Stephen Tong
Di dalam pelayanan kita ada suatu inti yang menjadikan pelayanan itu
hidup. Inti itu menjadi pendorong yang terbesar, motivator yang
menggairahkan semua pelayanan yang mengelilinginya. Apakah inti itu?
Yaitu pelayanan bagi sesama kita untuk menerima Injil dan mengalami
kuasa keselamatan Tuhan di mana kita sudah mengalami dan
menerimanya. Untuk hal ini Paulus mengatakan satu kalimat yang begitu
agung, "Segala sesuatu yang kukerjakan hanya demi Injil". Berarti semua
pelayanan sekitar itu melayani suatu inti, semua kegiatan di luar itu
melayani suatu pusat dan pusat ini adalah penginjilan.
Mengapa seseorang belajar teologi? Supaya bisa menginjil dengan
lebih baik. Mengapa kita perlu bergaul dengan sebanyak mungkin orang?
Supaya Injil tidak dihalangi oleh kita. Mengapa harus belajar banyak
bahasa asing? Supaya pada waktu memberitakan Injil bahasa tidak
menghalangi pemberitaan yang disampaikan. Mengapa harus hidup hatihati di dalam kesucian? Supaya orang lain tidak mencela kita karena kita
sedang mengabarkan Injil. Jadi dengan titik pusat ini kita melihat semua
pelayanan yang lain dikaitkan dengan pelayanan yang paling penting ini.
Paulus berkata, "Aku mengerjakan segala sesuatu hanya demi Injil" (1Kor.
9:23). Segala sesuatu yang aku kerjakan mungkin kurasa aneh, tapi jika
ditelusuri dan diselidiki sampai tuntas, dasarnya hanya satu: supaya aku
boleh mengabarkan Injil seefisien mungkin. Jikalau kita mengerti akan
makna dari ayat ini pasti sikap pelayanan kita akan berubah. Pasti corak
dan cara kita mendekati orang akan berubah. Karena begitu banyak hal
yang bukan langsung pemberitaan Injil sudah ikut campur di dalam
merusak penginjilan tanpa kita sadari. Begitu banyak hal kita anggap
remeh dan tidak penting, padahal itu mau tidak mau sudah menyangkut
Page1
Penginjilan tidak pernah menjadi sukses kalau tidak memperoleh hak yang
berasal dari Tuhan sendiri. Penginjilan berhasil karena mengerti di mana
inti hak dan kuasa itu. Jikalau kita makin banyak memegang kuasa di
dalam tangan kita sendiri, makin tidak ada kuasa dari diri kita untuk
melepaskan orang dari tangan setan. Jika kita memegang kuasa organisasi
dan kebanggaan diri pribadi belaka makin tidak ada kuasa untuk
menghantam setan yang mencengkeram orang berdosa. Kalimat ini
penting sekali bagi mereka yang betul-betul mau dipakai di dalam
melayani Tuhan. Pada waktu engkau mengerti bahwa demi Injil, demi
Tuhan, engkau menyerahkan hak, itulah saatnya engkau memperoleh hak
yang lebih besar dari Tuhan. Bagaimana kita bisa mempertahankan kuasa?
Kalau kita tidak gila hormat, tidak gila kuasa dan hak yang ada pada kita
yang kita anggap patut kita terima.
Paulus dengan jelas mengatakan di sini, "aku adalah seorang yang
mengabarkan Injil." Pengabaran Injil adalah pelayanan inti yang harus
ditunjang oleh pelayanan yang lain dan mempengaruhi pelayanan yang
lain, sehingga apa yang kita perbuat adalah demi Injil. Dengan demikian
kita harus bertanya: Siapakah penginjil itu? Apakah hanya mereka yang
lulus dari sekolah teologi saja? Apakah mereka yang hanya mengabarkan
Injil dari mimbar saja? Alkitab memberitahukan kepada kita penginjil
adalah mereka yang membawa kabar kesukaan. "Betapa indahnya kakikaki mereka..." (band. Yes. 52:7, Rm. 10:15). Berarti di sini penginjil
harus kita mengerti sebagai orang yang bertindak sesuai dengan Injil.
Jikalau yang dibicarakan Injil, tapi yang dilakukan bukan Injil, ia bukan
penginjil yang sejati. "Kaki-kaki mereka begitu indah", berarti terletak
pada apa yang kau jalankan dan laksanakan lebih dari apa yang kau
bicarakan.
Siapakah kaum Injili yang murni dan sejati? Karl Barth menulis satu
buku berjudul, "Theology of Evangelism" atau "Evangelical Theology".
