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang
sempurna.”
Kata metamorphoō terdiri dari dua kata, yakni “meta” berarti perubahan tempat/kondisi, serta
“morphoō” yang berarti bentuk. Jadi, kata “berubahlah,” yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris
“transform,” mengandung arti: berubah bentuk (form) karena perubahan tempat/kondisi. Jadi, kalimat
“berubahlah oleh pembaharuan budimu” bermakna perubahan bentuk pikiran karena adanya
perubahan tempat dan kondisinya.
Perubahan ke manusia sorgawi dari dua saleh Tuhan, Henoch dan Nuh, terjadi karena mereka
mempersembahkan tubuh untuk bergaul dengan Allah (Kej.5:22, 24; 6:9). Sebaliknya, Tuhan
mengingatkan bangsa Israel, agar mereka tidak membawa tubuh bergaul dengan bangsa-bangsa yang
akan dihukum Tuhan, sebab bila mereka melakukan hal ini, maka firman-Nya memberitahukan, bahwa
“mereka akan menjadi perangkap dan jerat bagimu, menjadi cambuk pada lambungmu dan duri di
matamu, sampai kamu binasa dari tanah yang baik ini, yang telah diberikan kepadamu oleh TUHAN,
Allahmu” (Yos.23:13b).
Perubahan ke arah sorgawi atau duniawi terjadi karena berada dalam
lingkungan yang sorgawi atau duniawi. Sebab, setiap teman gaul anda memiliki
roh tertentu, yang meliputi dirinya; baik rohnya, – roh yang hidup atau roh yang
mati, ataupun malaikat pengawalnya, – malaikat baik atau jahat.
Dengan pergaulan yang benar, khususnya dengan Allah dan kemudian dengan orang-orang benar,
maka setiap orang percaya pasti akan mengalami kebangkitan rohani dan rohnya terpelihara dengan baik.
Efs.2:4-6 “Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada
kita, telah menghidupkan (roh) kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-
kesalahan kita -- oleh kasih karunia kamu diselamatkan -- dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan
(roh) kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga.”
Dengan roh yang dibangkitkan/dihidupkan, setelah dilepaskan dari dosa – dosalah yang
menceraikan manusia dari Allah Yes.59:2 – maka seseorang yang percaya kepada Tuhan Yesus akan
mengalami metanoeō; dari kata meta = perubahan tempat/kondisi, dan kata noieō = melatih pikiran atau
berpikir. Inilah yang dikatakan dalam bahasa Indonesia “bertobat,” dan berarti: melatih pikiran untuk
Halaman 19
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

berubah, sehingga bila pada masa lalu hanya memikirkan hal-hal duniawi, sekarang dapat memikirkan
hal-hal sorgawi, seperti dinyatakan dalam firman-Nya ini.
Kol.3:1-2 “Karena itu, kalau kamu (yang dimaksud adalah “rohmu”) dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah
perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas,
bukan yang di bumi.” Inilah yang diartikan dengan Pikiran ke seberang!

MENJADI IBRANI, ORANG SEBERANG


Hidup adalah perjalanan. Bagi yang menginginkan untuk menjadi sorgawi, mereka harus
melakukan perjalanan iman, seperti dinyatakan dalam 2Kor.5:6-8 “Maka oleh karena itu hati kami
senantiasa tabah, meskipun kami sadar, bahwa selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari
Tuhan, – for we walk by faith, not by sight - sebab kami berjalan dengan iman, bukan dengan
penglihatan – tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada
Tuhan.”
Tujuan perjalanan iman adalah menetap bersama Tuhan dalam Kerajaan-Nya! Sebab itu, yang
mendambakan demikian harus mengikuti jejak iman Abraham (Rom.4:11-12), sehingga layak disebut
“Sahabat Allah” (Yak.2:23; Yoh.15:15). Mau?
Bila anda mau, dengarkanlah pesan yang disampaikan Yosua kepada seluruh bangsa Israel ini:
“Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek
moyangmu (Your fathers dwelt on the other side of the flood in old time), yakni Terah, ayah Abraham dan
ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain. Tetapi Aku mengambil Abraham, bapamu itu,
dari seberang sungai Efrat (from the other side of the flood), dan menyuruh dia menjelajahi seluruh
tanah Kanaan…… dst (Yos.24).
Kata: “di seberang” atau “on the other side” diterjemahkan dari kata Ibrani: ‛êber, dari kata
‛âbar, yang berarti: menyeberang, to cross over. Kata ini dipakai dalam pengertian terjadi transisi,
perubahan! Sedangkan kata “sungai Efrat” atau “the flood” diterjemahkan dari bahasa Ibrani: nâhâr,
yang berarti aliran, dan secara kiasan berarti kemakmuran (prosperity).
Wah.17:15 Lalu ia berkata kepadaku: "Semua air yang telah kaulihat, di mana wanita pelacur itu duduk, adalah
bangsa-bangsa dan rakyat banyak dan kaum dan bahasa.”
Dalam pelajaran “Konflik Terbesar,” telah diterangkan tentang Gerakan Zaman Baru (New Age
Movement), yang berusaha menghapus segala peraturan Allah dari bumi ini dengan mengetengahkan
ajaran setan, yang mengarahkan manusia untuk memakai kebebasan pribadinya sebagai gaya hidup. Dan
faktanya, dewasa ini ajaran tsb diikuti oleh banyak bangsa-bangsa di bumi ini. Namun, dibalik semuanya
ini, Setan kemudian akan memakai seorang Antikristus, yang diibaratkan Tuhan sebagai “pisau cukur
yang dipinjam dari seberang sungai Efrat, yakni raja Ayur” (Yes.7:20; 8:7). Catatan: “raja Asyur” adalah
bayangan dari Antikristus y.a.d.
Jelas, Tuhan ingin setiap orang percaya harus menyeberang meninggalkan
aliran “air bah” yang dapat menghanyutkan manusia ke dalam kematian kekal.
Dan dewasa ini, aliran berbahaya itu adalah persatuan bangsa-bangsa yang
mengikuti ajaran Gerakan Zaman Baru dengan menolak hukum-hukum ilahi,
namun berfokus pada kemakmuran duniawi!
Bapa Abraham sebagai bapa semua orang beriman, disebut Alkitab sebagai “orang Ibrani”
seperti yang kita baca dalam Kej.14:13 “Kemudian datanglah seorang pelarian dan menceritakan hal ini
kepada Abram, orang Ibrani itu, yang tinggal dekat pohon-pohon tarbantin kepunyaan Mamre, orang
Amori itu, saudara Eskol dan Aner, yakni teman-teman sekutu Abram.”
Demikian pula dalam alam rohani, sebagai orang beriman yang dibenarkan seperti Abraham,
kitapun harus menjadi “Ibrani rohani.” Hal ini sesuai firman yang disampaikan Paulus kepada jemaat di
Roma: “Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat,
bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah. Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak
nampak keyahudiannya dan sunat sejati ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah.
Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah” (Rom.2:28-29).
Marilah kita menjadi “Orang Ibrani sejati,” yaitu orang-orang yang pikirannya
menyeberang dari duniawi ke sorgawi, sehingga kelak akan mengalami
perubahan tempat, berdiam bersama Tuhan selama-lamanya di sorga.

Halaman 20
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

DITARIK KE SEBERANG OLEH KEMULIAAN TUHAN


Seperti halnya dengan kayu sitim, yang berada di padang gurun, namun karena terpilih untuk
dijadikan Kemah Suci dan alat-alatnya, maka kayu-kayu tsb dibawa melalui pimpinan Tiang Awan dan
Tiang Api ke seberang, melintasi sungai Yordan dan masuk ke Tanah Perjanjian, demikian juga dengan
orang-orang yang dipanggil dan kemudian dipilih-Nya. Dan yang lebih mengagumkan adalah keputusan
Allah, yang mau berdiam dalam Kemah Suci tsb. Demikian juga halnya dengan orang-orang pilihan, yang
mengalami persekutuan pribadi dengan Tuhan – Roh Kudus akan diam dalam diri mereka. Itulah orang-
orang yang disebut secara rohani “Orang Ibrani”!
Disebut “orang Ibrani” sebab dalam perjalanan imannya, ia “menyeberangi” sungai Efrat setelah
diminta keluar dari negerinya, Ur-Kasdim, tempat nenek-moyangnya beribadah kepada “allah lain”
(Yos.24:2-3). Kunci kerelaan Abraham meninggalkan negerinya disebabkan melihat kemuliaan Allah,
seperti dikatakan Stefanus dengan ilham Roh, dalam Kis.7:2-3: “Hai saudara-saudara dan bapa-bapa,
dengarkanlah! Allah yang Mahamulia telah menampakkan diri-Nya kepada bapa leluhur kita
Abraham, ketika ia masih di Mesopotamia, sebelum ia menetap di Haran, dan berfirman kepadanya:
Keluarlah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan pergilah ke negeri yang akan Kutunjukkan
kepadamu.”
Penglihatan akan kemuliaan Allah inilah yang menyebabkan Abraham rela mentaati firman-Nya
untuk keluar dari negeri, bangsa, bahkan kaum keluarganya, yang adalah para penyembah berhala!
Kemuliaan Allah menjadi kunci ketekadan, sehingga Alkitab mengatakan: “Karena iman Abraham taat,
ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia
berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui” (Ibr.11:8).
Kalimat “tidak mengetahui tempat yang ia tuju” berarti, Abraham tidak melihat dahulu atau
menjajaki tempat yang ditetapkan Tuhan, sebagaimana dilakukan oleh orang Israel, yang meminta kepada
Musa untuk mengutus kedua belas pengintai (Ul.1:22). Dan apa akibatnya tatkala sepuluh pengintai itu
melihat penduduk tanah perjanjian adalah raksasa? Bangsa Israel menangis dan meminta agar kembali ke
Mesir (Bil.14:1-4)!
Abraham disebut “bapa semua orang percaya” (Ro.4:11), karena memenuhi standard iman yang
dicanangkan Tuhan! Apakah kualitas iman yang ditetapkan Tuhan? Inilah jawaban-Nya, tatkala Yesus
menyatakan diri sebagai Messias.
Yoh.5:44 “Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat (doxa = kemuliaan) seorang dari yang
lain dan yang tidak mencari hormat (doxa = kemuliaan) yang datang dari Allah yang Esa?”

Percaya yang sejati menurut standard Allah, adalah percaya disertai dengan
usaha mencari kemuliaan yang datang dari Allah yang Esa! Jelas, iman sejati
bukannya pasif, tetapi aktif! Sebab kata “mencari” atau “zēteō” berarti mencari,
khususnya dalam konteks orang Ibrani: mencari dalam ibadah!

