Anda di halaman 1dari 10

Meningkatkan Efektivitas Pengambilan Keputusan Kepemimpinan Kepenatuaan

Jamak Di Gereja Kristen Kemah Daud Jemaat Bandung Pusat

Saul Rudy Nikson


Mikail Kudamasa
Grtya Ezra

Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia, Jakarta

Abstracts

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kepemimpinan kepenatuaan jamak


di Gereja Kristen Kemah Daud (GKKD) Jemaat Bandung Pusat. Penelitian ini
menggunakan metoda observasi untuk mengetahui masalah, sedangkan untuk solusi
permasalahan menggunakan metode benchmarking. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pengambilan keputusan kepemimpinan jamak di GKKD masih belum efektif
sehingga membutuhkan berups Pedoman dan Tata Tertib Kepenatuaan.

Keywords : Kepemimpinan, Kepenatuaan, Penatua, Pedoman, Tata tertib

Pendahuluan

Salah satu bentuk pemerintahan gereja lokal adalah kepenatuaan jamak. Tanggung
jawab kepemimpinan tidak terletak pada satu orang penatua, tetapi kepada beberapa orang
penatua sekaligus. Kepemimpinannya bersifat kolektif. Pada prakteknya ada seorang penatua
yang lebih senior atau dianggap memiliki kharisma kepemimpinan menonjol menjadi
pemimpin di antara para penatua.
Model kepemimpinan kepenatuaan jamak mendapat banyak kritik. Meskipun ada
banyak serangan terhadap kepemimpinan pastoral yang terbagi, tetapi semakin banyak pula
jumlah guru Kristen yang telah mengakui kesaksian Alkitab secara penuh mengenai
kepemimpinan pastoral bersama-sama. Ada kesadaran juga diantara orang-orang tersebut
mengenai betapa kurangnya dukungan dalam kitab-kitab suci untuk sistem penggembalaan
yang dilakukan satu orang saja1.
Gereja Kristen Kemah Daud (GKKD) Jemaat Bandung Pusat adalah gereja lokal di
kota Bandung bagian dari Sinode Gereja Kristen Kemah Daud. Seperti yang tercantum dalam
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga, GKKD menganut kepemimpinan kepenatuaan
Jamak.
Dalam praktiknya, pemerintahan gereja lokal dengan sistem kepenatuaan jamak
mengalami kendala-kendala yang dapat menghambat perjalanan gereja. Salah satu kendala
adalah proses pengambilan keputusan yang lambat. Keputusan-keputusan yang sederhana
membutuhkan waktu yang lama, apalagi kalau sudah menyangkut keputusan mengenai doktrin
gereja. Jurnal ini akan berupaya mencari metoda untuk mengatasi kendala tersebut.

1
Alexander Strauch, Manakah Yang Alkitabiah Kepenatuaan Atau Kependetaan (jogyakarta: Andi offset
Jogyakarta, 2016).

1
Metode Penelitian

Penelitian ini dilakuan dengan melakukan observasi terhadap pola kepemimpinan


jamak di GKKD Jemaat Bandung Pusat. Observasi dilakukan oleh salah satu penulis yang
menjadi bagian dari GKKD Jemaat Bandung Pusat selama lebih dari 20 tahun. Selain itu,
observasi diperoleh dari salah satu pejabat Gereja yang langsung berinteraksi dengan
kepenatuaan.
Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data dimana penelitian atau
kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian.
dimaksudkan suatu cara pengambilan data melalui pengamatan langsung terhadap situasi atau
peristiwa yang ada dilapangan. Pada dasarnya metode observasi mempunyai empat macam
metode dalam penelitian. Yaitu, Observasi Partisipatoris, Observasi Non-partisipatoris,
Observasi Sistematik dan Metode Non-sistematik. Dalam penelitian ini digunakan metoda
obervasi non-partisipatoris, dimana peneliti tidak terlibat dalam kehidupan yang diobservasi.
Observer yang bertindak sebagai pengamat. Dalam mengamati pola kepemimpinan
kepenatuaan jamak di GKKD Jemaat Bandung Pusat, penulis menggunakan informasi
pengamatan dari salah satu pejabat di GKKD Jemaat Bandung Pusat dan pengamatan penulis
selaku bagian dari gereja lokal GKKD Jemaat Bandung Pusat.
Selain melakukan observasi, dilakukan juga proses benchmarking terhadap organisasi
non gereja yang menggunakan pola kepemimpinan jamak. Benchmarking adalah proses
pembandingan dan pengukuran operasi atau proses internal organisasi terhadap mereka yang
terbaik dalam kelasnya, baik dari dalam maupun dari luar industri. Dalam penelitian ini,
dilakukan benchmarking pera pola kepemimpinan Direksi perseroan di Indonesia. Sesuai
dengan Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang dikeluarkan oleh
Komite Nasional Kebijakan Governance pada tahun 2016, Direksi perseroan ternyata
menganut kepemimpinan jamak, bersifat kolegial. Kedudukan masing-masing anggota Direksi
termasuk Direktur Utama adalah setara. Tugas Direktur Utama sebagai primus inter pares
adalah mengkoordinasikan kegiatan Direksi. Agar pelaksanaan tugas Direksi dapat berjalan
secara efektif2.