Pada waktu membacanya saya diliputi oleh tanda tanya yang besar,
mengapa seorang seperti Karl Barth bisa menulis buku tentang teologi
penginjilan atau teologi kaum Injili padahal ia bukan kaum Injili? Orang
Injili hampir semua tidak mengaku Karl Barth golongan Injili. Siapakah
sebenarnya kaum Injili? Apakah orang yang pergi ke sana-sini membagi
traktat dan mengabarkan tentang Yesus Kristus? Kalau dari fenomena
kelihatannya memang Injili, tetapi kalau dilihat kembali apa tujuan mereka
Page3
Page4
1. Traditional Evangelical
Orang yang dibesarkan di dalam tradisi gereja Injili. Mereka hanya
tahu Injil itu baik tapi tidak tahu Injil itu apa. Begitu banyak gereja di
Indonesia yang memakai label atau denominasi Injili, seperti GMIM
(Gereja Masehi Injili Minahasa), GMIT (Gereja Masehi Injili Timor),
GMIST (Gereja Masehi Injili Sangir Talaud). Gereja-gereja yang memakai
label Injili ini adalah gereja Protestan. Namun kalau engkau kunjungi
engkau tidak mendengar ada Injil, orangnya tidak mengabarkan Injil.
Inilah Injili tradisi. Karena dilahirkan dalam satu gereja Protestan yang
pada permulaannya ada semangat Injili, maka mengaku diri Injili juga. Ini
bukan kaum Injili yang sejati. Sebagaimana anak yang dilahirkan dari
keluarga Kristen dianggap otomatis Kristen. Tetapi di dalam kerajaan
Allah, hanya mereka yang diperanakkan pula oleh Roh Kudus adalah
orang Kristen yang sejati. (Billy Graham mengatakan, "kalau demikian
orang yang dilahirkan di dalam garasi otomatis jadi mobil.") Orang yang
dilahirkan dalam keluarga Kristen boleh mendapat berkat lebih banyak
daripada orang lain, sejak kecil boleh dididik di dalam ajaran Kristen tapi
kecuali dia sendiri betul-betul mendalami Injil dan diperanakkan pula di
dalam kerajaan Allah oleh kuasa Roh Kudus, ia belum menjadi orang
Kristen yang sejati. A traditional Christian is not a true Christian.
2. Ideological Evangelical
Orang Injili ideologis yaitu mereka yang mengenal, mempelajari,
bahkan sampai mengetahui akan struktur pikiran dan semua teologi di
dalam ide-ide Injili. Mereka belajar di dalam sekolah teologi Injili, mereka
menyetujui segala pemahaman dari iman Injili, mereka mengerti secara
kognitif dan rasional akan Injili dan menyetujui doktrin-doktrin Injili.
Tetapi bagi saya meskipun mereka lebih baik daripada golongan pertama
di atas, mereka tetap bukan kaum Injili yang sejati. Hanya semacam
pengertian di otak, 'aku setuju, aku mengerti, aku sudah belajar, aku tahu,
bahkan bisa menulis buku tentang apa itu Injili', tapi bagi saya engkau
tetap bukan Injili yang sejati.
Page5
3. Empirical Evangelical
Orang-orang yang mengalami digarap oleh Injil. Kelompok ketiga ini
jauh lebih baik daripada yang pertama dan kedua. Mungkin di dalam suatu
kebaktian Tuhan bekerja dengan kuasa Injil mengubah engkau; mungkin
melalui buku atau traktat, Roh Kudus menggugah hatimu untuk bertobat
dan meninggalkan dosamu, menerima Yesus Kristus. Mungkin juga
melalui suatu peristiwa khusus di mana tidak ada teori atau khotbah yang
bisa melakukan, engkau merasa dipukul Tuhan sehingga engkau harus
rendah hati dan bertobat mengalami kuasa Injil. Martin Luther termasuk
orang semacam ini. Pada suatu hari di tengah-tengah hujan besar, Luther
berjalan bersama temannya. Tidak lama kemudian halilintar menyambar
temannya yang tewas seketika itu juga. Luther sadar betapa kecilnya
manusia. Ia langsung rebah di sana dan meminta pengampunan dosa. Dan
suatu perasaan yang begitu dahsyat menyebabkan dia bertobat dan
mengenal kuasa Tuhan. Pada suatu hari ia pergi ke kota Roma untuk
berziarah. Ia mengira kota Roma itu begitu rohani dan banyak orang suci.