Yoh.7:18 “Barangsiapa berkata-kata dari dirinya sendiri, ia mencari kemuliaan bagi dirinya sendiri, tetapi
barangsiapa mencari hormat bagi Dia yang mengutus-Nya (MKJV: “he that seeks the glory of Him who sent
Him” – barangsiapa mencari kemuliaan-Nya yang mengutus Dia”), ia benar dan tidak ada ketidakbenaran
padanya.”
Ayat ini memberitahukan bahwa yang berimankan iman sejati, pasti akan mencari kemuliaan
dari Bapa, yang mengutus Yesus, Sang Anak Allah. Bahkan Alkitab menjamin, mereka yang melakukan
demikian pasti benar dan tidak ada ketidak-benaran padanya! Dan teladan terbaik dalam hal mencari
kemuliaan Bapa telah dilakukan oleh Yesus, Anak Allah yang diutus Bapa. Dengarkanlah doa Yesus,
menjelang saat-saat terakhir diri-Nya ditangkap dan kemudian disalibkan.
Yoh.17:4-5 “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau
berikan kepada-Ku untuk melakukannya. Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri
dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.”
Permohonan “permuliakanlah Aku pada-Mu,” berarti meminta kemuliaan yang datangnya dari
Bapa! Permohonan semacam ini tidak pernah diminta oleh mereka yang bersifat duniawi, walaupun

Halaman 21
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

berpredikat “Hamba Tuhan” sekalipun. Faktanya, Yudas menginginkan uang bukan kemuliaan Bapa!
Sebab uang baginya adalah kemuliaannya! Itulah sebabnya, Tuhan Yesus baru mengucapkan hal
kemuliaan Bapa setelah Yudas pergi meninggalkan persekutuan dengan Gurunya.
Yoh.13:31-32 “Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: "Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah
dipermuliakan di dalam Dia. Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga
di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera.”

Mereka yang ingin mencari kemuliaan dari Bapa, lebih dahulu harus melakukan
usaha yang maha penting ini: “Mempermuliakan Bapa di bumi!” Dan inilah
sebenarnya tujuan awal Allah mencipta manusia, seperti dinyatakan oleh nabi
Yesaya ini: “Umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan
kemasyhuran-Ku" (Yes.43:21).

MENYEBERANG SUNGAI YORDAN


Ada suatu tempat di sebelah timur sungai Yordan yang disebut “Sitim” sesuai dengan nama Kayu
Sitim, yang dipakai dalam Kemah Suci, seperti yang kita baca ini.
Yos.2:1 Yosua bin Nun dengan diam-diam melepas dari Sitim dua orang pengintai, katanya: "Pergilah, amat-
amatilah negeri itu dan kota Yerikho." Maka pergilah mereka dan sampailah mereka ke rumah seorang
perempuan sundal, yang bernama Rahab, lalu tidur di situ.
Yos.3:1 “Yosua bangun pagi-pagi, lalu ia dan semua orang Israel berangkat dari Sitim, dan sampailah mereka ke
sungai Yordan, maka bermalamlah mereka di sana, sebelum menyeberang.”
Bila punya hati “menyeberang” dari duniawi ke sorgawi, maka secara rohani anda masuk
kelompok “Orang Ibrani”! Hal ini telah dilakukan Abraham, yang disebut Alkitab “Orang Ibrani”
(Kej.14:13), dan juga para peserta jejaknya seperti tertulis dalam surat Ibrani 11:16 “Tetapi sekarang
mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu
disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.”
Orang-orang percaya, yang mengarahkan hidupnya ke “tanah air yang lebih
baik, tanah air sorgawi,” akan bertekad untuk menyeberang, dari manusia
duniawi ke manusia sorgawi.
Dalam perjalanan bangsa Israel sebelum masuk ke Tanah Perjanjian, maka mereka harus
menyeberangi sungai Yordan. Nama “Yordan” berarti: “the descender” atau “yang membuat turun.”
Disebut demikian karena air yang mengalir di sungai ini turun ke “Laut Mati,” sebuah danau yang tidak
mempunyai aliran keluar, sehingga kadar garam dan mineral lainnya begitu tinggi dan mengakibatkan
tidak ada kehidupan (ikan-ikan dan hewan air mati), bahkan tumbuh-tumbuhan di sekelilingnyapun tidak
ada.
Itulah bayangan dari aliran duniawi, yang menghanyutkan banyak orang ke dalam kematian
rohani, menjelang Gereja Tuhan akan diangkat ke udara dan bertemu dengan Yesus. Keadaan sungai
Yordan dikatakan “sebak sampai meluap sepanjang tepinya selama musim menuai” (Yos.3:15). Itulah
saat penyeberangan yang ditetapkan Tuhan.
Yos.3:1 “Yosua bangun pagi-pagi, lalu ia dan semua orang Israel berangkat dari Sitim, dan
sampailah mereka ke sungai Yordan, maka bermalamlah mereka di sana, sebelum menyeberang.” Dan
pesan penting untuk dapat menyeberang dengan baik adalah:
- Lihat Tabut Perjanjian, yang diangkat para imam, dan ikutilah (Yos.3:3).
- Menguduskan diri mereka masing-masing (Yos.3:5).

Orang-orang percaya yang mampu menyeberang dari kehidupan duniawi menjadi


sorgawi, adalah mereka yang tidak hanyut oleh aliran dunia yang mematikan
rohani, sebab memandang kepada Yesus, Mempelai Laki-laki yang telah
membayar harga tebusan dengan darah-Nya, dan senantiasa menguduskan diri
dari semua kecemaran jasmani dan rohani.

Halaman 22
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

VIII. KAYU SITTIM YANG TAHAN API


Tentunya para pembaca akan heran mendengar pernyataan ini bukan? Bukankah semua macam
kayu pasti terbakar habis oleh api? Benar! Namun, kayu Sittim, yang dipilih Tuhan secara khusus dan
dijadikan bahan utama Mezbah Korban Bakaran dalam Kemah Suci itu tahan api! Pada hal di atas
mezbah tsb api terus menerus dalam keadaan menyala!
Im.6:8-9 TUHAN berfirman kepada Musa: "Perintahkanlah kepada Harun dan anak-anaknya: Inilah hukum tentang
korban bakaran. Korban bakaran itu haruslah tinggal di atas perapian di atas mezbah semalam-malaman
sampai pagi, dan api mezbah haruslah dipelihara menyala di atasnya.”
Apa rahasianya kayu mezbah tak terbakar? Jawabannya diberikan dalam Alkitab.
Kel.27:1-2 “Haruslah engkau membuat mezbah dari kayu penaga, lima hasta panjangnya dan lima hasta lebarnya,
sehingga mezbah itu empat persegi, tetapi tiga hasta tingginya. Haruslah engkau membuat tanduk-tanduknya
pada keempat sudutnya; tanduk-tanduknya itu haruslah seiras dengan mezbah itu dan haruslah engkau
menyalutnya dengan tembaga.”
Rahasia Kayu Sitim yang terpilih tidak hangus terbakar adalah karena disalut dengan tembaga!
Kita sudah menerangkan dalam pembicaraan awal, bahwa kayu adalah bayangan dari kemanusiaan,
namun ada istilah “Kayu Hidup” dan “Kayu kering” (Luk.23:31), dan masing-masing melambangkan
“Kemanusiaan Yesus dan Kemanusiaan Orang percaya,” dan “Kemanusiaan Orang berdosa.”

TEMBAGA MENGKIASKAN HUKUMAN ILAHI


Tatkala berbicara tentang “kutuk hukum Torat,” yang disebabkan karena umat-Nya tidak
mendengarkan suara Tuhan dan tidak melakukan dengan setia segala perintah-Nya, maka salah satu kutuk
berbunyi demikian: “Juga langit yang di atas kepalamu akan menjadi tembaga dan tanah yang di bawah
pun menjadi besi” (Ul.28:23).
Logam tembaga melambangkan “Hukuman Ilahi yang Benar atas Dosa,” seperti dinyatakan
dalam penglihatan rasul Yohanes atas Diri Tuhan Yesus, yang akan datang sebagai Hakim untuk
menghakimi dunia ini.
Wah.1:15 “Dan kaki-Nya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian; suara-Nya bagaikan desau
air bah.”
Wah.2:18 “Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Tiatira: Inilah firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan
nyala api dan kaki-Nya bagaikan tembaga.”
Sebagai Hakim yang adil, maka Kaki Yesus yang “bagaikan tembaga yang membara,” telah siap
untuk menginjak-injak segala musuh-Nya! Dan hal ini juga dinyatakan dalam kitab Mazmur demikian:
“Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa, sebab Ia sendiri akan menginjak-
injak para lawan kita” (Maz.60:14). Jadi, Tuhan akan melakukan “Hukuman Ilahi yang benar atas Dosa”
terhadap semua orang yang melawan Firman.
Dalam penglihatan malamnya, nabi Zakaria berkata: “Aku melayangkan mataku pula, maka aku
melihat: tampak keluar empat kereta dari antara dua gunung. Adapun gunung-gunung itu adalah
gunung-gunung tembaga” (Zak.6:1). Bila mencermati Zak.6:1-8, maka Tuhan akan mengirim empat roh
dari sorga (ay.5), yang dilukiskan dengan empat kereta yang ditarik empat kuda, yang keluar dari dua
gunung tembaga (ay.1). Dan ini jelas menerangkan tentang hukuman ilahi, yang akan ditimpakan atas
bangsa-bangsa di keempat penjuru dunia ini.
Mengapa hal ini terjadi? Karena manusia di bumi tidak mau bertobat dari dosa-dosa mereka,
sebab menolak tawaran Allah, yang memberikan jalan pengampunan melalui percaya dan menerima
Yesus sebagai korban pendamaian bagi dosa-dosa mereka, seperti dinyatakan dalam Injil Yohanes 3:18
“Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada
di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.”
Halaman 23
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

Hanya mereka yang nyawanya terbungkus kehidupan, sebab menerima Yesus, Sang Kehidupan,
sebagai tameng atau perisai terhadap hukuman ilahi, akan selamat dari murka Allah! Dan hal ini
digambarkan dengan kayu sittim yang dibungkus tembaga pada Mezbah Korban Bakaran! Ucapan
Abigail secara profetis terhadap Daud, yang ingin main hakim sendiri atas suaminya Nabal yang
menghinanya, juga berisikan kebenaran ini. Dengarkan kata-kata Abigail ini.
1Sam.25:29 “Jika sekiranya ada seorang bangkit mengejar engkau dan ingin mencabut nyawamu, maka nyawa
tuanku akan terbungkus dalam bungkusan tempat orang-orang hidup pada TUHAN, Allahmu (MKJV: But the
soul of my lord shall be bound in the bundle of life with Jehovah your God = tetapi jiwa tuanku akan
dibungkus dalam bungkusan kehidupan dengan Tuhan Allahmu), tetapi nyawa para musuhmu akan
diumbankan-Nya dari dalam salang umban.”

Punyai kehidupan bagaikan kayu sittim yang terbungkus tembaga, agar dengan
demikian hukuman ilahi atas dosa, yang seharusnya jatuh atas anda
ditanggung oleh Yesus, Penebus dosa manusia. Haleluyah!