Hasil Penelitian dan diskusi

Kepemimpinan gereja model Kepenatuaan Jamak adalah ciri dari pemerintahan gereja
berbentuk Presbiterian. Seperti diketahui ada tiga bentuk pemerintahan gereja yang dikenal,
yaitu :

2
Komite Kebijakan Nasional Governance, Pedoman Umum GCG (Indonesia, 2006), www.governance-
indonesia.or.id.

2
Bentuk Pengikut Otoritas Dasar

Episkopal Roma Katolik Para Bishop Kis. 6:6; 14:23


Ortodoks Galatia 1:19; 2:9
Episkopal
Lutheran
methodis

Presbiterian Presbiterian, Para penatua Kis. 20:17


Reform 1 Tim. 5:17, Tit. 1:
5
Konrregational Kongregational Jemaat Kis 15:12; 22:25
Baptis Kol. 1:18
Mennonite 1Ptr. 2:9
Evangelikal free

Sumber : Dikat Kuliah Eklesioligi STTII Jakarta

Masing-masing model pemerintahan gereja di dukung dengan ayat-ayat alkitab. Oleh karena
itu, tidak model tersebut tidak berarti ada model yang salah dan ada model yang benar.
Dalam PB terdapat jabatan gereja yang berbedabeda antara lain rasul (apostolos),
penilik (episkopos), penatua (presbuteros), diaken (diakonos), dan guru (didaskolos).
Keberagaman jabatan dilandaskan pada situasi jemaat mula-mula. Jabatan dalam jemaat
cenderung diambil dan disesuaikan dengan komunitas tempat jemaat itu berada. Sebagai
contoh Eposkopoi berkembang pada jemaat-jemaat Yunani sementara presbuteroi berkembang
pada jemaat-jemaat Yahudi. Kekristenan mula-mula tidak bermaksud membentuk sebuah
struktur dalam gereja. Jabatan-jabatan yang ada lebih dimaknai sebagai pengakuan, pendorong,
dan sarana bagi keterlibatan anggota gereja untuk dapat menggunakan kepelbagaian karunia
yang mereka miliki tanpa menimbulkan kekacauan atau kesombongan (Bertlett,1993). Dengan
kata lain, jabatan gereja dalam Alkitab sebenarnya disesuaikan dengan kebutuhan dan konteks
jemaat. Jabatan gerejawi tidak datang langsung dari "atas" tetapi melalui pergumulan
kebutuhan jemaat dengan konteks di mana jemaat terbentuk. Jadi, perbedaan model
pemerintahn gereja pada masa gereja mula-mula didasarkan pada kebutuhan dan konteks
jemaat saat itu 3.
Nama presbiterian berasal dari kata Yunani prebuteros, yang berarti "penatua", dan
mengandung pengertian adanya wibawa, kedewasaan, dan usia dari pemimpin-pemimpin
gereja. Presbiterian (kadang-kadang disebut federal) menunjuk pada pemerintahan gereja yang
dikelola oleh penatua-penatua sebagaimana dalam gereja Presbiterian dan Reform 4.
Istilah tua-tua atau penatua itu bermakna ganda. Tua-tua dalam arti kata yang
sesungguhnya sesuai usia, dan tua-tua atau penatua dalam arti jabatan dalam pemerintahan
gereja. Memang pada mulanya dari tua-tua sesuai usialah yang diangkat menjadi penatua.
Karena dari kalangan orang-orang tualah yang dianggap memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang cukup untuk memerintah dan memimpin gereja.