tapi pada waktu ia sampai di sana baru ia sadari begitu banyak kerusakan
dan korupsi serta kemunafikan, dosa kecongkakan dan keadaan yang
begitu tidak sesuai. Di tengah kekecewaan ia mengatakan, "sudah berapa
Page6
4. Pragmatical Evangelical
Orang Injili yang pragmatis. Orang seperti ini secara praktis
memberikan pelayanan kepada orang lain, menginjili, membagi traktat,
mengundang orang ke gereja, dsb. Hal ini selalu terjadi pada diri orang
yang baru bertobat. Orang yang baru bertobat merasa sudah sewajarnya
dan seharusnya memberitakan Injil kepada orang lain. Tanpa perlu
disuruh, tidak perlu dilatih, tak usah dipaksa langsung mengetahui
bagaimana membagikan kabar baik kepada orang lain. Ia memberanikan
Page7
dan mendorong diri untuk hal itu. Saya senang sekali melihat orang
Kristen baru dan melihat pengalaman mereka membawa jiwa baru untuk
mengenal Injil melalui pelayanannya. Mari kita kembali mengoreksi diri
apakah kita sudah kehilangan cinta kasih semula seperti itu? Saya harap
sampai saya mati jiwa untuk Injil tetap bebannya sama seperti hari pertama
saya menerima Tuhan. Tuhan bisa memelihara negkau dan saya. Masih
ingatkah kali pertama engkau begitu giat memberitakan kepada orang lain,
tidak ada waktu untuk mengeritik gereja di sana-sini? Yang ada adalah
perasaan yang sama seperti Paulus, "Celakalah aku kalau tidak
mengabarkan Injil." Itu adalah semacam pengaliran hidup yang begitu
natural dan otomatis sehingga tidak ada paksaan dan kesulitan yang
dipertahankan untuk mengabarkan Injil.
Tetapi di dalam hal keempat ini saya minta saudara perhatikan, orang
yang langsung mengabarkan Injil karena semangat hidup baru harus
mendapatkan pengertian yang seimbang akan Injil dan kegiatan
penginjilan, pengertian Injil yang disesuaikan dengan kegiatan penginjilan.
Dengan demikian pertumbuhan kerohaniannya akan sehat. Sebab kalau
tidak, mungkin akan timbul dua macam gejala yang berbahaya:
a. Penginjilannya berhasil tapi pertumbuhan rohaninya tidak memadai, ia
akan menjadi orang yang congkak dan menghina orang Kristen yang lain.
Sejarah membuktikan barangsiapa menjadi orang Kristen yang berkobarkobar mengabarkan Injil, pasti diundang ke sana-sini, laku sekali tapi tidak
ada waktu belajar. Sudah terlalu laku sehingga menjadi sombong dan
menghina orang Kristen lama, sehingga macet di situ tidak pernah tumbuh
lagi. Banyak penginjil yang khotbahnya itu-itu saja berpuluh-puluh tahun.
Lalu mengira kekristenan hanya ini saja. Padahal apa yang ia beritakan
hanya sebagian kecil saja dari pengertian kitab suci yang begitu limpah,
yang kalau tidak digali engkau kira hanya sebegitu saja. Engkau tidak
maju-maju. Saya kira kekristenan di Indonesia sudah dilanda oleh
semacam tahayul di mana orang tidak percaya kekristenan lebih banyak
daripada yang ia mengerti. Lalu ia akan katakan, "Semua pendeta kalau
khotbah sama saja isinya." Pada waktu menyelidiki sampai begitu dalam
baru tahu ternyata betul-betul tidak sama! Satu ayat yang sama, 10 pendeta
khotbahkan pasti berlainan isinya. Apalagi kalau yang khotbah tidak
berdasarkan ayat, tapi melenceng ke kanan ke kiri. Tapi engkau yang
Page8
menggali ayat itu sampai mendalam baru akan menyadari limpahnya ayat
itu lebih daripada apa yang kita mungkin pikirkan.
b. Jika pengertiannya tidak bertumbuh, waktu penginjilannya gagal, ia
akan langsung mencurigai dan bimbang akan Tuhan yang ia percaya dan
akan macet di dalam pelayana selanjutnya. Kedua hal ini amat berbahaya!
Dengan demikian kita melihat perlu adanya pengertian yang
seimbang dengan kegiatan penginjilan. Kalau engkau sudah banyak
melakukan penginjilan tapi tidak mau belajar baik-baik, berhentilah dari
kegiatanmu itu. Kenapa engkau hanya mau jadi pemimpin, mau hanya jadi
pengkhotbah didengar banyak orang tapi waktu disuruh belajar tidak mau?
Petrus mengatakan, biarlah kamu bertumbuh dan bertambah-tambah di
dalam anugerah dan pengertian. Pengertian macam apa? Aktivitas harus
bertumbuh bersama pengetahuan dan pemahaman akan firman Tuhan. Di
dalam pengertian yang bertambah, kegiatan jangan luntur; di dalam
kegiatan bertambah, penuntutan akan pengertian firman jangan kendor.