TERLINDUNG API KARENA KORBAN YESUS


2Kor.5:21 “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita
dibenarkan oleh Allah.”
Aplikasi kebenaran ini dapat kita lihat dalam perjalanan umat Israel, saat mereka menghina
manna, yang menjadi makanan utama bangsa tsb selama 40 tahun di padang gurun.
Bil.21:4-6 Setelah mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah
Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. Lalu mereka berkata-kata melawan
Allah dan Musa: "Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini?
Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak." Lalu TUHAN
menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang
Israel yang mati.

Tatkala Israel mengaku berdosa, maka Tuhan berfirman demikian: "Buatlah ular tedung dan
taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.
Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut
ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup." (Bil.21:8-9). Akibat ular tedung
yang didatangkan Tuhan, mereka yang terpagut ular mati.
Tuhan Yesus mau menerapkan pengalaman tersebut dalam alam rohaniah. "Dan sama seperti
Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya
setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal."
Musa diperintahkan Tuhan membuat ular tedung dari tembaga! Tembaga adalah logam yang
melambangkan pehukuman ilahi atas dosa. Jadi, ular tembaga yang ditinggikan untuk dipandang oleh
bangsa Israel itu adalah lambang dari pehukuman Allah yang dijatuhkan kepada Anak Manusia (Tuhan
Yesus) sebagai akibat dari kesalahan umat manusia. Namun, yang mau "memandang kepada ular
tembaga itu," berarti "memandang Yesus yang terhukum" karena menjadi substitusi bagi dosa-dosanya,
maka mereka akan hidup!
Gal.3:13 Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada
tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!"

Seperti halnya dengan Kayu Penaga yang dipakai untuk membuat Mezbah
Korban Bakaran, yang disalut dengan tembaga, begitulah juga dengan mereka
yang mengenakan Kristus (Ro.13:14) akan diluputkan dari “api pehukuman”
yakni kematian kedua dalam api neraka (Mat.18:9). Puji Tuhan!

Halaman 24
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

IX. TIANG PINTU KEMAH YANG DISALUT EMAS


Dalam Kemah Suci, perabot yang berada di Halaman, yaitu Mezbah Korban Bakaran adalah kayu
sittim yang disalut tembaga; sedangkan Kolam Pembasuhannya seluruhnya terbuat dari tembaga.
Berbeda halnya bila berada dalam Ruangan Suci, maka semua tiang, papan-papan, kayu lintang, bahkan
perabot-perabotannya semuanya dibuat dari kayu sittim atau penaga yang tersalut dengan emas murni
(Kel.25:11, 24, 31 dst). Kita mulai dengan tiang Pintu Kemah.
Logam Tembaga melambangkan “Penghukuman Ilahi atas Dosa,” sedangkan Emas
mengkiaskan “Kemuliaan Allah” atau “Kemuliaan Ilahi,” karena emas memancarkan sinar berkilau
bila diterpa cahaya. Dan itulah yang terlihat dalam pribadi Yesus, Anak Allah. Nabi Daniel menyaksikan
pengalamannya saat melihat Dia, yang juga sesuai dengan pengalaman rasul Yohanes. Marilah kita
membandingkan penglihatan dua tokoh nabi besar ini.
Dan.10:5-6 “Kuangkat mukaku, lalu kulihat, tampak Seorang yang berpakaian kain lenan dan berikat pinggang
emas dari ufas. Tubuhnya seperti permata Tarsis dan wajahnya seperti cahaya kilat; matanya seperti suluh
yang menyala-nyala, lengan dan kakinya seperti kilau tembaga yang digilap, dan suara ucapannya seperti
gaduh orang banyak.”

Wah.1:13-15 “Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang
panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas. Kepala dan rambut-Nya putih
bagaikan bulu yang putih metah, dan mata-Nya bagaikan nyala api. Dan kaki-Nya mengkilap bagaikan
tembaga membara di dalam perapian; suara-Nya bagaikan desau air bah.”

Tidak diragukan, bahwa yang dilihat Daniel “Seorang” itu pastilah Tuhan Yesus dalam
Kemuliaan ilahi-Nya, sebab hal serupa dinyatakan oleh rasul Yohanes. Keduanya menyatakan bahwa
Tuhan berikat pinggangkan emas. Pinggang adalah tempat kekuatan dan vitalitas, sebab bila piggang
bermasalah maka dipastikan orang tsb sukar untuk melakukan tugas yang berat. Bahkan pinggang juga
disebut sebagai “kekuatan untuk menghasilkan” (procreative power), sebab berkali-kali Alkitab
menyebut anak-anak atau keturunan itu “keluar dari pinggang.” Dan hal-hal tsb dinyatakan dalam
Alkitab.
Ams.31:17 Ia mengikat pinggangnya dengan kekuatan, ia menguatkan lengannya.

Yes.11:5 “Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang tetap terikat pada
pinggang.” Terjemahan King James berbunyi: “And righteousness shall be the girdle of His loins (Kebenaran
menjadi ikat pinggang-Nya), and faithfulness the girdle of His heart.”

Kel.1:5a “Seluruh keturunan yang diperoleh (yang keluar dari pinggang) Yakub berjumlah tujuh puluh jiwa (And all
the souls that came out of the loins of Jacob were seventy souls.”

Logam emas mempunyai arti rohani Kemuliaan Ilahi, khususnya dalam


Kebenaran dan Kuasa! Kebenaran, yang juga kekuatan/kuasa-Nya, hendak
diimpartasikan kepada orang percaya oleh Roh Kudus, Roh Kebenaran, supaya
menjadi kuat dalam menghasilkan hal-hal yang benar dipemandangan Tuhan.

TIANG PINTU KEMAH ADALAH PEMBATAS


Begitu beralih dari Halaman ke Ruangan Suci, maka para imam harus melewati tirai pembatas –
“Tirai Pintu Kemah” – yang terbuat dari kain lenan halus putih, yang dipintal dengan benang berwarna
biru, ungu dan merah, seperti yang kita baca ini.
Kel.26:36-37 “Juga haruslah kaubuat tirai untuk pintu kemah itu dari kain ungu tua (blue=biru), kain ungu muda
(purple=ungu), kain kirmizi (scarlet=merah darah) dan lenan halus yang dipintal benangnya: tenunan yang
berwarna-warna. Haruslah kaubuat lima tiang dari kayu penaga untuk tirai itu dan kausalutlah itu dengan
emas, dengan ada kaitannya dari emas, dan untuk itu haruslah kautuang lima alas dari tembaga."

Halaman 25
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

Kita melihat adanya dua logam diperbatasan Halaman dan Ruangan Suci, tembaga dan emas.
Bilamana imam terus memasuki Ruangan Suci, barulah ia melihat semuanya serba emas! Hal ini
mengajarkan, bila anda membuat kemajuan rohani – melewati Pintu Kemah yang bersalut emas namun
beralaskan tembaga ini – maka anda akan beralih sepenuhnya dalam atmosfir Kemuliaan Ilahi!
Meninggalkan daerah yang ada ancaman hukuman dan masuk dalam daerah anugerah-Nya. Semua
ini dapat diperoleh bila seseorang mau menurut pimpinan Roh-Nya! Dan ini dinyatakan oleh firman-Nya
dalam surat Roma pasal 8.
Rom.8:1-2 “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus, yang
tidak hidup menurut daging tetapi menurut Roh. Karena hukum Roh, yang memberi kehidupan telah
memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.” (Catatan: ini adalah terjemahan KJV,
yang berbeda dengan terjemahan Indonesia).
“Tidak ada lagi penghukuman” (dikiaskan dengan tembaga) adalah kabar yang sangat
menggembirakan, yang melepaskan orang percaya dari perasaan takut dihukum! Bila hal itu terjadi?
Jawabannya: “mereka yang ada di dalam Kristus Yesus, yang tidak hidup menurut daging tetapi menurut
Roh.”
“Dalam Kristus Yesus” berarti hidup dalam Firman yang diurapi dan “menurut Roh” berarti
menurut pimpinan Roh Kudus dan tidak menuruti keinginan daging. Sebab Roh Kudus adalah pembuat
kemerdekaan! Dan hal ini dapat dialami oleh setiap orang percaya, yang selalu hidup dalam pertobatan
yang sejati, seperti dinytakan dalam firman Tuhan ini.
2Kor.3:16-17 “Tetapi apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari padanya. Sebab
Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.”

Tiang-tiang Pintu Kemah melambangkan para Pelayan Tuhan, yang disalut


Kemuliaan Ilahi, yakni kuasa Roh, dan memberitakan Kebenaran Firman yang
memerdekakan, seperti dikatakan Yesus ini: “Jikalau kamu tetap dalam firman-
Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran,
dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu" (Yoh.8:31-32).

Keempat warna tirai adalah kiasan dari warna kehidupan Tuhan Yesus, yang dilambangkan dalam
kitab Injil sebagai: Hamba (biru adalah warna yang dipakai para hamba zaman dahulu – Injil Markus),
Raja (ungu adalah warna yang dikhususkan bagi kebesaran raja, sehingga orang lain tidak boleh
memakainya – Injil Matius), Orang yang menderita (merah warna yang melambangkan penderitaan
sampai berdarah – Injil Lukas), Allah (putih lambang kesucian, sebab sifat utama Allah adalah Kudus –
Injil Yohanes).
Tiang dari kayu sittim/penaga adalah lambang dari Para Pelayan Tuhan, yang menjadi
penopang dalam Jemaat, dan disebut dalam Alkitab “Tiang-tiang Jemaat” atau dalam Alkitab terjemahan
bahasa Indonesia “Sokoguru Jemaat.” Mereka adalah orang-orang percaya yang menyatakan kehidupan
Injil. Injil adalah berita kesukaan, yang berpusatkan kepada Yesus, Allah – dilambangkan dengan lenan
putih – yang menjelma menjadi Manusia, menjadi hamba (warna biru), menderita disalib – mati (warna
merah), namun bangkit, naik ke sorga dan akan datang kembali sebagai Raja (ungu). Kehidupan Injil
menjadi nyata dalam pribadi orang percaya bila mereka penuh Roh Kudus!
Gal.2:9 “Dan setelah melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus, Kefas dan Yohanes,
yang dipandang sebagai sokoguru jemaat (KJV: who seemed to be pillars), berjabat tangan dengan aku dan
dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat
dan mereka kepada orang-orang yang bersunat.”
Bukan hanya para rasul yang menjadi tiang jemaat, namun juga para pelayan jemaat yang
melakukan pelayanan diakonia, seperti halnya dengan Stefanus dan Filipus yang penuh Roh, sehingga
sanggup menerangkan firman dengan hikmat ilahi dan memberitakan Injil dengan kuasa ilahi, yakni Roh
Kudus (Kis.6:5, 10; 7:55; 8:5, 39).