3
“Isu-Isu Kontemporer Dalam Jabatan Gerejawi | Handayani | KURIOS (Jurnal Teologi Dan Pendidikan
Agama Kristen),” accessed April 1, 2021, https://sttpb.ac.id/e-journal/index.php/kurios/article/view/28/29.
4
Santono Sinaga, Eklesiologi (Jakarta: STTII Jakarta, 2021).

3
Menurut Bolkestein, “Penatua-penatua itu baru timbul dalam periode yang kedua,
ketika Petrus dan Jakub menyerahkan pimpinan kepada gereja.” Menurut Rullmann, para
penatua itu telah ada sejak Paulus dan Barnabas bersama-sama memberitakan Injil, mereka
menetapkan para penatua/ketua di setiap sidang jemaat. Dan ketua-ketua itu disebut juga
episkopos.
Mengenai pekerjaan para penatua, Rullmann mengatakan bahwa pekerjaan para
penatua yang utama ialah menggembalakan sidang. Tugas-tugas pengajaran dan pendidikan
diserahkan kepada rasul-rasul, nabi-nabi dan guru-guru. Rullmann mengatakan bahwa pada
waktu itu, pendidikan dan pengajaran masih didasarkan pada kharisma yang dimiliki oleh para
rasul, nabi dan para guru. Namun beberapa lama kemudian tugas pengajaran dan pendidikan
itu telah menjadi tugas para presbiter sebagai gembala-gembala sidang. Hal itu kemudan jelas
terlihat dalam 1 Tim. 3:2, yang mewajibkan seorang penilik jemaat untuk “cakap mengajar
orang.” Oleh karena itu dibedakanlah dua jenis penatua, yakni penatua yang melakukan tugas
penatua yang biasa, yakni memerintah dan memimpin gereja; dan penatua yang memberitakan
firman dan mengajar (pendeta). Jadi jabatan pendeta sekarang ini sebenarnya berasal dari
penatua 5.
Argumen-argumen guru-guru Alkitab tentang kepenatuaan jamak/plural atau
kepemimpinan pastoral bersama, seperti yang dikutip oleh Alexander Strauch dalam buku
Kepenatuaan atau kependetaan6 sebagai berikut :

Pendapat John MacArthur Jr.


Dengan jelas, semua data Alkitab menunjukkan bahwa tugas penggembalaan
merupakan suatu usaha tim. Tidak peduli bahwa setiap tempat dalam Perjanjian Baru
di mana istilah yang presbuteros digunakan selalu dalam bentuk jamak (jamak) Kecuali
pada saat Rasul Yohanes menggunakan istilah itu menunjukkan dirinya sendiri dalam
1 dan 2 Yohanes, dan ketika Petrus terlihat untuk menunjuk dirinya sendiri juga dalam
1 Petrus 5: 1. Norma dalam gereja Perjanjian Baru adalah menggunakan sistem
beberapa penatua bersama. Tidak ada satu pun referensi dalam seluruh Perjanjian Baru
tentang sebuah jemaat yang digembalakan oleh satu orang saja.

Pendapat Earl D. Radmacher:


Dalam beberapa generasi belakangan ini di Amerika, kami telah menyaksikan
tampilnya seorang pendeta tunggal menjadi normatif dalam kepemimpinan gereja.
Sebagai akibatnya, orang menerima bahwa tradisi tersebut merupakan suatu yang suatu
yang sesuai dengan Alkitab. Namun, norma semacam itu benar-benar. Malah,
kepemimpinan yang majemuk merupakan norma yang dipakai dalam gereja mula-
mula.

Pendapat Earl D. Radmacher :

5
“JABATAN GEREJAWI MENURUT CALVIN DAN IMPLIKASINYA BAGI ORGANISASI DAN TATA
GEREJA DI MASA KINI Pdt. DR. Jan H. Rapar, Ph.D. - PDF Free Download,” accessed April 4, 2021,
http://docplayer.info/47792698-Jabatan-gerejawi-menurut-calvin-dan-implikasinya-bagi-organisasi-dan-tata-
gereja-di-masa-kini-pdt-dr-jan-h-rapar-ph-d.html.
6
Strauch, Manakah Yang Alkitabiah Kepenatuaan Atau Kependetaan.