Inilah yang harus kita kerjakan mempersiapkan generasi muda untuk
menyambut abad 21 dengan bobot yang berlainan dengan apa yang kita
lihat pada abad 20 di Indonesia.
Yang disebut Injili Pragmatis adalah mereka yang tidak mau mengerti
dan tidak mau belajar dan peduli akan teologi, pokoknya hanya mau tahu
secara pragmatis apa yang bisa dipakai untuk mengabarkan Injil, cukuplah.
Bagi mereka yang penting asal orang yang diinjili menerima Tuhan, tidak
peduli teologinya Reformed-kah, Armenian-kah, Pentakosta-kah,
Kharismatik-kah, Katolik-kah. Khotbah ngawur tidak apa-apa, asal orang
bisa jadi Kristen. Kabar kekristenan seperti ini mau jadi apa? Yesus yang
bagaimana yang dikabarkan?
Pragmatical Evangelical di dalam penginjilan memakai segala cara asal
orang mau jadi Kristen. Kepastian dari iman kepercayaan tidak pernah
dibagikan oleh mereka. Kita harus memberikan kepastian di dalam Kristus
ada hidup kekal, Kristus adalah jalan satu-satunya menuju surga, di dalam
Kristus ada kepastian keselamatan dengan pengampunan dosa dan
kesukaan yang sejati.
Page9
5. Integrated Evangelical
Orang yang mengintegrasikan teologi, visi, pengalaman dan kepekaan
pimpinan Tuhan di dalam aktivitas penginjilan. Inilah kaum Injili yang
sejati, yaitu mereka yang betul-betul mengerti rencana Allah di dalam
kekekalan berdasarkan teologi yang benar.
yang begitu sederhana tetapi begitu peka akan pimpinan Roh Kudus.
Pelayanannya sukses besar di tanah Samaria, namun pada waktu Roh
Kudus mengatakan kepadanya, "Aku akan membawa engkau ke tempat
yang sunyi di padang belantara." Filipus mau pergi karena ia peka
pimpinan Tuhan.
Di sini mungkin banyak orang bisa garap, di sana hanya engkau yang
bisa, engkau mesti pergi. Kepekaan terhadap pimpinan Roh Kudus
menjadikan kita efektif dan bisa dipakai di dalam tangan Tuhan menurut
rencana yang ditetapkan dari awal. Ini amat penting. Kaum Injili bukan
hanya orang yang bisa tulis thesis lalu dapat nilai A, atau dapat summa
cum laude. Seorang Injili bukan seorang yang dari dulu nenek moyang
sudah Injili maka otomatis menjadi Injili juga. Seorang Injili bukan hanya
karena sudah pernah mengalami pertobatan dan menangis di hadapan
Tuhan. Injili juga bukan asal ketemu orang berikan traktat dan ajak orang
ke gereja. Seorang Injili yang sejati mengintegrasikan 3 hal penting di atas:
mengerti firman Tuhan dengan baik dan limpah, mempunyai teologi yang
benar, mempunyai visi yang jelas dari Tuhan apa yang harus dikerjakan;
mematuhkan diri di bawah pimpinan Roh Kudus secara peka dan taat;
betul-betul berapi dari Kalvari untuk membagikan cinta Tuhan kepada
orang lain, true concern, true love to others, bukan hanya di dalam teori
dan perkataan tetapi di dalam kelakuan dan perbuatan yang sesungguhnya
mencintai orang lain. Rela mengorbankan diri.
Kalau ketiga hal ini sudah diintegrasikan ke dalam tindakan aktifitas
pelayanan penginjilan, itulah orang Injili yang sejati. Saya tidak
menggabungkan hal sosical concern. Itu adalah buah Injil atau persiapan
hati untuk menerima Injil, tapi bukan Injil. Hal yang menjadi pre
evangelization ataupun post evangelization beda dengan evangelization.
Kaum Injili tidak akan menggabungkan persiapan dan follow up pada
penginjilan. Penginjilan adalah penginjilan. Penginjilan harus dilakukan
dengan pengertian firman dan renaca yang kekal. Penginjilan harus
dilakukan dengan visi dan mandat yang Tuhan berikan sebagai panggilan
pribadi. Penginjilan harus dikerjakan dengan api yang mau membagikan
pengalaman pribadi kepada orang lain. Barangsiapa mengabarkan Injil,
membawa orang bukan Kristen untuk mengenal Kristus, membawa
mereka mengalami perubahan, inilah Injili yang sejati. Kalau engkau
pandai mengajar orang lain, berkhotbah, tapi secara pribadi tidak
Page11
Page12