Para pelayan yang menjadi penopang dalam Jemaat adalah orang-orang pilihan
Tuhan, yang berikat-pinggangkan Kebenaran serta Kuasa Ilahi-Nya, Roh Kudus!
Halaman 26
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

X. PAPAN-PAPAN YANG DISALUT EMAS


Setelah melalui Tirai yang tergantung pada kelima Tiang Pintu Kemah, maka para imam yang
melayani dalam Ruangan Suci, dan imam besar yang melayani dalam Ruangan Maha Suci, akan melihat
dinding-dinding ruangan, yang terbuat dari papan-papan kayu sittim disalut emas. Keterangan tentang
papan-papan ini dapat kita baca dalam Kel.25:15-25 dan Kel.36:20-30; sedangkan kayu-kayu
palang/lintang yang mempersatukannya tertulis dalam Kel.26:26-30 dan Kel.36:31-34.
Kel.26:15-25 “Haruslah engkau membuat untuk Kemah Suci papan dari kayu penaga yang berdiri tegak, 16
sepuluh hasta panjangnya satu papan dan satu setengah hasta lebarnya tiap-tiap papan. 17 Tiap-tiap
papan harus ada dua pasaknya (yad) yang disengkang satu sama lain; demikianlah harus kauperbuat
dengan segala papan Kemah Suci. 18 Haruslah engkau membuat papan-papan untuk Kemah Suci, dua puluh
papan pada sebelah selatan. 19 Dan haruslah kaubuat empat puluh alas perak di bawah kedua puluh papan
itu, dua alas di bawah satu papan untuk kedua pasaknya (yad), dan seterusnya dua alas di bawah setiap
papan untuk kedua pasaknya (yad). 20 Juga untuk sisi yang kedua dari Kemah Suci, pada sebelah utara,
kaubuatlah dua puluh papan 21 dengan empat puluh alas peraknya: dua alas di bawah satu papan dan
seterusnya dua alas di bawah setiap papan. 22 Untuk sisi belakang Kemah Suci, pada sebelah barat,
haruslah kaubuat enam papan. 23 Dua papan haruslah kaubuat untuk sudut Kemah Suci, di sisi
belakang. 24 Kedua papan itu haruslah kembar pasaknya di sebelah bawah dan seperti itu juga kembar
pasaknya di sebelah atas, di dekat gelang yang satu itu; demikianlah harus kedua papan itu; haruslah itu
merupakan kedua sudutnya. 25 Jadi harus ada delapan papan dengan alas peraknya: enam belas alas; dua
alas di bawah satu papan dan seterusnya dua alas di bawah setiap papan.”
Kel.26:26-30 “Juga haruslah kaubuat kayu lintang dari kayu penaga: lima untuk papan-papan pada sisi yang satu
dari Kemah Suci, 27 lima kayu lintang untuk papan-papan pada sisi yang kedua dari Kemah Suci, dan lima
kayu lintang untuk papan-papan pada sisi Kemah Suci yang merupakan sisi belakangnya, pada sebelah barat.
28 Dan kayu lintang yang di tengah, di tengah-tengah papan-papan itu, haruslah melintang terus dari ujung
ke ujung. 29 Papan-papan itu haruslah kausalut dengan emas, gelang-gelang itu haruslah kaubuat dari emas
sebagai tempat memasukkan kayu-kayu lintang itu, dan kayu-kayu lintang itu haruslah kausalut dengan emas.
30 Kemudian haruslah kaudirikan Kemah Suci sesuai dengan rancangan yang telah ditunjukkan kepadamu di
atas gunung itu.”

FUNGSI UTAMA PAPAN-PAPAN TABERNAKEL


Papan-papan yang bertindak sebagai dinding ini mempunyai fungsi utama sebagai pemisah antara
Ruangan Suci dan Ruang Maha Kudus dari Halaman. Sedangkan Halaman sendiri dipisahkan dari luar
dengan Pagar Halaman, yang terbuat dari kain lenan halus yang dipintal benangnya dan digantungkan
pada tiang-tiang tembaga (Kel.27:9-19).
Menguduskan(diri) dalam bahasa Yunaninya “hagiazo,” mempunyai arti memisahkan diri dari
pemakaian sia-sia kepada yang kudus, atau mengkhususkan diri sepenuhnya kepada Allah dan pelayanan-
Nya.
Untuk masuk ke Halaman, para Lewi dan Imam harus melalui Pintu Gerbang, yang terbuat dari
kain lenan halus putih, yang dipintal dengan benang berwarna biru, ungu dan merah. Keempat warna ini
menunjukkan kepada empat warna kehidupan Tuhan Yesus, sebagai Hamba, Raja, Manusia dan Allah,
yang dinyatakan dalam empat Injil. Bilamana seseorang percaya kepada Yesus, sebagai Pintu
Keselamatan, maka hidupnya disucikan oleh darah-Nya!

Namun, Tuhan tidak ingin manusia hanya menerima anugerah-Nya secara pasif, dikuduskan oleh
Roh melalui percikan darah-Nya (1Pet.1:2), tetapi melangkah maju dengan menguduskan/menyucikan
dirinya melalui ketaatan kepada firman-Nya, seperti dinyatakan dalam 1Pet.1:22 “Karena kamu telah
menyucikan jiwamu (TB: dirimu) oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan
kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan
segenap hatimu.”
Seperti telah diterangkan, bahwa “kayu” melambangkan “kemanusiaan,” sedangkan “emas” yang
menyalutnya adalah lambang dari “kemuliaan Allah” atau “sifat Ilahi.” Maka papan-papan yang terbuat

Halaman 27
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

dari kayu sittim untuk Kemah Suci adalah lambang dari Orang-orang pilihan yang disalut kemuliaan
Tuhan (Roh Kudus!) sehingga menjadi benteng kekudusan Gereja-Nya.
1Pet.4:12-14 “Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang
kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu. Sebaliknya,
bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh
bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya. Berbahagialah kamu, jika kamu
dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu.”
Emas penyalut papan-papan dari kayu sittim tsb tentunya adalah emas yang telah dimurnikan; dan
cara pemurniannya adalah dengan api. Sejajar dengan itu, dalam kehidupan rohani, iman perlu
dimurnikan supaya mempunyai kadar “iman akan kemuliaan Allah,” dan itulah iman yang rela
menderita karena kebenaran! Iman murni adalah iman yang menguduskan hati: “Ia sama sekali tidak
mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman”
(Kis.15:9). Jadi, iman sejati, yang benar, adalah iman yang bertujuan mencari kemuliaan-Nya, dan bukan
mencari hal-hal duniawi.
Yoh.5:44 “Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima kemuliaan seorang dari yang lain dan yang
tidak mencari kemuliaan yang datang dari Allah yang Esa?”
Yoh.7:18 “Barangsiapa berkata-kata dari dirinya sendiri, ia mencari hormat bagi dirinya sendiri, tetapi barangsiapa
mencari hormat bagi Dia yang mengutusnya, ia benar dan tidak ada ketidakbenaran padanya.”
Orang-orang percaya pencari kemuliaan Tuhan dilambangkan oleh papan-papan
dalam Kemah Suci, yang disalut emas dan menjadi benteng kesucian bagi Gereja-
Nya. Dengan para pelayan Tuhan yang telah teruji imannya ini, maka nama
Tuhan akan dipermuliakan!

BERDIRI TEGAK DALAM KESUCIAN


Firman Tuhan mengatakan: “Haruslah engkau membuat untuk Kemah Suci papan dari kayu
penaga yang berdiri tegak, sepuluh hasta panjangnya satu papan dan satu setengah hasta lebarnya
tiap-tiap papan” (Kel.26:15-16).
Satu hasta sama dengan 54 cm. Jadi, papan-papan yang dipakai sebagai dinding Kemah Suci
tingginya adalah 10 hasta = 5,4 meter. Suatu ukuran yang cukup tinggi bagi suatu ruangan. Tetapi
mengandung resiko roboh bila tidak dapat berdiri tegak, apalagi Kemah Suci ini didirikan di padang
gurun yang berhembus angin yang cukup kencang!
Demikian pula halnya dengan kehidupan orang-orang percaya, yang kemudian dipilih Tuhan
untuk menjadi penunjang kekudusan dalam Gereja Tuhan! Sebagaimana dengan papan-papan yang
disalut emas, begitu juga dengan Orang-orang pilihan yang disalut Kemuliaan Allah, yakni Roh Kudus,
yang adalah “Roh Kemuliaan,” maka perlu mereka menuruti pimpinan Roh agar memiliki kehidupan
rohani yang dapat berdiri teguh di tengah badai hidup dunia ini.
Rahasia yang disembunyikan Tuhan dalam diskripsi papan-papan dalam Tabernakel, dapat
menjadi arahan hidup rohani! Sebab, seperti papan-papan yang berdiri tegak, begitulah seharusnya
kehidupan iman orang-orang pilihan-Nya yang mau berpartisipasi dalam pembangunan Tubuh Kristus,
Kemah Suci!
Flp.1:27 “Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan
apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa
berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil.”
Yang sanggup berdiri teguh adalah mereka yang hidupnya berpadanan dengan Injil Kristus,
karena memiliki iman yang timbul dari Berita Injil. Itulah orang-orang yang percaya Injil, yang
menyatakan bahwa Yesus adalah: Allah yang menjadi Manusia, mati bagi dosa manusia, bangkit dan
naik ke sorga dan akan datang kembali sebagai Raja dan Hakim atas seluruh umat manusia! Secara
khusus disebut “Injil Kristus” karena berhubungan dengan Pribadi Yesus yang diurapi Allah, dilantik,
menjadi Penguasa atas seluruh manusia (Wah.12:10)!
Miliki iman dari Injil Kristus, yakni iman yang mempercayai dan metaati Yesus,
yang telah dijadikan oleh Allah Bapa sebagai Tuhan dan Kristus (Kis.2:36), sebab
Dia adalah “Tuan segala tuan dan Raja segala raja” (Wah.17:14; 19:16).