4
Kepemimpinan yang majemuk (terdiri dari beberapa orang) dalam gereja merupakan
suatu prinsip Perjanjian Baru. Pelayanan yang dilakukan "satu orang" sebenarnya
merupakan sebuah rencana ter hadap garis baru yang sangat penting tersebut. Berkali-
kali Alkitab memberikan pengamanan pada "pelayanan bersama". Tidak ada satu
gereja lokal pun dalam Perjanjian Baru yang diperintah dan diatur oleh satu orang.
Sistem kepenatuaan yang jamak tampil sebagai norma yang digunakan.

Pendapat Jon Zens:


Sesuai dengan data masa kini pada seorang pendeta tunggal yang memimpin gereja,
sangat penting untuk diperhatikan bahwa dalam Perjanjian Baru selalu diasumsikan
bahwa saudara-saudara itu menundukkan diri mereka kepada suatu kepenilikan rohani
yang terdiri dari beberapa orang Baru di mana Anda akan menemukan pernyataan
"taatilah dia yang atas dasar dirimu." Keadaan yang normal ramah saudara-saudara
seiman memiliki penatua yang majemuk yang memimpin sistem mereka di dalam
Tuhan. Sekali lagi, keadaan abnormal (dan di bawah normal) kitalah yang
menyebabkan konsep ini kedengaran aneh bagi telinga kita. Tidak ada tempat dalam
Perjanjian dalam masa awal berdirinya gereja, ...

Pendapat Bruce Stabbert, dalam bukunya berjudul The Team Concept :


Isi seluruh bagian Alkitab yang menggunakan maupun memimpin kepemimpinan yang
majemuk dan media: Dapat disfungsi setelah memeriksa seleuruh bagian yang
menyebutkan kepemimpinan gereja lokal pada tingkat pastoral, yaitu bahwa dalam
Perjanjian Baru memberikan jaminan yang harmonis mengenai masalah ini dan bahwa
Perjanjian Baru mengajarkan tentang kepemimpinan dalam gereja lokal yang mejemuk.
Hal tersebut didasarkan pada bukti dalam tujuh bagian yang jelas yang mengajarkan
keberadaan para penatua dalam satu jemaat lokal. Bagian-bagian ini didasarkan pada
berpengaruh secara hermeneutik pada delapan nats jamak (jamak) lainnya yang tidak
mengajarkan tentang jumlah satu atau banyak orang. Merupakan suatu kata-kata dasar
bagian-bagian yang jelas itu harus jelas untuk menolong menafsirkan bagian-bagian
yang kabur.

Kesimpulan Alexander Strauch :


Jadi, dari delapan belas bagian yang berbicara tentang kepemimpinan gereja, lima belas
di antaranya adalah dalam arti jamak (jamak). Dari lima belas bagian ini, tujuh di
antaranya dengan sangat pasti tentang satu jemaat. Hanya tiga bagian saja yang
berbicara tentang kepemimpinan gereja dalam bentuk tunggal. Dan dalam setiap
bagian, istilah tersebut dapat memenuhi syarat cocok dengan kejamakan (jamak).
Dalam bagian tersebut, tidak ada satu bagian pun yang menjelaskan sebuah gereja yang
diatur atau dikuasai oleh satu orang pendeta. "Jadi, kesaksian Perjanjian Baru tentang
praktik kepemimpinan secara bersama adalah jelas, dan pandangan bahwa mengatur ini
merupakan" sebuah konsep baru dan subversif yang sangat mengancam kehidupan
gereja "sama sekali tidak beralasan.