Halaman 28
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

Iman yang timbul dari berita Injil tentu memiliki standard Injil; dan bila iman mutu ini dimiliki
orang percaya, pastilah mereka dapat berdiri tegak bersama, seperti halnya dengan papan-papan Kemah
Suci tsb. Paulus mengatakan dalam surat Roma 12:3: Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan
kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang
lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga
kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.”
Ukuran yang diberikan Tuhan bagi papan-papan adalah 10 hasta panjangnya dan 1,5 atau 3/2
hasta lebarnya. Sebagai Perencana dari Kemah Suci, yang menetapkan ukuran-ukuran, tentunya Allah
“menyembunyikan rahasia” ini bagi orang banyak, seperti dinyatakan Yesus saat berbicara tentang
perumpamaan-perumpamaan: “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga,
tetapi kepada mereka tidak” (Mat.13:11).
Angka 10 mempunyai arti “kesempurnaan hukum ilahi.” Sebagaimana halnya dengan Torat
yang memiliki 10 hukum dinyatakan demikian: “Taurat Tuhan itu sempurna ……” (Maz.19:8). Itulah
sebabnya Allah memberikan kepada manusia tangan yang berjari 10, untuk memperingatkan mereka agar
yang dilakukan sesuai dengan hukum Tuhan; begitu juga dengan jari kaki yang berjumlah 10, agar
manusia berdiri atau mempunyai pendirian diatas hukum ilahi!
Angka 1,5 atau 3/2 memiliki arti “mengikuti jalan Yesus.” Sebab Yesus sendiripun sebagai Allah
(angka tiga merujuk kepada Tritunggal Allah), telah rela menjadi Manusia (Yesus adalah pribadi kedua
dari Tritunggal Allah). Setiap orang percaya yang mau taat kepada Allah harus bersedia mengikuti Jalan
Inkarnasi yang dipraktekkan Yesus dengan Menyangkal diri dan memikul salib (Luk.9:23). Ukuran satu
setengah hasta dapat kita temukan dalam ukuran tinggi dari beberapa perabot di Kemah Suci:
1. Kisi-kisi, yakni jala-jala tembaga dari Mezbah Korban Bakaran, tempat korban-korban
dibakar, yang diletakkan setengah dari tinggi ukuran mezbah, yang 3 hasta (Kel.38:1, 4). Dan
kita tahu, bahwa Mezbah Korban Bakaran adalah lambang dari korban Yesus di atas kayu
salib. Ini berarti, mengikuti jalan Yesus adalah mengikuti jalan salib!
2. Meja Roti Pertunjukan, yang dibuat dari kayu penaga berukuran “dua hasta panjangnya,
sehasta lebarnya dan satu setengah hasta tingginya” (Kel.25:23), merupakan kiasan dari
persekutuan dengan Firman Sepenuh. Perlu diketahui, bahwa roti yang ada di atas meja ini
berjumlah 12; dan angka 12 itu mempunyai arti “kesempurnaan pemerintahan ilahi.” Sebab,
bila pembaca menelusuri diskripsi pemerintahan Allah di Yerusalem Baru (baca Wah.21:9-
27), maka akan ditemukan serba angka 12! Bahkan, konstelasi bumipun dilingkupi dengan 12
bintang (Zodiac), dengan pengaturan waktu 12 bulan (satu tahun), 5x12 menit (satu jam), 5x12
detik (satu menit). Di takhta Allahpun kita melihat adanya 24 = 2x12 tua-tua bersama dengan
Dia (Wah.4:10).
3. Tabut Perjanjian, yang keterangannya demikian: “Haruslah mereka membuat tabut dari kayu
penaga, dua setengah hasta panjangnya, satu setengah hasta lebarnya dan satu setengah
hasta tingginya” (Kel.25:10). Tabut Perjanjian adalah kiasan dari Persekutuan yang
sempurna dengan Kristus sebagai Mempelai. Jadi Tuhan menghendaki orang percaya
menanjak menuju kepada persekutuan yang sempurna sebagai Pengantin Perempuan dengan
Kristus, Sang Mempelai laki-laki.

Papan-papan kayu penaga pilihan, yang merupakan bayangan dari orang percaya, yang terpilih
menjadi “Benteng Kesucian Gereja Tuhan,” adalah mereka yang memiliki iman dari Berita Injil
Seutuhnya (Full Gospel), karena beroleh berita dari Pemberita “yang memberitakan sepenuhnya Injil
Kristus” (Paulus: “I have fully preached the Gospel of Christ” Rom 15:19), dan “dilakukan dengan
penuh berkat Kristus” (in the fullness of the blessing of the Gospel of Christ Rom.15:29). Itulah berkat
persatuan bagi orang-orang pilihan-Nya, yang mau hidup dalam kekudusan Tuhan. Haleluyah!

Orang percaya yang dipilih Tuhan menjadi “Benteng Kesucian Jemaat Tuhan,”
adalah mereka yang:
1. Mengikuti jalan Yesus, jalan salib.
2. Masuk dalam persekutuan Injil Sepenuh (Full Gospel).
3. Mendambakan persekutuan dengan Kristus sebagai Mempelai.

Halaman 29
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

Ada dua alasan, yang menyebabkan papan-papan itu dapat berdiri tegak. Yang pertama, karena
papan-papan tersebut bergandengan satu sama lain, seperti dituliskan dalam Kel.26:17 “Tiap-tiap papan
harus ada dua pasaknya (yad) yang disengkang satu sama lain; demikianlah harus kauperbuat dengan
segala papan Kemah Suci.” Yang kedua, karena setiap papan berdiri diatas dua alas perak: “Dan
haruslah kaubuat empat puluh alas perak di bawah kedua puluh papan itu, dua alas di bawah satu papan
untuk kedua pasaknya (yad), dan seterusnya dua alas di bawah setiap papan untuk kedua pasaknya (yad)
(Kel.26:19).
Alasan pertama, yang membuat rohani berdiri tegak, dicontohkan oleh Paulus setelah ia bertobat.
Dia tidak ingin membuat suatu aliran baru tanpa melibatkan rasul-rasul awal, walaupun ia mendapat
wahyu jauh melebihi mereka, namun ia berlaku seperti papan-papan yang disengkang atau dibuat rapat
dengan dua pasak/tangan. Karena itu, ia justru menemui Yakobus, Kefas dan Yohanes untuk berjabat
tangan sebagai tanda persekutuan! (Gal.2:9).
Orang-orang pilihan Tuhan yang dapat berdiri teguh dalam kekudusan, adalah
mereka yang berusaha melakukan persekutuan kudus, seperti dinyatakan dalam
Maz.119:63 “Aku bersekutu dengan semua orang yang takut kepada-Mu, dan
dengan orang-orang yang berpegang pada titah-titah-Mu.”
Alasan kedua, yang membuat papan-papan berdiri tegak dituliskan dalam dalam Kel.38:27
“Seratus talenta perak dipakai untuk menuang alas-alas tempat kudus dan alas-alas tiang tabir itu,
seratus alas sesuai dengan seratus talenta itu, jadi satu talenta untuk satu alas.” Sedangkan alas papan,
dalam Kel.26:19 dituliskan: “dua alas di bawah satu papan.” Jadi setiap papan didirikan di atas dua
talenta perak. Ukuran berat talenta ada bermacam-macam, tetapi dapat disimpulkan dari 2Raj.5:23, bobot
tersebut dapat dipikul satu orang, kira-kira 35-40 kg.
Alkitab juga memberi rahasia rohani untuk logam perak dalam Bil.3:48 “Berikanlah perak itu
kepada Harun dan anak-anaknya sebagai uang tebusan untuk orang-orang yang kelebihan itu." Jelas,
dalam arti rohani, logam perak melambangkan penebusan.
Bilamana papan-papan itu berdiri di atas dua alas perak dengan dua pasak/tangannya, maka hal itu
berarti setiap orang percaya yang terpilih menjadi “Benteng kekudusan bagi Jemaat” hanya dapat
terpelihara dalam kekudusan bila tetap bersekutu dengan Yesus, yang telah membayar harga tebusan
dengan darah-Nya! Karena itu, Paulus memperingatkan jemaat di Galatia, agar mereka tidak bergeser dari
hidup menurut Roh kepada hidup menurut daging dengan firman ini: “Hai orang-orang Galatia yang
bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah
dilukiskan dengan terang di depanmu?” (Gal.3:1).
Orang-orang pilihan Tuhan yang dapat berdiri teguh dalam kekudusan, adalah
mereka yang tetap bersekutu dengan Yesus, karena menghormati Sang Penebus,
yang menebus bukan dengan emas atau perak, melainkan dengan darah-Nya
yang mahal! (1Pet.1:18-19).

Halaman 30
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

BERDIRI TEGAK DENGAN PERJANJIAN DARAH


Firman Tuhan mengatakan: “Haruslah engkau membuat untuk Kemah Suci papan dari kayu
penaga yang berdiri tegak, sepuluh hasta panjangnya satu papan dan satu setengah hasta lebarnya tiap-
tiap papan” (Kel.26:15-16).
Telah diterangkan di depan, bahwa papan-papan dari kayu penaga yang tersalut dengan emas
murni dan berukuran cukup tinggi tersebut dapat berdiri tegak, karena mereka disekang satu sama lain
dan masing-masing berdiri di atas dua alas perak, yang berbobot satu talenta setiap alas. Namun, ada
lagi satu alasan lainnya. Dan berikut ini adalah keterangan yang diberikan oleh firman Tuhan.
Kel.26:26-30 " Juga haruslah kaubuat kayu lintang dari kayu penaga: lima untuk papan-papan pada sisi yang
satu dari Kemah Suci, 27 lima kayu lintang untuk papan-papan pada sisi yang kedua dari Kemah Suci, dan
lima kayu lintang untuk papan-papan pada sisi Kemah Suci yang merupakan sisi belakangnya, pada sebelah
barat. 28 Dan kayu lintang yang di tengah, di tengah-tengah papan-papan itu, haruslah melintang terus dari
ujung ke ujung. 29 Papan-papan itu haruslah kausalut dengan emas, gelang-gelang itu haruslah kaubuat dari
emas sebagai tempat memasukkan kayu-kayu lintang itu, dan kayu-kayu lintang itu haruslah kausalut
dengan emas. 30 Kemudian haruslah kaudirikan Kemah Suci sesuai dengan rancangan yang telah
ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu."

Umat Israel yang dipimpin Musa keluar dari negeri perbudakan Mesir, pada saat tiba di gunung
Horeb, maka oleh Tuhan dilakukan ikatan perjanjian dengan mereka. Namun, karena mereka melalaikan
perjanjian Tuhan (Ul.29:25), maka sebagian besar dari mereka mati di padang gurun. Itulah sebabnya,
sebelum memasuki tanah perjanjian, maka Musa mengadakan lagi ikatan perjanjian yang baru dengan
mereka, yang terdiri kebanyakan dari generasi baru. Marilah kita membacanya.
Ul.29:1, 12 "Inilah perkataan perjanjian yang diikat Musa dengan orang Israel di tanah Moab sesuai dengan
perintah TUHAN, selain perjanjian yang telah diikat-Nya dengan mereka di gunung Horeb...... untuk masuk ke
dalam perjanjian TUHAN, Allahmu, yakni sumpah janji-Nya, yang diikat TUHAN, Allahmu, dengan engkau
pada hari ini."
Untuk mengesahkan perjanjian, maka Allah memakai darah! Hal ini dijelaskan dalam surat
Ibrani 9:15-20 “Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang
telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus
pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama. Sebab di mana ada
wasiat, di situ harus diberitahukan tentang kematian pembuat wasiat itu. Karena suatu wasiat barulah
sah, kalau pembuat wasiat itu telah mati, sebab ia tidak berlaku, selama pembuat wasiat itu masih hidup.
Itulah sebabnya, maka perjanjian yang pertama tidak disahkan tanpa darah. Sebab sesudah Musa
memberitahukan semua perintah hukum Taurat kepada seluruh umat, ia mengambil darah anak lembu
dan darah domba jantan serta air, dan bulu merah dan hisop, lalu memerciki kitab itu sendiri dan
seluruh umat, sambil berkata: "Inilah darah perjanjian yang ditetapkan Allah bagi kamu."
Halaman 31
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

Supaya kita dapat berdiri tegak dalam iman, seperti halnya dengan papan-papan Kemah Suci yang
terpalang dengan kayu lintang, maka kita harus terikat dalam satu ikatan kasih Kristus karena korban
darah-Nya di atas kayu salib!
Hanya mereka yang senantiasa memandang kepada Kristus yang tersalib akan
selalu hidup menurut Roh dan tidak menuruti nafsu dagingnya (Bacalah Gal.3:1-
5), sehingga dalam satu Roh kita bersekutu dalam satu tubuh dan satu
pengharapan akan kemuliaan sesuai dengan perjanjian-Nya! (Kol.1:27).