5
Gereja Kristen Kemah Daud (GKKD) Jemaat Bandung Pusat secara resmi menjadi
bagian Sinode Gereja Kristen Kemah Daud pada tahun 1987. Sebelum menjadi organisasi
gereja, GKKD jemaat Bandung Pusat adalah organisasi pelayanan Kristen yang berbentuk
Yayasan, dengan nama Yayasan Pekabaran Injil Bandung (YPIB).
YPIB dimotori oleh beberapa mahasiswa yang sebagian besar berlatar belakang
pelayanan Para Navigator. Kegiatan utama pada waktu itu adalah penginjilan , pemuridan dan
membuka persekutuan-persekutuan doa. Persekutuan doa dibuka di berbagai wilayah, dan
dinamakan persekutuan doa sektor. Selain itu dibuka pula persekutuan doa di sekolah-sekolah
dan kampus-kampus.
Pada periode antara tahun 1980-1990, anak-anak muda yang terdiri dari mahasiswa dan
pelajar menggo cang Kota Bandung dengan kegiatan Kebaktian Kebangunan Rohani,
penginjilan, pemuridan dan persekutuan doa. Lawatan Allah begitu luar biasa. Banyak anak-
anak muda yang menyerahkan diri kepada Tuhan dan melayani dengan berapi-api. Penginjilan
yang semula di sekitar Bandung, meluas ke Jawa Barat dan daerah-daerah lain di Indonesia.
Selain itu, Mahasiswa yang lulus kemudian pergi ke berbagai kota di Indonesia, bekerja di
market place dan merintis berdirinya GKKD. Sampai sekarang GKKD sudah ada 143 jemaat
lokal di 28 Provinsi.
GKKD Jemaat Bandung Pusat sesuai Aggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
menganut model pemerintahan gereja kepenatuaan jamak. Kepemimpinan Jemaat Lokal terdiri
dari Penatua, Pendeta, Pendeta muda, Penginjil dan Diaken. Kepemimpinan tertinggi dalam
Jemaat Lokal adalah para Penatua. Masing-masing Penatua saling menundukkan diri satu sama
lain. Para Penatua setempat mempunyai wewenang yang berbeda menurut karunia rohani,
kedewasaan rohani, dan kapasitasnya.
Permasalahan yang utama dari kepemimpinan jamak adalah sulitnya proses
pengambilan keputusan. Masing-masing pemimpin memiliki pola pikir yang berbeda sesuai
dengan latar belakang Pendidikan, kompetensi, pengalaman hidup dan orientasi hidupnya.
Dalam dunia sekuler, khususnya dalam perseroan sulitnya pengambilan keputusan disadari dan
menjadi perhatian regulator. Komite Nasional Kebijakan Governance membuat Pedoman
Good Corporate Governance Indonesia sebagai aturan yang salah satunya adalah untuk
memberi guiandance Direksi dalam menjalankan kepemimpinan kolegial yang setara.
Beberapa aturan dalam Pedoman tersebut adalah sebagai berikut 7:

Prinsip Dasar
Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara kolegial
dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota Direksi dapat melaksanakan
tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya.
Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota Direksi tetap merupakan
tanggung jawab bersama. Kedudukan masing-masing anggota Direksi termasuk
direktur utama adalah setara. Tugas direktur utama sebagai primus inter pares adalah
mengkoordinasikan kegiatan Direksi. Agar pelaksanaan tugas Direksi dapat berjalan
secara efektif, perlu dipenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut :

7
Komite Kebijakan Nasional Governance, Pedoman Umum GCG.

6
1. Komposisi direksi harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan
pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak
independen.
2. Direksi harus professional, yaitu berintegritas dan memiliki pengalaman serta
kecakapan yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya.
3. Direksi bertanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan agar dapat
menghasilkan keuntungan dan memastikan kesinambungan usaha perusahaan.
4. Direksi mempertanggungjawabkan kepengurusannya dalam RUPS sesuai dengan
peraturan perundang-undagan yang berlaku.
.
Fungsi Direksi
Fungsi pengelolaan perusahaan oleh Direksi mencakup lima tugas utama yaitu
kepengurusan, manajemen risiko, pengendalian internal, komunikasi dan tanggung
jawab sosial.
1. Kepengurusan. Direksi harus Menyusun visi, misi dan nilai-nilai serta program
jangka panjang dan jangka pendek perusahaan untuk dibicarakan dan disetujui oleh
Dewan Komisaris atau RUPS sesuai dengan ketentuan anggaran dasar;
2. Direksi harus dapat mengendalikan sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan
secara efektif dan efisien;
3. Direksi harus memperhatikan kepentingan yang wajar dari pemangku kepentingan
4. Direksi dapat memberikan kuasa kepada komite yang dibentuk untuk mendukung
pelaksanaan tugas tertentu, namun tanggung jawab tetap pada Direksi;
5. Direksi harus memiliki tata tertib dan pedoman kerja (charter) sehingga
pelaksanaan tugasnya dapat terarah dan efektif serta dapat digunakan
sebagai salah satu alat penilaian kerja.