BERDIRI TEGAK OLEH PELAYANAN KASIH


Adalah suatu fakta, yang bukan menjadi rahasia lagi, bahwa orang-orang dapat dipersatukan bila
ada pelayanan yang baik dalam persekutuan. Itulah sebabnya, Tuhan juga menggambarkan Gereja-Nya
sebagai Tubuh-Nya, yang terdiri dari bermacam-macam anggota tubuh, yang harus berfungsi dengan baik
untuk dapat saling melayani. Untuk maksud itulah Allah memberikan rupa-rupa karunia bagi orang
percaya, seperti dinyatakan dalam firman-Nya ini.
1Kor.12:4-6 “Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada
berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang.”
Karunia-karunia, yang diberikan oleh Roh Kudus dimaksudkan oleh Tuhan agar setiap orang
percaya dapat melakukan pelayanan yang dianugerahkan kepadanya, sehingga Gereja-Nya secara ajaib
dapat tetap berdiri tegak dalam kesucian, walaupun diterpa oleh pelbagai kejahatan dan kehancuran
moral. Dan semuanya itu tentunya bermuara dari satu Tuhan, yakni Yesus Kristus yang telah tersalib.
Sehingga dapat dikatakan, bahwa karunia-karunia Roh yang dianugerahkan, itu juga bersumber dari salib
Kristus. Dan korban-Nya di kayu salib itu juga memberikan dorongan bagi orang percaya untuk berani
berkorban dalam pelayan.
Ingatlah, walaupun seseorang sudah menerima karunia, namun bila hatinya tidak mempunyai
dorongan, mereka akan “menyimpan” atau “memendam dalam tanah” karunia-karunia tsb, seperti telah
dilakukan oleh “orang yang menerima satu talenta” dalam perumpamaan Injil Mat.25:24-30.
Kasih Kristus, yang telah dibuktikan di atas kayu salib, adalah dorongan super-
kuat bagi setiap orang percaya untuk melayani Tubuh Kristus, sehingga dengan
demikian orang-orang pilihan-Nya akan berdiri tegak oleh “Pelayanan Kasih,”
bagaikan kayu lintang yang memalang papan-papan Kemah Suci!
Rasul Paulus berkata kepada jemaat di Korintus demikian: “Sebab kasih Kristus yang menguasai
kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka
semua sudah mati. Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi
hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka”
(2Kor.5:14-15).
Itulah sebabnya, Paulus meminta murid-muridnya melakukan “Pelayanan Kasih” yang akan
memuliakan nama Tuhan.
2Kor.8:6-7 “Sebab itu kami mendesak kepada Titus, supaya ia mengunjungi kamu dan menyelesaikan pelayanan
kasih itu sebagaimana ia telah memulainya. Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu,
-- dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam
kasihmu terhadap kami -- demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini.”
Demikian juga saat menerangkan tentang Kesatuan Tubuh Kristus kepada jemaat di Efesus, maka
hal itu akan dapat terjadi, bilamana setiap anggota jemaat berfungsi dengan baik dalam pelayanan, yang
disertai dengan kasih!
Efs.4:16 "Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, -- yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua
bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota -- menerima pertumbuhannya dan membangun
dirinya dalam kasih."

Kayu-kayu lintang yang terbuat dari kayu penaga yang disalut emas adalah
bayangan dari orang-orang pilihan-Nya, yang bersedia menjadi pengikat orang-
orang pilihan-Nya (yang dilambangkan oleh papan-papan), sehingga dengan

Halaman 32
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

Pelayanan Kasih yang beralaskan salib-Nya, membuat Gereja Tuhan berdiri


tegak!

XI. MEJA ROTI PERTUNJUKAN YANG DISALUT EMAS


Kayu sittim yang dipilih Tuhan secara khusus untuk Kemah Suci, bukan hanya digunakan sebagai
perabot di Halaman – untuk Mezbah Korban Bakaran yang disalut tembaga – dan untuk papan-papan
dinding Ruangan Suci di ketiga sisinya, yang disalut emas, namun juga untuk perabot Meja Roti
Pertunjukan. Dan inilah diskripsinya dalam kitab Keluaran.
Kel.25:23-30 “Lagi haruslah engkau membuat meja dari kayu penaga, dua hasta panjangnya, sehasta lebarnya
dan satu setengah hasta tingginya. 24 Haruslah engkau menyalutnya dengan emas murni dan membuat
bingkai emas sekelilingnya. 25 Haruslah engkau membuat sekelilingnya jalur pinggir yang setapak tangan
lebarnya dan kaubuatlah bingkai emas sekeliling jalur pinggirnya itu. 26 Haruslah engkau membuat untuk
meja itu empat gelang emas dan kaupasanglah gelang-gelang itu di keempat penjurunya, pada keempat
kakinya. 27 Gelang itu haruslah dekat ke jalur pinggirnya sebagai tempat memasukkan kayu pengusung,
supaya meja itu dapat diangkut. 28 Haruslah engkau membuat kayu pengusung itu dari kayu penaga dan
menyalutnya dengan emas, dan dengan itulah meja harus diangkut. 29 Haruslah engkau membuat
pinggannya, cawannya, kendinya dan pialanya, yang dipakai untuk persembahan curahan; haruslah engkau
membuat semuanya itu dari emas murni. 30 Dan haruslah engkau tetap meletakkan roti sajian di atas
meja itu di hadapan-Ku." Keterangan serupa diulangi lagi dalam Kel.37:10-16.
Meja ini ditempatkan dalam Ruangan Suci pada sisi utara, seperti dinyatakan dalam Kel.26:35
“Meja itu haruslah kautaruh di depan tabir itu, dan kandil itu berhadapan dengan meja itu pada sisi
selatan dari Kemah Suci, dan meja itu haruslah kautempatkan pada sisi utara.”

TEMPAT UNTUK ROTI SAJIAN


Meja adalah perabot yang dipergunakan untuk pelbagai keperluan. Namun, khusus yang di
Ruangan Suci dipakai untuk meletakkan roti sajian, yang disebut “Roti Pertunjukan” atau “Shewbread.”
Dan perintah-Nya berbunyi: “Dan haruslah engkau tetap meletakkan roti sajian di atas meja itu di
hadapan-Ku." Terjemahan KJV berbunyi: “And thou shalt set upon the table shewbread before Me
always” (Kel.25:30).
Dalam arti rohani, “roti” jelas menunjukkan Firman Tuhan, karena itu Tuhan Yesus juga
menyatakan diri-Nya sebagai “Roti Hidup,” seperti dinyatakan dalam Yoh.6:35 Kata Yesus kepada
mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa
percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” Juga dalam Yoh.6:48, 51 “Akulah roti hidup…… Akulah
roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-
lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."
Sebagai roti atau makanan untuk kehidupan manusia, demikian juga Firman-Nya diberikan
kepada orang percaya, agar mereka memperoleh kehidupan kekal. Namun untuk maksud tersebut, karena
Dia sendiri telah naik ke sorga, maka diperlukan adanya orang-orang pilihan-Nya, yang dapat menjadi
perwakilan-Nya, bahwa Firman Hidup itu ada dalam kehidupan mereka. Atau dapat bersaksi, bahwa
“Kristus yang hidup di dalam diriku!”
Hal itu terjadi dalam diri Paulus, sehingga ia berkata “Aku telah disalibkan dengan Kristus;
namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.
Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah (=I
live by the faith of the Son of God = aku hidup oleh iman dari Anak Allah), yang telah mengasihi aku dan
menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Gal.2:19b-20).
“Aku telah disalibkan dengan Kristus” menunjukkan dirinya yang lama telah “mati,” namun
hidup dalam suatu hidup yang berbeda, sebab “bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus
yang hidup di dalam aku,” bahkan hidupnya bukan lagi dikendalikan dengan imannya – “bukan lagi iman
Paulus,” – tetapi “iman Kristus”
Sebagai orang pilihan-Nya, bagaikan kayu sittim yang dipilih menjadi “Meja” dari “Roti
Pertunjukan” demikianlah hidup Paulus, yang menyatakan Kristus hidup dalam dirinya, meminta
kepada jemaat Filipi keinginan ini: “Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus,
supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu
teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil.”

Halaman 33
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

Jadilah orang pilihan yang diliputi sifat ilahi – seperti kayu sittim yang disalut
emas – sehingga menjadi kesaksian bahwa Kristus hidup dalam diri anda,
karena Firman-Nya nampak dalam praktek hidupmu. Itulah “hidup yang
berpadanan dengan Injil Kristus.”
TUNJUKKAN WAJAH-NYA
Seperti halnya kayu sittim yang disalut emas dan dijadikan Meja, yang di atasnya terletak “Roti
Sajian/Pertunjukan” sehingga disebut “Meja Roti Pertunjukan,” begitulah seharusnya kehidupan orang-
orang pilihan-Nya. Kata “sajian” atau “shew” – “pertunjukan,” diterjemahkan dari kata “pânı̂ ym,” yang
sebenarnya berarti “muka.” Kayu sittim yang ada dalam Kemah Suci itulah lambang orang-orang
pilihan-Nya, yang menunjukkan wajah Kristus kepada manusia, agar mereka percaya dan taat kepada-
Nya.

A. WAJAH-NYA NAMPAK DALAM PERSEKUTUAN FIRMAN.


Salah satu pemakaian perabot meja adalah untuk makan. Di meja makanlah orang-orang selain
berkumpul untuk makan, juga bercakap-cakap dalam suasana menyenangkan. Bahkan, Tuhan Yesus
sendiri menjanjikan ini kepada murid-murid-Nya: “bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan
Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku
Israel” (Luk.22:30). Memerintah bersama Tuhan dirahasiakan dalam kata “meja itu haruslah kautempatkan
pada sisi utara,” sesuai dengan Maz.48:3 “Gunung-Nya yang kudus, yang menjulang permai, adalah
kegirangan bagi seluruh bumi; gunung Sion itu, jauh di sebelah utara, kota Raja Besar.”
Istilah “makan minum semeja” menunjuk kepada persekutuan pribadi, yang tentu disertai
percakapan, percakapan melalui persekutuan doa dan firman-Nya. Sedangkan janji memerintah bersama-
Nya hanya berlaku bagi yang setia mengikut Dia sampai akhir, walaupun mengalami pencobaan-
pencobaan, seperti dinyatakan dalam ayat 28: “Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku
dalam segala pencobaan yang Aku alami.” Haleluyah!
Ketaatan anda kepada firman-Nya akan menyucikan jiwamu (1Pet.1:22)! Dan ini membutuhkan
kesediaan untuk rela menderita, saat firman-Nya bertentangan dengan pikiran, perasaan dan kehendak
kita! Itulah yang dimaksud Tuhan saat mengatakan kalimat: “Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama
dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami.”

Anak Allah menjelma menjadi pribadi Yesus, agar manusia dapat bersekutu erat
sehingga menjadi serupa dengan Dia dalam kekudusan jiwa (1Yoh.2:2-3)!
Tunjukkan wajah-jiwa-Nya dalam hidupmu! Itulah kerinduan Tuhan.

B. WAJAH-NYA NAMPAK DALAM KEPENUHAN KRISTUS.


Persekutuan pribadi pasti didambakan oleh mereka yang ingin mencapai hidup serupa Kristus atau
mencapai ukuran rohani serupa Kristus, seperti halnya dengan ukuran Meja Roti Pertunjukan tsb, yang
dua hasta panjangnya, sehasta lebarnya dan satu setengah hasta tingginya. Ukuran yang ditentukan
Pencipta ini tentu mengandung maksud rohani, untuk menyatakan inilah ukuran rohani yang layak bagi
persekutuan dengan Firman, sehingga seseorang dapat menjadi saksi kehidupan, sebab wajah Kristus
nyata dalam dirinya!
Angka “dua” adalah angka yang menunjuk kepada pribadi kedua dari Allah, Tuhan Yesus!
Penjelmaan-Nya selain dimaksud untuk menebus, juga memberi teladan hidup, agar orang percaya
bertindak serupa Dia. Haleluyah!
Efs.4:7, 11-13 “Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian
Kristus. 11.Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil
maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, 12 untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi
pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, 13 sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman
dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai
dengan kepenuhan Kristus.”

Kepenuhan Kristus nyata bilamana setiap anggota tubuh-Nya berada di bawah otoritas Kristus
sebagai Kepala! Dan hal ini dicapai melalui pembangunan rohani serta pekerjaan pelayanan, sampai
tercapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Alah.

Halaman 34
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

Orang pilihan-Nya yang mau taat mengikuti perintah-perintah Tuhan Yesus dan
bimbingan para pejabat yang dianugerahkan Tuhan, hidupnya akan masuk
dalam kesatuan Tubuh Kristus, seperti halnya dengan kayu sittim yang
dikerjakan orang-orang yang diurapi Roh sehingga tepat menurut ukuran Tuhan
(Kel.31:1-11).
C. WAJAH-NYA NAMPAK DALAM KESATUAN KUDUS GEREJA-NYA.
Ukuran lebar dari Meja Roti Pertunjukan adalah satu hasta. Angka satu, selain menunjuk kepada
pribadi Pertama dari Allah Tritunggal, Allah Bapa, juga menyatakan hal kesatuan! Dan kesatuan yang
sejati adalah persatuan yang berdasarkan kebenaran! Dengarkan pernyataan Pemazmur tentang
persekutuan yang dilakukannya.
Maz.119:63 “Aku bersekutu dengan semua orang yang takut kepada-Mu, dan dengan orang-orang yang berpegang pada
titah-titah-Mu.”
Orang yang takut akan Tuhan adalah mereka, yang percaya bahwa Firman-Nya pasti akan menjadi
kenyataan, seperti dinyatakan dalam Maz.33:8-9 “Biarlah segenap bumi takut kepada TUHAN, biarlah
semua penduduk dunia gentar terhadap Dia! Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi
perintah, maka semuanya ada.”
Takut terhadap ucapan Allah, yang pasti terjadi, disebabkan ada rasa penghormatan kepada
Pribadi yang berfirman itu Benar. Inilah yang disebut “Ketakutan yang suci”! Sebab hanya dengan
“roh takut akan Tuhan,” maka seseorang dapat mentaati firman-Nya dan dengan demikian menguduskan
jiwanya (1Pet.1:22), bahkan menyempurnakan kesucian hidupnya, sesuai dengan pernyataan firman-Nya
ini.
2Kor.7:1 “Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari
semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan
Allah.”
Tentunya hal ini sangat berbeda dengan kesatuan yang tidak suci, yang dibuat orang-orang
berdosa justru untuk melawan hukum-hukum Tuhan. Mereka kelak diliputi ketakutan luar biasa, sebab
akan menghadapi penghukuman dari Tuhan, yang tampil sebagai Hakim atas dunia. Dan itulah yang telah
dinubuatkan, saat Tuhan menyatakan diri-Nya!
Wah.6:15-17 Dan raja-raja di bumi dan pembesar-pembesar serta perwira-perwira, dan orang-orang kaya serta orang-orang
berkuasa, dan semua budak serta orang merdeka bersembunyi ke dalam gua-gua dan celah-celah batu karang di
gunung. Dan mereka berkata kepada gunung-gunung dan kepada batu-batu karang itu: "Runtuhlah menimpa kami dan
sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu." Sebab sudah tiba
hari besar murka mereka dan siapakah yang dapat bertahan?
Bukti ketaatan seseorang adalah menuruti nasihat dan perintah-perintah Tuhan! Sebab merupakan
kerinduan Bapa di sorga, bahwa setiap orang yang telah ditebus oleh darah Anak-Nya akan menghormati
Anak itu, Yesus (Yoh.5:23), dan menjadikan Dia sebagai teladan hidup dengan menyelaraskan pikiran
mereka dengan pikiran Kristus, sehingga diubah menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya tsb
(2Kor.3:18)! Sebab itu, Paulus menasihatkan demikian:
Flp.2:1-5 “Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas
kasihan, 2 karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu
jiwa, satu tujuan, 3 dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah
dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; 4 dan janganlah tiap-tiap
orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. 5 Hendaklah kamu dalam
hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.”
Dengan menjadikan Yesus sebagai Tuhan atau Tuan, berarti juga menjadikan Dia sebagai Kepala
bagi Gereja-Nya, “Tubuh Kristus,” yang terdiri dari banyak anggota, namun dalam satu kesatuan yang
kudus. Dan hal ini disebabkan karena setiap anggota Tubuh-Nya berada dalam pimpinan Roh Kudus.
Haleluyah!
Seperti halnya dengan Meja Roti Pertunjukan, yang dibuat dari kayu sittim dalam ukuran yang
ditetapkan, begitulah juga setiap anggota Tubuh-Nya harus mengalami “pemotongan ke-akuannya”
sehingga sesuai dengan standard firman-Nya! Penderitaan karena menuruti kehendak Roh itulah yang
membuat Roh-Nya, Roh Kemuliaan, dicurahkan kepada mereka, seperti dinyatakan oleh rasul Petrus ini:
“Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya
kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya. Berbahagialah
kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu”
(1Pet.4:13-14).

Halaman 35
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

Ketahuilah, bahwa “Roh Kemuliaan” khususnya dilimpahkan kepada mereka, yang


rela menderita karena masuk dalam kesatuan Tubuh Kristus, seperti halnya dengan
kesatuan suami-isteri, karena komitmen untuk bersatu bagi kemuliaan Yesus!
Apa kata Tuhan Yesus dalam doa-Nya menjelang berpisah dari murid-murid-Nya untuk kemudian
disalibkan? Dengarkanlah ucapan ini: “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk
orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu,
sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita,
supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah memberikan kepada
mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita
adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu,
agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama
seperti Engkau mengasihi Aku” (Yoh.17:20-23).
Wajah Kristus akan nampak dalam Gereja-Nya, suatu Kesatuan yang kudus dari
anggota-anggota Tubuh-Nya, bila Dia menjadi Kepala, sehingga dunia akan tahu,
bahwa Yesus telah ditetapkan/dipredestinasikan sebagai Kepala segala sesuatu
(Efs.1:9-10).

D. WAJAH-NYA NAMPAK DALAM KESEDIAAN “DIPECAHKAN.”


Ukuran tinggi 1,5 hasta sama dengan 3 hasta dibagi 2. Angka 3 adalah angka Tritunggal, yang
sedia dibagi atau diremukkan. Dan hal itu terjadi dalam diri Anak Allah, pribadi Allah kedua, yang
menjadi Roti Hidup bagi manusia, agar orang percaya masuk ke dalam persekutuan Tubuh-Nya, seperti
yang kita lakukan dalam Perjamuan Suci: “Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan
syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah
persekutuan dengan tubuh Kristus?” (1Kor.10:16).
Pengikut Tuhan sejati adalah mereka, yang rela mengikuti gaya hidup-Nya, sedia dipecahkan
keinginan dagingnya demi persatuan Tubuh Kristus! Paulus menyatakan kepada jemaat di Galatia firman
Tuhan ini: “Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa
nafsu dan keinginannya” (Gal. 5:24).
Seperti kayu sittim yang dipotong dengan ukuran tinggi 1,5 hasta, begitulah sikap
setiap orang pilihan yang ingin menampilkan wajah Kristus dalam persekutuan
Jemaat Tuhan; mereka sedia dipotong keinginan dagingnya demi supaya Kristus,
sebagai Kepala Gereja, nyata kepada dunia.

E. WAJAH-NYA NAMPAK DALAM KEMULIAAN ILAHI GEREJA-NYA.


Bila seseorang suka bersekutu dengan Allah yang Mahamulia dalam doa dan firman, maka
pastilah kemuliaan-Nya terimbas dalam hidupnya. Hal ini telah dialami oleh Musa, tatkala ia tinggal
bersama Tuhan di atas gunung selama 40 hari 40 malam.
Kel.34:29 “Ketika Musa turun dari gunung Sinai -- kedua loh hukum Allah ada di tangan Musa ketika ia turun dari gunung itu --
tidaklah ia tahu, bahwa kulit mukanya bercahaya oleh karena ia telah berbicara dengan TUHAN.”
Hal ini bukan terjadi hanya bagi Musa, tetapi juga bagi Stefanus, seperti yang kita baca ini:
“Semua orang yang duduk dalam sidang Mahkamah Agama itu menatap Stefanus, lalu mereka melihat
muka Stefanus sama seperti muka seorang malaikat” (Kis.6:15). Bahkan, Tuhan Yesus sendiri saat
berada di atas gunung berdoa bersama ketiga murid-Nya, Matius mencatat demikian: “Enam hari
kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka
Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan
mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti
terang” (Mat.17:1-2).
Bayangan kemuliaan ini dinyatakan dalam pembuatan Meja Roti Pertunjukan, yang dibuat dengan
“bingkai emas sekelilingnya” – atau dalam terjemahan bahasa Inggris ditulis: “a golden crown round
about,” seperti yang kita baca di bawah ini.
Kel.25:23-25 "Lagi haruslah engkau membuat meja dari kayu penaga, dua hasta panjangnya, sehasta lebarnya dan satu
setengah hasta tingginya. Haruslah engkau menyalutnya dengan emas murni dan membuat bingkai emas sekelilingnya
(and make thereto a crown of gold round about). Haruslah engkau membuat sekelilingnya jalur pinggir yang setapak
tangan lebarnya dan kaubuatlah bingkai emas sekeliling jalur pinggirnya itu (and thou shalt make a golden crown to
the border thereof round about).”