Dari buku Pedoman Good Corporate Governance Indonesia dapat ditarik kesimpulan
bahwa kepepimpinan yang majemuk/kolegial setara dapat menjalankan fungsinya dengan baik,
khususnya dalam proses pengambilan keputusan adalah 1) dengan menetapkan komposisi
direksi yang memungkinkan pengambilan keputusan secara tepat, cepat dan efisien. 2) Direksi
harus memiliki tata tertib dan pedoman kerja sehingga pelaksanaan tugasuya dapat terarah dan
efektif.
Dunia sekuler telah lama menerapkan kepemimpinan jamak. Perusahaan-perusahan
besar memiliki Direksi yang jumlahnya beragam sesuai kompleksitasnya. Kepemimpinan
jamak tersebut dapat berjalan dengan baik karena diatur oleh pedoman yang terinci dan
tentunya sudah melalui kajian ilmiah yang memadai. Gereja yang menerapkan kepenatuaan
jamak tidak perlu malu untuk mengambil pelajaran dari keberhasilan perusahaan-perusahan
menjalankan kepemimpinan jamak secara efektif dan efisien.
GKKD Jemaat Bandung Pusat memiliki tiga orang Penatua. Komposisi penatua yang
berjumlah ganjil akan memudahkan pengambilan keputusan apabila harus dilakukan secara
voting. Dari hasil observasi, masalah utama dalam jemaat lokal ini adalah proses pengambilan
keputusan. Penyebab utama sulitnya pengambilan keputusan adalah GKKD jemaat Bandung
Pusat bukanlah masalah penundukan diri satu sama lain. Para penatua adalah orang-orang yang
memiliki kedewasaan rohani yang teruji. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kehidupan

7
rohani tidak diragukan lagi, terbukti dari buah-buah rohani yang nyata. Jadi, bukanlah masalah
kerohanian. Lalu apa penyebab proses pengambilan keputusan menjadi masalah besar ? GKKD
Jemaat Bandung Pusat belum memiliki pola manajemen kepemimpinan majemuk setara. Saat
ini hanya tersedia aturan hak dan kewajiban penatua.
Untuk memperbaiki proses kepemimpinan majemuk GKKD Jemaat Bandung Pusat,
khususya dalam proses pengambilan keputusan, sangat diperlukan pedoman dan tata tertib
Kepenatuaan seperti pedoman dan tata tertib Direksi. Pedoman ini dapat dinamakan Elder’s
Charter atau Pedoman dan tata-tertib Penatua.
Pedoman Tata Tertib Kerja Direksi merupakan acuan bagi direksi dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya mengelola perusahaan sesuai dengan prinsip-prinsip Tata Kelola
Perusahaan serta ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu, Pedoman dan
Tata tertib Penatua merupakan acuan bagi para Penatua dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya mengelola gereja lokal sesuai dengan prinsip-prinsip Tata Kelola Gereja
dan prinsip-prinsip Alkitab.
Isi dari Pedoman dan Tata tertib Penatua minimal mengatur :
1. Ketentuan Umum
Berisi definisi dari organ Kepenatuaan
2. Organisasi, pembidangan kepengurusan, kewenangan bertindak, dan kebijakan umum
Didalamnya diatur kewenangan Penatua berdasarkan karunia rohaninya dan sejauh
mana Penatuan dapat bertindak. Serta kebijakan-kebijakan umum lainnya terkait
penyusunan rencana kerja gereja.
3. Rapat Penatua
Mengatur jenis rapat, periode rapat, keputusan rapat, kuorum, risalah rapat,
4. Etika dan Waktu Kerja Penatua
5. Evaluasi Kinerja Penatua

Menurut Stan Reff, seorang konsultan kepemimpinan yang banyak terlibat dalam
pelayanan selama 35 tahun, memberikan pandangannya tentang tata Kelola kepemimpinan
dalam gereja 8 :

Sekarang setelah Anda mengetahui dan memahami kerangka kerja tata kelola teknis
untuk gereja Anda, Anda akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang peran dan
tanggung jawab setiap anggota dewan.

Sebagai anggota dewan, Anda harus berinvestasi dalam aktivitas berikut untuk
memastikan bahwa setiap orang memiliki pandangan yang sama, memiliki kejelasan
peran, dan memahami tanggung jawab individu dan kolektif mereka:

1. Bangun hubungan pribadi dengan anggota dewan lainnya untuk mengenal


kepribadian, pengalaman, keterampilan, pengetahuan, dan minat mereka. Pelajari
bagaimana mereka dapat memberikan kontribusi terbaik untuk papan.

8
Stan Reiff, “Board Governance in Churches: So Who’s in Charge, Anyway?,” last modified 2015, accessed
April 14, 2021, https://www.capincrouse.com/board-governance-in-churches-so-whos-in-charge-anyway/.

8
2. Investasikan waktu dan sumber daya dalam pelatihan dewan. Tentukan apa yang
perlu diketahui setiap anggota dewan tentang struktur tata kelola gereja Anda,
operasi gereja, dan praktik terbaik untuk gereja. Melayani di dewan pengurus gereja
datang dengan tanggung jawab dan persyaratan unik. Jangan berasumsi bahwa
anggota dewan Anda secara otomatis mengetahui apa yang diperlukan untuk
melakukan pekerjaan ini.
3. Mengkomunikasikan visi dan misi gereja secara jelas dengan menetapkan kerangka
kerja untuk tujuan dan sasaran tahun ini. Berikan kesempatan yang cukup bagi
pengurus untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pemecahan masalah bagi
jemaat.
4. Mintalah umpan balik dengan tulus dari anggota dewan yang berbeda sehingga
mereka merasa bahwa mereka berkontribusi dan membuat perbedaan.
5. Bersikaplah otentik dan transparan tentang apa yang tidak berhasil, di mana titik-
titik rasa sakitnya, dan di mana jemaat dan kepemimpinannya rentan. Ingatlah
bahwa Anda semua berada di tim yang sama dan perlu saling membantu.
6. Pahami sejarah di balik mengapa keputusan atau kebijakan tertentu dibuat dan
putuskan apakah itu masih relevan dengan gereja Anda saat ini.

Konklusi dan Kesimpulan

Sistem kepemimpinan kepenatuaan jamak akan efektif dalam pengambilan keputusan


apabila para penatua dilengkapi dengan Pedoman dan Tata tertib Kepenatuaan dalam
mengelola tugas dan tanggung jawab akan menghasilkan suatu organisasi yang sehat dan
beguna bagi kemajuan gereja lokal. Selain Pedoman dan Tata Tertib Penatua, diperlukan uga
tata Kelola gereja yang baik. Pedoman dan tata tertib Kepenatuaan ini masih terbuka untuk
dilakukan penelitian selanjutnya demi kemajuan GKKD Jemaat Bandugn Pusat dan gereja-
gereja lain yang menggunakan kepemimpinan kepenatuaan jamak.

DAFTAR PUSTAKA

Komite Kebijakan Nasional Governance. Pedoman Umum GCG. Indonesia, 2006.


www.governance-indonesia.or.id.
Reiff, Stan. “Board Governance in Churches: So Who’s in Charge, Anyway?” Last modified
2015. Accessed April 14, 2021. https://www.capincrouse.com/board-governance-in-
churches-so-whos-in-charge-anyway/.
Sinaga, Santono. Eklesiologi. Jakarta: STTII Jakarta, 2021.
Strauch, Alexander. Manakah Yang Alkitabiah Kepenatuaan Atau Kependetaan. jogyakarta:
Andi offset Jogyakarta, 2016.
“Isu-Isu Kontemporer Dalam Jabatan Gerejawi | Handayani | KURIOS (Jurnal Teologi Dan
Pendidikan Agama Kristen).” Accessed April 1, 2021. https://sttpb.ac.id/e-
journal/index.php/kurios/article/view/28/29.
“JABATAN GEREJAWI MENURUT CALVIN DAN IMPLIKASINYA BAGI
ORGANISASI DAN TATA GEREJA DI MASA KINI Pdt. DR. Jan H. Rapar, Ph.D. -
PDF Free Download.” Accessed April 4, 2021. http://docplayer.info/47792698-Jabatan-
gerejawi-menurut-calvin-dan-implikasinya-bagi-organisasi-dan-tata-gereja-di-masa-
kini-pdt-dr-jan-h-rapar-ph-d.html.

9
10

Anda mungkin juga menyukai