Jadilah orang pilihan yang rela diproses melalui


“penderitaan Kristus,” sampai anda dapat

Halaman 36
• Meja Roti Pertunjukan dibuat dari kayu sittim/penaga, yang
disalut emas murni. Ukurannya: panjang 2 hasta, lebar 1 hasta,
tinggi 1,5 hasta (Kel.25:23-30) – Bayangan orang-2 pilihan-Nya
yang disalut kemuliaan ilahi (Roh Kudus). Mencapai: Kepenuhan
Kristus (Efs.4:13), Kesatuan Roh, Pemotongan daging.
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

memancarkan “Wajah Kristus” kepada dunia,


karena hidup anda sesuai Firman-Nya, sehingga
Kristus dipermuliakan dan juga diri anda.
Haleluyah!

XII. MEZBAH DUPA YANG DISALUT EMAS


Perabot berikutnya di dalam Ruangan Suci dari Kemah Suci, yang dibuat dari kayu sittim tersalut
emas, adalah Mezbah Dupa. Untuk diskripsinya kita dapat membaca dalam ayat-ayat berikut ini.
Kel.30:1-6 “1.Haruslah kaubuat mezbah, tempat pembakaran ukupan; haruslah kaubuat itu dari kayu penaga;
2.sehasta panjangnya dan sehasta lebarnya, sehingga menjadi empat persegi, tetapi haruslah dua hasta
tingginya; tanduk-tanduknya haruslah seiras dengan mezbah itu. 3.Haruslah kausalut itu dengan emas
murni, bidang atasnya dan bidang-bidang sisinya sekelilingnya, serta tanduk-tanduknya. Haruslah kaubuat
bingkai emas sekelilingnya. 4.Haruslah kaubuat dua gelang emas untuk mezbah itu di bawah bingkainya;
pada kedua rusuknya haruslah kaubuat gelang itu, pada kedua bidang sisinya, dan haruslah gelang itu
menjadi tempat memasukkan kayu pengusung, supaya dengan itu mezbah dapat diangkut. 5.Haruslah
kaubuat kayu pengusung itu dari kayu penaga dan kausalutlah dengan emas. 6.Haruslah kautaruh tempat
pembakaran itu di depan tabir penutup tabut hukum, di depan tutup pendamaian yang di atas loh hukum, di
mana Aku akan bertemu dengan engkau.”
Bahan dasar dari Mezbah Dupa adalah kayu penaga/sittim, yang melambangkan kemanusiaan,
namun terpilih karena mau dipanggil untuk hidup kudus, seperti dikatakan dalam 1Pet.1:14-16
“Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu
kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang
kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus” (1Pet.1:14-
16).
Dan tatkala mereka menanggapi panggilan tersebut dengan mentaati firman-Nya serta tidak
menuruti hawa nafsunya, atau dengan perkata lain “berani memisahkan dirinya dari kehidupan
lamanya,” maka Tuhan akan memilih orang percaya tersebut untuk menjadi alat-alatnya, serupa dengan
kayu sittim yang dijadikan perabot dalam Kemah Suci!
Untuk membuat orang-orang pilihan-Nya berbeda dengan manusia duniawi, maka Allah sumber
segala anugerah, menganugerahkan sifat-sifat ilahi-Nya, seperti halnya dengan perabot-perabot dalam
Ruangan Suci yang disalut emas, seperti dinyatakan dalam surat Kolose ini.
Kol.3:12-14 “Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah
belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang
terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap
yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Dan di atas
semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.”
Kata “kenakanlah” dari bahasa Yunani enduō, mempunyai makna menenggelamkan ke dalam
penutup badan, seperti halnya dengan “pakaian” yang dianugerahkan kepada imam besar dalam Kel.28:2
“Haruslah engkau membuat pakaian kudus bagi Harun, abangmu, sebagai perhiasan kemuliaan,”
Begitulah yang terjadi dengan Tuhan Yesus saat menjadi manusia dan juga orang-orang percaya, yang
terpilih untuk melayani. Roh Kudus dianugerahkan agar mereka disalut dengan “pakaian kudus” yakni
sifat-sifat ilahi yang mulia: belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran
serta kasih ilahi/agape sebagai pengikat yang menyempurnakan. Haleluyah!

JADILAH PENYEMBAH YANG BENAR


Salah satu pelayanan terpenting dalam Tubuh Kristus adalah menjadi “Penyembah-penyembah,”
seperti dikatakan oleh Tuhan sendiri: “Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa
penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa
menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus
menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran" (Yoh.4:23-24).
Penyembah yang dikategorikan sebagai “penyembah benar,” adalah yang menyembah dalam roh
dan kebenaran. Mereka adalah orang-orang pilihan, yang memiliki iman seperti bapak Abraham, bukan

Halaman 37
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

seperti para penyembah berhala, seperti dinyatakan oleh Yosua: Berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa
itu: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek
moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain.
Tetapi Aku mengambil Abraham, bapamu itu, dari seberang sungai Efrat, dan menyuruh dia
menjelajahi seluruh tanah Kanaan. Aku membuat banyak keturunannya dan memberikan Ishak
kepadanya” (Yos.24:2-3).
Bapa “Abraham diambil,” berarti Dipisahkan Allah dari bangsanya untuk menjadi “Bangsa
Pilihan” yang kudus, yang menyembah kepada Allah yang benar. Karena itu, setelah Abraham pergi
menurut firman-Nya, maka Alkitab mencatat demikian: Ketika itu TUHAN menampakkan diri kepada
Abram dan berfirman: "Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu." Maka didirikannya di
situ mezbah bagi TUHAN yang telah menampakkan diri kepadanya. Kemudian ia pindah dari situ ke
pegunungan di sebelah timur Betel. Ia memasang kemahnya dengan Betel di sebelah barat dan Ai di
sebelah timur, lalu ia mendirikan di situ mezbah bagi TUHAN dan memanggil nama TUHAN (Kej.12:7-
8).
Apa bedanya antara penduduk di seberang sungai Efrat dengan Abraham? Perbedaan terbesar
terletak kepada sesembahan yang mereka sembah! Para “Penyembah berhala” membuat berhala,
sedangkan Abraham membuat mezbah setelah Allah menyatakan diri-Nya, seperti tertulis ini: Ketika
itu TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: "Aku akan memberikan negeri ini kepada
keturunanmu." Maka didirikannya di situ mezbah bagi TUHAN yang telah menampakkan diri kepadanya.
Para penyembah berhala berusaha “mencari allah,” tetapi Allah mencari Abraham, dengan
menampakkan diri kepadanya serta memberikan Perjanjian!
Jelas sudah, bahwa Allah memberikan perjanjian yang tidak mungkin diterima secara lahiriah,
sebab dirinya sudah tua dan isterinya mandul serta sudah berhenti haid (Roma 4:19), tetapi hanya
mungkin diterima melalui iman. Itulah sebabnya, Allah mempertegas perjanjian itu justru pada saat
Abraham dan Sarah sangat lanjut usianya dengan “Perjanjian darah,” sebab Abraham diminta untuk
menyunat setiap laki-laki dalam keluarganya: “Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang,
perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat;
haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu”
(Kej.17:10-11).
Disebut “perjanjian” sebab dua pihak yang berjanji harus memenuhi kewajibannya. Dari pihak
Allah, Dia akan menggenapi apa yang dijanjikan; namun dari pihak manusia harus memotong kulit
khatannya, yang tentunya sangat sakit! Begitulah bila anda ingin menjadi orang pilihan-Nya, anda harus
berani menderita dalam jiwamu, saat mentaati firman-Nya! Bila tidak, rohani akan mati, artinya
hubungan dengan Tuhan terputus! Sebab Tuhan berkata: “Dan orang yang tidak disunat, yakni laki-laki
yang tidak dikerat kulit khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang
sebangsanya: ia telah mengingkari perjanjian-Ku" (Kej.17:14).
Dan itulah yang terjadi dalam kehidupan Musa, yang hampir dibunuh Tuhan, seperti tertulis dalam
Kel.4:24-25 “Tetapi di tengah jalan, di suatu tempat bermalam, TUHAN bertemu dengan Musa dan berikhtiar untuk
membunuhnya. Lalu Zipora mengambil pisau batu, dipotongnya kulit khatan anaknya, kemudian disentuhnya
dengan kulit itu kaki Musa sambil berkata: "Sesungguhnya engkau pengantin darah bagiku."
Rupanya Zipora tidak tega dengan peraturan sunat, sehingga menolak saran Musa untuk
menyunatkan anak mereka. Namun saat diketahui, bahwa Tuhan justru akan membunuh Musa, maka
Zipora rela mentaati perintah tsb. Dan hal ini pasti dilakukan dengan dengan hati yang pedih!
Bukankah hal inipun dilakukan Tuhan Yesus saat Dia harus mengikuti kehendak Bapa?
Praktik membuat perjanjian dengan sunat lahiriah ini sekarang tidak dilakukan orang percaya,
sebab Tuhan ingin kita melakukan secara rohaniah, yakni “sunat hati” (Kis.7:51), dan hal ini dialami
dalam penyembahan yang benar: “Karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah
(which worship God in the spirit = menyembah Allah di dalam roh), dan bermegah dalam Kristus Yesus
dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah (have no confidence in the flesh)” (Flp.3:3).
Abraham, bapa orang percaya berani memisahkan diri dari keluarganya, bangsanya, bahkan
negerinya, bahkan juga dalam melakukan sunat atas dirinya dan keluarganya, karena adanya janji Tuhan,
seperti dinyatakan dalam Ibrani 11:16 “Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik
yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah
Halaman 38
PENDALAMAN ALKITAB –“DARI MANUSIA DUNIAWI KE MANUSIA SORGAWI”– Pdt. Ir. TIMOTIUS SUBEKTI

mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.” Itulah “Kota Allah” seperti dinubuatkan dalam Mazmur 46:5
“Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai.”
Sunat hati – berpisah dari hal-hal duniawi, untuk membuat perjanjian-Nya
menjadi efektif dalam kehidupan orang-orang pilihan-Nya, harus dilakukan para
penyembah yang beriman kepada hal-hal sorgawi, dan tidak berharap hal-hal
lahiriah, yakni merindukan untuk berdiam bersama Allah dalam “Kota Allah.”

Halaman 39

Anda mungkin juga menyukai